Professional Documents
Culture Documents
Tommy Avif Setiawan - 1401190233 - Div Akuntansi AP
Tommy Avif Setiawan - 1401190233 - Div Akuntansi AP
Abstract
This study aims to estimate economic impact Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali
at the national and regional levels as well as to analyze the estimated VAT that can
be realized. This research uses secondary data in the form of reports on the
implementation of monetary activities and surveys of visitor spending during the
activity. The IRIO model is used to determine the value of the impact of 17
classifications of business sectors included in 34 provincial areas in Indonesia.
IRIO table based on official data published by the Central Bureau of Statistics.
Calculation of the estimated economic impact based on the IRIO model Miller &
Blair (2009) Leontief's theory produces sector, region, multiplier effects, direct and
indirect economic impacts. live. The conclusion of this study is that the government
of Indonesia and the Bali region as the host has implemented the 2018 IMF-WB
Annual Meetings with positive economic results. The implementation is considered
successful with a total government and organizer spending of 1.1 trillion rupiah in
2018 resulting in a total direct impact of 2.9 trillion rupiah and an indirect impact
of 7.8 trillion rupiah, including an estimated VAT revenue of 347 billion rupiah.
ABSTRAK
I Gede Agus Ariutama
Jurusan Akuntansi
Politeknik Keuangan Negara STAN
Jalan Bintaro Utama Sektor V, Bintaro Jaya
Tangerang Selatan, Banten, Indonesia, 15222
Email: igedeagus@pknstan.ac.id
Abstrak
PENDAHULUAN
pemerintah, industri, dan lembaga lain untuk mendorong investasi dan ekonomi
meetings di lebih dari 250 negara dan 12.682 kota dalam periode tahun 1850 sampai
dengan 2018. Dengan meetings baru pada tahun 2018 mencapai 11.240 meetings
pada 167 negara dan 1.197 kota. Setiap tahun jutaan orang di seluruh dunia
manfaat ekonomi untuk tujuan tuan rumah (Barbieri, Mahoney, & Palmer, 2008;
Dwyer, Mellor, Mistilis, & Mules, 2000; Kotler, 2002; Mistilis & Dwyer, 1999)
menunjukkan peningkatan dari sisi jumlah kegiatan dan peserta pertemuan. Data
tren international association mettings periode tahun 1999 sampai dengan 2018
1
2
Dari gambar I.1 dapat disimpulkan bahwa setiap tahun rata-rata jumlah pertemuan
relatif stabil 12.000 pertemuan setiap tahunnya. Benua Eropa menjadi destinasi
pertemuan favorit yang tidak tergantikan dalam periode yang lama dan Asia
menjadi pasar yang tumbuh signifikan. Terdapat juga pertumbuhan yang signifikan
dalam jumlah pertemuan dengan jumlah kurang dari 500 peserta. Pada tahun 2009,
2010, 2014 lebih dari dua pertemuan asosiasi per juta penduduk global.
level nasional maupun level regional kota. Menurut Jones & Li (2015), terdapat 3
alasan MICE penting untuk dilakukan penelitian. Pertama, ada asumsi dan beberapa
bukti bahwa pengunjung bisnis memiliki pengeluaran yang lebih tinggi, setidaknya
3
per hari dan/atau per perjalanan dari pengunjung rekreasi. Kedua, mungkin ada
yang lebih lama dari periode liburan. Ketiga, pengembangan fasilitas pameran dan
konferensi yang dimiliki sebuah kota atau negara dapat menawarkan daya tarik
penyelenggaraan MICE yang kuat, dengan tambahan manfaat bagi penduduk, dan
penyelenggaraan MICE adalah untuk menarik lalu lintas pengunjung MICE, dan
potensi untuk mendapat investasi dalam mendukung fasilitas MICE yang mahal.
Negara dan kota sebagai penyelenggara MICE terbukti juga merupakan negara dan
kota maju dengan dukungan fasilitas MICE yang baik dan lengkap. Pada tahun
terbanyak dengan 1.177 pertemuan, diikuti oleh Korea Selatan dengan 854
pertemuan dan Belgia dengan 849 pertemuan. Pada tahun yang sama, kota
Brussels menjadi kota kedua dengan 733 pertemuan, Seoul menjadi kota ketiga
terbanyak dengan 431 pertemuan. Data 10 besar negara dan kota penyelenggara
Dapat dilihat pada tabel I.1, 3 besar negara dengan jumlah pertemuan
terbanyak memiliki kota yang terpusat Singapura negara dengan 100% di wilayah
penyelenggaraan di wilayah kota lain di Korea Selatan. Oleh karena itu, Korea
ekonomi MICE dilakukan di Korea yaitu penelitian Lee, Lee, & Yoon (2013) yang
ekonomi di level regional kota. Penelitian Lee, Mjelde, & Kwon (2015)
menggunakan model yang sama pada BIE International Expo 2012 di Yeosu juga
5
menghasilkan estimasi dampak ekonomi pada wilayah tuan rumah sekitar 80% dan
level negara dan level regional kota juga didukung dengan penelitian terdahulu
lainnya. Penelitian Mistilis & Dwyer (1999) menyatakan bahwa seluruh dampak
positif yang dihasilkan, manfaat ekonomi regional dan nasional merupakan hal
berpenghasilan tinggi yang membelanjakan lebih dari dua kali lipat dan tinggal 50%
lebih lama dari pengunjung rata-rata. Potensi memperpanjang masa tinggal dan
yang relevan karena kegiatan MICE membutuhkan fasilitas dan dukungan publik
yang berkelanjutan (Coates & Humphreys, 2000; Jones, 2002). Penelitian Hanly
manfaat ekonomi penyelenggaraan MICE menjadi hal yang krusial untuk dilakukan
(Sanders, 2002)
infrastruktur terkait sering kali menelan biaya yang sangat besar, ketidaksesuaian
pengambilan kebijakan, dan implementasi yang mahal. Penelitian Martins & Aardt
tersebut masih diperlukan pelengkap seperti yang dinyatakan Stynes (2004) yaitu
indikasi istilah “dampak ekonomi” dalam konteks kegiatan MICE merujuk pada
proposal, bidding, penilaian, dan sidang penetapan oleh IMF dan Bank Dunia mulai
bulan September 2014 hingga bulan Oktober 2015. Annual Meetings IMF-WB ini
2018). Pertemuan berisi program utama dan program pendamping dengan tema
memperpanjang atau menambah masa tinggal serta destinasi selain wilayah kota
Bali dan atau daerah lain. Berdasarkan data, tercatat melalui Meeting Team
terdaftar sejumlah 20.556 peserta, dan jumlah total 34.220 peserta dari 189 negara.
Agenda dalam pertemuan ini berupa seminar, workshop, dan focus group
discussion, pameran, gelar budaya, forum investasi, forum kerja sama ekonomi,
forum industri keuangan dan perbankan, promosi dagang, dan kegiatan terkait
dalam menyukseskan Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali. Delegasi domestik dan
terkait pertemuan, contohnya biaya registrasi dan akomodasi yang mencakup sektor
pendukung kegiatan (restoran, hotel, dan gerai toko) (Martins & Aardt, 2004).
Dengan daya tarik kegiatan bagi peserta dan seluruh rangkain kegiatan sebagai
pengarah kegiatan dan Menteri di bidang strategis terkait menjadi panitia inti.
Kegiatan ini juga didukung dengan anggaran operasional sekitar 810 miliar rupiah
tahun 2018. Anggaran tersebut berasal dari APBN dan kontribusi Bank Indonesia.
Selain dana operasional tersebut juga terdapat alokasi anggaran di kementerian dan
memahami komponen yang menciptakan dampak ekonomi yang secara luas dapat
langsung oleh mereka yang mengambil bagian dalam acara tersebut di wilayah
penyelenggaraan Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali juga dikarenakan belum ada
karena bersifat statis dan terstruktur. Model input output direkomendasikan untuk
oleh penelitian lainnya karena dianggap cocok yang tidak dimungkinkan perubahan
tertentu dalam suatu ekonomi regional (Fletcher, 1989; Burgan & Mules, 1992;
permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, penerimaan pajak, impor dan
penyerapan tenaga kerja dalam berbagai sektor produksi. Kedua, melihat komposisi
penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap
hubungan tiap sektor dan wilayah. Keempat, keterkaitan ke depan dan ke belakang
menjadi analisis dalam evaluasi pengembangan sektor dan wilayah secara optimal.
Kelima, ruang lingkup sektor dan wilayah dapat menjelaskan sensitivitas perubahan
dan karakteristik struktural yang dapat terjadi jika terdapat perubahan atau syok
Output (IRIO) untuk memberikan hasil yang komprehensif dan lebih akurat dalam
mengestimasi dampak ekonomi dalam level nasional dan level regional kota dengan
banyak penelitian lainnya yaitu penelitian Braun (1992), Randall & Warf (1996),
dan Kim, Chon, & Chung (2003) mengestimasi dampak ekonomi pada level
10
antarwilayah dan antarsektor (Lee, 2006). Pada penelitian Frechtling & Endre
(1999), Martins & Aardt (2004), Lee, Lee, & Yoon (2013), Lee, Mjelde, & Kwon
Penelitian ini juga menghitung salah satu dampak tidak langsung dari
estimasi dampak ekonomi regional yang terklasifikasi dalam sektor tertentu mampu
barang/jasa kena pajak oleh peserta dan pengunjung. Estimasi Pajak Pertambahan
Nilai juga lebih sederhana dalam perhitungan Dasar Pengenaan Pajak dan Pajak
terutangnya karena memiliki tarif tunggal, serta memiliki potensi yang tinggi dalam
sebagai berikut:
sebagai dasar penelitian adalah dana yang berasal dari Pemerintah dan
penelitian Bappenas dan LPEM FEB UI. Analisis perserta dengan menggunakan
Usaha, 2016 yang dipublikasikan pada 3 Juni 2021 oleh Badan Pusat Statistik.
daerah penyelenggara?
pada level nasional Indonesia dan level regional daerah penyelenggara Bali.
BAB I PENDAHULUAN
regional. Bab ini juga membahas ruang lingkup penelitian, rumusan masalah
Bab ini berisi tentang kerangka teori umum mauapun khusus yang relevan
Bab ini menjelaskan tentang objek penelitian, jenis dan sumber data, variabel
aplikasi pendukung.
Pada bab ini menguraikan deskripsi hasil data penelitian dengan, yang
Bab ini berisi tentang simpulan dan saran penelitian. simpulan dari hasil
Selain itu, bab ini juga menyajikan saran-saran yang dipandang perlu serta
berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
peradilan, menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta. Dalam
hal fungsi ekonomi pemerintah berperan mengatur agar kebutuhan warga negara agar
ekonomi, yaitu peranan alokasi, peranan distribusi, dan peranan stabilitas. Untuk dapat
menciptakan nilai tambah maksimal dari setiap pengeluaran atau investasi yang
dilakukan.
perekonomian dikemukakan oleh Keynes pada awal abad ke-20, yang umum disebut
15
16
pengadaan barang dan jasa untuk tujuan kebijakan tersebut (Mangkoesoebroto, 2002).
dilihat dari tinjauan ekonomi mikro dan ekonomi makro. Dalam tinjauan teori ekonomi
makro, pengeluaran pemerintah untuk analisis pada tiga pos utama yang dapat
digolongkan menjadi pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa, gaji
pegawai, dan pembayaran atau pemberian langsung kepada masyarakat seperti subsidi
tersedianya barang publik. Interaksi antara permintaan dan penawaran akan barang
17
publik menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran
belanja. Kemudian, jumlah barang publik yang disediakan tersebut akan menimbulkan
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat meningkat
ekonomi merupakan kajian dalam jangka panjang dari satu periode ke periode lainnya.
Kemampuan suatu negara dalam menghasilkan barang dan jasa akan meningkat jika
faktor produksi yaitu jumlah dan kualitas, investasi barang odal, teknologi, dan tenaga
kerja dapat ditingkatkan (Sukirno, 2006). Dalam teori Keynes menyatakan bahwa
ekonomi yang optimal. Implikasi teori Keynes adalah untuk menjamin pertumbuhan
melalui kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar) maupun
Dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat
tumbuhnya industri dan atau jasa domestik. Kedua, melaksanakan fungsi pemerintah
multiplier yang lebih besar melalui keterkaitan seluruh industri dan atau jasa domestik
yang dari kegiatan pengadaan barang dan atau jasa pemerintah yang optimal. Kebijakan
18
umum pemerintah dalam pengadaan barang dan atau jasa yaitu meningkatkan
sistem pertahanan (alutsista) dan alat material khusus (almatsus) dalam negeri,
produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah atau tidak langsung terhadap
salah satunya sektor pendidikan yang dapat menghasilkan SDM yang lebih berkualitas
juga berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat atas barang dan jasa melalui stimulus
ekonomi seperti subsidi dan alokasi kegiatan untuk sektor-sektor tertentu (Azwar,
2016). Teori Keynesian juga menyatakan bahwa pendapatan nasional ditentukan oleh
yang dapat dianalisis dari waktu ke waktu atau dengan perubahan-perubahan dari faktor
Menurut Gregory Mankiw, Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai pasar
dari semua barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode.
Terdapat beberapa hal yang tidak disertakan dalam menghitung PDB seperti nilai dari
semua kegiatan yang terjadi di luar pasar, kualitas lingkungan dan distribusi
19
pendapatan. PDB berperan dalam menjadi ukuran 2 hal secara bersamaan yaitu total
pendapatan semua orang dan total belanja negara yang digunakan dalam pengadaan
barang dan jasa dalam perekonomian. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat 2
pendapatan.
Domestik Bruto (PDB) dengan mengukur jumlah yang dikeluarkan pada semua barang
akhir selama satu periode tertentu. Komponen dari pendekatan pengeluaran ini
I = investasi
EX = ekspor
IM = impor
pengeluaran konsumsi pribadi dan rumah tangga. Investasi adalah jumlah yang
diinvestasikan oleh perusahaan atau tumah tangga digunakan sebagai modal baru
meliputi peralatan, persediaan, pabrik, dan struktur perumahan baru. Konsumsi dan
regional dalam pengadaan barang-barang akhir dan jasa. Ekspor netto merupakan
selisih antara ekspor dan impor hanya mencakup barang dan jasa domestik. Persamaan
20
ini sesuai dengan teori Keynes yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah yang
Bruto (PDB) dengan mengukur pendapatan seperti sewa, bunga, upah, dan laba yang
diterima oleh semua faktor produksi dalam memproduksi barang akhir. Pendekatan
pendapatan total yang diterima oleh faktor-faktor produksi seluruh warga negara pada
suatu negara. Pendapatan nasional terdiri dari pendapatan perusahaan perorangan, laba
pajak tidak langsung yang dikurangi subsidi. Pajak tidak langsung meliputi pajak
pertambahan nilai, bea cukai, dan biaya lisensi. Sedangkan subsidi merupakan
barang atau jasa. Pembayaran faktor neto untuk luar negeri adalah pembayaran
pendapatan atas faktor produksi untuk luar negeri dikurangi penerimaan pendapatan
Data pendapatan nasional menjadi salah satu indikator makro yang dapat
sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDB yang besar
menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar, sedangkan PDB yang kecil
menunjukkan sumber daya yang kecil. PDB harga konstan (riil) menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dalam setiap sektor dari tahun ke tahun.
Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau
peranan setiap sektor dalam suatu ekonomi negara. Sektor-sektor ekonomi yang
PDB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa
yang digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, dan perdagangan dengan pihak luar
Lembaga dalam memanfaatkan barang dan jasa dari hasil berbagai sektor ekonomi.
PDB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi, investasi, dan perdagangan luar negeri. PNB harga berlaku
negara. PDB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan
PNB per satu orang penduduk. PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan
sumber daya yang tersedia dan dialokasikan pada suatu daerah atau regional yang
yang diharapkan bagi suatu daerah dengan memenui nilai tambah bagi pelaku bisnis,
22
masyarakat, dan pengunjung (Stimson et al, 2006). Dalam Ilmu Ekonomi Regional,
tidak dibahas mengenai kegiatan individual melainkan analisis suatu wilayah atau
seluruh wilayah (Ridwan, 2016). Dengan dasar tersebut, penilaian dampak ekonomi
kebijakan yang dapat diterapkan suatu wilayah regional tertentu. Pendekatan ekonomi
regional penelitian ini juga merujuk Ferreira (2000) dan Ramakrishnan & Cerisola
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan
nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen
Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak adalah pihak yang
menyerahkan barang atau jasa, sedangkan pihak yang menanggung beban pajak adalah
23
pihak yang menerima atau memanfaatkan barang atau jasa kena pajak (penanggung
pajak)
b. Pajak objektif
pajak dan tidak ditentukan kondisi subjektif subjek pajak yang tidak relevan
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi,
distribusi, dan konsumsi barang atau jasa kena pajak. Dikenakan pada setiap transfer
barang atau jasa kena pajak saat diterima atau dimanfaatkan dengan nilai tambah dari
yang dipungut oleh pihak yang menyerahkan barang atau jasa kena pajak dengan Pajak
Pertambahan Nilai yang dibayar kepada pihak lain (Pajak Keluaran) yang menyerahkan
barang atau jasa kena pajak pada transaksi sebelumnya (saat pengusaha itu membeli).
Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar bukan merupakan unsur harga pokok
f. Tarif tunggal
Undang Pajak Pertambahan Nilai yaitu 10% untuk penyerahan dalam negeri dan 0%
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang hanya dikenakan atas barang
atau jasa kena pajak yang dikonsumsi di dalam daerah pabean. Tipe konsumsi juga
dapat diartikan bahwa seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal
Berbagai aspek ekonomi saling berinteraksi dan berhubungan satu sama lain
equilibrium dan general equilibrium. Keseimbangan yang terjadi secara terpisah tanpa
dalam berbagai pasar dan sector secara simultan merupakan general equilibrium
(Sukirno, 2000). Teori terkait model keseimbangan dibuktikan melalui penelitian yang
dikenal dengan Hukum Walras bahwa terdapat titik keseimbangan umum dalam
menjelaskan bahwa nilai excess supply di suatu pasar harus diimbangi dengan excess
demand pada pasar lain agar kedua faktor tersebut seimbang. Menurut (Susilo, 1999),
ekonomi mikro dan makro dan dapat dimanfaatkan secara serentak yang paling relevan
keseimbangan yang diperkenalkan oleh Leontief yang dikenal dengan model input
output (Rozani, 2007). Model input output oleh Leontief yang dijelaskan oleh Miller &
25
Blair (2009) memiliki konsep dasar dalam aplikasinya. Pertama, struktur perekonomian
terdiri atas beberapa sektor yang saling berinteraksi dalam transaksi jual beli. Kedua,
output yang dihasilkan suatu sektor dijual kepada sektor lainnya dan dikonsumsi untuk
memenuhi permintaan akhir. Ketiga, input suatu sektor diperoleh dari sektor lain seperti
rumah tangga (dalam bentuk tenaga kerja), pemerintah (pajak), penyusutan, surplus
usaha dan impor dari wilayah lain. Keempat, hubungan antara output dan input bersifat
linear dan jumlah total input dalam suatu periode analisis (satu tahun) sama dengan
total output. Kelima, suatu sektor tersusun dari satu atau beberapa perusahaan, di mana
setiap sektor hanya menghasilkan satu output dengan satu tingkatan teknologi.
tabel matrik yang disebut dengan tabel input output. Badan Pusat Statistik merilis
publikasi terkai input output dan database nasional terbaru yaitu tabel input output
perekonomian dan keterkaitan suatu sektor dengan sektor lainnya (BPS, 2021). Tabel
input output menjadi alat ukur berupa uraian statistik dalam bentuk matriks yang
menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antar satuan
kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Permodelan
26
statistik dalam model input output merupakan informasi penting dalam perencanaan
Buku panduan dan katalog mengenai tabel input output Indonesia 2016 disusun
oleh BPS pada tahun 2021 memberikan gambaran dan penjelasan komprehensif tentang
model input output. Penyusunan tabel input output bersifat statis dan terbuka harus
1) Keseragaman (Homogenity)
Asumsi ini menunjukkan bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu
jenis output dengan struktur input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis
2) Kesebandingan (Proportionality)
Asumsi ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan fungsi linier antara input dan
output setiap sektor yang berarti perubahan input yang digunakan suatu sektor akan
3) Penjumlahan (Additivity)
Asumsi ini mengindikasikan bahwa total efek dari kegiatan produksi pada
secara terpisah.
Berdasarkan asumsi tersebut dan sebagai model kuantitatif, tabel input output
memiliki keterbatasan koefisien input atau koefisien teknis selama periode analisis
yang diasumsikan tetap. Hal ini membuat teknologi dan sumber daya yang digunakan
dalam proses produksi pada sektor ekonomi dianggap konstan selama periode
karena objek penelitian berada pada tahun 2018 termasuk dalam periode pembuatan
tabel input output yaitu 2016-2020. Analisis ekonomi menggunakan tabel input output
dinilai sebagai salah satu alat analisis yang lengkap dan komprehensif dengan beberapa
hasil yang mampu dijelaskan (BPS, 2021). Pertama, Model ini mampu memperoleh
gambaran mengenai komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa, terutama
untuk analisis kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. Kedua, Model ini
sektor yang pengaruhnya paling dominan dan sektor-sektor yang peka terhadap
dapat dikembangkan dalam estimasi dampak permintaan akhir terhadap output, nilai
tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor
produksi. Keempat, hasil analisis digunakan untuk menyusun proyeksi dan evaluasi
wilayah dan sektor. Analisis regional dapat mengungkapkan kebijakan nasional dalam
konteks lingkungan regional (Miller, Blair, 2009). Output yang lebih terperinci
(Suttinon et al., 2013). Model Interregional Input Output didukung untuk digunakan
pada masing-masing negara bagian atau suatu wilayah (Timmer et al., 2015). Peran
utama IRIO, yaitu mampu mengklarifikasi proses dekomposisi dampak nasional pada
28
basis regional karena dampak antar suatu regional tidak sama dengan dampak
Model ini adalah pengembangan dari mode input output suatu wilayah sistem
terbagi dalam berbagai sektor di suatu wilayah dengan wilayah lainnya menjadi aspek
utama dalam model IRIO. Data atau tabel IRIO pada wilayah nasional pada dasarnya
merupakan gaungan dari table input ouput di seluruh wilayah secara nasional. Seluruh
tabel input ouput tersebut terkoneksi satu sama lain oleh tabel transaksi antar daerah
dan sektor. Penelitian ini menggunakan model interregional dengan koefisiennya telah
disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi regional yang telah dipublikasikan oleh
Badan Pusat Statistik pada 3 Juni 2021. Untuk menjelaskan hubungan antar wilayah
suatu sektor dari sektor-sektor lain untuk menghasilkan total output. Tabel IRIO terdiri
dari matriks permintaan akhir tiap-tiap daerah dan matriks input primer tiap-tiap daerah
IRIO dapat menganalisa sektor kunci dan transaksi antar daerah. Dampak antar
daerah merupakan dampak perubahan variabel eksogen di suatu sektor di suatu daerah
dan interaksi antar daerah. Model IRIO digunakan dalam penelitian dampak atas
input/syok ekonomi suatu kegiatan tertentu, sehingga dampak atas kegiatan tersebut
dapat dianalisa secara akurat. Kerangka Tabel IRIO disajikan dalam tabel II.1 berikut.
29
Sektor 1 2 3 ……….. 1 2 3
Pembelian
𝑟𝑟 𝑟𝑟 𝑟𝑟 𝑟𝑠 𝑟𝑠 𝑟𝑠
Aceh *r 1 𝑧11 𝑧12 𝑧13 𝑧11 𝑧12 𝑧13
𝑟𝑟 𝑟𝑟 𝑟𝑟 𝑟𝑠 𝑟𝑠 𝑟𝑠
2 𝑧21 𝑧22 𝑧23 𝑧21 𝑧22 𝑧23
𝑟𝑟 𝑟𝑟 𝑟𝑟 𝑟𝑠 𝑟𝑠 𝑟𝑠
3 𝑧31 𝑧32 𝑧33 𝑧31 𝑧32 𝑧33
…….
𝑠𝑟 𝑠𝑟 𝑠𝑟 𝑠𝑠 𝑠𝑠 𝑠𝑠
Papua *s 1 𝑧11 𝑧12 𝑧13 𝑧11 𝑧12 𝑧13
𝑠𝑟 𝑠𝑟 𝑠𝑟 𝑠𝑠 𝑠𝑠 𝑠𝑠
2 𝑧21 𝑧22 𝑧23 𝑧21 𝑧22 𝑧23
transaksi penjualan output sektor 1 pada wilayah Aceh *r kepada sektor 2 pada wilayah
Maka, dampak produksi regional dari perubahan permintaan akhir pada wilayah
langsung dari perubahan terhadap konsumsi akhir. Penyebab perubahan konsumsi akhir
disebut dengan direct impact atau syok ekonomi, sedangkan dampak tidak langsung
atau indirect impact merupakan perubahan total output yang dibutuhkan pada sektor-
disebabkan oleh kenaikan total input yang dibutuhkan dalam sektor yang memperoleh
dengan beberapa model pendekatan yang berbeda. Penelitian terdahulu yang disajikan
level nasional dan level regional serta ringkasan penggunaan model penelitian lainnya.
31
judul
pengunjung dan
penyelenggaraan kegiatan
pengeluaran diperkirakan
pendapatan perorangan.
waktu.
kegiatan utamanya.
Berdasarkan multiplying
investasi pemerintah.
the International menunjukkan multiplier effect langsung tidak impor, dan tax
antarsektor dalam
menentukan dampak
pascakonferensi. Secara
keseluruhan, hasilnya
konferensi berkontribusi
tahun 2007.
Myong Jae Lee , Industri konvensi dan events Model input Kualitatif dan
memungkinkan untuk
kompleks, membutuhkan
produksi.
39
agenda penting yang melibatkan tokoh penting berbagai negara di dunia seperti Annual
Meetings IMF-WB 2018 Bali. Untuk menjadi tuan rumah dalam kegiatan ini, Indonesia
telah ditetapkan pada Oktober 2015, sehingga kegiatan sudah direncakan sebelumnya.
kerja dengan pihak terkait kegiatan sudah dilakukan. Belanja pemerintah tersebut
jangka pendek, dan menghasilkan peningkatan kunjungan dan investasi dalam jangka
langsung dan tidak langsung secara regional dan nasional antarsektor antarwilayah
dengan menggunakan data input-output sesuai dengan kondisi regional suatu daerah
(Miller & Blair, 2009). Dampak ekonomi langsung dan tidak langsung ini terjadi di
regional Bali sebagai tuan rumah, maupun daerah sekitar dengan adanya spillover
effect. Dampak tidak langsung dari perubahan kenaikan total konsumsi akhir
Penyebaran dari dampak ekonomi ini akan dianalasis menggunakan model IRIO
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik pada 3 Juni 2021 dan referensi pengolaharan
41
data dari hasil penelitian Faturay, Manfred, Nugraha (2017). Untuk memudahkan
penjelasan, penulis membuat kerangka pemikiran yang dituangkan dalam Gambar II.1
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik (Sugiyono 2017). Penelitian
kuantitatif memiliki bentuk data berupa angka atau bilangan yang dapat diolah dan di
Bougy, 2017).
lapangan usaha. Cakupan objek tersebut sesuai dengan wilayah dan sektor dalam tabel
IRIO Indonesia 2016 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik pada 3 Juni 2021.
Pengeluaran pemerintah dan pengunjung dari kegiatan Annual Meetings IMF WB 2018
di Bali menjadi dasar moneter dalam melakukan estimasi dampak ekonomi langsung,
42
43
Pengolahan data model analisis Interregional Input Output (IRIO) ini memiliki
rujukan pengolahan data dari penelitian Faturay, Lenzen, & Nugraha (2017) yang
merupakan data tersedia, sesuai dengan analisis yang digunakan, dan terbaru. Data tabel
tersebut diolah dalam bentuk file .xls menggunakan microsoft excel menggunakan
rumus dan fitur aplikasi sesuai dengan perhitungan matematika dampak ekonomi model
input output. Penelitian ini juga menghubungkan dampak ekonomi yang dihasilkan
Pertambahan Nilai dengan Dasar Pengenaan Pajak Barang dan Jasa Kena Pajak sesuai
hasil dampak ekonomi yang telah diklasifikasikan dengan wilayah dan sektor tertentu,
Jenis data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data (Sugiyono, 2017). Sumber data sekunder merupakan sumber data yang telah
tersedia dan peneliti tidak harus mengumpulkan sendiri data tersebut (Sekaran &
d. Data-data dari hasil literature review, yang bersumber dari buku, jurnal, artikel
penelitian ini:
a) Output
Output merupakan hasil atau produk dari proses pengolahan berbagai input yang
b) Transaksi Intraindustri
Transaksi intraindustri merupakan output suatu sektor atau industri yang menjadi
input dari sektor atau industri lainnya untuk menghasilkan output baru.
c) Pengeluaran Pemerintah
penyelenggaran Annual Meetings IMF-WB 2018 dari mulai tahap perencanaan sampai
d) Pengeluaran Pengunjung
45
berupa konsumsi atas output sektor-sektor pada wilayah Bali selama penyelenggaran
Permintaan akhir merupakan permintaan atas barang dan atau jasa sebagai
konsumsi akhir output dari suatu sektor atau industri oleh pihak yang terdiri dari
komposisi input yang diproduksi oleh satu wilayah untuk menghasilkan output pada
Pada penelitian ini, model analisis yang digunakan adalah model Interregional
Input Output (IRIO). Penggunaan model IRIO pada penelitian ini mempertimbangkan
wilayah lainnya. Model ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari model Input
Output Nasional. Analisis ini dikembangkan pertama kali oleh Profesor Wassily W.
Leontief pada tahun 1930. Dalam bentuk dasar, model ini menggambarkan distribusi
produk dari berbagai industri dalam suatu ekonomi. Sektor-sektor dalam suatu ekonomi
melakukan aktivitas produksi barang atau jasa (output) maupun konsumsi barang atau
46
jasa dari sektor-sektor lain (input). Untuk memahami konsep model ini, disajikan
sebagai produsen, juga berperan sebagai konsumen bagi sektor lain. Kolom Final
Demand menggambarkan permintaan akhir pasar, yang terdiri dari berbagai pihak, di
antaranya konsumen akhir, baik personal maupun oleh pemerintah. Baris Value Added
menggambarkan input dari non-industri, contohnya tenaga kerja, depresiasi, dan pajak.
akhir dari sektor i, sementara zij merupakan penjualan output sektor i kepada sektor j,
terdapat banyak sektor, sehingga persamaan tersebut akan untuk masing-masing sektor,
bersifat konstan. Dalam fungsi III.2, 𝑧𝑖𝑗 merupakan output dari sektor i yang digunakan
sebagai output oleh sektor j. Apabila 𝑥𝑗 merupakan total output sektor j, maka
didapatlah fungsi sebagai berikut 𝑎𝑖𝑗 = zij / xj = output I yang digunakan sebagai input j
/ total output j. Dimana 𝑎𝑖𝑗 disebut koefisien teknis (technical coefficient). Dalam
bentuk lain, persamaan tersebut dapat menjadi 𝑧𝑖𝑗 = 𝑎𝑖𝑗 × 𝑥𝑗 . Selain itu, proporsi dari
koefisien ini juga diasumsikan statis. Sebagai contoh, apabila selain input dari sektor i,
sektor j juga menggunakan input dari sektor h, maka 𝑧ℎ𝑗 = 𝑎ℎ𝑗 × 𝑥𝑗 . Proporsi antara
input dari sektor h dan i, digambarkan sebagai 𝑝ℎ𝑖, dengan persamaan sebagai berikut:
Ini menunjukkan bahwa proporsi antara koefisien dari kedua sektor tersebut
1 ⋯ 0
I = (⋮ ⋱ ⋮) III-6
0 ⋯ 1
Dalam bentuk matriks, matriks koefisien teknis suatu sektor adalah sebagai
berikut:
(𝟏 − 𝑨)𝒙 = 𝒇 III-8
x= (𝟏 − 𝑨)−𝟏𝒇 = 𝑳𝒇 III-9
dimana (𝟏 − 𝑨)−𝟏 = 𝑳 = (𝑙𝑖𝑖) atau disebut sebagai Leontief inverse. Kita dapat
Indikator ini menjelaskan dampak langsung dan tidak langsung dari variasi
permintaan final sektor tertentu dapat berdampak ekonomi secara keseluruhan. Model
berdasarkan data moneter (Miller & Blair, 2009) direpresentasikan dalam bentuk
matriks:
49
dimana x´, i´, v´secara berurutan merupakan baris total output, baris satu sektor
output, baris nilai tambah dari pengeluaran per sektor. Jika kita nyatakan x´sebagai
matriks terdiagonalisasi dari total output dapat digantikan menjadi persamaan berikut:
Setelah mendapat perhitungan estimasi nilai dampak ekonomi langsung dan tidak
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan aturan turunannya) untuk
menentukan sektor yang dikenakan PPN. Dari 17 klasifikasi sektor pada tabel input
output terdapat 9 sektor yang dikenakan PPN. Kita dapat mengambil nilai dampak
ekonomi dari 9 sektor tersebut sebagai nilai yang sudah termasuk PPN di dalamnya.
Hasil perhitungan estimasi PPN tersebut merepresentasikan estimasi nilai PPN yang
Microsoft Excel. Data berupa input pada suatu sektor di suatu daerah tertentu
dipisahkan oleh sisi tabel vertikal dari suatu sektor di suatu daerah tersebut.
Pemeringkatan sektor didasarkan pada jumlah besaran dari yang tertinggi ke besaran
50
terendah dengan mengurutkan menggunakan fitur sort. Data berupa output antara
ditampilkan pada sisi horizontal dengan tata dan cara seperti pada data input tersebut.
Hasil dari perbandingan tersebut merupakan nilai Pajak Pertambahan Nilai yang
dapat terealisasi dengan dasar yang pada umumnya merupakan pajak yang dibebankan
Atas Dasar Harga Produsen Menurut 34 Provinsi dan 17 Lapangan Usaha yang
dipublikasikan Badan Pusat Statistik pada tahun 2021. Sisi vertikal matriks
menginterpretasikan struktur input yang digunakan proses produksi barang atau jasa
suatu sektor tertentu dari wilayah domestik atau wilayah lain. Pada sisi horizontal
menginterpretasikan distribusi output suatu sektor ke sektor lain pada wilayah domestik
wilayah_sektor untuk tiap matriksnya. Penamaan ini sesuai dengan tabel Interregional
provinsi dan 17 jenis lapangan usaha sesuai standar Badan Pusat Statistik.
Struktur input antara suatu sektor menggambarkan komposisi output dari sektor-
sektor selain suatu sektor tersebut atau suatu yang dibutuhkan suatu sektor dalam
menghasilkan total output. Jika terdapat kenaikan atau penurunan total output suatu
sektor akan berpengaruh terhadap total permintaan atas output dari sektor-sektor lain
yang digunakan sebagai input sektor tersebut. Strutur input antara merupakan analisis
51
52
terhadap sisi permintaan, dan sering disebut sebagai keterkaitan ke belakang (Isard,
1960). Analisis struktur input antara digunakan untuk mengetahui sensivitas suatu
total input sektor tertentu terhadap total input dari sektor yang dianalisis yang
tersebut dengan sektor yang dianalisis. Dengan matriks pada tabel IRIO, analisis
struktur input sektor juga dapat didasarkan dengan wilayah. Jadi analisis model IRIO
Struktur input yang dilakukan berfokus pada 5 sektor yang paling terdampak pada
pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa lainnya, dan sektor informasi dan
IMF-WB 2018 Bali. Struktur input antara juga akan disajikan pada lampiran penelitian
Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi sektor terbesar sesuai
dengan inti kegiatan pertemuan ini yang mebutuhkan banyak hal berkaitan dengan
sektor yang terdiri hotel atau penginapan, makan minum peserta kegiatan, dan serba
akomodasi dan makan minum di wilayah Bali lebih bergantung dengan wilayah
53
domestik dan terdekat dari segi geografisnya. Struktur input terbesarnya dari
Bali_Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan nilai input antara 5,3 triliun rupiah
atau sekitar 17% dari total input antara dari sektor ini. Input antara kedua terbesar yaitu
Jawa Timur_Industri Pengolahan dengan nilai 5 triliun rupiah atau sekitar 16%.
Selanjutnya struktur input antara terbesar didominasi wilayah Bali dan sektor lainnya
yang nilainya dominan sekitar 40% dan sisanya wilayah dan sektor lainnya yang
4. 1. 1. 2 Bali_Sektor Konstruksi
dengan nilai 3,2 triliun rupiah atau 12,71%. Terbesar kedua dan ketiga juga berasal dari
Bali_Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan nilai
2,5 triliun rupiah atau 10% dan Bali_Pertambangan dan Penggalian dengan nilai 1,9
triliun rupiah atau 7,5%. Nilai input antara terbesar keempat yaitu Sulawesi
dengan nilai yang berurutan 1,5 dan 1,2 triliun rupiah. Hasil analisis Bali_Sektor
Konstruksi bahwa struktur input antara cukup bervariasi dari berbagai wilayah lainnya.
homogen dan didominasi dengan input antara wilayah domestik Bali sendiri. Urutan
input 8 terbesar dari wilayah Bali dengan nilai sekitar 65% dari total seluruh input
sekitar 1,48 triliun rupiah, 850 miliar rupiah, dan 380 miliar rupiah atau 28%, 16%, 7%
54
dari nilai total input antara. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini bergantung pada
input domestik dan sektor yang berkaitan erat sesuai dengan hubungannya. Jika sektor-
sektor di wilayah Bali mengalami perubahan akan berdampak besar pada sektor
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib di wilayah Bali ini.
4. 1. 1. 4 Bali_Jasa Lainnya
Sektor jasa lainnya ini juga bersifat dominan domestik karena sebagian nilai
input antara terbesar merupakan wilayah sektor-sektor di wilayah Bali. Dari 10 terbesar
nilai input antara Bali_Jasa Lainnya ini merupakan sektor di wilayah Bali kecuali sektor
terbesar ke-7 yaitu DKI Jakarta_Industri Pengolahan. Nilai input antara terbesar yaitu
pada wilayah Bali yaitu Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Real Estate, Jasa
Perusahaan, Informasi dan Komunikasi, Pengadaan Listrik dan Gas dengan nilai secara
berurutan 610, 477, 407,263, 249 miliar rupiah. Dominasi pada wilayah domestik untuk
Bali_Jasa Lainnya sampai dengan sekitar 68% dan sisanya seluruh sektor pada wilayah
pada sektor jasa lainnya. Faktor geografis Bali berpengaruh terhadap ketergantungan
Sektor informasi dan komunikasi yang ada di Bali memiliki input yang memiliki
banyak kesamaan seperti struktur input antara Bali_Jasa Lainnya. Dengan komposisi 5
besar terdiri dari wilayah Bali dan sektor yang sama dengan perbedaan urutan. Nilai
terbesar dari Bali_Informasi dan Komunikasi sendiri dengan persentase jauh dari yang
lainnya dengan nilai 3,1 triliun rupiah atau 48% dari total input antara. Dilanjutkan
55
dengan Bali_Jasa Perusahaan, Jasa Lainnya, Pengadaan Listrik dan Gas, dan Real
Estate dengan urutan nilai 573, 376, 227, 226 miliar rupiah. Walaupun domestik Bali
masih menjadi struktur input yang dominan, namun terdapat kaitan terdekat dengan
terbesar nilai input antara dengan nilai keempat input tersebut yaitu 203, 139, 63, 59
miliar rupiah atau sekitar 7% dari nilai total input antara Bali_Informasi dan
Komunikasi.
lainnya dalam nilai keseluruhan ekonomi. Perubahan total output pada suatu sektor
akan berdampak pada perubahan ketersediaan input yang dapat digunakan oleh sektor-
sektor lainnya yang menjadikan output sektor tersebut sebagai input untuk sektornya.
Maka dari itu, analisis output antara merupakan analisis atas sisi penawaran pada
anasisis input-output atau lebih dikenal dengan analisis keterkaitan kedepan (Isard,
1960). Pada analisis model IRIO akan mengidentifikasi hubungan matriks berdasarkan
sektor dan wilayah sesuai dengan tabel Interregional Input Output Indonesia Transaksi
Domestik Atas Dasar Harga Produsen Menurut 34 Provinsi dan 17 Lapangan Usaha,
2016 (Juta Rupiah) dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik pada 3 Juni 2021. Analisis
dilakukan terhadap 5 sektor di wilayah Bali yang mendapatkan syok ekonomi dari
belanja pemerintah dan penyelengara terbesar yaitu Penyediaan Akomodasi dan Makan
Jasa Lainnya, Informasi dan Komunikasi. Data lengkap mengenai struktur output antara
Sektor yang terdiri dari hotel atau penginapan, makan minum peserta kegiatan,
dan serba serbi kebutuhan peserta kegiatan selama pelaksanaan dalam struktur output
antara bergantung besar dalam juga pada sektor di wilayah domestik dengan persentase
60% lebih dari total output. 10 nilai output antara Bali__Sektor Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum ada pada wilayah Bali, kecuali peringkat 10 yaitu DKI
Jakarta_Konstruksi dengan nilai 226 miliar rupiah atau 1,57%. 2 nilai output antara
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan urutan nilai 2,47 dan 1,48 triliun rupiah
atau sekitar 17% dan 10%. Hal ini menginterpretasikan bahwa out sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum dialokasikan sebagian besar untuk sektor di wilayah
4. 1. 2. 2 Bali_Sektor Konstruksi
Bali_Real Estate, Bali_Konstruksi dengan nilai sangat dominan dari total output
dengan nilai 1,1 triliun rupiah dan 776 miliar rupiah atau 46% dan 31% dari total output.
Selain itu 17 sektor dengan alokasi output antara dari Bali_Sektor Konstruksi juga
berada pada wilayah Bali yang menjadi indikasi karena sektor ini sulit ditransfer atau
mobilisasi rendah membuat sektor ini dominan dengan 99% output antara digunakan di
wilayah Bali sendiri. Struktur output antara terbesar ketiga sampai dengan seterusnya
57
hanya sebagian kecil dan nilainya jauh lebih rendah dari kedua sektor terbesar. Struktur
output terbesar ketiga sampai dengan kelima yaitu Bali_Jasa Keuangan dan Asuransi,
Bali_Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan nilai 117, 84, 54 miliar rupiah
dialokasikan sebagian besar di wilayah domestik Bali sendiri dengan nilai output antara
99% karena karakteristik sektor ini juga dipengaruhi faktor geografis. Nilai urutan 5
terbesar output untuk wilayah Bali yaitu Bali_Informasi dan Komunikasi, Bali_Real
Estate, Bali_Transportasi dan Pergudangan dengan nilai 126, 55, 37 miliar rupiah. Nilai
total output antara sektor ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai total output yang
mengalami syok ekonomi dari belanja pemerintah lainnya. Jadi perubahan output
antara sektor ini hanya sedikit mempengaruhi sektor lain di wilayah Bali karena nilai
4. 1. 2. 4 Bali_Jasa Lainnya
Sektor jasa lainnya ini juga dominan digunakan untuk sektor di wilayah
domestik Bali sekitar 90% dari nilai total output. 3 nilai output antara terbesar yaitu
pada wilayah Bali yaitu Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Lainnya, Konstruksi dengan nilai
secara berurutan 699, 409, 376, 248, 113 miliar rupiah. Dominasi pada wilayah
wilayah luar Bali sekitar 10% menjadi indikasi walaupun sektor ini berkaitan erat
58
dengan kebutuhan di wilayah domestik, namun karena karakteristik sektor jasa lainnya
Sektor informasi dan komunikasi yang ada di Bali memiliki struktur output antara
yang memiliki banyak kesamaan dengan struktur output sektor lainnya dengan
dominasi alokasi pada sektor di wilayah sekitar 98% dari total output antara. Nilai
persentase jauh dari yang lainnya dengan nilai 3,1 triliun rupiah atau 35% dari total
output antara. Dilanjutkan dengan Bali_ Pengadaan Listrik dan Gas, Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor, Jasa Perusahaan dengan urutan nilai 1,5 triliun rupiah, 891, 735, 551
miliar rupiah. Dari data sektor ini dapat indikasikan bahwa untuk sektor informasi dan
komunikasi memiliki kaitan erat dengan internal sektornya dan keterkaitan dengan
sektor lainnya memiliki nilai yang lebih kecil serta hamper merata ke seluruh sektor
lainnya.
semua sektor dan semua wilayah di Indonesia. Berdasarkan tabel IRIO, analisis
dilakukan untuk mengetahui wilayah_sektor yang dominan dan seberapa besar nilai
output yang ada di wilayah_sektor Bali. Berdasarkan sektor, struktur output nasional
terbesar adalah sektor industri pengolahan. 5 niali terbesar dari struktur output nasional
DKI Jakarta_Jasa Perusahaan. Struktur output nasional teralokasi sangat besar dari
wilayah_sektor di pulau Jawa. Hal ini dapat menjadi bahwa terdapat tujuan pemerintah
struktur output terbesar dari output nasional dari wilayah Bali dengan nilai sekitar 15
triliun rupiah. Kedua, Bali_Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan nilai
dan Bali_Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan
nilai yang tidak jauh berbeda di sekitar 13 triliun rupiah. Urutan kelima struktur output
nasional terbesar dari wilayah Bali yaitu Bali_Industri Pengolahan sebesar 10 triliun
rupiah. Bali_Informasi dan Komunikasi menjadi urutan keenam dari struktur output
nasional yang merupakan terbesar dari sektor yang diberikan syok ekonomi belanja
Struktur permintaan antara dan akhir pada wilayah_sektor yang paling terdampak
dan akhir penting untuk analisis perputaran ekonomi sektor di wilayah Bali. Permintaan
60
antara digunakan untuk sektor lain dalam menghasilkan output, sedangkan permintaan
dengan permintaan antara lebih besar dari permintaan akhir dan 11 sektor lain dengan
permintaan akhir lebih besar dari permintaan antara. Komposisi selisih permintaaan
antara dikurang akhir dengan persentase terbesar adalah sektor pertambangan dan
penggalian, pengadaan listrik dan gas, dan jasa perusahaan secara berurutan yaitu
sekitar 81%, 80%, dan 58%. Sektor-sektor tersebut memiliki indikasi bahwa output
Sedangkan 3 sektor terbesar yang permintaan akhir lebih besar daripada permintaan
antara adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib,
sektor jasa pendidikan, dan sektor konstruksi dengan persentase 93%, 92%, 91%.
Keseluruhan sektor di wilayah Bali menggunakan output lebih besar untuk sektor
konsumsi daripada sektor produksi dengan perbandingan sekitar 1:2. Tabel mengenai
struktur permintaan antara dan permintaan disajikan dalam lampiran 4 penelitian ini.
dari perubahan eksogen yaitu perubahan output sektor, pendapatan yang diperoleh oleh
rumah tangga karena perubahan output sektor, peluang kerja yang dihasilkan sebagai
dampak dari perubahan output, nilai tambah yang dihasilkan tiap-tiap sektor akibat
perubahan output (Isard, 1960). Dengan adanya syok ekonomi dari belanja pemerintah
61
ekonomi, maka penting untuk melihat nilai dari output multiplier wilayah_sektor untuk
Hasil output multiplier akan disajikan lengkap pada lampiran 5 penelitian ini yang
ada pada 17 sektor di wilayah Bali. Output multiplier dengan nilai lebih dari 1
pertumbuhan positif pada sektor tersebut. Tabel IV.1 menunjukan 5 besar nilai output
Tabel IV.1 di atas menunjukkan besarnya dampak yang dapat dihasilkan dari perubahan
output pada sektor-sektor tersebut. Dengan adanya syok ekonomi berupa belanja
terbesar juga masuk dalam 5 besar nilai output multiplier yang mengindikasikan bahwa
efek berantai dari input output syok ekonomi yang dihasilkan signifikan.
62
Struktur belanja pemerintah dan penyelenggara pada penelitian ini berfokus pada
persiapan dan pelaksanaan Anuual Meetings IMF-WB 2018 Bali selama tahun 2018.
Alokasi belanja pemeintah dan penyelenggara merupakan dana alokasi yang bersumber
dari pemerintah pada Kementerian dan Lembaga serta Bank Indonesia sebagai pihak
yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan ini. Data belanja pemerintah dan
Kementerian dan Lembaga terkait, LPSE, dan informasi lainnya yang merujuk pada
kegiatan ini. Dari rincian yang didapatkan total anggaran belanja pemerintah dan
penyelenggara yaitu sekitar 855 miliar rupiah untuk dana operasional selama
pelaksanaan kegiatan, sekitar 295 miliar rupiah untuk fasilitas dan unsur pendukung
kegiatan.
dengan penjelasan alokasi dana memiliki perbedaan dengan klasifikasi sektor lapangan
usaha tabel input output. Tabel IV. 2 menunjukkan pemetaan dana alokasi belanja
pemerintah dan penyelenggara yang telah disesuaikan dengan klasifikasi sektor tabel
Belanja pemerintah dan penyelenggara tertinggi ada pada sektor penyediaan akomodasi
dan makan minum yang merupakan sektor yang paling erat kaitannya dengan kegiatan
Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali ini yaitu untuk keperluan hotel atau penginapan,
dalam 2.000 rangkaian kegiatan dengan nilai sekitar 457 miliar rupiah.
Alokasi dana tertinggi kedua belanja pemerintah dan penyelenggara pada sektor
konstruksi dengan nilai sekitar 276 miliar rupiah untuk perbaikan dan pengembangan
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib untuk kebutuhan sekretariat senilai
sekitar 179 miliar rupiah. Sekretariat mendapatkan alokasi belanja cukup tinggi
64
dikarenakan inti kegiatan yang merupakan agenda seminar, workshop, dan focus group
discussion, dan pameran membutuhkan panitia acara dan administrasi yang baik.
berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian PPN (Bappenas) bekerja sama dengan
LPEM UI. Dari hasil hasil survei tersebut terdapat total syok ekonomi senilai 1,7 triliun
berulang dan tidak berulang dengan alokasi sebelum, ketika, setelah kegiatan
peserta atau pengunjung Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali dengan kategori
masyarakat sipil, pers, dan jurnalis. Terdapat 2 pendekatan dalam klasifikasi sektor
Tabel IV. 3 menyajikan data pengeluaran dengan kategori registrasi yang merupakan
masuk ke dalam klasifikasi sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, serta
terbagi dalam 3 tahapan waktu yaitu sebelum, ketika, dan setelah kegiatan berlangsung.
klasifikasi yang berbeda dari pengeluaran berulang. Hal ini membuat klasifikasi
pengeluaran pengunjung tidak berulang ke dalam klasifikasi lapangan usaha tabel IRIO
berbeda dengan pengeluaran berulang. Berikut Tabel IV. 4 mengenai data pengeluaran
peserta atau pengunjung kegiatan yang bukan penduduk Bali ingin mendapatkan barang
yang unik atau spesial dari kegiatan tersebut dengan khas wilayah Bali. Kemudian
pakaian juga menjadi pengeluaran dengan alokasi cukup besar karena ciri khas pakaian
Bali dari budaya yang unik dapat menarik sebagian besar pengunjung. Hasil survei juga
66
pembagian waktu yaitu sebelum, ketika, dan setelah kegiatan berlangsung. Tabel IV. 5
dengan pengeluaran berulang berupa makan minum, transportasi, hotel, dan akomodasi
lain selama 8 hari rangkaian kegiatan Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali. Terdapat
bahwa kunjungan untuk kegiatan Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali sekaligus
berdasarkan penjelasan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Badan Pusat
pertemuan, restoran senilai 83% dari total pengeluaran pengunjung selama pelaksanaan
kegiatan karena pengunjung bukan merupakan penduduk wilayah Bali. Sektor kedua
terbesar yaitu sektor industri pengolahan berupa kriya tangan, pakaian atau aksesori,
alat elektronik yang dibeli dan digunakan oleh pengunjung dengan nilai 118 miliar
rupiah. Kemudian sektor tranportasi dan pergudangan juga mendapatkan syok ekonomi
langsung dan tidak langsung pada suatu wilayah_sektor. Syok ekonomi tersebut
output pada wilayah_sektor ini mengakibatkan efek berantai atau kenaikan pada input
dari wilayah_sektor lain yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan output yang
ekonomi tidak langsung. Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa dampak ekonomi
tidak langsung merupakan dampak ekonomi yang bersumber dari efek berantai syok
ekonomi langsung.
Dilanjutkan dengan perhitungan dampak ekonomi tidak langsung yaitu inverse matriks
perubahan yang terjadi ke seluruh wilayah_sektor yang tidak mengalami syok ekonomi
berdasarkan dengan syok ekonomi atau dampak langsung yang diterima. Pertama,
menguji dampak ekonomi dari stimulus alokasi belanja yang dihabiskan pemerintah.
penyelenggaraan Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali merupakan stimulus utama dan
memicu adanya syok ekonomi lainnya, yaitu pengeluaran pengunjung yang terjadi
memberikan dampak ekonomi yang diakibatkan efek berantai yang terjadi dalam
lingkup wilayah_sektor. Dampak ekonomi dapat disajikan pada level nasional atau
Hasil pengolahan data dan analisis dari perhitungan model IRIO secara lengkap
dijelaskan dalam lampiran 8 penelitian ini. Dampak ekonomi belanja pemerintah dan
penyelenggara total di wilayah Bali memiliki nilai sekitar 3,5 triliun rupiah berupa
dampak ekonomi langsung sekitar 1,1 triliun rupiah dan dampak ekonomi tidak
langsung sekitar 2,4 triliun rupiah. Analisis wilayah_sektor dalam tabel IV.7 yaitu 5
dampak ekonomi belanja pemerintah dan penyelenggara terbesar. Dari hasil pada tabel
IV.7 menunjukkan sektor-sektor utama dan pendukung yang berkaitan erat dengan
Tabel IV.7 Dampak Ekonomi Belanja Pemerintah dan Penyelenggara dengan 5 Nilai
Terbesar di Wilayah Bali (Juta Rupiah)
Dampak Dampak Tidak Total
No. Wilayah
Langsung Langsung Dampak
Bali_Penyediaan Akomodasi
1
dan Makan Minum 457.391,57 473.677,27 931.068,84
2 Bali_Konstruksi
276.710,00 285.795,92 562.505,92
Bali_Administrasi
3 Pemerintahan, Pertahanan
179.864,75 183.878,68 363.743,43
dan Jaminan Sosial Wajib
4 Bali_Jasa Lainnya
114.433,19 147.474,43 261.907,62
Bali_Informasi dan
5
Komunikasi 65.066,47 150.169,27 215.235,75
Sumber: data diolah oleh penulis
Berdasarkan hasil olah data dari tabel IV.7, Bali_Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum menjadi sektor dengan alokasi dana terbesar dari belanja pemerintah
dan penyelenggara dan memiliki output multiplier yang tinggi, sehingga dampak tidak
langsung sektor ini juga menjadi nilai terbesar dari seluruh sektor. Kemudian terbesar
penyelenggaraa kegiatan ini karena adanya pembangunan dan rekonstruksi jalan serta
fasilitas yang digunakan. Nilai terbesar ketiga dan kelima merupakan sektor terkait
penyelenggara, dan administrasi, jasa lain-lain, serta informasi komunikasi. Dari hasil
ini dapat menginterpretasikan nilai sektor-sektor utama dan pendukung yang berkaitan
Selain data ekonomi regional wilayah Bali, terdapat hasil pengolahan data pada
level nasional. Total dampak ekonomi nasional yaitu sekitar 3,9 triliun rupiah yang
terdiri dari sekitar 1,1 triliun rupiah dampak ekonomi langsung dan 2,8 triliun rupiah.
71
Tabel IV.8 menjelaskan dampak ekonomi nasional dengan 5 nilai terbesar nasional
Pada tabel IV.8 dapat diketahui bahwa dampak ekonomi terbesar nasional
dengan dampak total 3,5 triliun rupiah karena fokus kegiatan dan alokasi sumber daya
pada wilayah Bali. Terdapat dampak ekonomi tidak langsung sekitar 300 miliar rupiah
tersebar ke seluruh wilayah Indonesia lainnya dari hasil efek berantai wilayah_sektor.
Dampak ekonomi tertinggi kedua dan keempat pada provinsi Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Selatan karena merupakan provinsi yang memiliki keterkaitan tinggi dengan
provinsi Bali dengan nilai 37 miliar rupiah dan 28 miliar rupiah. Sektor dengan
keterkaitan tinggi antara Provinsi Bali dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan
sesuai dengan sektor yang mendapat alokasi belanja pemerintah dan penyelenggara
yaitu sektor konstruksi. Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang
secara geografis dekat dengan Bali juga memiliki keterkaitan yang tinggi termasuk
terbesar ketiga dan kelima dengan nilai 33 miliar rupiah dan 27 miliar rupiah.
72
Meetings IMF-WB 2018 Bali ini merupakan bentuk respon karena adanya peserta atau
pengeluaran pengunjung mencapai 1,7 triliun rupiah dari sekitar 20.000 peserta dengan
sekitar 2.000 kegiatan yang dilakukan. Pengeluaran pengunjung berfokus pada saat
pelaksanaan kegiatan pada bulan Oktober 2018 di wilayah Bali berdasarkan laporan
survei oleh Bappenas bersama LPEM FEB UI. Total pengeluaran pengunjung tersebut
juga merupakan dampak ekonomi langsung atas syok ekonomi dari pengeluaran
pengunjung. Pada Tabel IV.9 menampilkan hasil perhitungan model IRIO mengenai
klasifikasi lapangan usaha dengan penyesuaian dengan tabel IRIO yaitu pada sektor
dengan dampak total terbesar Bali_Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan
nilai dampak langsung 1,4 triliun rupiah dan 1,5 triliun rupiah. Kedua, Bali_Industri
Pengolahan dengan dampak langsung senilai 118 miliar rupiah dan dampak tidak
langsug 288 miliar rupiah. Terdapat 3 sektor lain yang memiliki dampak ekonomi
langsung atas pengeluaran pengunjung, namun memiliki nilai dampak ekonomi tidak
langsung yang kecil. Maka dari itu, 3 sektor tersebut tidak termasuk dalam 5 nilai
nilai dampak langsung berurutan 113, 40, 20 miliar rupiah. Total dampak tidak
langsungnya yaitu 4,3 triliun rupiah. Jadi total dampak ekonomi atas pengeluaran
Perhitungan dampak juga disajikan dalam level Nasional yaitu 6,8 triliun rupiah
atau sekitar 700 miliar rupiah merupakan dampak ekonomi pengeluaran pengunjung di
luar wilayah penyelenggara. Selisih tersebut merupakan dampak tidak langsung yang
Tabel IV.10 dapat kita analisis dengan mengaitkan pada struktur ekonomi yang
ekonomi langsung dan tidak langsung memiliki komposisi sekitar 26% dan 74%. Hasil
selama kegiatan berlangsung. Provinsi yang memiliki dampak tidak langsung tinggi
karena seluruh rangkaian kegiatan dan sebagian alokasi pengeluaran pengunjung terjadi
di wilayah Bali selama kegiatan berlangsung. Bali memiliki persentase dampak sekitar
89% dari total dampak pengeluaran pengunjung dengan total nilai 6,1 triliun rupiah
dengan dampak langsung sekitar 1,7 triliun rupiah dan dampak tidak langsung 4,3
sektor peyediaan akomodasi dan makan minum serta industri pengolahan membuat
provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur memiliki dampak tertinggi
kedua dan keempat. Sulawesi Selatan dan Banten menjadi terdampak ketiga dan kelima
terbesar karena keterkaitan tinggi dengan Bali pada sektor industri pengolahan,
Dampak ekonomi total merupakan jumlah seluruh dampak yang terjadi dari
perubahan-perubahan karena adanya kegiatan Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali ini.
Dampak ekonomi total didapatkan dari seluruh dampak ekonomi langsung dari belanja
langsung dan tidak langsung total di wilayah Bali atau pada level nasional yaitu sekitar
2,9 triliun rupiah dan 6,7 triliun rupiah atau 30% dan 70% dari total dampak. Total
dampak ekonomi yang terjadi di wilayah Bali mencapai sekitar 9,6 triliun rupiah.
Model IRIO juga menunjukkan seluruh dampak pada level nasional dan regional.
Tabel dengan dampak ekonomi total semua sektor di wilayah Bali disajikan pada
lampiran penelitian ini. Dapat dianalisis berdasarkan tabel IV.11 mengenai 5 sektor
Tabel IV.11 Dampak Ekonomi Total 5 Terbesar di Wilayah Bali (Juta Rupiah)
Dampak Dampak Tidak Total
No. Wilayah
Langsung Langsung Dampak
Bali_Penyediaan Akomodasi
1
dan Makan Minum 1.953.691,61 1.993.828,02 3.947.519,64
Bali_Pengadaan Listrik dan
2
Gas - 658.414,16 658.414,16
3 Bali_Konstruksi
276.710,00 294.366,79 571.076,79
4 Bali_Industri Pengolahan
147.322,15 404.769,22 552.091,37
Bali_Pertanian, Kehutanan,
5
dan Perikanan - 550.124,74 550.124,74
Sumber: data diolah oleh penulis
Makan Minum merupakan sektor dengan dampak ekonomi total terbesar dengan nilai
76
3,9 triliun rupiah atau mencapai 40% dari nilai total dampak ekonomi di wilayah Bali.
Hal ini disebabkan karena kegiatan Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali merupakan
kegiatan dengan agenda seminar, workshop, dan focus group discussion, pameran, gelar
budaya, forum investasi, forum kerja sama ekonomi, forum industri keuangan dan
perbankan, promosi dagang, dan kegiatan pertemuan antar peserta atau pengunjung dari
wilayah luar Bali, sehingga terdapat syok ekonomi yang utamanya merupakan
pertemuan ini.
Sektor kedua dan ketiga terbesar merupakan sektor pendukung inti dari kegiatan
ini yaitu pengadaan listrik dan gas, serta konstruksi dengan masing-masing nilai sekitar
658, 571 miliar rupiah atau 6% dan 5% dari nilai dampak ekonomi total di wilayah Bali.
Pengadaan listrik dan gas dibutuhkan dalam setiap tahapan kegiatan pertemuan ini
untuk operasional dan untuk semua sektor lain sebagai sumber daya energi. Konstruksi
berperan penting dalam kegiatan ini juga karena hampir semua kegiatan memanfaatkan
hasil konstruksi bangunan dan konstruksi jalan untuk venue serta fasilitas mobilitas
pengolahan dimana terdapat pemanfaatan kriya tangan, barang elektronik, dan barang-
barang lainnya yang dibeli atau disediakan untuk peserta atau pengunjung kegiatan
pertemuan. Sektor industri pengolahan memiliki dampak ekonomi total dengan nilai
552 miliar rupiah. Kemudian, sektor selanjutnya memiliki nilai yang hampir sama
dengan sektor industri pengolahan yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
77
yang merupakan bahan kebutuhan pokok yang digunakan utamanya untuk konsumsi
Selain pada level regional, Model IRIO juga dapat menganalisis dampak ekonomi
pada level nasional. Pada Tabel IV. 12 menunjukkan dampak ekonomi total pada level
nasional klasifikasi provinsi dengan nilai dampak ekonomi total nasional mencapai
10,7 triliun rupiah. Berikut tabel VI. 12 komposisi dampak ekonomi total dengan nilai
Tabel IV.12 Dampak Ekonomi Total 5 Terbesar Level Nasional Klasifikasi Provinsi
(Juta Rupiah)
Dampak Dampak Tidak Total
No. Wilayah
Langsung Langsung Dampak
1 Bali 2.939.958,43 6.753.793,07 9.693.751,50
2 Nusa Tenggara Barat - 127.167,20 127.167,20
3 Sulawesi Selatan - 91.694,12 91.694,12
4 Nusa Tenggara Timur - 87.787,39 87.787,39
5 Sulawesi Tengah - 67.163,57 67.163,57
Sumber: data diolah oleh penulis
Pada tabel IV.12 di atas, komposisi dampak ekonomi langsung terhadap total nilai
dampak ekonomi sekitar 27% dan dampak ekonomi tidak langsung sekitar 72%. Total
dampak ekonomi langsung dari seluruh syok ekonomi yang terjadi mencapai 2,9 triliun
rupiah, sedangkan total dampak ekonomi tidak langsung senilai 7,8 triliun rupiah.
Wilayah Bali sebagai penyelenggara terdampak paling tinggi karena fokus kegiatan di
wilayah Bali dan struktur ekonomi wilayah Bali lebih bergantung pada ekonomi
domestik. Dampak ekonomi regional total memiliki persentase sekitar 90% di wilayah
Bali dan 10% lainnya tersebar di seluruh provinsi. Keterkaitan wilayah_sektor provinsi
Bali dengan provinsi lain yang menghasilkan dampak tidak langsung terbesar setelah
78
di wilayah Bali sendiri yaitu Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara
Timur, dan Sulawesi Tengah. Faktor yang mempengaruhi dampak ekonomi total pada
provinsi lain adalah keterkaitan dalam sektor yang terdampak langsung dari
penyelenggaraan ini yaitu sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, industri
untuk mengetahui seberapa besar dampak ekonomi untuk tuan rumah kegiatan dan
klasifikasi tipe dampak dan wilayah penyelenggara sebagai. Hasil lengkap dampak
penyelenggara dengan nilai 9,6 triliun atau 90% dari total dampak membuktikan
79
perputaran ekonomi domestik. Sedangkan, dampak ekonomi total pada wilayah non
penyelenggara senilai 1,1 triliun rupiah atau 10% dari total dampak. Tabel ringkasan
pemerintah memiliki nilai 3,5 triliun rupiah pada wilayah penyelenggara dan 364 miliar
rupiah pada wilayah non-penyelenggara atau 33% dan 3% dari dampak total. Dampak
dampak ekonomi atas pengeluaran pemerintah. 6,1 triliun rupiah atau 57% dan 722
miliar rupiah atau 7% merupakan dampak ekonomi atas pengeluaran pengunjung pada
Dari sudut pandang sektor, penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi
persentase 40% dari total dampak ekonomi. Sektor pengadaan air, pengelolaan sampah,
limbah dan daur ulang menjadi sektor dengan dampak ekonomi terbesar di luar wilayah
penyelenggara dengan persentase sekitar 4% dari total dampak ekonomi. Hal ini
makan minum sebagai sektor utama pada penyelenggaraan kegiatan ini dan sektor
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang pada wilayah non
penyelenggaraan Annual Meetings IMF-WB 2018 Bali ini adalah perpajakan. Dari total
dampak ekonomi yang terjadi termasuk di dalamnya terdapat pajak pertambahan nilai
yang termasuk dalam transaksi barang atau jasa kena pajak pertambahan nilai. Dari
belanja pemerintah dan penyelenggara serta pengeluaran pengunjung pada sektor yang
dikenai pajak pertambahan nilai akan meningkatkan realisasi penerimaan pajak atau
dapat menjadi evaluasi kebijakan selanjutnya. Melalui analisis sektor dengan peraturan
pajak pertambahan nilai, penelitian ini dapat menghasilkan estimasi pajak pertambahan
ekonomi Bali sebagian besar dialokasikan pada permintaan akhir atau sektor konsumsi
yang berarti ada potensi besar pajak pertambahan nilai karena merupakan pajak atas
konsumsi.
peraturan terkait lainnya, terdapat klasifikasi objek dan bukan objek pajak pertambahan
nilai untuk analisis sektor pada tabel IRIO yang terdiri 17 sektor lapangan usaha dan
sektor usaha tersebut, terdapat 10 sektor objek pajak pertambahan nilai dan salah
yang dikenai pajak pertambahan nilai. Tabel IV.14 menyajikan sektor yang dikenakan
Dari analisis sektor pada tabel IV.14 dapat menghasilkan estimasi pajak
pertambahan nilai dengan asumsi bahwa pajak pertambahan nilai sudah termasuk
dalam dampak ekonomi total, sehingga dampak ekonomi total merupakan dasar
pengenaan pajak ditambah dengan pajak pertambahan nilai. Jadi, untuk menghitung
pajak pertambahan nilai dari dampak ekonomi total tersebut dengan melakukan
10
perhitungan (110 x dampak ekonomi total pada sektor yang dikenakan pajak
pertambahan nilai). Pada tabel IV.15 disajikan data estimasi pajak pertambahan nilai
dampak ekonomi total pada wilayah penyelenggara (Bali). Perhitungan estimasi pajak
pertambahan nilai merupakan perhitungan tarif pajak pertambahan nilai sebesar 10%
dikalikan dengan dasar pengenaan pajak. Perhitungan dapat juga dilakukan dengan
(10/110 x total dampak) karena total dampak merupakan dasar pengenaan pajak yang
bahwa total dampak pada sektor yang dikenakan PPN senilai sekitar 3,8 triliun rupiah.
Dampak ekonomi total seluruh sektor di wilayah penyelenggara (Bali) yang dikenakan
senilai 39% dari total dampak ekonomi sekitar 9,6 triliun rupiah. Estimasi PPN dampak
ekonomi penyelenggaraan kegiatan yang telah dihitung sekitar 238 miliar rupiah.
Sektor dengan estimasi PPN terbesar yaitu pengadaan listrik dan gas, konstruksi, dan
jasa lainnya dengan masing-masing senilai 42 miliar rupiah, 41 miliar rupiah, dan 30
Penilaian estimasi Pajak Pertambahan Nilai pada tabel IV.15 di atas dihitung dari
dampak total 9 sektor yang dikenakan PPN dikurangi penyesuaian terkait data
underground economy sekitar 22% menurut penelitian Iskandar dan Mulyawan (2017)
dan sebagian dari 3 sektor yang dapat dikategorikan bukan objek pajak. Sektor pertama
yaitu pengadaan listrik dan gas yang memiliki estimasi nilai PPN terbesar dampak
penyelenggaraan kegiatan yang PPNnya dapat diperlakukan lain yaitu dibebaskan dari
pengenaan PPN jika transaksi tersebut merupakan penyerahan listrik selain untuk
perumahan dengan daya di atas 6.600 watt dan gas yang bukan merupakan tabung gas
yang siap dikonsumsi masyarakat tidak dikenai PPN (Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 268/ PMK.03/ 2015). Menurut data statistik kementerian
ESDM terdapat 8-10% listrik dan gas yang digunakan untuk industri. Sektor kedua
yaitu industri pengolahan juga memiliki keterbatasan dalam estimasi nilai PPN karena
terdapat bagian nilai sektor dihasilkan oleh UMKM yang bukan merupakan subjek
PPN, sehingga tidak dikenakan kewajiban pembayaran PPN. Menurut survei Bappenas
ini menapai sekitar 40%. Sektor ketiga yaitu transportasi dan pergudangan dihitung
50% karena sektor transportasi bukan objek PPN, sedangkan jasa pergudangan
Model input output juga dapat memberikan hasil over estimated jika peningkatan
McNay, 2013). Dampak ekonomi yang dihitung menggunakan model input output
underground economy dan pada level UMKM yang bukan merupakan subjek PPN
telah dilakukan pada tabel IV.15 dampak ekonomi total dari sektor yang dikenakan
pajak kemungkinan memiliki hasil yang over estimated dengan beberapa alasan
tersebut. Untuk konfirmasi estimasi PPN, penelitian ini membandingkan estimasi PPN
dengan realisasi kenaikan PPN selama periode penyelenggaraan pada Tabel IV.16.
Hasil pada tabel IV.16 menunjukkan bahwa estimasi yang dihasilkan dapat
menjadi target dengan asumsi optimis dari potensi PPN. Nilai estimasi PPN yang dapat
terealisasi lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan realisasi PPN. Selisih dari
perhitungan model input output ini terjadi karena perhitungan matriks output multiplier
menimbulkan efek berantai pada seluruh sektor sehingga dapat memberikan hasil over
estimated. Sedangkan, realisasi PPN yang memiliki faktor pengaruh praktis lain yaitu
estimasi dari 9 sektor yang dapat dikenai PPN juga dapat diperlakukan lain seperti
dibebaskan, tidak dipungut, atau tidak dikenakan karena insentif tertentu karena
teknis lainnya yaitu adanya restitusi, penangguhan pajak, dan pengembalian pajak.
85
Dengan belanja pemerintah 1,1 triliun rupiah pada tahun 2018 menghasilkan
dampak pertumbuhan ekonomi dengan total 10,7 triliun rupiah pada level nasional dan
9,6 triliun rupiah pada level regional Bali termasuk di dalamnya merupakan hasil
estimasi dampak PPN di wilayah Bali sebesar 238 miliar rupiah. Penyelenggaraan
pada wilayah dan sektor karena diselenggarakan di Bali dan sektor terdampak yang
event sebagai tuan rumah karena penyelenggaraan event dianggap berhasil, jika
kegiatan dapat menghasilkan dampak yang lebih besar dari investasi dan pendanaan
PENUTUP
5.1 Simpulan
WB 2018 Bali dengan kebijakan yang efektif dan efisien. Dengan belanja pemerintah
pada tahun 2018 menyediakan dana operasional dan dana fasilitas pendukung lainnya
senilai 1,1 triliun rupiah mampu memberikan dampak ekonomi dengan total 10,7 triliun
rupiah di wilayah Bali. Sektor dengan total dampak terbesar yaitu sektor penyediaan
akomodasi makan dan minum yang termasuk dalam industri hotel, restoran, fasilitas
seluruh rangkaian kegiatan. Beberapa simpulan penting penerapan analisis IRIO pada
1. Dampak ekonomi total senilai 10,7 triliun rupiah pada level nasional terdiri dari
sekitar 90% atau 9,6 triliun rupiah di wilayah penyelenggara (Bali) dan 10% atau
2. Dampak ekonomi belanja pemerintah dan penyelenggara sekitar 3,9 triliun rupiah
dengan komposisi 3,5 triliun rupiah pada daerah penyelenggara dan 3,4 triliun rupiah
86
87
pada daerah non-penyelenggara atau dampak ekonomi langsung 1,1 triliun rupiah
komposisi 6,1 triliun rupiah pada daerah penyelenggara dan 722 miliar rupiah pada
daerah non-penyelenggara atau dampak ekonomi langsung 1,7 triliun rupiah dan
secara komprehensif yang terjadi mulai dari tahap persiapan sampai dengan
maupun level regional kota (Bali) sebagai tuan rumah penyelenggaraan Annual
sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi positif bagi wilayah tuan rumah dan
sebagai berikut :
pihak dengan tingkat rincian dan klasifikasi sektor yang berbeda-beda membuat
3. Hasil estimasi PPN belum dapat menjadi acuan target penerimaan asumsi optimis
karena estimasi PPN dalam klasifikasi usaha yang umum dan realisasi dapat
5.3 Saran
Pada penelitian ini, saran implikasi untuk penelitian selanjutnya dan pengambil
model IRIO untuk tujuan tertentu seperti hubungan dengan jenis pajak lainnya atau
ruang lingkup tertentu seperti tenaga kerja dan tambahan entitas bisnis sehingga
penyelenggaran kegiatan terutama dalam evaluasi ex-post pada wilayah dan sektor.
dapat menjadi salah satu cara dalam melakukan pemerataan ekonomi wilayah dan