1491-Article Text-5397-1-10-20210129

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman

https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/intelektual/index
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
p-ISSN: 1979-2050/e-ISSN: 2685-4155

Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo

Achmad Hidayat1, Zaenal Arifin2


1
Institut Agama Islam Tribakti Kediri, 2Institut Agama Islam Tribakti Kediri
1
achmadhidayat@gmail.com, 2zae.may13 @email.com

Abstract
This article examines the idea of ‘fikih kebangsaan’ in Pesantren Lirboyo Kediri. This
idea was born, after the bahstul Masa'il was carried out by Himpunan Alumni Santri
Lirboyo (Himasal) by responding to issues that occurred in this country. The method
used is referring to the results of the Alim Ulama National Conference regarding
methods of lawmaking, including qauli, ilhaqi and manhaji. Indirectly, in an academic
context, this ‘fikih kebangsaan’ is a branch, or further study of scientific discussion in
the form of ‘fikih nusantara’, which is also a further specification of ‘Islam
Nusantara’. Within the pesantren itself, the idea of ‘fikih kebangsaan’ is narrated in
the form of a book which is disseminated, discussed and publicized, and used as the
subject of the pesantren. So that it can be seen, from here that Pesantren Lirboyo
Kediri has an orientation to contribute to national problems, namely the issue of
nationality. The results show that the idea of ‘fikih kebangsaan’ in Pesantren Lirboyo
emerged on the basis of the anxiety experienced by the alumni of the Lirboyo
pesanten. This idea manifests itself in the form of: a). the book that was distributed.
b). discussed in a public seminar. c). used as subjects in the pesantren.

Key Word: National Fiqh, Pesantren Lirboyo

Abstrak
Artikel ini mengulas mengenai gagasan fikih kebangsaan yang ada di pesantren
Lirboyo Kediri. Gagasan ini lahir, setelah dilakukannya bahstul masa’il yang
dilakukan oleh para Himpunan Alumni Pesantren Lirboyo (Himasal) dengan
merespon isu-isu yang terjadi di tanah air ini. Metode yang digunakan yaitu mengacu
pada hasil Munas Alim Ulama mengenai metode pengambilah hukum, di antaranya
yaitu qauli, ilhaqi dan manhaji. Secara tidak langsung, dalam konteks akademik, fikih
kebangsaan ini merupakan suatu cabang, atau kajian lebih lanjut dari diskusi keilmuan
berupa fikih Nusantara, yang mana fikih Nusantara ini juga merupakan spesifikasi
lebih lanjut dari Islam Nusantara. Di dalam pesantren sendiri, gagasan fikih
kebangsaan ini dinarasikan dalam bentuk buku yang disebarluaskan, didiskusi
publikkan, dan dijadikan mata pelajaran pesantren. sehingga dapat terlihat, dari sini
bahwa pesantren Lirboyo mempunyai orientasi ikut andil terhadap permasalahan
nasional, yaitu isu kebangsaan. Hasilnya menunjukkan bahwa gagasan fikih
kebangsaan di pesantren Lirboyo muncul atas dasar kegelisahan yang dialami oleh
para alumni pesanten Lirboyo. Gagasan tersebut termanifestasikan dalam bentuk: a).
buku yang disebarluaskan. b). didiskusikan dalam seminar publik. c). dijadikan mata
pelajaran di dalam pesantren.

Kata Kunci: Fikih Kebangsaan, Pesantren Lirboyo


Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
315
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

Pendahuluan Sebenarnya yang perlu diamati dari


Melihat pada penelitian yang penelitian yang dilakukan oleh Khoirul Fata
dilakukan oleh Mohamad Khoirul Fata, bukanlah terletak pada terjadinya polarisasi
“Membaca Polarisasi Santri Dalam dalam tubuh santri. Jika menelusuri
Kontekstasi Pilpres 2019”, terlihat bahwa pandangan para ahli yang mengkaji fenomena
santri terpecah menjadi dua varian. Secara polarisasi santri, varian santri radikal
tidak langsung, pengamatan yang dilakukan sebenarnya sudah masuk pada tabel catatan
atas fenomena sosial tentang populisme Islam para peneliti sebelumnya, baik Yon
(santri) dan setiap narasi yang digaungkannya, Machmudi2 maupun Najib Burhani.3 Hanya
polarisasi tersebut terwakili oleh varian santri saja yang dilakukan oleh Khoirul Fata adalah
radikal dan santri moderat. Seperti yang penyempitan sekat pada konteks polarisasi
terjadi pada diri santri radikal, acap kali santri, yakni pada kontestasi Pilpres 2019.
tuntutan yang dilakukan ketika turun jalan Perihal yang harus menjadi perhatian dalam
sebagai bentuk berdemokrasi, alih-alih konteks tersebut adalah, terlihat dengan begitu
menginginkan penegakan dasar maupun jelas ada upaya secara terang-terangan untuk
hukum negara harus menggunakan Syariat mengganti dasar negara menjadi Khilafah.
Islamiyah, atau sistem Khilafah. Narasi-narasi Upaya penegakan hukum Islam dalam
stereotype juga mereka labelkan terhadap versi Khilafah seperti yang diusung oleh HTI,
pemerintah, seperti halnya antek asing, PKI, bukanlah fenomena baru dalam sejarah
maupun #2019Gantipresiden. Berbeda pergolakan upaya mengganti dasar negara.
dengan santri radikal, santri moderat Dalam paparannya Ali Sodiqin “Genealogi
diidentikkan dengan Islam Nusantara, yang Gerakan Penegakan Syari’at Islam Di
dinilai cocok dengan budaya, Pancasila, Indonesia”, jelas pada awal kemerdekaan pun
maupun Bhinneka Tunggal Ika. Mereka juga upaya penegakan hukum tersebut sudah
tidak terlibat dalam upaya memproduksi suatu terjadi. Pada awal penentuan dasar negara
wacana buruk terhadap pemerintah.1 yang disepakati dengan Pancasila, umat Islam

1
Mohamad Khoirul Fata, “Membaca Polarisasi Santri no. 1 (1 Juni 2008): 69,
Dalam Kontestasi Pilpres 2019,” Jurnal Dinamika https://doi.org/10.15642/JIIS.2008.2.1.69-102.
3
Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan Dalam pandangan Najib Burhani varian satri terdapa
Vol.18, no. 2 (November 2018). enam varian, diantaranya tradisionalis, modernis,
2
Machmudi membagi varian santri menjadi tiga neo-modernis, neo-revivalis, radikalis dan libera.
diantaranya yang pertama santri convergent, kedua Ahmad Najib Burhani, “Geertz’s Trichotomy Of
santri radical, dan ketiga, santri global. Yon Abangan, Santri, and Priyayi: Controversy and
Page316

Machmudi, “The Emergence Of New Santri In Continuity,” JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM 11,
Indonesia,” JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM 2, no. 2 (4 Desember 2017): 329,
https://doi.org/10.15642/JIIS.2017.11.2.329-350.

Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

terbagai tiga kelompok. Kelompok pertama Meskipun upaya penggantian dasar


umat muslim yang menerima Pancasila negara memuncak pada pembubaran HTI,
sebagai konsensus dasar bernegara, dan tidak semerta-merta ideologi mereka ikut
dinilai sebagai alternatif terbaik bagi bangsa terkubur. Senada dengan analisis Abdul
Indonesia yang majemuk.4 Qohar dan Kiki Muhamad Hakiki, setelah
Kedua adalah kelompok Islam HTI dibubarkan, gerakan eks-HTI akan
nasionalis. Mereka tetap memperjuangkan berpindah haluan masuk ke partai yang
formalisasi syari’at melalui partai politik. mempunyai kemiripan ideologi, seperti Partai
Kelompok ini diwakili oleh Muhammad Kesejahteraan Sosial (PKS), Partai Amanat
Natsir, Burhanuddin Harapan, dan Sukiman. Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB),
Mereka mendirikan partai Majelis Syura dan Partai Pesatuan Pembangunan (PPP). Hal
Muslimin Indonesia (Masyumi) yang ini dimungkinkan karena pada umumnya
mengakomodir semua potensi kekuatan partai bersifat pragmatis dan tidak
politik kalangan umat Islam. Sedangkan mementingkan latar belakang seseorang,
kelompok yang ketiga adalah kalangan umat asalkan partai tersebut mendapatkan
Islam yang menghendaki penerapan syari’at keuntungan elektoral dari masanya.6 Selain
Islam dalam bernegara melalui jalur militer. itu, pada penyebaran ideologi melalui media
Kelompok ini terkenal dengan Istilah Darul pasca pembubaran juga masif dilakukan, baik
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), yang media cetak maupun media online baik berupa
diploklamirkan oleh Sekarmadji Maridjan youtube maupun instagram. Dan umumnya
Kartosoewirjo pada 7 agustus 1949. Mereka nama akun diganti, tetapi isinya masih
berusaha mendirikan Negara Islam Indonesia menyebarkan ideologinya.7 Ini menunjukkan
(NII) yang terpisah dengan Republik bahwa upaya penyebaran ideologi mereka
Indonesia. Dalam perkembangannya NII masih dilakukan.
menyebar ke berbagai wilayah di Jawa Di tengah hiruk-piruk kegaduhan
Tengah (dipimpin oleh Amir Fattah), dengan adanya paham radikal konservatif,
Sulawesi Selatan (Kahar Muzakkar), Aceh Pesantren Lirboyo mengeluarkan suatu
(Daud Beureuh), Kalimantan Selatan (Ibnu gagasan ‘Fikih Kebangsaan’ yang merupakan
Hajar).5 sebuah counter dari paham radikal konservatif
tersebut. Atas dasar ini, peneliti tertarik untuk

4
Ali Sodiqin, “Genealogi Gerakan Penegakan Syari’at Pasca Pembubaran,” KALAM 11, no. 2 (31 Desember
Islam Di Indonesia,” Al-Mazāhib Vol. 3, no. 1 (Juni 2017): h. 390,
Page317

2015): h. 25. https://doi.org/10.24042/klm.v11i2.1403.


5
Sodiqin, h. 26-27. 7
Siti Nur Fitriyana, “Fenomena Dakwah Eks-HTI
6
Abd Qohar dan Kiki Muhamad Hakiki, “Eksistensi Pasca Di Bubarkan,” Islamic Comunication Journal
Gerakan Idiologi Transnasional HTI Sebelum dan Vol. 4, no. 2 (Juli 2019): h. 204-207.
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

mengupas tema tentang fikih kebangsaan wawancara dengan penyusun buku fikih
yang ada di Pesantren Lirboyo Kediri. kebangsaan, mustahiq, dan santri itu sendiri
sebagai data primer. Hal yang ingin digali
Metode Penelitian dalam wawancara ini adalah informasi
Berdasarkan permasalahan yang mengenai fikih kebangsaan, baik pra maupun
diajukan dalam penelitian, maka bentuk pasca lahirnya gagasan fikih kebangsaan di
peneliti yang digunakan adalah penelitian Pesantren Lirboyo. Kedua adalah observasi,
kualitatif dengan tipe penelitian Studi Kasus yang merupakan pengamatan dan pencatatan
(Case Study). Dalam penelitian studi kasus yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
ini, peneliti melakukan pengumpulan data dan diteliti.10 Metode observasi atau pengamatan
informasi secara mendalam mengenai hal-hal ini peneliti gunakan sebagai upaya
yang berkaitan dengan narasi fikih pengecekan secara langsung untuk
kebangsaan di Pesantren Lirboyo Kediri. mengetahui bagaimana narasi fikih
Adapun data yang menjadi acuan dalam kebangsaan di Pesantren Lirboyo. Ketiga
penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:8 a). adalah penggalian terhadap dokumentasi.
data primer, yang diwakili oleh penyusun Metode ini peneliti gunakan untuk
buku fikih kebangsaan, mustahiq (wali kelas), mengumpulkan data tentang narasi fikih
dan santri; b). data sekunder, yaitu data-data kebangsaan di Pesantren Lirboyo Kediri yang
yang mendukung informasi mengenai fikih didokumentasikan untuk melengkapi data
kebangsaan di luar data primer yang telah yang diperlukan.
disebutkan. Baik berupa dokumentasi yang Dalam analisis data, peneliti membagi
berkaitan dengan kegiatan fikih kebangsaan dalam tiga tahapan, di antaranya adalah data
maupun yang lainnya. reduction, data display, dan conclusion
Sedangkan metode yang digunakan drawing/verification.11 Pada tahap reduksi,
untuk penggalian data di antaranya adalah: peneliti memilah dan memilih dari berbagai
Pertama adalah wawancara, wawancara data yang ditemukan di lapangan. Peneliti
sendiri merupakan upaya pengumpulan data mengelompokkan dan mengaitkan berbagai
yang dilakukan dengan tanya jawab langsung data yang memiliki keterkaitan dengan fikih
maupun tidak langsung terhadap narasumber.9 kebangsaan di Pesantren Lirboyo. Pada tahap
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan display, peneliti menyajikan data dengan

8 10
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode
Page318

Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2016), h. 209. Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 54.
9 11
Abdurrahman Fathoni, Metode Penelitian dan Sugiyono, Metode Penelitan Kuantitatif, Kulitaif,
Penyusunan Skripsi (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 246.
103
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

memberikan uraian singkat berupa data yang berdekatan dengan Jakarta yang merupakan
sudah terpilih berupa narasi. Sedangkan pusat dari penyebaran radikal konservatif
dalam tahap terakhir berupa penarikan keagamaan, hal ini menjadikan daerah ini
kesimpulan. Kesimpulan ini berupa suatu begitu mudah terpapar dengan faham seperti
gambaran atau penjelasan secara deskriptif itu.12 Dalam pemantuan yang dilakukan oleh
dari sesuatu yang masih samar-samar berupa Setara Institute Jawa Barat menempati posisi
asumsi terhadap fikih kebangsaan di pertama dalam kasus kekerasan
Pesantren Lirboyo Kediri. beragama/keyakinan.13 Lebih lanjut dari pada
Akan tetapi, dalam penelitian ini yang ini, menjelang momen Pilpres 2019 santri
perlu diperhatikan adalah dalam pengalian terpolarisasi menjadi dua kategori, yaitu santri
data yang tidak bisa begitu maksimal. Hal ini radikal konservatif dan juga santri moderat.14
terjadi, karena penelitian ini dilakukan dalam Selaras dengan apa yang dirasakan
masa pandemi Covid-19, yang oleh Himpunan Alumni Santri Lirboyo
mengakibatkan peneliti tidak bisa leluasa (Himasal), bahwasanya fenomena seperti itu
dalam menggali data yang berkaitan dengan juga dialami oleh sebagian alumni sendiri,
tema yang peneliti ambil. khususnya yang berasal dari Jawa Barat. Dari
sebagian alumni tersebut, mereka tidak
Hasil Penelitian dan Pembahasan memahami manḥaj politik para masyayyih.
Motif Lahirnya Gagasan Fikih Akibatnya, ketika mereka sudah berada di
Kebangsaan bawah akar rumput masyarakat sangat mudah
Dengan melihat hasil survei yang terpengaruh dengan ideologi atau manḥaj
dipaparkan dalam Forum Koordinasi politik uang berbeda dengan para masyayyih.
Penanggulangan Terorisme Jawa Barat yang Ironisnya, perbedaan atas dasar
menunjukkan angka radikalisme di Jawa ketidakpahaman tersebut diekspresikan
Barat menurun, secara tidak langsung dapat dengan bentuk caci-maki terhadap para
dilihat bahwa Jawa Barat yang masyarakat masyayikh, khususnya dari kalangan tokoh-
lokalnya mempunyai prinsip nilai asah, asih, tokoh NU. Kesadaran seperti inilah yang
dan asuh ini sebenarnya jauh dari tindakan menggerakkan Himasal untuk mengkaji isu-
radikalisme konservatif keagamaan. Akan isu kebangsaan dengan prespektif fikih
tetapi, karena secara geografi daerah ini dengan mengadakan bahtsul masa’il.

12
Pikiran Rakyat, “Hasil Survei BNPT, Indeks Potensi 13
Ismail Hasani, et.all, Radikalisme Agama di
Radikalisme di Jawa Barat Menurun - Pikiran- Jabodetabek & Jawa Barat: Implikasinya terhadap
Page319

Rakyat.com,” diakses 4 Agustus 2020, Jaminan Kebebasan Beragama/ Berkeyakinan


https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr- (Jakarta: Publikasi SETARA Institute, 2011), h. 39.
01322329/hasil-survei-bnpt-indeks-potensi- 14
Fata, “Membaca Polarisasi Santri Dalam Kontestasi
radikalisme-di-jawa-barat-menurun. Pilpres 2019.”
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

Selain atas dasar kesadaran terhadap muamalah ini dapat berubah-rubah


fenomena yang terjadi, alasan lain yang (mutaghayirat) sesuai dengan keadaan suatu
menopang lahirnya gagasan fikih kebangsaan daerah yang dapat memengaruhinya, baik
ini adalah karena program pendidikan yang dengan tinjauan adat kebiasaan maupun
ada di Ma’had Aly pesantren Lirboyo adalah kemaslahatan. Bentuk-bentuk muamalah
Fikih dan Ushul Fikih dengan takhassus yang masuk dalam kategori ini di antaranya
(konsentrasi) Kebangsaan. Sehingga adalah mumalah jual beli, ahwal al-
merupakan suatu kewajiban tersendiri bagi syakhsiyah, jinayah, qadla (pengadilan), dan
Pesantren Lirboyo untuk untuk mengupas isu- siyasah.15
isu kebangsaan dengan perspektif fikih. Dari berbagai bentuk kajian muamalah
Awalnya, hasil dari bahstul masa’il ini ini, jika dikontekstualisasikan dalam horizon
dibukukan sebagai pegangan para alumni nusantara dinamakan dengan terminologi
ketika sudah berada di masyarakat. Akan Fikih Nusantara. Yaitu hasil dari jawaban
tetapi, karena permintaan masyarakat umum, berupa hukum fikih yang mengkaji
buku ini dicetak sampai beberapa kali untuk permasalahan yang ada di nusantara, dengan
disebarluaskan kepada masyarakat umum. mendialogkan antara teks syariat dengan
Hingga saat ini, kajian bahstul masail dengan konteks keadaan di daerah tersebut, baik ‘urf
tema kebangsaan sudah dilakukan yang ketiga (kebiasaan) maupun kemaslahatan. Dan
kalinya, dan sudah dibukukan semua. tentunya sama sekali tidak menyentuh hukum
mahdlah.16 Seperti halnya Kompilasi Hukum
Terminologi Fikih Kebangsaan Islam (KHI), hukum kehalalan suatu hewan
Sebelum memasuki penjelasan fikih yang memang hanya ada di wilayah nusantara
kebangsaan, perlu diketahui bahwasanya ini, maupun sistem negara yang cocok dengan
hukum itu terbagi menjadi dua, yaitu hukum wilayah nusantara yang mempunyai corak
mahdlah dan goiru mahdlah. Hukum madhlah yang sangat beragam.
ini bersifat konstan dan tidak bisa berubah Sesuai dengan pengantar perbedaan
(tsawabit) sesuai yang telah ditawarkan oleh hukum antara mahdlah dan muamalah
berbagi ulama pendiri madzhab dan para tersebut, dapat terlihat bahwasanya siyasah ini
penerusnya. Seperti halnya hukum-hukum merupakan kajian yang masuk dalam hukum
yang ada pada salat, puasa, zakat, dan haji. muamalah, sehingga dapat berubah seriring
Sedangkan hukum ghairu mahdlah atau kebutuhan zaman. Termasuk adalah siyasah
Page320

15 16
M. Noor Harisudin, Pengantar Ilmu Fikih (Surabaya: M. Noor Harisudin, Fiqh Nusantara: Pancasila dan
Pena Salsabila, 2016), h. 16-19. sistem hukum nasional di Indonesia (Tangerang:
Pustaka Compass, 2019), h. 25.
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

yang nantinya akan menjadi fokus kajian fikih pengamalannya bisa mewujudkan tegaknya
kebangsaan. Secara tidak langsung, dalam syariat Islam. Selain itu, KH. Ahmad Siddiq
konteks kajian akademik, fokus kajian selalu juga memaparkan argumentasi teologis dan
mengalami spesifikasi lebih lanjut. Dalam hal fiqhi, di antaranya: 1) Mendirikan negara dan
ini, fikih kebangsaan merupakan spesifikasi membentuk kepemimpinan dalam negara
lebih lanjut dari fikih nusantara. sebagai upaya memelihara keluhuran agama
Fikih kebangsaan merupakan suatu dan mengatur kesejahteraan dunia hukumnya
kajian tentang hukum fikih yang mengkaji wajib. 2) Kesepakaan bangsa Indonesia
tentang kebangsaan. Atau dengan kata lain, mendirikan Negara Kesatuan Republik
suatu jawaban atas fenomena tentang Indonesia hukumnya sah dan mengikat semua
kebangsaan yang sering terjadi dengan golongan termasuk umat Islam. 3) mendirikan
menggunakan perspektif fikih, dengan Negara Kesatuan Indonesia hukumnya sah
perpaduan antara teks syariat dan konteks dan harus diperhatikan.17 Sehingga sah
(‘urf dan kemaslahatan) yang ada di wilayah hukumnya jika keempat pilar ini dijadikan
tersebut. ‘Urf yang berarti kebiasaan atau adat pertimbangan dalam menggali hukum fikih
yang sudah disepakati, dalam konteks tentang kenegaraan atau kebangsaan. Di satu
kenegaraan ini adalah Pancasila, Bhinneka sisi menggunakan teks yang sudah dipaparkan
Tunggal Ika, UUD 45, dan NKRI. Selain oleh para ulama, di lain sisi juga
menggunakan teks syariat, keempat pilar mempertimbangkan empat pilar yang sudah
sebagai kesepakatan ini juga digunakan menjadi kebangsaan bernegara ini.
sebagai alat analisis untuk menjawab berbagai
persoalan kebangsaan yang terjadi pada Metode Penggalian Gagasan Fikih
bangsa Indonesia. Dengan orientasi dan Kebangsaan
pertimbangan kemaslahatan. Contoh halnya Sedangkan dalam merespon isu-isu
seperti mengapa hukum mencuri di Indonesia kebangsaan dalam bahtsul masa’il tersebut,
tidak diterapkan potong tangan, dan lain pengambilan hukum tidak hanya mengacu
sebagainya. pada metode qauli saja, melainkan juga
Keempat pilar tersebut, dalam kajian metode ilhaqi dan juga manhaji. Apa yang
bahtsul masa’il yang dilakukan oleh NU, dilakukan ini hasil dari rumusan Musyawarah
kedudukan Pancasila tidak menggantikan Nasional (Munas) Alim-ulama Nahdlatul
kedudukan agama. Alih-alih dalam Ulama mengenai istinbatul hukmi
Page321

17
Amin Farih, “Konsistensi Nahdlatul Ulama’ dalam Islam,” JPW (Jurnal Politik Walisongo) 1, no. 1 (10
Mempertahankan Pancasila dan Kedaulatan Negara Mei 2019): h. 14,
Kesatuan Republik Indonesia di tengah Wacana Negara https://doi.org/10.21580/jpw.v1i1.2026.
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

(pengambilah hukum). Sebagaimana yang merupakan metode manhaji yang masuk dari
dikutip oleh A. Halimi Mustofa, Ahmad sebagian qawa’id uṣuliyyah, dan qawa’id
Zahro mengutarakan, yang dimaksud dari tiga fiqhiyyah.
metode tersebut adalah: Petama metode qauli, Karena metode taḥqīqu al-manāṭ
yaitu pengambilan sumber teks-teks empat merupakan metode yang bersifat
madzhab dan juga para pengikutnya. Kedua menggunakan pendekatan sains untuk
ilhaqi, yaitu menyamakan suatu kasus yang mengetahui masih ada atau tidaknya perkara
belum ada ketentuan hukumnya dengan kasus suatu alasan keharaman, maka metode ini
yang sudah ada ketentuan di dalam kitab-kitab tidak digunakan dalam melahirkan gagasan
klasik. Ketiga manhaji, yaitu penyelesaian fikih kebangsaan. Contoh penggunaan metode
suatu masalah dengan menggunakan cara ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis
berpikir yang telah disusun oleh para imam kepiting mana saja yang hidup di dua tempat
madzhab. Prosedur praktiknya adalah dan satu tempat. Sehingga, selain
menggunakan qawa’id uṣuliyyah, dan menggunakan qauli dan ilhaqi, metode yang
qawa’id fiqhiyyah.18 digunakan dalam penggalian hukum fikih
Sesuai yang peneliti utarakan, mengenai kebangsaan ini di antaraanya adalah
bahwasanya fikih kebangsaan secara maslaḥah, ‘urf, dan sadd aż-żarīah.
akademik merupakan spesifikasi lebih lanjut Sedangkan Zaini Rahman
dari fikih nusantara. Konsekuensinya adalah menawarkan pedekatan yang cukup sederhana
jika mengacu pada metode penggalian hukum dalam menentukan suatu hukum dalam
fikih nusantara, metode penggalian hukum konteks tertentu. Ia meminjam istilah yang
fikih kebangsaan juga mengalami spesifikasi digunakan oleh ‘Abid al-Jabiry yaitu bayani
lebih lanjut. Di antara metode yang digunakan dengan meninjau dari nash baik al-Qut’ān,
ijtihad dalam pengambilan hukum fikih ḥadiṡ, maupun fatwa ulama di kitab klasik.
nusantara adalah, maslaḥah (menghendaki Selain itu juga mempertimbangkan burhani
kemaslahatan), ‘urf (mempertimbangkan sebagai rasionalitas dalam melihat konteks.20
adat), sadd aż-żarīah (mencegah kerusakan), Menariknya, karena secara akademik
dan taḥqīqu al-manāṭ (mendatangkan ahli fikih kebangsaan ini merupakan suatu
untuk mengetahui ada tidaknya ‘ilat spesifikasi kajian lebih lanjut dari fikih
keharaman).19 Keempat metode ini nusantara, lahirnya gagasan fikih Kebangsaan

18
Abdul Halim Mustofa, “Rekonstruksi Madzhab Kebangsaan, Cetakan I (Bandung: Teraju Indonesia :
Manhaji Nahdlotul Ulama Menuju Ijtihad Saintifik Mizan, 2015), h. 43.
Page322

Modern,” Jurnal Tribakti Vol. 02, no. 2 (Juli 2019): h. 20


Zaini Rahman, Fiqh Nusantara dan Sistem Hukum
110-111. Nasional: Perspektif Kemashalahatan Kebangsaan,
19
Akhmad Sahal, dan Munawir Aziz, ed., Islam Cetakan pertama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016),
Nusantara: Dari Ushûl Fiqh Hingga Paham h. 233-234.
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

ini seakan-akan hadir melampaui zaman. akan mendapatkan efek dari wacana yang
Andaian ini berdasarkan, bahwa fikih diterimanya. Dalam hal ini, Nurudin
kebangsaan ini muncul pada tahun 2018, menjelaskan sekiranya terdapat tiga efek dari
sedangkan kajian fikh nusantara lahir secara sebuah wacana; efek kognitif (pengetahuan),
konkrit tahun 2019 yang dibawakan oleh Noor efek afektif (perasaan dan emosional), dan
Harisudin dengan judul “Fiqh Nusantara: juga efek behavioral (perubahan tingkah
Pancasila dan sistem hukum nasional di laku).22
Indonesia.” Sedangkan yang sebelumnya Maka tidak aneh, jika Pesantren
dibawakan oleh Zaini Rahman dengan judul Lirboyo membuat sebuah wacana dan
“Fiqh Nusantara dan Sistem Hukum menarasikan terus-menerus di dalam maupun
Nasional: Perspektif Kemashalahatan di luar pesantren. Karena dakwah sendiri
Kebangsaan” tahun 2016. merupakan representasi budaya agama dari
dalam merespon suatau keadaan. Baik dengan
Bentuk-bentuk Narasi Fikih Kebangsaan menggunakan teks maupun lisan dengan
Jika melihat motif dari latar belakang upaya berupa mendebat, menyetujui,
lahirnya gagasan fikih kebangsaan di atas, merespon suatu permasalahan dalam sosial,
dapat dilihat gagasan fikih kebangsaan ini politik, budaya yang dihadapi masyarakat.23
merupakan suatu counter terhadap Setelah Pesantren Lirboyo membuat
pemahaman atau ideologi radikal konservatif melahirkan gagasan fikih kebangsaan,
keagamaan. Dalam upaya penangkalan gagasan tersebut dinarasikan dalam bentuk
tersebut, gagasan fikih kebangsaan wacana berupa teks, dan juga lisan. Di antara
disebarluaskan dalam bentuk wacana. penarasian wacana fikih kebangsaan tersebut
Wacana sendiri jika merujuk pada Roger adalah:
Fowler, merupakan komunkasi lisan maupun a. Buku Fikih Kebangsaan
tulisan yang bertitik pandang pada Sesuai yang peneliti paparkan dalam
kepercayaan, kategori, maupun nilai. Wacana motif latar belakang lahirnya gagasan fikih
ini sendiri mewakil pandangan dunia, institusi kebangsaan, setelah diadakan bahsul masa’il,
atau organisasi, dan juga mewakili maka hasil dari kajian tersebut dibukukan
pengalaman.21 Tentunya, dari penjelasan ini, sebagai pegangan para alumni ketika sudah
pihak yang menerima dari sebuah wacana terjun di masyarakat. Akan tetapi, karena

21
Eriyanto, Analisis wacana: pengantar analisis teks 23
Umi Halwati, “Analisis Foucault Dalam Membedah
Page323

media, Cet. 1 (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001), h. Wacana Teks Dakwah Di Media Massa,” AT-TABSYIR,
2. Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol 01, no. 01
22
Nurudin dan Wina Ekamawati, Komunikasi massa (Juni 2013): h. 147.
(Malang: Cespur, 2003), 214–23.
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

peminat dari kalangan umum banyak, buku ini akan ditransliterasikan ke dalam bahasa
dicetak berulangkali dan disebarkan kepada Arab24 dan akan dikenalkan pada dunia
khalayak. Dan sampai pada sekarang, kajian internasional. Baik dengan lembaga
bahsul masa’il tentang kebangsaan sudah pendidikan seperti al-Azhar maupun yang
dilakukan yang ketiga kalinya dan sudah lainnya.
dibukukan semuanya. b. Seminar Fikih Kebangsaan
Pada buku yang pertama, atau jilid I Dari paparan narasumber tersebut,
buku tersebut diberi judul “Fikih fikih kebangsaan yang merupakan takhassus
Kebangsaan; Merajut Kebersamaan di Ma’had ‘Aly juga diwacanakan dalam
Tengah Kebhinnekaan”. Sesuai dengan judul bentuk-bentuk dialog pubik, atau seminar.
sub-tema, isi buku ini memfokuskan pada Jika mengacu pada pandangan Herbermas,
pentingnya merawat kebersamaan. Untuk diskusi publik ini masuk dalam lingkup ruang
yang jilid II dengan judul “Fikih Kebangsaa; publik yang dicanangkan olehnya.
Menebar Kerahmatan Islam”. Buku ini fokus Sebagaimana yang dinarasikan oleh Irfan
menyampaikan kerahmatan Islam. Buku yang Noor, ruang publik jka menggunakan
ketiga dengan judul “Fikih Kebangsaan; perspektif politik, diskusi publik sebagai
Jihad dan Kewarganegaraan Non Muslim jembatan antara kepentingan publik dan
dalam Negara Bangsa”. Buku ini berisi negara. Di mana publik yang mempunyai
menjelaskan bagaimana pemahaman jihad opini menyampaikan pendapatnya atas dasar
yang sebenarnya. demokrasi.25
Rencananya kajian bahstul masail ini Alasan penggaungan wacana ini jelas,
akan dilakukan sampai tahap keempat. bahwasanya akhir-akhir ini terdapat golongan
Berbedanya dengan buku satu sampai buku yang ingin merubah dasar negara menjadi
tiga yang kajiannya sebagai upaya untuk negara khilafah. Kehadiran fikih kebangsaan
menangkal gerakan kanan keagamaan. ini sebagai upaya untuk menangkis berbagai
Sedangkan pada tahap terakhir ini, fokus yang argumen yang menghendaki mendirian negara
dikaji adalah wacana-wacana gerakan kiri khilafah, dan juga memberikan pemahaman
seperti komunisme, liberalisme maupun kepada khalayak. Pada seminar ini, atau
gerakan sekuler lainnya dalam bingkai diskusi publik ini, santri juga diperkenankan
kebangsaan dengan menggunakan kacamata untuk memberikan suatu pemahaman yang
fikih. Selain itu, hasil dari bahstul masail ini berbeda, asalkan pemahaman atau argumen
Page324

24
Pada saat peneliti menggali data, yang ditranslit baru Habermas,” Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin 11, no. 1 (7
jilid pertama Maret 2016): h. 66,
25
Irfan Noor, “Identitas Agama, Ruang Publik dan https://doi.org/10.18592/jiu.v11i1.733.
Post-Sekularisme: Perspektif Diskursus Jurgen
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

yang dibawakan terdapat berbagai referensi menghadirkan narasumber sepuh. Sedangkan


yang jelas. kalau untuk kalangan luar, yang dapat
Selain itu, faktor lain yang mendorong menempuh jarak jauh, pihak yang
diadakannya diskusi publik ini terdapat dua bersangkutan menghadirkan pemateri yang
tujuan tertentu, pertama yaitu sebagai yang masih muda. Hal ini memang yang masih
telah diungkapkan di atas, dan yang kedua mudah mempunyai kekuatan fisik untuk
sebagai penopang kapasitas santri Lirboyo memberikan seminar jarak jauh.
sendiri. Hal ini dilakukan sebagai tunjangan c. Kurikulum Fiqih Kebangsaan
para santri atas jurusan yang diampunya. Dalam upaya untuk memperkuat
Karena pada umumnya buku ajar atau fikih pemahaman kebangsaan pada santri, hasil
kebangsaan menggunakan referensi bahasa bahstul masa’il yang dibukukan menjadi buku
Arab, yang jelas semua pemahaman para fikih kebangsan tersebut juga menjadi bahan
murid tidak semuanya mempunyai standar ajar pelajaran Ma’had ‘Aly. Adanya
yang sama. kurikulum ini, sebagai upaya integrasi paham
Pada proses berlangsungnya seminar moderat di dalam kurikulum. Karena, hal ini
kebangsaan atau takhasus kebangsaan tadi, dinilai dapat menjadi sebual penangkal
pemateri menyiapkan materi dari proyektor, pemahaman radikal konservatif keagamaan
santri ada yang mendengarkan dan juga ada santri26 terhadap pemahaman antara
yang mencatat. Proses penyampaian materi ini keislaman dan keidonesiaan. Pembagian mata
dilakukan selama dua jam, lalu disusul dengan pelajaran fikih kebangsaan ini di antaranya
sesi tanya jawab selama tiga puluh menit. Dan adalah, untuk buku fikih kebangsaan jilid 1
seminar ini dilakukan satu tahun empat kali, dimasukkan pada Ma’had ‘Aly semester I dan
atau lebih tepatnya dalam hitungan pesantren II, buku fikih kebangsaan 2 untuk semester III
tiga bulan sekali. sebelum masuk untuk dan IV, sedangkan untuk buku fikih
seminar juga ada tanda tangan sebagai absen kebangsaan 3 rencananya akan dimasukkan
para santri. Dan untuk menjaga kekondusifan pada semester V dan VI.
yaitu dengan ikutnya para mustahiq kelas Metode pembelajarannya tidak ada
untuk mendampingi para santri dalam ketentuan dari pimpinan Ma’had Aly. Semua
seminar. diserahkan kepada mustahiq masing-masing.
Dan untuk pemateri yang mengisinya, Hal ini karena dalam proses pembelajaran
kalau untuk di kalangan pesantren sendiri semua santri tidak bisa disamakan semuanya.
Page325

26
Khotimah Husnul, “Internalisasi Moderasi Beragama
Dalam Kurikulum Pesantren,” RABBANI Jurnal
Pendidikan Agama Islam Vol. 01, no. 01 (2020): h. 26.
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

Maka dalam hal itu, semua diserahkan kepada yang dulunya mempunyai orientasi terhadap
mustahiq masing-masing yang mengetahui pengembangan masyarakat,28 lalu menutup
karakter santri yang diajarnya. Ada yang diri dengan fokus mencetak sumber daya yang
bermetode presentasi seperti di kalangan mempuni, kini dalam hal ini pesantren
kampus pada umumnya, ada juga yang Lirboyo mempunyai orientasi langsung pada
bersifat ceramah. Kalau untuk mengenai ranah nasional. Yaitu dengan adanya upaya
ceramah, evaluasi yang digunakan adalah memberikan sumbangan pemikiran untuk
sebuah pertanyan kepada santri dalam waku mempertahankan keutuhan bangsa negara.
pembelajaran. Apakah santri tersebut paham
atau tidak. Kesimpulan
Dengan adanya gagasan fikih Munculnya gagasan fikih kebangsaan
kebangsaan ini, dan upaya penarasian wacana di Pesantren Lirboyo atas dasar kegelisahan
di dalam persantren terlihat bahwa pesantren yang dialami oleh para alumni Pesanten
mempunyai orientasi baru. Karena pada Lirboyo. Sehingga, gagasan ini merupakan
umumnya, dengan pertimbangan tersendiri, suatu upaya dalam menangkal faham radikal
pesantren yang merupakan suatu subkultur konservatif keagamaan sekaligus upaya
dalam masyarakat, lebih memilih menutup penguatan paham moderat dalam beragama.
diri dibandingkan ikut terlibat dalam Dalam pengambilan hukum atau gagasan ini
masyarakat. Sehingga terlihat, pesantren menggunakan qauli, ilhaqi, dan juga manhaji
seakan-akan memposisikan sebagai golongan sebagaimana yang telah ditawarkan oleh NU
elit dari masyarakat. Ditambah lagi, keilmuan dalam pengambilah keputusan. Secara tidak
yang selalu dikaji mengalami alienasi, tidak langsung gagasan ini merupakan kajian lebih
menyentuh pada tataran masyarakatan. lanjut dari rumpun keilmuan berupa fikih
Sehingga mengakibatkan pesantren seakan- nusantara, yang mana fikih nusantara ini juga
akan pesantren tidak bagian dari masyarakat merupakan cabang atau spesifikasi lebih
sendiri.27 lanjut dari Islam Nusantara.
Dengan adanya berbagai macam Bentuk bentuk narasi fikih kebangsaan
bentuk penarasian fikih kebangsaan di yang ada di Pesantren Lirboyo tertuang dalam
Pondok Pesantren Lirboyo terlihat bahwa bentuk: a). buku yang disebarluaskan. b).
pesantren sebagai subkultur dari masyarakat didiskusikan dalam seminar publik. c).

27
Zaenal Arifin, “Pergeseran Paradigma Pesantren,” Mahfud, dapat terlihat bahwa kedua tokoh ni
Page326

Jurnal Pemikiran Keislaman 22, no. 1 (3 Maret 2013): menginginkan supaya pesantren secara langsung
h. 54 mempunyai peran aktif dalam masyarakat
28
Jika melihat Menggerakkan tradisi: esai-esai
pesantren Gus Dur, atau Nuasa Fikih Sosial KH. Sahal
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

dijadikan mata pelajaran di dalam pesantren. di Indonesia. Tangerang: Pustaka


Compass, 2019.
dari berbagai bentuk narasi fikih kebangsaan
———. Pengantar Ilmu Fikih. Surabaya:
yang ada menunjukkan bahwa Pesantern Pena Salsabila, 2016.
Lirboyo mempunyai orientasi dalam ikut Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar.
andil menyelesaikan permasalahan publik, Metode Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, 1996.
yaitu kebangsaan.
Husnul, Khotimah. “Internalisasi Moderasi
Beragama Dalam Kurikulum
Daftar Pustaka Pesantren.” RABBANI Jurnal
Pendidikan Agama Islam Vol. 01, no.
Arifin, Zaenal. “Pergeseran Paradigma 01 (2020).
Pesantren.” Jurnal Pemikiran
Keislaman 22, no. 1 (3 Maret 2013). Ismail Hasani, et.all. Radikalisme Agama di
https://doi.org/10.33367/tribakti.v22i Jabodetabek & Jawa Barat:
1.57. Implikasinya terhadap Jaminan
Kebebasan Beragama/ Berkeyakinan.
Burhani, Ahmad Najib. “Geertz’s Trichotomy Jakarta: Publikasi SETARA Institute,
Of Abangan, Santri, and Priyayi: 2011.
Controversy and Continuity.”
JOURNAL OF INDONESIAN ISLAM Jonathan Sarwono. Metode Penelitian
11, no. 2 (4 Desember 2017): 329. Kuantitatif dan Kualitatif.
https://doi.org/10.15642/JIIS.2017.11. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2016.
2.329-350. Machmudi, Yon. “The Emergence Of New
Eriyanto. Analisis wacana: pengantar Santri In Indonesia.” JOURNAL OF
analisis teks media. Cet. 1. INDONESIAN ISLAM 2, no. 1 (1 Juni
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001. 2008): 69.
https://doi.org/10.15642/JIIS.2008.2.1
Farih, Amin. “Konsistensi Nahdlatul Ulama’ .69-102.
dalam Mempertahankan Pancasila dan
Kedaulatan Negara Kesatuan Mustofa, Abdul Halim. “Rekonstruksi
Republik Indonesia di tengah Wacana Madzhab Manhaji Nahdlatul Ulama
Negara Islam.” JPW (Jurnal Politik Menuju Ijtihad Saintifik Modern.”
Walisongo) 1, no. 1 (10 Mei 2019): 1. Jurnal Tribakti Vol. 02, no. 2 (Juli
https://doi.org/10.21580/jpw.v1i1.202 2019).
6. Noor, Irfan. “Identitas Agama, Ruang Publik
Fata, Mohamad Khoirul. “Membaca dan Post-Sekularisme: Perspektif
Polarisasi Santri Dalam Kontestasi Diskursus Jurgen Habermas.” Jurnal
Pilpres 2019.” Jurnal Dinamika Ilmiah Ilmu Ushuluddin 11, no. 1 (7
Penelitian: Media Komunikasi Sosial Maret 2016): 61.
Keagamaan Vol.18, no. 2 (November https://doi.org/10.18592/jiu.v11i1.733
2018). Nurudin, dan Wina Ekamawati. Komunikasi
Fitriyana, Siti Nur. “Fenomena Dakwah Eks- massa. Malang: Cespur, 2003.
HTI Pasca Di Bubarkan.” Islamic Qohar, Abd, dan Kiki Muhamad Hakiki.
Comunication Journal Vol. 4, no. 2 “Eksistensi Gerakan Idiologi
(Juli 2019): 15. Transnasional HTI Sebelum dan Pasca
Pembubaran.” KALAM 11, no. 2 (31
Page327

Harisudin, M. Noor. Fiqh Nusantara:


Pancasila dan sistem hukum nasional Desember 2017): 365.

Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 10, Nomor 3, Desember 2020
Narasi Fikih Kebangsaan di Pesantren Lirboyo
Oleh: Achmad Hidayat, Zaenal Arifin

https://doi.org/10.24042/klm.v11i2.14
03.
Rahman, Zaini. Fiqh Nusantara dan sistem
hukum nasional: perspektif
kemashalahatan kebangsaan. Cetakan
pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2016.
Rakyat, Pikiran. “Hasil Survei BNPT, Indeks
Potensi Radikalisme di Jawa Barat
Menurun - Pikiran-Rakyat.com.”
Diakses 4 Agustus 2020.
https://www.pikiran-
rakyat.com/bandung-raya/pr-
01322329/hasil-survei-bnpt-indeks-
potensi-radikalisme-di-jawa-barat-
menurun.
Sahal, Akhmad, dan Munawir Aziz, ed. Islam
Nusantara: Dari Ushûl Fiqh Hingga
Paham Kebangsaan. Cetakan I.
Bandung: Teraju Indonesia : Mizan,
2015.
Sodiqin, Ali. “Genealogi Gerakan Penegakan
Syari’at Islam Di Indonesia.” Al-
Mazāhib Vol. 3, no. 1 (Juni 2015): 21.
Sugiyono. Metode Penelitan Kuantitatif,
Kulitaif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2016.
Umi Halwati. “Analisis Foucault Dalam
Membedah Wacana Teks Dakwah Di
Media Massa.” AT-TABSYIR, Jurnal
Komunikasi Penyiaran Islam Vol 01,
no. 01 (Juni 2013).
Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan tradisi:
esai-esai pesantren. Cet. 1.
Yogyakarta: LKis, 2001.
Page328

Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman


Volume 10, Nomor 3, Desember 2020

You might also like