Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi

JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12


e-ISSN: 2775-085X

PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PEMBERIAN MAKAN PADA


BAYI DAN ANAK

Behavior of posyandu cadres in feeding infants and children

Wiwin Efrizal1*, Rezie Utami2, Sulaiha3, Lystramika Mangunsong2


1
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jl. Pulau Bangka Komplek
Perkantoran Pemprov Bangka Belitung, Kelurahan Air Itam Kecamatan Bukit Intan
Pangkalpinang 33418
2
Puskesmas Pangkalan Baru Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah
3
Puskesmas Benteng Baru Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah

* Penulis korespondensi. Wiwin Efrizal. Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
Jl. Pulau Bangka Komplek Perkantoran Pemprov Babel Kelurahan Air Itam Kecamatan Bukit
Intan Pangkalpinang 33418. e-mail: wiwinefrizal@gmail.com

ABSTRACT
Knowledge of cadres related to Feeding for Infants and Children (IYCF) is one of the factors
influencing efforts to overcome nutrition and health problems. The behavior of cadres in their own
families will increase their understanding of doing IYCF counseling. This study aims to provide an
overview of the behavior of posyandu cadres in IYCF. The design uses a cross sectional section
with the target of active posyandu cadres in the Pangkalan Baru and Benteng Community Health
Centers in Central Bangka Regency. Data collection was carried out from September to October
2021 using a Google form and there were 85 willing cadres. Most of the cadres are housewives
and as many as 68.2% have attended IYCF counseling training. Cadres who have toddlers are
61.2% and 87.5% give exclusive breastfeeding. Insufficient breastfeeding was one of the reasons
12.9% of respondents did not continue after six months of age. The cadres who gave
complementary feeding when the toddler was six months old were 94.1%. Animal sources were
used in MP-ASI by 27.1% of respondents and vegetables by 41.2% of respondents and fruits by
27.1% of respondents. Condensed food was provided by 72.7% of respondents and as many as
69.4% stated that the father had a role in caring for and feeding. The behavior of cadres in
implementing IYCF has been quite good. No differences were found in the implementation of IYCF
for cadres who had been and those who had not been trained.

Keywords: counseling, exclusive breastfeeding, MP-ASI, stunting.

ABSTRAK
Pengetahuan kader terkait Pemberian Makanan bagi Bayi dan Anak (PMBA) menjadi salah satu
factor mempengaruhi upaya penanggulangan masalah gizi dan kesehatan. Perilaku kader pada
keluarga sendiri akan meningkatkan pemahaman melakukan konseling PMBA. Penelitian ini
bertujuan memberikan gambaran perilaku kader posyandu dalam PMBA. Desain menggunakan
potong lintang dengan sasaran kader posyandu aktif di wilayah Puskesmas Pangkalan Baru dan
Benteng Kabupaten Bangka Tengah. Pengumpulan data dilakukan September hingga Oktober
2021 menggunakan google form dan terdapat 85 orang kader yang bersedia. Sebagian besar kader
sebagai ibu rumah tangga dan sebanyak 68,2% pernah mengikuti pelatihan konseling PMBA.
Kader yang mempunyai Balita sebanyak 61,2% dan sebanyak 87,5% memberikan ASI eksklusif.
ASI tidak cukup menjadi salah satu alasan 12,9% responden untuk tidak melanjutkan setelah usia
enam bulan. Kader yang memberikan MP-ASI saat Balita berusia enam bulan sebanyak 94,1%.
Sumber hewani digunakan dalam MP-ASI oleh 27,1% responden dan sayuran oleh 41,2%
responden serta buah-buahan diberikan oleh 27,1% responden. Makanan bentuk kental diberikan
oleh 72,7% responden dan sebanyak 69,4% menyatakan bapak berperan mengasuh dan pemberian

JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 1


Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

makan. Perilaku kader dalam penerapan PMBA telah cukup baik. Tidak ditemukan perbedaan
penerapan PMBA pada kader yang telah dengan yang belum dilatih.

Kata kunci: ASI eksklusif, konseling, MP-ASI, stunting.

Judul Pelari: Pemberian makan bayi dan anak

Received: 26 Agustus 2022 | Accepted: 26 Desember 2022 | Published Online: 31 Desember 2022

JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 2


Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

PENDAHULUAN dilakukannya inisiasi menyusu dini (IMD),


Posyandu merupakan Upaya Kesehatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif
Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang selama enam bulan pertama setelah kelahiran
dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dari dan pemberian makanan pendamping ASI
masyarakat dan untuk masyarakat serta yang tidak adekuat hingga usia dua tahun5.
digerakkan oleh Kader-kader posyandu yang Kondisi gagal tumbuh sering terjadi pada
terlatih1. Kegiatan posyandu yang bayi dan anak yang tidak mendapatkan MP-
dilaksanakan oleh Kader meliputi kegiatan ASI secara tepat sesuai rekomendasi World
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan Health Organization (WHO). WHO
Balita, penanggulangan diare, penyuluhan dan menyarankan agar pemberian MP-ASI
konseling gizi dan kesehatan, serta membantu memenuhi empat syarat, yaitu tepat dalam
dalam kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan waktu pemberian, tepat jumlah atau adekuat,
anak, imunisasi dan pelayanan Keluarga aman dan dan tepat dalam cara pemberiannya6.
Berencana2. Pengetahuan kader terkait gizi dan
Kader mempunyai tugas secara sukarela kesehatan menjadi salah satu factor yang
mengelola posyandu dan memberikan motivasi mempengaruhi dalam keberhasilan upaya
serta penyuluhan kepada sasaran posyandu penanggulangan masalah gizi dan kesehatan7.
untuk menurunkan angka kesakitan dan Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan
kematian pada kelompok ibu dan anak1. Kader dan keterampilan kader terkait Pemberian
yang merupakan anggota masyarakat itu Makan bagi Bayi dan Anak (PMBA) melalui
sendiri akan mempunyai kedekatan secara Pelatihan. Pada tahun 2016, telah dilakukan
emosional dengan masyarakat, sehingga Kader pelatihan konseling bagi kader posyandu di
mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku wilayah Puskesmas Pangkalan Baru dan
yang berkembang di masyarakat3. Interaksi Puskesmas Benteng tentang Pemberian Makan
kader posyandu dengan masyarakat akan lebih bagi Bayi dan Anak (PMBA).
sering terjadi daripada dengan petugas Pelatihan diharapkan dapat meningkatkan
kesehatan4. pengetahuan, keterampilan, dan sikap kader
Masalah gizi yang sering dialami oleh dalam Pemberian Makanan bagi Bayi dan
bayi dan anak adalah kekurangan gizi. Anak (PMBA), baik untuk diri sendiri,
Kekurangan gizi yang terjadi dapat mulai keluarga maupun masyarakat. Kader dapat
tingkat ringan hingga berat dalam waktu yang menjadi pendamping bagi tenaga kesehatan
lama4. Masalah gizi pada bayi dan anak dan ibu Baduta serta melakukan transformasi
umumnya disebabkan oleh praktik pemberian ilmu yang diperoleh dalam pelatihan untuk
makan yang kurang tepat, mulai dari tidak disampaikan dan memotivasi ibu dan keluarga

JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Januari 2023 3


Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

Balita agar memberikan perhatian pada gizi sedangkan wilayah Puskesmas Benteng terdiri
dan kesehatan Balitanya8. Namun, perilaku dari 5 desa/kelurahan. Puskesmas Pangkalan
Kader posyandu dalam menerapkan hasil Baru memiliki luas wilayah kerja 76,14 km2
pelatihan tersebut terhadap keluarganya sendiri dengan jumlah balita sebanyak 1.372 jiwa,
belum pernah diketahui. sedangkan Puskesmas Benteng mempunyai
luas wilayah 38 km2 dengan jumlah balita
METODE sebanyak 1.133 jiwa. Jumlah posyandu di
Penelitian ini dilakukan dengan desain wilayah Puskesmas Pangkalan Baru sebanyak
potong lintas (cross-sectional) di Puskesmas 15 posyandu yang dikelola oleh 74 orang
Pangkalan Baru dan Puskesmas Benteng dalam Kader, sedangkan di Puskesmas Benteng
wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Pemilihan terdapat sebanyak 14 posyandu dengan jumlah
kedua Puskesmas tersebut dilakukan dengan kader 70 Orang.
pertimbangan sebagian besar Kader posyandu Pengumpulan data yang menggunakan
di kedua wilayah kerja Puskesmas tersebut google form pada Kader Posyandu pada bulan
telah pernah mengikuti pelatihan konseling September dan Oktober 2021 diikuti oleh 85
Pemberian Makanan bagi Bayi dan Anak orang yang berasal dari 11 desa/kelurahan dari
(PMBA). 12 desa/kelurahan yang ada. Menurut jenis
Penelitian dilakukan pada bulan kelamin diketahui hanya 1 orang responden
September dan Oktober 2021 yang diikuti oleh yang berjenis kelamin laki-laki.
kader posyandu aktif yang ada di wilayah kerja Sebagian besar responden menganut
Puskesmas Pangkalan Baru dan Puskesmas agama Islam dan lainnya beragama Kristen
Benteng. Responden telah menyatakan Katolik, Khonghucu, Kristen Protestan dan
kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian Budha. Kondisi ini sesuai dengan
ini (informed consent) sebelum menjawab Agama/Kepercayaan penduduk di
pertanyaan yang diajukan. Pengumpulan data desa/kelurahan dimana responden berdomisili
dilakukan menggunakan google form dan data dan untuk jelasnya dapat dipaparkan pada
yang diperoleh dianalisis secara deskritif dan gambar 2. Agama/Kepercayaan yang lebih
grafik. beragam dianut oleh responden terdapat di
desa Padang Baru, Jeruk, Benteng, dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Beluluk.

Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Pekerjaan responden selain sebagai Kader

Bangka Tengah mempunyai dua Puskesmas, Posyandu, juga sebanyak 92,9% bekerja

yaitu Puskesmas Pangkalan Baru dan sebagai Ibu Rumah Tangga. Pekerjaan lain

Puskesmas Benteng. Wilayah Puskesmas yang dilakukan adalah wiraswasta sebanyak 4

Pangkalan Baru terdiri dari 7 desa/kelurahan, orang, buruh harian lepas dan pedagang
JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 4
Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

masing-masing 1 orang. Rincian jenis dan sebanyak 19 orang berpendidikan


pekerjaan responden dapat dilihat pada gambar SMP/MTs/sederajat. Responden yang
2. berpendidikan SD/MI/sederajat atau tidak
tamat SD terdapat sebanyak 14 orang dan
hanya 2 orang yang berpendidikan perguruan
tinggi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada
gambar 3.

Gambar 1. Distribusi Responden berdasarkan


Agama/ Kepercayaan yang
dianutnya.

Gambar 3. Distribusi Tingkat Pendidikan


Responden menurut Desa/
Kelurahan

Kader mempunyai peranan penting dalam


peningkatan status gizi Balita, karena kader
dapat meningkatkan kualitas posyandu dalam
penanganan masalah gizi dan kesehatan Balita
serta memotivasi ibu dan keluarga Balita
Gambar 2. Distribusi Jenis Pekerjaan
dalam meningkatkan kondisi gizi Balitanya9.
Responden menurut Desa/
Kelurahan Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
kader masih perlu ditingkatkan10.
Sebagian besar Responden mempunyai Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari
tingkat pendidikan tamat SMA/MA/sederajat pendidikan formal, namun juga dari

JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 5


Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

pendidikan informal, termasuk pelatihan10.


Tingkat pendidikan kader yang ada sebagian
besar adalah tamat Sekolah Menengah Atas
(SMA) atau sederajat, dan hanya 2,3% yang
lulusan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan
berpengaruh pada cara pandang seseorang
untuk lebih mudah dalam menerima
4,7
informasi .
Sebagian besar Responden mempunyai
Balita dan sebanyak 33 orang lainnya tidak
mempunyai Balita di rumahnya, namun pernah
mempunyai Balita. Sebanyak 58 orang
Gambar 4. Distribusi Responden berdasarkan
Responden menyatakan telah pernah mengikuti
masa kerja sebagai Kader menurut
pelatihan Pemberian Makan bagi Bayi dan
Desa/Kelurahan
Anak (PMBA) dan sebanyak 21 orang
menyatakan tidak pernah mengikuti pelatihan
Responden dalam penelitian ini sebagian
serta sebanyak 6 orang menyatakan lupa
besar telah melaksanakan tugas sebagai kader
pernah atau tidak mengikuti pelatihan tersebut.
posyandu aktif selama lebih dari lima tahun.
Sebagian besar Kader telah mempunyai
Meskipun sebagian besar responden telah
masa bakti sebagai kader posyandu selama 5
dilatih terkait PMBA, kemungkinan
tahun lebih dan sebanyak 37,6% (n=32)
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
responden baru melaksanakan tugas sebagai
sebagai seorang ibu juga memberikan
kader posyandu kurang dari dua tahun. Kader
11
pengaruh yang besar .
posyandu yang berpartisipasi dalam penelitian
Pengetahuan kader terkait PMBA juga
ini rata-rata telah menjalankan tugasnya
dipengaruhi oleh intensitas atau tingkat yang
sebagai kader posyandu aktif selama 7,8 tahun
berbeda-beda didasarkan pada hasil
yang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
penginderaan melalui panca indera yang ada
gambar 4.
dari waktu ke waktu hingga menjadi perhatian
Menurut kelompok umur, diketahui rata-
dan persepsi11. Pengetahuan dan sikap ibu
rata umur Kader posyandu yang menjadi objek
tentang pemberian MP-ASI berhubungan
penelitian ini adalah 38 tahun dengan sebanyak
12
dengan status gizi pada Baduta .
88,2% (n=75) responden mempunyai umur
Berdasarkan informasi yang diperoleh,
pada rentang 20-50 tahun. Hanya ada 1
diketahui beberapa perilaku kader posyandu
responden yang berusia kurang dari 20 tahun.
terkait Pemberian Makanan bagi Bayi dan

JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 6


Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

Anak (PMBA). Sebagian besar Responden tidak melanjutkan pemberian ASI setelah usia
memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja hingga enam bulan. Pengkajian lebih lanjut
bayi berusia enam bulan. Mereka berpendapat menunjukkan sebanyak 8,2% Responden
ASI lebih bagus daripada susu formula. ASI memberikan ASI kurang dari 5 kali dalam
selain lebih hemat dan mudah dalam sehari kepada bayinya. Frekuensi pemberian
pemberiannya, juga bermanfaat bagi ASI yang kurang sering menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi. terhambatnya produksi ASI, yang akhirnya
Pemberian ASI akan memberikan kekebalan dianggap sebagai ASI tidak cukup13.
bagi bayi terhadap serangan penyakit, sehingga Isapan mulut bayi pada payudara dapat
tidak mudah sakit. Responden juga merangsang produksi dan pengeluaran ASI,
berpendapat ASI lebih higienis, dan sehingga semakin sering bayi menyusu, maka
mencukupi semua kebutuhan gizi bayi serta produksi ASI semakin banyak11. Produksi ASI
dapat menghindari terjadinya alergi. dipengaruhi oleh hormone oksitosin yang
WHO 2018 merekomendasikan empat dapat dirangsang dengan isapan bayi pada
strategi dalam pemberian makan bagi bayi dan payudara. Pijat oksitosin dapat membantu
anak yang meliputi pemberian ASI kepada untuk mengatasi kondisi kurang lancarnya
bayi lahir segera dalam waktu satu jam, produksi ASI15. Keterampilan terkait pijat
memberikan hanya ASI saja atau ASI eksklusif oksitosin menjadi salah satu informasi dalam
sampai berusia enam bulan, memberikan MP- pelatihan PMBA bagi kader posyandu, namun
ASI mulai usia enam bulan hingga 24 bulan perilaku tersebut dalam penelitian ini tidak
dan meneruskan pemberian ASI hingga anak diketahui.
berusia 24 bulan atau lebih13. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Pemberian ASI secara eksklusif sebaiknya tahun 2018 Provinsi Kepulauan Bangka
dilakukan selama enam bulan pertama Belitung menunjukkan hanya 57,3% bayi yang
kelahiran dan selanjutnya diberikan MP-ASI, mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
karena ASI saja tidak dapat memenuhi dengan 90,9% berlangsung dalam waktu
kebutuhan energi, protein, zat besi, vitamin D, kurang dari 1 jam14. Inisiasi Menyusu Dini
seng dan vitamin A bayi yang semakin (IMD) menjadi salah satu indikator
meningkat6. Riset Kesehatan Dasar keberhasilan menyusui ASI, karena akan
(Riskesdas) 2018 memberikan informasi mempengaruhi ibu untuk terus memberikan
bahwa hanya sebanyak 69,53% bayi umur 0-5 ASI selanjutnya13,16. Riskesdas 2018 juga
bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di menunjukkan bahwa hanya 36,5% Balita yang
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung14. mulai menyusu kurang dari 1 jam setelah
ASI tidak cukup menjadi salah satu alasan dilahirkan, dan 36,7% lainnya menyusu setelah
yang dinyatakan oleh 12,9% responden untuk 1-6 jam14.
JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 7
Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

Pemberian makanan pendamping ASI Pemberian MP-ASI dilakukan untuk


dimulai sejak usia enam bulan tidak disetujui melatih keterampilan motoric oral dengan
hanya oleh 5,9% (n=5) orang kader dengan memberikan makanan dengan konsistensi
alasan belum waktunya untuk mendapatkan kental agar bayi dapat menelan makanan
MP-ASI dan masih membutuhkan ASI lebih dengan menggunakan lidah dan gigi-geligi
banyak. Sebagian besar Responden telah yang mulai tumbuh17. Makanan pendamping
memberikan MP-ASI pada saat bayi berusia ASI dalam bentuk agak kental diberikan oleh
enam bulan, karena mereka berpendapat 54,8% Responden, dan sebanyak 17,9%
pemberian ASI saja tidak cukup lagi diberikan dalam bentuk kental. Namun
memenuhi kebutuhan bayi. terdapat 27,4% Responden yang memberikan
MP-ASI merupakan makanan peralihan MP-ASI agak keras seperti makanan keluarga
dari ASI ke makanan keluarga yang diberikan biasanya. Pemberian MP-ASI sebaiknya
secara bertahap17. Bayi dianggap telah memperhatikan Usia, Frekuensi, Jumlah,
mempunyai kemampuan untuk mencerna Tekstur (kekentalan/konsistensi), Variasi, dan
makanan padat pada saat usia enam bulan dan Pemberian secara responsive serta
pemberian MP-ASI juga membuat anak tidak memperhatikan kebersihan13. Pemberian MP-
rewel dan dapat tidur lebih nyenyak karena ASI terlalu dini tidak disarankan, karena
kebutuhan gizinya terpenuhi. Pemberian MP- kemampuan bayi untuk mencerna makanan
ASI menurut Responden akan melatih dan selain ASI masih rendah18.
membiasakan bayi mengkonsumsi makanan Sebagian besar Responden menyatakan
padat, terutama makanan dari hewani, nabati mempunyai kebiasaan untuk mengajak bayi
dan lain-lain. dan anaknya untuk makan bersama anggota
Makanan pendamping ASI yang sering keluarga lainnya. Kebiasaan untuk makan
diberikan Responden pada Balita, sebagian bersama anggota keluarga lainnya bertujuan
besar diberikan dalam bentuk bubur. Bubur untuk menanamkan kebersamaan, dapat
umumnya terbuat dari nasi yang ditambah memantau makanan yang dikonsumsi anak,
ikan, sayur, kacang-kacangan seperti tempe menciptakan keharmonisan dalam hubungan
atau tahu. Sebanyak 41,2% Responden keluarga, agar makanan yang dihidangkan juga
menggunakan sayuran dalam pengolahan MP- dapat sama, sehingga tidak merepotkan harus
ASI, sedangkan buah-buahan diberikan menyediakan hidangan khusus untuk anak
sebagai MP-ASI oleh 27,1% responden. serta mengajarkan anak untuk mengenal tata
Makanan hewani juga diberikan oleh 27,1% krama makan.
responden kepada Badutanya dan yang Sebagian besar Responden memberikan
memberikan biscuit atau makanan instant bayi nasi sebagai makanan pokok selama pemberian
dilakukan oleh 24,7% responden. makanan pendamping ASI. Pemberian bahan
JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 8
Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

makan sumber karbohidrat selain nasi, pemberian MP-ASI19. Pemberian MP-ASI


dilakukan oleh 29,4% Responden dalam yang tidak higienis berisiko untuk
bentuk mie, suhun, kentang, dan jagung. Bahan menyebabkan infeksi saluran pencernaan17.
makanan hewani yang sering diberikan adalah Proses persiapan, pemberian makan dan
ikan sebanyak 82,4% responden, daging penyimpanan makanan harus memperhatikan
diberikan oleh 57,6% dan telur diberikan oleh hygiene dan sanitasi, sehingga dapat mencegah
52,9% responden serta sebanyak 41,2% cemaran dari pathogen yang dapat
13
responden memberikan daging ayam dalam menimbukan diare . Kontaminasi
pengolahan MP-ASI. kemungkinan dapat terjadi pada alat makan
MP-ASI harus mengandung karbohidrat, bayi, terutama bakteri Esherichia coli.
protein hewani dan nabati, lemak, vitamin dan Cemaran ini umumnya berasal dari
mineral, terutama zat besi yang dibutuhkan penggunaan air, baik untuk air minum maupun
13
oleh bayi dan anak . Asupan zat besi yang untuk mencuci alat makan dan bahan
diperoleh dari ASI sangat sedikit, sehingga makanan22.
pemberian MP-ASI yang mengandung zat besi Sebagian besar responden berpendapat
sangat dibutuhkan19. Variasi makanan perlu bahwa peran Bapak adalah mengajak
diperhatikan dan makanan hewani yang kaya Badutanya bermain dan sebanyak 12,9%
dengan zat besi penting diberikan sedini dan responden juga menyatakan bapak telah turut
20
sesering mungkin . membantu ibu/anggota keluarga lain untuk
MP-ASI sebaiknya diolah dari bahan menyiapkan makanan bagi Badutanya. Peran
makanan yang mudah diperoleh, diolah dan seorang Bapak lainnya diungkapkan oleh
harga terjangkau serta memenuhi kandungan Responden dalam bentuk menyuapi Baduta
20
gizi yang adekuat . MP-ASI yang diberikan pada saat makan. Pemberian makan secara
pada tahap awal pada bayi dalam tekstur yang aktif atau responsif dengan memperhatikan
cukup kental, sehingga bila makanan dalam kebutuhan dan aktivitas anak perlu didukung
sendok dituangkan, maka makanan tidak dan keikutsertaan dari bapak, dan anggota
21
langsung jatuh . Pemberian makanan dalam keluarga lainnya, seperti kakak, nenek, dan
tekstur kental akan merangsang motorik mulut kakek13.
dan memberikan asupan gizi yang lebih Pengalaman juga dapat mempengaruhi
banyak daripada makanan dalam bentuk cair13. perilaku seseorang, termasuk pengalaman
Seluruh responden telah membiasakan terkait pemberian makan pada bayi dan anak23.
mencuci tangan menggunakan sabun pada saat Dalam penelitian ini diketahui tidak ada
memberikan makanan pada Badutanya. perbedaan perilaku antara Kader yang telah
Kebersihan diri, bahan makanan dan alat dilatih dengan yang belum dilatih. Hal ini
makan perlu menjadi perhatian dalam diasumsikan terjadi karena mendapatkan
JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 9
Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

informasi dari kader yang telah pernah Keaktifan Kader Dalam Menjalankan
mengikuti pelatihan dan adanya pengalaman Posyandu Balita Di Desa Pacalan Wilayah
Kerja Puskesmas Plaosan. Published
selama menjadi kader24. Namun, tingkat
online 2016.
kemaknaan perbedaan yang terjadi dalam http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/41750
penelitian ini tidak dianalisis secara statistik. 2. Saragi DS. Pengaruh Peran Kader
Posyandu terhadap Pemanfaatan
Pelayanan Posyandu Dalam Penimbangan
KESIMPULAN DAN SARAN Balita di Kota Padangsidimpuan Tahun
Sebagian besar Kader posyandu telah 2015. J Gentle Birth. 2020;3(2):11-18.
http://www.ejournal.ikabina.ac.id/index.p
menerapkan perilaku Pemberian Makan bagi
hp/jgb/article/view/50
Bayi dan Anak (PMBA) dengan baik dan dapat 3. Kusuma AR. Pengaruh Pengetahuan Dan
memberikan penjelasan terkait alasan perilaku Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader
Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di
tersebut diterapkan. Kader posyandu telah
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Published
memberikan MP-ASI mulai usia enam bulan. online 2015.
Sebagian besar suami responden juga telah http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/41005
4. Sulistiyawati I, Pratiwi IG. Pengaruh
berperan dalam pengasuhan bayi dengan Pelatihan terhadap Keterampilan Kader
mengajak bayi/anak bermain, membantu Posyandu dalam Pencatatan KMS Balita
menyiapkan makanan dan menyuapkan anak. di Desa Candijati Arjasa. J Kebidanan
Akad Kebidanan Jember. 2019;3(1):1-7.
Tidak ada perbedaan penerapan PMBA pada
http://www.e-jurnal-
Kader yang telah dilatih dengan yang belum akbidjember.ac.id/index.php/jkakj/article/
dilatih. view/18
5. Kusumawati DE, Ansar A, Bahja B, Hafid
Peningkatan pengetahuan dan
F. Workshop Praktek Pemberian Makanan
keterampilan Kader posyandu dalam konseling Pendamping ASI (MP-ASI) bagi Baduta
Pemberian Makanan bagi Bayi dan Anak pada Kader Posyandu. Poltekita J
Pengabdi Masy. 2020;1(1):1-7.
(PMBA) perlu lebih ditingkatkan agar perilaku
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php
yang ada dapat lestari dan penerapan /PJPM/article/view/24
keterampilan Kader dalam bentuk konseling 6. Widaryanti R. Makanan Pendamping ASI
PMBA perlu lebih sering dilakukan kepada ibu menurunkan Kejadian Stunting pada
Balita Kabupaten Sleman. J Ilm Kesehat
dan keluarga Balita, sehingga dapat berdaya Ar-Rum Salatiga. 2019;3(23-28).
ungkit besar terhadap peningkatan status gizi http://www.e-journal.ar-
Balita. rum.ac.id/index.php/JIKA/article/view/35
7. Suranadi L. Hubungan tingkat
pengetahuan dan ketrampilan kader
DAFTAR PUSTAKA posyandu dengan capaian pemantauan
1. Handika FF, Sudaryanto A, Enita D. pertumbuhan balita di Puskesmas Gerung
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Lombok Barat. J Kesehat Prima.

JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 10


Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

2011;5(2). https://poltekkes- https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/ind


mataram.ac.id/wp- ex.php/lpb/article/view/3784/1830
content/uploads/2015/08/5.887-902-Luh- 15. Asih Y. Pengaruh Pijat Oksitosin
Suranadi-ok.pdf Terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas. J
8. Junita D, Wulansari A. Media Pendidikan Keperawatan. 2017;XIII(2):209-214.
Gizi dalam Mengenali dan Mengatur http://www.ejurnal.poltekkes-
Makanan Cegah Balita Gizi Kurang. J tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/download
Abdimas Kesehat. 2020;2(2):123-128. /931/709
http://jak.stikba.ac.id/index.php/jak/article 16. Assriyah H, Indriasari R, Hidayanti H,
/view/110 Thaha AR, Nurhaedar J. Hubungan
9. Hardiyanti P. Peran Kader terhadap Pengetahuan, Sikap, Umur, Pendidikan,
Peningkatan Gizi Balita Di Desa Pekerjaan, Psikologis, dan Inisiasi
Banyuraden Sleman Yogyakarta. Menyusui Dini dengan Pemberian ASI
Published online 2017. Eksklusif di Puskesmas Sudiang. JGMI J
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/52414 Indones Community Nutr. 2020;9(1):30-
10. Fadjri TK. Kualitas Hasil Penimbangan 38.
Berat Badan Balita Oleh kader Posyandu. https://journal.unhas.ac.id/index.php/mgm
J AcTion Aceh Nutr J. 2016;1(2):111-115. i/article/view/10156/5268
http://ejournal.poltekkesaceh.ac.id/index.p 17. Ana KD, Fitria S. Pengetahuan Ibu
hp/an/article/view/20 Tentang Pemberian Makanan Pendamping
11. Heryanto E. Faktor-Faktor yang ASI (MPASI) secara Dini dan Kejadian
Berhubungan dengan Pemberian Makanan Diare pada Bayi 0-6 Bulan. J Penelit
Pendamping ASI Dini. Aisyah J Ilmu Kesehat. 2019;9(1):7-13.
Kesehat. 2017;2(2):141-152. http://journal.stikvinc.ac.id/index.php/jpk/
https://scholar.archive.org/work/27nqw7e article/view/164
eybeahk4vda32ogmgs4/access/wayback/h 18. Ningsih HA, Wardita Y, Feriyanan T.
ttps://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php Hubungan Pemberian Makanan
/jika/article/download/EH/pdf Pendamping ASI (MPASI) dengan
12. Sari F, Ernawati E. Hubungan Sikap Ibu Kejadian Diare pada Bayi sebelum Usia 6
Tentang Pemberian Makanan Bayi Dan BUlan di Kecamatan Pasean. J MID-Z
Anak (PMBA) Dengan Status Gizi Bayi (Midwifery Zigot) J Ilm Kebidanan.
Bawah Dua Tahun (Baduta). J Heal. 2021;4(1):7-9.
2018;5(2):77-80. http://ejurnal.uij.ac.id/index.php/JM/articl
http://journal.gunabangsa.ac.id/index.php/ e/view/1035/4-1-2021
joh/article/view/136 19. Kurniasari R. Pemberian Makan Bayi dan
13. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Anak (PMBA) pada Masa Pandemi
Pelatihan Konseling Pemberian Makan Covid-19. J Abdimas Kesehat
Bayi Dan Anak (PMBA). Kementerian Tasikmalaya. 2020;1(02):9-13.
Kesehatan Republik Indonesia; 2019. http://www.ejurnal.stikesrespati-
14. Badan Penelitian dan Pengembangan tsm.ac.id/index.php/abdimas/article/view/
Kesehatan. Laporan Riskesdas 2018 286
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 20. Mardhiati R, Rahayu NS, Maulida NR.
Badan Penelitian dan Pengembangan Edukasi Makanan Pendamping ASI (MP-
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; ASI) melalui Konseling dan Demo
2019. Makanan pada Ibu Menyusui. In:

JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 11


Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI
Efrizal et al. Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi
JAKAGI, Desember 2022, 3(1): 1 – 12
e-ISSN: 2775-085X

Prosiding Konferensi Nasional sk/article/view/326


Pengabdian Kepada Masyarakat Dan 23. Evita D, Mursyid A, Siswati T. Pelatihan
Corporate Social Responsibility (PKM- meningkatkan pengetahuan dan
CSR). ; 2018:823-831. keterampilan kader puskesmas dalam
https://osf.io/preprints/inarxiv/rmu37/ penerapan standar pemantauan
21. Nurwulansari F, Sunjaya DK, Gurnida pertumbuhan balita di Kota Bitung. J Gizi
DA. Analisis Hasil Jangka Pendek dan Diet Indones (Indonesian J Nutr Diet.
Pelaksanaan Konseling Pemberian Makan 2013;1(1):15-21.
Bayi dan Anak Menggunakan Pemodelan https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJ
Rasch. Gizi Indones J Indones Nutr ND/article/view/35
Assoc. 2018;41(2):85-96. 24. Widaryanti R, Rahmuniyati ME. Evaluasi
http://www.ejournal.persagi.org/index.php Pasca Pelatihan Pemberian Makan Bayi
/Gizi_Indon/article/view/286 dan Anak (PMBA) pada Kader Posyandu
22. Cahyandiar MI, Khotimah S, Duma K. terhadap Peningkatan Status Gizi Bayi
Hubungan Pemberian Makanan dan Balita. J Formil (Forum Ilmiah)
Pendamping Asi (MPASI) dengan KesMas Respati. 2019;4(2):163-174.
Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-24 http://formilkesmas.respati.ac.id/index.ph
Bulan di Puskesmas Temindung p/formil/article/view/273
Samarinda. J Sains dan Kesehat.
2021;3(3):395-403.
https://jsk.farmasi.unmul.ac.id/index.php/j

JAKAGI, Volume 3, Nomor 1, Desember 2022 12


Available online: http://journal.binawan.ac.id/JAKAGI

You might also like