Professional Documents
Culture Documents
836-Article Text-2828-2-10-20220102
836-Article Text-2828-2-10-20220102
Vol 6, No 2 (2021)
ISSN: 2338-9095 (Print)
ISSN: 2338-9109 (online)
ABSTRACT
Stroke can affect balance. Balance is the ability to maintain the body in a balanced position both in
static and dynamic conditions. However, the assessment of the existing balance is only done in a
static state in stroke patients. The balance assessment describes the balance of stroke patients so
that they can be written on asessment form and the transfer record and can determine the need for
balance training as one of the rehabilitation of stroke patients. This EBN application aims to find
out the use of Berg Balance Scale to assess the balance of both static and dynamic conditions in
stroke patients. The method used is conducting PICO analysis, searching database, critical
appraisal, and determining relevant journals. EBN implementation was carried out on 10 people
who had a stroke in zone A on the 5th floor of Building A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. This
study uses the Berg Balance Scale scale in Indonesian. The analysis showed that stroke patients
who experienced balance disorders were 7 people and did not experience a balance of 3 people
BBS can assess the balance of stroke patients in accordance with existing evidence. BBS can be
used as a balance assessment in stroke patients.
ABSTRAK
Stroke bisa mempengaruhi keseimbangan. Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh dalam
mempertahankan tubuh dalam posisi seimbang baik dalam keadaan statis maupun dinamis. Namun,
pengkajian keseimbangan yang ada baru dilakukan dalam keadaan statis pada pasien stroke.
Pengkajian keseimbangan menggambarkan keseimbangan pasien stroke sehingga bisa dituliskan
pada format pengkajian keperawatan dan catatan transfer serta dapat menentukan kebutuhan latihan
keseimbangan sebagai salah satu rehabilitasi pasien stroke. Penerapan EBN ini bertujuan
mengetahui penggunaan Berg Balance Scale untuk mengkaji keseimbangan baik dalam keadan
statis maupun dinamis pada pasien stroke. Metode yang digunakan adalah melakukan analisa PICO,
searching database, critical appraisal, dan menentukan jurnal yang relevan. Penerapan EBN
dilakukan pada 10 orang yang mengalami stroke di zona A lantai 5 Gedung A RSUPN dr Cipto
Mangunkusumo. Studi ini menggunakan skala Berg Balance Scale dalam bahasa Indonesia.
219
Analisis menunjukkan bahwa pasien stroke yang mengalami gangguan keseimbangan sebanyak 7
orang dan tidak mengalami keseimbangan sebanyak 3 orang. BBS bisa menilai keseimbangan
pasien stroke sesuai dengan evidence yang ada. BBS bisa digunakan sebagai pengkajian
keseimbangan pada pasien stroke.
PENDAHULUAN
Stroke merupakan urutan kedua penyakit kurang dari 20% pasien yang menderita cacat
mematikan setelah penyakit jantung Angka berat.
kejadian stroke di dunia kira-kira 200 per Stroke dalam istilah medis disebut "penyakit
100.000 penduduk dalam setahun. Di pembuluh darah otak". Penyebabnya terjadi
Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi karena kurangnya pasokan darah ke otak atau
500.000 penduduk terkena serangan stroke terhambat karena hal-hal tertentu, sehungga
dan sekitar 25% atau 125.000 orang terjadi pengurangan kadar oksigen dalam sel-
meninggal sedangkan sisanya mengalami sel otak yang terjadi secara mendadak. Sel-sel
cacat ringan bahkan bisa menjadi cacat berat otak dapat mengalami kerusakan dan
(Pudiastuti, 2011). Stroke menjadi penyebab kehilangan fungsinya dalam waktu beberapa
kematian nomor tiga dan merupakan menit. Akibatnya, terjadinya kerusakan pada
penyebab cacat permanen terbesar di otak dapat memengaruhi fungsi tubuh yang
Indonesia (Riskesdas, 2018). dikendalikan oleh bagian sel-sel otak yang
rusak tersebut.
Prevalensi penyakit stroke juga meningkat
seiring bertambahnya umur. Kasus stroke Gangguan sensorik motorik dapat
tertinggi adalah umur 75 tahun keatas (43,1%) menyebabkan gangguan keseimbangan
dan lebih banyak pria (7,1%) dibandingkan termasuk kelemahan otot, penurunan
dengan wanita (6,8%) (Depkes, 2013). fleksibilitas jaringan lunak, serta gangguan
kontrol motorik dan sensorik sehingga terjadi
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penurunan aktifitas pada pasien stroke.
Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan Kontrol motorik yang berkurang
jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, mengakibatkan hilangnya koordinasi,
antara lain stroke. Prevalensi stroke naik dari hilangnya kemampuan mempertahankan
7% menjadi 10,9% (Riskesdas, 2018). Sekitar keseimbangan tubuh dan mengontrol
30% dari penderita stroke meninggal dalam pergerakan dari batang tubuh (trunk) serta
jangka waktu tiga bulan. Namun, lebih dari postur sehingga berdampak pada aktifitas
50% pasien yang selamat bisa memulihkan mobilitas fungsional seperti berjalan,
kemampuan perawatan diri mereka dan keseimbangan, menggenggam, berpindah
220
JKEP. Vol.6 No. 2 November 2021 hlm 219-231 221
posisi (transfer) (Haruyama, Kawakami, Rodgues, Faria, Paula, 2015). Situasi kedua
Otsuka, 2017). Keseimbangan adalah salah yaitu BBS digunakan untuk menggambarkan
satu komponen kunci yang menentukan keseimbangan individual pada catatan transfer
kemampuan pasien setelah stroke dan ketika individu pindah dari 1 ruang perawatan
perkusor esensial terhadap salah satunya ke ruang perawatan berikutnya (Stevenson,
restorasi kemandirian aktivitas sehari-hari 2001).
(Loewen&Anderson, 1990 dalam Bambirra, BBS merupakan alat pengkajian
Rodgues, Faria, Paula, 2015) . Pada penelitian keseimbangan yang sensitif. Hal ini
prospektif yang dilakukan oleh Tsang&Mark dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan
(2004) kinerja keseimbangan dapat oleh Wood-Dauphinee et al (1997) dalam
memprediksi mobilitas pasien stroke saat Stevension (2001) yang mengkaji kinerja
pulang. BBS, Fugl-Meyer Scale (FMS), dan Barthel
Index (BI) pada individu dengan CVA pada
Kinerja keseimbangan perlu dilakukan 2,6, dan 12 minggu post onset kejadian
pengkajian. Berdasarkan hasil penelusuran neurologi. BBS ditemukan memiliki efisiensi
evidence based practice, sejumlah bukti relatif lebih besar dibandingkan FMS (1.0
menyarankan bahwa Berg Balance Scale versus 0.65) tetapi lebih buruk dibandingkan
(BBS) adalah pengukur yang valid untuk BI (1.24 versus 1.0) untuk periode waktu
keseimbangan individu dengan Cerebro antara 2 dan 12 minggu post CVA. BBS
Vasculer Accident/CVA (Stevenson, 2001). memiliki efisiensi lebih besar daripada FMS
BBS telah teridentifikasi sebagai alat dan BI ( 1.0 versus 0.30 versus 0.68) untuk
pengkajian keseimbangan yang paling umum periode waktu antara 6 sampai 12 minggu
dilakukan pada pasien stroke (Blum dan post CVA. BBS lebih disarankan
Bitensky, 2008 dalam Makizako, et al, 2015). dibandingkan Functional Reach untuk
BBS bisa digunakan dalam 2 situasi. Situasi digunakan pada pasien stroke karena
pertama yaitu BBS digunakan saat masuk, memberikan wawasan tambahan tentang
sebelum, dan beberapa intervensi yang kemungkinan etiologi atau gangguan
dilakukan dan perubahan skor keseimbangan (Smith, Hambree, dan
dipertimbangkan ketika klinisi menentukan Thompson, 2004).
apakah intervensi tersebut sesuai atau tidak
BBS bisa dilakukan oleh multidisiplin
untuk pasien tersebut (Stevenson, 2001 dan
penyedia pelayanan kesehatan termasuk
Tyson&DeSouza, 2004 dalam Bambirra,
perawat (Berg et al, 1989). Berg dan teman-
JKEP. Vol.6 No. 2 November 2021 hlm 219-231 222
Tabel 2 Gambaran Karakteristik Pasien Stroke Berdasarkan Jenis Kelamin, Diagnosis Penyakit, dan
Onset Stroke (n=10)
Variabel Frekuensi Presentase (%)
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 3 30
2. Perempuan 7 70
Diagnosa Medis
1. Stroke iskemik 8 80
2. Stroke 2 20
hemoragik
Onset Stroke
1. <7 hari 10 100
2. ≥7 hari 0 0
Lama rawat inap pasien stroke biasanya 7 hari hemodinamik pasien. Hemodinamik ini
jika hemodinamik pasien stabil. Pelaksanaan dilihat dari tingkat kesadaran dan tanda-tanda
BBS dilakukan pada pasien rawat inap setelah vital. Tingkat kesadaran semua pasien
kondisi hemodinamik stabil dan sebelum kompos mentis (GCS 15). Tanda – tanda vital
pasien pulang ke rumah yaitu pada hari ke-5 masing-masing pasien sebelum dilakukan
dan ke-6, bervariasi dari masing-masing pengkajian dengan BBS yaitu :
pasien karena tergantung kestabilan
Tabel 3. Hasil Tanda-Tanda Vital
Tekanan Nadi Pernapa
Suhu Saturasi
No Pasien Darah (x / san
0
( C) O2 (%)
(mmHg) menit) (x/menit)
1. Ny. F 113/80 86 18 36,2 98
2. Tn. H 120/70 90 17 36,5 99
3. Ny. IP 121/82 87 18 36,3 97
4. Ny. RL 118/83 98 18 36,1 97
5. Ny.KG 110/70 84 17 36,6 98
6. Ny. S 127/85 99 18 36,7 99
7. Ny. SR 114/90 78 17 36,8 97
8. Ny. Y 130/90 97 17 36,0 98
9. Tn. A 120/80 85 18 36,9 99
10. Tn. E.F 117/87 88 17 37 97
JKEP. Vol.6 No. 2 November 2021 hlm 219-231 225
tahun ke atas) dan resiko stroke meningkat perempuan sampai melewati masa melahirkan
seiring bertambahnya usia (Nurarif et all, anak (Burhanudin, Wahidudin, Jumriani,
2013). Hal ini tidak berarti bahwa stroke 2012). Menurut American Hearth Association
hanya terjadi pada orang lanjut usia karena prevalensi kejadian stroke yang diambil dari
stroke dapat menyerang semua kelompok survei pemeriksaan kesehatan dan nutrisi
umur (Sustrani, dkk, 2006). Kejadian pada nasional 2009-2012 didapatkan bahwa
semua kelompok umur ini dilihat dari perempuan memiliki persentase lebih tinggi
berbagai kelainan yang menjadi pencetus dibandingkan laki-laki pada setiap kelompok
serangan stroke seperti aneurisma usia. Usia 20-39 tahun sebanyak 0,9% dimana
intrakranial, malformasi vaskuler otak, 0,2% terjadi pada laki-laki dan 0,7% terjadi
kelainan jantung bawaan (Dian, 2011). Stroke pada perempuan; usia 40-49 tahun sebanyak
yang menyerang usia lanjut dikarenakan 4,1% dimana 1,9% terjadi pada laki-laki dan
mengalaminya degeneratif organ-organ dalam 2,2% terjadi pada perempuan ; 60-79 tahun
tubuh (Nurarif et all, 2013) termasuk 11,3% dimana 6,1% terjadi pada laki-laki dan
pembuluh darah otak. Pembuluh darah 5,2% terjadi pada perempuan (Mozaffarian D,
menjadi tidak elastis terutama di bagian et all, 2015). Persentase yang lebih tinggi
endotel yang mengalami penebalan pada pada perempuan ini juga meningkatkan risiko
bagian intima, sehingga mengakibatkan terkena stroke sehingga kerusakan di sel-sel
lumen pembuluh darah semakin sempit dan otak juga lebih berisiko. Kerusakan sel-sel
berdampak pada penurunan aliran darah otak ini termasuk kerusakan pada gangguan
(Kristiyawati dkk, 2009). Stroke pada semua fungsi sensorik dan motorik. Gangguan
golongan usia ini memmungkinkan timbulnya sensorik dan motorik dapat menyebabkan
gangguan kontrol motorik termasuk gangguan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan
keseimbangan. otot, penurunan fleksibilitas jaringan lunak
sehingga terjadi penurunan aktivitas pada
2. Jenis Kelamin pasien stroke.
Hasil penerapan EBN didapatkan bahwa
sebagian besar pasien stroke berjenis kelamin 3. Diagnosa Medis
perempuan sebesar 70% (7 orang). Sebagian besar diagnosa medis pasien pada
Perempuan memiliki kecendrungan lebih penerapan EBN adalah stroke iskemik sebesar
besar terkena stroke setelah usia menopause 80% (8 orang). Hal ini sesuai dengan
karena hormon ini berperan dapat melindungi pernyataan Boehme, Esenwa, dan Elkind
JKEP. Vol.6 No. 2 November 2021 hlm 219-231 227
(2017) bahwa sebagian besar (80%) stroke Semua pasien yang dikaji keseimbangannya
adalah iskemik walaupun batas relatif stroke pada penerapan EBN merupakan onset kurang
hemoragik dan iskemik bervariasi diantara dari 7 hari sebesar 100 % (10 orang). Pada
populasi. Penelitian yang dilakukan oleh penerapan EBN, pelaksanaannya adalah
O’Donnell MJ, et all (2010) menyatakan pasien tidak dapat dikaji minimal 7 hari
bahwa sebagian besar (77,9% ) yaitu setelah post stroke seperti yang disarankan
sebanyak 2337 responden yang diteliti jurnal rujukan karena masa perawatan pasien
terdiagnos stroke iskemik. Penyebab stroke dengan stroke tanpa diagnosa sekunder
iskemik lebih banyak dibandingkan stroke selama 7 hari perawatan (tergantung kondisi
hemoragik dimana penyebab utama stroke klinis pasien). Pada pasien stroke iskemik fase
hemoragik karena perdarahan intraparenkim akut 2-4 hari. Selama fase akut kondisi klinis
atau subarahnoid. Penyebab stroke iskemik pasien bisa membaik atau memburuk
dibagi menjadi penyebab subtipe atau tergantung penatalaksanaan yang dilakukan.
kategori yang mewakili penyebab stroke yaitu Pada fase akut ini merupakan kondisi kritis
kardioemboli, aterosklerosis, lakunar, pasien dan perlu monitoring ketat
penyebab spesifik lain (diseksi, vaskulitis, kesadarannya dan status neurologisnya
kelainan genetik spesifik, dan lainnya) penurunan atau tidak. Karena fase akut sangat
(Adam, et all, 1993 dalam Boehme, Esenwa, memungkinkan terjadi perburukan kondisi
dan Elkind, 2017). Pada pasien stroke iskemik bila salah melakukan perawatan. Hal ini bisa
penyumbatan yang terjadi menyebabkan memungkinkan penambahan edema serebral
fungsi kontol motorik berkurang. Kontrol baik edema sitotoksik maupun edema
motorik yang berkurang mengakibatkan vasogenik. Apabila fase akut pasien sudah
hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan terlewati dan kondisi klinis pasien dalam
mempertahankan keseimbangan tubuh dan batas normal tanpa ada perburukan maka
mengontrol pergerakan dari batang tubuh pasien akan rehabilitatif sampai hari ke-7 dan
(trunk) serta postur sehingga berdampak pada diizinkan untuk rawat jalan (Boehme,
aktifitas mobilitas fungsional seperti berjalan, Esenwa, dan Elkind, 2017). Pada penelitian
keseimbangan, menggenggam, berpindah yang dilakukan oleh Stevenson (2001)
posisi (transfer) (Haruyama, Kawakami, mengatakan bahwa semua pasien yang
Otsuka, 2017). dilakukan pengkajian keseimbangan adalah
pasien stroke akut yang stabil secara medis.
4. Onset Stroke
JKEP. Vol.6 No. 2 November 2021 hlm 219-231 228
5. Pengkajian Keseimbangan dengan BBS dalam melakukan adaptasi pada gerakan dan
Pada saat pengkajian, ada 3 pasien memiliki kondisi lingkungan. Gangguan keseimbangan
skor BBS 3 sampai 4 untuk setiap item terjadi karena hilangnya sensorik dan motorik
sehingga total skor BBS 46-48 yang berarti seperti kelemahan otot, penurunan
ketiga pasien ini tidak ada gangguan fleksibilitas jaringan lunak, serta gangguan
keseimbangan. Ada 5 pasien yang hanya bisa kontrol motorik maupun sensoris. Otot yang
melakukan kegiatan sesuai item BBS sampai memiliki penurunan fungsi yang terjadi pada
item ke-10 (berputar 360 derajat). Setelah ekstremitas bawah dapat menyebabkan
kegiatan ini, pasien cenderung ingin duduk penurunan kemampuan dalam menopang atau
dan tidak mau melakukan kegiatan untuk item menyangga dan menyeimbangkan masa
ke-11 sampai 14. Pada item ke-11 sampai ke- tubuh, sehingga mengalami kesulitan untuk
14 diberi skor 0 sehingga total skor masuk memulai mengarahkan, mengukur kecepatan
dalam kategori ada gangguan keseimbangan. otot dalam mempertahankan keseimbangan
Ada 2 pasien yang mampu melakukan semua tubuh (O’Donnell, et al, 2010).Fungsi yang
tindakan sebanyak 14 item tetapi waktunya hilang akibat gangguan kontrol motorik pada
lebih lama daripada 8 pasien lainnya yaitu 20 pasien stroke mengakibatkan hilangnya
menit. Hal ini karena pasien sangat hati-hati koordinasi dan hilangnya kemampuan
dan khawatir jatuh dalam setiap kegiatan yang merasakan keseimbangan tubuh dan
diminta saat pengkajian. Total skor BBS pada kemampuan untuk mempertahankan posisi
kedua pasien pun termasuk dalam kategori tertentu. Kesulitan membentuk dan
ada gangguan keseimbangan. Berdasarkan hal mempertahankan postur yang tepat dapat
di atas, maka disimpulkan bahwa sebanyak 3 diketahui saat pasien melakukan gerakan dari
pasien tidak ada gangguan keseimbangan dan duduk ke berdiri maupun dari berdiri ke
7 pasien ada gangguan keseimbangan. duduk (Thomson, 2010).
2001) pengkajian keseimbangan dengan BBS Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
bisa dilakukan adalah pasien stroke akut yang pihak RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo yang
stabil secara medis. telah memberikan kesempatan untuk
menerapkan EBN.
KESIMPULAN
Rata-rata umur pasien adalah 45.8 tahun,
REFERENSI
sebagian besar pasien berjenis kelamin
Alghadir, Al-Eisa, Anwer, dan Sarkar. (2018).
perempuan sebesar 70% (7 orang), stroke
Reliability, validity, and responsiveness of
iskemik sebesar 80% (8 orang), dan semua thress scales for measuring balance in
patients with chronic stroke. Tersedia di
pasien yang dikaji keseimbangannya
http://remote-
merupakan onset kurang dari 7 hari sebesar lib.ui.ac.id:2235/ehost/pdfviewer/pdfviewe
r?vid=0&sid=1febe11b-2776-4981-a49f-
100 % (10 orang). Hasil pengkajian BBS
592802da68b0%40sdc-v-sessmgr01
didapatkan bahwa sebagian besar pasien
Badan Penelitian dan Pengembangan
mengalami gangguan keseimbangan sebanyak
Kesehatan. (2013). Hasil Utama Riset
7 orang (70%). Kesehatan Dasar 2013. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Loewen, SC & Anderson, BA. 1990. Thomson, DJ, 2010. Stroke dan
Predictors of Stroke Outcome Using Pencegahannya. Jakarta : Arcan.
Objective Measurement Scales. Stroke. 21
(1): 78-81. Tsang YL dan Mak MK. (2004). Sit and reach
test can predict mobility of patients
Makizako, Kabe, Takano, Isobe. (2015). Use recovering from acute stroke. Arch Phys
of the Berg Balance Scale to Predict Med Rehabilitation. 85:94-98.
Independent Gait After Stroke : A Study of
an Inpatient Population in Japan. American Tyson SF dan Connell, LA. (2009) How to
Academy of Physical Medicine & Measure Balance in Clinical Practice. A
Rehabilitation. Tersedia di Systematic Review of The Psychometrics
http//dx.doi.org/10.1016/j.pmrj.2015.01,00 and Clinical Utility of Measure of Balance
9. Activity for Neurological Conditions.
Clinical Rehabilitation. Sep; 23 (9): 824-
Maryam, Raden Siti. (2009). Pengaruh 40.
Latihan Keseimbangan Fisik terhadap
Keseimbangan Tubuh Lansia Di Panti Tyson SF dan DeSouza LH. 2004. Reliability
Sosial Tresna Werdha Wilayah Pemda and Validity of Functional Balance Tests
DKI Jakarta. Tesis. Jakarta : FIK UI. Post Stroke. Clinical Rehabilitation. 18 (8)
: 916-23.
Mozaffarian D, et al. (2015). Circulation.
131:e29-e322.