Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences.

September, 2017
Online version : https://agriprima.polije.ac.id Vol. 1, No. 2, Hal. 191-202
P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942 DOI: 10.25047/agriprima.v1i2.43

EFFECTIVITY TEST OF TIME GRANTING AND PLANT GROWTH


PROMOTING RHIZOBACTERIA APLICATION ON THE
PRODUCTION AND QUALITY OF PEANUT SEED
(Arachis hypogaea L.)

Nailul Marom*; Rizal; Mochamat Bintoro

Seed Production Technique Study Program,


Department of Agricultural Production, State Polytechnic of Jember
Mastrip street, Po. Box 164, Jember 68121
*Corresponding author: nailulm23@gmail.com

ABSTRACT

Production and quality of peanut seed (Arachis hypogaea L.) can be increased by using
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). This reseach to determine the production
and quality of peanut seeds with a differences of time granting and PGPR concentration.
This research held from August to November 2016 and conducted by Randomized Block
Design with 2 factors. The first factor was the time granting of PGPR consisted of soaking
time (W1), planting time (W2) and time vegetative phase (W3). The second factor was the
concentration of PGPR consisted of 0 ml/L (K0), 7,5 ml/L (K1), 10 ml/L (K2), and 12,5 ml/L
(K3). Parameters observed were plant height increment, average of flowering age, number
of pods per clumps plant, fresh weight of pods per clumps plant, dry weight of pods per
clumps plant, weighing 100 grains of seed, production of dry pods per hectare, testing of
seed germination, rate of seed growing, and simultaneity of seed growing. The result showed
that the best treatment was concentration of PGPR 12.5 ml/L which gave significant effect
on parameters of increasing of plant height at the vegetative phase (15 DAP - 30 DAP),
increasing of plant height at the formation of pods stadium (30 DAP - 45 DAP), average of
flowering age, fresh weight of pods per plant, dry weight of pods per plant, weighing 100
grains of seed, and production of dry pods per hectare.

Keywords: Granting time; Peanuts; PGPR; Seed quality

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 191


Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences. September, 2017
Online version : https://agriprima.polije.ac.id Vol. 1, No. 2, Hal. 191-202
P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942 DOI: 10.25047/agriprima.v1i2.43

UJI EFEKTIVITAS WAKTU PEMBERIAN DAN KONSENTRASI


PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) TERHADAP PRODUKSI
DAN MUTU BENIH KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
Nailul Marom, Rizal Rizal, Mochamat Bintoro
Program Studi Teknik Produksi Benih
Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember
Jl. Mastrip PO. BOX 164 Jember
Email : nailulm23@gmail.com

ABSTRAK

Produksi dan mutu benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dapat ditingkatkan dengan
menggunakan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui produksi dan mutu benih kacang tanah dengan perbedaan saat
pemberian dan perbedaan konsentrasi PGPR. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus sampai November 2016 dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2
faktor. Faktor pertama adalah waktu pemberian PGPR terdiri dari saat perendaman (W1),
saat tanam (W2) dan saat fase vegetatif (W3). Faktor kedua adalah konsentrasi PGPR yang
terdiri dari 0 ml/L (K0), 7,5 ml/L (K1), 10 ml/L (K2), dan 12,5 ml/L (K3). Parameter yang
diamati adalah pertambahan tinggi tanaman, umur berbunga rata-rata, jumlah polong per
rumpun tanaman, berat basah polong per rumpun tanaman, berat kering polong per rumpun
tanaman, bobot 100 butir benih, produksi polong kering per hektar, daya berkecambah benih,
Kecepatan tumbuh Benih, Dan keserempakan tumbuh benih. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan terbaik adalah konsentrasi PGPR 12,5 ml/L yang memberikan pengaruh
nyata sampai sangat nyata pada parameter pertambahan tinggi tanaman pada fase vegetatif
(15 HST sampai 30 HST), pertambahan tinggi tanaman pada stadium pembentukan polong
(30 HST sampai 45 HST), umur berbunga rata-rata, berat basah polong per rumpun, berat
kering polong per rumpun, bobot 100 butir benih, dan produksi polong kering per hektar.

Kata Kunci: Kacang tanah; Kualitas benih; PGPR; Waktu pemberian

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 192


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

PENDAHULUAN dengan mensintesis dan mengatur


Indonesia adalah negara agraris yang konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh
sebagaian besar penduduknya memiliki seperti giberellin, asam indol asetat, etilen,
mata pencaharian sebagai petani. Namun, dan sitokinin, sebagai penyedia hara
jumlah impor pangan (beras) di Indonesia dengan mengikat N2 di udara secara
sangat besar yang mengindikasikan bahwa asimbiosis dan melarutkan hara P dalam
Indonesia belum mencapai kondisi tahan tanah, dan sebagai pengendali patogen
pangan. Ketahanan pangan dapat dicapai tanah (bioprotectants) dengan cara
dengan diversifikasi pangan sehingga menghasilkan berbagai metabolit anti
impor beras dapat dikurangi. patogen seperti siderophore, kitinase, β-
Bahan pangan pokok pengganti beras 1,3- glukanase, sianida, dan antibiotik
yang dapat digunakan adalah kacang tanah (Husen, dkk, Tanpa Tahun).
(Arachis hypogaea L.) karena termasuk Penelitian yang telah dilakukan
tanaman polong - polongan atau legum sebelumnya A’yun et al., (2013), aplikasi
bersuku Fabaceace dan merupakan kacang PGPR dengan konsentrasi 10 ml/L pada
kedua terpenting setelah kedelai di tanaman cabai rawit dapat menurunkan
Indonesia. intensitas serangan TMV (Tobacco Mosaic
Pertumbuhan jumlah penduduk Virus) sampai 89,92%, meningkatkan
Indonesia mendorong meningkatnya produksi tanaman cabai, dan dapat
kebutuhan konsumsi pangan termasuk meningkatkan tinggi tanaman cabai rawit.
kacang tanah sehingga akan meningkatkan Penelitian Iswati, (2012) menunjukkan
kebutuhan benih tanaman pangan termasuk aplikasi PGPR dengan konsentrasi 12,5
benih kacang tanah. ml/L berpengaruh nyata terhadap tinggi
Namun produksi, produktivitas, dan tanaman dan panjang akar tanaman tomat,
luas panen kacang tanah mengalami serta konsentrasi 7,5 ml/L dapat
penurunan tiap tahun di Indonesia. memaksimalkan jumlah daun dan jumlah
Menurut Badan Pusat Statistik (2015), akar pada tanaman tomat.
pada tahun 2012 hingga 2015 mengalami Aplikasi PGPR pada penyiapan
penurunan produksi terus – menerus yaitu benih buncis perancis memiliki nilai
1,568%, 8,948%, dan 5,286%. Penurunan tertinggi pada parameter jumlah polong per
ini terjadi karena lahan pertanian di tanaman, bobot per polong, bobot polong
Indonesia berkurang setiap tahun. Tercatat segar per tanaman, dan hasil panen.
tahun 2011 hingga 2015, terjadi penurunan Aplikasi PGPR satu minggu setelah tanam
luas lahan kacang tanah sebesar 26,83% memilki panjang polong yang lebih baik
sehingga perlu dilakukan program pada tanaman buncis perancis dan Aplikasi
intensifikasi pertanian atau pengolahan PGPR pada fase vegetatif yang diberikan
lahan pertanian yang ada dengan sebaik - satu minggu sekali pada fase vegetatif
baiknya untuk meningkatkan hasil menunjukkan pertumbuhan buncis
pertanian dengan menggunakan berbagai perancis yang lebih baik (Aiman et al.,
sarana (Diankirtleykristi, 2014). 2015).
Plant Growth Promoting Penggunaan PGPR dengan
Rhizobacteria (PGPR) dapat dipakai dalam konsentrasi dan waktu pemberian dari
program intensifikasi pertanian karena pengguna sebelumnya tidak dapat
merupakan bakteri di sekitar perakaran dan diterapkan begitu saja tanpa
hidup berkoloni menyelimuti akar yang memperhatikan kondisi lingkungan
berfungsi untuk meningkatkan setempat sebagai tempat dimana PGPR
pertumbuhan tanaman yaitu sebagai diberikan sehingga perlu dilakuakan
merangsang pertumbuhan (biostimulants) penelitian untuk memperoleh konsentrasi

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 193


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

dan saat pemberian yang tepat agar tujuan perlakuan maka uji lanjut yang digunakan
yang ingin dicapai dapat terwujud. adalah Beda Nyata Terkecil (BNT).
Tujuan dari Penelitian ini adalah
untuk mengetahui saat pemberian dan Prosedur Pelaksanaan
konsentrasi PGPR yang tepat untuk Persiapan lahan dilakukan dengan
meningkatkan produksi dan mutu benih cara mengolah lahan dengan menggunakan
kacang tanah. traktor sebanyak 2 kali kemudian dibentuk
bedengan dengan ukuran 100 cm x 100 cm
BAHAN DAN METODE dan tinggi 30 cm sebanyak 12 bedengan.
Waktu dan Tempat Penyiapan benih untuk perlakuan
Penelitian Uji Efektivitas Kombinasi PGPR yaitu dengan cara merendam benih
Saat Pemberian dan Konsentrasi PGPR sebanyak 72 biji untuk setiap perlakuan
Terhadap Produksi dan Mutu Benih kedalam larutan PGPR. Penanaman dan
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) perlakuan PGPR pada saat tanam
dilaksanakan pada bulan Agustus – dilakukan dengan cara menanam benih
November 2016 di lahan Teknologi Benih sebanyak 4 benih/lubang dengan jarak
Politeknik Negeri Jember dan Dusun tanam 40 cm x 25 cm sebanyak 6 lubang
Sumberbulus 2, Desa Sumberbulus, tanam, kemudian dikocor dengan larutan
Kecamatan Ledokombo, Jember. PGPR dengan dosis sesuai perlakuan.
Perlakuan PGPR Saat Fase Vegetatif
Alat dan Bahan dilakuan 1 minggu setelah tanam dan
Alat yang digunakan pada penelitian diulang 4 kali dengan dosis 250
ini adalah alat budidaya, bak ml/tanaman. Pemupukan susulan pertama
perkecambahan dan alat pengukuran. dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam
Bahan yang digunakan adalah benih (HST) dengan dosis pupuk Urea 25 kg/ha,
kacang tanah kelas Stock Seed (Varietas SP-36 100 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha.
Tuban), PGPR (Plant Growth Promoting Penyiraman dilakukan menyesuaikan
Rhizobacteria), pupuk Nitrogen (Urea), dengan kondisi tanah dan kebutuhan
pupuk Phospor (SP-36), pupuk Kalium tanaman. Penyiangan dan pembumbunan
(KCl), pestisida (fungisida dan insektisida) dilaksanakan saat tanaman berumur 2-3
dan pasir. dan 6-7 minggu setelah tanaman (saat
berbunga). Pupuk susulan kedua diberikan
Metode Pelaksanaan pada umur 21 HST (Urea 25 kg/ha).
Penelitian ini memakai Rancangan Pengendalian hama dan penyakit
Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang dilakukan secara mekanis dan kimiawi
terdiri dari dua faktor. (melihat tingkat keparahan serangan).
Faktor pertama yaitu waktu pemberian Panen dilakukan pada umur 85-110
PGPR: W1 = Saat perendaman benih; W2 HST (tergantung varietas) atau daun
= Saat tanam; W3 = Saat fase vegetatif sebagian besar berwarna kuning dan gugur
mulai 7 HST. Faktor kedua yaitu (rontok) dengan mencabut tanamam.
konsentrasi PGPR, terdiri dari K0 = 0 ml/L Penanganan pasca panen dilakukan dengan
(Kontrol); K1 = 7,5 ml/L; K2 = 10 ml/L; membersihakn polong, kemudian dipipil,
K3 = 12,5 ml/L. Keseluruhan sebanyak 12 dan dijemur dibawah sinar matahari
kombinasi perlakkuan dan setiap sampai kadar air 9-12% atau selama 6 hari.
kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4
kali. Jika dari hasil sidik ragam Parameter Pengamatan
menunjukkan bahwa yang memberikan a. Pertambahan tinggi tanaman diukur
pengaruh yang berbeda nyata adalah pada mulai pangkal batang sampai titik

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 194


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

tumbuh. Pertambahan tinggi tanaman j. Keserempakan tumbuh dihitung dengan


fase vegetatif diperoleh dengan cara menghitung kecambah normal kuat
mengurangi tinngi tanaman umur 30 pada hari antara first count dan final
HST dengan umur 15 HST, count yaitu hari ke-8.
pertambahan tinggi tanaman stadium
pembentukan polong diperoleh dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengurangi tinggi tanaman umur 45 Pertambahan Tinggi Tanaman
HST dengan umur 30 HST, dan Pertambahan tinggi tanaman pada
pertambahan tinggi tanaman stadium umur 15 HST sampai 30 HST dengan
pengisian polong diperoleh dengan pemberian konsentrasi PGPR 12,5 ml/L
mengurangi tinggi tanaman umur 60 (K3) mampu menghasilkan tinggi tanaman
HST dengan umur 45 HST. tertinggi yakni 15,46 cm walaupun tidak
b. Umur berbunga rata-rata dilakukan berbeda nyata dengan perlakuan PGPR
dengan mengamati tanaman sampel konsentrasi 10 ml/L (K2) dan 7,5ml/L
yang berbunga sampai tanaman sampel (K1). Pertambahan tinggi tanaman pada
yang terakhir berbunga, kemudian umur 30 HST sampai 45 HST dengan
diambil rata-rata. pemberian PGPR berbeda sangat nyata
c. Jumlah polong per tanaman dilakuakn dengan pertambahan tinggi tanaman
dengan cara menghitung polong berisi kacang tanah tanpa pemberian PGPR.
maupun polong hampa pada setiap
tanaman sampel. Tabel 1. Perlakuan Konsentrasi PGPR Terhadap
d. Berat basah polong per tanaman Rerata Pertambahan Tinggi Tanaman
Berdasarkan Umur (cm)
dilakuakn dengan cara menimbang Pertambahan Tinggi
polong yang baru dipanen atau belum Tanaman Umur Ke-
dilakukan penjemuran dengan Perlakuan
15 - 30 30 - 45
menggunakan timbangan pada setiap HST HST
tanaman sampel. K0 (Konsentrasi 0 ml/l) 12,46 a 13,49 a
e. Berat kering polong per tanaman K1 (Konsentrasi 7,5 ml/l) 13,79 ab 15,32 b
K2 (Konsentrasi 10 ml/l) 14,47 bc 16,11 b
dilakuakn dengan cara menimbang K3 (Konsentrasi 12,5 ml/l) 15,46 c 16,14 b
polong yang telah kering dengan Nilai BNT % 1,66 1,38
menggunakan timbangan pada setiap Keterangan:
tanaman sampel. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
f. Berat 100 butir benih dilakuakan menunjukkan berbeda nyata.
dengan cara menimbang benih kering
sebanyak 100 butir dan diulang 3 kali Pemberian PGPR dengan
kemudian diambil rata-ratanya. konsentrasi 12,5 ml/L mampu
g. Mengkonversikan populasi yang meningkatkan tinggi tanaman karena
terdapat dalam satu petak sesuai dengan PGPR dapat mengoptimalkan penyerapan
jarak tanam ke dalam satuan hektar. dan pemanfaatan unsur hara N yang
h. Pengujian daya berkecambah benih dibutuhkan dalam fase vegetatif. Azzamy,
menggunakan metode dalam pasir (2015) dan (Lindung, 2014) menyatakan
dengan menjumlah persentase bahwa fungsi PGPR yaitu meningkatkan
kecambah normal pada hari ke-5 (first penyerapan dan pemanfaatan unsur hara N
count) dan hari ke-10 (final count) oleh tanaman. Unsur hara N berguna untuk
i. Kecepatan tumbuh benih dihitung menambah tinggi tanaman dan memacu
dengan menjumlah persentase pertunasan (Jumin, 2010). Hasil ini sesuai
kecambah normal pada hari ke-1 sampai dengan penelitian Iswati (2012), bahwa
hari ke-10. tinggi tanaman tomat tertinggi dijumpai
pada perlakuan pemberian PGPR 12,5

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 195


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

ml/L. Iswati, (2012), menyatakan semakin tersedianya unsur hara fosfor maka akan
tinggi konsentrasi pemberian PGPR maka mempercepat pembungaan. (Fauziah Aini
berbanding lurus dengan pertumbuhan Rohmawati, 2016) dalam penelitiannya
tanaman. menyatakan bahwa PGPR berpengaruh
Pertambahan tinggi tanaman pada nyata terhadap umur berbunga, umur
umur 45 HST sampai 60 HST berbuah, umur panen pertama dan bobot
menunjukkan perlakuan yang diberikan buah per tanaman dengan perlakuan PGPR
memberikan pengaruh yang tidak nyata. dibandingkan dengan perlakuan tanapa
Diduga ketersediaan unsur hara, N di PGPR.
dalam tanah telah mencukupi kebutuhan
tanaman. selain itu, diduga pada umur 45 Jumlah Polong per Rumpun
HST sampai 60 HST telah memasuki fase Pemberian PGPR dengan perlakuan
generatif. Pembentukan polong dimulai saat pemberian dan konsentrasi maupun
ketika ujung ginofor mulai membengkak, interaksinya berpengaruh tidak nyata
yaitu pada hari ke-40 sampai hari ke-45 terhadap jumlah polong per rumpun. Hal
setelah tanam. ini diduga karena pengolahan tanah yang
dilakukan dua kali sebelum tanam
Rata-rata Umur Berbunga menyebabkan tanah menjadi gembur
sehingga ginofor (kuncup buah) yang
Tabel 2. Perlakuan Konsentrasi PGPR Terhadap terbentuk setelah mencapai tanah akan
Rata-rata Umur Berbunga (HST) mudah tumbuh dan berkembang
Rata-rata Umur
Perlakuan
Berbunga
membentuk polong. Tanah yang gembur
K0 (Konsentrasi 0 ml/l) 29,00 b akan memberikan keleluasaan bagi ginofor
K1 (Konsentrasi 7,5 ml/l) 28,44 a untuk berkembang secara optimal maka
K2 (Konsentrasi 10 ml/l) 28,33 a dari itu polong dapat terbentuk dengan
K3 (Konsentrasi 12,5 ml/l) 28,33 a mudah dan optimal. Hal ini sejalan dengan
Nilai BNT % 0,40 pernyataan (Rukmana, 1998) yang
Keterangan :
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menyatakan bahwa kondisi tanah yang
menunjukkan berbeda nyata. gembur akan memudahkan kuncup buah
(ginofora) menembus tanah dan
Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan pembentukan polong yang baik.
bahwa rata-rata umur berbunga dengan
pemberian PGPR berbeda sangat nyata
dengan rata-rata umur berbunga tanpa
pemberian PGPR. Hal ini diduga dengan
pemberian PGPR dengan dapat
mempercepat proses pembungaan karena
bakteri Rhizobium akan membantu
tanaman dalam penyerapan dan memenuhi
kebutuhan unsur haranya. Azzamy, (2015)
dan (Lindung, 2014) menyatakan bahwa Gambar 1. Grafik Rerata Jumlah Polong per
bakteri PGPR berfungsi melarutkan dan Rumpun (polong)
meningkatkan ketersediaan unsur
Phosphor (P) dan Mangan (Mn) dalam Jumlah polong per rumpun tertinggi
tanah serta meningkatkan kemampuan cenderung pada perlakuan W2K3 yaitu
tanaman dalam menyerap unsur Sulfur (S). sebesar 89,50 polong per rumpun (Gambar
Hal ini didukung oleh pernyataan Aiman et 1), walaupun secara stataistik hasil tersebut
al., (2015), menyatakan bahwa dengan menunjukkan berbeda tidak nyata.. Diduga

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 196


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

pada pemberian PGPR saat tanam karena bakteri pada PGPR dapat
memberikan waktu bakteri untuk melarutkan pupuk P sehingga penyerapan
beradaptasi dengan lingkungan sehingga unsur hara P menjadi maksimal. (Azzamy,
setelah umur tanaman mencapai 15 hari, 2015) dan (Lindung, 2014) menyatakan
bakteri PGPR mulai dapat membentuk bahwa fungsi pemberian PGPR adalah
bintil akar. Aplikasi PGPR pada tanah melarutkan dan meningkatkan
sesaat sebelum penanaman dengan ketersediaan unsur P dalam tanah. Unsur
konsentrasi 12,5 ml/L memberikan hara P bermanfaat untuk memperbaiki
pengaruh yang nyata terhadap pembungaan pembentukan buah, dan
pertumbuhan tanaman tomat (Iswati, pembentukan benih serta dapat
2012). mengurangi kerontokan buah (Jumin,
Jumlah polong tertinggi dengan 2010). (Febriyanti et al., 2015) menyatakan
perlakuan W2K3 juga berkaitan dengan bahwa penambahan PGPR menghasilkan
rata-rata umur berbunga yang diperoleh bobot basah polong kacang tanah berbeda
dari perlakuan W2K3 yaitu berbunga pada nyata dibandingkan perlakuan kontrol
38,33 HST. Umur berbunga rata-rata yang (tanpa PGPR).
cepat diduga akan mempercepat
pembentukan polong, sehingga jumalah Berat Kering Polong per Rumpun
polong yang dihasilkan juga semakin
tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil Tabel 4. Perlakuan Konsentrasi PGPR Terhadap
penelitian (Leingo, 2014) yang Berat Kering Polong per Rumpun (g)
Berat Kering
menghasilkan data bahwa umur panen Perlakuan Polong per
berkorelasi positif dengan jumlah buah Rumpun
tanaman tomat. K0 (Konsentrasi 0 ml/l) 72,65 a
K1 (Konsentrasi 7,5 ml/l) 75,08 a
Berat Basah Polong per Rumpun K2 (Konsentrasi 10 ml/l) 79,40 b
Tabel 3. Perlakuan Konsentrasi PGPR Terhadap K3 (Konsentrasi 12,5 ml/l) 82,27 c
Berat Basah Polong per Rumpun (g) Nilai BNT % 2,75
Berat Basah Keterangan :
Perlakuan Polong per Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
Tanaman menunjukkan berbeda nyata.
K0 (Konsentrasi 0 ml/l) 116,55 a
K1 (Konsentrasi 7,5 ml/l) 119,99 ab Berdasarkan Tabel 4. perlakuan
K2 (Konsentrasi 10 ml/l) 124,91 b pemberian PGPR dengan konsentrasi 12,5
K3 (Konsentrasi 12,5 ml/l) 126,99 b
ml/L (K3) merupakan perlakuan terbaik
Nilai BNT % 7,63
Keterangan :
dengan rata-rata 82,27 g dan berbeda
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan PGPR
menunjukkan berbeda nyata. konsentrasi 10 ml/L (K2), 7,5 ml/L (K1),
dan 0 ml/L (K0). Diduga dengan
Berdasarkan Tabel 3. perlakuan pemberian PGPR konsentrasi 12,5 ml/L
pemberian PGPR dengan konsentrasi 12,5 dapat membantu melarutkan dan
ml/L (K3) merupakan perlakuan terbaik meningkatkan ketersediaan unsur
dengan rata-rata 126,99 g walaupun phosphor (P) bagi tanaman untuk
berbeda tidak nyata dengan perlakuan pembentukan organ generatifnya terutama
PGPR konsentrasi 10 ml/L (K2), namun pengisian biji. Dengan tercukupinya
berbeda nyata dengan perlakuan PGPR kebutuhan phospor (P) maka dapat
konsentrasi 7,5 ml/L (K1) dan berbeda meningkatkan hasil produksi biji kacang
sangat nyata dengan perlakuan PGPR tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
konsentrasi 0 ml/L (K0). Hal ini diduga

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 197


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

(Pitojo, 2005) bahwa fosfor berperan 2016) dalam penelitiannya menyatakan


dalam pembentukan biji. bahwa penambahan PGPR mampu
(Elfianti, 2005) menyatakan bakteri meningkatkan bobot 1000 butir gabah padi
pelarut fosfor (Bacillus sp) dalam tanah dibandingkan dengan kontrol.
yang dipupuk fosfat dapat menambah
jumlah dan bobot kering bintil akar serta Produksi Polong Kering per Hektar
hasil biji beberapa tanaman yang toleran
masam (bayam, kacang panjang, dan Tabel 6. Perlakuan Konsentrasi PGPR Terhadap
jagung). Produksi Polong Kering per Hektar (ton)
Produksi Polong
Perlakuan Kering per
Bobot 100 Butir Benih Hektar
K0 (Konsentrasi 0 ml/l) 4,36 a
Tabel 5. Perlakuan Konsentrasi PGPR Terhadap K1 (Konsentrasi 7,5 ml/l) 4,50 b
Bobot 100 Butir Benih (gr) K2 (Konsentrasi 10 ml/l) 4,76 c
Bobot 100 Butir K3 (Konsentrasi 12,5 ml/l) 4,94 d
Perlakuan
Benih Nilai BNT % 0,04
K0 (Konsentrasi 0 ml/l) 41,95 a Keterangan :
K1 (Konsentrasi 7,5 ml/l) 42,90 b Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
K2 (Konsentrasi 10 ml/l) 43,47 b menunjukkan berbeda nyata.
K3 (Konsentrasi 12,5 ml/l) 44,31 b
Nilai BNT % 1,61 Berdasarkan Tabel 6. perlakuan
Keterangan :
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda
pemberian PGPR dengan perlakuan
menunjukkan berbeda nyata. Konsentrasi 12,5 ml/L (K3) merupakan
perlakuan terbaik dengan rata-rata 4,94 ton
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan per hektar dan berbeda sangat nyata dengan
bahwa bobot 100 butir benih dengan perlakuan PGPR konsentrasi 10 ml/L (K2),
pemberian PGPR memberikan pengaruh 7,5 ml/L (K1), dan 0 ml/L (K0). Hal ini
berbeda sangat nyata dengan bobot 100 diduga pengaruh jumlah polong per
butir benih tanpa pemberian PGPR. rumpun dan berat kering polong per
Pemberian PGPR dengan konsentrasi 12,5 rumpun yang tinggi pada perlakuan yang
ml/L diduga dapat meningkatkan bobot sama yaitu K3 dengan hasil berturt-turut
100 butir benih karena bakteri dalam PGPR 88,86 polong dan 82,27 g, sehingga
mampu melarutkan dan meningkatkan menghasilkan produksi polong kering per
ketersediaan phospor (P) bagi tanaman, hektar pada perlakuan K3 juga tinggi.
dan merangsang pembentukan hormon (Irfan, 2013) dalam penelitiannya
sehingga tanaman terlihat lebih subur. menyatakan bahwa aplikasi rizobakteri
Azzamy (2015), menyatakan bahwa mampu meningkatkan bobot kering umbi
hormon Auksin berfungsi untuk bawang merah karena rizobakteri mampu
mempertinggi persentase terbentuknya menghasilkan IAA dan dapat berasosiasi
buah, Sitokinin Menaikkan tingkat dengan tanaman serta membantu proses
mobilitas unsur-unsur dalam tumbuhan dekomposisi bahan-bahan organik di
sehingga proses fisiologis tanaman dalam tanah sehingga penyerapan hara
berjalan dengan lancar, sedangakan oleh tanaman lebih sempurna yang
Giberilin berfungsi untuk perkembangan berpengaruh pada produktifitas tanaman.
buah. Dengan tercukupinya hormon
tersebut secara optimal maka pertumbuhan Daya Berkecambah Benih
dan perkembangan tanaman akan berjalan Perlakuan saat pemberian dan
dengan baik sehingga pembentuakan biji konsentrasi PGPR, maupun interaksinya
akan optimum dan seragam. (Anesta et al., berpengaruh tidak nyata terhadap daya

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 198


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

berkecambah benih. Hal ini diduga karena cadangan makanan yang lebih banyak
benih yang dipakai dalam uji daya sehingga pertumbuhan tanaman optimal.
berkecambah berukuran besar pada setiap Rerata persentase daya berkecambah
perlakuan. Ukuran benih yang besar sesuai tertinggi cenderung pada perlakuan W3K3
dengan parameter bobot 100 butir benih yaitu sebesar 95,33%. Hasil ini sesuai
yang menghasilkan bobot 100 butir benih dengan bobot 100 butir pada perlakuan
berkisar antara 41,95 g sampai 44,31 g W3K3 yang menghasilkan berat tertinggi
yang melebihi deskripsi bobot 100 butir yaitu 44,31 g. Semakin besarnya
benih kacang tanah Varietas Tuban yaitu konsentrasi aplikasi PGPR diduga akan
berkisar anatara 35 g sampai 38 g meningkatkan populasi mikroba PGPR
(Suhartina, 2005). pada bintil akar sehingga membantu
Benih yang besar dapat menjadi tanaman untuk penyerapan dan penyediaan
kecambah normal karena memiliki unsur hara dengan optimal yang
cadangan makanan yang cukup. (Sutopo, berpengaruh terhadap hasil produksi
1988) menyatakan bahwa perkecambahan tanaman kacang tanah. Iswati, (2012)
dipengaruhi oleh ukuran benih karena menyatakan bahwa konsentrasi aplikasi
ukuran benih berpengaruh terhadap PGPR yang semakin tinggi maka
jaringan penyimpan cadangan makanan pengaruhnya terhadap tinggi tanaman dan
benih yang diperlukan embrio sebagai panjang akar tanaman tomat yang
energi saat perkecamabahan. berpengaruh terhadap hasil produksi
tanaman tomat juga semakin besar.

Kecepatan Tumbuh
Pemberian PGPR dengan perlakuan
saat pemberian dan konsentrasi, serta
interaksinya berpengaruh tidak nyata
terhadap kecepatan tumbuh benih. Diduga
benih yang digunakan memiliki cadangan
Gambar 2. Grafik Rerata Daya Berkecambah makan yang cukup untuk melakukan
Benih (% Kecambah Normal) perkecambahan. Hal ini didukung
tercukupinya unsur hara dalam tanah dapat
Gambar 2. memperlihatkan bahwa membantu tanaman untuk melakuakan
rerata daya berkecambah benih yang proses fisiologisnya seperti pembentukan
dihasilkan dari semua perlakuan tinggi. biji dapat berjalan secara optimum
Benih yang menghasilkan kecambah sehingga dapat menghasilkan produksi biji
normal lebih besar dari 85% yang bernas secara maksimal.
dikelompokkan sebagai benih bervigor
tinggi, 80 - 85% bervigor sedang, dan
kurang dari 80% bervigor rendah.
Rerata daya berkecambah yang
tinggi dan tidak berbeda nyata diduga
dipengaruhi oleh ukuran benih yang besar
pada semua perlakuan. Hal ini sesuai
dengan parameter bobot 100 butir benih
yang lebih tinggi dari deskripsi bobot 100 Gambar 3. Grafik Rerata Kecepatan Tumbuh (%
butir benih kacang tanah Varitas Tuban. Kecambah Normal per etmal)
Pratama et al., (2014) menyatakan bahwa
benih berukuran besar mempunyai

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 199


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

Gambar 3. menunjukkan rerata


kecepatan tumbuh yang dihasilkan dari Gambar 4. menunjukkan rerata
semua perlakuan kurang kuat. Benih yang keserempakan tumbuh yang dihasilkan
mempunyai kecepatan tumbuh lebih besar dari semua perlakuan memiliki vigor benih
dari 30% per etmal memiliki vigor yang tinggi. Keserempakan tumbuh <40%
kekuatan tumbuh yang kuat, jika kecepatan memiliki vigor yang kurang kuat dan
tumbuh antara 25 – 30% per etmal keserempakan tumbuh >70% memiliki
memiliki kekuatan tumbuh kurang kuat. vigor yang tinggi.
Kecepatan tumbuh benih kurang kuat Rerata keserempakan tumbuh
diduga karena penyerapan air atau imbibisi tertinggi cenderung pada perlakuan W3K3
yang dilakukan benih kacang tanah yaitu pemberian PGPR dengan konsentrasi
berjalan lambat. Hal ini karena cadangan 12,5 ml/L satu minggu setelah tanam
makanan utama dari benih kacang tanah sebanyak empat kali yaitu sebesar 95,33%.
adalah lemak yaitu sebesar 42,5% untuk Hasil ini sesuai dengan hasil parameter
varietas Tuban. Lemak (Lipid) merupakan bobot 100 butir pada perlakuan W3K3
zat organik hidrofobik yang memiliki sifat yang menghasilkan berat tertinggi yaitu
sulit larut dalam air (Hadi, 2013). 44,31 g. Keserempakan tumbuh benih
Melambatnya proses imbibisi dapat diduga dipengaruhi oleh ukuran benih yang
menyebabkan kecepatan tumbuh benih sesuai dengan pernyataan (Sutopo, 1988)
juga melambat karena air berperan penting yang menyatakan bahwa salah satu faktor
dalam proses perkecambahan. (Zhye, yang mempengaruhi vigor benih adalah
2009) menyatakan bahwa faktor yang morfologis benih yaitu ukuran besar
berpengaruh terhadap kecepatan kecilnya ukuran benih akan berpengaruh
perkecambahan dalam proses imbibisi terhadap kekuatan tumbuh benih.
ialah komposisi kimia benih (kecepatan Diduga semakin besarnya
penyerapan air: protein > karbohidrat > konsentrasi aplikasi PGPR akan
lemak). meningkatkan populasi mikroba PGPR
yang akan memaksimalkan pertumbuhan
Keserempakan Tumbuh dan produksi tanaman kacang tanah karena
Pemberian PGPR dengan perlakuan PGPR membantu penyerapan unsur hara.
saat pemberian dan konsentrasi PGPR, (Iswati, 2012) menyatakan bahwa aplikasi
maupun interaksinya berpengaruh tidak PGPR dengan konsentrasi 12,5 ml/L dapat
nyata terhadap kecepatan tumbuh benih. menghasilkan tinggi tanaman dan panjang
Hal ini sesuai dengan parameter daya akar tertinggi yang berpengarub terhadap
berkecambah dan kecepatan tumbuha hasil produksi pertumbuhan tanaman tomat
benih dengan perlakuan PGPR
berpengaruh tidak nyata terhadap ke dua KESIMPULAN
parameter tersebut. Dari hasil dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa saat pemberian PGPR
dan interaksi antara saat pemberian dan
konsentrasi PGPR berpengaruh tidak nyata
terhadap semua parameter.
Konsentrasi PGPR berpengaruh
nyata sampai sangat nyata terhadap
parameter pertambahan tinggi tanaman
fase vegetatif (15 HST sampai 30 HST),
Gambar 4. Grafik Rerata Keserempakan Tumbuh pertambahan tinggi tanaman stadium
(% Kecambah Normal Kuat) pembentukan polong (30 HST sampai 45

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 200


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

HST), umur berbunga rata-rata, berat basah at:


polong per rumpun, berat kering polong https://www.bps.go.id/linkTableDin
per rumpun, bobot 100 butir benih, dan amis/view/id/874 [Accessed: 8 May
produksi polong kering per hektar. 2016].
Konsentrasi terbaik adalah konsentrasi
PGPR 12,5 ml/l Diankirtleykristi. 2014. Ekstensifikasi dan
Intensifikasi Pertanian [Online].
DAFTAR PUSTAKA Available at:
A’yun, K.Q., T. Hadiastono, and M. https://diankirtleykristi.wordpress.co
Martosudiro. 2013. Pengaruh m/2014/02/18/ekstensifikasi-dan-
Penggunaan PGPR (Plant Growth intensifikasi-pertanian/ [Accessed:
Promoting Rhizobacteria) terhadap 15 May 2016].
Intensitas TMV (Tobacco Mosaic
Virus), Pertumbuhan, dan Produksi Elfianti, D. 2005. Peranan mikroba pelarut
pada Tanaman Cabai Rawit fosfat terhadap pertumbuhan
(Capsicum frutescens L.). Jurnal tanaman. Jurusan Kehutanan
Hama dan Penyakit Tumbuhan, 1(1). Fakultas Pertanian. Universitas
p.47. Sumatera Utara.

Aiman, U., B. Sriwijaya, and G. Ramadani. Fauziah Aini Rohmawati, R.S. dan K.
2015. Pengaruh Saat Pemberian 2016. Pengaruh Pemberian PGPR
PGPRM (Plant Growth Promoting (Plant Growth Promoting
Rhizospheric Microorganism) Rhizobacteria) dan Kompos Kotoran
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kelinci terhadap Hasil Tanaman
Buncis Perancis. In Proceedings: Terung (Solanum melongena L.).
Prosiding Seminar Nasional & Available at:
Internasional, 2015. http://karyailmiah.fp.ub.ac.id/bp/?p=
1430 [Accessed: 15 May 2016].
Anesta, D.O., I.D.N. Nyana, and A.A.M.
Astiningsih. 2016. Studi Hasil dan Febriyanti, L.E., M. Martosudiro, and T.
Kualitas Benih Padi P05 dengan Hadiastono. 2015. Pengaruh Plant
Pemberian Pupuk Hayati Growth Promoting Rhizobacteria
(Enterobacter cloacae). E-Jurnal (PGPR) terhadap Infeksi Peanut
Agroekoteknologi Tropika (Journal Stripe Virus (PStV), Pertumbuhan
of Tropical Agroecotechnology), dan Produksi Tanaman Kacang
5(2). pp.116–126. Tanah (Arachis hypogaea L.)
Varietas Gajah. Jurnal Hama Dan
Azzamy. 2015. Pengertian dan Fungsi Penyakit Tumbuhan, 3(1). p.84.
PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) [Online]. Available Hadi, A. 2013. Pengertian, Fungsi, dan
at: http://mitalom.com/pengertian- Metabolisme Lemak [Online].
dan-fungsi-pgpr-plant-growth- Available at:
promoting-rhizobacteria/ [Accessed: http://www.softilmu.com/2013/07/p
15 May 2016]. engertian-dan-fungsi-lemak.html
[Accessed: 12 May 2016].
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi
Kacang Tanah Menurut Provinsi Irfan, M. 2013. Respon Bawang Merah
(ton), 1993-2015 [Online]. Available (Allium ascalonicum L) Terhadap

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 201


Author : Nailul Marom*;Rizal;Mochamat Bintoro _______________________________________________

Zat Pengatur Tumbuh dan Unsur Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. Jakarta:
Hara. Agroteknologi, 3(2). pp.35–40. Raja Grafindo Persada.

Iswati, R. 2012. Pengaruh dosis formula Zhye. 2009. Pengaruh Berbagai Media
pgpr asal perakaran bambu terhadap Tanam Terhadap Kecepatan
pertumbuhan tanaman tomat Perkecambahan Biji Kacang Hijau
(Solanum Lycopersicum syn). Jurnal [Online]. Available at:
Agroteknotropika, 1(1). https://zhye.wordpress.com/2009/07
/06/12/ [Accessed: 14 May 2016].
Jumin, H.B. 2010. Dasar-dasar Agronomi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Leingo, R. 2014. Aplikasi Zat Pengatur


Tumbuh terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Tomat
(Lycopersicon esculentum Mill).
Skripsi. Universitas Negri
Gorontalo.

Lindung. 2014. Teknologi Pembuatan dan


Aplikasi Bakteri Pemacu
Pertumbuhan Tanaman (PGPR) dan
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
[Online]. Available at:
http://www.bppjambi.info/default.as
p?v=news&id=589 [Accessed: 15
May 2016].

Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah.


Yogyakarta: Kanisius.

Pratama, H.W., M. Baskara, and B.


Guritno. 2014. Pengaruh Ukuran Biji
dan Kedalaman Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung Manis (Zea mays saccharata
Sturt). Jurnal Produksi Tanaman,
2(7). pp.577–582.

Rukmana, R. 1998. Kacang tanah.


Yogyakarta: Kanisius.

Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas


Unggul Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian. Malang: Balai
Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian.

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember 202

You might also like