Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

1 AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 8, Nomor 1, Juni 2017, hlm.

1-16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU RESIKO


KERAWANAN PANGAN KABUPATEN BARITO KUALA

Ahmad Yunani, Rusdiansyah, Siti Mutmainah Zulfaridatul Yaqin, Khairi Fahlevi, Ali
Wardhana
(Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lambung Mangkurat, (yunaniunlam@gmail.com)

Abstract: This research is to know the indicator and mapping of risk area of food insecurity in Barito
Kuala Regency. Map the condition of food resistance / vulnerability in Barito Kuala. Identify and
analyze issues and issues related to potential risks of food insecurity in Barito Kuala. Data and
information collected (secondary data and primary data) then update data, compile, tabulate data and
process spatial data (mapping). The methods used in vulnerability identification and food insecurity
above use the MINITAB analysis tool as a statistical analysis tool that can compile as well as several
variables for composite analysis. Then for the distribution of vulnerability and food security using
Arcgis, a mapping tool that has been widely used in spatial analysis. Through principal component
analysis (Principal Component Analysis / PCA) has defined components that affect the preparation of
food insecurity in Barito Kuala through 7 (seven) indicators are generated components that affect the
following: The main component / PC 1 Number shop / grocery shop, health facilities, main
components / PC 2 access roads, the percentage of poverty, main components / PC 3
Malnutrition, access jalanm, main components / PC 4 health facilities, infant mortality and maternal,
main components / PC 5 percentage of poverty, access roads, the main component / PC 6
Healthcare facilities, infant mortality and maternal melahirkan.Hasil this study concludes that there are
12 villages that entered the category of potentially insecure priority 1, priority 2 alert entered the
category of food insecurity as much as 26 villages, for the three priority categories of food insecurity
there were 65 alert Village and enter the category of priority 4, priority 5, priority 6 in safe condition
of food insecurity total as much as 97 village. The strategy for improving food security needs to be
done through the dual track approach (twin track approaches), namely: a short-term approach by seeking
to build economic development of rural communities based on agriculture in an effort to increase the
added value and employment opportunities. The medium and long term approach is to meet the
adequacy of food and nutrition of the poor and food insecure groups with an empowerment approach
involving participation and the role of activities of all components.

Keywords: Food Insecurity , economic development

Abstrak : Penelitian ini untuk mengetahui indikator dan pemetaan daerah resiko kerawanan pangan
di Kabupaten Barito Kuala. Memetakan kondisi ketahanan/kerawanan pangan di Barito Kuala.
Mengidentifikasi dan menganalisis isu dan permasalahan terkait kemungkinan potensi resiko
kerawanan pangan di Barito Kuala. Data dan informasi yang telah dikumpulkan (data sekunder dan
data primer) kemudian dilakukan pemutakhiran data, kompilasi, tabulasi data dan mengolah data
spasial (pemetaan). Metode yang digunakan dalam identifikasi kerentanan dan kerawanan pangan di
atas menggunakan alat analisis MINITAB sebagai alat analisis statistika yang dapat mengkompilasi
sekaligus beberapa variabel untuk analisis komposit. Kemudian untuk sebaran kerawanan dan
ketahanan pangan menggunakan Arcgis, suatu alat pemetaan yang sudah banyak digunakan dalam

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
Analisis Faktor-faktor....., Ahmad Yunani etc. 2

analisis spasial. Melalui analisa komponen utama (Principal Component Analysis/PCA) telah ditentukan
komponen yang mempengaruhi dalam penyusunan kerawanan pangan di Barito Kuala melalui 7
(tujuh) indikator tersebut dihasilkan komponen-komponen yang mempengaruhi sebagai berikut
:Komponen utama / PC 1 Jumlah Warung/toko kelontongan, fasilitas kesehatan, Komponen
utama / PC 2 Akses jalan, persentase kemiskinan, Komponen utama / PC 3 Gizi buruk, akses
jalanm, Komponen utama / PC 4 Fasilitas kesehatan, Kematian balita dan ibu melahirkan,
Komponen utama / PC 5 Persentase kemiskinan, akses jalan, Komponen utama / PC 6 Fasilitas
Kesehatan, kematian balita dan ibu melahirkan.Hasil penelitian ini menyimpulkan ada 12 desa yang
masuk katagori prioritas 1 berpotensi rawan pangan, masuk katagori prioritas 2 waspada rawan pangan
sebanyak 26 desa, untuk katagori prioritas 3 awas rawan pangan terdapat 65 desa dan masuk katagori
prioritas 4, prioritas 5, prioritas 6 dalam kondisi aman rawan pangan totalnya sebanyak 97 desa.
Strategi peningkatan ketahanan pangan perlu dilakukan melalui pendekatan jalur ganda (twin track
approaches) yaitu : Pendekatan jangka pendek dengan mengupayakan membangun peningkatan
perekonomian masyarakat pedesaan yang berbasis pertanian pada upaya peningkatan nilai tambah dan
peluang penyediaan lapangan kerja. Pendekatan jangka menengah dan panjang adalah dengan
memenuhi kecukupan pangan dan gizi golongan masyarakat miskin dan rawan pangan dengan
pendekatan pemberdayaan melibatkan partisipasi dan peran akitf seluruh komponen.

Kata Kunci : Kerawanan Pangan, Pembangunan Ekonomi

Pendahuluan Kondisi yang berbeda seperti di


Kebutuhan pangan merupakan suatu Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten
kebutuhan pokok yang wajib bagi seluruh Barito Kuala yang memiliki sumberdaya
bangsa di dunia untuk memperhatikan dan pertanian yang cukup besar dengan luasan
menjadi prioritas dalam suatu perencanaan pertanian padi hampir 100.000 Ha. Diketahui
pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan bahwa Kabupaten Barito Kuala satu diantara
penduduk dan semakin berkurangnya lahan 13 kabupaten/kota yang di Kalimantan Selatan
pertanian sudah menjadi isu nasional dan isu dengan letak Secara geografis kedudukannya
internasional terhadap ketersediaan pangan. terletak di 2°29’50”- 3°30’18”Lintang Selatan
Kemampuan lahan pertanian yang dalam &114°20’50”-114°50’18” Bujur Timur.
memenuhi kebutuhan hajat hidup masyarakat Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu
tidak sama bagi tiap negara atau tiap kawasan. kabupaten dari 13 kabupaten/kota di Provinsi
Ada negara atau wilayah yang mampu Kalimantan Selatan yang berada paling barat
menyuplai kebutuhan pokok masyarakatnya dan berbatasan langsung dengan Provinsi
namun banyak negara perlu memerlukan Kalimantan Tengah.
ketersediaan yang harus disuplai dari luar Melihat potensi sumberdaya alam yang
negara maupun luar wilayahnya. Masalah ada yang merupakan potensial pertanian maka
ketersediaan pangan ini sangat berkaitan sudah seharusnya pertanian merupakan
dengan derajat kesehatan masyarakat. andalan Kabupaten Barito Kuala yang
Permasalahan yang sama ini juga sudah diharapkan mampu menyediakan kebutuhan
dirasakan di Indonesia pada daerah-daerah pangan bagi masyarakatnya. Namun dalam
yang kawasan pertanian begitu sempit atau permasalahan pangan tidaknya hanya dapat
daerah yang kurang subur untuk pertanian diatasi dengan ketersediaannya saja melainkan
sangat begitu dirasakan oleh masyarakatnya juga pemenuhan gizi masyarakat yang berimbas
misalnya daerah Nusa Tenggara Timur hal ini pada derajat kesehatannya.
begitu berdampak terutama dimusim kemarau. Penyebab utama dari rendahnya derajat
Perlu daerah lain diluar kepulauan Timor untuk kesehatan masyarakat miskin selain
membantu mensuplai kebutuhan pokok. ketidakcukupan pangan adalah keterbatasan

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
3 AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 8, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-16

akses terhadap layanan kesehatan dasar, persoalan pemenuhan kebutuhan pangan


rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, penduduknya di masa datang. Kebutuhan
kurangnya pemahaman terhadap perilaku pangan senantiasameningkat seiring dengan
hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan peningkatan jumlah penduduk. Di sisi
reproduksi. Rendahnya kecukupan pangan dan pemenuhannya,tidak semua kebutuhan pangan
terbatasnya layanan kesehatan untuk dapat dipenuhi, karena kapasitas produksi dan
masyarakat miskin dapat dilihat dari kasus distribusi pangan semakin terbatas. Hal ini
kematian yang diakibatkan oleh gizi buruk. menyebabkan ketidakstabilan pangan antara
Pada tahun 2005, jumlah anak usia 0-4 tahun di kebutuhan dan pemenuhannya secara
Indonesia mencapai 20,87 juta. Hal ini berarti nasional.Dengan demikian pemenuhan
ada sekitar 1,67 juta anak balita yang menderita kebutuhan pangan ini menjadi sangat penting
gizi buruk. Hal tersebut membuktikan bahwa dan strategis dalam rangka mempertahankan
akses masyarakat miskin memang masih kedaulatan negara, melalui tidak tergantung
terbatas terhadap layanan kesehatan yang pada
memadai dan masih terjadinya keterlambatan impor pangan dari negara maju.
pemberian layanan kesehatan. Ketergantungan suatu negara akan impor
Melihat permasalahan pangan diatas pangan (apalagi dari negara maju), akan
maka untuk skala yang lebih kecil yaitu mengakibat kan pengambilan keputusan atas
kabupaten/kota khususnya Kabupaten Barito segala aspek kehidupan menjadi tidak bebas
Kuala maka perlu menjadi perhatian serius atau tidak merdeka, dan karenanya negara
dalam menyikapi wilayah-wilayah yang ada menjadi tidak berdaulat secara penuh (Arifin,
kecenderungan terjadi kerawanan pangan, 2004).
walaupun selama ini Kabupaten Barito Kuala Kebutuhan pangan merupakan suatu
merupakan salah satu penyangga pangan di kebutuhan pokok yang wajib bagi seluruh
Kalimantan Selatan, Perlu suatu langkah awal bangsa di dunia untuk memperhatikan dan
untuk melakukan kajian apakah kerentanan menjadi prioritas dalam suatu perencanaan
pangan sampai kerawanan pangan ada terjadi di pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan
Barito Kuala? Jika hal tersebut ada terjadi pada penduduk dan semakin berkurangnya lahan
wilayah atau daerah mana saja yang sudah pertanian sudah menjadi isu nasional dan isu
terjadi? Untuk selanjutnya langkah apa yang internasional terhadap ketersediaan pangan.
diambil untuk mengatasi permasalahan Kemampuan lahan pertanian yang dalam
tersebut?. Rumusan Masalah Penelitian ini memenuhi kebutuhan hajat hidup masyarakat
adalah bagaimana indikator dan pemetaan tidak sama bagi tiap negara atau tiap kawasan.
daerah resiko kerawanan pangan di Kab. Barito Ada negara atau wilayah yang mampu
Kuala.Tujuan Penelitian ini adalah memetakan menyuplai kebutuhan pokok masyarakatnya
kondisi ketahanan/kerawanan pangan di namun banyak negara perlu memerlukan
Barito Kuala dan mengidentifikasi dan ketersediaan yang harus disuplai dari luar
menganalisis isu dan permasalahan terkait negara maupun luar wilayahnnya. Masalah
kemungkinan potensi resiko kerawanan ketersediaan pangan ini sangat berkaitan
pangan di Barito Kuala. dengan derajat kesehatan masyarakat.
Konsep Malthus yang menyatakan Secara teoritis penjelasan mengenai
bahwa pertumbuhan pangan bagaikan deret Ketahanan Pangan dijelaskan yaitu
hitung dan pertumbuhan penduduk bagai deret suatukondisi terpenuhinya pangan bagi negara
ukur, nampaknya mendapat momentumnya sampai dengan perseorangan, yang tercermin
sekarang. Bangsa Indonesia dari tersedianya pangan yang cukup, baik
denganpertumbuhan penduduk positif, apabila jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
tidak disertai dengan kenaikan produksi bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
pangan, maka akan berpeluang menghadapi bertentangan dengan agama, keyakinan dan

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
Analisis Faktor-faktor....., Ahmad Yunani etc. 4

budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, Meningkatkan kemandirian ketahanan


aktif dan produktif secara berkelanjutan. (UU pangan.
No. 18tahun2012tentangPangan). Komoditi pangan strategis meliputi
Sebagaimana FIA 2005, FSVA beras, jagung, cabai merah, gula pasir, bawang
Nasional 2009, FSVA Provinsi 2010 dan 2011, merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam,
FSVA Kabupaten 2012 disusun berdasarkan dan minyak goreng. Kesembilan komoditi ini
tiga pilar ketahanan pangan: (i) ketersediaan sering disebut dengan bahan pangan strategis
pangan; (ii) akses terhadap pangan; dan (iii) di Indonesia melihat pola konsumsi Indonesia
pemanfaatan pangan.Ketersediaan pangan yang lazim menggunakan bahan pangan ini
adalah ketersediaan pangan secara fisik di suatu yang sudah menjadi budaya di masyarakatnya.
wilayah dari segala sumber, baik itu produksi Dalam PPRI No. 68 Tahun 2002, untuk
pangan domestik (netto), perdagangan pangan memenuhi penyediaan dalam rangka
dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah
ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tangga yang terus berkembang dilakukan
tersebut, perdagangan pangan melalui dengan: mengembangkan sistem produksi
mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang pangan yang bertumpu pada sumberdaya,
dimiliki oleh pedagang dan cadangan kelembagaan dan budaya lokal;
pemerintah &bantuan pangan dari mengembangkan efisiensi sistem usaha
pemerintah/organisasi lainnya. pangan; mengembangkan teknologi produksi
Pangan meliputi produk serealia, pangan; mengembangkan sarana dan prasarana
kacang-kacangan, minyak nabati, sayur- produksi pangan.
sayuran, buahbuahan, rempah, gula, dan Akses Pangan adalah kemampuan
produk hewani. Karena porsi utama dari rumah tangga untuk memperoleh cukup
kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri,
pangan karbohidrat, yaitu sekitar separuh dari stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan
kebutuhan energi per orang per hari, maka bantuan pangan. Ketersediaan pangan di suatu
yang digunakan dalam analisa kecukupan daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak
pangan yaitu karbohidrat yang bersumber dari semua rumah tangga memiliki akses yang
produksi pangan pokok serealia, yaitu padi, memadai baik secara kuantitas maupun
jagung, dan umbi-umbian (ubi kayu dan ubi keragaman pangan melalui mekanisme tersebut
jalar) yang digunakan untuk memenuhi tingkat di atas. Akses pangan tergantung pada daya beli
kecukupan pangan pada tingkat provinsi rumah tangga yang ditentukan oleh
maupun kabupaten. penghidupan rumah tangga tersebut.
Dalam penyelenggaran ketahanan Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah
pangan, peran Pemerintahan Provinsi dan tangga, modal/aset (sumber daya alam, fisik,
Kabupaten/Kota dalam mewujudkan sumber daya manusia, ekonomi dan sosial) dan
ketahanan pangan sebagaimana diamanatkan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor kebutuhan hidup dasar penghasilan, pangan,
68 Tahun 2002 adalah melaksanakan dan tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Rumah tangga yang tidakmemiliki
ketahanan pangan di wilayah masing-masing sumber penghidupan yang memadai dan
dan mendorong keikutsertaan masyarakat berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat
dalam penyelenggaraan ketahanan pangan, berubah, menjadi tidak berkecukupan, tidak
dilakukan dengan: (a) Memberikan informasi stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas,
dan pendidikan ketahanan pangan (b) yang menyebabkan tetap miskin dan rentan
Meningkatkan motivasi masyarakat (c) terhadap kerawanan pangan. Aspek Akses
Membantu kelancaran terhadap pangan, meliputi indikator-indikator
penyelenggaraan ketahanan pangan (d) sebagai berikut:Persentase penduduk hidup di

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
5 AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 8, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-16

bawah garis kemiskinan. Jalan utama


desa/kelurahan dapat dilalui kendaraan
bermotor roda 4 atau lebih.Persentase rumah Metode
tangga tanpa akses listrik. Penelitian Analisis Faktor – Faktor
Dimensi ke-tiga dari ketahanan pangan Penentu Resiko Kerawanan Pangan
adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan Kabupaten Barito Kuala terdiri atas beberapa
pangan meliputi: a) Pemanfaatan pangan yang sub pekerjaan yang bersinergi sehingga dalam
bisa di akses oleh rumah tangga, dan b) rancangan pelaksanaanya memerlukan
kemampuan individu untuk menyerap zat gizi - pendekatan yang menyeluruh dan terintegrasi
pemanfaatan makanan secara efisien oleh antara satu dengan lainnya. Data sekunder
tubuh.Aspek pemanfaatan pangan meliputi diperoleh dari data-data otentik yang terkait
Indikator-indikator sebagai berikut:Jumlah langsung dengan pekerjaan penyusunan
kematian balita dan ibu saat melahirkan, dokumen ini. Data-data tersebut berasal dari
Jumlah penderita gizi buruk, daan Jumlah dokumen-dokumen Norma, Standar,
sarana/fasilitas kesehatan Pedoman dan Kriteria (NSPK) baik yang
Pengembangan ketahanan pangan berlaku secara nasional maupun yang
mempunyai perspektif pembangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Barito
sangat mendasar karena berpengaruh langsung Kuala.
terhadap keberhasilan pengembangan kualitas Data-data sekunder yang diperlukan
sumber daya manusia. Hal ini ditentukan oleh diantaranya: Data-data Pangan (pertanian
keberhasilan pemenuhan kecukupan dan pangan, peternakan, perikanan), Data profil
konsumsi pangan dan gizi. wilayah Kabupaten Barito Kuala. Data dasar
Konsumsi pangan menyangkut upaya kependudukan, sosial dan ekonomi masyarakat
peningkatan pengetahuan dan kemampuan Kabupaten Barito Kuala.Dokumen
masyarakat agar mempunyai pemahaman atas perencanaan pembangunan daerah yang
pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga memuat kebijakan, tujuan dan sasaran
dapat mengelola konsumsinya secara optimal. pembangunan daerah, meliputi Rencana
Konsumsi pangan hendaknya memperhatikan Pembangunan Jangka Menengah Daerah
asupan pangan dan gizi yang cukup dan (RPJMD) Kabupaten Barito Kuala;Dokumen
berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi kebijakan spasial yaitu Rencana Tata Ruang
pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas Wilayah (RTRW) Kabupaten Barito
dan produktif. Kuala.Data-data kesehatan masyarakat. Data-
Dalam subsistem konsumsi terdapat data energi listrik, Data-data infrastruktur jalan,
aspek penting lain yaitu aspek diversifikasi. Data-data lainnya yang relevan.
Diversifikasi pangan merupakan suatu cara Data dan informasi yang telah
untuk memperoleh keragaman konsumsi zat dikumpulkan (data sekunder dan data primer)
gizi sekaligus mengurangi ketergantungan kemudian dilakukan pemutakhiran data,
masyarakat atas satu jenis pangan pokok kompilasi, tabulasi data dan mengolah data
tertentu, yaitu beras. Ketergantungan yang spasial (pemetaan). Metode yang digunakan
tinggi dapat memicu instabilitas apabila dalam identifikasi kerentanan dan kerawanan
pasokan pangan tersebut terganggu. Sebaliknya pangan di atas menggunakan alat analisis
agar masyarakat menyukai pangan alternatif MINITAB sebagai alat analisis statistika yang
perlu peningkatan cita rasa, penampilan dan dapat mengkompilasi sekaligus beberapa
kepraktisan pengolahan pangan agar dapat variabel untuk analisis komposit. Kemudian
bersaing dengan produk-produk yang telah untuk sebaran kerawanan dan ketahanan
ada. Dalam kaitan ini peranan teknologi pangan menggunakan Arcgis, suatu alat
pengolahan pangan sangat penting. (Yunastiti, pemetaan yang sudah banyak digunakan dalam
2008). analisis spasial.

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
Analisis Faktor-faktor....., Ahmad Yunani etc. 6

Dari analisis data kemudian haslinya perhitungan, tabel, grafik, maupun diagram
disajikan dalam sebuah konstruksi pembahasan yang kemudian diinterpretasikan sesuai dengan
secara sistematis berupa hasil pembahasan, tujuan dan sasaran.

Hasil dan Pembahasan


Analisa Individual
Berdasarkan data-data yang sudah kebutuhan pangan di desa-desa. Karena secara
dikumpulkan maka dilakukan analisa melalui umum wilayah Barito Kuala secara garis
analisa Individual. besarnya merupakan wilayah pertanian padi,
Jumlah Warung/Toko Kelontong namun indikator ini merupakan indikator yang
Salah satu indikator yang digunakan pada sudah ditetapkan oleh Badan Ketahanan
pemenuhan akses pangan di desa-desa adalah Pangan Pusat. Banyaknya jumlah
ketersediaan warung/toko kelontong sebagai warung/toko kelontongan merupakan
penyedia bahan pangan. Indikator ini masuk gambaran aktivitas ekonomi desa karena
dalam pengukuran kerawanan pangan karena melalui toko/warung inilah perputaran
merupakan gambaran kemudaan dalam ekonomi masyarakat desa dapat
pemenuhan bahan pangan walaupun indikator digambarkan.Hasil analisa pada data jumlah
ini masih belum menunjukkan secara riil warung/toko kelontongan di desa-desa
kemampuan masyarakat dalam memenuhi diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil analisa Indikator Individual Jumlah Warung/Toko Kelontongan
Prioritas Range Warung Jumlah Desa % Desa

Prioritas 1 < 15 100 50

Prioritas 2 15 s/d 37 83 41,5

Prioritas 3 > 37 17 8,5

Total 200 100

Sumber : Analisis, 2016

Keterangan :
Prioritas 1 warna merah menunjukkan Kerentanan
Prioritas 2 warna kuning menunjukkan waspada
Prioritas 3 warna hijau menunjukkan aman

Melihat hasil analisa diatas menunjukkan luas hal ini menggambarkan tiap masyarakat
bahwa ada seratus desa yang masuk katagori yang ingin memperoleh kebutuhan pangannya
rentan akses pangan karena jumlah memerlukan jarak dan waktu tempuh yang
toko/warung kelontongannya di bawah 15 lebih jauh dan sedikit lama.
buah ditiap desa. Pada perlu diketahui bahwa
luas desa di wilayah Barito Kuala cenderung
Persentase Penduduk di Bawah Garis
Kemiskinan

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
7 AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 8, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-16

Analisis pada data jumlah penduduk ada di Kabupaten Barito Kuala dengan total
miskin di Barito Kuala menghasilkan prioritas- jumlah penduduk miskin di Kabupaten Barito
prioritas terhadap kerawanan pangan Kuala tahun 2015 sebanyak 75.866 jiwa.
berdasarkan jumlah penduduk miskin yang Kemiskinan yang ada adalah masuk dalam
dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja katagori kemiskinan obsolut. Rata-rata
dan Transmigrasi Kabupaten Barito Kuala. masyarakat yang masuk dalam katagori miskin
Data yang mereka keluarkan sudah ini tidak memiliki pekerjaan tetap dan sebagian
berdasarkan nama dan alamat tempat besar merupakan buruh tani yang penghasilan
tinggalnya. Kemiskinan merupakan data pertahun hanya mengandalkan pekerjaan
penting dalam indikator kerawanan pangan musiman tergantung dari musim tanam atau
karena dari satu data ini sudah dapat musim panen di Kabupaten Barito Kuala.
menggambarkan kondisi riil masyarakatnya di Upah yang mereka peroleh sebagai buruh tani
desa. Dari data ini menggambarkan tingkat sangat minim hampir tidak bisa mencukupi
kemampuan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan minimal sehari-hari rumah tangga
kebutuhan pangan dan gizi mereka. mereka sehingga selain buruh tani mereka juga
Dilihat dari tingkat kemiskinan di desa mempunyai usaha sampingan beragam,
maka desa-desa yang masuk dalam katagori diantaranya sebagai nelayan/pencari ikan,
rawan pangan akibat kemiskinan sebanyak 47 buruh bangunan, pencari kayu galam dan lain-
desa atau 23,5% dari total desa/kelurahan yang lain.

Tabel 2
Prioritas Persentase Kemiskinan Desa di Kabupaten Barito Kuala
Prioritas Range kemiskinan Jumlah Desa % Desa

Prioritas 3 < 0,29 70 35

Prioritas 2 0,29 s/d 0,65 83 41,5

Prioritas 1 > 65 47 23,5

Sumber : Analisis, 2016 Total 200 100

Kecamatan Alalak merupakan peningkatan kemiskinan ini efek dari masuknya


kecamatan yang masuk katagori rawan pangan penduduk dari luar Kabupaten Barito Kuala
dengan tingkat kemiskinan terbanyak yang yang mencari peruntungan nasib di kota
terdapat dalam 11 desa, diikuti oleh Tamban 9 Banjarmasin namun berdomisili di sekitar
desa dan Mekarsari 8 desa. Dilihat dari tiga Kecamatan Alalak.
kecamatan tersebut dketahui bahwa Selain itu tutupnya industri perkayuan
Kecamatan Alalak dan Kecamatan Tamban sejak tahun 2005 berdampak pada banyaknya
merupakan kecamatan cepat tumbuh khusus pemutusan hubungan kerja disektor ini yang
untuk Alalak pertumbuhan jumlah penduduk, sebagian besar sudah berdomisili di wilayah
perkembangan perumahan dan industri sangat kecamatan Tamban dan Kecamatan Alalak.
berkembang pesat disana karena merupakan Otomatis akan meningkatkan peningkatan
daerah penyangga Kota Banjarmasin. kemiskinan di wilayah Barito Kuala.
Efek dari peningkatan perekonomian Transformasi struktural dari sektor industri
di kawasan ini berakibat pula pada peningkatan kesektor pertanian memang terjadi namun
kemiskinan diwilayah ini yang disinyalir

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
Analisis Faktor-faktor....., Ahmad Yunani etc. 8

masih belum mampu menampung seluruh akses jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan
pengangguran yang sudah terjadi. bermotor roda 4.sebagai prioritas penentu
untuk kerawanan pangan.
Akses Jalan Hasil analisa individual dari data
Salah satu faktor penyebab terjadi indikator akses jalan diketahui hasil pada tabel
kerawanan pangan adalah masalah akses jalan, di bawah ini. Dari total 200 desa/kelurahan di
dimana hampir sebagian besar para ahli Barito Kuala hanya tersisa 15 Desa yang benar-
ekonomi pembangunan dan masalah benar tidak bisa dilalui kendaraan bermotor
kemiskinan menyatakan dampak dari besarnya roda empat sepanjang waktu. Berkurangnya
tingkat kemiskinan dan lambatnya jumlah desa yang masuk katagori prioritas 1
pertumbuhan ekonomi karena masalah (rawan pangan karena akses jalan) karena ada
infrastruktur terutama jalan. Mengenai kondisi upaya pemerintah Kabupaten Barito Kuala
geografis dari Barito Kuala sudah dibahas pada meningkatkan infrastruktur jalan pada jalan-
pembahasan sebelumnya sehingga salah satu jalan kabupaten.
indikator utama kerawanan pangan adalah

Tabel 3
Prioritas Akses Jalan di Desa-Desa Kabupaten Barito Kuala
Prioritas Akses Jalan Jumlah Desa % Desa
Prioritas 3 <2 142 71
Prioritas 2 2 s/d 3 43 21,5
Prioritas 1 > 3 15 7,5
Total 200 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dari 15 desa di Barito Kuala yang Melihat kondisi tersebut Kecamatan


belum bisa dilalui roda 4 sebagian besar berada Tabunganen yang memiliki kondisi wilayah
di Kecamatan Tabunganen (dapat dilihat pada yang cukup luas dengan masih banyak akses
peta), desa-desa tersebut merupakan desa-desa jalan yang belum terhubung wajar jika jumlah
yang sudah dari dulu akses jalannya masih warung/toko masih kurang, namun yang perlu
belum terhubung. Upaya pembangunan menjadi perhatian Kecamatan Tabunganen
infrastruktur dengan istilah Taman Sari Bunga merupakan produsen padi terbesar di Barito
(Tamban, Mekarsari, Tabunganen) dimasa Kuala maka padi sebagai makanan pokok di
kepemimpinan H. Hasanuddin Murad telah masyarakat tidak akan sulit diperoleh di wilayah
berhasil membuka akses sampai ke Kecamatan ini. Kerawanan pangan dilihat tidak hanya dari
Tabunganen walau masih ada beberapa desa ketersediaan beras/padi saja namun
yang masih dalam upaya lanjutan untuk pemenuhan kebutuhan gizi dalam hal ini
menghubungkan sampai ke desa-desa tersebut. protein hewan juga diperlukan.
Dari seratus desa yang jumlah
warung/toko kelontongan yang jumlahnya Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik
masih rendah, Kecamatan Tabunganen yang Akses listrik sebagai salah indikator
memiliki desa yang terbanyak yang katagori penentuan rawan pangan merupakan standar
rentan akses pangan yaitu 11 desa diikuti Anjir yang dikeluarkan tim FSVA (Food Security and
Pasar 9 desa, Belawang dan Cerbon masing- Volnerability Atlas) oleh Badan Ketahanan
masing 8 desa. Pangan Kementerian Pertanian. Akses

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
9 AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 8, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-16

keluarga tanpa listrik dijadikan indikator karena Data rumah tangga tanpa akses listrik
listrik sebagai penyedia energi erat kaitannya diperoleh dari BPS Kabupaten Barito Kuala
dengan perkembangan wilayah dalam untuk selanjutnya diolah melalui analisa
peningkatan ekonomi masyarakat dengan individual, rumah tangga tanpa akses listrik
berkembangnya kegiatan-kegiatan home industry yang berada pada 30% masuk katagori rawan
perorangan maupun oleh UMKM (usaha terdapat sebanyak 44 desa (sekitar 22%).
Mikro Kecil Menengah) yang dapat melibatkan Dilihat dari Indikator ini maka masih cukup
masyarakat sekitar untuk aktif dan bekerja baik banyak rumah tangga di desa-desa yang belum
sebagai penghasilan utama maupun tambahan. memperoleh akses listrik. Hal ini dikarenakan
Pendapatan yang diperoleh dapat digunakan kondisi wilayah yang membuat sulitnya
untuk pemenuhan pangan dan gizi.mereka. menyambungkan aliran listrik keseluruh desa
yang aliran listriknya masih kurang.

Tabel 4
Prioritas Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik
Prioritas Range Listrik Jumlah Desa % Desa
Prioritas 1 < 1,05 44 22
Prioritas 2 1,05 s/d 4,82 59 29,5
Prioritas 3 > 4,82 97 48,5
Total 200 100
Sumber:Hasil Analisis, 2016

Jumlah Kematian Balita dan Ibu Hasil analisa individual untuk indikator
Melahirkan balita dan ibu melahirkan di Barito Kuala
Jumlah desa dengan tingkat kematian (sumber data Dinas Kesehatan Kab. Barito
balita dan ibu melahirkan dibawah 40 hari Kuala) hanya ada dua desa yang masuk
pasca melahirkan menjadi indikator penentu katagori rawan yang terdapat di Desa Tinggiran
rawan pangan. Kondisi kematian pada saat-saat II Kecamatan Tamban dan Desa Patih Selera
tersebut di atas dikarenakan ada Kecamatan Belawang, dengan tingkat kematian
kecenderungan akibat dari gizi buruk karena diatas dua orang. Kemudian yang masuk
kurangnya asupan pangan. katagori Prioritas 2 atau awas sebanyak 52 desa
atau 26% dan Sebanyak 73% masih aman.

Tabel 5
Prioritas Jumlah Desa atas Balita dan Ibu Melahirkan
di Kabupaten Barito Kuala

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
Analisis Faktor-faktor....., Ahmad Yunani etc. 10

Range Kematian Balita dan


Prioritas Jumlah Desa % Desa
Ibu
Prioritas 3 <1 146 73
Prioritas 2 1 s/d 2 52 26
Prioritas 1 >2 2 1
Total 200 100
Sumber: Analisis,2016

Pada grafik di bawah ini menggunakan didifinisikan sebagai suatu kondisi manusia
data pada prioritas 2 masuk katagori awas yang mengalami kondisi kesehatan rendah
terhadap kematian balita dan ibu dimana akibat kekurangan KEP (Kalori, energi dan
jumlah desa yang terbanyak masuk katagori Protein).
awas ada pada kecamatan Alalak sebanyak 9 Gizi buruk terbagi atas dua katagori
desa, disusul oleh Kecamatan Tamban dan yaitu gizi buruk berdasarkan dibawah buku
Mekarsari masing-masing 6 desa. KMS (Kartu Menuju Sehat) ditandai dibawah
Adanya angka kematian terhadap balita garis merah (kondisi terendah kesehatan bayi
dan ibu melahirkan perlu diperhatikan dan dan balita, kemudian gizi buruk berdasarkan
diwaspada salah satu yang menjadi perhatian data klinis yaitu kondisi sesorang yang sedang
untuk penanganannya adalah masalah menderita kesehatannya ditandai dengan
pemenuhan pangan karena banyak ditemukan kondisi lemah, tidak berdaya, kurus kering dan
kasus kematian balita dan ibu melahirkan lain-lain akibat kekurangan Kalori, Energi dan
akibat kurang pangan yang berdampak pada Protein, untuk katagori ini tidak memandang
gizi buruk. usia penderita yang penting dinyatakan oleh
Peta rawan pangan berdasarkan hasil medis.
indikator Kematian Balita dan Ibu Melahirkan Hasil olah data mengenai penderita gizi
di desa/kelurahan di Kabupaten Barito Kuala buruk yang ada di desa-desa oleh Dinas
dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Kesehatan Kabupaten Barito Kuala, setelah
Dimana pada peta nampak desa-desa yang melalui analisa individual bahwa jumlah desa
masuk katagori rawan pangan karena indikator yang masuk dalam katagori rawan (prioritas 1)
kematian Balita dan Ibu Melahirkan yang terdapat empat desa dengan jumlah penderita
ditandai dengan warna merah sangat sedikit, sebanyak 8 (delapan) orang yang berada pada
namun yang masuk katagori awas yang ditandai desa Tabunganen Pemurus Kecamatan
kuning cukup banyak. Tabunganen 2 penderita, Desa Purosari I
Kecamatan Tamban 2 penderita, Desa
Jumlah Penderita Gizi Buruk Belandean Muara Kecamatan Alalak 2
Gizi buruk merupakan indikator yang penderita dan Desa Tamba Jaya Kecamatan
paling sering digunakan untuk mengukur Tabukan 2 penderita.
masalah kesehatan dimasyarakat. Gizi buruk

Tabel 6
Daftar Prioritas Jumlah Desa Dengan Penderita Gizi Buruk
Di Kabupaten Barito Kuala

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
11 AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 8, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-16

Prioritas Range gizi buruk Jumlah Desa % Desa


Prioritas 3 <1 174 87
Prioritas 2 1 22 11
Prioritas 1 >1 4 2
Total 200 100
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Kalau melihat data ini maka jumlah penderita gizi buruk di Kabupaten Barito Kuala masih kecil,
walaupun masih katagori kecil namun harus tetap diantisipasi karena ada 22 Desa yang masuk katagori
awas dengan jumlah penderita sebanyak 22 orang.

Jumlah Sarana Fasilitas Kesehatan mengurangi resiko terjadinya gizi buruk dan
Fasilitas Kesehatan menurut Dinas resiko kematian akibat kasus penyakit dan
Kesehatan Kabupaten Barito Kuala adalah kejadian lainnya.
fasilitas yang fungsinya sebagai unit layanan Pada analisa data untuk jumlah sarana
kesehatan murni tanpa ada fungsi campuran fasilitas kesehatan didesa-desa menggunakan
dengan kegiatan lain selain pelayanan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Barito
kesehatan, pada saat ini sebagian besar Kuala. Data yang digunakan sudah
pelayanan dasar kesehatan di desa diantaranya berdasarkan petunjuk dari Kementerian
Puskesdes (Pusat Kesehatan Desa), Pustu Kesehatan terkait fasilitas kesehatan didesa-
(Puskesmas Pembantu), praktek dokter dan desa. Menggunakan analisis individual didapat
praktek bidan. Peran dari fasilitas kesehatan ini bahwa yang masuk katagori prioritas 1
didesa-desa sangat penting sebagai layanan sebanyak 163 desa atau 81,5%. Pengukuran
dasar/pertama kesehatan masyarakat. sudah mengikuti pedoman tim FSVA
Banyaknya fasilitas kesehatan berdampak Kementerian Pertanian.
Tabel 7
Daftar Prioritas Rawan Pangan dari Indikator Fasilitas Kesehatan

Prioritas Range Sarana Kesehatan Jumlah Desa % Desa


Prioritas 1 <2 163 81,5
Prioritas 2 2 33 16,5
Prioritas 3 >2 4 22
Total 200 120
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Dari tabel di atas hanya 22 desa yang terhadap warga diperdesaan karena luasnya
masuk katagori aman (Prioritas 3) desa yang wilayah suatu desa. Kecamatan Alalak
memiliki fasilitas kesehatan cukup memadai. merupakan kecamatan dengan jumlah desa
Minimnya fasilitas kesehatan masyarakat yang terbanyak yang kurang fasilitas kesehatannya
ada di desa-desa terkait dengan kemampuan ini sesuai dengan jumlah desa yang ada di
Pemerintah Daerah dalam membangun kecamatan tersebut juga paling banyak
fasilitas tersebut. Besarnya jumlah desa yang memiliki desa ditiap kecamatannya.
masuk katagori rawan karena fasilitas
kesehatan ini menurut panduan tim FSVA Analisa Komposit
karena satu fasilitas pelayanan dianggap belum Tujuh data indikator dalam menganalisa
mampu dalam memberikan pelayanan kerawanan pangan setelah melalui tahapan

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
Analisis Faktor-faktor....., Ahmad Yunani etc. 12

Analisa Individual selanjutnya dianalisa berbagai indikator/ dimensi kerawanan


dilakukan analisa Komposit. Dimana analisa pangan. Tujuan melakukan analisa komposit
Komposit merupakan Analisis situasi ini untuk mengidentifikasi penyebab utama
kerentanan terhadap kerawanan pangan suatu kondisi kerawanan pangan di suatu daerah.
daerah disebabkan oleh kombinasi dari
Menentukan Faktor Yang Berpengaruh
Pada Kerawanan Pangan
Melalui analisa komponen utama Kuala melalui 7 (tujuh) indikator tersebut
(Principal Component Analysis/PCA) telah dihasilkan komponen-komponen yang
ditentukan komponen yang mempengaruhi mempengaruhi sebagai berikut :
dalam penyusunan kerawanan pangan di Barito
Komponen utama / PC 1 = Jumlah Warung/toko kelontongan, fasilitas kesehatan
Komponen utama / PC 2 = Akses jalan, persentase kemiskinan
Komponen utama / PC 3 = Gizi buruk, akses jalan
Komponen utama / PC 4 = Fasilitas kesehatan, Kematian balita dan ibu melahirkan
Komponen utama / PC 5 = Persentase kemiskinan, akses jalan
Komponen utama / PC 6 = Fasilitas Kesehatan, kematian balita dan ibu melahirkan

Selanjutnya dilakukan penentuan


indikator-indikator yang berpengaruh dengan
hasil sebagai berikut :
Tabel 8
Faktor-Faktor Penentu Resiko Kerawanan Pangan per Prioritas

Faktor Penyebab
Prioritas 1 (cluster 6) Prioritas 2 (cluster 3)
1. Jumlah warung/toko 1. Akses jalan
2. Fasilitas kesehatan 2. Kemiskinan
3. Akses jalan 3. Gizi buruk
4. Kemiskinan
Prioritas 3 (Cluster 5) Prioritas 4 (Cluster 1)
1. Jumlah Warung/toko 1. Fasilitas kesehatan
2. Fasilitas kesehatan 2. Kematian balita dan ibu melahirkan
Prioritas 5 (cluster 4) Prioritas 6 (cluster 2)
1. Kemiskinan 1. Gizi buruk
2. Akses jalan 2. Akses jalan
3. Kemiskinan
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Dalam peta yang dihasilkan ini bukan ada 12 desa yang masuk katagori prioritas 1
merupakan peta kondisi rawan pangan di desa- berpotensi rawan pangan, masuk katagori
desa, peta ini hanya menunjukkan akan adanya prioritas 2 waspada rawan pangan sebanyak 26
potensi desa/kelurahan yang berpotensi akan desa, untuk katagori prioritas 3 awas rawan
terjadi rawan pangan akibat faktor-faktor yang pangan terdapat 65 desa dan masuk katagori
mempengaruhi tersebut diatas dengan analisa prioritas 4, prioritas 5, prioritas 6 dalam kondisi
standar FSVA yang biasa digunakan. Hasil aman rawan pangan totalnya sebanyak 97 desa.
analisa dengan alat bantu program Minitab
diperoleh desa-desa dengan masing-masing Kesimpulan dan Rekomendasi
katagori dengan enam prioritas tersebut diatas

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
13 AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 8, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-16

Hasil analisa dengan alat bantu katagori prioritas 4, prioritas 5, prioritas 6


program Minitab diperoleh desa-desa dengan dalam kondisi aman rawan pangan totalnya
masing-masing katagori dengan enam prioritas sebanyak 97 desa.
tersebut diatas ada 12 desa yang masuk katagori Kerangka kerja yang sifatnya
prioritas 1 berpotensi rawan pangan, masuk menyeluruh tentang penyebab dan jenis
katagori prioritas 2 waspada rawan pangan intervensi untuk meningkatkan ketahanan
sebanyak 26 desa, untuk katagori prioritas 3 pangan digambarkan pada gambar berikut.
awas rawan pangan terdapat 65 desa dan masuk

Masalah Akses Pangan: Menyediakan lapangan kerja dan Meningkatkan akses


Daya beli terbatas karena kesempatan berpenghasilan, pangan keluarga dan
kemiskinan, terbatasnya membangun infrastruktur perluasan kesempatan
kesempatan kerja, pertanian,menguatkan jaringan
pengaman sosial
kerja, diversifikasi usaha-
variabilitas harga pangan
tinggi
usaha pertanian untuk

Masalah Sarana :
Ketiadaan dan Membangun infrastruktur
terbatasnya akses dasar (jalan, lsitrik dan air
terhadap listrik dan jalan bersih)

Pembangunan Pertanian
dan pedesaan
Masalah Ketersediaan
Pangan : Meningkatkan kapasitas dan
Kemampuan produksi produktivitas produksi
pangan yang fluktuatif produk-produk pangan dan
dan ketidak seimbangan pertanian
pertumbuhan penduduk
dengan produksi pangan

- Meningkatkan status gizi dan


kesehatan balita, ibu hamil dan
keluarga
Masalah Kesehatan - Menambah fasilitas kesehatan didesa
dan Gizi : - Menguatkan pelayanan kesehatan dan
Balita dengan berat gizi dipuskesmas danpuskesdes Meningkatkan status
- Memperbaiki pola asuh dan pemberian kesehatan dan gizi
badan dibawah standar,
makanan anak
minimnya faslitas masyarakat
- Meningkatkan dan menambahkan
kesehatan dan SDMnya
SDM kesehatan didesa-desa

Sumber: Hasil Analisa, 2016


Gambar 1 Kerangka Kerja Penyebab dan Jenis Inteventsi Meningkatkan Ketahanan Pangan

Karakteristik Masing-masing Prioritas dan


Strategi Penanganannya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

Tabel 9

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
Analisis Faktor-faktor....., Ahmad Yunani etc. 14

Karakteristik Masing-masing Prioritas serta Strategi Penanganannya


Faktor
No Prioritas Strategi Penanganan* Program Daerah*
Penentu
➢ Peningkatan produksi dan
➢ Meningkatkan
Jumlah produktivitas
ketersediaan pangan
warung/toko pertanian/perkebunan
masyarakat
kelontongan ➢ Menggalakkan kegiatan
rumah pangan lestari
➢ Menambah dan rehabilitasi
fasilitas layanan kesehatan
didesa-desa;
➢ Menambah jumlah tenaga
Fasilitas ➢ Meningkatkan pelayanan
kesehatan didesa yang
Kesehatan kesehatan dasar
kondisi geografis luas dan
masyarakat
tidak terintegrasi;
➢ Melatih SDM masyarakat
desa sebagai fasilitator
kesehatan;
➢ Membuka daerah atau desa-
desa yang masih terisolir
1 Prioritas 1
dengan membangun
infrastruktur jalan;
➢ Meningkatkan
➢ Mengarahkan pemanfaatan
Akses Jalan pembangunan
dana desa untuk
infrastruktur dasar
membangun jalan
penghubung antar desa
➢ Membangun infrastruktur air
bersih
➢ Menggalakkan program
diversifikasi usaha dengan
kegiatan produktif rumah
➢ Meningkatkan pendapatan tangga
dan mengupayakan
➢ Memberikan jaminan sosial
Kemiskinan pemenuhan pelayanan
bagi masyarakat miskin
kebutuhan dasar
masyakarat miskin ➢ Identifikasi potensi unggulan
desa untuk mengembangkan
ekonomi masyarakat

➢ Membuka daerah atau desa-


desa yang masih terisolir
➢ Meningkatkan dengan membangun
2 Prioritas 2 Akses Jalan pembangunan infrastruktur jalan;
infrastruktur dasar ➢ Mengarahkan pemanfaatan
dana desa untuk

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
15 AT-TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 8, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-16

membangun jalan
penghubung antar desa
➢ Membangun infrastruktur air
bersih
➢ Menggalakkan program
diversifikasi usaha dengan
➢ Meningkatkan pendapatan kegiatan produktif rumah
dan tangga
Kemiskinan mengupayakanpemenuhan ➢ Memberikan jaminan sosial
pelayanan kebutuhan bagi masyarakat miskin
dasar masyakarat miskin ➢ Identifikasi potensi unggulan
desa untuk mengembangkan
ekonomi masyarakat
➢ Optimalisasi pelayanan,
pembinaan dan pengawasan
kesehatan pada anak balita
➢ Meningkatkan pelayanan
dan ibu hamil/melahirkan
Gizi Buruk kesehatan dan sosialisasi
➢ Membina masyarakat desa
kesehatan masyarakat
sebagai ujung tombak
pelaksanaan pencegahan
terjadinya gizi buruk.
➢ Peningkatan produksi dan
➢ Meningkatkan produktivitas
Jumlah
ketersediaan pangan pertanian/perkebunan
Warung/
masyarakat ➢ Menggalakkan kegiatan
Toko
rumah pangan lestari
➢ Menambah dan rehabilitasi
fasilitas layanan kesehatan
3 Prioritas 3 didesa-desa;
➢ Menambah jumlah tenaga
Fasilitas ➢ Meningkatkan pelayanan
kesehatan didesa yang
Kesehatan kesehatan dasar
kondisi geografis luas dan
masyarakat
tidak terintegrasi;
➢ Melatih SDM masyarakat
desa sebagai fasilitator
kesehatan;
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Saran kerja. Pendekatan jangka menengah dan


Pendekatan jangka pendek dengan panjang adalah dengan memenuhi kecukupan
mengupayakan membangun peningkatan pangan dan gizi golongan masyarakat miskin
perekonomian masyarakat pedesaan yang dan rawan pangan dengan pendekatan
berbasis pertanian pada upaya peningkatan pemberdayaan melibatkan partisipasi dan
nilai tambah dan peluang penyediaan lapangan peran akitf seluruh komponen.

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515
Analisis Faktor-faktor....., Ahmad Yunani etc. 16

Daftar Pustaka

Apriyantono, Anton. 2006. Kebijakan Strategis Pembangunan Ketahanan Pangan Nasional. Naskah
Pidato pada DiesNatalis ke XX dan Wisuda Sarjana Univertas Islam Darul Ulum. Lamongan
Jawa Timur. 9 Desember 2006.
Apriyantono, Anton. 2007. Arahan Umum. Naskah Pidato pada Rapat Koordinasi Percepatan
Pembangunan Pertanian Wilayah Kalimantan, Banjarmasin, 27-28 Februari 2007.
Arifin, Bustanul. 2007. “Strategi dan Kebijakan Sektor Pertanian dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Petani dan Kedaulatan Pangan”. Paper disampaikan pada Seminar Milad ke-9 Partai Keadilan
Sejahtera: Membela Ekonomi Rakyat-Ketahanan dan Kemandirian Pangan serta Perumahan
yang Layak bagi Rakyat, untuk keberlanjutan Pembangunan Bangsa. Jakarta. 20 April 2007.
Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Badan
Ketahanan Pangan Propinsi JawaTimur. 2005. Pengembangan Desa Mandiri Pangan.Badan
Ketahanan Pangan. 2005. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan.
Daerobi, Akhmad, Heri Sulistyo Jati, Tetuko Rawidyo Putro. 2006. “Impact of Agricultural Sector on
Poverty Alleviation: Conceptual Framework with Empirical Evidence Pre-Post Crisis (Case
Study:Central Java)”. Makalah dipresentasikanpada Indonesian Regional Science Association
(IRSA) International Seminar, 18-19 Agustus 2006, Malang, Jawa Timur.
Departemen Pertanian-Badan Bimas Ketahanan Pangan-Dewan Ketahanan Pangan. 2002. Kajian
Situasi Lumbung Pangan Masyarakat di Propinsi Jabardan Jateng. Pusat Pengembangan Ketersediaan
Pangan.
Jayawinata, Ardi. 2003. Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat. Gizi.net.
Krisnamurthi, Bayu. 2006. Mencari Bentuk Politik Ekonomi Pertanian Indonesia.
Yunastiti Purwaningsih, 2008, Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 9, No. 1, Juni 2008

DOI.10.18592/at-taradhi.v8i1.1515

You might also like