Professional Documents
Culture Documents
Uji Efektivitas Saat Pemberian Dan Konsentrasi PGP
Uji Efektivitas Saat Pemberian Dan Konsentrasi PGP
September, 2017
Online version : https://agriprima.polije.ac.id Vol. 1, No. 2, Hal. 191-202
P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942 DOI: 10.25047/agriprima.v1i2.43
ABSTRACT
Production and quality of peanut seed (Arachis hypogaea L.) can be increased by using
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). This reseach to determine the production
and quality of peanut seeds with a differences of time granting and PGPR concentration.
This research held from August to November 2016 and conducted by Randomized Block
Design with 2 factors. The first factor was the time granting of PGPR consisted of soaking
time (W1), planting time (W2) and time vegetative phase (W3). The second factor was the
concentration of PGPR consisted of 0 ml/L (K0), 7,5 ml/L (K1), 10 ml/L (K2), and 12,5 ml/L
(K3). Parameters observed were plant height increment, average of flowering age, number
of pods per clumps plant, fresh weight of pods per clumps plant, dry weight of pods per
clumps plant, weighing 100 grains of seed, production of dry pods per hectare, testing of
seed germination, rate of seed growing, and simultaneity of seed growing. The result showed
that the best treatment was concentration of PGPR 12.5 ml/L which gave significant effect
on parameters of increasing of plant height at the vegetative phase (15 DAP - 30 DAP),
increasing of plant height at the formation of pods stadium (30 DAP - 45 DAP), average of
flowering age, fresh weight of pods per plant, dry weight of pods per plant, weighing 100
grains of seed, and production of dry pods per hectare.
ABSTRAK
Produksi dan mutu benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dapat ditingkatkan dengan
menggunakan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui produksi dan mutu benih kacang tanah dengan perbedaan saat
pemberian dan perbedaan konsentrasi PGPR. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus sampai November 2016 dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
faktor. Faktor pertama adalah waktu pemberian PGPR terdiri dari saat perendaman (W1),
saat tanam (W2) dan saat fase vegetatif (W3). Faktor kedua adalah konsentrasi PGPR yang
terdiri dari 0 ml/L (K0), 7,5 ml/L (K1), 10 ml/L (K2), dan 12,5 ml/L (K3). Parameter yang
diamati adalah pertambahan tinggi tanaman, umur berbunga rata-rata, jumlah polong per
rumpun tanaman, berat basah polong per rumpun tanaman, berat kering polong per rumpun
tanaman, bobot 100 butir benih, produksi polong kering per hektar, daya berkecambah benih,
Kecepatan tumbuh Benih, Dan keserempakan tumbuh benih. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan terbaik adalah konsentrasi PGPR 12,5 ml/L yang memberikan pengaruh
nyata sampai sangat nyata pada parameter pertambahan tinggi tanaman pada fase vegetatif
(15 HST sampai 30 HST), pertambahan tinggi tanaman pada stadium pembentukan polong
(30 HST sampai 45 HST), umur berbunga rata-rata, berat basah polong per rumpun, berat
kering polong per rumpun, bobot 100 butir benih, dan produksi polong kering per hektar.
dan saat pemberian yang tepat agar tujuan perlakuan maka uji lanjut yang digunakan
yang ingin dicapai dapat terwujud. adalah Beda Nyata Terkecil (BNT).
Tujuan dari Penelitian ini adalah
untuk mengetahui saat pemberian dan Prosedur Pelaksanaan
konsentrasi PGPR yang tepat untuk Persiapan lahan dilakukan dengan
meningkatkan produksi dan mutu benih cara mengolah lahan dengan menggunakan
kacang tanah. traktor sebanyak 2 kali kemudian dibentuk
bedengan dengan ukuran 100 cm x 100 cm
BAHAN DAN METODE dan tinggi 30 cm sebanyak 12 bedengan.
Waktu dan Tempat Penyiapan benih untuk perlakuan
Penelitian Uji Efektivitas Kombinasi PGPR yaitu dengan cara merendam benih
Saat Pemberian dan Konsentrasi PGPR sebanyak 72 biji untuk setiap perlakuan
Terhadap Produksi dan Mutu Benih kedalam larutan PGPR. Penanaman dan
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) perlakuan PGPR pada saat tanam
dilaksanakan pada bulan Agustus – dilakukan dengan cara menanam benih
November 2016 di lahan Teknologi Benih sebanyak 4 benih/lubang dengan jarak
Politeknik Negeri Jember dan Dusun tanam 40 cm x 25 cm sebanyak 6 lubang
Sumberbulus 2, Desa Sumberbulus, tanam, kemudian dikocor dengan larutan
Kecamatan Ledokombo, Jember. PGPR dengan dosis sesuai perlakuan.
Perlakuan PGPR Saat Fase Vegetatif
Alat dan Bahan dilakuan 1 minggu setelah tanam dan
Alat yang digunakan pada penelitian diulang 4 kali dengan dosis 250
ini adalah alat budidaya, bak ml/tanaman. Pemupukan susulan pertama
perkecambahan dan alat pengukuran. dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam
Bahan yang digunakan adalah benih (HST) dengan dosis pupuk Urea 25 kg/ha,
kacang tanah kelas Stock Seed (Varietas SP-36 100 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha.
Tuban), PGPR (Plant Growth Promoting Penyiraman dilakukan menyesuaikan
Rhizobacteria), pupuk Nitrogen (Urea), dengan kondisi tanah dan kebutuhan
pupuk Phospor (SP-36), pupuk Kalium tanaman. Penyiangan dan pembumbunan
(KCl), pestisida (fungisida dan insektisida) dilaksanakan saat tanaman berumur 2-3
dan pasir. dan 6-7 minggu setelah tanaman (saat
berbunga). Pupuk susulan kedua diberikan
Metode Pelaksanaan pada umur 21 HST (Urea 25 kg/ha).
Penelitian ini memakai Rancangan Pengendalian hama dan penyakit
Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang dilakukan secara mekanis dan kimiawi
terdiri dari dua faktor. (melihat tingkat keparahan serangan).
Faktor pertama yaitu waktu pemberian Panen dilakukan pada umur 85-110
PGPR: W1 = Saat perendaman benih; W2 HST (tergantung varietas) atau daun
= Saat tanam; W3 = Saat fase vegetatif sebagian besar berwarna kuning dan gugur
mulai 7 HST. Faktor kedua yaitu (rontok) dengan mencabut tanamam.
konsentrasi PGPR, terdiri dari K0 = 0 ml/L Penanganan pasca panen dilakukan dengan
(Kontrol); K1 = 7,5 ml/L; K2 = 10 ml/L; membersihakn polong, kemudian dipipil,
K3 = 12,5 ml/L. Keseluruhan sebanyak 12 dan dijemur dibawah sinar matahari
kombinasi perlakkuan dan setiap sampai kadar air 9-12% atau selama 6 hari.
kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4
kali. Jika dari hasil sidik ragam Parameter Pengamatan
menunjukkan bahwa yang memberikan a. Pertambahan tinggi tanaman diukur
pengaruh yang berbeda nyata adalah pada mulai pangkal batang sampai titik
ml/L. Iswati, (2012), menyatakan semakin tersedianya unsur hara fosfor maka akan
tinggi konsentrasi pemberian PGPR maka mempercepat pembungaan. (Fauziah Aini
berbanding lurus dengan pertumbuhan Rohmawati, 2016) dalam penelitiannya
tanaman. menyatakan bahwa PGPR berpengaruh
Pertambahan tinggi tanaman pada nyata terhadap umur berbunga, umur
umur 45 HST sampai 60 HST berbuah, umur panen pertama dan bobot
menunjukkan perlakuan yang diberikan buah per tanaman dengan perlakuan PGPR
memberikan pengaruh yang tidak nyata. dibandingkan dengan perlakuan tanapa
Diduga ketersediaan unsur hara, N di PGPR.
dalam tanah telah mencukupi kebutuhan
tanaman. selain itu, diduga pada umur 45 Jumlah Polong per Rumpun
HST sampai 60 HST telah memasuki fase Pemberian PGPR dengan perlakuan
generatif. Pembentukan polong dimulai saat pemberian dan konsentrasi maupun
ketika ujung ginofor mulai membengkak, interaksinya berpengaruh tidak nyata
yaitu pada hari ke-40 sampai hari ke-45 terhadap jumlah polong per rumpun. Hal
setelah tanam. ini diduga karena pengolahan tanah yang
dilakukan dua kali sebelum tanam
Rata-rata Umur Berbunga menyebabkan tanah menjadi gembur
sehingga ginofor (kuncup buah) yang
Tabel 2. Perlakuan Konsentrasi PGPR Terhadap terbentuk setelah mencapai tanah akan
Rata-rata Umur Berbunga (HST) mudah tumbuh dan berkembang
Rata-rata Umur
Perlakuan
Berbunga
membentuk polong. Tanah yang gembur
K0 (Konsentrasi 0 ml/l) 29,00 b akan memberikan keleluasaan bagi ginofor
K1 (Konsentrasi 7,5 ml/l) 28,44 a untuk berkembang secara optimal maka
K2 (Konsentrasi 10 ml/l) 28,33 a dari itu polong dapat terbentuk dengan
K3 (Konsentrasi 12,5 ml/l) 28,33 a mudah dan optimal. Hal ini sejalan dengan
Nilai BNT % 0,40 pernyataan (Rukmana, 1998) yang
Keterangan :
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menyatakan bahwa kondisi tanah yang
menunjukkan berbeda nyata. gembur akan memudahkan kuncup buah
(ginofora) menembus tanah dan
Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan pembentukan polong yang baik.
bahwa rata-rata umur berbunga dengan
pemberian PGPR berbeda sangat nyata
dengan rata-rata umur berbunga tanpa
pemberian PGPR. Hal ini diduga dengan
pemberian PGPR dengan dapat
mempercepat proses pembungaan karena
bakteri Rhizobium akan membantu
tanaman dalam penyerapan dan memenuhi
kebutuhan unsur haranya. Azzamy, (2015)
dan (Lindung, 2014) menyatakan bahwa Gambar 1. Grafik Rerata Jumlah Polong per
bakteri PGPR berfungsi melarutkan dan Rumpun (polong)
meningkatkan ketersediaan unsur
Phosphor (P) dan Mangan (Mn) dalam Jumlah polong per rumpun tertinggi
tanah serta meningkatkan kemampuan cenderung pada perlakuan W2K3 yaitu
tanaman dalam menyerap unsur Sulfur (S). sebesar 89,50 polong per rumpun (Gambar
Hal ini didukung oleh pernyataan Aiman et 1), walaupun secara stataistik hasil tersebut
al., (2015), menyatakan bahwa dengan menunjukkan berbeda tidak nyata.. Diduga
pada pemberian PGPR saat tanam karena bakteri pada PGPR dapat
memberikan waktu bakteri untuk melarutkan pupuk P sehingga penyerapan
beradaptasi dengan lingkungan sehingga unsur hara P menjadi maksimal. (Azzamy,
setelah umur tanaman mencapai 15 hari, 2015) dan (Lindung, 2014) menyatakan
bakteri PGPR mulai dapat membentuk bahwa fungsi pemberian PGPR adalah
bintil akar. Aplikasi PGPR pada tanah melarutkan dan meningkatkan
sesaat sebelum penanaman dengan ketersediaan unsur P dalam tanah. Unsur
konsentrasi 12,5 ml/L memberikan hara P bermanfaat untuk memperbaiki
pengaruh yang nyata terhadap pembungaan pembentukan buah, dan
pertumbuhan tanaman tomat (Iswati, pembentukan benih serta dapat
2012). mengurangi kerontokan buah (Jumin,
Jumlah polong tertinggi dengan 2010). (Febriyanti et al., 2015) menyatakan
perlakuan W2K3 juga berkaitan dengan bahwa penambahan PGPR menghasilkan
rata-rata umur berbunga yang diperoleh bobot basah polong kacang tanah berbeda
dari perlakuan W2K3 yaitu berbunga pada nyata dibandingkan perlakuan kontrol
38,33 HST. Umur berbunga rata-rata yang (tanpa PGPR).
cepat diduga akan mempercepat
pembentukan polong, sehingga jumalah Berat Kering Polong per Rumpun
polong yang dihasilkan juga semakin
tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil Tabel 4. Perlakuan Konsentrasi PGPR Terhadap
penelitian (Leingo, 2014) yang Berat Kering Polong per Rumpun (g)
Berat Kering
menghasilkan data bahwa umur panen Perlakuan Polong per
berkorelasi positif dengan jumlah buah Rumpun
tanaman tomat. K0 (Konsentrasi 0 ml/l) 72,65 a
K1 (Konsentrasi 7,5 ml/l) 75,08 a
Berat Basah Polong per Rumpun K2 (Konsentrasi 10 ml/l) 79,40 b
Tabel 3. Perlakuan Konsentrasi PGPR Terhadap K3 (Konsentrasi 12,5 ml/l) 82,27 c
Berat Basah Polong per Rumpun (g) Nilai BNT % 2,75
Berat Basah Keterangan :
Perlakuan Polong per Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
Tanaman menunjukkan berbeda nyata.
K0 (Konsentrasi 0 ml/l) 116,55 a
K1 (Konsentrasi 7,5 ml/l) 119,99 ab Berdasarkan Tabel 4. perlakuan
K2 (Konsentrasi 10 ml/l) 124,91 b pemberian PGPR dengan konsentrasi 12,5
K3 (Konsentrasi 12,5 ml/l) 126,99 b
ml/L (K3) merupakan perlakuan terbaik
Nilai BNT % 7,63
Keterangan :
dengan rata-rata 82,27 g dan berbeda
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan PGPR
menunjukkan berbeda nyata. konsentrasi 10 ml/L (K2), 7,5 ml/L (K1),
dan 0 ml/L (K0). Diduga dengan
Berdasarkan Tabel 3. perlakuan pemberian PGPR konsentrasi 12,5 ml/L
pemberian PGPR dengan konsentrasi 12,5 dapat membantu melarutkan dan
ml/L (K3) merupakan perlakuan terbaik meningkatkan ketersediaan unsur
dengan rata-rata 126,99 g walaupun phosphor (P) bagi tanaman untuk
berbeda tidak nyata dengan perlakuan pembentukan organ generatifnya terutama
PGPR konsentrasi 10 ml/L (K2), namun pengisian biji. Dengan tercukupinya
berbeda nyata dengan perlakuan PGPR kebutuhan phospor (P) maka dapat
konsentrasi 7,5 ml/L (K1) dan berbeda meningkatkan hasil produksi biji kacang
sangat nyata dengan perlakuan PGPR tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
konsentrasi 0 ml/L (K0). Hal ini diduga
berkecambah benih. Hal ini diduga karena cadangan makanan yang lebih banyak
benih yang dipakai dalam uji daya sehingga pertumbuhan tanaman optimal.
berkecambah berukuran besar pada setiap Rerata persentase daya berkecambah
perlakuan. Ukuran benih yang besar sesuai tertinggi cenderung pada perlakuan W3K3
dengan parameter bobot 100 butir benih yaitu sebesar 95,33%. Hasil ini sesuai
yang menghasilkan bobot 100 butir benih dengan bobot 100 butir pada perlakuan
berkisar antara 41,95 g sampai 44,31 g W3K3 yang menghasilkan berat tertinggi
yang melebihi deskripsi bobot 100 butir yaitu 44,31 g. Semakin besarnya
benih kacang tanah Varietas Tuban yaitu konsentrasi aplikasi PGPR diduga akan
berkisar anatara 35 g sampai 38 g meningkatkan populasi mikroba PGPR
(Suhartina, 2005). pada bintil akar sehingga membantu
Benih yang besar dapat menjadi tanaman untuk penyerapan dan penyediaan
kecambah normal karena memiliki unsur hara dengan optimal yang
cadangan makanan yang cukup. (Sutopo, berpengaruh terhadap hasil produksi
1988) menyatakan bahwa perkecambahan tanaman kacang tanah. Iswati, (2012)
dipengaruhi oleh ukuran benih karena menyatakan bahwa konsentrasi aplikasi
ukuran benih berpengaruh terhadap PGPR yang semakin tinggi maka
jaringan penyimpan cadangan makanan pengaruhnya terhadap tinggi tanaman dan
benih yang diperlukan embrio sebagai panjang akar tanaman tomat yang
energi saat perkecamabahan. berpengaruh terhadap hasil produksi
tanaman tomat juga semakin besar.
Kecepatan Tumbuh
Pemberian PGPR dengan perlakuan
saat pemberian dan konsentrasi, serta
interaksinya berpengaruh tidak nyata
terhadap kecepatan tumbuh benih. Diduga
benih yang digunakan memiliki cadangan
Gambar 2. Grafik Rerata Daya Berkecambah makan yang cukup untuk melakukan
Benih (% Kecambah Normal) perkecambahan. Hal ini didukung
tercukupinya unsur hara dalam tanah dapat
Gambar 2. memperlihatkan bahwa membantu tanaman untuk melakuakan
rerata daya berkecambah benih yang proses fisiologisnya seperti pembentukan
dihasilkan dari semua perlakuan tinggi. biji dapat berjalan secara optimum
Benih yang menghasilkan kecambah sehingga dapat menghasilkan produksi biji
normal lebih besar dari 85% yang bernas secara maksimal.
dikelompokkan sebagai benih bervigor
tinggi, 80 - 85% bervigor sedang, dan
kurang dari 80% bervigor rendah.
Rerata daya berkecambah yang
tinggi dan tidak berbeda nyata diduga
dipengaruhi oleh ukuran benih yang besar
pada semua perlakuan. Hal ini sesuai
dengan parameter bobot 100 butir benih
yang lebih tinggi dari deskripsi bobot 100 Gambar 3. Grafik Rerata Kecepatan Tumbuh (%
butir benih kacang tanah Varitas Tuban. Kecambah Normal per etmal)
Pratama et al., (2014) menyatakan bahwa
benih berukuran besar mempunyai
Aiman, U., B. Sriwijaya, and G. Ramadani. Fauziah Aini Rohmawati, R.S. dan K.
2015. Pengaruh Saat Pemberian 2016. Pengaruh Pemberian PGPR
PGPRM (Plant Growth Promoting (Plant Growth Promoting
Rhizospheric Microorganism) Rhizobacteria) dan Kompos Kotoran
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kelinci terhadap Hasil Tanaman
Buncis Perancis. In Proceedings: Terung (Solanum melongena L.).
Prosiding Seminar Nasional & Available at:
Internasional, 2015. http://karyailmiah.fp.ub.ac.id/bp/?p=
1430 [Accessed: 15 May 2016].
Anesta, D.O., I.D.N. Nyana, and A.A.M.
Astiningsih. 2016. Studi Hasil dan Febriyanti, L.E., M. Martosudiro, and T.
Kualitas Benih Padi P05 dengan Hadiastono. 2015. Pengaruh Plant
Pemberian Pupuk Hayati Growth Promoting Rhizobacteria
(Enterobacter cloacae). E-Jurnal (PGPR) terhadap Infeksi Peanut
Agroekoteknologi Tropika (Journal Stripe Virus (PStV), Pertumbuhan
of Tropical Agroecotechnology), dan Produksi Tanaman Kacang
5(2). pp.116–126. Tanah (Arachis hypogaea L.)
Varietas Gajah. Jurnal Hama Dan
Azzamy. 2015. Pengertian dan Fungsi Penyakit Tumbuhan, 3(1). p.84.
PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) [Online]. Available Hadi, A. 2013. Pengertian, Fungsi, dan
at: http://mitalom.com/pengertian- Metabolisme Lemak [Online].
dan-fungsi-pgpr-plant-growth- Available at:
promoting-rhizobacteria/ [Accessed: http://www.softilmu.com/2013/07/p
15 May 2016]. engertian-dan-fungsi-lemak.html
[Accessed: 12 May 2016].
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi
Kacang Tanah Menurut Provinsi Irfan, M. 2013. Respon Bawang Merah
(ton), 1993-2015 [Online]. Available (Allium ascalonicum L) Terhadap
Zat Pengatur Tumbuh dan Unsur Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. Jakarta:
Hara. Agroteknologi, 3(2). pp.35–40. Raja Grafindo Persada.
Iswati, R. 2012. Pengaruh dosis formula Zhye. 2009. Pengaruh Berbagai Media
pgpr asal perakaran bambu terhadap Tanam Terhadap Kecepatan
pertumbuhan tanaman tomat Perkecambahan Biji Kacang Hijau
(Solanum Lycopersicum syn). Jurnal [Online]. Available at:
Agroteknotropika, 1(1). https://zhye.wordpress.com/2009/07
/06/12/ [Accessed: 14 May 2016].
Jumin, H.B. 2010. Dasar-dasar Agronomi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.