1493 2818 1 SM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/278021124

The Prediction of Peatland Carbon Stocks in Oil


Palm Agroecosystems

Article · January 2013

CITATION READS

1 9

4 authors, including:

Sabaruddin Kadir Dany Setyawan


Universitas Sriwijaya 2 PUBLICATIONS 1 CITATION
15 PUBLICATIONS 14 CITATIONS
SEE PROFILE

SEE PROFILE

All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate, Available from: Sabaruddin Kadir
letting you access and read them immediately. Retrieved on: 12 August 2016
PENDUGAAN CADANGAN KARBON GAMBUT PADA AGROEKOSISTEM KELAPA SAWIT

The Prediction of Peatland Carbon Stocks in Oil Palm Agroecosystems

M. B. Prayitno1), Sabaruddin2), D. Setyawan2), dan Yakup2)


1)
Mahasiswa Pascasarjana Program Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang
2)
Dosen Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Palembang

ABSTRAK

Peranan gambut terhadap lahan degradasi menjadi sangat penting dan bernilai dalam hal cadangan
karbon karena berdampak terhadap hilangnya vegetasi akibat penggundulan dan kebakaran hutan.
Penelitian ini dilaksanakan pada lahan gambut pada agrosistem kelapa sawit di Kabupaten Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini untuk menduga cadangan karbon gambut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kedalaman gambut berkisar antara 200 – 850 cm, bulk density antara
-3
0,211 – 0,347 g cm dan kandungan organik C sekitar 56,30 - 58,31%. Prediksi cadangan karbon adalah
-1
sebesar 1,675.361 - 9.055,922 ton C ha .
Kata Kunci: cadangan karbon, degradasi gambut

ABSTRACT

The role of peat on degraded land becomes extremely important and valuable, for being the last
carbon stocks because of the loss of vegetation due to deforestation and forest fires. This research was
conducted in peatlands that have been used for oil palm agro-ecosystem, Ogan Komering Ilir District,
South Sumatra. The purpose of the study was to estimate carbon stocks in peatlands. The results
-3
showed that the peat depth ranged from 200 to 850 cm, the bulk density between 0.211 to 0.347 g cm
and the organic C content of approximately 56.30 -58.31%. The prediction of carbon stock ranged from
-1 -1
1.675,361 ton C ha to 9.055,922 ton C ha .
Keywords: carbon stock, degraded peatlands

PENDAHULUAN Proses pembentukan tanah gambut


merupakan kombinasi beberapa faktor
Hutan rawa gambut sebagai salah satu pembentuk tanah, antara lain relief rendah
bentang lahan dengan siklus karbon topografi, kondisi terendam air, curah
sangat baik, dengan dua proses utama hujan tinggi, tingginya pertumbuhan
adalah penambatan dan pengendapan vegetasi alami dengan kurun waktu
karbon (Lal 2008). Proses penambatan tertentu (Hardjowigeno 1993, Page et al.
karbon yang dilakukan oleh vegetasi yang 2011). Pembentukan gambut pada suatu
tumbuh pada ekosistem rawa mampu bentang lahan akan menghasilkan karak-
menghasilkan biomassa tumbuhan dalam teristik gambut tertentu yang kemung-
jumlah sangat besar sebagai biomassa kinan akan berbeda dengan karakteristik
permukaan (aboveground biomass). pada bentang lahan lain. Perbedaan
Biomassa permukaan merupakan sumber karakteristik gambut tersebut antara lain
karbon pada pool biosfeer, dan sekaligus pada ketebalan gambut (Page et al. 2010),
sebagai sumber karbon pada pool gambut kematangan gambut, kandungan karbon,
setelah tumbuhan mati. Perubahan posisi dan bobot isi gambut (Soil Survey Staff
karbon dari pool bioesfer menjadi pool 1998). Karakeristik gambut tersebut
gambut adalah sangat ditentukan oleh mempunyai peranan penting dalam
umur setiap vegetasi dan faktor lain dalam menentukan cadangan karbon gambut
pembentukan tanah gambut (Noor 2001). (Page et al. 2011).

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 3, 2013 86


Luas lahan gambut di Indonesia sekitar gambut yang telah digunakan untuk
20,96 juta hektar dan Sumatera sekitar agroekosistem kelapa sawit.
4,74 juta hektar (Kees van Dijk & Savenije
2011) dan Sumatera Selatan sekitar 1 juta METODE PENELITIAN
hektar (South Sumatra Forest Fire Mana-
gement Project 2005). Kedalaman gambut Deskripsi Lokasi Penelitian
di Pulau Sumatera adalah berkisar dari 0,5 Lokasi penelitian secara admistrastif
hingga 12,0 meter (Wahyunto et al. 2005) termasuk wilayah Kecamatan Pedamaran,
dan berkisar 5,5 hingga 13,5 meter (Page Kabupaten OKI, Sumatera Selatan pada
et al. 2010). Kedalaman gambut di posisi 02o27’23,3’’ - 02o27’23,3’’ LU dan
Sumatera Selatan, yakni pada bentang 103o11’30,1’’ - 103o11’30,1” LS. Iklim lokasi
lahan gambut Kayuagung sekitar 650 cm penelitian termasuk tropik basah dengan
(Prayitno & Bakri 2005) dan Muara Medak rerata curah hujan kurun waktu tahun
Bayung Lencir sekitar 450-550 cm 2003 hingga 2012 adalah tertinggi 352,7
(Prayitno 2006). mm pada Maret dan terendah 83 mm
Keberadaan gambut pada suatu pada bulan Juli. Jumlah dan rerata curah
bentang lahan saat ini adalah penting hujan pada tahun 2012 adalah 2803 mm
peranannya pada konservasi karbon, tahun-1 dan 233,58 mm bulan-1. Musim
mengingat sebagain besar hutan rawa penghujan terjadi pada bulan Nopember
gambut telah kehilangan vegetasi dan hingga April 2012 dan musim kemarau
terdegradasi. Oleh karena itu gambut pada bulan Mei hingga Oktober 2012.
merupakan cadangan karbon yang masih Kondisi lahan sebelum digunakan untuk
tersisa pada suatu bentang lahan. kegiatan agroekosistem kelapa sawit
Cadangan karbon di Indonesia mencapai merupakan lahan gambut terdegradasi
37 Giga ton, dengan cadangan karbon akibat deforestasi dan kebakaran lahan
terbesar berada di Sumatera dan hampir setiap tahun dengan vegetasi
Kalimantan yakni masing masing 22,3 dan semak belukar, rumput rawa dan tum-
11,3 Giga ton (Gt) (Wahyunto et al. 2005). buhan pakisan. Penggunaan lahan saat ini
Penelitian cadangan karbon pada lahan adalah sebagai agroekosistem kelapa
gambut dengan ruang lebih kecil dan rinci sawit. Luasan tanaman umur 5 tahun, 3
telah dilakukan beberapa peneliti. Hasil tahun dan 2 tahun adalah masing-masing
penelitian Page et al. (2002) dan Agus et 750; 1.660 dan 1.230 ha. Pelaksanaan
al. (2009) menunjukkan bahwa gambut penelitian dilakukan pada bulan Oktober
dengan kedalaman satu meter pada luasan 2012 hingga Juni 2013.
satu hektar mampu menyimpan karbon
sekitar 300 - 700 ton C ha-1. Cadangan Cara Kerja Penelitian
karbon gambut adalah mampu mencapai Pendugaan Cadangan Karbon Tanah
tiga kali jumlah karbon di pool vegetasi Pendugaan cadangan karbon dilakukan
dan dua kali jumlah karbon di atmosfer dengan beberapa tahapan, yakni adalah 1)
(Batjes & Sombroek 1997). Hasil penelitian kegiatan di lapangan (diskripsi profil dan
Page et al. (2011) menunjukkan bahwa pengambilan contoh tanah), 2) kegiatan di
cadangan karbon pada gambut mencapai 8 laboratorium (penetapan Kerapatan Isi dan
hingga 20 kali karbon pada vegetasi hutan. analisis karbon), dan 3) pengolahan data
Kemampuan bentang lahan dalam mem- untuk mengetahui cadangan karbon di
bentuk tanah gambut merupakan suatu lahan. Penentuan titik profil pada lahan
keuntungan bagi lingkungan lahan, antara gambut pada lahan dengan tanaman
lain sebagai cadangan karbon pada pool kelapa sawit umur 2, 3 dan 5 tahun. Keda-
tanah dan sekaligus konservasi karbon. laman pengeboran tanah dilakukan dari
Penelitian ini bertujuan untuk menduga permukaan gambut hingga dijumpai tanah
cadangan karbon gambut pada lahan Alluvial.
Jurnal Agrista Vol. 17 No. 3, 2013 87
Pengamatan yang dilakukan pada setiap A = Luas lahan (ha);
titik profil adalah kedalaman gambut dan D = Ketebalan gambut (m);
kematangan gambut (metoda peras).
Pengambilan contoh gambut utuh dilaku- HASIL DAN PEMBAHASAN
kan pada setiap lapisan kematangan
gambut di setiap profil gambut. Contoh Pendugaan Cadangan Karbon Tanah
gambut untuk dimasukkan pada ring Hasil pengeboran gambut pada 16 profil
sampel dan selanjutnya digunakan untuk pada lokasi penelitian memperlihatkan
penetapan kerapatan isi. Penentuan bahwa kedalaman gambut berkisar dari
kerapatan isi mengacu pada Balai 200 hingga 850 cm (Gambar 1) dengan
Penelitian Tanah (2005), dengan rumus: sebaran kedalaman gambut disajikan pada
KI = BK/VRco.................................... (1) Gambar 2. Kedalaman gambut tersebut
KI = kerapatan isi gambut (g cm-3); adalah tergolong gambut dalam hingga
BK= Berat Kering (g); dan sangat dalam (Hardjowigeno 1993). Keda-
VRcontoh= Volume ring contoh (cm3) laman gambut hingga 850 cm merupakan
Pengambilan contoh tanah tidak utuh gambut terdalam di Sumatera Selatan.
diperlukan untuk analisis C gambut dengan Terbentuknya ketebalan gambut hingga
metode pengebuan kering (Loss-on- mencapai 850 cm menunjukkan bahwa
Ignition, LOI) (Balai Penelitian Tanah 2005), kondisi lahan dan faktor pembentuk tanah
dengan memakai rumus: gambut pada bentang lahan tersebut
% BO = (B105oC –B550oC)/B105oC x 100% ...(2) adalah sangat baik. Kecepatan proses
%BO=persentase bahan organik penambatan karbon oleh vegetasi dan
(gambut), penimbunan vegetasi mati adalah lebih
B105 oC= berat material gambut pada tinggi dari pada proses kehilangan karbon.
suhu 105 0C, Page et al. (2010) mengemukakan bahwa
o
B550 C= berat material gambut yang faktor pembentuk tanah pada lahan
tersisa setelah pemanasan 550 0C. gambut adalah terutama didukung
Langkah selanjutnya adalah dengan vegetasi tropis yang lebat dengan kondisi
melakukan konversi persentase bahan lahan selalu tergenang. Sebaran kedalam-
organik menjadi persentase karbon yang an gambut pada lokasi penelitian adalah
terkandung dalam material gambut dari berbeda (Gambar 3). Hal ini memper-
hasil metode pengebuan kering (loss on lihatkan bahwa kondisi topografi lahan
ignition, LOI) (Pribyl 2010) dengan rumus: sebelum terjadi pembentukan gambut
% C = (1/1,724) x % BO ...................... (3) adalah bergelombang dan faktor topografi
% C = Kandungan karbon bahan gambut, mempunyai peranan dalam menentukan
% BO= Persentase bahan gambut yang ketebalan gambut.
hilang pada proses Loss on Nilai kerapatan isi adalah rerata nilai
Ignition, kerapatan isi dari setiap kematangan gam-
1,724 = Konstanta untuk mengkonversi % but pada setiap profil gambut. Rerata
bahan organik menjadi % C kerapatan isi gambut pada setiap profil
organik berdasarkan asumsi ba- berkisar dari 0,177 hingga Nilai kerapatan
han organik mengandung 58 % C . isi adalah rerata nilai kerapatan isi dari
Langkah terakhir adalah perhitungan setiap kematangan gambut pada setiap
pendugaan cadangan karbon pada lahan profil gambut. Rerata kerapatan isi gambut
gambut dengan rumus yang dikemukakan pada setiap profil berkisar dari 0,177
oleh Agus et al. (2007) sebagai berikut: hingga 0,201 g cm-3 (Gambar 4). Perbedaan
CKG = (KI x C x A x D) ....................... (4) nilai kerapatan isi tersebut disebabkan
CKG = Cadangan karbon gambut (t ha-1); adanya perbedaan kematangan gambut
KI = Kerapatan isi (g cm-3); pada setiap profil tanah. Kematangan
C = Kandungan karbon (C-organik, %); gambut saprik pada lokasi penelitian
Jurnal Agrista Vol. 17 No. 3, 2013 88
adalah ditemukan pada permukaan patan isi (Gambar 3), adalah lebih tinggi
gambut, hal ini karena pada lapisan dibandingkan hasil penelitian Yulianti
permukaan gambut baik secara alami dan (2009) yang berkisar dari 0,07-1,73 g cm-3,
juga kegiatan manusia mampu memper- namun masih pada kisaran kerapatan isi
cepat kematangan gambut. Disisi lain, gambut secara umum di Indonesia, yakni
pada lapisan gambut lebih dalam adalah pada kisaran 0,03-0,3 g cm-3. Andriesse
ditemukan gambut pada tingkat kema- (1988) kerapatan isi gambut adalah sangat
tangan fibrik dan hemik. Semakin dalam rendah dan merupakan salah satu sifat
gambut akan mempunyai nilai kerapatan gambut terpenting dalam menilai
isi semakin beragam. Sebaran nilai kera- cadangan karbon gambut.

Profil Tanah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0
100
Kedalaman gambut (cm)

200
300
400
500
600
700
800
900

Gambar 1. Kedalaman Gambut pada Lokasi Penelitian

Gambar 2. Sebaran kedalaman gambut lokasi penelitian


Jurnal Agrista Vol. 17 No. 3, 2013 89
0,25
Kerapatan Isi Gambut (g/cm3)
0,2

0,15

0,1

0,05

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Profil Gambut

Gambar 3. Sebaran rerata kerapatan isi gambut pada loka si penelitian

58,5

58
Kandungan C (%)

57,5

57

56,5

56
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Profil Gambut

Gambar 4. Sebaran rerata kandungan gambut pada lokasi penelitian

10000
Cadangan Karbon gambut (ton

8000

6000
C/ha)

4000

2000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Profil Gambut

Gambar 5. Cadangan karbon gambut pada lokasi penelitian

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 3, 2013 90


Kandungan C organik pada lokasi Tanah dan World Agroforestry Centre,
penelitian C adalah tergolong tinggi yang Bogor.
berkisar dari 56,30 hingga 58,31 %. Nilai Agus, F., E. Runtunuwu, T. June, E. Susanti,
kandungan karbon tersebut adalah relatif H. Komara, H. Syahbuddin, I. Las, & M.
sama dengan hasil penelitian Salampak Van Noordwijk. 2009. Carbon Dioxide
(1999) dan Handayanai et al. (2001) Emmision in Land Use Transitions to
sebesar 50-58 % dan lebih tinggi dari Plantation. Jurnal Litbang Pertanian
Melling et al. (2005) yakni 44,7 %. Nilai 28(4) : 119-126.
kandungan C tanah gambut mempunyai Agus F, K. Hairiah, & A. Mulyani 2011.
peran sangat penting dalam penentuan Pengukuran Cadangan Karbon Tanah
cadangan karbon gambut pada lahan. Gambut. Petunjuk Praktis. World
Hasil pendugaan cadangan karbon Agroforestry Centre-ICRAF, SEA
gambut pada lokasi penelitian, dengan Regional Office dan Balai Besar
menggunakan rumus 4, adalah berkisar Penelitian dan Pengembangan
dari 1.675,361 ton C ha-1 hingga 9.055,922 Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP),
ton C ha-1. Tinggi nilai cadangan karbon Bogor, Indonesia.
adalah sangat ditentukan dari nilai Andriesse, J. P. 1988. Nature and
kerapatan isi dan kedalaman gambut pada Management of Tropical Peat Soils. Soil
masing masing profil gambut. Semakin Resources, Management and Conser-
tebal gambut akan semakin tinggi vation Service, FAO Land and Water
cadangan karbon pada lahan tersebut Development Division. FAO. Rome.
(Hooijer et al. 2006). Nilai cadangan Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk
karbon tersebut lebih tinggi dari hasil Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman,
penelitian Page et al. (2002), Wahyunto Air, dan Pupuk.
(2005), Melling et al. (2007), Agus & Handayani, I. P., P. Prawito, & P. Lestari.
Subiksa, (2008) dan Agus et al. (2009). 2001. Fraksional Pool Bahan Organik
Labil pada Hutan dan Lahan Pasca
SIMPULAN DAN SARAN Deforestasi. J. Ilmu Ilmu Pertanian
Indonesia. 2 (2): 75-83.
Kedalaman gambut pada lokasi Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah
penelitian termasuk gambut dalam hingga dan Pedogenesis. Akademika Pressindo.
sangat dalam dan sebagai salah satu lokasi Jakarta.
lahan gambut terdalam di Sumatera Hooijer, A., M. Silvius, H. Wosten, & S. E.
Selatan. Karakteristik kedalaman dan kera- Page, 2006. Peat-CO2, Assessment of
patan isi gambut menjadi faktor utama CO2 E Emissions from Drained Peat Lands
dalam pendugaan cadangan karbon di in SE Asia. Delf Hydroulics report
lahan gambut. Q3943.
Kees van Dijk & H. Savenije. 2011. Kelapa
DAFTAR PUSTAKA sawit atau hutan? Lebih dari sekedar
definisi. Tropenbos International
Agus, F., 2007. Cadangan, Emisi dan Indonesia Programme. Desa Putera,
Konservasi Karbon pada Lahan Gambut. Jakarta, Indonesia.
Bunga Rampai Konservasi Tanah dan Lal, R. 2008. Sequestration of
Air. Pengurus Pusat Masyarakat Atmospheric CO2 in Global Carbon
Konservasi Tanah dan Air Indonesia. Pools. Energy Environ. Sci. 1: 86-100.
2004-2007. Melling, L. Hatano, R. & Goh, K. J. 2005.
Agus F, & Subiksa I. G. M., 2008. Lahan Soil CO2 Flux From Ecosystem in
Gambut: Potensi untuk pertanian dan Tropical Peat Land of Serawak.
aspek lingkungan. Balai Penelitian Malaysia. Tell us. 57: 1-11

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 3, 2013 91


Melling, L., K. J Goh, C. Beavies, & R. Selatan. South Sumatra Forest Fire
Hatanto. 2007. Carbon Flow and Management Project.
Budget in A Young Mature Oil Palm Pribyl, D.W. 2010. A Critical Review of The
Agroekosistem on Deep Tropical Peat. Conventional SOC to SOM Conversion
Proceding of The International Factor. Geoderma, 156: 75-83.
Symposium on Tropical Peat Land. Salampak. 1999. Peningkatan Produktivitas
Jakarta. Tanah Gambut yang Disawahkan
Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut: dengan Pemberian Bahan Amelioran
Potensi dan Kendala. Penerbit Kanisius. Tanah Mineral Berkadar Besi Tinggi.
Jakarta. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut
Page S. E., Siegert F., Rieley J. O., Boehm H. Pertanian Bogor. Bogor.
D.V., A. Jaya & S. Limin. 2002. The South Sumatra Forest Fire Management
amount of carbon released from peat Project, 2005. Sistem Informasi
and forest fires in Indonesia during Kebakaran Hutan dan Lahan.
1997. Nature 420:61-65. Wahyunto, S. Ritung, Suparto, & H.
Page, S., R. Wust, & C. Banks. 2010. Past Subagjo. 2005. Sebaran Gambut dan
and present carbon accumulation and Kandungan Karbon di Sumatera dan
loss in southeast Asian peatlands. In: Kalimantan. Watlands International.
Scientific Highlights: Peatlands Pages Bogor.
News.Vol 18, No 1. Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi
Prayitno, M. B. & Bakri. 2005. Laporan Tanah. Edisi Kedua. Pusat Penelitian
Survai Kajian Karakteristik Gambut di Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian
Wilayah Hutan Kayu Agung, Ogan dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Komering Ilir, Sumatera Selatan. South Yulianti, N. 2009. Cadangan Karbon Lahan
Sumatra Forest Fire Management Gambut Dari Agroekosistem Kelapa
Project. 60 Sawit PTPN IV Ajamu Kabupaten
Prayitno, M. B. 2006. Laporan Survai Studi Labuhan Batu Sumatera Utara. Thesis.
Karakteristik Lahan Gambut Desa Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Muara Medak, Kecamatan Bayung Bogor.
Lencir, Musi Banyuasin, Sumatera

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 3, 2013 92

You might also like