1567 4086 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal PENA Vol.35 No.

2 Edisi September 2021

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PLANTAR FASCIITIS


DENGAN MODALITAS TENS, IR DAN TERAPI LATIHAN
DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

Fitri Milenia Sekti*) dan Eko Budi Prasetyo


Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email :milaniafitri54@gmail.com ; hasan143173@gmail.com

ABSTRACT

Plantar fasciitis is an inflammation of the plantar fascia. Physiotherapy problems that occur
are: (1) The presence of pain in the soles of the feet, (2) The presence of muscle spasm m.
gastrocnemius, (3) the limited range of motion of the bilateral ankle joint (4) the presence of bilateral
ankle muscle weakness, (5) There is a decrease in functional activity, (6) The presence of tenderness
in the calcaneus. This research was conducted at Kajen Hospital, Pekalongan Regency with the
design used was a case study on bilateral plantar fasciitis et causa calcaneus spur patients who had
been given physiotherapy interventions in the form of tens (transcutaneous eletrical nerve
stimulation), infrared, and exercise therapy (free active exercise, calf raises). and active stretching).
Methods of data collection and data analysis using auto history. Instruments focused on pain
conditions, muscle spasm, LGS, muscle strength, functional activity. Based on the therapy carried
out 4 times, the following results were obtained: (1) there was a decrease in pain from T1: 1.8 to T4:
0 (2) there was a decrease in spasm from T1: 1 to T4: 0 (3) there was an increase in ROM dorso
flexion right from T1: 15o to T4: 25o, right eversion from T1: 10o to T4: 15o, dorso left flexion from
T1: 10o to T4: 20o, left eversion from T1: 5o to T4: 15o, (4) there is an increase in strength muscle
from T1: 4 to T5: 5 (5) there is an increase in daily functional activities. The conclusion of this study
is that the TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation), infrared, and exercise therapy (free
active exercise, calf raises, active stretching) modality can reduce the problems caused by bilateral
plantar fasciitis et causa calcaneus spur conditions.

Keywords: Plantar fasciitis, TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation), Infrared and
Exercise Therapy.

PENDAHULUAN Fascitis” atau sering disebut juga


Tungkai merupakan bagian dengan Fasciitis plantaris, dimana
tubuh sebagai anggota dan alat gerak kodisi yang mengalami problematika
bagian bawah yang memegang tersebut terdapat pada telapak
peranan penting dalam penampilan kaki.Plantar fasciitis adalah penyebab
geraak.Tungkai dapat dibagi menjadi nyeri pada tumit dan telapak kaki yang
10 dua bagian, yaitu tungkai atas dan merupakan bagian dari proses
tungkai bawah.Adapun yang dimakud degeratif dimana lebih cenderung
tungkai adalah anggota gerak bawah kearah perubahan imflamasi dari suatu
yang meliputi seluruh gerak kaki, jaringan (Beeson, 2014).
mulai dari pangal paha sampai dengan Fascia Plantaris merupakan
jari kaki. lembaran berserat menebal dari
Patologi yang ada dalam jaringan ikat yang berasal dari
masyarakat umum seperti “Plantar tuberkulum medial calcaneus dan

40
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

menempel ke permukaan plantar dari sakitnya dibagian depan dan dasar


sendi metatarsophalangeal.Ini tumit (Hudaya, 2002).
bertindak sebagai penstabil statis dan Gangguantersebut merupakan
dinamis dari lengkungan longitudinal gangguan di tingkat impairment,
kaki dan sebagai peredam kejut functional limitationdandisability.
dinamis (Hamblen, 2010).Plantar Impairment pada penderita Plantar
fasciitis adalah suatu peradangan pada Fasciitis adalah: (1) Adanya nyeri
plantar fascia.”Plantar” adalah didaerah bawah tumit dan nyeri
telapak kaki.”Fascia” adalah jaringan semakin terasa pada tumit bagian
pita yang sangat tebal (fibrosa) yang posterior, (2) Adanya spasme otot M.
membentang dibawah kulit dan
Gastrocnemius, (3) Adanya
membentuk pembungkus bagi otot dan keterbatasan lingkup gerak sendi ankle
berbagai organ tubuh.”itis” adalah bilateral kearah dorso flexi, inversi,
peradangan.Plantar fasciitis adalah eversi. (4) Adanya kelemahan
sindroma nyeri tumit berhubungan kekuatan otot pada plantar flexor,
dengan peradangan atau iritasi pada dorso flexor, investor, dan evesor
fascia plantaris dengan kerobekan ankle billateral. Disability pada
kecil pada daerah yang melekat pada penderita Plantar Fasciitis mengalami
tulang tumit. Rasa sakit pada bagian gangguan dalam beraktivitas sosial
tumit sering tejadi ,dalam pemeriksaan namun masih dapat berinteraksi
fungsi tidak menunjukaan adanya dengan lingkungannya dan
kelainan tetapi hanya terdapat rasa masyarakat.Functional Limitations
nyei saat ditekan pada daerah pada penderita Plantar Fasciitis
setempat. Plantar fasciitis yang kronis
adalah adanya penurunan aktivitas
dapat menyebabkan tebentuknya fungsional.
osteofit pada calcaneus bagian medial
(De wo’t,1994). Tujuan dari penulisan Karya
Tulis Ilmiah yang terjadi pada
Mekanisme nyeri plantar kondisiplantar fasciitis
fasciitis diawali dengan adanya lesi etcausacalcaneusspur bilateral ini
pada soft tissue disisi tempat dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
perlengketan plantar aponeurosis
yang letaknya dibawah dari 1. Untuk mengetahui manfaat terapi
tuberositas calcaneus atau pada fascia dengan modalitas TENS
plantar bagian medial calcaneus (Transcutaneus Eletrical Nerve
akibat dari penekanan dan penguluran Stimulation) dalam mengurangi
yang berlebihan.Hal tersebut rasa nyeri dalam kasus plantar
menimbulkan nyeri pada fascia fasciitis et causacalcaneusspur
plantar-nya dan terjadilah plantar bilateral.
fasciitis (Siburian, 2008). Sakit plantar 2. Untuk mengetahui pengaruh
fasciitis disebabkan oleh perubahan Infrared (IR) yang
atau peningkatan topangan pada mengalamispasme otot pada
telapak kaki, kurangnya kelenturan kondisi plantar fasciitis et
otot-otot betis,kelebihanberat badan, causacalcaneusspur bilateral.
luka tiba-tiba. Penyakit ini ditandai 3. Untuk mengetahui pengaruh terapi
adanya keluhan pada tumit pada latihan calf raises terhadap
injakan pertama saat pagi hari, rasa peningkatan kekuatan otot pada

41
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

kondisi plantar fasciitis et memiliki nilai yang bervariasi.


causacalcaneusspur bilateral. Variabel juga sebuah lambang atau
4. Untuk mengetahui pengaruh terapi nilai yang padanya kita letakkan
latihan active stretching terhadap sembarang nilai atau bilangan
peningkatan lingkup gerak sendi (Kerlinger, 2006). Variable penelitian
pada kondisi plantar fasciitis et terdapat dua macam yaitu variable
causacalcaneus spur bilateral. dependen dan variable independen:
5. Untuk mengetahui pengaruh terapi Dalam hal ini variabel dependent
latihan free active exercise, TENS, adalah pelaksanaan terapi yang
Infrared, latihan calf raises, dan dilaksanakan yaitu penyebab dari
latihan active stretching terhadap Plantar FasciitisEt Causa Calcaneus
peningkatan aktiftas fungsional Spur Bilateral antara lain adanya nyeri,
pada kondisi plantar fasciitis et spasme otot, penurunan kekuatan otot,
causacalcaneusspur bilateral. penurunan lingkup gerak sendi, dan
penurunan aktivitas fungsional dari
METODE PENELITIAN kondisi Plantar FasciitisEt Causa
Dalam penelitian ini, penulis Calcaneus Spur Bilateral. Variabel
menggunakan jenis penulisan indefendent proposal karya tulis ilmiah
deskriptif yaitu memberikan gambaran disimi adalah modalitas infrared,
menyeluruh tentang suatu masalah TENS (Transcutaneus Eletrical Nerve
yang berkembang dengan suatu Stimulation) dan terapi latihan berupa
gagasan kreatif yang akan dijadikan free active exercise, calf raises, active
sebagi solusi yang inovatif melalui stretching untuk penanganan
suatu kebijakan yang inovatif. Metode fisioterapi plantar fasciitis et
deskriptif merupakan suatu metode causacalcaneusspur bilateral.
dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu set Desasin penelitian digambar
kondisi, suatu system pemikiran sebagai berikut.
ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang (Notoatmojo, 2010).
Penelitian ini dilakukan di RSUD
Kajen bulan Febuari 2020.
Subjek penelitian ini adalah
pasien dengan kondisi Plantar
FasciitisEt Causa Calcaneus Spur
Bilateralyang diberi intervensi
fisioterapi berupa infrared, TENS Keterangan:
(Transcutaneus Eletrical Nerve X : Keadaan pasien sebelum diberikan
Stimulation) dan terapi latihan free program fisioterapi
active exercise, calf raises, dan active Y : Keadaan pasien setelah diberikan
stretching. program fisioterapi
Rancangan yang digunakan Z : Program fisioterapi
dalam penelitian ini adalah rancangan
studi kasus. Variable penelitian adalah
Variabel Penelitian adalah konstruk
atau sifat yang akan dipelajari yang

42
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

Metode Pengumpulan Data


Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara tanya
jawab antara terapis dengan pasien
Gambar 1 Skala VAS
yaitu anamnesis langsung dengan (Andarmoyo, 2013)
pasien (Auto Anamnesis). Dilakukan
untuk mengetahui perkembangan Pengukuran drajat nyeri dengan
pasien untuk mengetaui perkembangan menunjukan satu titik pada garis skala
pasien selamadiberikan terapi. nyeri (0-10 cm). Ujung kiri
menandakan “nyeri berat” atau “nyeri
Instrumen penelitian dalam paling buruk” dan pada ujung kanan
penelitian ini sebagai berikut : tidak merasakan nyeri sama sekali.
Nyeri
Spasme otot
International Association for the
Study of Pain (IASP) mendefenisikan Spasme otot merupakan
nyeri sebagai suatu sensori subjektif kontraksi involunter mendadak satu
dan pengalaman emosi yang tidak kelompok otot atau lebih meliputi
menyenangkan berkaitan dengan kram dan kontraktur. Cara pengukuran
kerusakan jaringan aktual atau belum ada yang secara pasti, tetapi
potensial atau yang dirasakan dalam untuk mudahnya dapat dikunakan
kejadian-kejadian dimana terjadi pengukuran spasme otot dengan nilai
kerusakan (Judha et al, 2012). skor 0 : tidak ada rasa sakit, skor 1 :
terdapat rasa sakit (Mardiman, dkk.
Nyeri plantaris adalah kondisi 1993).
dimana melemahnya jaringan sekitar
akibat penggunaan sepatu hak Lingkup Gerak Sendi
tinggi.Penggunaan sepatu tinggi yang Lingkup gerak sendi (LGS)
terlalu lama menyebabkan terjadinya adalah lingkup gerak yang dapat
inflamasi atau pun iritasi pada plantar dilakukan oleh suatu sendi Ankle.Alat
fascia, diakibatkan plantar fascia yang digunakan untuk mengukur
menerima beban yang berlebih akibat Pengukuran dilakukan sesuai dengan
berdiri lama serta pengunaan sepatu ISOM (Internasional Standart
hak tinggi.Nyeri yang dapat Orthopedic Measurment).Penulisan
mengganggu gerak dan fungsi menggunakan sisten STFR dengan tiga
kaki.Jenis nyeri yang dirasakan adalah kelompok angka mulai dari gerakan
nyeri tertusuk tusuk pada bagian yang menjauhi tubuh kemudian posisi
medial atau lateral awal kemudian gerakan yang
calcaneus.(Prabashanti, 2018). mendekatati tubuh (Wahyuni et al,
2011). Plantar-Dorso titik ukur pada
Alat ukur nyeri adalah skala
Maleolus Lat.Fibula = S.20° - 0° - 35°.
VAS (Visual Analog Scale)
Eversi-inversi titik ukur pada garis
merupakan suatu garis lurus, yang
tengah jari kedua = R.30° - 0° - 20°
mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan memiliki alat Alat yang digunakan untuk
pendeskripsian verbal pada setiap mengukur Lingkup Gerak Sendi
ujungnya. adalah goneometer. Posisi awal
biasanya posisi anatomi dan disebut
neutral zero starting position (NZSP).

43
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

Kekuatan Otot fungsional atau foot and ankle


Kekuatan otot adalah disability pada kasus plantar fasciitis,
kemampuan otot melawan beban dengan menggunakan pengukuran
dalam satu usaha (Irianto, yang di cantumkan oleh FADI
2014).Penurunan jumlah dan serabut (Foot/Ankle Disability index). FADI
otot, atrofi, pada beberapa serabut otot (Foot/Ankle Disability index)
dan hipertropi pada beberapa serabut bertujuan untuk mengukur intensitas
otot yang lain, peningkatan jaringan disabilitas pada ankle and foot melalui
lemak dan jaringan penghubung dan kuesioner yang berisi aktivitas pasien
lain-lain mengakibatkan efek dengan 26 item pernyataan, terdiri
negative.Efek tersebut adalah dari: 4 Intensitas nyeri, 22 item
penurunan kekuatan, penurun aktivitas sehari-hari (Martin et al.,
fleksibilitas, perlambatan waktu reaksi 2010).
dan penurunan kemampuan fungsional Teknik Pengambilan Data
(Pudjiastuti & Utomo, 2008). Anamnesis
Timbulnya rasa nyeri akan Metode ini digunakan untuk
menyebabkan kita berusaha untuk mengumpulkan data dengan cara tanya
mengurangi gerakan pada kaki jawab antara terapis. dengan pasien
sehingga terjadi in-aktivitas. yaitu anamnesis langsung dengan
Keterangan : pasien (Auto Anamnesis).
0 = Kontraksi otot tidak terdeteksi Pemeriksaan Fisik
dengan palpasi Pemeriksaan fisik bertujuan
1 = Kontraksi otot bisa dipalpasi untuk mengetahui keadaan fisik
tetapi tidak ada gerak sendi pasien, keadaan fisik terdiri dari vital
2 = Subjek bisa bergerak sedikit tanpa sign, Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan
melawan gravitasi Auskultasi.emeriksaan fisik
3 = Subjek bergerak dan Tes Spesifik Grifka Test
mempertahankan posisi dengan Pasien di posisikan tidur
melawan gravitasi telentang.Tangan terapis berada
4 = Subjek bergerak dan dicalcaneus dan satunya berada di
mempertahankan posisi dengan metatarsal.Terapis menggerakkan ke
melawan gravitasi dan tahanan arah dorsiflexi, kemudian di gerakkan
minimal lagi ke arah plantar flexi.Hasil
5 = Subjek bergerak dan menunjukan positif (+) jika pasien
mempertahankan posisi dengan merasakan nyeri pada plantar
melawan gravitasi dan tahanan fascia(Grifka, 2001).
maksimal
Aktifitas Fungsional
Kemampuan fungsional adalah
suatu kemampuan seseorang untuk
menggunakan kapasitas fisik yang
dimiliki guna memenuhi kewajiban
kehidupannya, yang beritegerasi atau
berinteraksi dengan lingkungan
(WHO, 2019).Keterbatasan aktivitas Gambar 2 Grifka Test
(Grifka, 2001)

44
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

Test Spesifik Talar Tilt Test 1. Adanya penurunan nyeri ankle


Posisi pasien tidur miring bilateral
kemudian terapis memegang calcaneus 2. Adanya penurunan spasme otot M.
dan jari telunjuk kemudian gerakan Gastrocnemius
kearah inversi daneversi. Hasil 3. Adanya peningkatan kekuatan otot
menunjukan positif (+) jika pasien plantar flexor, dorso flexor,
merasakan nyeri pada otot investor dan investor, dan evesor ankle bilateral
evesor(Arisandy, 2019). 4. Adanya peningkatan lingkup gerak
sendi
5. Adanya peningkatan aktivitas
fungsional
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan tindakan
fisioterapi sebanyak empat kali pada
pasien Plantar Fasciitis Et Causa
Calcaneus Spur Bilateral didapatkan
hasil sebagai berikut:
Gambar 3 Talar Tilt Test Evaluasi Nyeri Dengan VAS
(Arisandy, 2019)
Evaluasi nyeri dengan
HASIL menggunakan VAS dari mulai terapi
Pasien atas nama Ny. SS dengan ke satu sampai ke empat.
kondisi Plantar Fasciitis bilateral et Grafik 1 Evaluasi Nyeri
causa calcaneus spur mengeluhkan
nyeri pada kedua telapak kakinya. Dari
pemeriksaan fisioterapi yang telah
dilakukan ditemukan adanya nyeri
pada telapak kaki kanan danz kiri,
terdapat nyeri tekan pada calcaneus
kanan dan kiri, terdapat nyeri saat
gerakan dorso fleksi, eversi dan Dari grafik diatas didapatkan
inversi, terdapat spasme pada otot M. hasil data pada T1 nyeri diam
Gastrocnemius, dan terdapat disimbolkan berwarna biru dengan
kelemahan otot plantar flexor, dorso nilai nyeri 1,8 (nyeri ringan) dan hasil
flexor, investor, dan evesor ankle T4 yaitu 0 (tidak nyeri). Untuk nyeri
bilateral. tekan disimbolkan berwarna oren
Setelah dilakukan intervensi dengan hasil penurunan nyeri dengan
fisioterapi dengan modalitas TENS T1 nilainya 3,8 (nyeri tidak begitu
(Trnascutaneus Electrical Nerve berat) dan hasil T4 yaitu nilai 2,3
Stimulation),Infrared Dan Terapi (nyeri ringan). Untuk nyeri gerak
Latihan (free active exercise, calf disimbolkan berwarna abu-abu dengan
raises, dan active stretching) sebanyak nilai T1 yaitu 7,1 (nyeri berat) dan
4 kali didapatkan hasil sebagai berikut pada T4 terdapat penurunan nyeri
: gerak dengan nilai 3,7 (nyeri ringan).

45
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

Menurut Pranata, Nugroho & Evaluasi Lingkup Gerak Sendi


Sujianto (2016) menjelaskan bahwa Dengan Goneometer
pemberian TENS dapat merangsang Evaluasi lingkup gerak sendi
tubuh mengeluarkan endorphine, dengan goneometer dari mulai terapi
sehingga endorphin yang keluar akan ke satu sampai ke empat.
meningkatkan relaksasi sehingga akan
terjadi penurun nyeri. Grafik 3 Evaluasi Lingkup Gerak
Sendi Dekstra
Evaluasi Spasme Dengan Palpasi
Evaluasi spasme dengan palpasi
dari mulai terapi ke satu sampai ke
empat.
Grafik 2 Evaluasi Spasme Otot

Hasil dari pemeriksaan lingkup


gerak sendidekstra kearah dorso fleksi
(warna biru) dari T1 dengan nilai15o
terdapat peningkatan pada T4 dengan
nilai 25o, kearah plantar fleksi (warna
Dari grafik diatas didapatkan oren) dari T1dengan nilai 50o tidak
hasil data pada dari T1 sampai T4, terdapat perubahan karena tidak
dimana dari T1-T3= 1 (terdapat terdapat penurunan lingkup gerak
spasme) menjadi T4= 0 (tidak terdapat sendi sehingga T4 dengan nilai 50o ,
spasme). kearah eversi (warna abu-abu) T1
Pada data penelitian diatas dengan nilai 10o terdapat peningkatan
didapatkan hasil bahwa infrared pada T4 dengan nilai 15o, kearah
terbukti dapat menurunkan spasme inversi (warna kuning) dari T1dengan
otot seperti yang telah dijelas kan oleh nilai 30o tidak terdapat perubahan
Tulaar pada tahun 2002 tentang karena tidak terdapat penurunan
infrared yang menyatakan bahwa lingkup gerak sendi sehingga T4
spame otot sebagai gejala sekunder dengan nilai 30 o.
dari trauma otot, sendi dan neurologis Grafik 4 Evaluasi Lingkup Gerak
dapat dihilangkan dengan pemakaian Sendi Sinistra
panas yaitu dengan infrared. Panas dari
infrared dapat meningkatkan
sensitivitas gelendong otot juga
meningkatkan laju letupan organ golgi
tendon yang bekerja sebagai
penghambat motorneuron.
Peningkatan laju letupan itu akan
menghasilkan pengurangan letupan
Hasil dari pemeriksaan lingkup
motorneuron yang selanjutnya akan
gerak sendisinistra kearah dorso fleksi
mengurangi spasme otot dan nyeri.
(warna biru) dari T1 dengan nilai10o
terdapat peningkatan pada T4 dengan
nilai 20 o, kearah plantar fleksi (warna

46
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

oren) dari T1 dengan nilai 50 o tidak Hasil dari pemeriksaan kekuatan


terdapat perubahan karena tidak otot pada ankle kanan pada dorso
terdapat penurunan lingkup gerak fleksor (warna biru) dari T1 dengan
sendi sehingga T4 dengan nilai 50 o , nilai 4 (tahanan minimal) terdapat
kearah eversi (warna abu-abu) T1 peningkatan kekuatan otot menjadi T4
dengan nilai 5 o terdapat peningkatan dengan nilai 5 (tahanan maksimal),
pada T4 dengan nilai 15 o, kearah kearah plantar fleksor (warna oren)
inversi (warna kuning) dari T1 dengan dari T1 dengan nilai 4 (tahanan
nilai 30 o tidak terdapat perubahan minimal) terdapat peningkatan
karena tidak terdapat penurunan kekuatan otot menjadi T4 dengan nilai
lingkup gerak sendi sehingga T4 5 (tahanan maksimal), kearah eversor
dengan nilai 30 o. (warna abu-abu) dari T1 dengan nilai 4
Dalam penelitian ini active (tahanan minimal) terdapat
stretching dapat meningkatkan lingkup peningkatan kekuatan otot menjadi T4
gerak sendi, seperti dalam penelitian dengan nilai 5 (tahanan maksimal),
Joshua Dubin, DC, CCSP, CSCS tahun kearah inversor (warna kuning) dari T1
2007 yang berjudul “Evidence Based dengan nilai 4 (tahanan minimal)
Treatment for Plantar Fasciitis” terdapat peningkatan kekuatan otot
menjelaskan bahwa stretching exercise menjadi T4 dengan nilai 5 (tahanan
secara rutin pada plantar fasciitis telah maksimal).
terbukti meningkatkan jangkauan Grafik 6 Evaluasi Kekuatan Otot
gerak untuk memulihkan lingkup Sinistra
gerak sendi dan membantu mengobati
kondisi plantar fasciitis, selain itu hal
ini dapat dijelaskan juga pada sebuah
studi yang mendapat rating PEDro
tertinggi menunjukan bahwa stretching
exercise lebih signifikan efektif dalam
mengurangi nyeri dan peningkatan
fungsi dari sendi (Sweeting dkk,
2011).
Hasil dari pemeriksaan kekuatan
Evaluasi Kekuatan Otot Dengan
otot pada ankle kanan pada dorso
MMT
fleksor (warna biru) dari T1 dengan
Evaluasi kekuatan otot dengan
nilai 4 (tahanan minimal) terdapat
MMT dari mulai terapi ke satu sampai
peningkatan kekuatan otot menjadi T4
ke empat.
dengan nilai 5(tahanan maksimal),
Grafik 5 Evaluasi Kekuatan Otot kearah plantar fleksor (warna oren)
Dekstra dari T1 dengan nilai 4 (tahanan
minimal)terdapat peningkatan
kekuatan otot menjadi T4 dengan nilai
5 (tahanan maksimal), kearah eversor
(warna abu-abu) dari T1 dengan nilai 4
(tahanan minimal) terdapat
peningkatan kekuatan otot menjadi T4
dengan nilai 5 (tahanan maksimal),

47
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

kearah inversor (warna kuning) dari T1 Evaluasi Aktivitas Fungsional


dengan nilai 4 (tahanan Dengan Indeks FADI
minimal)terdapat peningkatan Evaluasi aktivitas fungsional
kekuatan otot menjadi T4 dengan nilai dengan indeks FADI dari mulai terapi
5(tahanan maksimal). ke satu sampai ke empat.
Penelitain yang dilakukan oleh Grafik 7 Evaluasi Aktifitas
Renny dan Ayu pada tahun 2015, Fungsional Dasar
latihan calf raises dapat
memaksimalkan kekuatan otot dan
mempengaruhi peningkatan tonus otot
serta bertujuan untuk menciptakan
pemanjangan pada calf muscle dapat
melepas perlengketan dan nyeri dapat
berkurang. Pada saat pemberian Dari grafik diatas disimpulkan
latihan calf muscle terjadi pelepasan bahwa terdapat peningkatan aktivitas
adhesion dan meningkatkan fungsional yang diukur dengan Foot
fleksibelitas pada fascia, disaat Activity Disability Indeks (FADI) pada
gerakan calf raises terjadinya kontraksi T2 dengan hasil 44%.
eksentrik. Kontraksi eksentrik
menyebabkan pembuluh darah dalam Berdasarkan penelitian dari
keadaan lancar dan memungkinkan Widodo, 2013.Yaitu Free active
nutrisi serta suplai oksigen tercukupi. exercise merubah lingkungan lokal
Pada penelitian oleh Akhmad Alfajri pada serabut matriks yang tidak
Amin, dkk dengan judul “Pengaruh beraturan melalui gerak antar
Terapi Latihan, Transcutaneous persendian secara perlahan
Electrical Nerve Stimulation Dan menyebabkan penurunan adhesive
Kinesiology Taping Pada Post abnormal formasi (kekakuan). Dengan
Rekonstruksi Anterior Cruciatum latihan gerak free active exercise
Ligamen” pada tahun 2017 secara perlahan akan mengurai
menjelaskan bahwa Transcutaneous endapan dan terbentuk jarak baru
Electrical Nerve Stimulation (TENS) untuk mengatur sintesis kolagen, dapat
merupakan suatu teknik analgesik non- menurunkan adhesiv abnormal formasi
invasif yang digunakan untuk (kekakuan) maka akan meningkatkan
meredakan nyeri nosiseptif, neuropati, range of motion sendi dan dapat
dan muskuloskeletal. Arus listrik meningkatkan aktivitas
dihasilkan oleh generator pulsa fungsional.Pada penelitian oleh
portabel dan dikirim melintasi Luklukaningsih pada tahun 2009
permukaan kulit melalui bantalan mengatakan bahwa stretching terbukti
kondisioner selfadhering yang disebut dapat meningkatkan aktivias
elektroda. Perangkat TENS standar fungsional dasar karena Teknik
menghasilkan aliran berdenyut penguluran pada jaringan lunak
biphasic dengan cara berulang dengan dengan teknik tertentu, untuk
durasi pulsa 50-250 ms dan frekuensi menurunkan ketegangan otot secara
pulsa 1-200 s-1 terbukti dapat dapat fisiologis sehingga otot menjadi rileks.
meningkatkan kekuatan otot. Selain itu penelitian yang dilakukan
oleh Kuswardani,dkk pada tahun 2018

48
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

dengan judul “Pengaruh Infrared, Stretching) dapat disimpilkan hasil


Ultrasound Dan Terapi Latihan Pada sebagai berikut:
Faciitis Plantaris” bahwa penelitian ini 1. TENS (Transcutaneus Eletrical
menunjukkan bahwa penggunaan Nerve Stimulation) dapat
modalitas infrared, ultrasound dan mengurangi rasa nyeri dalam
terapi latihan berupa stretching, towel kasus plantar fasciitis et
stretch, stretch and scroll serta latihan causacalcaneusspur bilateral.
penguatan pada kasus plantar fascitis
terbukti dapat mengurangi derajat 2. Infrared (IR) dapat mengurangi
nyeri, meningkatkan kekuatan otot spasme otot pada kondisi plantar
ankle untuk gerakan plantar fleksi dan fasciitis et causacalcaneusspur
dorsal fleksi serta meningkatkan bilateral.
kemampuan aktivitas fungsional kaki 3. Calf raises dapat meningkatkan
partisipan secara signifikan. Pada kekuatan otot pada kondisi
penelitian yang dilakukan oleh Clara plantar fasciitis et
Shinta Febrianti pada tahun 2012 causacalcaneusspur bilateral.
dengan judul “Perbedaan Latihan Calf 4. Active stretching dapat
Raise Dengan Latihan Towel Toe Curl meningkatkan lingkup gerak sendi
Setelah Pemberian Intervensi pada kondisi plantar fasciitis et
Ultrasound Terhadap Fungsional causacalcaneus spur bilateral.
Ankle Pada Kasus Plantar Fasciitis” 5. TENS (Transcutaneus Electrical
mengatakan bahwa Latihan calf raise Nerve Stimulation), Infrared (IR),
juga baik digunakan pada kasus plantar dan terapi latihan (free active
fasciitis untuk meningkatkan exercise, Calf Raises, dan Active
fungsional pada ankle dengan Stretching) dapat meningkatkan
menguatkan otot pada calf muscles. aktiftas fungsional pada kondisi
latihan calf raise memulihkan berbagai plantar fasciitis et
sendi gerak dan fleksibilitas otot, causacalcaneusspur bilateral.
meningkatkan daya tahan serta
meningkatkan stabilisasi pada ankle, DAFTAR PUSTAKA
sehingga ankle lebih fungsional dan Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori
stabil. Latihan calf raise juga dapat Pengukuran Nyeri & Nyeri
mengaktifkan saraf sehingga membuat Persalinan, Nuha Medika:
propioseptif meningkat, maka dengan Yogyakarta.
melakukan latihan ini akan
meningkatkan performa yang baik Beeson, P. 2014. Plantar Fasciopathy:
Revisiting the risk factors. Foot
SIMPULAN and Ankle Surgery, 20(3), 160-
Pada penatalaksanaan fisioterapi 165.
yan diberikan pada kondisi Plantar https://doi.org/10.1016/j.fas.201
Fasciitis Et Causa Calcaneus Spur 4.03.003
Bilateral dengan menggunakan
modalitas TENS (Transcutaneus De Wolf, A.N., Mens, J. M.A, 1994.
Electrical Nerve Stimulation), Infrared Pemeriksaan Alat Penggerak
(IR), dan terapi latihan (free active Tubuh. Houten/ Zaventem: Bohn
exercise, Calf Raises, dan Active Staff Leu Van Loghum.

49
Jurnal PENA Vol.35 No.2 Edisi September 2021

Hudaya, P, 2002; Dokumentasi


Persiapan Praktek Profesional
Fisioterapi; Politeknik
Kesehatan Surakarta, Surakarta
Kerlinger. 2006. Asas–Asas Penelitian
Behaviour. Edisi 3, Cetakan 7.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Siburian, 2008. Penyakit Plantar
Fascitis.Dalam : Soeparman,
Waspadji S, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI

50

You might also like