Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

distribution permit can be found in the Criminal

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA Code, Law No. 5 of 1997 concerning


TERHADAP PENGEDAR SEDIAAN
Psychotropics, Law No. 8 of 1999 concerning
FARMASI TANPA IZIN EDAR DI APOTEK
Consumer Protection, Law No. 36 of 2009
GAMMA
MEDAN (Studi Kasus Putusan concerning Health, Law No. 35 of 2009
No.2753/Pid.B/2013/PN.MDN) concerning Narcotics and PP RI No. 72 of 1998
concerning the Security of Pharmaceutical
Preparations and Medical Devices. Distributors
Oleh :
of pharmaceutical preparations without a
Taufiq Ramadhan distribution permit can be charged with criminal
TaufiqRamadhan800@gmail.com responsibility against them because based on
their mistakes have violated Article 106
Marzuki paragraph (1) Law no. 36 of 2009 concerning
Lubis_Marzuki@yahoo.com Health and has completed the elements in
Article 197 in conjunction with Article 106
Abstract paragraph (1) of the Law of the Republic of
Indonesia No. 36 of 2009 concerning Health for
The distribution of pharmaceutical preparations the act of deliberately distributing
has now reached the stage of being easy to pharmaceutical preparations without a
obtain, social media such as Instagram and line distribution permit and sentenced to
can be said to be a factor in the distribution of
imprisonment of 1 (one) year. ) months and 15
pharmaceutical preparations without permission
until they reach freelance sales and then (fifteen) days and a fine of Rp.5.000.000,- (five
distributed to pharmacies. Pharmacies accept million rupiahs) provided that if the fine is not
these pharmaceutical preparations by the paid, it is replaced with imprisonment for 1 (one)
reason that they are cheap and easy to obtain month. The role of Civil Servant Officials in the
and without a letter of order and purchase Settlement of the cases of the distribution of
invoice. Pharmacies that procure pharmaceutical preparations without a
pharmaceutical preparations not through parties distribution permit is as Investigators. The
mentioned by the law such as pharmaceutical government should provide facilities to
wholesalers certainly do not have official investigators in resolving cases of distribution of
documents such as an order letter that has been pharmaceutical preparations without a permit,
signed by APA and an order invoice, this act such as assistance by the police, supporting
violates the provisions in Article 106 of Law
facilities and infrastructure as well as additional
No.36 Year 2009 concerning health and
special criminal procedural law education for
threatened with criminal in accordance with
Article 197 of Law No. 36 of 2009 concerning investigators because some investigators are
health such as dealers who are the owners of not legally educated but pharmacists.
the Gamma Medan Pharmacy as stated in the
Keywords: Criminal Liability, Pharmaceutical
decision No. 2753/Pid.B/2013/PN.MDN.
Preparations, Without Distribution Permit.
How is the regulation of criminal law against the Abstrak
distribution of pharmaceutical preparations
without a permit, how is the criminal Peredaran sediaan farmasi pada saat ini sudah sampai
responsibility for the distributors of pada tahap mudah untuk diperoleh, media sosial
pharmaceutical preparations without a seperti Instagram dan line dapat dikatakan sebagai
distribution permit at Gamma Medan Pharmacy faktor peredaran sediaan farmasi tanpa izin hingga
(Case Study Decision sampai pada sales- sales freelance kemudian
No.2753/Pid.B/2013/PN.Mdn), what is the role didistribusikan ke Apotek. Apotek menerima sedian
of Civil Servant Investigators BBPOM is in the farmasi tersebut dengan alasan murah dan mudah
process of resolving cases of distribution of didapat serta tanpa adanya surat pemesanan dan
pharmaceutical preparations without a faktur pembelian. Apotek yang melakukan
distribution permit. pengadaan sediaan farmasi bukan melalui pihak-
pihak yang disebutkan oleh undang- undang seperti
Pedagang besar farmasi tentu tidak memiliki
Criminal law regulations on the distribution of dokumen resmi seperti surat pemesanan yang telah
pharmaceutical preparations without a ditandatangani oleh APA dan faktur pemesanan,
perbuatan tersebut telah
melanggar ketentutan dalam Pasal 106 UU No.36 Peredaran sediaan farmasi yang termasuk
Tahun 2009 tentang kesehatan dan diancam dengan
pidana sesuai dengan Pasal 197 UU No.36 Tahun kategori obat keras, Psikotropika dan Narkotika
2009 Tentang kesehatan seperti Pengedar yang seharusnya tidak didapat secara bebas namun
merupakan Pemilik Apotek Gamma Medan yang
tertera dalam Putusan No. faktanya sangat mudah didapatkan melalui akun-
2753/Pid.B/2013/PN.MDN. akun pribadi bukan situs resmi farmasi misalnya
Bagaimanakah pengaturan hukum pidana terhadap seperti Kimia Farma dan Kalbe Farma. Masalah
peredaran sediaan farmasi tanpa izin, bagaimanakah peredaran sediaan farmasi berupa obat keras,
pertanggungjawaban pidana terhadap pengedar
sediaan farmasi tanpa izin edar di Apotek Gamma Psikotropika dan Narkotika telah teridentifikasi oleh
Medan (Studi Kasus Putusan BPOM RI namun sampai saat ini tidak memutus
No.2753/Pid.B/2013/PN.Mdn),
bagaimanakah peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil mata rantai peredaran sediaan farmasi tersebut
BBPOM dalam proses penyelesaian kasus peredaran secara bebas dan masih dapat ditemukan dengan
sediaan farmasi tanpa izin edar.
jumlah tagar di Instagram sekitar 6.195 kiriman
Pengaturan hukum pidana terhadap peredaran public untuk #riklona dan data tersebut pada masing-
sediaan farmasi tanpa izin edar dapat ditemukan
dalam KUHP, UU No.5 Tahun 1997 tentang masing akun dikategorikan aktif karena komentar
Psikotropika, UU No.8 Tahun 1999 Tentang pada caption selalu direspon, adanya testimoni
Perlindungan Konsumen, UU No. 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, UU No.35 Tahun 2009 Tentang pelanggan, caption dan kiriman foto pemilik akun
Narkotika dan PP RI No.72 Tahun 1998 Tentang tentang paket yang telah disiapkan lengkap dengan
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
Pengedar sediaan farmasi tanpa izin edar dapat alamat atau tujuan tanpa adanya resep dokter atau
dibebankan tanggung jawab pidana terhadapnya anjuran dokter seperti yang telah diatur menurut
karena berdasarkan kesalahan telah melanggar Pasal
106 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang peraturan perundang-undangan1.
Kesehatan dan telah melengkapi unsur-unsur dalam
Pasal 197 jo Pasal 106 ayat (1) UU RI No.36 Tahun Peredaran obat baik itu obat keras atau
2009 tentang Kesehatan atas perbuatan dengan psikotropika pada masa sekarang sangat mudah
sengaja mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin
edar serta dijatuhkan pidana kepadanya dengan dijangkau, meskipun prosedur penggunaan obat
pidana penjara 1 (satu) bulan dan 15 (lima belas) hari tersebut harus melalui resep dokter dan dikeluarkan
dan denda sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah)
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak oleh apotek atau sarana penyedia farmasi lainnya,
dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama dimana penyedia pelayanan tersebut mendapat
1 (satu) bulan. Peran Pejabat Pegawai Negeri Sipil
dalam Penyelesaian kasus peredaran sediaan farmasi sediaan farmasi melalui Pedagang Besar Farmasi
tanpa izin edar adalah sebagai Penyidik. Pemerintah (PBF) sesuai prosedur yang diatur dalam Peraturan
seharusnya memberikan fasilitas kepada penyidik
dalam penyelesaian kasus peredaran sediaan farmasi Perundang-undangan.
tanpa izin seperti pendampingan oleh kepolisian,
sarana dan prasana pendukung serta penambahan Peredaran sediaan farmasi yang dijual
pendidikan hukum acara pidana khusus bagi penyidik secara bebas di pasaran merupakan salah satu tugas
karena penyidik sebagian bukanlah berpendidikan
hukum melainkan apoteker.. dari BPOM bersama dengan Dinas Kesehatan dalam
mencegah dan menanggulangi peredaran tanpa
Kata Kunci: Pertanggungjawaban Pidana, Sediaan izinsediaan
Farmasi, Tanpa Izin Edar.

I. Pendahuluan
1
Data bersumber dari Social Media Instagram yang
diakses pada tanggal 17 April 2017 Pukul : 10.15 Wib pada akun
A. Latar Belakang pribadi @TaufiqRamadhan.
farmasi tersebut, karena berhubungan dengan Tentang Kesehatan yaitu setiap orang yang dengan
keselamatan dan keamanan para konsumen. Hal ini sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
disebabkan peredaran obat tidak dapat menjamin farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki
perlindungan terhadap konsumen pengguna obat izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
disebabkan tanpa adanya izin. Peredaran sediaan ayat
farmasi tanpa izin merupakan masalah yang terus (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
meningkat setiap tahunnya. (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Permasalahan ini sangat merugikan negara Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
dan masyarakat Indonesia karena menyangkut rupiah).
kesehatan dan keselamatan hidup manusia, kerugian Hukum kesehatan adalah semua ketentuan
yang disebabkan peredaran sediaan farmasi dengan hukum yang berhubungan dengan
pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan
tanpa izin memang tidak terlalu berpengaruh dalam
penerapannya. Hal ini berarti hukum
pertumbuhan industri farmasi secara nasional. kesehatan adalah aturan tertulis mengenai
Namun, hal ini merupakan sebuah fenomena gunung hubungan antara pihak pemberi pelayanan
kesehatan dengan masyarakat atau anggota
es yang tidak terlihat secara menyeluruh.Dalam hal
masyarakat.3 Pelayanan kesehatan yang
peredaran obat-obatan dan sediaan farmasi lainnya dimaksud berupa rumah sakit, puskesmas,
peran aktif masyarakat sebenarnya dapat dijadikan klinik kesehatan, Apotek, dan instansi
kesehatan lainnya.
pemutus mata rantai peredaran tersebut.2
Peredaran sediaan farmasi tanpa izin tidak
Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang No.36 terlepas dari hausnya masyarakat akan informasi obat
Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa : yang tidak terpenuhi, serta diikuti dengan mahalnya
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat harga obat di apotek, termasuk harganya yang
diedarkan setelah mendapat izin edar dinaikkan beberapa persen untuk pajak obat tersebut.
Apalagi dengan kondisi krisis ekonomi yang sedang
Peredaran sedian farmasi dengan izin edar
dijalani bangsa saat ini.
erat hubungannya dengan hukum kesehatan karena
diatur cukup serius dalam undang-undang No.36 Adanya kelemahan ini yang membuka
tentang kesehatan yaitu dalam pasal 106 ayat (2) peluang makin merebaknya peredaran yang
yaitu Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat menyebabkan masyarakat memilih harga yang murah
diedarkan setelah mendapat izin edar. Apabila yang mengakibatkan terjebak pada obat- obat palsu,
ketentuan tersebut dilanggar maka diancam dengan yang seharusnya jalur distribusi demikian tidak boleh
Pasal mereka lakukan. Pemakaian obat palsu yang
197 Undang-Undang No.36 Tahun 2009 merupakan obat- obatan illegal oleh konsumen
yakni masyarakat, dikarenakan memang sulit untuk
2
Pendapat,Sekretaris International Pharmaceutical membedakan barang yang asli dengan barang yang
Manufacturers Group (IPMG) Evie Yulin dikutip dalam
:http://industri.bisnis.com/read/20150602/257/439477/pered aran- tiruan. Teknologi pemalsuan obat memang sudah
obat-ilegal-rusak-citra perusahaan-farmasi diakses
tanggal 11 April 2016 Pukul 10.10 wib. begitu hebatnya, oleh karena itu

3
Soekidjo Notoadmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan,
Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal.44.
sangat dibutuhkan kerja sama dari para pengusaha sediaan farmasi tanpa izin edar :Setiap orang yang
obat untuk memperjuangkan produk perusahaan dan dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan
pemanfaatan teknologi agar dapat membedakan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan yang tidak
secara jelas mana obat yang asli. Disatu sisi memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam
konsumen membutuhkan obat untuk mengobati Pasal 106 ayat
penyakit, namun disisi lainnya harga obat yang ada (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
diluar jangkauan kemampuan konsumen untuk (lima belas) tahun dan denda paling banyak
membeli.4 Rp.1.500.000.000,00,- (satu milyar lima ratus juta
Salah satu kejahatan dalam hukum rupiah).
kesehatan yang marak terjadi pada saat ini adalah Dalam kaitan sediaan farmasi, Apotek
kejahatan dibidang farmasi. Farmasi adalah suatu merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan
profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat
dalam penyediaan bahan sumber alam dan bahan kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Apotek
sintetis yang cocok dan menyenangkan untuk didefinisikan sebagai sarana pelayanan kefarmasian
didistribusikan dan digunakan dalam pengobatan dan tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.
pencegahan suatu penyakit. Berkaitan dengan Apotek adalah sarana yang digunakan untuk
kejahatan dalam hukum kesehatan khususnya di memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara
bidang farmasi, Pelaku peredaran sediaan farmasi lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
tanpa izin edar dapat dikenakan sanksi pidana.
Peredaran sediaan farmasi tanpa izin
Pertanggungjawaban pidana dalam kasus peredaran
berhubungan dengan faktur pembelian dan surat
obat-obatan illegal atau sediaan farmasi tanpa izin ini
pesanan obat yang sah terhadap pengadaan obat-
tidak hanya dapat dipertanggungjawaban kepada
obatan atau sediaan farmasi. Salah satu yang terjadi
orang perorangan tetapi juga pertanggungjawaban
seperti kasus yang ditangani oleh Pengadilan Negeri
terhadap badan hukum. Sanksi pidana yang dapat
Medan dalam Putusan
dijatuhkan terhadap orang perorangan tidak hanya
No.2753/Pid.B/2013/PN.MDN, pemilik apoteker
berupa pidana penjara tetapi juga dapat disertai
bernama Darwis menjual dan mengedarkan obat-
pidana kurungan dan pidana denda. Sedangkan
obatan golongan keras dan Psikotropika dengan tidak
sanksi pidana terhadap badan hukum yang terbukti
memiliki izin edar seperti tidak memiliki dokumen-
melakukan tindak pidana berupa sanksi administrasi
dokumen faktur pembelian dan surat pesanan obat
seperti pencabutan Surat Izin Usaha bahkan
yang sah dalam pengadaan sediaan farmasi tersebut. 5
penyegelan contohnya seperti Apotek.
Pemilik apotek yang juga sebagai pengedar
Pasal 197 Undang-Undang No.36 Tahun
dalam kasus putusan No.2753/Pid.B/2013/PN.MDN
2009 Tentang Kesehatan merupakan dasar hukum
memperoleh golongan obat-obatan keras dan obat
mengenai tindak pidana peredaran
golongan

4
Kemasan Berpengaman Bedakan Obat Palsu, 5
Putusan No. 2753 / Pid. B / 2013 / PN.MDN,
www. Sinar Harapan. Com, diakses tanggal 4 April 2014
Putusan.Mahkamah agung.go.id, diakses pada tanggal 12 Agustus
Pukul.17.22 wib.
2016.Pukul. 10.00.
Psikotropika dari salesman freelance yang Terhadap Pengedar Sediaan Farmasi Tanpa
menawarkan obat dengan harga murah bukan pada Izin Edar Di Apotek Gamma Medan (Studi
Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau yang berhak Kasus Putusan No. 2753 / Pid.B / 2013 /
menyalurkannya yang diatur dalam Undang-Undang PN.MDN).
No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Peraturan B. Rumusan Masalah
Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 Berdasarkan latar belakang masalah yang
tentang Peredaran Psikotropika yang sekarang telah dikemukakan pada uraian diatas, maka yang akan
diubah menjadi Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 yang menjadi fokus permasalahan untuk diteliti
Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, adalah sebagai berikut :
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, 1. Bagaimanakah pengaturan hukum pidana
dan Prekursor Farmasi. Jika dalam pengadaan terhadap peredaran sediaan farmasi tanpa izin?
sediaan farmasi berasal dari Pedagang Besar Farmasi 2. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana
(PBF) resmi sudah dapat dipastikan bahwa sediaan terhadap pengedar sediaan farmasi tanpa izin
farmasi tersebut memiliki izin edar dan dijamin edar di Apotek Gamma Medan (Studi Kasus
mutu, khasiat dan keamanannya. Putusan
Tindakan apoteker atau pemilik Apotek No.2753/Pid.B/2013/PN.Mdn)?
Gamma yang mengedarkan sediaan farmasi tanpa 3. Bagaimanakah peran Penyidik Pegawai Negeri
izin edar melalui proses pengadaan sediaan farmasi Sipil Balai Besar POM dalam proses
(obat keras dan Psikotropika) yang tidak memiliki penyelesaian kasus peredaran sediaan farmasi
dokumen pembelian ataupun pemesanan, tanpa izin edar?
menunjukkan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh C. Metode Penelitian
pemilik Apotek tersebut terbukti secara sah dan Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana menggunakan metode pendekatan yuridis normative.
dengan sengaja mengedarkan sediaan farmasi yang Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan
tidak memiliki izin edar berdasarkan Pasal 197 jo (library research) dan penelitian lapangan (field
Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang No.36 Tahun research) serta melalui wawancara dengan Kepala
2009 tentang Kesehatan dan dijatuhkan pidana Seksi Penyidikan BBPOM Medan.
penjara selama 1 (satu) bulan dan 15 (lima) belas hari Penelitian hukum normatife atau
dan denda sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) kepustakaan tersebut mencakup penelitian terhadap
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika
dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama hukum, penelitian terhadap sinkronisasi vertikal dan
1 (satu) bulan. horizontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum.6
Berdasarkan pemikiran diatas, penulis II. Hasil dan Penelitian
menganggap perlu melakukan penelitian yang
berjudul “Pertanggungjawaban Pidana

6
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,
Cet,3. Universitas Indonesia, Jakarta, 1986. hal.14.
A. Pengaturan Hukum Pidana Terhadap a. Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang
Peredaran Sediaan Farmasi Tanpa memadai dibuktikan melalui percobaan dan
Izin diuji klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan
Peredaran sediaan farmasi tanpa izin diatur status perkembangan ilmu pengetahuan yang
dalam pasal 386 ayat (1) dan (2) kitab Undang- bersangkutan.
Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu: b. Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari

(1) Barangsiapa menjual, menawarkan atau produksi sesuai cara pembuatan obat yang baik

menyerahkan barang atau makanan atau obat (CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian

sedang diketahuinya bahwa barang- barang itu terhadap semua bahan yang digunakan serta

dipalsukan dan kepalsuan itu disembunyikan, produk jadi dengan bukti sahih.

dihukum penjara selama- lamanya 4 (empat) c. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan

tahun. obyektif yang dapat menjamin penggunaan obat


secara tepat, rasional dan aman.
(2) Barang makanan atau minuman atau obat itu
dipandang palsu, jika harganya atau gunanya d. Sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat.

menjadi kurang, sebab sudah dicampuri dengan e. Kriteria lain adalah khusus untuk psikotropika
zat-zat lain.7 harus memiliki keunggulan kemanfaatan dan
keamanan dibandingkan dengan obat standard
R.soesilo menjelaskan bahwa memalsukan
barang makanan, minuman atau obat- dan obat yang telah disetujui beredar di
obatan itu tidak hanya dengan cara membuat Indonesia untuk
barang lain yang hampir serupa, akan tetapi
juga dapat dilakukan dengan jalan indikasi yang diklaim.
mencampurinya dengan bahan-bahan lain, f. Khusus kontrasepsi untuk program nasional dan
sehingga dengan demikian, harga, kekuatan,
guna atau kemanjurannya obat program lainnya yang akan ditentukan
menjadi berkurang.8 kemudian, harus dilakukan uji klinik di

Menurut Kepmenkes No.1010/2008 Obat Indonesia

palsu adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak


Peredaran sediaan farmasi tanpa izin telah
berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan
diatur didalam pasal 386 kitab undang- undang
yang berlaku atau produksi obat dengan penandaan
hukum pidana, menurut R.Soesilo kejahatan didalam
yang meniru identitas obat lain yang telah memiliki
pasal 386 KUHP mengkhususkan hanya bahan
izin edar.
makanan, minuman dan obat-obatan (sediaan
Keberadaan obat palsu dapat dikatakan
farmasi). Pasal ini memberi penjelasan tentang kata
sebagai obat yang tidak memiliki izin edar karena
menjual, menawarkan atau menyerahkan barang
berdasarkan kriteria obat yang memiliki izin edar
makanan, minuman dan obat-obatan (sediaan
dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan RI
farmasi) dan menambahkan bahwa sudah dapat
No.1010 / Menkes / Per / XI / 2008 tentang
dihukum walaupun belum sampai diserahkan
Registrasi Obat sebagai berikut :
ketangan yang lain.

7
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Politeia, Bogor, hal. 267.
8
Ibid.
Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang (4) Barangsiapa menyerahkan Psikotropika selain
Psikotropika mengenai ketentuan mengenai yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal
perbuatan mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin 14 ayat (2), Pasal 14 ayat (3), dan Pasal 14 ayat
diatur dalam Pasal 60- Pasal 62 : (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama

Pasal 60 Undang-Undang No.5 Tahun 1997 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak

tentang Psikotropika Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).


(5) Barangsiapa menerima penyerahan Psikotropika
(1) Barangsiapa :
selain yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (3),
a. memproduksi Psikotropika selain yang
Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara
ditetapkan dalam ketentuan Pasal 5; atau
paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda
b. memproduksi atau mengedarkan
paling banyak Rp.60.000.000,00 (enam puluh
Psikotropika dalam bentuk obat yang tidak
juta rupiah). Apabila yang menerima penyerahan
memenuhi standar dan/atau persyaratan
itu pengguna, maka dipidana dengan pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; atau
penjara paling lama 3 (tiga) bulan.
c. memproduksi atau mengedarkan
Pasal 61 Undang-Undang No.5 Tahun 1997
Psikotropika yang berupa obat yang tidak
tentang Psikotropika :
terdaftar pada departemen yang bertanggung
jawab di bidang kesehatan sebagaimana (1) Barangsiapa :

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1); dipidana a. mengekspor atau mengimpor Psikotropika

dengan pidana penjara paling lama 15 (lima selain yang ditentukan dalam Pasal 16; atau

belas) tahun dan pidana denda paling b. mengekspor atau mengimpor Psikotropika

banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta tanpa surat persetujuan ekspor atau surat

rupiah). persetujuan impor sebagaimana dimaksud

(2) Barangsiapa menyalurkan Psikotropika selain dalam Pasal 17; atau

yang ditetapkan dalam Pasal 12 ayat c. melaksanakan pengangkutan ekspor atau

(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama impor Psikotropika tanpa dilengkapi

5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak dengan surat persetujuan ekspor atau surat

Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah). persetujuan impor sebagaimana dimaksud

(3) Barangsiapa menerima penyaluran Psikotropika dalam Pasal 22 ayat (2) atau Pasal 22 ayat

selain yang ditetapkan dalam Pasal 12 ayat (2) (4); dipidana dengan pidana penjara paling

dipidana dengan pidana dengan pidana penjara lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda

paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus

paling banyak Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

juta rupiah). (2) Barangsiapa tidak menyerahkan surat


persetujuan ekspor kepada yang bertanggung
jawab atas pengangkutan
ekspor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Isi dari Pasal 106 ayat (1) Undang- Undang
ayat (1) atau Pasal 22 ayat (2) dipidana dengan No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan menyebutkan bahwa : Sediaan farmasi dan
pidana denda paling banyak Rp.60.000.000,00 alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah
(enam puluh juta rupiah). mendapat izin edar.
Pasal 62 Undang-Undang No.5 Tahun 1997
B. Pertanggungjawaban Pidana
tentang Psikotropika yakni Barangsiapa secara tanpa
Terhadap Pengedar Sediaan Farmasi
hak, memiliki dan/atau membawa Psikotropika
Tanpa Izin Edar Di Apotek Gamma
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
Medan (Studi Kasus Putusan No.2753
tahun dan pidana denda paling banyak
/ Pid.B / 2013 / PN.Mdn.
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Hukum pidana adalah salah satu bagian dari
Edar atau mengedarkan adalah tindakan hukum publik, oleh karena dalam publik ini titik
atau perbuatan memindahkan dari tangan ke
tangan lain atau dari tempat ke tempat yang sentralnya adalah kepentingan umum. Dalam doktrin
lain.9 hukum para ahli telah sepakat bahwa untuk dapat
Sediaan farmasi erat kaitannya dengan dikatakan adanya suatu pertanggungjawaban pidana
upaya kesehatan, menurut pasal 1 angka 4 Undang- harus dipenuhi 3 (tiga) syarat yaitu:
Undang No.36 Tahun 2009 sediaan farmasi adalah
1. Harus adanya perbuatan yang dapat dipidana
obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
yang termasuk didalam rumusan dellik undang-
Sediaan Farmasi yang dimaksud dalam Undang-
undang.
Undang tersebut dapat berupa obat keras,
2. Perbuatan itu dapat dipidana dan harus
Psikotropika, Narkotika, obat tradisional dan
bertentangan atau melawan hukum.
kosmetika.
3. Harus ada kesalahan si pelaku.10
Ketentuan mengenai tindak pidana Namun A.Z Abidin, Guru Besar Hukum
mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin dalam Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Ujung Pandang menyatakan unsur
Kesehatan diatur dalam Pasal 197. Rumusan yang pertanggungjawaban pidana adalah
terdapat dalam pasal ini adalah: Setiap orang yang a. Kemampuan bertanggungjawab
dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan b. Kesalahan baik itu sengaja atau kealpaan.
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak c. Tidak ada alasan pemaaf.11
memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pertanggungjawaban pidana erat
Pasal 106 ayat hubungannya dengan kesalahan oleh si
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
petindak. Adapun unsur kesalahan (schuld)
(lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah).

10
Moh.Hatta, Hukum Kesehatan dan Sengketa
Medik, Liberty Yogyakarta, 2013, h.165.
9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 11
A.Z.Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana,
Loc.Cit. Pradnya Paramitha, Jakarta, 1983. hal.45-46.
dalam pengertian pidana adalah apabila dianggap mampu bertanggungjawab karena sehat
perbuatan itu: rohani dan jiwanya serta berada diluar ketentuan
dalam Pasal 44 KUHP, kesalahan yang dimaksud
a. Bertentangan dengan hukum
adalah dengan sengaja mengedarkan sediaan sediaan
(wederrechtelijk).
farmasi tanpa izin edar sesuai Pasal 197 jo Pasal 106
b. Akibatnya dapat diperkirakan
ayat (1) Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009
(voorzienbaarheid)
tentang Kesehatan, tidak ada alasan yang
c. Akibat itu sebenarnya dapat dihindarkan
menghapuskan kesalahan oleh pemilik apotek yang
(overmijdbaarheid)
mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin.
d. Dapat dipertanggungjawabkan.12
Unsur ketiga untuk adanya kesalahan dan
Dalam studi kasus putusan No. 2753 / Pid.B
sebagai pertanggungjawaban pidana adalah tidak
/ 2013 / PN.Medan yang bertanggung jawab adalah
terdapat alasan pemaaf, dalam putusan No.
pemilik Apotek Gamma atas nama Darwis
Putusan No.
(Pengedar) yang telah melengkapi unsur-unsur dalam
2753/Pid.B/2013/PN.Medan tidak adanya alasan-
Pasal 197 jo Pasal 106 ayat
alasan pemaaf, pembenar atau yang dapat
(1) Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang
menghilangkan kesalahan atau sifat melawan hukum
Kesehatan atas perbuatan dengan sengaja
perbuatan terdakwa dalam hal ini pemilik apotek
mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar serta
Gamma, oleh karena itu terdakwa harus dinyatakan
dijatuhkan pidana kepadanya dengan pidana penjara
bersalah telah melakukan tindak pidana yang
1 (satu) bulan dan 15 (lima belas) hari dan denda
didakwakan kepadanya yaitu melanggar ketentuan
sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan
dalam Pasal 197 jo Pasal 106 ayat (1) Undang-
ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka
Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu)
mengenai perbuatan dengan sengaja mengedarkan
bulan.
sediaan farmasi tanpa izin edar serta dijatuhkan
Berdasarkan unsur dan syarat pidana kepadanya dengan pidana penjara 1 (satu)
bertanggungjawaban pidana yaitu : bulan dan 15 (lima belas) hari dan denda sebesar
Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan ketentuan
1. Kemampuan bertanggungjawab
apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti
2. Kesalahan dalam arti luas, sengaja dan/atau
dengan pida kurungan selama 1 (satu) bulan.
kealpaan
3. Tidak ada alasan pemaaf.13 Dalam hukum pidana ada beberapa alasan
yang dijadikan dasar bagi Hakim untuk
Jika diaplikasikan dalam Kasus Putusan No. membebaskan atau melepaskan
pelaku/terdakwa dari ancaman hukuman
2753/Pid.B/2013/PN.Medan dikaitkan dengan unsur
yaitu atas dasar alasan penghapusan
pertama pertanggungjawaban pidana maka pidana14. Alasan-alasan
terdakwa/petindak dalam hal ini pengedar sebagai
pemilik Apotek Gamma

12
J.E.Jonkers: Handbook van het Nederlandsch, 14
H.M.Hamdani, Alasan Penghapus Pidana : Teori
Indische Strafrecht, E.J.Brio,Leiden,1946.
dan Studi Kasus, Cet.1.PT.Refika Aditama, Bandung, 2012.
13
A.Z.Abidin, Op.Cit, hal.44-45.
hal.7.
tersebut adalah alasan penghapus pidana penjara selama 1 (satu) bulan 15 (lima belas) hari dan
menurut Undang-Undang, baik itu sebagai
alasan pembenar maupun sebagai alasan denda sebesar Rp.5.000.000,-(lima juta rupiah),
pemaaf. dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka
Alasan-alasan tidak dapat dipidananya diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu)
seseorang yaitu bulan (berbeda dengan tuntutan Jaksa Penuntut
Umum dengan tuntutan 3 bulan penjara dan denda
a. Alasan tidak dapat
Rp.5.000.000,-) sebagai pertanggungjawaban pidana
dipertanggungjawabkannya seseorang yang
kepada terdakwa belum cukup atau tidak tepat untuk
terletak pada diri orang tersebut.
menimbulkan efek jera bagi pelaku untuk tidak
b. Alasan tidak dapat
mengulangi perbuatannya lagi. Dengan alasan karena
dipertanggungjawabkannya seseorang seseorang
:
yang terletak diluar diri orang tersebut.
1. Dengan banyaknya jumlah obat-obatan keras,
Alasan pemaaf adalah alasan-alasan yang
Psikotropika dan Narkotika yang ia edarkan
meghapuskan kesalahan dari si
pelaku/terdakwa. Alasan pemaaf adalah tanpa adanya dokumen-dokumen resmi
alasan tidak dipidananya seseorang yang mengindikasikan bahwa pelaku dapat melakukan
telah melakukan perbuatan yang mencocoki
rumusan delik disebabkan karena tidak penyalahgunaan peredaran Psikotropika seperti
sepantasnya orang itu dicela, tidak Psikotropika Golongan IV Nomor urut 19
sepatutnya dia disalahkan, maka hal-hal
Lampiran Undang-Undang RI No.5 Tahun 1997
yang menyebabkan dia tidak sepantasnya
dicela itu disebut sebagai hal-hal yang dapat tentang Psikotropika dan Narkotika dilingkungan
memaafkannya.15 masyarakat dengan berlindung pada
Berdasarkan ketiga unsur keadaan/status pelaku sebagai seorang Apoteker
pertanggungjawaban pidana maka perbuatan yang mempunyai wewenang untuk mengedarkan
terdakwa yang telah terbukti itu dapat sediaan farmasi menurut peraturan perundang-
dipertanggungjawabkan atau dipersalahkan Undangan.
kepadanya. 2. Budaya melanggar hukum oleh pelaku, padahal
yang ia ketahui bahwa sebagai Apoteker dalam
Putusan Hakim tentang kwalifikasi
melakukan pengadaan sediaan farmasi harus
kesalahan pelaku terhadap pengenaan Pasal 197 jo
melalui Pedagang Farmasi bukan pada
Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang RI No.36 Tahun
salesman freelance (pekerja bebas) yang tidak
2009 tentang Kesehatan mengenai perbuatan dengan
bisa dipertanggungjawabkan sumber atau asal
sengaja mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar
keberadaan barangnya dalam hal ini sediaan
sudah benar didasarkan pada pertimbangan yuridis.
farmasi bisa saja sediaan farmasi tersebut tidak
Namun penulis tidak sependapat dengan putusan
memenuhi standar mutu keamanan, kualitas
Hakim tentang sanksi hukuman yang dijatuhkan
yang tidak baik, tidak higienis, harga murah,
sebagai tanggung jawab yang dibebankan kepada
telah kadaluarsa dan terindikasi palsu. Jika
terdakwa berupa pidana
sediaan farmasi tersebut sampai pada tangan
15
Ibid, hal.30. masyarakat
resikonya bukan hanya pada cacat menggambarkan bahwa hukum dinegara ini adalah
permanen tetapi menyebabkan kematian. hukum yang tidak menjamin adanya suatu kepastian.
Padahal akibat jangka panjang yang ditimbulkan atas
Dalam menegakkan hukum terdapat 3 (tiga)
perbuatan pelaku dapat berupa cacat permanen dan
tujuan yang harus diperhatikan yaitu kepastian
kematian jika dikonsumsi atau sampai ke tangan
hukum, kemanfaatan dan keadilan. Kepastian hukum
masyarakat.
merupakan jaminan bahwa suatu hukum harus
dijalankan dengan cara yang baik dan tepat, hukum Tujuan hukum berikutnya adalah
yang ditegakkan oleh penegak hukum harus kemanfaatan hukum, kemanfaatan hukum perlu
menjamin kepastian hukum demi tegaknya ketertiban diperhatikan karena setiap orang mengharapkan
dan keadilan dalam kehidupan masyarakat. adanya manfaat dalam pelaksanaan penegakan
Ketidakpastian hukum akan menimbulkan kekacauan hukum, namun dengan tidak sesuainya sanksi hukum
dalam kehidupan masyarakat. Jika dikaitkan dengan
16
yang diberikan oleh Hakim kepada pengedar dalam
kesalahan pengedar sebagai pemilik Apotek Gamma hal ini adalah pemilik Apotek Gamma Medan yang
yang mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar maka
dan atas kesalahan tersebut pengedar sebagai pemilik akan menimbulkan keresahan ditengah masyarakat
Apotek Gamma dipidana penjara selama 1 (satu) karena sanksi hukum tersebut kurang memberikan
bulan 15 (lima belas) hari dan denda sebesar efek jera dan akan mengakibatkan peredaran sediaan
Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah). Putusan Hakim farmasi terus meluas dan mudah didapatkan serta
atas sanksi pidana kepada pemilik Apotek Gamma sulit memutuskan mata rantai kejahatan tersebut.
tidak menjamin kepastian hukum karena terindikasi
Putusan Hakim yang menjatuhkan pidana
adanya kepentingan (intervensi).
penjara selama 1 (satu) bulan 15 (lima belas) hari
Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang jelas tidak adil karena Hakim tidak
Kesehatan sebagai produk hukum merumuskan mempertimbangkan dampak jangka panjang yang
dalam Pasal 197 bahwa sanksi pidana penjara ditimbulkan atas perbuatan pengedar sebagai pemilik
terhadap setiap orang yang sengaja memproduksi Apotek Gamma yang mengedarkan sediaan farmasi
atau mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar tanpa izin edar. Dampak negatif tersebut jika sampai
dipidana dengan pidana penjara maksimal 15 (lima pada tangan masyarakat kemudian dikonsumsi akan
belas) tahun penjara dan denda Rp.1.500.000.000 mengakibatkan cacat permanen dan kematian serta
(satu miliar lima ratus juta rupiah). Sementara sanksi tidak akan memutus mata rantai peredaran sediaan
pidana yang diberikan Hakim dalam Putusan yaitu 1 farmasi tanpa izin karena alasan bebasnya dan
(satu) bulan penjara merupakan angka yang sangat ringannya sanksi pidana bagi penyedia sarana sediaan
jauh dari yang dirumuskan dalam Pasal undang- farmasi seperti Apotek Gamma sebagai pengedar
undang tersebut. Putusan Hakim yang mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar.
16
M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan C. Peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil
dan Penerapan KUHAP : Penyidikan dan Penuntutan,
Ed.2.Cet.1, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hal.76. Balai Besar Pom Dalam Proses
Penyelesaian Kasus Peredaran d. Melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau
Sediaan Farmasi Tanpa Izin Edar. dokumen lain tentang tindak pidana di
Dalam kasus peredaran sediaan farmasi bidang kesehatan;
tanpa izin edar, yang berwenang dalam melakukan e. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan
penyidikan adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil bahan atau barang bukti dalam perkara
Balai Besar Pengawasan Makanan (BBPOM) yang tindak pidana dibidang kesehatan;
merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan f. Meminta bantuan ahli dalam rangka
Badan Pengawas Obat dan Makanan menurut pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
Peraturan Kepala BPOM No.14 Tahun 2014 tentang dibidang kesehatan;
organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis g. Menghentikan penyidikan apabila tidak
dilingkungan Badan Pengawasan Obat dan Makanan. terdapat cukup bukti yang membuktikan
Tugas dan wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil adanya tindak pidana di bidang kesehatan.
(PPNS) BBPOM tertera dalam Pasal 189 Undang-
Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Berdasarkan wawancara terhadap

yaitu : narasumber Bapak Mangandar Marbun sebagai


Kepala Seksi Penyidikan BBPOM Wilayah Medan,
(1) Selain penyidik polisi Negara Republik
penemuan tindak pidana peredaran sediaan farmasi
Indonesia, kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tanpa izin edar biasanya melalui 2 (dua) sumber
tertentu di lingkungan pemerintahan yang
yaitu laporan masyarakat dan penemuan langsung
menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan
oleh aparat dalam proses investigasi atau pihak
juga diberi wewenang khusus sebagai penyidik
Serlik Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang melihat dan telah melakukan pemeriksaan rutin
No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
dan mendapati adanya dugaan terjadinya tindak
untuk melaksanakan penyidikan tindak pidana di
pidana peredaran sediaan farmasi tanpa kemudian
bidang kesehatan.
memberikan laporan ke penyidik pegawai negeri sipil
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan.
(1) berwenang :
Setelah penyidik pegawai negeri sipil Balai
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran
Besar Pengawasan Obat dan Makanan menerima
laporan serta keterangan tentang tindak
laporan tentang dugaan terjadinya tindak pidana
pidana di bidang kesehatan;
peredaran sediaan farmasi tanpa izin edar baik dari
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang
masyarakat atau dari pihak Serlik Balai Besar
yang diduga melakukan tindak pidana
Pengawasan Obat dan Makanan, maka penyidik
dibidang kesehatan;
pegawai negeri sipil Balai Besar Pengawasan Obat
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari
dan Makanan langsung melakukan pemeriksaan atas
orang atau badan hukum sehubungan
laporan atau keterangan tersebut. Pemeriksaan atas
dengan tindak pidana di bidang kesehatan;
laporan atau keterangan tersebut dengan cara
langsung melakukan pemeriksaan ditempat kejadian BBPOM adalah menggeledah setiap ruangan yang
perkara (TKP) atau ditempat yang diduga terjadinya dicurigai menyimpan barang bukti, kemudian jika
tindak pidana peredaran sediaan farmasi tanpa izin ditemukan sediaan farmasi atau obat-obat maka
edar seperti Apotek Gamma Medan dengan dilakukan pendataan misalnya obat yang berupa
sebelumnya membawa Surat Perintah Tugas dari Narkotika, Psikotropika dan obat-obatan keras
Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan lainnya, lalu meminta kepada pemilik apotek untuk
yaitu Surat Perintah Penyidikan yang dikeluarkan menunjukkan dokumen- dokumen perihal pengadaan
oleh Kepala Balai Besar POM. sediaan farmasi atau obat-obatan tersebut seperti SP
Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah atau surat pesanan yang telah ditandatangani oleh
memanggil, memeriksa serta meminta keterangan Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) serta
dan barang bukti dari orang yang disangka faktur pembelian obat dari distributor, jika pemilik
melakukan atau sebagai saksi dalam tindak pidana Apotek tidak dapat menunjukkan dokumen-dokumen
mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar. resmi tersebut dikarenakan pemilik Apotek dalam hal
Selanjutnya dilakukan penggeledahan yaitu ini disebut sebagai pengedar memperolehnya bukan
tindakan penyidik yang dibenarkan undang-undang dari pihak- pihak yang diatur secara resmi dan
untuk memasuki dan melakukan pemeriksaan berwenang untuk mendistribusikannya seperti PBF
dirumah tempat kediaman seseorang atau untuk maka dilakukan penyitaan, Barang sitaan kemudian
melakukan pemeriksaan. Penggeledahan berfungsi dibungkus dan dilakukan penyegelan.
untuk menemukan dan mengumpulkan alat atau Penggeledahan, penyitaan dan pembungkusan
barang bukti sekaligus menemukan atau menangkap dan/atau penyegelan harus tertuang dalam berita
seseorang yang diduga telah melakukan tindak acara.18
pidana. Pada saat penggeledahan, selain penangkapan Setelah proses tersebut selesai guna
maka dapat dilakukan penyitaan.17 kepentingan pemeriksaan dalam rangka penyidikan
Berdasarkan wawancara terhadap tindak pidana, maka perlu memanggil pemilik
narasumber Bapak Mangandar Marbun sebagai Apotek untuk didengar keterangannya untuk
Kepala Seksi Penyidikan BBPOM Wilayah Medan, menghadap penyidik BBPOM. Pada proses
penggeledahan dilakukan disetiap ruangan tertentu penyidikan pelaku tidak ditahan. Apabila penyidikan
yang diduga terdapat barang bukti obat-obatan, telah selesai, penyidik menyerahkan tanggungjawab
barang bukti pembukuan, pencatatan dan barang atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut
bukti dokumen lain. Dalam hal tindak pidana Umum.
peredaran sediaan farmasi tanpa izin edar Proses Adapun alur dan proses pemberkasan yang
yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil Balai
(PPNS) Besar Pengawasan Obat dan Makanan dalam
melakukan penyidikan terhadap

17
L and J Law Firma, Mempertahankan Hak dan 18
Wawancara dengan Bapak Mangandar Marbun
Membela Diri Dihadapan Polisi, Jaksa dan Hakim, : Bila
sebagai Kepala Seksi Penyidikan Pegawai Negeri Sipil BBPOM
Terjerat Kasus Hukum,Cet.1.Rana Pustaka, Jakarta, 2012, hal.25.
Medan, Hari Kamis 04 Mei 2017, Bertempat di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Kota Medan.
tindak pidana peredaran sediaan farmasi tanpa izin ditujuan ke Pengadilan negeri
edar adalah: setempat
a. Petugas f. Dibuat surat pemberitahuan dimulainya
(1) Badan POM/BB POM (PPNS dan Staff) penyidikan (SDPP)
(2) Polda/Polres setempat Lampiran :
(3) Dinas, Dep.Kes.Kab/Kodya (1) Laporan kejadian
 Surat tugas penyidikan (2) Surat Tugas
 Surat perintah penggeledahan
 Surat perintah penyitaan Dikirim ke :

Catatan : Surat tersebut diatas (1) Kejaksaan Tinggi melalui Kapolda


ditandatangani oleh kepala Badan (2) Kejaksaan Negeri setempat
Pengawasan Obat dan Makanan sebagai
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), Berdasarkan wawancara dengan narasumber
dalam hal ini unit pelaksana tekhnisnya Bapak Mangandar Marbun sebagai Kepala Seksi
yaitu Kepala BBPOM di Kota Medan.
b. Pemeriksaan ke sasaran Penyidikan BBPOM Wilayah Medan mengenai
c. Tersangka kendala dan hambatan sebagai penyidik ketika
(1) Surat penggilan tersangka (ke kantor Badan
POM/BBPOM) menjalankan proses penyelesaikan kasus peredaran
(2) Berita Acara Penggeledahan sediaan farmasi tanpa izin edar, seperti masih kurang
(3) Berita acara penyitaan
(4) Surat tanda penerimaan barang bukti optimal didalam menanggulangi dan penyidikan
terhadap tindak pidana yang berhubungan dengan
Barang bukti dihitung, dicatat,
ditandatangani tersangka dan PPNS, obat dan makanan khususnya mengenai peredaran
selanjutnya dibawa ke Kantor Badan sediian farmasi tanpa izin, hal ini disebabkan oleh :
POM/Balai POM.
(5) Laporan kejadian 1. Kegiatan peredaran sediaan farmasi tanpa izin

d. Di Kantor Badan POM dibuat : edar di back up oleh oknum dan aparat- aparat
(1) Berita acara pemeriksaan tersangka tertentu bahkan preman, yang mengancam
(2) Berita acara
pembungkusan/penyegelan barang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BBPOM
bukti ketika melakukan penyidikan bahkan terdapat
e. Penyidik Badan POM membuat :
(1) Surat permohonan persetujuan pengalaman bahwa Penyidik Pegawai Negeri
penggeledahan Sipil (PPNS) BBPOM pernah ditodong senjata
(2) Surat persetujuan penyitaan
dan disekap oleh para preman ketika melakukan
Dengan lampiran : penyidikan.
(a) Laporan kejadian
(b) Surat perintah penggeledahan 2. Kurangnya pengalaman Penyidik Pegawai
(c) Berita acara penggeledahan Negeri Sipil (PPNS) dalam tugas-tugas
(d) Surat perintah penyitaan
(e) Berita acara penyitaan penyidikan tindak pidana.
(f) Surat tanda penerimaan-lampiran daftar 3. Kurangnya koordinasi dengan penyidik Polri dan
barang bukti
aparat penegak hukum lainnya dalam proses
Kemudian terbit : penyidikan perkara pidana. Kurangnya
(a) Surat penetapan persetujuan koordinasi dengan aparat penegak hukum dapat
penggeledahan
menimbulkan tumpang tindih kewenangan dan
(b) Surat penetapan persetujuan
penyitaan barang bukti kebijakan

Catatan: Surat Permohonan persetujuan


penggeledahan dan penyitaan
masing-masing sehingga rawan Permasalahan diatas sering menjadi kendala
menimbulkan konflik kepentingan. dan hambatan yang dialami oleh penyidik pegawai
4. Kurangnya penguasaan prosedur dan materi negeri sipil Balai Besar Pengawasan Obat dan
hukum oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Makanan Kota Medan. Bukan hanya itu saja,
(PPNS) Balai Besar Pengawasan Obat dan permasalahan yang dihadapi penyidik pegawai negeri
Makanan karena penyidik pegawai negeri sipil sipil Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
bukanlah berasal dari bidang hukum tetapi Medan adalah ketakutan dan ketidakberanian
Apoteker atau farmasi. melakukan penyidikan tanpa adanya pendampingan
5. Tidak adanya pendampingan oleh kepolisian dari Polri karena berdasarkan pengalaman ketika
pada saat proses penyidikan. melakukan penyidikan, bahwa penyidik pegawai
6. Tidak difasilitasinya sarana dan prasarana negeri sipil BBPOM mendapatkan ancaman dan
khususnya mengenai pengadaan barang untuk penyekapan yang dilakukan oleh preman bayaran
pengawasan sediaan farmasi tanpa izin edar dari perusahaan atau pelaku yang melakukan
melalui media sosial karena sampai saat ini produksi dan peredaran dibidang produk terapetik,
masih menumpang pada Subdit Cyber Crime produk biologi, Narkotika, Psikotropika, Precursor,
Polda Sumatera Utara. zat adiktif, makanan-minuman, obat tradisional,
7. Tidak adanya kewenangan untuk menahan, kosmetika, alat kesehatan, bahan berbahaya dan
ditakutkan pelaku melarikan diri dan produk komplemen.
menghilangkan barang bukti.
8. Ketika berkas hasil penyidikan sudah lengkap Menurut Kepala Seksi Penyidikan BBPOM

dan dilimpahkan ke kejaksaan, pendapat Jaksa wilayah Medan, solusi terhadap kendala-kendala dan

penuntut umum selalu multitafsir atau terkesan hambatan yang dirasakan oleh Penyidik Pegawai

bias dan/atau selalu berlainan dengan maksud Negeri Sipil (PPNS) BBPOM Medan dalam

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BBPOM penyelesaian kasus peredaran sediaan farmasi tanpa

Medan .19 izin edar adalah :

9. Masyarakat masih kurang kooperatif dalam a. Koordinasi lintas sektor atau semua unsur terkait
mengungkap tindak pidana peredaran sediaan bekerja lebih efektif
farmasi tanpa izin, terbukti dengan tidak adanya b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BBPOM
laporan dari masyarakat mengenai tindak pidana Medan difasilitasi tempat penahanan.
peredaran sediaan farmasi tanpa izin edar ini ke c. Alat dukung atau sarana dan prasarana
pihak Balai Pengawasan Obat dan Makanan disediakan jadi tidak perlu menumpang pada
Kota Medan dan kepolisian sehingga pihak subdit cyber crime Polda Sumut.
penyidik harus berperan aktif sendiri untuk d. Agar tidak terjadi perbuatan-perbuatan yang
mengungkap kejahatan. mengancam nyawa Penyidik Pegawai Negeri
19
Wawancara dengan Bapak Mangandar Marbun
Sipil (PPNS) BBPOM Medan, sebaiknya
sebagai Kepala Seksi Penyidikan Pegawai Negeri Sipil BBPOM terdapat back up atau
Medan, Hari Kamis 04 Mei 2017, Bertempat di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Kota Medan.
pendampingan dari kepolisian dalam proses dapat ditemukan dalam pasal 386 ayat (1) dan
penyidikan, sebenarnya Penyidik Pegawai (2) kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Negeri Sipil (PPNS) BBPOM sudah difasilitasi (KUHP), Undang-Undang No.5 Tahun 1997
senjata namun dikarenakan faktor moral dan tentang Psikotropika, Undang- Undang No.8
batin dari penyidik maka mereka belum mampu Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
atau tidak berani untuk menggunakannya. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, Undang-Undang No.35 Tahun 2009
Dalam kasus tindak pidana peredaran
Tentang Narkotika dan Peraturan Pemerintah
sediaan farmasi tanpa izin edar di Kota Medan,
Republik Indonesia No.72 Tahun 1998 Tentang
penyidik pegawai negeri sipil Balai Pengawasan Obat
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
dan Makanan terus berupaya untuk memberantas
Kesehatan. Pengaturan hukum tersebut pada
tindak pidana peredaran sediaan farmasi tanpa izin
intinya melarang peredaran sediaan farmasi yang
edar yang terjadi di Kota Medan. Berbagai tindakan
tidak memiliki izin karena alasan palsu, tidak
telah dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil
adanya dokumen resmi, tanpa hak dan tidak
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan, mulai
memiliki kualitas dan mutu yang terjamin.
dari tindakan preventif (pencegahan) sampai tindakan
2. Pertanggungjawaban pidana terhadap pengedar
represif (penindakan).
sediaan farmasi tanpa izin edar yang merupakan
Untuk mencegah agar peredaran sediaan pemilik Apotek Gamma Medan dalam
farmasi tanpa izin edar ini tidak bertambah marak Putusan No.2753/Pid.B/2013/PN.MDN,
terjadi, maka penyidik pegawai negeri sipil Balai terdakwa atas nama Darwis dapat dimintakan
Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota Medan pertanggungjawaban pidana atasnya karena telah
sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan memenuhi unsur-unsur pidana yaitu perbuatan
para pedagang tentang bahayanya mengedarkan yang tercantum dalam Pasal 197 Jo.Pasal 106
sediaan farmasi tanpa izin yang dilarang ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
peredarannya oleh Balai Pengawasan Obat dan No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan mengenai
Makanan karena dapat diberikan sanksi pidana dan perbuatan dengan sengaja mengedarkan sediaan
kualitas sediaan farmasi tanpa izin yang diedarkan farmasi yang tidak memiliki izin edar, tidak ada
tidak memiliki kualitas, mutu dan tidak terjamin alasan yang menghapuskan pidana dan terdakwa
keasliannya ketika suatu saat dikonsumsi dapat dianggap mampu
menimbulkan dampat negatif seperti cacat permanen bertanggungjawab (sehat rohani dan jasmani).
bahkan berakibat fatal hingga terjadinya kematian. Terdakwa dikenakan sanksi pidana penjara

III. Penutup selama (satu) bulan dan 15 (lima belas) hari serta

A. Kesimpulan denda sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah).

1. Pengaturan hukum pidana terhadap Sanksi hukum yang diberikan tidak sesuai

peredaran sediaan farmasi tanpa izin edar dengan asas keadilan dan kemanfaatan karena
hukuman 1 (satu) bulan 15 (lima belas) hari menumpang pada subdit cyber crime Polda
terlalu singkat dan tidak menimbulkan efek jera Sumut saat penyelesaian kasus peredaran sediaan
bagi pelaku serta akan menimbulkan keresahan farmasi melalui media internet, Pendampingan
ditengah masyarakat karena singkatnya hukuman langsung dari pihak kepolisian ketika
yang tidak akan memutus mata rantai kejahatan melaksanakan penyidikan.
peredaran sediaan farmasi tanpa izin B. Saran
3. Peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) 1. Dalam penanganan tindak pidana pengedaran
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan dan penyalahgunaan sediaan farmasi tanpa izin
adalah sebagai Penyidik yang memiliki edar, hendaknya dibuat suatu peraturan yang
wewenang sebagaimana tertera dalam Pasal khusus mengatur mengenai Farmasi sehingga
Undang-Undang Republik Indonesia No.8 Tahun dalam menangani tindak pidana ini para aparat
1981 tentang KUHAP Pasal 7 ayat (2) Jo. Pasal hukum dan para pihak yang terkait dapat
6 ayat (1) serta Bab XIX mengenai Penyidikan menindak dengan tegas karena payung hukum
dalam Pasal terhadap kejahatan ini sudah jelas.
189 Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang 2. Hakim seharusnya mempertimbangkan dampak
Kesehatan. Jalannya proses penyidikan dan jangka panjang yang ditimbulkan atas perbuatan
pemberkasan sampai dilimpahkan ke Kejaksaan pengedar sediaan farmasi tanpa izin yang
sebenarnya memiliki proses yang sama dengan sekaligus merupakan pemilik Apotek Gamma
Polri. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi Medan. Hukuman 1 (satu) bulan dengan masa
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil BBPOM percobaan bukanlah sebuah efek jera.
Medan seperti Kegiatan peredaran sediaan 3. Untuk mengoptimalkan kinerja Penyidik
farmasi tanpa izin edar di back up oleh oknum Pegawai Negeri Sipil BBPOM, sebaiknya
dan aparat-aparat tertentu bahkan preman, pemerintah memfasilitasi sarana dan prasarana
kurangnya koordinasi dengan penyidik Polri dan kerja Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
aparat penegak hukum lainnya dalam proses BBPOM dan memberikan dukungan serta
penyidikan perkara pidana, tidak difasilitasinya pendampingan saat proses penyidikan agar tidak
sarana dan prasarana, kurangnya pengalaman adanya tindakan ancaman atau kontak fisik yang
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam dilakukan oleh preman atau oknum-oknum yang
tugas- tugas penyidikan tindak pidana serta mengambil keuntungan dengan membela pelaku
masyarakat masih kurang kooperatif dalam peredaran sediaan farmasi tanpa izin.
mengungkap tindak pidana peredaran sediaan DAFTAR PUSTAKA
farmasi tanpa izin, Terhadap kendala tersebut
A. Buku
maka terdapat beberapa solusi yang diberikan
oleh narasumber seperti Koordinasi lintas sektor A.Z.Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana,
atau semua unsur terkait bekerja lebih efektif, Pradnya Paramitha, Jakarta, 1983.
sarana dan prasarana disediakan jadi tidak perlu
H.M.Hamdani, Alasan Penghapus Pidana : Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Teori dan Studi Kasus, Cet.1.PT.Refika Kesehatan.
Aditama, Bandung, 2012.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.3 Tahun 2015
J.E.Jonkers: Handbook van het Nederlandsch, tentang Peredaran, Penyimpanan,
Indische Strafrecht, E.J.Brio,Leiden. Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi
L and J Law Firma, Mempertahankan Hak dan
Perubahan atas Permenkes RI No.
Membela Diri Dihadapan Polisi, Jaksa
688/Menkes/Per/VII/1997 tentang
dan Hakim, : Bila Terjerat Kasus Peredaran Psikotropika.
Hukum,Cet.1.Rana Pustaka, Jakarta, 2012.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 35 Tahun 2014
M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
dan Penerapan KUHAP : Penyidikan
dan Penuntutan, Ed.2.Cet.1, Sinar
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
Grafika, Jakarta, 2000.
917/Menkes/Per/X/1993 tentang wajib
daftar obat jadi.
Moh.Hatta, Hukum Kesehatan dan Sengketa
Medik, Liberty Yogyakarta, 2013.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
688/Menkes/Per/VII/1997 tentang
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Peredaran Psikotropika.
(KUHP) serta Komentar- Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor.
C. Internet
Soekidjo Notoadmodjo, Etika dan Hukum
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010. Data bersumber dari Social Media Instagram yang
diakses pada tanggal 17 April 2017 Pukul :
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 10.15 Wib pada akun pribadi
Cet,3. Universitas Indonesia, Jakarta, 1986. @TaufiqRamadhan.

Wawancara dengan Bapak Mangandar Marbun Kemasan Berpengaman Bedakan Obat Palsu,
sebagai Kepala Seksi Penyidikan Pegawai www. Sinar Harapan. Com, diakses
Negeri Sipil BBPOM Medan, Hari Kamis tanggal 4 April 2014 Pukul.17.22 wib.
04 Mei 2017, Bertempat di Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Kota Medan. Pendapat,Sekretaris International
Pharmaceutical Manufacturers Group
(IPMG) Evie Yulin dikutip dalam
B. Peraturan Perundang-Undangan :http://industri.bisnis.com/read/2015060
2/257/439477/peredaran-obat-ilegal- rusak-
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. citra perusahaan-farmasi
diakses tanggal 11 April 2016 Pukul
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang 10.10 wib.
Kesehatan. Putusan No. 2753 / Pid. B / 2013 / PN.MDN,
Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Putusan.Mahkamah agung.go.id,
Narkotika. diakses pada tanggal 12 Agustus
2016.Pukul. 10.00.
Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika.

Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor :


72 Tahun 1998 tentang

You might also like