KARYA TULIS SMP NEGERI 2 TANGEN Bajra Sandhi

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 29

LAPORAN KARYA TULIS

OBJEK WISATA BAJRA SANDHI

DI SUSUN OLEH :

No. Nama. No absen. Kelas

1. Arlinda Citra .L. (5). IX E

2. Bayu David .S. (7). IX E

3. Fitho Artiyono. (19). IX E

4. Islamia Nur .H. (21). IX E

5. Naiya Icha .E. (24). IX E

6. Wachidatum .M. (28). IX E

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUTAPEN SRAGEN


SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN)
SMP NEGERI 2 TANGEN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya tulis ini telah di terima dan di setujui oleh pembimbing.Karya tulis SMP Negeri 2
Tangen Dalam rangka melengkapi syarat-syarat kelulusan dan tugas akhir tahun pelajaran
2022/2023.

Hari :

Tanggal :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ida Fitriana, S.Pd. Yuliati Susiana Anwari,


S.Pd

NIP.19831102 201001 2 024. NIP. 19830723 202221 2


018

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 2 Tangen

Slamet Indarto, M.Pd

NIP. 19671124 200012 1003

ii
ABSTRACT

Bajra Sandhi Monument is an architectural masterpiece from Ida Bagus Gede Yadnya
which refers to Tri Hita Karana, Tri Mandala and Tri Angga Concept. Horizontally building
refers to the concept of Tri Mandala. The building part of the monument as the center of building
orientation as the Main Mandala, The courtyard section around the monument as Madya
Mandala and Field as Nista Mandala. As the Main Mandala the main building is divided in the
most central square located on the 3rd floor or the highest floor as Utamaning Utama the quietest
place, Madyaning Utama is located on the 2nd floor there is as much diorama as a museum.

Nistaning Utama is located on the ground floor of the building serves as a public area.
Vertically the building adapts the Tri Angga concept that the head is the empty top as a symbol
of immortality, the Body is the part that contains the diorama and the foot is the basement and
the gardens. The philosophical value contained in the Bajra Sandhi Monument is the story of
Mount Mandara Giri Screening by Gods and Giants who work together to get Tirtha Amertha on
the ocean of milk. Interpretation of a monument Bajra Sandhi as a form of Architecture aims to
explain an object and seek a broader meaning such as philosophy, culture, art, social and religy.

ABSTRAK

Monumen Bajra Sandhi adalah sebuah karya arsitektur dari Ida Bagus Gede Yadnya yang
mengacu pada Konsep Tri Hita Karana, Tri Mandala dan Tri Angga. Secara horisontal tapak
bangunan yang mengacu pada konsep Tri Mandala yaitu bagian gedung monumen sebagai pusat
orientasi bangunan sebagai Utama Mandala,Bagian pelataran mengitari monumen sebagai
Madya Mandala dan Lapangan sebagai Nista Mandala. Sebagai Utama Mandala bangunan utama
dibagi dalam skala paling tengah terletak di lantai 3 atau lantai tertinggi sebagai Utamaning
Utama tempat yang paling tenang, Madyaning Utama terletak di lantai 2 terdapat diorama
museum sebagai museum.

Nistaning Utama terletak pada lantai dasar gedung berfungsi sebagai publik area. Secara Vertikal
bangunan mengadaptasi konsep Tri Angga yaitu kepala adalah bagian atas yang kosong sebagai
symbol keabadian, Badan adalah bagian yang berisi diorama dan kaki adalah basemen dan taman
– taman. Nilai filosofis yang terdapat pada Monumen Bajra Sandhi adalah kisah Pemutaran
Gunung Mandara Giri oleh Dewa dan Raksasa yang bekerjasama untuk mendapatkan Tirtha
Amertha pada lautan susu. Interpretasi terhadap suatu monument Bajra Sandhi sebagai bentuk

iii
arsitektur bertujuan untuk menjelaskan sebuah obyek dan mencari arti yang lebih luas seperti
filosofi, budaya, seni, sosial, dan kepercayaan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan
hidayah-Nya,sehingga kamu dapat melaksanakan SALB ke Pulau Dewata Bali dengan selamat
tanpa ada halangan suatu apapun.Dengan mendapat bantuan dari pemandu wisata.Penylis dalam
karya tulis ini memperoleh keterangan dan berhasil mengamati objek wisata yang kami kunjungi
maka penulis dapat merangkum hasil penelitian dalam karya tulis ini.

Di dalam penyusun karya tulis ini,penulis merasa banyak kekurangan sehingga penulis dapat
melengkapi karya tulis ini.Dengan karya tulis ini pembaca dapat mengetahui gambaran singkat
wisata di Pulau Dewata Bali.Kamu dari pihak penulis menyampaikan ucapan terimakasih banyak
kepada :

1. Bapak Slamet Indarto, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Tangen.

2. Bapak/Ibu guru pembimbing Ibu Ida Fitriana, S.Pd dan Ibu Yuliati Susiana Anwari, S.Pd.

3. Bapak/Ibu guru pendamping.

Kami menyadari bahwa karya tulis yang kami buat kurang sempurna,atas itu kamu
mengharap kritik dan saran dari pembaca agar terciptanya karya tulis yang sempurna

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ ii

ABSTRAKSI.................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

Latar Belakang Masalah....................................................................................1

Rumusan Masalah.............................................................................................1

Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

Bentuk Bangunan Monumen Bajra Sandhi.......................................................3

Keadaan Monumen Bajra Sandhi ...................................................................13

Sejarah Berdirinya Monumen Bajra Sandhi ..................................................14

Koleksi Monumen Bajra Sandhi ....................................................................16

BAB III PENUTUP .......................................................................................18

Kesimpulan ....................................................................................................18

Saran ...............................................................................................................19

v
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................20

LAMPIRAN ...................................................................................................21

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Monumen Bajra Sandhi dibangun sebagai penghormatan perjuangan rakyat Bali,


berlokasi di jalan raya Niti Mandala Renon, Denpasar tempat lokasi perang puputan
badung tahun 1906. Luas bangunan 4.900 m2 berbentuk dasar segi empat bujur
sangkar simetris dengan luas tapak 70 m x 70 m dengan luas lahan 138.830 m2
berupa lapangan. Ide pembangunan monumen Bajra Sandi dicetuskan oleh gubernur
Bali prof. Dr. Ida Bagus Mantra pada tahun 1980, kemudian diadakan sayembara
desain yang dimenangkan oleh mahasiswa jurusan arsitektur universitas udayana Ida
Bagus Gede Yadnya.

Pada tahun 1988 adalah perletakan batu pertama dan pembangunan selesai pada
tahun 2001 dan diresmikan oleh presiden ke empat RI Megawati Soekarnoputri
tanggal 14 juni 2003. Secara horisontal monumen Bajra Sandhi tapak bangunan yang
mengacu pada konsep Tri Mandala yaitu : bagian gedung monumen sebagai pusat
orientasi bangunan sebagai utama mandala, bagian pelataran mengitari monumen
sebagai madya mandala dilengkapi dengan empat pintu masuk berupa kori agung ke
area utama mandala dan lapangan sebagai nista mandala terdapat empat pintu masuk
ke area monumen berupa candi bentar. Namun hanya satu pintu utama yang dibuka
untuk umum yaitu pintu masuk bagian selatan

Bangunan monumen sebagai Utama Mandala dibagi dalam skala paling tengah
terletak di lantai 3 atau lantai tertinggi sebagai Utamaning Utama tempat yang paling
tenang, Madyaning Utama terletak di lantai 2 terdapat diorama museum 33 Unit
sebagai gambaran sejarah dan perjuangan Bali dari masa ke masa. Pada bagian tepi
dari Madyaning Utama terdapat teras terbuka, Nistaning Utamaterletak pada lantai
dasar gedung berfungsi sebagai pusat informasi, perpustakaan, ruang pameran, ruang
pertemuan, administrasi, gudang dan toilet. Di tengah ruangan terdapat telaga
bernama PuserTasik, delapan tiang utama dan tangga naik berbentuk Tapak Dara.
Secara Vertikal bangunan mengadaptasi konsep Tri Angga yaitu kepala adalah bagian
atas yang kosong sebagai simbol keabadian, Badan adalah bagian yang berisi diorama
dan kaki adalah basemen dan taman – taman.
Nilai filosofis yang terdapat pada Monumen Bajra Sandhi adalah kisah Pemutaran
Gunung Mandara Giri oleh Dewa dan Raksasa yang bekerjasama untuk mendapatkan
Tirtha Amertha pada lautan susu. Bangunan utama yang tertinggi adalah manifestasi

dari Lingga dan dasar bangunannya merupakan Yoni. Lingga Yoni merupakan simbol
pertemuan pria (purusa) dengan wanita (pradana) yaitu pertemuan antara kekuatan
positif dan kekuatan negatif yang dipercaya merupakan pertemuan langit dan bumi
sebagai lambang kesuburan. Lingga dalam bentuknya terbagi atas empat bagian yaitu
puncak berbentuk bulat disebut sebagai Siwaghaga, merupakan simbol tahta Dewa
Siwa.

Bagian tersebut sebagai utamaning utama pada konsep Tri Mandala. Bagian
tengah sebagai Madyaning Utama yang berbentuk segi delapan disebut Wisnubhaga
sebagai simbol tahta Dewa Wisnu dan bagian bawah lingga yang berbentuk segi
empat disebut Brahmabhaga sebagai simbol tahta Dewa Brahma. Bagian paling dasar
dimana Lingga berdiri tegak terdapat Yoni berbentuk segi empat dan memiliki mulut
sebagai saluran air suci disebut Nistaning Utama. Tulisan ini bertujuan untuk
menyingkap makna dari bentuk arsitektur serta ornamen pada bangunan monumen
ini, sehingga mampu memberikan gambaran dari sudut pandang arsitektur kepada
khalayak luas.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari karya tulis ini yaitu :

1.Bagaimana bentuk dari Monumen Bajra Sandhi ?

2.Bagaimana keadaan dari Monumen Bajra Sandhi ?

3.Bagaimana sejarah berdirinya Monumen Bajra Sandhi ?

4. Koleksi apa saja yang ada di Monumen Bajra Sandhi

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian di Museum Bajra Sandhi yaitu :

1. Diharapkan pelajar dapat mengetahui bentuk dari Monumen Bajra Sandhi.

2. Diharapkan pelajar dapat mengetahui keadaan dari Monumen Bajra Sandhi.


3. Diharapkan pelajar dapat mengetahui sejarah dari berdirinya Monumen Bajra
Sandhi.

4. Diharapkan pelajar dapat mengetahui koleksi-koleksi yang ada di Monumen Bajra


Sandhi.

BAB 2

PEMBAHASAN

Gambar 1. Monumen Bajra Sandhi

1. Bentuk Bangunan Monumen Bajra Sandhi

Museum ini menjadi simbol masyarakat Bali untuk menghormati para


pahlawan serta merupakan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat
Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman, serta lambang semangat
untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai monumen yang dibangun untuk memperingati dan menghormati
perjuangan rakyat Bali dalam menentang penjajahan, bangunan tersebut dikonsep
dengan anak tangga dari area utama menuju area parkir dengan jumlah anak tangga
17 buah dimaknai sebagai tanggal kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada tengah
ruangan utama terdapat delapan pilar di tengah kolam sebagai makna bulan
kemerdekaan yaitu Agustus. Tinggi total Menara adalah 45 meter, mengandung
makna tahun kemerdekaan Indonesia yaitu 1945.

Bentuk dari Monumen Bajra Sandhi adalah genta atau Bajra yang biasa
dipakai para pendeta Hindu untuk mengiringi pengucapan japa mantra (Weda) pada
saat melakukan upacara kegamaan Agama Hindu mengandung makna bahwa
monumen tersebut merupakan doa keselamatan dan mengingatkan agar manusia
selalu mengamalkan nilai – nilai ajaran Hindu.

Bangunan museum yang berbentuk tinggi menjulang mengandung makna


Gunung Mandara Giri. Dapat dilihat bahwa substance dan form dari bentuk
monumen ini sangat berkaitan dengan simbul dan budaya yang ingin
ditonjolkan.Guci Amertha dalam bentuk Kumba (periuk) tepat pada bagian atas
museum merupakan tempat Tirtha Amertha yaitu air keabadian diletakkan pada
tempat teratas mempunyai makna bahwa sumber kehidupan dan keabadian adalah
sang pencipta.

Letak monumen tersebut sangat strategis sebab berada persis di depan Kantor
Gubernur Bali, atau tepatnya di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar. Luas
bangunan monumen itu adalah 4.900 m2 (70 m x 70 m) dan luas tanah 138.830 m2
Monumen ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, baik secara horizontal maupun
vertikal, yaitu Secara horizontalSecara horizontal adalah susunan bangunannya
berbentuk segi empat bujur sangkar, simetris dan mengacu pada konsep Tri Mandala,
yaitu: (1) Sebagai Utama Mandala adalah pelataran/gedung yang paling di tengah,(2)
Sebagai Madya Mandala adalah pelataran yang mengitari Utama Mandala,(3)
Sebagai Nista Mandala adalah pelataran yang paling luar yang mengitari Madya
Mandala.

Bangunan gedung monumen pada Utama Mandala tersusun menjadi 3 lantai


yaitu: (1), Utamaning Utama Mandala adalah lantai 3 yang berposisi paling atas
berfungsi sebagai utamaning ketenangan, tempat hening-hening menikmati suasana
kejauhan di sekeliling monumen,(2) Madyaning Utama Mandala adalah lantai 2
berfungsi sebagai tempat diaroma yang berjumlah 33 unit. Lantai 2 ini sebagai tempat
pajangan miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Di bagian luar
sekeliling ruangan
ini terdapat
serambi atau teras
terbuka untuk

menikmati suasana sekeliling,(3) Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar


gedung monumen, yang terdapat ruang informasi, ruang perpustakaan, ruang
pameran, ruang pertemuan, ruang administrasi, gedung dan toilet. Di tengah-tengah
ruangan terdapat telaga yang diberi nama sebagai Puser Tasik, delapan tiang agung
dan juga tangga naik berbentuk tapak dara.

Gambar 2. Tangga tapak


dara Bajra Sandhi

Tangga tapak dara


tersebut untuk menuju lantai
tiga dan terasa sedikit pusing saat menaikinya. Di lantai tiga bangunan monumen,
terdapat ruangan yang cukup luas dan dikelilingi oleh jendela kaca. Dari bangunan di
lantai tiga ini, anda dapat melihat 360 derajat pemandangan kota Denpasar dan
sekitarnya. Tentunya anda tidak akan melihat bangunan pencakar langit di kota
Denpasar, karena adanya Perda (peraturan daerah) larangan membangun lebih tinggi
dari 30 meter.
Gambar 3. Bentuk Monumen dan dua patung pada pintu masuk.

Dua patung utama pada pintu masuk dengan ukuran besar dan dua patung
dibelakang pada pintu pejalan kaki dengan ukuran lebih kecil dalam bentuk patung
raksasa dengan bentuk badan kekar sikap duduk kaki tegak bertaring dan mata bulat
lengkap dengan senjata di tangan adalah sarwakala ditempatkan pada bagian nista
mandala sesuai dengan tingkat kehidupannya merupakan ragam hias mempunyai
makna sebagai penjaga monumen atau sebagai penjaga kehidupan manusia.

Dua pintu utama menghadap ke depan terletak pada tembok penyengker batas
area museum yang berfungsi sebagai pintu masuk atau keluar pekarangan museum
disebut juga pemesuan pada tempat yang disucikan dengan ukuran besar disebut
Candi Bentar. Candi Bentar ini memiliki makna tanda peralihan dari area nista
mandala ke area madya mandala. Candi bentar memiliki makna filosofis gunung
retak yang siap menjepit setiap maksud jahat yang melaluinya. Makna dalam ragam
hias tersebut bermaksud memberikan arahan dan penertiban terhadap pembentukan
sikap hidup sesuai ajaran agama. Kaki candi bentar dihiasi ragam hias fauna berupa
Karang Asti atau karang gajah,mengambil bentuk gajah dengan ekspresi kekarangan.

Karang Asti berbentuk kepala gajah dengan belalai dan taring gadingnya,
bermata bulat dihiasi flora patra punggel kearah sisi pipi. Karang Asti ditempatkan
pada sudut bebaturan candi bentar sesuai dengan kehidupan gajah di tanah yang
mengandung makna kekuatan. Diatas Karang Asti terdapat Karang Tapel berbentuk
kepala raksasa tanpa tangan terdapat patra bun – bunan pada kepala dan patra punggel
searah pipi dalam wujud kecil hanya dengan bibir atas dengan gigi datar dan taring
runcing mata bulat dan hidung ke depan.

Tapel adalah topeng yang diambil dari muka – muka galak ditempatkan pada
peralihan area bawah ke area tengah Candi Bentar mengandung makna penjagaan
terhadap area suci. Bentuk candi bentar serta ornamen yang terdapat pada candi ini
menunjukkan sebuah simbol-simbol dalam kepercayaan umat Hindu yang ingin
ditunjukkan serta adanya imajinasi kreatif dalam mewujudkannya. Bentuk arsitektur
serta makna yang terkandung di dalamnya sejalan dengan teori pertama dan kedua
Gelernter.

Dua Candi Bentar pada area depannya terdapat dua patung sebagai penunggu area
monumen yaitu yang disebelah kiri I Ratu Wayan Tebeng dan yang disebelah kanan
Sang Kala Katungkul. Kedua patung tersebut diletakkan pada pintu masuk area
Madya Mandala mempunyai makna sebagai penjaga dengan rupa Bhuta memegang
senjata dengan mata bulat yang mengandung makna waspada. Pada ujung tembok
penyengker sebelah kiri dan kanan Candi Bentar terdapat bentuk Karang Tapel yang
mempunyai makna perkuatan penjagaan terhadap Bangunan.

Penyengker Area Madya Mandala berupa pagar dengan bahan beton menyerupai
arsitektur tradisional gaya Bali Timur berbentuk pepatran dasar Pae yang memiliki
dimensi besar sehingga menyerupai Bajra senjata Dewa Iswara pelindung dan
penguasa arah Timur. Bentuk Pepatran senjata Bajra yang diletakkan pada Tembok
penyengker area Madya mandala mengandung makna penguasaan dan perlindungan

terhadap area bangunan dimana letak monumen tersebut berada di sebelah timur
pulau Bali.
Gambar 4. Karang Asti dan Karang Tapel pada Kaki Candi Bentar dan Gambar
Patung Penunggu di Depan Candi Benta

Gambar 5. Karang Tapel Terdapat di Sebelah Kiri dan Kanan Candi Bentar(Kiri) dan
Gambar Penyengker Area Madya Mandala (Kanan)

Pada area Madya


Mandala terlihat
bentuk bangunan
utama museum
sebagai bentuk
genta dengan
tinggi menjulang
sebagai lambang Gunung Giri Mandara mengandung makna keagungan dan
kehidupan abadi. Dari area Madya Mandala menuju bangunan utama terdapat
pemesuan atau pamedalan Kori Agung dengan bentuk bangunan pasangan masif
berupa material batu karangasem dengan lubang masuk beratap. Atap kori merupakan
rangkaian pasangan batu lanjutan dari bagian badan dilengkapi dengan tangga naik
dan tangga turun. Didepan Kori Agung terdapat dua patung.
Yang mengapit tangga masuk yang berwujud kemanusiaan selain sebagai hiasan
juga mengandung makna penambahan nilai kesakralan. Patung di depan Kori Agung
Utama disebelah kiri adalah Sutasoma adalah putra Raja Mahaketu dari Hastina yang
merupakan perwujudan Budha sang Bodhisatta yang mengajarkan Dharma (Bakti,
2010). Di sebelah kanan Kori Agung adalah Resi Kesawa seorang pemimpin
pertapaan di Gunung Semeru yang menjadi penasehat dan pendamping Sutasoma
dalam perjalanannya menuju Budha. Patung kedua tokoh tersebut mengandung
makna Kebaikan, kebijaksanaan dan pengetahuan (Darmosoetopo, 2010).

Dikedua sisi Kori Agung terdapat dua patung disebelah kiri berupa patung Naga
dengan mahkota dan hiasan gelung kepala, bebadongleher, anting – anting telinga,
rahang terbuka, taring gigi runcing dengan lidah api bercabang. Patungnaga sikap
tegak bertumpu pada dada. Patung naga pengapit tangga menghadap ke depan
biasanya dipakai untuk tangga – tangga bangunan parahyangan sebagai tempat
pemujaan. Railling tangga pada bangunan ini membentuk badan Naga sampai ekor.

Pada sisi kanan Kori Agung terdapat patung Gajah Waktra raja besar dari
Bedahulu yang bergelar Bhatara Sri Astasura Ratna Bumi Banten dan terkenal sangat
sakti, cerdas, bijaksana dan adil yang didampingi patih Kebo Iwa yang sangat sakti
dan kuat (Suyasa, 2014). Diatas pintu Kori Agung terdapat Karang Boma berbentuk
kepala raksasa dengan hiasan mahkota lengkap dengan tangan dari arah pergelangan
ke arah jari yang mekar.

Dilengkapi dengan patra bun – bunan dan patra punggel memberikan ekspresi
penjagaan dan penertiban mengandung makna peringatan kepada orang yang
melaluinya agar menanggalkan niat jahat. Dari bagian dalam kori disisi kanan dan
kiri terdapat patung, dikiri pintu terdapat patung Jembawan adalah seekor beruang
yang mengelilingi dunia selama tujuh kali pada mitologi pengadukan kolam susu dan
sakti serta bersama Hanoman membantu Rama menemukan Sita (Soebandi, 2003). Di
kanan Kori terdapat patung Trijata putri sulung Arya Wibisana dari Alengka seorang
putri setia, murah hati, baik budi, sabar dan sopan. Berturut turut pada Kori – kori
yang lain terdapat patung Sata Bali, Wresaba, Nala, Nila, Sampati dan Mendha.

Gambar 6. Tembok Penyengker Utama Mandala (kiri), Kori Agung Bangunan Utama
(kanan)

Tembok penyengker yang berujung pada Kori Agung menggunakan pepatran


flora dengan pengabungan antara patra mote – motean, patra mas – masan dan patra
mesir. Pada setiap sudut pekarangan bangunan utama memiliki bangunan sakepat
bertiang empat dengan denah segi empat terbuat dari material yang sama dengan
material lain yaitu batu lahar karang asem. Keempat sisi sendinya berupa Karang
Lembusora. Atap berbentuk limasan dengan murda berbentuk busur anak panah
senjata Nagapasa dari dewa Mahadewa penguasa dan pelindung arah Barat serta
senjata Angkus Dewa Sangkara penguasa dan pelindung arah Barat Laut.

Pada bagian Pemade terdapat lambang Padma sebagai lambang Dewa Siwa
manifestasi dari Sang Maha Pencipta. Bangunan tersebut berfungsi untuk tempat
duduk dan menikmati pemandangan taman, ke arah luar dari bangunan ini dapat
menikmati pemandangan taman disekitar monumen dan lapangan Niti Mandala.
Bangunan Utama berada pada Utama Mandala adalah bangunan Museum dikelilingi
kolam merupakan simbol dari Lautan Susu yang mengelilingi Mandara Giri tempat
air suci kehidupan atau Tirtha Amertha yang diperebutkan kaum Dewa dengan kaum
Asura (raksasa).

Menuju bangunan utama pada Utama Mandala berupa bangunan museum


terdapat Kori Agung. Didepan Kori Agung terdapat sepasang patung Rama
merupakan awatara Dewa Wisnu yang ke tujuh yang diceritakan dalam kitab
Ramayana putra Raja Dasarata dengan Kosalya dan disebut sebagai Maryada
Purushottama atau manusia yang sempurna dan Dewi Sita inkarnasi dari Dewi
Laksmi yang diculik oleh Rahwana raja dari kerajaan Alengka.

Diatas pintu Kori Agung terdapat karang berbentuk kepala kura – kura raksasa
(bedawang) berambut api dengan hidung mancung dan mata bulat, wajah angker
memandang keatas depan mempunyai makna kehidupan yang abadi ditunggangi oleh
Naga dengan kepala bedawang sejajar dengan kepala Naga. Untuk melengkapi
mithologi Hindu yang membawakan filosofi kehidupan ritual pada karang tersebut
terdapat sayap garuda sebagai simbol bahwa Bedawang yang dibelit Naga merupakan
pijakan Garuda sebagai kendaraan Dewa Wisnu.
Pin tu masuk
Museum

merupakan pintu dengan ukiran khas Bali dengan pepatran Naga dan kehidupan air
mengandung makna penegasan terhadap Mitologi Hindu Kolam Susu. Dikiri dan
kanan pintu masuk Museum terdapat Karang Asti dan Karang Bentulu yang
merupakan bentuk karang tapelyang lebih kecil dan sederhana menghiasi sudut –
sudut dinding sehingga memperkuat kesan tampilan pilar pada frame pintu. Bentuk
Naga yang melilit Bedawan pada Entrance museum melambangkan Naga Basuki
yang digunakan sebagai tali dalam pemutaran Mandara Giri. Kura – kura yang
terdapat di bagian bawah museum merupakan simbol dari Bedawang Akupa yang
digunakan sebagai alas pemutaran Mandara Giri (Prayitno, 2015).
Gambar 7. (1) Ornamen pada Dinding Kiri dan Kanan Pintu Masuk Museum (2)
Pintu Utama Museum Dengan Ukiran Kayu Bermotif Fauna dan Flora (3)
Padmasana, (4) Bedawang Akupa yang Dililit Naga Basuki, (5) Kolam yang Diapit 8
Pilar pada Dasar Bangunan sebagai Simbol Lautan Susu pada Mitologi Hindu.

Pada badan dalam konsep Tri Angga terdapat Museum Diorama perjuangan
rakyat Bali yang berbentuk segi delapan dengan empat pintu menuju teras. Pada
Teras di sisi timur laut terdapat Padmasana sebagai simbol Dewa Wisnu yang
mengendarai Garuda yang berpijak pada Bedawangyang dililit Naga. Konsep Tri
Angga pada monumen ini terdapat pada puncak bangunan ruang dalam yang terdapat
bentuk senjata para Dewa pada hiasan langit – langitnya. Keseluruhan kekarangan
yang terdapat pada puncak bangunan merupakan penggabungan dari pepatran floral
yang dibentuk sedemikian hingga menyerupai bentuk abstrak dari kekarangan.
Bentuk – bentuk keindahan pada bangunan tersebut dibuat melalui patra – patra flora
yang terlihat lebih ringan dan harmonis.

2. Keadaan Dari Monumen Bajra Sandhi.

Monumen yang terletak di tengah-tengah lapangan puputan Niti Mandala Renon


ini telah menarik banyak wisatawan. Kawasan yang ditata dengan baik serta
arsitektural yang hebat mencerminkan kekuatan dan juga sisi artistik yang dimiliki
rakyat Bali. Monumen ini juga memiliki letak yang strategis karena ditempatkan di
depan Gedung Gubernur Bali dan Gedung DPRD. Area ini dulunya adalah lokasi
perang kemerdekaan antara Pejuang Kemerdekaan Bali melawan Pasukan Belanda.
Perang ini terkenal dengan perang puputan yang berarti perang habis-habisan hingga
tetes darah terakhir. Monument ini dibangun sebagai tanda jasa untuk menghormati
pahlawan perang kemerdekaan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Monumen ini berdiri di atas lahan seluas 138.830 meter persegi dengan luas
bangunan utama sekitar 4.900 meter persegi. Merupakan monument bersejarah yang
dapat menambah wawasan, Monumen Barja Sandhi yang terletak di tengah lapangan
Renon ini memiliki arsitektural bangunan yang hebat untuk dijadikan tempat dan
objek yang bagus untuk mengambil foto.Cukup membayar Rp 2.000,sudah bisa
masuk ke gedung monumen. Pelataran paling luar disebut Nista Mandala.

Kemudian ada tangga naik menuju bangunan utama. Ada 17 anak tangga menuju
bangunan utama  melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan. Bangunan
pertama yang saya temui adalah Utama Mandala di lantai dasar. Isinya adalah ruang
informasi,administrasi,perpustakaan, rapat, dan ruang pameran yang menampilkan
foto-foto pahlawan dan peristiwa bersejarah di Bali. Terharu bila melihat foto-foto
kekejaman perang rakyat Bali melawan Belanda.Sangat dramatis dan emosional.

Di dekat ruang Utama Mandala di lantai dasar, terdapat kolam ikan yang
dikelilingi oleh delapan pilar. Pilar-pilar melambangkan bulan Agustus 1945. Dari
lantai dasar terdapat tangga menuju ruang Madya Mandala. Di ruang Madya Mandala
dipamerkan keris-keris

yang pernah dipakai zaman perjuangan dan ditampilkan 33 mini diorama sejarah Bali
mulai dari zaman prasejarah sampai masa kemerdekaan.

Sangat menarik menyaksikan potongan sejarah yang ditampilkan dalam


diorama. Selepas melihat-lihat diorama, berjalan melewati tangga melingkar menuju
ke puncak menara. Tinggi menara 45 meter melambangkan tahun kemerdekaan
Indonesia 1945. perempuan yang sedang datang bulan dilarang naik ke menara. Dari
ketinggian nampak pemandangan lapangan Renon 360 derajat. Kelihatan
pemandangan sebagian kota Denpasar.

3. Sejarah Berdirinya Monumen Bajra Sandhi

Museum Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi) tercetus pada tahun 1980 yang
berawal dari ide Prof. Dr. Ida Bagus Mantra yang saat itu adalah Gubernur Bali. Ia
mencetuskan ide awalnya tentang museum dan monumen untuk perjuangan rakyat
Bali. Lalu pada tahun 1981, diadakan sayembara desain monumen, yang
dimenangkan oleh Ida Bagus Yadnya, dia adalah seorang mahasiswa jurusan
arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.

Lalu pada tahun 1988 dilakukan peletakan batu pertama dan selama kurang lebih
13 tahun pembangunan monumen selesai. Tahun 2001, bangunan fisik monumen
selesai. Setahun kemudian, pengisian diorama dan penataan lingkungan monumen
dilakukan. Pada bulan September 2002, SK Gubernur Bali tentang penunjukan
Kepala UPTD Monumen dilaksanakan.

Dan akhirnya, pada tanggal 1 Agustus 2004, pelayanan kepada masyarakat dibuka
secara umum, setelah sebelumnya pada bulan Juni 2003 peresmian monumen
dilakukan oleh Presiden RI pada saat itu, yakni Ibu Megawati Soekarnoputri.

Monumen ini terletak di kawasan Lapangan Renon yang tentunya sangat menarik
perhatian bagi semua orang karena tempatnya yang terawat dengan baik dan bersih
dan lengkap dengan menara yang menjulang ke angkasa yang mempunyai arsitektur
khas Bali

yang indah. Lokasi monumen ini juga sangat strategis karena terletak di depan Kantor
Gubernur Bali yang juga di depan Gedung DPRD Provinsi Bali tepatnya di Lapangan
Niti Mandala Renon.

Tempat ini merupakan tempat pertempuran jaman kemerdekaan antara rakyat Bali
melawan pasukan penjajah. Perang ini terkenal dengan sebutan “Perang Puputan”
yang berarti perang habis-habisan. Monumen ini didirikan untuk memberi
penghormatan pada para pahlawan serta merupakan lambang penghormatan atas
perjuangan rakyat Bali.

Museum ini lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara


Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di
pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang
menjulang setinggi 45 meter.

Bentuk museum ini diambil berdasarkan cerita Hindu pada saat Pemutaran
Gunung Mandara Giri oleh Para Dewa dan Raksasa guna mendapatkan Tirta Amertha
atau Air Suci Kehidupan.

Dinamakan Museum Bajra Sandi karena bentuk museum ini seperti Bajra atau
Genta yang dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan
japa mantra pada saat melakukan upacara Agama Hindu. Adapun bagian-bagian yang
penting dalam museum ini adalah sebagai berikut : (1)Bangunan Museum yang
menjulang melambangkan Gunung Mandara Giri,(2) Guci Amertha dilambangkan
dalam bentuk Kumba (periuk) tepat bagian atas museum,(3)Naga yang melilit
museum melambangkan Naga Basuki yang digunakan sebagai tali dalm pemutaran
Mandara Giri,(4) Kura-kura yang terdapat di bagian bawah museum merupakan
simbul dari Bedawang Akupa yang digunakan sebagai alas pemutaran Mandara Giri,
(5) Kolam yang terdapat disekeliling museum merupakan simbul dari Lautan Susu
yang mengelilingi Mandara Giri tempat beradanya Air Suci Kehidupan atau Tirtha
Amertha
4. Koleksi Monumen Bajra Sandhi

Koleksi Monumen Bajra Sandhi antara lain foto-foto kekejaman perang rakyat Bali
melawan Belanda. Nilai kepahlawanan tercermin dari 33 diorama yang ada di
dalamnya. Gagasan dan inspirasi membangun MPRB adalah keinginan untuk
memiliki sebuah lambang yang mewakili semangat juang orang Bali. Diorama itu
memberikan gambaran kepada generasi penerus bagaimana jejak perjuangan rakyat
Bali.

Salah satunya heroik rakyat Badung dalam perang puputan tahun 1906.
Tegasnya, MPRB diharapkan mampu menjadi lambang yang mengabadikan jiwa-
jiwa perjuangan rakyat Bali dari zaman ke zaman. Diorama itu sendiri diharapkan
selesai akhir tahun ini.

Menurut rancangan, diorama akan diletakkan di lantai dua berisi 33 unit


pajangan miniatur perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Urutan unit 1 sampai
dengan 33 dimulai dari arah mata angin timur memutar ke kanan searah jarum jam.
Deretan putaran luar sampai dengan unit 21, deretan putaran tengah mulai unit 22
sampai dengan unit 33. Diorama itu menceritakan pertama, kebudayaan Bali pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan.Kedua,kebudayaan Bali pada masa
bercocok tanam. Ketiga, kegiatan membuat aneka perunggu.Keempat, tradisi
penguburan dengan memakai sarkofagus.

Semua unit tersebut menggambarkan perjuangan Bali pada masa prasejarah.


Unit berikutnya mencerminkan perjuangan rakyat Bali pada masa Bali Kuno,
meliputi prasasti Sukawana (unit 5), Rsi Markandeya (unit 6), Sri Ksari Warmadewa
tahun 914 M (unit 7), Gunapriya Dharma Patni dan suaminya Dharmodayana
Warmadewa, tahun 989-1001 M (unit (8), Mpu Kuturan, tahun 1007 (unit 9), Sri Aji
Anak Wungsu tahun 1050 - 1078 M (unit 10), Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten (unit
11), Sri Kresna Kepakisan tahun 1347 - 1350 M (unit 12), Dalem Ketut Ngelusir
tahun 1380 - 1460 M (unit 13), dan Dalem Watu Renggong tahun 1460 - 1550 M
(unit 14).

Diorama berikutnya memajang Perjuangan Rakyat Bali periode 1845-1950,


yakni (15) perang Buleleng, (16) Patih Jelantik merobek surat Gubernur Jenderal di
hadapan Raja Klungkung, (17) Perang Jagaraga, (18) Perang Kusamba, (19) Puputan
Badung, (20) Puputan Klungkung, (21) Bangkitnya Organisasi Pemuda di Bali.

(22) Kehidupan masyarakat pada masa Jepang, (23) Gerakan Bawah Tanah
menentang Fasisme Jepang, (24) Proklamasi Kemerdekaan sampai di Bali, (25)
Menyebarluaskan berita Proklamasi, (26) Pusat Komando PRI (Pemuda Republik
Indonesia), (27) Peristiwa Bendera di Pelabuhan Buleleng, (28) Pertempuran Laut di
Selat Bali, (29) Serangan Umum terhadap Tangsi NICA di Denpasar, (30)
Pembentukan Dewan Perjuangan Rakyat Sunda Kecil (DPRI SK), (31) Pertempuran
Tanah Aron, (32) Pertempuran Marga dan (33) Bali dalam mengisi kemerdekaan.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan.

Adapun kesimpulan yang dapat saya simpulkan dalam Laporan Wisata


Sejarah ini adalah :
1. Monumen Perjuangan Rakyat Bali merupakan sebuah monumen untuk
mengenang kerja keras dan perjuangan heroik dari rakyat Bali sebelum dan sesudah
kemerdekaan.

2. Dalam monumen ini memiliki nilai relegius seperti sering disebut dengan Bajra
Sandi karena bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang dipakai oleh para
pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra pada saat
melakukan upacara Agama Hindu

3. Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini melambangkan semangat untuk


mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung
monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter. Hal ini mengingat
kemerdekaan Negara Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

4. Dalam membangun monumen ini terdapat beberapa makna kehidupan manusia


dengan istilah budaya Hindu seperti menggambarkan Tri Mandala dan Tri Angga.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang kelompok kami jalankan selama mengikuti


study alam dan literasi budaya berlangsung maka penulis mengajukan saran - saran
sebagai berikut :

Adapun saran untuk pelajar yaitu :

1. Menjaga sikap saat berada di tempat wisata.


2. Sebagai pelajar hendaknya kita selalu ingin tahu mengenai suatu hal,agar
pengetahuan kita bisa lebih bertambah.
Adapun saran untuk masyarakat umum yaitu :

1. Lebih ramah lagi dalam menyambut tamu.


2. Tidak memaksakan orang lain saat berjualan.

Adapun saran untuk Biro :

1. Mengatur jadwal yang baik agar pelajar dapat menikmati wisata tanpa terburu
- buru.

DAFTAR PUSAKA

1. Pengamatan secara langsung dan berkelompok

2.http://www.wisatadewata.com/article/wisata/monumen-perjuangan-rakyat-bali-
bajra-sandhi
3. http://www.rentalmobilbali.net/monumen-bajra-sandhi/
4. http://www.pawongan.com/id/bali-tour-destination/cultural-historical/bajra-sandhi/
5. http://dsn.net.id/monumen-perjuangan-bajra-sandhi/
6. https://arisudev.wordpress.com/2010/10/11/museum-bajra-sandi/
7. http://lyznhacurut.blogspot.com/2012/06/monumen-bajra-sandhi.html
8.http://djangki.wordpress.com/2012/12/18/mendadak-bali-7-belajar-sejarah-bali-di-
monumen-bajra-sandhi/
9.http://panbelog.wordpress.com/2014/05/28/monumen-perjuangan-rakyat-bali-bajra-
sandhi/http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2002/10/11/b1.htm
LAMPIRAN

You might also like