Sejarah Benteng Amsterdam

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 3

HISTORY OF

“AMSTERDAM FORT” The main building of the Amsterdam Fort is shaped like a
house, that's why in the past the VOC called this building "Blok
Huis" (house in Dutch). This building has 3 floors and has different
functions. The lowest 1st floor is the residence for the soldiers
including the armory, the 2nd floor is for officers and the top 3rd
floor is the lookout tower. The main building is surrounded by a
fence equipped with several guard towers and faces directly to the
ocean. It is said that when the fort was controlled by the VOC,
this fort became a stronghold of the Dutch from the local
This beautiful fort was The main building of the Amsterdam Fort was
community rebellion led by a Kapitan Kakialy.
first built by the Portuguese led by Francisco Serrao in 1512, and was used as
a trading lodge or storage warehouse for agricultural products such as cloves This fort was abandoned by the Dutch in the early 1900s
or nutmeg which were the object of the Portuguese trade monopoly and in a state of disrepair and had overgrown with a large banyan tree
power in Ambon. The name Amsterdam was obtained when Portuguese rule before being restored by the Ministry of Education and Culture of
ended and turned to the Dutch trading company VOC which also had the Republic of Indonesia, Maluku Province Regional Office,
ambitions to control the spice trade from the Moluccas since 1605. The fort from July 1991 to March 1994. The restoration of this fort was
was officially named Amsterdam precisely in 1649, when the restoration was based on picture in the book Beschreiving van Amboinan
completed by a Dutch Governor General named Amsterdam. Arnold de (Description of the island of Ambon) written by Francois
Vlaming van Ouds Hoorn. This building was officially turned from just a Valantyn in 1772.
storage warehouse into a Dutch fort.
ENGLISH TASK

**GROUP 6**

CLAUDYA MARCUS
CHELSEA LIMAHELUW

CLASS : X A2

This beautiful fort was once the residence of a famous German


biologist named G.E Rumphius in the span of 1627-1702. After a long
journey in East Asia on his research mission, Rumphius decided to stay in
Ambon until the end of his life. In fact, it is reported that Rumphius married
and had a family with local Ambonese people. Rumphius is a scientist who is
quite important in the biological world, where some of his research works
such as D'Ambonsche Rariteirkamer (1705) is an important basis for the
world of authentic Maluku flora and fauna.
Terjemahan Bahasa Indonesia :

Bangunan utama dari Benteng Amsterdam pertama kali dibangun oleh Portugis yang dipimpin oleh Fransisco Serrao Tahun 1512, dan dijadikan
sebagai Loji perdagangan atau gudang penyimpanan hasil bumi seperti cengkeh atau pala yang merupakan objek monopoli perdagangan dan
kekuasaan Bangsa Portugis di Tanah Ambon. Nama Amsterdam didapat ketika kekuasaan Portugis berakhir dan beralih kepada perusahaan
dagang Belanda VOC yang juga berambisi menguasai perdagangan rempah-rempah dari Maluku sejak tahun 1605. Benteng ini resmi bernama
Amsterdam tepatnya pada tahun 1649, ketika pemugarannya sempurna diselesaikan oleh salah seorang Gubernur Jenderal Belanda yang
bernama Arnold de Vlaming van Ouds Hoorn. Bangunan ini pun resmi beralih dari hanya gudang penyimpanan menjadi sebuah benteng
pertahanan Belanda.

Bangunan utama Benteng Amsterdam berbentuk seperti rumah, itu sebabnya pada masa lalu VOC menyebut bangunan ini sebagai “Blok Huis”
(rumah dalam bahasa Belanda). Bangunan ini berlatai 3 dan memiliki fungsi yang berbeda. Lantai 1 yang paling bawah adalah tempat tinggal
bagi para serdadu termasuk gudang senjata, lantai 2 diperuntukan bagi para perwira dan lantai 3 yang paling atas adalah menara pengintai.
Bangunan utama dikelilingi pagar yang dilengkapi beberapa menara jaga dan menghadap langsung ke lautan. Konon, ketika Benteng ini
dikuasai oleh VOC, benteng ini menjadi kubu pertahanan Belanda dari pemberontakan masyarakat lokal yang dipimpin oleh seorang Kapitan
Kakialy.

Benteng ini ditinggalkan oleh bangsa Belanda pada awal 1900 dalam keadaan rusak dan telah ditumbuhi sebatang pohon beringin besar
sebelum dipugar kembali oleh departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kantor Wilayah Propinsi Maluku, mulai bulan Juli
Tahun 1991 hingga bulan Maret tahun 1994. Pemugaran kembali benteng ini berdasarkan gambar dalam buku Beschreiving van Amboinan
(Uraian tentang pulau Ambon) karangan Francois Valantyn tahun 1772.

Benteng cantik ini pernah menjadi tempat tinggal seorang ilmuwan biologi terkenal asal Jerman yang bernama G.E Rumphius pada rentang
tahun 1627-1702. Setelah melakukan perjalanan panjang di wilayah Timur Asia dalam misi penelitiannya, Rumphius pun memutuskan untuk
tinggal di Ambon hingga akhir hayatnya. Bahkan, kabarnya Rumphius pun menikah dan berkeluarga dengan rakyat lokal Ambon. Rumphius
merupakan seorang ilmuwan yang cukup penting dalam dunia biologis, dimana beberapa karya penelitiannya seperti D’Ambonsche
Rariteirkamer (1705) adalah dasar penting bagi dunia flora dan fauna otentik Maluku.

You might also like