Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre

Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Anggrek


RSUD dr. T.C. Hillers Maumere

Emanuela Natalia Nua*, Maria Susana Ine Nona Ringgi**,


Maria Regina Angelorum***

Sectio caesarea is one major surgery where it usually carries some degree of risk for
patients who undergo it. This high risk of surgery causes psychological effects namely fear and
anxiety. To be able to reduce anxiety in patients before surgery is effective communication,
especially therapeutic communication. This needs to get serious attention from nurses because
nurses are health workers who are closest and longest with patients. Research purpose to
determine the effect of nurse therapeutic communication on the patient's anxiety level pre-
operative SC.
This type of research is quantitative research with a quasi-experimental research
method of one group pre test-post test design. The number of samples in this study were 15
samples with consecutive sampling technique. The data is collected using the HARS anxiety
level questionnaire instrument.
The results showed that as many as 60.0% and respondents experienced moderate and
40.0% experienced mild anxiety before the administration of therapeutic communication while
after giving communication the level of anxiety became mild anxiety 53.3% and the anxious
46.7 %. This study using the Wilcoxon statistical test showed that the administration of
therapeutic communication nurses had a significant effect in reducing the anxiety level of
patients pre SC surgery (p value = 0.001; ɑ = 0.05; and z = 3, 429).
There is an effect of nurse therapeutic communication on the level of anxiety of patients
pre SC surgery in the Anggrek Ward dr. T. C. Hillers Hospital Maumere. Recommendations
from the study are aimed at nurses in order to apply therapeutic communication that is effective
in providing nursing care, especially in patients who will undergo surgery so that it can reduce
the patient's preoperative anxiety.

Keywords: anxiety level, therapeutic communication

Latar Belakang pasien pre operasi, dan pengaruh psikologis

Sectio caesarea (SC), merupakan terhadap tindakan pembedahan dapat

salah satu jenis pembedahan mayor dimana berbeda-beda, namun sesungguhnya selalu

biasanya membawa beberapa derajat risiko timbul rasa ketakutan dan kecemasan

bagi pasien yang menjalaninya. Risiko (Ahsan, et al, 2017). SC dilakukan jika

tinggi pembedahan ini menimbulkan terjadi gawat janin, disproporsi

dampak atau pengaruh psikologis pada sepalopelvik, persalinan tidak maju,

176
plasenta previa, prolaps tali pusat, mal 2009 didapatkan 921.000 persalinan

presentase janin atau letak lintang. dengan SC dari 4.039.000 persalinan atau

Tindakan operasi seperti SC merupakan sekitar 22,8% dari seluruh persalinan

salah satu bentuk intervensi medis (Ahsan et al, 2017). Berdasarkan data

terencana yang biasanya berlangsung lama, survey nasional tahun 2012, operasi SC di

memerlukan pengendalian pernapasan Indonesia adalah sekitar 22,8% dari seluruh

sehingga sangat berisiko terhadap persalinan (Rasjidi, 2013). Hasil Riset

keselamatan jiwa seseorang dan dapat Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun

menyebabkan pasien mengalami 2013 menunjukan kelahiran metode SC

kecemasan (Pawatte et al, 2013). sebesar 9,8% dari total 49.603 persalinan

Berdasarkan data dari World Health sepanjang 2013. Berdasarkan data tersebut,

Organization (WHO) tahun 2013, menunjukan bahwa jumlah angka tindakan

menetapkan standar rata-rata SC di sebuah SC sudah melewati batas maksimal standar

negara adalah sekitar 5-15% per 1000 WHO yaitu 5-15 % (Ahsan et al, 2017).

kelahiran di dunia. Rumah sakit pemerintah Angka kejadian SC di Nusa

kira-kira 11% sementara rumah sakit Tenggara Timur (NTT) pada bulan Januari

swasta bisa lebih dari 30%. Menurut WHO, 2015 sampai dengan Desember 2016 59,2%

peningkatan persalinan dengan SC di dari total persalinan 2..497 (Dinkes

seluruh negara selama tahun 2007-2008 Propinsi, 2016). Angka SC di Kabupaten

yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia Sikka tahun 2017 sebanyak 939 pasien

(Ahsan et al, 2017). (Dinkes Kabupaten Sikka, 2017).

Indonesia merupakan salah satu Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

negara berkembang dan memiliki angka dilakukan pada bulan Juli tahun 2018 di

kejadian SC sekitar 5 % (Yuniar et al, RSUD dr. T.C.Hillers Maumere didapatkan

2010). Berdasarkan hasil survei pada tahun jumlah pasien yang menjalani SC tahun

177
2015, 696 pasien dari total persalinan menyebabkan pasien tidak mengetahui

2.445, tahun 2016 terdapat 633 pasien dari prosedur tindakan yang akan dilakukan

total persalinan 2.114 dan di tahun 2017 sehingga menyebabkan pasien merasa

terdapat 827 pasien dari tota l persalinan cemas.

1.888. Data terbaru yang diperoleh untuk Tindakan pembedahan (operasi) SC

kasus SC bulan Januari sampai Juni 2018 merupakan ancaman potensial maupun

adalah 477 pasien. Untuk bulan Juli 2018 aktual pada ibu yang akan dilakukan

total pasien yang menjalani SC sebanyak 73 tindakan yang dapat membangkitkan reaksi

orang. Data ini menunjukan peningkatan stress fisiologis maupun psikologis dan

jumlah persalinan dengan SC (Rekam merupakan pengalaman yang sulit bagi

Medis RSUD dr. T.C. Hillers Maumere, semua pasien. Maka tidak heran seringkali

2018). pasien dan keluarga menunjukan sikap

Berdasarkan hasil wawancara yang yang berlebihan dengan kecemasan yang

dilakukan pada 10 pasien yang akan dialami. Terjadinya gejala kecemasan yang

menjalani tindakan operasi, semuanya berhubungan dengan kondisi medis umum

mengalami kecemasan dengan sering ditemukan, walaupun insidensi

tingkatannya yakni kecemasan ringan. gangguan bervariasi untuk masing-masing

Kecemasan yang timbul sebagai akibat dari kondisi (Warsini et al, 2015).

nyeri yang akan dialami saat operasi, cemas Perawatan pre operasi di mulai

menghadapi ruang operasi yang dilengkapi ketika keputusan untuk intervensi tindakan

dengan banyak peralatan, takut operasi pembedahan dibuat dan berakhir saat

gagal dan cemas akibat baru pertama pasien dikirim ke meja operasi. Perawatan

mengalami pembedahan. Kurangnya pre operasi yang efektif dapat mengurangi

komunikasi dari perawat tentang prosedur risiko post operasi. Salah satu prioritas

tindakan yang akan dilakukan keperawatan pada periode ini adalah

178
mengurangi kecemasan pasien (Arbani, proses pemulihan, peningkatan rasa sakit

2014). pasca operasi, mengurangi kekebalan

Kecemasan yang dialami ini terhadap infeksi dan bertambahnya waktu

merupakan ancaman potensial maupun untuk rawat inap (Nazari, 2012).

aktual pada integritas seseorang yang dapat Dalam praktik keperawatan,

membangkitkan reaksi fisiologis maupun komunikasi adalah suatu alat yang penting

psikologis. Faktor pendukung untuk untuk membina hubungan terpeutik dan

mengurangi cemas adalah dukungan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan

keluarga dan dukungan dari tenaga keperawatan. Komunikasi terapeutik

kesehatan. Dukungan keluarga diperlukan menjadi sangat penting karena dapat

karena keluarga sebagai sumber pemberi mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dan

nasehat dan saran serta dukungan tenaga mengurangi tingkat kecemasan pasien

kesehatan dalam hal ini adalah perawat terhadap pelayanan keperawatan yang

diberikan (Kasana, 2014). Berdasarkan


karena perawat lebih mengetahui dan
teori proses interaksi interpersonal yang
memahami kondisi pasien karena selalu
kemukakan Peplau bahwa asuhan
bersama pasien selama 24 jam (Kasana,
keperawatan berfokus pada individu,
2014). Secara psikologis, seorang perawat
perawat dan proses interaksi yang
mampu menjadi obat bagi pasien karena
menghasilkan hubungan antara pasien dan
selalu dekat dengannya. Kehadiran
perawat. Berdasarkan teori ini pasien
sekaligus interaksi yang dilakukan perawat
adalah individu dengan kebutuhan perasaan
dalam melaksanakan pelayanan mampu
dan keperawatan adalah proses
memberikan kenyamanan bagi pasien (Zen
interpersonal dan terapeutik dimana
P, 2014). Dampak kecemasan pasien pre
perawat memiliki peran yang cukup penting
operasi apabila tidak diatasi adalah
dalam mempengaruhi, menurunkan
tertundanya tindakan operasi, lamanya
kecemasan dan meningkatkan kesehatan

179
pasien melalui proses komunikasi (Warsini ataupun sebaliknya jika semakin kurang

et al, 2015). komunikasi terapeutik yang dilakukan

Keberhasilan hubungan perawat akan meningkatkan kecemasan

profesional terapeutik antara petugas pada pasien. Ini menunjukan bahwa ada

kesehatan dan pasien sangat menentukan hubungan signifikan antara komunikasi

hasil tindakan yang diharapkan. terapeutik dengan tingkat kecemasan.

Komunikasi terapeutik yang baik adalah Berdasarkan latar belakang di atas

layanan keperawatan sebagai layanan dan melihat tingginya angka kejadian SC

yang ramah, tanggap terhadap kebutuhan di RSUD dr. T.C. Hillers Maumere yang

pasien, cepat dan tepat serta didasarkan ditetapkan pemerintah sebagai rumah

pada pengetahuan dan ketrampilan akan sakit rujukan serta pentingnya penerapan

menimbulkan respon senang dan tenang komunikasi terapeutik perawat dalam

(Nirmala & Prabowo, 2016). memberikan pelayanan kepada pasien

Berdasarkan penelitian yang untuk meningkatkan kualitas pelayanan,

dilakukan sebelumnya oleh Irwan (2015), maka peneliti tertarik untuk meneliti

menunjukan bahwa komunikasi tentang “Pengaruh Komunikasi

terapeutik berpengaruh terhadap tingkat Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat

kecemasan pasien pre operatif dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio

menunjukan hasil bahwa komunikasi Caesarea Di Ruang Anggrek RSUD dr.

terapeutik efektif menurunkan tingkat T.C. Hillers Maumere.”

kecemasan. Selain itu berdasarkan hasil METODE

penelitian yang dilakukan oleh Fitria et al Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi

(2016), dikatakan bahwa terdapat eksperimen dengan rancangan rangkaian

kecenderungan dimana jika semakin baik one group pre test, post test design untuk

komunikasi terapeutik perawat maka mendeskripsikan tingkat kecemasan

semakin rendah tingkat kecemasan pasien pasien pre operasi sebelum dan sesudah

180
dilakukan intervensi komunikasi berdistribusi normal adalah p value > 0,05

terapeutik. dan hasil pengujian menunjukan nilai p

Desain penelitian adalah penelitian value < 0,05 maka data berdistribusi tidak

ekperimen. Dalam penelitian eksperimen normal, sehingga pengujian beda rata-rata

jumlah sampel minimal berkisar antara 5 dari kedua variabel yang berhubungan

sampai 15 sampel (Sugiyono, 2014). menggunakan uji Wilcoxon.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah HASIL

15 orang pasien SC. Analisa bivariat yang Karakteristik Responden Berdasarkan

diigunakan uji Shapiro Wilk. Hasil uji Usia

normalitas data menunjukan data

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Ruang Anggrek RSUD dr.
T.C. Hillers Maumere (f =15).
No Usia f %

1. 17 – 27 tahun 1 6,7 %

2. 28 – 38 tahun 8 53,3 %

3. 39 – 49 tahun 6 40,0 %

Total 15 100 %

Sumber : Data Primer, September 2018

Berdasarkan tabel 5.1 diatas sebagian kecil berumur 17–27 tahun

dapat dijelaskan bahwa dari 15 sebanyak 1 orang (6,7 %).

responden sebagian besar berumur 28–


Karakteristik Responden Berdasarkan
38 tahun yaitu 8 orang (53,3 %) dan
Tingkat Pendidikan Terakhir

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di Ruang


Anggrek RSUD dr.T.C. Hillers Maumere (f = 15).
No Pendidikan f %

1. SD 3 20,0 %

2. SMP 2 13,3 %

181
3. SMA 7 46,7 %

4. PT 3 20,0 %

Total 15 100 %

Sumber : Data Primer, September 2018

Berdasarkan tabel 5.2. 7 orang (46,7 %) dan sebagian

diatas dapat dijelaskan bahwa kecil berpendidikan SMP

sebagian besar responden sebanyak 2 orang (13,3 %).

berpendidikan SMA dengan total

Karateristik Responden

Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Ruang Anggrek RSUD


dr. T.C. Hillers Maumere (f = 15).
No Pekerjan f %

1. PNS 2 13,3 %

2. Pegawai Swasta 1 6,7 %

3. IRT 12 80,0 %

Total 15

Sumber : Data Primer, September 2018

Berdasarkan tabel 5.3 pegawai swasta sebanyak 1 orang

diatas dapat dijelaskan bahwa (6,7 %).

sebagian besar responden bekerja Karakteristik Responden

sebagai ibu rumah tangga dengan Berdasarkan Riwayat

total sebanyak 12 orang (80,0 %) Pembedahan Sebelumnya.

dan sebagian kecil bekerja sebagai

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Pembedahan Sebelumnya Di


Ruang Anggrek RSUD dr. T.C. Hillers Maumere (f = 15)
No Riwayat Pembedahan f %

1. Tidak 10 66,7 %

182
2. Ya 5 33,3 %

Total 100 %

Sumber : Data Primer, September 2018

Berdasarkan tabel 5.4 5 orang responden (33,3 %)

diatas dapat dijelaskan bahwa pernah mengalami tindakan

sebagian besar responden belum pembedahan sebelumnya.

pernah menjalani pembedahan

sebelumnya dengan total

responden 10 orang (66,7 %) dan

Data Khusus Karakteristik responden berdasarkan

tingkat kecemasan sebelum diberikan

komunikasi terapeutik.

Tabel 5.5. Karakteristik tingkat kecemasan pasien pre operasi SC sebelum diberikan
komunikasi terapeutik di Ruang Anggrek RSUD dr. T.C. Hillers
Maumere.
No Tingkat Kecemasan f %

1. Kecemasan ringan 6 40,0 %

2. Kecemasan sedang 9 60,0 %

3. Kecemasan berat 0 0

4 Kecemasan berat sekali / panic 0 0

Total 15 100 %

Sumber : Data Primer, September 2018

Berdasarkan tabel 5.5 responden 9 orang (60,0 %) dan

diatas dapat dijelaskan bahwa dari sebagian kecil yaitu 6 orang (40,0

15 responden sebelum diberikan %) mengalami kecemasan ringan.

komunikasi terapeutik sebagian Karakteristik responden

besar mengalami kecemasan berdasarkan tingkat kecemasan

tingkat sedang dengan jumlah

183
sesudah diberikan komunikasi

terapeutik.

Tabel 5.6. Karakteristik tingkat kecemasan pasien pre operasi SC sesudah diberikan
komunikasi terapeutik di Ruang Anggrek RSUD dr. T.C. Hillers
Maumere.
No Tingkat Kecemasan f %

1. Tidak ada kecemasan 7 46,7 %

2. Kecemasan ringan 8 53,3 %

3. Kecemasan sedang 0 0

4. Kecemasan berat 0 0

Total 15 100 %

Sumber : Data Primer, September 2018

Berdasarkan tabel 5.6 yaitu 7 orang (53,3 %) tidak

diatas dapat dijelaskan bahwa dari mengalami kecemasan.

15 responden setelah diberikan Pengaruh komunikasi terapeutik

komunikasi terapeutik sebagian perawat terhadap tingkat

besar mengalami kecemasan kecemasan pasien pre operasi

ringan dengan jumlah responden 8 sectio caesarea di Ruang Anggrek

orang (46,7 %) dan sebagian kecil RSUD dr. T.C. Hillers Maumere.

Tabel 5.7. Hasil analisis uji Wilcoxon tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
diberikan komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi SC di Ruang
Anggrek RSUD dr. T.C. Hillers Maumere.
Variabel tingkat kecemasan Pre test Post test Z hitung P value

f % f %

Tidak ada kecemasan 0 0 7 46,7

Kecemasan ringan 6 40,0 8 53,3 3,429 0,001

Kecemasan sedang 9 60,0 0 0

Kecemasan berat 0 0 0 0

Kecemasan berat sekali 0 0 0 0

184
Total 15 100,0 15 100,0

Sumber : Data Primer, September 2018

Berdasarkan tabel 5.7 Rank Test diperoleh nilai Z hitung

diatas menunjukan bahwa dari 15 (3,429) > Z tabel (1,96) dan P

responden, perbedaan tingkat value (0,001) < ɑ (0,05) maka H0

kecemasan sebelum dan sesudah ditolak dan Ha diterima sehingga

diberikan komunikasi terapeutik dapat disimpulkan bahwa ada

didapatkan nilai Z hitung 3, 429. pengaruh antara komunikasi

Nilai Z tabel untuk sampel kurang terapeutik perawat terhadap

dari 1.000 adalah 1,96. Oleh tingkat kecemasan pasien pre

karena itu dapat disimpulkan operasi SC di Ruang Anggrek

bahwa hasil uji Wilcoxon Signed RSUD dr. T.C. Hillers Maumere.

PEMBAHASAN persiapan yang matang sehingga

Tingkat Kecemasan Pasien Pre kehadiran perawat sangatlah

Operasi Sectio Caesarea Sebelum dibutuhkan oleh pasien dan keluarga

Diberikan Komunikasi Terapeutik dalam memberikan informasi tentang

di RSUD dr. T.C.Hillers Maumere. prosedur pembedahan dan

Berdasarkan hasil penelitian menenangkannya. Perawat harus

yang dilakukan didapatkan bahwa tanggap terhadap apa yang dibutuhkan

sebagian besar responden memiliki pasien dengan lebih sering melakukan

tingkat kecemasan sedang dan kontak dengan pasien dengan

kecemasan ringan. Hal ini sejalan menggunakan teknik komunikasi

dengan penelitian yang dilakukan terapeutik. Komunikasi terapeutik

Siswoyo (2009), yang mengatakan yang dilakukan dengan baik akan

pasien pre operasi memerlukan

185
berpengaruh terhadap penurunan berkaitan dengan perasaan tidak pasti

tingkat kecemasan pasien pre operasi. dan tidak berdaya. Keadaan ini tidak

Hal ini sejalan juga dengan memiliki obyek yang spesifik, dialami

hasil penelitian yang dilakukan Arifah secara subyektif dan dikomunikasikan

& Trise (2012) dengan hasil bahwa ada dalam hubungan interpersonal.

pengaruh yang sangat kuat dan Kecemasan merupakan bentuk

signifikan mengenai pemberian manifestasi rasa ketakutan atau

informasi tentang persiapan pre operasi kehilangan sesuatu yang penting atau

dengan pendekatan komunikasi terjadinya peristiwa buruk dari kondisi

terapeutik terhadap tingkat kecemasan yang ada sekarang. Bila kondisi ini

pasien pre operasi. Hal ini juga dijuga berlangsung lama maka dapat

ditemukan dalam penelitian yang menimbulkan dampak buruk bagi

dilakukan oleh Mahendro (2016) yang kesehatan.

mengatakan bahwa dampak dari Menurut asumsi peneliti,

kecemasan adalah tertundanya kecemasan pasien yang akan

tindakan operasi, lamanya proses menghadapi proses pembedahan SC

penyembuhan, peningkatan rasa sakit merupakan suatu bentuk kegagalan

pasca operasi dan lamanya proses dalam berdaptasi atau kurang

pemulihan. efektifnya koping individu terhadap

Hal ini didukung dengan teori stressor yang timbul. Untuk itu upaya

psikodinamika dari Freud (1993) yang dilakukan adalah melalui

bahwa kecemasan merupakan hasil pendekatan dengan komunikasi

dari konflik psikis atau psikologi yang terapeutik untuk menciptakan rasa

tidak disadari. Stuart & Sundeen nyaman serta membina hubungan

menyatakan bahwa kecemasan sangat interpersonal dengan pasien untuk

186
mengurangi beban pikiran dan

perasaan sehingga mampu mengambil

keputusan yang efektif.

Tingkat Kecemasan Pasien Pre Hasil yang sama juga

Operasi Sectio Caesarea Sesudah dikemukakan oleh Liza et al (2014)

Diberikan Komunikasi Terapeutik dalam penelitiannya yang mengatakan

di RSUD dr. T. C. Hillers Maumere bahwa prosedur pembedahan akan

Berdasarkan hasil penelitian memberikan suatu reaksi emosional

yang dilakukan diperoleh hasil bahwa bagi pasien. Kecemasan pre operatif

sebagian besar responden memiliki merupakan suatu respon antisipasi

kecemasan tingkat ringan dan sebagian terhadap pengalaman yang dapat

lagi tidak mengalami kecemasan dianggap pasien sebagai suatu

setelah diberikan komunikasi ancaman terhadap perannya dalam

terapeutik. Hal ini sejalan dengan hidup, integritas tubuh, atau bahkan

penelitian yang dilakukan oleh Bariroh kehidupan itu sendiri. Kecemasan

(2012) yang mengatakan bahwa dapat dikurangi dengan tindakan

ketrampilan berkomunikasi merupakan keperawatan yang berfokus pada

critical skill yang harus dimiliki oleh komunikasi terapeutik bagi pasien dan

seorang perawat dan merupakan keluarga.

bagian integral asuhan keperawatan. Peryataan ini didukung

Salah satu tujuan komunikasi dengan teori yang dikemukakan oleh

terapeutik adalah membantu klien Potter & Perry yang menyatakan

untuk memperjelas dan mengurangi bahwa dengan komunikasi terapeutik

perasaan dan pikiran serta mengurangi diharapkan dapat menurunkan tingkat

keraguan. kecemasan pasien dan keluarga dan

187
bahwa interaksi yang dilakukan kunci pokok keberhasilan sebuah

dengan perawat merupakan pelayanan karena hubungan yang

kesempatan untuk berbagi terjalin melalui komunikasi terapeutik

pengetahuan, perasaan, dan informasi merupakan kesempatan bagi pasien

dalam mencapai tujuan perawatan untuk berbagai semua beban dan

optimal serta diharapkan dapat perasaan serta sakit yang dialami

menghilangkan kecemasan. Selain itu sehingga mempermudah dalam proses

hal ini dilakukan sebagai upaya keperawatan untuk mencapai derajat

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang optimal. Oleh karena

kesehatan dan asuhan keperawatan. itu upaya yang harus dilakukan adalah

Perawat dalam berkomunikasi harus melakukan sosialisasi dan pembekalan

melewati beberapa fase dan tujuan kepada perawat mengenai pentingnya

utama dalam memulai hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik

adalah membina rasa percaya, dalam setiap proses keperawatan yang

penerimaan dan pengertian yang dilakukan untuk meminimalkan

terbuka. kecemasan yang dialami pasien.

Peneliti berpendapat bahwa

komunikasi terapeutik merupakan

Pengaruh Komunikasi Terapeutik komunikasi terapeutik perawat

Perawat Terhadap Tingkat terhadap tingkat kecemasan dapat

Kecemasan Pasien Pre Operasi disimpulkan bahwa perbedaan tingkat

Sectio Caesarea di RSUD dr. T. C. kecemasan sebelum dan sesudah

Hillers Maumere. diberikan komunikasi terapeutik

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa H0 ditolak dan

yang dilakukan mengenai pengaruh Ha diterima sehingga dapat

188
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang penelitiannya mengatakan bahwa

signifikan yang dari intervensi secara psikologis, seorang perawat

komunikasi terapeutik oleh perawat. harus mampu menjadi obat bagi

Pernyataan ini sejalan sejalan pasien. Dalam praktik keperawatan

dengan penelitian yang dilakukan oleh komunikasi merupakan suatu alat yang

Batubara (2015) yang menyatakan penting yang mempengaruhi kualitas

bahwa komunikasi terapeutik yang pelayanan keperawatan. Hal ini sejalan

digunakan perawat dapat menurunkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

tingkat kecemasan pasien pre operasi Safitri et al (2018), yang menyatakan

sehingga pasien dapat menerima dan bahwa keterkaitan antara kecemasan

meyakini bahwa operasi yang pasien dan komunikasi terapeutik

dijalaninya merupakan upaya terbaik adalah pasien sebagai individu dengan

untuk menyembuhkan atau mengatasi kebutuhan perasaan dan keperawatan

masalah yang dihadapinya. adalah proses interpersonal dan

Pernyataan yang sama juga terapeutik dimana perawat memiliki

sejalan dengan penelitian yang peran yang cukup penting dalam

dilakukan oleh Fitria & Andansari mempengaruhi, menurunkan

(2016) tentang efektifitas komunikasi kecemasan dan meningkatkan

terapeutik perawat terhadap tingkat kesehatan pasien melalui proses

kecemasan pasien pre operasi komunikasi terapeutik.

ditemukan hasil yakni adanya Pernyataan ini didukung

perubahan tingkat kecemasan yang dengan teori proses interaksi

signifikan sebelum dan sesudah interpersonal yang dikemukakan oleh

diberikan komunikasi terapeutik. Peplau bahwa asuhan keperawatan

Nirmala & Prabowo (2016) dalam harus berfokus pada individu dan

189
perawat melalui interaksi yang menghindari segala kemungkinan dan

dilakukan. Komunikasi terapeutik dampak sebelum pelaksanaan tindakan

yang baik adalah layanan yang ramah, medis. Komunikasi terapeutik perawat

tanggap, terhadap kebutuhan pasien. yang baik dapat mengurangi

Menurut asumsi peneliti kecemasan maupun sebaliknya.

bahwa semua pasien yang akan KESIMPULAN

menjalani operasi setidaknya harus Berdasarkan hasil penelitian

diberi informasi dan pendekatan untuk “Pengaruh komunikasi terapeutik

mengurangi gejala kecemasannya perawat terhadap tingkat kecemasan

sehingga masalah kecemasan dapat pasien pre operasi sectio caesarea di

diminimalisir dan pasien mampu Ruang Anggrek RSUD dr. T. C.

beradaptasi dengan keadaan yang ada Hillers Maumere” dapat disimpulkan

karena secara fisik dan mental, pasien bahwa :


harus dipersiapkan secara baik untuk

1. Sebagian besar pasien pre operasi diberikan komunikasi terapeutik

SC di Ruang anggrek RSUD dr. memiliki kecemasan tingakat

T.C. Hillers Maumere sebelum ringan.

diberikan komunikasi terapeutik 3. Ada pengaruh komunikasi

memiliki tingkat kecemasan terapeutik terhadap tingkat

sedang. kecemasan pasien pre operasi SC

2. Sebagian besar pasien pre operasi di Ruang Anggrek RSUD dr. T.C.

SC di Ruang Anggrek RSUD dr. Hillers Maumere

T.C. Hillers Maumere sesudah

DAFTAR PUSTAKA
4.

Ahsan, Lestari R, Sriati. 2017. Operasi pada Pasien Section


Faktor-Faktor yang Caesarea di Ruang Istalasi Bedah
Mempengaruhi Kecemasan Pre Sentral RSUD Kanjuruhan

190
Kepanjen Kabupaten Malang,
Vol.8, No.1, Fakultas Kedokteran Hidayat A.A. 2007. Metode
Universitas Brawijaya. Diakses Penelitian Keperawatan dan
dalam http://ejournal.umm.ac. Teknik Analisa Data. Penerbit
id/index. Salemba Medika, Jakarta.
php/keperawatan/issue/view
Kasana. 2014. Hubungan
Arbani F.A. 2015. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan
Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Pre Operasi Section Caesarea di
Operasi di RS. PKU Ruang Ponek RSUD Karanganyar,
Muhammadiyah Sukoharjo, STIKES Kusuma Husada,
STIKES Kusuma Husada, Surakarta.
Surakarta.
Kelliat B.A. 1992. Gangguan
Bariroh. 2012. Hubungan Konsep Diri, Jakarta : EGC.
Komunikasi Terapeutik Dengan
Tingkat Kecemasan PasienDalam Kusuma M.P. 2017. Pengaruh
Menghadapi Tindakan Komunikasi Terapeutik Perawat
Keperawatan Invasif di Ruang Terhadap Kepuasan Pasien di
CempakaRSUD Panembahan Rawat Jalan RSUD Jogja. Diakses
Senopati Bantul Yogyakarta, dalam http://journal.
STIKES, Aisyiyah. umy.ac.id/index.php/mrs.

Damayanti, M. 2008. Komunikasi Manuaba. 2002. Ilmu Kebidanan,


Terapeutik dalam Praktik Penyakit Kandungan dan KB untuk
Keperawatan. PT Refika Aditama, Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC.
Bandung.
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis
Fitria M dan Prabowo T. 2016. Obstetric, Jakarta : EGC.
Hubungan Komunikasi Terapeutik Murwani A. 2011. Ketrampilan
Petugas dengan Tingkat Dasar Praktek Klinik
Kecemasan Keluarga Pasien Pre Keperawatan. Yogyakarta:
Operasi Section Caesarea di PKU Penerbit Fitramaya.
Muhammadiyah Gamping,
Yogyakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT
Fitriyah, Syalani A, Iswantoro. Rineka Cipta.
2016. Hubungan Komunikasi
Terapeutik dengan Tingkat Nursalam. 2008. Konsep dan
Kecemasan Klien Kanker yang Penerapan Metodologi Penelitian
Menjalani Kemoterapi di Ruang Ilmu Keperawatan. Salemba
Edelweis RSUD Ulin medika, Jakarta.
Banjarmasin.

191

You might also like