Adonis Bps

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 48

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Agroekoteknologi Skripsi Sarjana

2018

Uji Paket Teknologi dan Penggenangan


Terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di PT. Mopoli Raya

Siregar, Adonis Prabowo


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12770
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
i

UJI PAKET TEKNOLOGI DAN PENGGENANGAN TERHADAP


PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI PT. MOPOLI RAYA

SKRIPSI

Oleh:

ADONIS PRABOWO SIREGAR


130301214
AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


ii

UJI PAKET TEKNOLOGI DAN PENGGENANGAN TERHADAP


PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI PT. MOPOLI RAYA

SKRIPSI

Oleh:

ADONIS PRABOWO SIREGAR


130301214
AGROTEKNOLOGI - ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Dalam


Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


iii

Judul : Uji Paket Teknologi dan Penggenangan Terhadap Produksi


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Mopoli Raya
Nama : Adonis Prabowo Siregar
Nim : 130301214
Program Studi : Agroteknologi
Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Asmarlaili Sahar, MS, DAA) (Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D)
NIP.194807301976032001 NIP.196406201989032002

Mengetahui

Ketua Program Studi Agroteknologi

(Dr. Ir. Sarifuddin, MP)


NIP. 196509031993031014

Universitas Sumatera Utara


i

ABSTRACT

Acid sulphate land has the potential as agricultural land if managed properly and
correctly. In general, acid sulphate land is formed on tidal land that has marine
deposits. Therefore, it is necessary to do research to find out the test of technology
packages and flooding of acid sulphate soils on palm oil production at PT. Mopoli
Raya. This research was carried out at PT. Mopoli Raya Paya Rambe II, Kwala
Simpang Aceh Tamiang began on February 28, 2018 to June 28, 2018. The design
of the research used was the Separate Plot Design with the main Plot was
inundation with 2 treatments, ie without flooding and inundation (110%) and Plot
Children were Technology Package with 2 treatments, namely without technology
package and with technology package (Sulfate Reducing Bacteria, OPEFB
Compost and Fertilizer NPK). Number of replications 6 and number of
experimental units 24 plants. The results showed that flooding could not increase
oil palm production in acid sulphate soil at PT. Mopoli Raya. Technology
packages can increase palm oil production on acid sulphate soils at PT. Mopoli
Raya. The interaction of inundation and technology package delivery is not
significantly different in the parameters of the weight of the bed in increasing oil
palm production on acid sulphate soils at PT. Mopoli Raya.

Keywords : Sulfate Reducing Bacteria, Inundation, Acid Sulfate Soil, Palm Oil.

i
Universitas Sumatera Utara
ii

ABSTRAK

Lahan sulfat masam berpotensi sebagai lahan pertanian bila dikelola dengan baik
dan benar. Pada umumnya lahan sulfat masam terbentuk pada lahan pasang surut
yang memiliki endapan marin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui uji paket teknologi dan penggenangan pada tanah sulfat masam
terhadap produksi kelapa sawit di PT. Mopoli Raya. Penelitian ini dilaksanakan di
PT. Mopoli Raya Paya Rambe II, Kwala Simpang Aceh Tamiang dimulai pada
tanggal 28 Februari 2018 sampai 28 Juni 2018. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah dengan Petak utama adalah
Penggenangan dengan 2 perlakuan yaitu tanpa penggenangan dan digenangi
(110%) dan Anak Petak adalah Paket Teknologi dengan 2 perlakuan yaitu tanpa
paket teknologi dan dengan paket teknologi (Bakteri Pereduksi Sulfat, Kompos
TKKS dan Pupuk NPK). Jumlah ulangan 6 dan jumlah unit percobaan 24 unit
tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggenangan tidak dapat
meningkatkan produksi kelapa sawit padah tanah sulfat masam di PT. Mopoli
Raya. Pemberian paket teknologi dapat meningkatkan produksi kelapa sawit pada
tanah sulfat masam di PT. Mopoli Raya. Interaksi penggenangan dan pemberian
paket teknologi tidak berbeda nyata pada parameter berat janjang dalam
meningkatkan produksi kelapa sawit pada tanah sulfat masam di PT. Mopoli
Raya.

Kata Kunci : Bakteri Pereduksi Sulfat, Penggenangan, Tanah Sulfat Masam,


Kelapa Sawit.

ii
Universitas Sumatera Utara
iii

RIWAYAT HIDUP

Adonis Prabowo Siregar, lahir pada tanggal 31 Januari 1996 di Medan,

putra dari Ayahanda Ir. Marahadi Siregar, MP. dan Ibunda Ir. Ida Rinsilva.

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Lulus dari SMA Swasta

Pembangunan Panca Budi Medan pada Tahun 2013 dan pada tahun 2013 diterima

di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Program Studi

Agroteknologi melalui jalur SBMPTN.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi dan

tercatat sebagai anggota HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa

Agroekoteknologi) Fakultas Pertanian USU dan sebagai MPMF (Majelis

Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas) Fakultas Pertanian USU. Sejak masa

kuliah, penulis pernah aktif sebagai asisten praktikum di Laboratorium Budidaya

Tanaman Kelapa Sawit dan Karet dan Laboratorium Teknik Budidaya Tanaman

Perkebunan.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Perkebunan

Nusantara IV di Berangir pada tahun 2016.

iii
Universitas Sumatera Utara
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian ini

dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Usulan Penelitian ini adalah “Uji Paket Teknologi dan

Penggenangan Terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di

PT. Mopoli Raya” yang merupakan syarat untuk dapat melakukan penelitian di

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Dr. Ir. Asmarlaili Sahar, MS, DAA selaku ketua komisi pembimbing dan

Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D selaku anggota komisi pembimbing yang

telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Usulan Penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa Usulan Penelitian ini masih belum sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk menyempurnakan Usulan Penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terima kasih.

Medan, Mei 2018

Penulis

iv
Universitas Sumatera Utara
v

DAFTAR ISI

ABSTRACT ....................................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian.................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan ................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Penggenangan Tanah Sulfat Masam.......................................................... 5
Paket Teknologi
Kompos TKKS ................................................................................. 7
Pupuk N, P, K ................................................................................... 9
Bakteri Pereduksi Sulfat ................................................................... 12

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 16
Bahan dan Alat ........................................................................................... 16
Metode Penelitian....................................................................................... 17
Pelaksanaan Penelitian
Penentuan Sampel ....................................................................... 19
Pengambilan Sampel Tanah ........................................................ 19
Analisis Awal Tanah ................................................................... 19
Persiapan Paket Teknologi
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit ........................ 20
Perbanyakan Isolat Bakteri Pereduksi Sulfat ................ 20
Perhitungan Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat ............. 20
Pelaksanaan Perlakuan di Lapangan
Penggenangan ................................................................ 21
Aplikasi Paket Teknologi
Inkubasi Inokulum Kompos .......................................... 21
Aplikasi Inokulum Kompos .......................................... 21
Pemupukan .................................................................... 22

v
Universitas Sumatera Utara
vi

Peubah Amatan
Jumlah Tandan............................................................................. 22
Berat Janjang Rata-Rata .............................................................. 22

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil .......................................................................................................... 23
Pembahasan ............................................................................................... 24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................ 28
Saran .......................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 29

vi
Universitas Sumatera Utara
vii

DAFTAR TABEL

No. Hal.
1. Analisis Awal Tanah ................................................................................. 19

2. Jumlah Tandan .......................................................................................... 23

3. Berat Janjang Rata-Rata ............................................................................ 23

vii
Universitas Sumatera Utara
viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.
1. Peta Blok Afdeling Paya Rambe 1 dan 2 .................................................. 32

2. Peta Kedalaman Pirit Afdeling Paya Rambe 1 dan 2 ................................ 33

3. Peta Sebaran pH Tanah ............................................................................. 34

4. Plot Penelitian ........................................................................................... 35

5. Data Berat Janjang Rata-Rata ................................................................... 35

6. Data Sidik Ragam Berat Janjang Rata-Rata .............................................. 35

7. Data Jumlah Tandan .................................................................................. 36

8. Data Sidik Ragam Jumlah Tandan ............................................................ 36

viii
Universitas Sumatera Utara
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan sulfat masam adalah lahan yang memiliki horizon sulfidik atau

sulfuric pada kedalaan 120 cm dari permukaan tanah mineral. Pada umumnya

lahan sulfat masam terbentuk pada lahan pasang surut yang memiliki endapan

marin. Di Indonesia, luas lahan sulfat masam diperkirakan sekitar 6,70 juta ha.

Lahan sulfat masam menjadi luas karena adanya penipisan lapisan atas (lapisan

organik) sehingga mendekatkan lapisan pirit ke permukaan (Noor, 2004).

Masalah utama pada lahan sulfat masam adalah kadar sulfat yang tinggi yg

mengakibatkan kemasaman tanah yang tinggi serta pH tanah yang rendah

(pH < 4,0), sehingga berakibat pada rendahnya hasil tanaman yang diusahakan.

Tanaman sawit yang di tanam di lahan sulfat masam pada PT. Mopoli Raya

meyebabkan pertumbuhan terhambat seperti tanaman sawit menjadi kerdil, batang

menjadi kecil serta produksi yang rendah.

Sumber kemasaman tanah sulfat masam berasal dari senyawa pirit (FeS 2)

yang teroksidasi melepaskan ion-ion hidrogen dan sulfat yang diikuti penurunan

pH menjadi sekitar 3. Keadaan tersebut menyebabkan kelarutan Al meningkat

sehingga hampir semua tanaman budidaya, termasuk sawit tidak dapat tumbuh

secara normal seperti di PT. Mopoli Raya.

Teknologi penggunaan bahan amelioran telah terbukti mampu

meningkatkan produktivitas tanah sulfat masam. Bahan organik (BO) dapat

berperan sebagai sumber asam-asam organik yang mampu mengontrol kelarutan

logam dalam tanah ataupun berperan sebagai unsur hara bagi tanaman. Asam-

asam organik yang terdapat dalam BO mampu mengkhelat unsur-unsur beracun

1 Universitas Sumatera Utara


2

dalam tanah sehingga tidak berbahaya bagi tanaman. Asam-asam organik mampu

menurunkan jumlah fosfat yang difiksasi oleh Fe dan Al melalui mekanisme

pengkhelatan sehingga P tersedia bagi tanaman (Arifin, dkk, 2009).

Tandan kosong kelapa sawit mempunyai potensi yang besar untuk

digunakan sebagai penyubur tanah karena tandan kelapa sawit mempunyai sifat

kimia dan sifat fisik yang dapat memperbaiki kondisi tanah. Menurut

Darmosarkoro dkk, (2001) bahan organic dalam tanah berfungsi untuk

memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air

(Water Holding Capacity) dan sifat kimia tanah seperti Kapasitas Tukar Kation

(KTK).

Tandan Kosong Kelapa Sawit mempunyai kadar C/N yang tinggi yaitu

45-55. Hal ini dapat menurunkan ketersediaan N pada tanah karena

N terimobilisasi dalam proses perombakan bahan organic oleh mikroba tanah.

Usaha menurunkan kadar C/N dapat dilakukan dengan proses pengomposan

sampai kadar C/N mendekati kadar C/N tanah. Proses pengomposan tersebut

menghasilkan bahan organic bermutu tinggi dengan kadar C/N sekitar 15. Selain

kandungan hara relative tinggi seperti N, P, dan K, kompos TKKS memiliki nilai

pH yang tinggi (mencapai pH 8) sehingga berpotensi sebagai bahan pembenah

kemasaman tanah (Darmosarkoro dan Winarna, 2007).

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahaya sulfat dari

tanah sulfat masam dapat dilakukan dengan pemanfaatan Bakteri Pereduksi

Sulfat. Dalam hasil penelitiannya, Widyati (2011) melaporkan bahwa Bakteri

Pereduksi Sulfat dengan media pembawa bahan organik kompos dengan berbagai

dosis inokulum yang diinkubasi dalam waktu selama sepuluh hari mampu

Universitas Sumatera Utara


3

meningkat pH tanah, menurunkan kadar sulfat, mangan dan besi yang terdapat

pada air asam tambang.

Pada penelitian Ramadhan et al (2017) menyatakan bahwa pemberian

inokulum bakteri pereduksi sulfat dapat meningkatkan pH tanah dan pertumbuhan

bibit kelapa sawit pada tanah sulfat masam. Penggunaan kapur dapat digantikan

dengan penggunaan inokulum kompos bakteri pereduksi sulfat pada tanah sulfat

masam.

Menurut Marsono dan Sigit (2002) manfaat utama dari pupuk yang

berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat

menjadi gembur. Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir juga dapat

diperbaiki dengan penambahan pupuk, terutama pupuk organik. Manfaat lain

pemberian pupuk adalah mengurangi erosi pada permukaan tanah. Dalam hal ini

pupuk berfungsi sebagai penutup tanah dan memperkuat struktur tanah di bagian

permukaan.

Nitrogen, fosfor dan kalium adalah tiga unsur makro yang dibutuhkan oleh

tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang tidak hanya mengandung

dua unsur saja tapi tiga unsur sekaligus yang merupakan gabungan dari pupuk

tunggal N, P dan K (Lingga dan Marsono 2001).

Tujuan Penelitian

1. Untuk mempelajari pengaruh penggenangan terhadap Produksi kelapa

sawit pada tanah sulfat masam di PT. Mopoli Raya

2. Untuk mempelajari pengaruh paket teknologi terhadap Produksi kelapa

sawit pada tanah sulfat masam di PT. Mopoli Raya

Universitas Sumatera Utara


4

3. Untuk mempelajari pengaruh interaksi penggenangan dan paket teknologi

terhadap Produksi dan pertumbuhan kelapa sawit pada tanah sulfat

masam di PT. Mopoli Raya

Hipotesis Penelitian

- Penggenangan dapat meningkatkan produksi kelapa sawit pada tanah

sulfat masam di PT. Mopoli Raya

- Pemberian Paket Teknologi dapat meningkatkan produksi kelapa sawit

pada tanah sulfat masam di PT. Mopoli Raya

- Interaksi penggenangan dan paket teknologi dapat meningkatkan produksi

kelapa sawit pada tanah sulfat masam di PT. Mopoli Raya

Kegunaan Penelitian

1. Masyarakat dapat melihat pengaruh penggenangan dan pemberian paket

teknologi terhadap produksi kelapa sawit pada tanah sulfat masam di PT.

Mopoli Raya, serta

2. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Program

Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Universitas Sumatera Utara


5

TINJAUAN PUSTAKA

Penggenangan Tanah Sulfat Masam

Penggenangan merupakan karakteristik khas dari sistem tanah sawah.

Pada kondisi tergenang, kebutuhan oksigen yang tinggi dibandingkan laju

penyediaannya yang rendah menyebabkan terbentuknya dua lapisan tanah yang

sangat berbeda, yaitu lapisan permukaan yang oksidatif atau aerobik dimana

tersedia oksigen dan lapisan reduktif atau anaerobik di bawahnya dimana tidak

tersedia oksigen bebas (Sudadi, 2007).

Bila tanah digenangi, persediaan oksigen menurun sampai mencapai titik

nol dalam jangka waktu kurang dari sehari. Laju difusi oksigen udara melalui

lapisan air atau pori yang berisi air seribu kali lebih lambat daripada melalui udara

atau pori yang berisi udara, berakibat perubahan pada tanah dari keadaan

teroksidasi menjadi tereduksi. Kuatnya proses reduksi tergantung pada jumlah

bahan organik yang mudah terombak dari suhu tanah (Sanchez, 1992).

Sanchez (1992) menyatakan, pengaruh keseluruhan dari penggenangan

adalah meningkatkan pH tanah pada tanah asam, menurunkan pH pada tanah basa

pada tanah netral perubahan pH yang terjadi sangat kecil, sedangkan pada tanah

sulfat masam terjadi peningkatan pH sampai pH 5,0. Akibat luar biasa dari

penggenangan sama dengan tindakan pengapuran dan menyebabkan tercapainya

kisaran pH optimum yang memungkinkan tersedianya sebagian besar unsur hara.

Daya meracun dari alumunium pada tanah asam cepat hilang karena alumunium

dapat ditukar dan diendapkan pada pH 5,5, sedangkan reduksi dianggap penting

karena dapat menaikkan pH, meningkatkan ketersediaan fosfor yang dapat diserap

tanaman.

5 Universitas Sumatera Utara


6

Pada kondisi anaerob atau tergenang, pirit dalam keadaan stabil.

Sebaliknya dalam keadaan aerob, pirit mudah mengalami oksidasi, terbentuk

asam sulfat. Bila karena drainase alami atau buatan, muka air tanah sampai ke

lapisan pirit, maka tanah sulfat masam potensial berubah menjadi tanah sulfat

masam actual (Adhi dan Alihamsyah, 1998).

Menurut Robianto (2012) akibat genangan pada tanaman adalah

peningkatan kandungan lengas tanah di atas kapasitas lapangan, menimbulkan

dampak yang buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, menurunkan

pertukaran gas antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya

ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan

mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat

laju difusi). Pada kondisi tergenang, kandungan O2 yang tersisa di tanah lebih

cepat habis bila ada tanaman, sehingga terjadi hipoksia yaitu keadaan lingkungan

kekurangan O2, dan juga dapat terjadi anoksia yaitu keadaan lingkungan tanpa O2

(mengalami cekaman aerasi). Kondisi anoksia tercapai pada jangka waktu

6 – 8 jam setelah genangan, karena O2 terdesak oleh air dan sisa O2 dimanfaatkan

oleh mikroorganisme (Warjianto, 2014).

Bila tanah digenangi, persediaan oksigen menurun sampai mencapai nol

dalam waktu kurang dari sehari. Laju difusi oksigen udara melalui lapisan air atau

pori yang berisi air, 10.000 kali lebih lambat daripada melalui udara atau pori

yang berisi udara. Jasad renik aerob dengan cepat menghabiskan udara yang

tersisa dan menjadi tak aktif lagi atau mati. Bakteri anaerob atau anaerob fakultatif

berkembangbiak dengan cepat dan mengambil alih proses perebutan bahan

organik tanpa menggunakan oksigen, dan sebagai gantinya menggunakan

Universitas Sumatera Utara


7

komponen tanah yang teroksidasi sebagai penangkap elektron. Hasil ini direduksi

menurut tuntunan termodinamika sebagai berikut: nitrat, senyawa mangan,

senyawa feri, senyawa antara dari pereputan bahan organik, sulfat, dan sulfit

(Sanchez, 1992).

Paket Teknologi

Kompos TKKS

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah utama dari

industri pengolahan kelapa sawit. Basis satu ton tandan buah segar (TBS) yang

diolah akan dihasilkan minyak sawit kasar (CPO) sebanyak 0,21 ton (21 %) serta

minyak inti sawit (PKO) sebanyak 0,05 ton (5 %) dan sisanya merupakan limbah

dalam bentuk tandan buah kosong, serat, dan cangkang biji yang jumlahnya

masing-masing 23 %, 13,5 %, dan 5,5 % dari tandan buah segar

(Darnoko dan Sembiring, 2005).

Salah satu potensi tandan kosong kelapa sawit yang cukup besar adalah

sebagai bahan pembenah tanah dan sumber hara bagi tanaman. Potensi ini

didasarkan pada kandungan tandan kosong kelapa sawit yang merupakan bahan

organik dan memiliki kadar hara yang cukup tinggi. Pemanfaatan tandan kosong

kelapa sawit sebagai bahan pembenah tanah dan sumber hara ini dapat dilakukan

dengan cara aplikasi langsung sebagai mulsa atau dibuat menjadi kompos

(Darmosarkoro dan Rahutomo, 2007).

Tandan kosong kelapa sawit berfungsi ganda yaitu selain menambah hara

dalam tanah, juga meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat

diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik

tanah maka struktur tanah semakin mantap dan kemampuan tanah menahan air

Universitas Sumatera Utara


8

bertambah baik. Perbaikan sifat fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap

pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara (Ditjen PPHP, 2006).

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah limbah tandan kosong kelapa

sawit yaitu dengan pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit menjadi kompos

yang memiliki nilai ekologi dan ekonomi yang tinggi. Hal ini didukung dengan

semakin meningkatnya permintaan pupuk kompos sebagai salah satu bentuk dari

asupan organic bagi tanaman dewasa ini (Refqi et al, 2013).

Keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium yang tinggi,

tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di

dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu

kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1)

memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2) membantu kelarutan

unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3) bersifat

homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman; (4) merupakan

pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5) dapat

diaplikasikan pada sembarang musim (Darnoko dan Sembiring, 2005).

Kompos TKKS dapat diaplikasikan untuk berbagai tanaman sebagai

pupuk organik, baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan pupuk kimia.

Penelitian aplikasi kompos TKKS pada tanaman cabe telah dilakukan di

Kabupaten Tanah Karo pada tahun 2002. Hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi

kompos TKKS dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih

baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk organik (kontrol) maupun

aplikasi pupuk kandang. Aplikasi 0,25 dan 0,50 kg kompos TKKS dapat

meningkatkan hasil cabe berturut-turut hingga 24 % dan 45 % dibanding

Universitas Sumatera Utara


9

perlakuan kontrol, sedangkan aplikasi pupuk kandang hanya dapat meningkatkan

hasil sebesar 7 % dibanding perlakuan kontrol (PPKS, 2008).

Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk

organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan

tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan

limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan

memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Keunggulan kompos tandan kosong

kelapa sawit meliputi: kandungan kalium yang tinggi, tanpa penambahan starter

dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Kadar hara kompos tandan kosong

kelapa sawit mengandung N total (1,91 %), K (1,51%), Ca (0,83 %), P (0,54 %),

Mg (0,09 %), C-organik (51,23 %), C/N ratio 26,82 %, dan pH 7,13

(Hayat dan Andayani, 2014).

Peningkatan hasil produksi TBS tidak terlepas dari pengaruh

faktor – faktor penentu produksi. Kurangnya satu faktor produksi atau lebih akan

berdampak pada pencapaian produksi yang diharapkan. Faktor – faktor produksi

yang diduga berpengaruh terhadap pencapaian produksi TBS adalah faktor jumlah

pupuk, curah hujan, tenaga kerja, umur tanaman, SPH dan kondisi tanaman

(Darmosarkoro dan Winarna, 2007).

Pupuk NPK

Menurut Lingga dan Marsono (1998) pupuk adalah zat yang berisi satu

unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis terisap

oleh tanaman dari tanah. Jadi memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah

(pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Marsono dan Sigit (2002) menyatakan

Universitas Sumatera Utara


10

bahwa manfaat pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang

atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

Namun secara lebih terinci manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu

yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisika dan kimia tanah.

Pupuk NPK (Nitrogen-Phosphate-Kalium) merupakan pupuk majemuk

cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar

adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat

populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang

pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit 2002).

Peran utama nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan

tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Kecuali itu

nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna

sekali dalam proses fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk protein, lemak dan

berbagai persenyawaan lainnya (Lingga dan Marsono 2001).

Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar,

khususnya akar benih dan tanaman muda. Lalu juga sebagai bahan mentah untuk

pembentukan sejumlah protein tertentu. Membantu asimilasi dan pernafasan

sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji, dan buah

(Lingga dan Marsono 2001).

Menurut Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara,

pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang,

seperti N, P, dan K yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat

memperbaiki keasaman tanah.

Universitas Sumatera Utara


11

Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari

pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang

mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan

pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara

tanaman, seperti gabungan antara N dan P, N dan K atau N dan P dan K

(Sabiham et al, 1997).

Melalui pemupukan diharap-kan dapat memperbaiki kesuburan tanah

antara lain mengganti unsur hara yang hilang karena pencucian dan yang

terangkut saat panen. Pemberian pupuk urea, TSP dan KCl sebagai sumber N, P

dan K merupakan usaha untuk meningkatkan produksi tanaman

(Rukmana, 1997).

Peningkatan produksi kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemeliharaan

tanaman kelapa sawit yang baik, salah satunya adalah pemupukan. Pemupukan

merupakan kunci kesuburan tanaman karena berisi satu atau lebih unsur untuk

menggantikan atau menambah unsur yang telah diserap oleh tanaman kelapa

sawit. Unsur hara yang paling utama yang dibutuhkan oleh tanaman adalah unsur

nitrogen (N), posfor (P) dan Kalium (K). Nitrogen memiliki fungsi yaitu untuk

merangsang pertumbuhan batang, cabang dan daun. Kemudian posfor memiliki

fungsi yaitu untuk merangsang pertumbuhan akar. Sedangkan kalium memiliki

fungsi untuk memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah

gugur. Kepentingan unsur ini menyebabkan perlunya tanaman kelapa sawit

dilakukan pemupukan, terutama pupuk NPK. Dalam pelaksanaan pemupukan

perlu dilaksanakan secara baik karena pemupukan merupakan kegiatan

Universitas Sumatera Utara


12

pemeliharaan tanaman yang paling banyak mengeluarkan biaya dari pemeliharaan

kelapa sawit lainnya (Ckhorrahman, 2014).

Tanaman kelapa sawit muda yang terendam air akibat luapan pasang

sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman selanjutnya.

Untuk memulihkan keadaan tanaman, maka diperlukan unsur hara yang cukup

dan dapat dengan cepat diserap oleh tanaman tersebut. Pemupukan melalui daun

merupakan penambahan dan penyempurnaan pemberian pupuk melalui tanah atau

akar pada keadaan-keadaan tertentu dimana daya serap akar terhadap

unsur-unsur hara penting seperti N, P dan K berkurang. Pemberian pupuk pada

tanaman kelapa sawit pasca genangan sangat diperlukan, mengingat berkurangnya

ketersediaan unsur hara akibat genangan tersebut. Pemberian pupuk biasanya

dirancang untuk mengoptimumkan efisiensi penggunaan pupuk

(Balai Informasi Pertanian Banda Aceh, 1986).

Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS)

Bakteri pereduksi sulfat merupakan bakteri obligat anaerob yang

menggunakan H2 sebagai donor elektron (chemolithotrophic). BPS dapat

mereduksi sulfat pada kondisi anaerob menjadi sulfida, selanjutnya H2S yang

dihasilkan dapat mengendapkan logam-logam toksik (Cu, Zn, Cd) sebagai logam

sulfida. BPS memerlukan substrat organik yang berasal dari asam organik

berantai pendek seperti asam piruvat. Dalam kondisi alamiah, asam tersebut

dihasilkan oleh aktivitas anaerob lainnya (Hanafiah et al., 2009).

Pada musim hujan, areal lahan sulfat masam akan tergenang kembali

sehingga terbentuk suasana reduktif. Bakteri yang mampu menggunakan sulfat

sebagai reseptor elektron dalam respirasi dikenal sebagai bakteri pereduksi sulfat

Universitas Sumatera Utara


13

(BPS) yang merupakan heterotrof sejati. BPS yang tersebar secara luas di alam

meliputi genus Desulfovibrio dan Desulfotumaculum

(Moodie dan Ingledew, 1990). Reaksi reduksi sulfat dengan bantuan BPS

menyebabkan pH meningkat karena adanya penggunaan ion H+ dalam reaksi

reduksi (Dent, 1998; Atlas dan Bertha, 1993). Pada lahan sulfat masam yang

telah teroksidasi dan digenangi kembali, kecepatan reduksi oleh BPS berjalan

lambat akibat kandungan bahan organik yang rendah, yang menyebabkan bakteri

anaerob kurang mampu berkembang.

Pada penelitian Sudarno et al (2017) menyatakan bahwa Pemberian isolat

bakteri pereduksi sulfat mampu meningkatkan pH tanah sulfat masam dan

pertumbuhan tanaman jagung dengan jenis isolat yang paling baik dalam

meningkatkan pH tanah sulfat masam yaitu isolat LK4, Peningkatan kadar air

tanah mampu membantu meningkatkan pH tanah sulfat masam dan pertumbuhan

tanaman jagung dengan kondisi air tanah yang paling baik untuk meningkatkan

pH tanah sulfat masam yaitu 110 % kapasitas lapang. Interaksi terbaik dalam

mengurangi kemasaman tanah sulfat masam dan meningkatkan pertumbuhan

tanaman jagung ditunjukkan oleh isolat LK4 dengan kadar air tanah 110 % KL

(populasi BPS 2,5x108; kadar sulfat tanah 29,10 ppm; pH tanah 4,78 ppm; tinggi

tanaman 140 cm; bobot kering tajuk 25,74 g).

Meningkatnya pH terjadi karena BPS menggunakan sulfat sebagai aseptor

elektron dan karbon (C) dari kompos sebagai donor elektron dengan

menghasilkan hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida akan segera berikatan dengan

logam membentuk logam sulfida yang tidak larut sehingga ketersediaan logam

Universitas Sumatera Utara


14

turun. Keseluruhan reaksi reduksi sulfat dan logam yang melibatkan BPS

(Widyati, 2007).

Dalam melakukan reduksi sulfat, BPS menggunakan sulfat sebagai sumber

energi yaitu sebagai akseptor elektron dan menggunakan bahan organik sebagai

sumber karbon (C). Karbon tersebut berperan selain sebagai donor elekton dalam

metabolisme juga merupakan bahan penyusun selnya. Pada kondisi anaerob bahan

organik akan berperan sebagai donor elektron. Ketika sulfat menerima elektron

dari bahan organik maka akan mengalami reduksi membentuk senyawa sulfida.

Penurunan konsentrasi sulfat akan meningkatkan pH tanah. Hal ini terjadi karena

beberapa proses yang saling berkaitan, yaitu karena penggenangan, penambahan

bahan organik dan aktivitas BPS (Widyati, 2006). Berikut reaksi pembentukan

senyawa sulfida :

SO4- + 2[CH2O] + OH- HS- + 2HCO3- + 2H2O

(Baumgartner et al., 2006).

Menurut Baumgartner et al (2006) Bakteri pereduksi sulfat sudah

mengalami evolusi, yang mana sekarang beberapa dari bakteri tersebut mampu

hidup pada keadaan oksidasi dan bahkan bisa berespirasi dengan oksigen dan

nitrat. Bakteri pereduksi sulfat juga mempunyai mekanisme adaptasi terhadap

radikal bebas dalam kondisi oksidasi. Akhirnya bakteri pereduksi sulfat

menunjukkan sangat aktif di zona litifikasi.

Produksi H2S dan demikian juga bau yang tidak enak dari dalam kolam

adalah hasil aktivitas dari BPS contohnya genus Desulfovibrio, bakteri ini adalah

obligat anaerob yang berada pada bagian anaerob dan sedimen lumpur. Bakteri ini

membutuhkan materi organik atau hidrogen sebagai sumber pereduksi. Jadi

Universitas Sumatera Utara


15

semakin banyak sulfat dan semakin banyak bahan organik akan menstimulasi

pertumbuhan dan aktivitas BPS.

CH3COO- + SO42-+ 3H+ = 2CO2 + H2S + 2H2O4H2 + SO42- + H+ = HS- + 4H2O

(Pearson, 27)

Pada Penelitian Widyawati (2007) menyatakan bahwa bakteri pereduksi

sulfat (BPS) efektif digunakan dalam proses bioremediasi tanah bekas tambang

batubara dengan waktu inkubasi 20 hari. Dengan menurunkan konsentrasi sulfat

pada tanah bekas tambang dengan efisiensi 89,76% dan meningkatkan pH tanah

bekas tambang dari 4,15 menjadi 6,66. Dari hasil penelitian Sitinjak (2016) yang

mengisolasi beberapa bakteri didapatkan bahwa bakteri LK4 yang memiliki

kemampuan yang baik pada semua kondisi pH.

Universitas Sumatera Utara


16

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Mopoli Raya Mopoli Raya Paya Rambe

II Blok 47, Kwala Simpang Aceh Tamiang dimulai pada tanggal 28 Februari 2018

sampai dengan 28 Juni 2018.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tanaman

Menghasilkan Kelapa Sawit sebagai objek yang akan diamati, tanah sulfat masam

sebagai media tanam, (CaMg(CO3)2) sebagai peningkat pH, pupuk NPK sebagai

penambah unsur hara, isolat bakteri pereduksi sulfat yang berasal dari limbah

sludge kertas Toba Pulp Lestari dengan kode 4 yang berasal dari penelitian

Sitinjak (2016) sebagai agen pereduksi sulfat, kompos tandan kosong kelapa sawit

yang berasal dari PT. Socfindo sebagai bahan amandemen tanah , bahan kimia

untuk pembuatan media (posgate-E) serta bahan lain yang digunakan pada

percobaan ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk

mengambil bahan contoh tanah, timbangan untuk menimbang bahan kimia, bahan

contoh tanah dan tanaman, ayakan tanah 10 mesh untuk menyaring contoh tanah

yang akan dianalisis, GPS (Global Positioning System) untuk menandai titik

koordinat lokasi pengambilan bahan contoh tanah, LAF (Laminar Air Flow)

sebagai tempat isolasi bakteri, autoklaf untuk mensterilkan bahan dan alat, tabung

reaksi (testtube) sebagai wadah media biakan bakteri, gelas beaker untuk

mengukur volume bahan kimia dan air, erlenmeyer sebagai wadah perbanyakan

16 Universitas Sumatera Utara


17

isolat, jarum suntik digunakan untuk memasukkan isolat murni bakteri ke dalam

kompos, serta alat lain yang digunakan untuk percobaan ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Petak Terpisah (RPT)

dengan 2 faktor yang terdiri atas:

Petak Utama : Penggenangan

P0 : Tanpa Penggenangan

P1 : Digenangi

Anak Petak : Paket Teknologi ( Bakteri Pereduksi Sulfat, Kompos TKKS dan

Pupuk N P K )

T0 : Tanpa Paket Teknologi

T1 : Paket Teknologi

Sehingga diperoleh 4 kombinasi perlakuan yaitu:

P0T0 P0T1

P1T0 P1T1

Jumlah ulangan (blok) : 6 ulangan

Jumlah petak utama :2

Jumlah anak petak :2

Jumlah unit percobaan : 24 unit

Jumlah sampel seluruhnya : 24 tanaman

Universitas Sumatera Utara


18

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam berdasarkan

model linier berikut:

Yijk = μ + ρi + αj + εij + βk + (αβ)jk + εijk


i = 1, 2, 3 j = 1, 2 ,3 ,4 k = 1, 2
Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan karena pengaruh faktor penggenangan taraf ke-j dan

faktor paket teknologi taraf ke-k pada ulangan ke-i

μ : Nilai tengah umum

ρi : Efek blok ke-i

αj : Pengaruh faktor penggenangan (petak utama) yang ke-j

εij : Pengaruh sisa untuk petak utama atau pengaruh sisa karena pengaruh

faktor T taraf ke-i pada kelompok ke-k

βk : Pengaruh faktor paket teknologi (anak petak) yang ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi faktor penggenangan yang ke-j dan paket teknologi

yang ke-k

εijk : Pengaruh sisa untuk anak petak atau pengaruh sisa karena pengaruh

faktor penggenangan taraf ke-j dan faktor paket teknologi ke-k pada

kelompok ke-i

Terhadap sidik ragam yang nyata, dilanjutkan analisis lanjutan dengan

menggunakan Uji Duncan pada taraf 5 %

(Gomez, 1995).

Universitas Sumatera Utara


19

PELAKSANAAN PENELITIAN

Penentuan Sampel

Di cari lahan sawit dengan kedalaman pirit yang sama dengan

menggunakan Peta Kedalamn Pirit yang ada di PT. Mopoli Raya.

Pengambilan Sampel Tanah

Tanah yang diambil merupakan tanah sulfat masam yang terdapat di

Kebun Kelapa Sawit Mopoli Raya Paya Rambe II Blok 47, Kwala Simpang Aceh

Tamiang. Tanah yang diambil pada lapisan pirit sesuai dengan peta kebun.

Analisis Awal Tanah

Tanah yang digunakan dalam percobaan dilakukan analisis awal untuk

menilai keadaan tanah dilapangan. Tanah yang telah diayak lalu dilakukan

pengukuran kadar air tanah untuk menentukan berat tanah yang digunakan dalam

percobaan setara berat kering oven. Analisis Aldd tanah dilakukan untuk

mengetahui kebutuhan kapur yang digunakan pada tiap perlakuan percobaan.

Dilakukan analisis awal sampel tanah seperti pH tanah, kadar sulfat tanah,

salinitas serta tekstur tanah sebagai data yang digunakan untuk mendukung

penelitian.

Tabel 1. Analisis Awal Tanah


Parameter Metode Uji Satuan Nilai Kriteria
pH Elektrometri - 2,17 Sangat Masam
Aldd Titrimetri me/100 5,47 -
KTK Titrimetri me/100 16,47 Sedang
Kejenuhan Al - % 33,21 Tinggi
Ca AAS me/100 0,9 Sangat Rendah
Mg AAS me/100 1,16 Sedang
K Flamephotometry me/100 1,51 Sangat Tinggi
Na Flamephotometry me/100 3,29 Sangat Tinggi
Kejenuhan - % 41,65 Sedang
Basa
Kadar Sulfat Spektrofotometri Ppm 1064,62 Sangat Tinggi
Salinitas Elektrometri dS/m 2,3 x 10 -5 Sangat Rendah

19 Universitas Sumatera Utara


20

Pavail Bray II Ppm 18,94 Sangat Tinggi


C Ashing % 4,39 Tinggi
N Kjeldahl % 0,32 Sedang
C/N - % 13,71 Sedang
Kadar Air Oven % 30,21 -
Kapasitas Alhricks % 45,14 -
Lapang
Tekstur Tanah
% Liat % Debu % Pasir Kelas Tekstur
44 16 40 Clay (liat)

Persiapan Paket Teknologi

Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit

Kompos yang digunakan berasal dari bahan Tandan Kosong Kelapa Sawit.

Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit didapat dari PT. Socfindo Indonesia.

Perbanyakan Isolat Bakteri Pereduksi Sulfat

Koleksi isolat Bakteri Pereduksi Sulfat unggul yang telah melewati

pengujian di laboratorium dan rumah kaca dilakukan perbanyakan dengan

menggunakan media spesifik Bakteri Pereduksi Sulfat yaitu Phosgate-E dengan

komposisi media (KH2PO4 0,5 g, NH4Cl 1 g, Na2SO4 1 g, CaCl2.6H2O 1 g,

MgCl2.7H2O 2 g, Sodium Lactate 3,5 g, Yeast Extract 1 g, Ascorbic Acid 1 g,

Thioglycolic Acid 0,1 g, Fe2SO4.7H2O 0,5 g untuk 1 L media). Diambil isolat

Bakteri Pereduksi Sulfat yang unggul dan diperbanyak pada media cair yang

dikerjakan secara steril di ruang LAF (Laminar Air Flow) dan diinkubasi pada

inkubator dengan suhu 35-40°C selama ±4hari. Pertumbuhan Bakteri Pereduksi

Sulfat dapat dilihat dengan perubahan warna media menjadi hitam.

Perhitungan Populasi Bakteri Pereduksi Sulfat

Sebelum bakteri diinokulasikan ke dalam kompos, maka dilakukan

perhitungan kepadatan sel bakteri pada media cair yang sudah ditumbuhi oleh

Universitas Sumatera Utara


21

bakteri pereduksi sulfat dengan melakukan seri pengenceran untuk melihat

kepadatan populasi bakteri. Kepadatan populasi yang dapat dimasukkan ke dalam

kompos yaitu setelah mencapai 108 sel/mL.

Pelaksanaan Perlakuan di Lapangan

Penggenangan

Pada blok 47, tanaman kelapa sawit yang tergenang (110% kapasitas

lapang) sebanyak 12 pokok. Sedangkan yang tidak tergenang sebanyak 12 pokok.

Aplikasi Paket Teknologi

Inkubasi Inokulum Kompos

Sebelum isolat bakteri diaplikasikan ke lapangan, isolat di inkubasi ke

dalam kompos. Kompos yang digunakan sebanyak 30ton/ha atau 208 kg/pokok.

Kompos diinokulasikan isolat bakteri pereduksi sulfat ke dalam kompos yang

dilakukan di lapangan dalam keadaan steril dengan menggunakan sprayer atau

gembor. Isolat murni cair tersebut dimasukkan ke dalam kompos sebanyak 10%

dari berat kering kompos atau 15ml isolat cair murni yang diaplikasikan pada

kompos. Kemudian inokulum kompos diinkubasi di lapangan dengan terpal

selama ± seminggu.

Aplikasi Inokulum Kompos

Inokulum kompos bakteri pereduksi sulfat yang dapat diaplikasikan dapat

dilihat dengan pertumbuhannya pada kompos ditandai dengan adanya gelembung

pada permukaan kompos. Inokulum kompos bakteri pereduksi sulfat yang

diaplikasikan ke lapangan merupakan media carrier isolat bakteri pereduksi sulfat.

Kemudian kompos ini diaplikasikan ke tanah dengan menabur di sekitar piringan

tanaman kelapa sawit sesuai perlakuan.

Universitas Sumatera Utara


22

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat dua minggu setelah penanaman dengan

teknik sebar pada piringan kelapa sawit dengan dosis pupuk 100 kg/ha atau 3,5

kg/pokok.

Peubah Amatan

Jumlah Tandan

Jumlah tandan yang dihitung adalah jumlah tandan dari satu pokok

tanaman kelapa sawit. Pengamatan jumlah tandan dilakukan pada bulan Februari

dan Juni 2018 atau 4 bulan setelah aplikasi.

Berat Janjang Rata-rata ( BJR )

Berat Janjang Rata-rata ( BJR ) yang dihitung adalah berat janjang dari

satu pokok kelapa sawit yang dihitung menggunakan timbangan di Tempat

Pengumpulan Hasil ( TPH ). Pengamatan dilakukan pada bulan Februari dan Juni

2018 atau 4 bulan setelah aplikasi.

Universitas Sumatera Utara


23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Tandan

Nilai rataan jumlah tandan buah kelapa sawit setelah aplikasi dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Jumlah Tandan setelah aplikasi


Paket Teknologi
T0 (Tanpa
Penggenangan T1 (BPS, Kompos Rataan
Paket
TKKS dan Pupuk N P K)
Teknologi)
……………………...Tandan………..……….
P0 (Tanpa Penggenangan) 18.50 14.33 16.42
P1 (Digenangi) 12.83 16.17 14.50
Rataan 15.67 15.25
Keterangan : angka-angka yang sama dengan huruf yang sama menyatakan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan tabel 1. yang ditampilkan di atas diperoleh bahwa rataan

tertinggi uji paket teknologi dan penggenangan terhadap jumlah tandan adalah

pada perlakuan P0T0 sebesar 18,50 tandan dan rataan terendah adalah pada

perlakuan P1T0 sebesar 12,83 tandan . Berdasarkan hasil analisis sidik ragam

bahwa uji paket teknologi dan penggenangan terhadap produksi kelapa sawit

dengan berpengaruh tidak nyata.

Berat Janjang Rata-rata

Nilai rataan berat janjang rata-rata buah kelapa sawit setelah aplikasi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Berat Janjang Rata-rata setelah aplikasi


Paket Teknologi
T0 (Tanpa
Penggenangan T1 (BPS, Kompos Rataan
Paket
TKKS dan Pupuk N P K)
Teknologi)
…………………….......Kg.………..………….
P0 (Tanpa Penggenangan) 19.10 21.35 20.23
P1 (Digenangi) 19.72 20.30 20.01
Rataan 19.4a 20.83a
Keterangan : angka-angka yang sama dengan huruf yang sama menyatakan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%

23 Universitas Sumatera Utara


24

Berdasarkan tabel 2 bahwa rataan tertinggi uji paket teknologi dan

penggenangan terhadap jumlah tandan adalah pada perlakuan P0 adalah 20,23

dan pada perlakuan P1 adalah 20,01. Berdasarkan uji sidik ragam pemberian

paket teknologi berpengaruh nyata meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit.

Namun interaksinya bahwa perlakuan tanpa paket teknologi (T0) tidak berbeda

secara nyata dengan perlakuan paket teknologi (T1). Dari hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa pemberian paket teknologi mampu meningkatkan berat

janjang rata-rata sebanyak 1,43 kg.

Pembahasan

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rataan uji paket teknologi dan

penggenangan terhadap produksi kelapa sawit pada perlakuan P0T0 sebesar 18,50

sedangkan P0T1 sebesar 14,33. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor – faktor

produksi seperti jumlah pupuk yang kurang sesuai, curah hujan yang tinggi,

tenaga kerja, umur tanaman, SPH dan kondisi tanaman yang kurang sehat.

Menurut Darmosarkoro dan Winarna (2007) bahwa peningkatan hasil produksi

TBS tidak terlepas dari pengaruh faktor – faktor penentu produksi. Kurangnya

satu faktor produksi atau lebih akan berdampak pada pencapaian produksi yang

diharapkan. Faktor – faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap

pencapaian produksi TBS adalah faktor jumlah pupuk, curah hujan, tenaga kerja,

umur tanaman, SPH dan kondisi tanaman.

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rataan uji paket teknologi dan

penggenangan terhadap produksi kelapa sawit pada perlakuan P1T0 sebesar 12,83

sedangan P1T1 sebesar 16,17. Hal ini diduga karena pemberian unsur hara yang

cukup untuk tanaman kelapa sawit karena pada umumnya genangan air yang

Universitas Sumatera Utara


25

semakin lama pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan kerusakan fungsi

daun, titik tumbuh dan sistem perakaran. Menurut Balai Informasi Pertanian

Banda Aceh (1986) bahwa tanaman kelapa sawit yang terendam air akibat luapan

pasang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

selanjutnya. Untuk memulihkan keadaan tanaman, maka diperlukan unsur hara

yang cukup dan dapat dengan cepat diserap oleh tanaman tersebut.

Menurut Lakitan (1997) akibat penggenangan terlalu lama akan terjadi

terjadi perubahan morfologi akar dan keadaan ini dapat menggangu hubungan

antara bagian atas tanaman dengan akar. Adanya gangguan pada akar akan

mneurunkan laju transpirasi sehingga dapat mempengaruhi produksi dari tanaman

kelapa sawit.

Menurut Robianto (2012) dalam Warjianto (2014) bahwa akibat

penggenangan pada tanaman adalah peningkatan kandungan lengas tanah di atas

kapasitas lapangangan, menimbulkan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman, menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang

mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar. Pada kondisi tergenang,

kandungan O2 yang tersisa di tanah lebih cepat habis bila ada tanaman, sehingga

terhadi hipoksia yaitu keadan lingkungan kekurangan O2 dan juga dapat terjadi

anoksia yaitu keadaan lingkungan tanpa O2 (mengalami cekaman aerasi).

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rataan uji paket teknologi dan

penggenangan terhadap produksi kelapa sawit pada perlakuan T0 sebesar 19,4

sedangkan T1 sebesar 20,83. Hal ini diduga karena pemberian paket teknologi

yang dosisnya sudah sesuai sehingga dapat meningkatkan rataan berat janjang

sebesar 1,43 kg. Menurut Ckhorrahman (2014) bahwa peningkatan produksi

Universitas Sumatera Utara


26

kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang

baik, salah satunya adalah pemupukan. Pemupukan merupakan kunci kesuburan

tanaman karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan atau menambah

unsur yang telah diserap oleh tanaman kelapa sawit.Unsur yang paling utama

dibutuhkan oleh tanaman adalah untuk Nitrogen (N), Pospor (P), dan Kalium (K)

memiliki fungsi yaitu untuk merangsang pertumbuhan batang, cabang dan daun.

Menurut Rukmana (1997) bahwa melalui pemupukan diharapkan dapat

memperbaiki kesuburan tanah antara lain mengganti unsur hara yang hilang

karena pencucian dan yang terangkut saat panen. Pemberian pupuk urea, TSP dan

KCl sebagai sumber N, P dan K merupakan usaha untuk meningkatkan produksi

tanaman.

Salah satu pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk TKS. Menurut

Hayat dan Andayani (2014) bahwa tandan kosong kelapa sawit dapat

dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur

hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit

mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai

alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.

Keunggulan kompos tandan kosong kelapa sawit meliputi: kandungan kalium

yang tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara

yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi.

Kadar hara kompos tandan kosong kelapa sawit mengandung N total (1,91%),

K (1,51%), Ca (0,83 %), P (0,54 %), Mg (0,09%), C- organik (51,23%), C/N ratio

26,82 %, dan pH 7,13.

Universitas Sumatera Utara


27

Pada perlakuan paket teknologi, pemberian Kompos TKKS, Bakteri

Pereduksi Sulfat dan Pupuk NPK (20,83 kg) merupakan perlakuan tertinggi pada

berat janjang rata-rata karena tanaman kelapa sawit membutuhkan hara yang

cukup untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi, yang mana hara tersebut

bisa tersedia apabila sulfat pada tanah sulfat masam dapat tereduksi, yang mana

pada perlakuan ini Bakteri Pereduksi Sulfat akan optimal dalam mereduksi sulfat

apabila diberi Carrier. Hal ini didukung dengan pernyataan Noor (2004) yang

menyatakan bahwa dalam konteks tanah sulfat masam, kompos humus (bahan

organik) mempunyai fungsi untuk menurunkan suasana reduksi, karena dapat

mempertahankan kelembapan tanah.

Menurut Baumgartner et al (2006) Bakteri pereduksi sulfat sudah

mengalami evolusi, yang mana sekarang beberapa dari bakteri tersebut mampu

hidup pada keadaan oksidasi dan bahkan bisa berespirasi dengan oksigen dan

nitrat. Bakteri pereduksi sulfat juga mempunyai mekanisme adaptasi terhadap

radikal bebas dalam kondisi oksidasi. Akhirnya bakteri pereduksi sulfat

menunjukkan sangat aktif di zona litifikasi.

Universitas Sumatera Utara


28

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penggenangan tidak dapat dalam meninngkatkan produksi kelapa sawit

pada tanah sulfat masam di PT. Mopoli Raya.

2. Pemberian Paket Teknologi dapat meningkatkan produksi kelapa sawit

pada tanah sulfat msam di PT. Mopoli Raya

3. Interaksi penggenangan dan pemberian paket teknologi tidak berbeda

nyata pada parameter berat janjang dalam meningkatkan produksi kelapa

sawit pada tanah sulfat masam di PT. Mopoli Raya.

Saran

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan saran yang dapat diberikan

oleh penulis, yaitu penggenangan pada tanah sulfat masam dapat diteliti lebih

lanjut dan diperlukan perpanjangan waktu penelitian untuk mendapatkan hasil

yang maksimal di penelitian selanjutnya.

28 Universitas Sumatera Utara


29

DAFTAR PUSTAKA

Adhi W. dan Alihamsyah, 1998. Pengembangan Lahan Pasang Surut: Potensi,


Prospek dan Kendala serta Teknologi Pengelolaannya Untuk Pertanian.
Prosiding Seminar Nasional Himpunan Ilmu Tanah Jawa Timur. Malang.

Atlas, R. and R. Bertha. 1993. Microbial Ecology: Fundamentals and


Applications. 3rd ed. The Benjamin Cumming Publ. Com. Inc.

Balai Informasi Pertanian Banda Aceh. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Banda
Aceh: Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian.

Baumgartner, L.K., R.P. Reid, C. Dupraz, A.W. Decho, D. H. Buckley, J.R.


Spear, K.M. Przekop, P.T. Visscher, 2006. Sulfate Reducing Bacteria in
Microbial Mats : Changing Padaradigms, New Discoveries. El Sevier.
Sedimentery Geology 185 hal 131-145

Darmosarkoro, W. dan S. Rahutomo. 2007. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai


Bahan Pembenah Tanah. Jurnal Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit
Edisi1. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, C3:167-180.

Darmosarkoro, W. dan Winarna. 2007. Penggunaan TKS dan Kompos TKS untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Jurnal Lahan dan
Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, C4:181
194.

Darnoko, D dan T. Sembiring. 2005. Sinergi antara perkebunan kelapa sawit dan
pertanian tanaman pangan melalui aplikasi kompos TKS untuk tanaman
padi. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005: Peningkatan Produktivitas
Kelapa Sawit Melalui Pemupukan dan Pemanfaatan Limbah PKS. Medan
19-20 April.

Dent,D. 1986. Acid sulphate soils: A basleine for research and development.
Publication No. 39 ILRI, Wageningen, The Netherlands.

Ditjen PPHP. 2006. Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit
Pengelolaan Lingkungan. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian.

Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. 8th ed. John Willey & son. New
York.

Hanafiah, A.S, T. Sabrina, H. Guchi. 2009. Ekologi dan Biologi Tanah. USU
Press. Medan.

Hasibuan, B.E. 2008. Pengelolaan Tanah dan Air Lahan Marginal. USU. Medan.

29 Universitas Sumatera Utara


30

Hayat, E. S., S. Andayani. Pengelolaan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit dan
Aplikasi Biomassa Chromolaena Odorata terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Padi Serta Sifat Tanah Sulfaquent. Jurnal Teknologi Pengelolaan
Limbah Vol 17(2) hal 44-51.

Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Lakitan, B. 1997. Fisiologi Tanaman Pada Kondisi Rizosfer Kekurangan Oksigen.


Universitas Sriwijaya Palembang.
Lingga P & Marsono. 2001. Petunjuk Pengunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarja

Marsono dan Paulus Sigit. 2002. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Moodie, A.D. and W.J. Ingledew. 1991. Microbial anaerobic respiration. In


A.H. Rose and D.W. Tempest (eds) Advance in Micronial Physiology.
Vol. 31. Academic Press, Ltd.

Noor, M. 2004. Lahan Rawa Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat
Masam. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Pearson, H. 2003. Microbial Interaction In Facultative and Maturation Ponds.


The Handbook of Water and Wastewater Microbiology. An Imprint ol El
sevier. USA.

Rukmana, R. 1997. Jagung. Kanisius. Yogyakarta. 84 hlm.

Sabiham, S., TB, Prasetyo and S. Dohong, 1997. Phenolic acid in Indonesian peat.
In Biodiversity and sustainability of tropical peat and peatland. Samara
Publishing Ltd. Cardigan. UK.

Safuan, L. D. 2002. Kendala Lahan Kering Masam Daerah Tropika dan Cara
Pengelolaannya. Makalah Filsafat Sains.

Sanchez, Pedro A. 1992. Sifat dan Pengelolaan tanah Tropika Jilid 1, 2. Bandung :
Penerbit ITB.

Sitinjak, M. A., dan Asmarlaili, S. H., 2017. Isolasi dan Uji Potensi Bakteri
Pereduksi Sulfat dari Berbagai Sumber Terhadap Perubahan Media
Tumbuh di Lobarotarium. SKRIPSI. USU. Medan.

Sudarno, Y., Asmarlaili, S. H., Mariani., S., 2017. Uji Potensi Isolat Bakteri
Pereduksi Sulfat Terhadap Perubahan Kemasaman Tanah Sulfat Masam
Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung Dengan Kondisi Air Tanah Berbeda
Di Rumah Kasa. SKRIPSI. USU. Medan.

Universitas Sumatera Utara


31

Warjianto. 2014. Respon Pertumbuhan Bibit Tanaman Kelapa Sawit


(Elaeis guinennsis Jacq.) Main Nursery Terhadap Perlakuan Lama
Penggenangan. Jurnal. Program Studi Agroteknoogi Fakultas Pertanian.
Universitas Musi Rawas. Lubuk Linggau.

Widyati, E. 2007. Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat untuk Bioremediasi


Tanah Bekas Tambang Batubara. BIODIVERSITAS 8 (3): 283-286.

Widyati, E., 2011. Kajian optimasi pengelolaan lahan gambut dan Isu perubahan
iklim. Tekno Hutan Tanaman 4(2):57-68.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Peta Blok Afdeling Paya Rambe 1 dan 2

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Peta Kedalaman Pirit Afdeling Paya Rambe 1 dan 2

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Peta Sebaran pH Tanah

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Plot Penelitian

P1 P0 P1
T0 1 T0 1 T1 1 T1 1
T0 2 T0 2 T1 2 T1 2
T0 3 T0 3 T1 3 T1 3
T0 4 T0 4 T1 4 T1 4
T0 5 T0 5 T1 5 T1 5
T0 6 T0 6 T1 6 T1 6

Lampiran 5. Data Berat Janjang Rata-Rata

Ulangan
Penggenangan Teknologi Jumlah Rataan
1 2 3 4 5 6
T0 19,1 19,8 19,8 19,7 19,6 16,6 114,6 19,1
P0
T1 23,5 19,6 21,6 21,3 20,8 21,3 128,1 21,35
Jumlah 42,6 39,4 41,4 41 40,4 37,9 242,7
T0 19,2 19,6 18,3 20,7 19,9 20,6 118,3 19,71667
P1
T1 20,6 18,3 21,4 22 21,2 18,3 121,8 20,3
Jumlah 39,8 37,9 39,7 42,7 41,1 38,9 240,1
Total 82,4 77,3 81,1 83,7 81,5 76,8 482,8 20,11667

Lampiran 6. Data Sidik Ragam Berat Janjang Rata-Rata

SK db JK FK Fhit F5%
Ulangan 5 9,783333 1,95667 2,41068 5,05033 tn
Petak Utama (P) 1 0,281667 0,28167 0,34702 6,60789 tn
Galat (a) 5 4,06 0,81167
Anak Petak (T) 1 12,04167 12,0417 6,29739 4,9646 *
Interaksi PxT 1 4,17 4,16667 2,17903 4,9646 tn
Galat (b) 10 19,12 1,91217
Total 23 49,45

KK (a) 4,48%
KK (b) 6,87%

Ket : KK = Koefisien Keragaman

tn = Tidak Nyata, * = Nyata, ** = Tidak Nyata

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Data Jumlah Tandan

Ulangan
Penggenangan Teknologi Jumlah Rataan
1 2 3 4 5 6
T0 16 38 21 17 10 9 111 18,5
P0
T1 9 20 17 14 17 9 86 14,33333
Jumlah 25 58 38 31 27 18 197
T0 12 19 18 14 7 7 77 12,83333
P1
T1 21 18 18 17 8 15 97 16,16667
Jumlah 33 37 36 31 15 22 174
Total 58 95 74 62 42 40 371 15,45833

Lampiran 8. Data Sidik Ragam Jumlah Tandan

SK db JK KT Fhit F5%
Ulangan 5 533,208 106,642 3,67202 5,05033 tn
Petak Utama (P) 1 22,0417 22,0417 0,75897 6,60789 tn
Galat (a) 5 145,21 29,0417
Anak Petak (T) 1 1,04167 1,04167 0,04821 4,9646 tn
Interaksi PxT 1 84,375 84,375 3,90474 4,9646 tn
Galat (b) 10 216,08 21,6083
Total 23 1001,96

KK (a) 34,86%
KK (b) 30,07%

Ket : KK = Koefisien Keragaman

tn = Tidak Nyata, * = Nyata, ** = Tidak Nyata

Universitas Sumatera Utara

You might also like