Professional Documents
Culture Documents
160-Article Text-1063-1-10-20210429
160-Article Text-1063-1-10-20210429
ABSTRACT
The family planning program is an effective strategy in reducing maternal mortality rate. This
will be achieved by increasing the continuity of family planning participation rates. The Long
Acting Reversible Contraception (LARC) method is the most effective Family Planning method
in increasing the continuity of Family Planning participation. West Sumatra Province is one of
the provinces with the lowest achievement of active Family Planning participants, namely
63.73% as well as in Padang namely 15.50% in 2016 and only slightly increased, namely
19.00% in 2017. The use of LARC by couples of reproductive age is influenced by many factors
including the quality and access of Family Planning services, limited facilities, provider
competence, knowledge, socio-cultural, and psychosocial support. The objective of this study
analyzed the factors associated with the decision in choosing LARC in Kampung KB at Padang
city. This research used qualitative design with a phenomenological approach to nineteen
informants that taken by the snowball sampling technique. The process of data analysis was
refer to the constant comparative method. The results of this study showed that the factors
associated with the decision in choosing LARC in Kampung KB of Padang regional were
psychosocial support from couples and parents, provider competencies, recording and
reporting procedures, quality of family planning services, community culture, negative
perceptions of LARC, and absence of targeted indicators for contraceptive methods.
Keywords: Emosional; instrumental; awarding support; LARC
ABSTRAK
Program keluarga berencana merupakan satu strategi efektif dalam menurunkan angka kematian
ibu. Hal ini akan tercapai dengan meningkatnya angka keberlangsungan kesertaan ber -KB.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan metode KB yang paling efektif dalam
meningkatkan keberlangsungan kesertaan ber-KB. Provinsi Sumatera Barat merupakan satu
provinsi dengan capaian peserta KB aktif terendah yaitu 63,73%. Begitu juga dengan kota
Padang yaitu 15,50% ditahun 2016 dan 19,00% ditahun 2017. Penggunaan metode MKJP
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kualitas dan akses pelayanan KB, keterbatasan
sarana, kompetensi provider, pengetahuan, sosial-budaya, dan dukungan psikososial. Penelitian
ini bertujuan menganalisis faktor yang berhubungan dengan keputusan memilih metode MKJP
di Kampung KB Kota Padang. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi terhadap 19 informan yang ditentukan dengan teknik snowball sampling dan
dianalisis dengan model contant comparative method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang berhubungan dengan keputusan memilih KB MKJP di wilayah Kampung KB
Padang adalah dukungan psikososial dari pasangan dan orang tua, kompetensi provider,
prosedur pencatatan dan pelaporan, kualitas pelayanan KB, budaya masyarakat, persepsi negatif
terhadap KB MKJP, dan tidak adanya indikator sasaran untuk metode kontrasepsi.
Kata kunci : Dukungan emosional; instrumental; penghargaan; MKJP
17
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
18
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
akseptor KB, pengelola Kampung KB, punya anak sampai saat sekarang
kader KB, Kordinator Lapangan PKB, belum punya anak-anak, udah dibuka
Bidan pengelola program KB di nya tu Implannya, tapi belum punya
Puskesmas, pemegang program KB dari anak sampe sekarang. Aaa ada yang
Dinas Kesehatan dan staf DP3AP2KB. bilang sama Ibu, menyesal juga Ibu
jadinya, itu membunuh peranakan
HASIL DAN PEMBAHASAN kamu secara perlahan-lahan katanya.
1. Dukungan Emosional Dak percaya Ibu, akhirnya bertahan
juga Ibu, akhirnya badan Ibu yang
Hasil wawancara mendalam
habis. Tiap sebentar keluar masuk ke
terhadap Informan yang memilih
rumah sakit. Mau mati Ibu lagi. Malam
menggunakan metode KB non-MKJP
aja nggak mau tidur, badan begini aja
diperoleh informasi bahwa dukungan
kerjanya (sambil menunjukan gerakan
emosional yang diperoleh dari pasangan
menggigil).Iiii lama saya sakit, berapa
dan orang tua (ibu) untuk menggunakan
bulan tu, lumpuh rasanya ni Deeek.
metode KB MKJP tidak pernah diperoleh.
Napas ni kayak gini ni Dek (sambil
Hal ini dilatar belakangi oleh ketakutan
mempraktikan gerakan ngos-ngosan).
dan kecemasan dari pasangan dan ibu nya
Nggak mau makan Deek, maunya
terhadap efek samping yang mungkin
matanya gini terus (sambil melebarkan
ditimbulkan oleh metode KB MKJP
matanya), badan tu dingin, pake kaus
seperti ketakutan akan sulitnya
kaki, pake celana panjang. Takut Ibu,
memperoleh keturunan selanjutnya,
trauma, itu makanya anak Ibu ndak
adanya asumsi bahwa metode Implan
boleh pasang itu” (IF.1c).
dapat membunuh peranakan, terjadinya
penurunan kesehatan fisik dan psikis Salah satu Informan pengguna
seperti menggigil setiap malam, insomnia, metode non-MKJP (Suntik) berpendapat
hilangnya gairah dan menimbulkan suatu bahwa jarang dari pihak keluarga yang
penyakit (IF.1b, IF.1c). Selain itu, suami memberikan dukungan dari segi
tidak pernah memberikan motivasi kepada emosional kepada calon akseptor KB
Informan untuk menggunakan metode untuk menggunakan metode MKJP
MKJP. Sehingga Informan merasa tidak seperti IUD. Hal tersebut kemungkinan
tenang bila ia tetap memutuskan dilatar belakangi adanya rasa
menggunakan metode MKJP (IF.1f, ketidaknyamanan saat melakukan
IF.1a). Informasi tersebut sesuai dengan hubungan suami istri yang ditimbulkan
kutipan hasil wawancara berikut, pasca pemasangan alat IUD, pengalaman
para tetangganya yang mengalami efek
“Nggak boleh sama Mama, susah
samping negatif pasca pemasangan IUD
dapat keturunan lagi, susah, susah itu.
(IF.1d, IF.1k), sesuai dengan kutipan hasil
Iya, setahun lebih, setahun lebih baru
wawancara berikut,
dapet (keturunan). Kalo pakai itu, apa
aaa (sambil menunjuk kearah perut), “Kalo yang Spiral tu jarang, jarang
Spiral, aa penyakitan, tinggal di perut. (keluarga) yang mendukung. Kalo
Orang bilang kalo pakai itu (Implan), keluarga, jarang pada umumnya,
itu membunuh peranakan kita secara biarlah Suntik. Mungkin kurang enak
perlahan-lahan. Memang kenyataan mungkin. Kata orang pasang Spiral,
nampak sama ibu. Ada orang disini kata suaminya iya kurang enak, kayak
haa, anaknya cuma 2 (dua) yaa, eeh 3 ada yang menganjal. Nggak, kadang-
(tigaa). Haa dia mauu, haa anaknya kadang sedang pipis keluar saja kan.
udah besar-besar, aa dia pasang Mungkin berhubungan terlalu gimana
Implan tu, udah 2 (dua) kali katanya, mungkin, aaa jadi lepas, aaa jadi
buka terus pasang lagi, aa terus mau kehamilan. Tapi dia pasang Spiral,
19
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
tapi dia hamil, akhirnya pas keluarin menjelaskan atau mengajak ber-
anak nempel Spiral nya tu. Dia kan KB)” (IF.1g).
pasang Spiral tu katanya, taunya dia
hamil, ”Saya pakai KB Spiral, kemana Informasi ini sejalan dengan
perginya Spiral tu, nggak ada ?”. pernyataan dari salah satu kader KB
Spiral tu diperiksa ndak ada, dimana perannya dalam pelayanan KB
ilang..tau-tau setelah melahirkan adalah hanya memberikan informasi
menyangkut di bayi” (IF.1k). terkait dengan berbagai metode KB.
Pendapat Bidan pengelola program Kader tidak memiliki wewenang untuk
KB di 2 (dua) Puskesmas, dukungan memaksa calon akseptor untuk lebih
emosional yang diberikan oleh pasangan memilih metode MKJP (IF. 2a). Informasi
dan keluarga masih kurang disebabkan tersebut sesuai dengan kutipan wawancara
karena masih banyak informasi negatif berikut,
yang tersebar di masyarakat seperti “Tidak ada, saya palingan ini saja
terganggunya kenyamanan saat (memperlihatkan peta KB yang sedang
berhubungan suami istri karena efek dibuat), saya mendata siapa yang
samping yang ditimbulkan pasca pakai KB, siapa yang tidak pakai KB.
penggunaan IUD, alat kontrasepsi yang Naah sekaligus saya infomasikan
dapat berpindah ke organ lain. Oleh sedikit-sedikit tentang KB. Kami yang
karena itu, pada umumnya mereka lebih penting ibu-ibu disini tu menggunakan
mendukung untuk menggunakan metode KB itu saja, masalahnya kalo saya
non-MKJP (IF.3a, IF.3d). menekankan ibu-ibu itu untuk memakai
Terkait dengan dukungan emosional KB MKJP tu kalo ada efek samping
yang berasal dari provider pelayanan KB kayak kasus tu saya tidak bisa juga
seperti kader KB, koordinator PKB dan berbuat apa-apa, takut juga saya kan”
bidan yang memberikan pelayanan KB, (IF.2a).
menurut beberapa Informan pengguna
metode non-MKJP berpendapat kader Sementara dari pihak koordinator
hanya sebatas memberikan informasi lapangan PKB berpendapat upayanya
terkait berbagai metode kontrasepsi saja, dalam memotivasi PUS di Kampung KB
tidak pernah melakukan pendekatan untuk menggunakan metode MKJP adalah
secara emosional khususnya dalam dengan meminta PUS yang sudah
penggunaan metode MKJP (IF.1d, IF,1e, memakai metode MKJP menjadi mediator
IF.1k). Informan lain mengungkapkan untuk mempengaruhi dan mengajak PUS
tidak pernah mendapatkan kunjungan dari lain untuk ikut serta menggunakan
kader KB sebagai upaya pemberian metode MKJP. Informasi ini
motivasi baik melalui saran, informasi memperlihatkan bahwa dukungan
atau pendekatan secara emosional lainnya emosional tidak langsung berasal dari
untuk menumbuhkan motivasi Informan koordinator lapangan PKB. Informasi
menggunakan metode MKJP (IF.1g). tersebut sesuai dengan kutipan wawancara
Informasi tersebut sesuai dengan kutipan berikut,
wawancara berikut, “Dia gini, misalnya dari beberapa
“Posyandu tu kader KB, nggak orang yang ikut KB, Ibu data memakai
ada. Soalnyo, sebenarnya masyarakat tu alat kontrasepsi. Kita manfaatkan
sudah mengerti kan soal KB itu untuk orang itu. Misalnya dia pake IUD, tu
menjarangkan anak, jadi nggak apa betul dia pake MOP atau MOW, dia
lah kader-kader, ya, masalahnya orang langsung yang memotivasi, gk bisa
sudah tau” (IF.1d). Ibu,” (IF.2d).
“Iya (Tidak pernah ada kegiatan
keliling dari kader KB untuk
20
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
Selain itu, pada saat pelayanan KB, Informasi diatas sejalan dengan
khususnya pelayanan konseling, bidan informasi yang diperoleh Peneliti
juga hanya menjelaskan secara singkat berdasarkan observasi terhadap pelayanan
saja tidak mendetail terkait metode konseling KB yang diberikan oleh
kontrasepsi terlebih untuk metode petugas kesehatan di salah satu
kontrasepsi MKJP, tidak ada pendekatan Puskesmas diperoleh informasi bahwa
secara interpersonal untuk memotivasi proses konseling yang dilakukan oleh
Informan menggunakan metode MKJP petugas kesehatan saat mengajak calon
(IF.1g, IF.2a). Pendekatan yang dilakukan akseptor KB agar mau menggunakan
oleh petugas kesehatan khususnya secara metode KB MKJP terlihat belum
emosional saat melakukan konseling maksimal. Meskipun, memang petugas
metode MKJP kemungkinan masih kesehatan tersebut lebih memprioritaskan
kurang (IF.3c). Hal ini diperkuat oleh metode KB MKJP dibandingkan metode
pendapat seorang bidan bahwa kegiatan KB non-MKJP. Hal tersebut terlihat
penyuluhan KB diberikan dengan berdasarkan durasi waku pelayanan yang
mengikutsertakannya dalam materi berlangsung hanya5 menit saja. Tidak
kegiatan kelas ibu hamil ataupun kelas ibu terlihat pendekatan secara emosional yang
balita. Jadi kemungkinan kurangnya muncul dari bidan dalam upaya mengajak
penekanan dan pendekatan secara Informan untuk menggunakan metode
interpersonal dari petugas kesehatan dan MKJP.
PUS dalam proses pemilihan metode Hasil data tersebut diatas berkaitan
kontrasepsi. Ditambah lagi, menurutnya, dengan data hasil tela’ah dokumen
keaktifan petugas kesehatan dalam Laporan KB diwilayah Kampung KB,
kegiatan penyuluhan KB juga harus lebih dimana capaian akseptor metode MKJP
ditingktkan (IF.3d). Informasi tersebut dikampung KB memang lebih sedikit jika
sesuai dengan kutipan wawancara berikut, dibandingkan dengan pengguna metode
non-MKJP dimana capaian nya tidak
“Ndak (Bidan tidak pernah
lebih dari 26% dengan rata-rata capaian
menyarankan memakai Spiral atau
peserta aktif MKJP sebesar 17%. Selain
Implan), cuman paling gini, “Kok
itu, pada hasil tela’ah dokumen pada salah
Suntik lagi ?” (IF.1g).
satu Puskesmas terhadap kartu status
“Iya (BKKBN atau Puskesmas belum peserta KB juga terlihat informasi yang
ada kegiatan penyuluhan khusus yang terisi hanya pada bagian-bagian tertentu
memfokuskan ke KB MKJP). Kader saja seperti pada bagian identitas
saja lah yang penyuluhan, kami juga keluarga, sementara untuk bagian lain
tidak juga mangumpulkan ibu-ibu tu seperti bagian penapisan yang terisi hanya
ha”(IF.2a). pada “tekanan darah dan berat badan”
“Karena konseling tentang MKJP di saja. Begitu juga untuk lembar kunjungan
Puskesmas nya kurang penekanannya ulang terlihat masih kosong tanpa terisi
disitu..kalo konselingnya bagus si, informasi apapun. Selanjutnya, pada
saya kira nggak masalah itu, kan ada lembar informed consent, yang tersisi
media nya tersedia kan. Harapannya si hanya pada bagian informasi peserta KB
yaa kalo dari Puskesmas itu nya saja. Terlihat pada bagian identitas
diarahkan. Naah kalo ini dijalankan tempat pelayanan tidak diisi begitu juga
dengan baik, saya rasa orang itu tidak pada bagian tanda tangan calon akseptor
akan takut. Kalo kita ngarahkannya ke dan suami juga tidak ditanda tangani.
MKJP, pasti dia nggak akan berpikir Masih dalam lembar informed consent,
ke yang lain” (IF.3c). pada bagian belakang lembar “check list
untuk provider” juga terlihat masih dalam
keadaan tidak terisi.
21
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
22
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
terhadap metode MKJP masih menit. Tidak terlihat - Pada lembar informed dalam memberikan
kurang dan dapat dilihat dari pendekatan secara consent, yang tersisi hanya konseling KB
kegiatan penyuluhan KB emosional yang muncul pada bagian informasi peserta khususnya
biasanya diberikan dalam dari bidan dalam upaya KB saja. Pada bagian penekanan dan
kegiatan kelas ibu hamil mengajak Informan belakang lembar “check list memotivasi PUS
ataupun kelas ibu balita. untuk menggunakan untuk provider” juga terlihat untuk
metode MKJP. kosong. menggunakan
metode MKJP.
23
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
Table 4. Matriks Triangulasi Metode pada Proses Pencatatan dan Pelaporan dalam
Pelayanan KB MKJP di Kampung KB Tahun 2019
Data Hasil Penelitian Analisis
Wawancara Mendalam Observasi Tela’ah Dukumen
Pada dasarnya, pencatatan Bidan pengelola Sudah tersedia format Adanya format laporan yang
dan pelaporan tersebut program KB dalam laporan sesuai dengan telah disediakan oleh instansi
sudah terbantu dengan membuat suatu item laporan masing- terkait sangat membantu pada
adanya format-format baku laporan pelayanan masing. Format proses pencatatan dan
yang telah disediakan oleh KB masih laporan tersebut pelaporan. Tetapi banyaknya
instansi terkait, tetapi membutuhkan sudah diisi sesuai informasi yang harus diisi
banyaknya yang perlu bantuan, khususnya dengan pedoman pada tahap pencatatan
dianamnesa saat pelayanan dalam pembuatan pengisian, tetapi ada (anamnesa) saat pelayanan KB
KB dan banyaknya laporan laporan melalui beberapa laporan serta banyaknya laporan yang
yang harus dikerjakan media komputer. yang dalam harus dikerjakan menciptakan
menjadikan pelayanan yang Hal ini dilatar pengisiannya tidak asumsi bahwa proses
diberikan kurang maksimal. belakangi oleh lengkap sehingga pencatatan dan pelaporan
Hal ini berdampak juga banyaknya laporan banyak informasi merupakan aktivitas yang
kepada kader KB yang yang harus akseptor KB yang menguras waktu, tenaga dan
merasa kesulitan dan kurang dikerjakan. kosong seperti pada pikiran sehingga berdampak
memahami alur pencatatan laporan register pada pelayanan yang
yang seharusnya. kohort KB dan kartu diberikan kurang maksimal.
status peserta KB.
Informasi lain yang juga terungkap KB adalah target peserta KB yaitu peserta
adalah indikator target sasaran pada KB baru dan peserta KB aktif. Sampai
pelayanan KB. Menurut beberapa saat ini belum ada target yang berfokus
Informan, target yang selama ini dijadikan pada metode alat kontrasepsi khususnya
sebagai tolak ukur keberhasilan pelayanan untuk KB MKJP.
3. Dukungan Penghargaan
Hasil wawancara mendalam terhadap Informan (IF.1c). Beberapa Informan
Informan yang memilih menggunakan mengungkapkan bahwa keiinginan
metode KB non-MKJP diperoleh seorang istri untuk menggunakan metode
informasi bahwa dukungan penghargaan MKJP sering menimbulkan perdebatan
dari pasangan dan keluarga dalam antara suami-istri (IF.1a, IF,1c, IF,1f). Hal
mendorong Informan untuk menggunakan tersebut dilatar belakangi oleh kecemasan
MKJP masih kurang. Hal ini terjadi suami dan keluarga (orang tua) dalam
karena pasangan dan keluarga (saudara menghadapi proses pemasangan metode
perempuan) berasumsi bahwa MKJP seperti pada metode MOW yang
pemasangan metode MKJP (Implan) harus melalui tindakan operasi. Tindakan
dapat berdampak buruk pada kesehatan operasi tersebut menjadi momok
24
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
menakutkan bagi suami dan keluarga Informasi tersebut sesuai dengan kutipan
karena mereka pernah mendengar wawancara berikut,
beberapa kejadian buruk pasca tindakan “Karena mereka kan kalo MKJP nanti
operasi seperti perlukaan yang mengalami pake Spiral malu, nanti suaminya
infeksi, bahkan sampai menyebabkan marah, gitu-gitu, biasalah prinsip-
kematian (IF.1a). Informasi tersebut prinsip klasik gitu. Juga kadang
sesuai dengan kutipan wawancara berikut, mereka milih gak boleh dengan suami,
“Eee kamu enak-enak ajah ya tidur, gak boleh dengan orang tua. Kadang
saya kayak gini (bilang ke suaminya). gitu kan. Kadang malu, seperti itu.
“Iya apa ? Kamu dibawa ke Rumah Kita udah kasih tau kalo pake hormon
Sakit obatnya nggak adaaaaaa, nggak akibatnya gini gini gini gitu kan nanti
ada obatnya katanya, buka lah KB bayar, kalau MKJP kan gak bayar”.
kamu tu”(kata suaminya). Bertengkar (IF.2c).
Ibu dulu tu, sama suami Ibu, sama Menurut salah satu bidan, bidan telah
adek juga bertengkar, marah dia” berupaya memberikan pengarahan
(IF.1c). terhadap suami terkait keputusan untuk
“Dulu tu dia betengkar sama menggunakan metode MKJP pada
suaminya, suaminya disuruh KB, istrinya. Upaya ini dilakukan untuk
marah suaminya, kamu ajalah yang menghadirkan dukungan penghargaan
KB sendiri, kok aku suruh KB, ndak dari suami kepada istrinya sehingga
ada laki-laki KB” (IF.1c). istrinya leluasa menentukan pilihan untuk
menggunakan metode MKJP. Tapi tidak
“Suami Ibu duduk disitu, dia tidak
jarang suami memberikan reaksi negatif
setuju, Ibu tu menggunakan Steril. Aa
saat seorang istri ingin menggunakan
disuruhnya lah Ibu Steril dulu, masa
metode MKJP (IF.3a).
itu tu 2017 disarankan, mau Ibu, mau
Beberapa Informan juga berpendapat
sekali Ibu nya, cuman bapak tu nggak
bahwa metode kontrasepsi yang banyak
mau, marah bapak tu ke orang tu,
digunakan oleh PUS di wilayah Kampung
nggak mau bapak tu nanda tangani itu
KB adalah metode no-MKJP. Kondisi ini
dulu enggak mau, tu dia nggak mau
memicu PUS calon akseptor KB juga
menanggung resiko aa itu” (IF.1a).
mengikuti jejak pendahulunya. Latar
Informasi yang hampir sama juga belakang banyaknya PUS yang memilih
diperoleh dari Informan lainnya dimana menggunakan metode non-MKJP adalah
mengungkapkan bahwa alasannya lebih adanya rasa keamanan dan ketenangan saat
memilih metode non-MKJP dikarenakan menggunakan metode non-MKJP yang
tidak diperbolehkan oleh suaminya. memiliki minim resiko dibandingkan
Informan tidak ingin timbul permasalahan dengan metode MKJP yang banyak
baru akibat ia tetap memilih menggunakan menimbulkan komplikasi. Informasi
metode MKJP (IF.1f). Korlap PKB juga tersebut sesuai dengan kutipan wawancara
berpendapat bahwa kebanyakan dari seorang berikut,
suami bereaksi marah dan tidak memberikan
“(metode yang dominan disini) Iya
izin saat istrinya ingin memilih
Suntik, pil enggak, nggak mau orang
menggunakan metode MKJP. Sehingga,
kalo pil, enggak, suntik rata-rata
sebagai seorang istri lebih memilih
suntik” (IF.1a).
mengikuti perintah suaminya untuk tidak
menggunakan metode MKJP. Hal yang “Jadi dari kasus-kasus orang-orang
sama juga terhadap orang tuanya (IF.2c). sini tu takut, orang jadi enggak mau
pakai KB yang model susuk spiral tu.
25
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
Orang ni kabanyakan milih KB suntik, bapak nya yg berKB, MOP tu. Marah
pil atau yang KB alamiah saja. Kata bapak tu “Saya laki-laki masa ber-
orang tu “biar lah saya membayar, KB” (IF.2a).
mengeluarkan biaya untuk KB suntik Aspek agama juga menjadi salah
atau pil tapi saya rasa aman, dari satu faktor dalam keputusan PUS
pada saya dikasih gratisan pakai yang memilih metode MKJP. Beberapa
spiral atau susuk tapi resiko yang saya Informan mengungkapkan bahwa
tanggung besar juga” (IF.2a). beberapa metode kontrasepsi jenis
Beberapa Informan non MKJP MKJP tidak sesuai dengan syariat
mengungkapkan kebanyakan laki-laki agama islam seperti metode MOW dan
(suami) enggan untuk ikut serta menjadi MOP. Keduanya bersifat menyalahi
peserta KB khususnya metode MOW. kordat manusia dalam bereproduksi
Keengganan tersebut muncul karena para karena sifatnya menghentikan keturunan
laki-laki tersebut masih menganggap secara permanen. Kontrasepsi yang
bahwa keikutsertaan laki-laki dalam KB diperbolehkan dalam syariat agama
merupakan hal yang tabu. Selain itu islam adalah yang bersifat
mereka juga takut akan efek samping menjarangkan atau mengatur kelahiran
yang kemungkinan akan terjadi pasca seperti IUD, Implan dan yang lainnya.
tindakan MOW seperti penurutan vitalitas Informasi tersebut sesuai dengan
alat reproduksi. Bahkan ada suami yang kutipan wawancara berikut,
bereaksi marah saat diminta untuk
“Kalo Steril itu kalo dalam agama itu
menjadi akseptor metode MOW. kan ndak boleh..KB itu eeuum,
Informasi tersebut sesuai dengan kutipan sebetulnya KB ni menjarangkan anak,
wawancara berikut, bukan menghabiskan. Kalo orang kan
“Iya, ada, BKKBN menyarankan siapa menghabiskan dia. Kalo dalam agama
bapak-bapak yang mau ba-KB. Aaa haa ndak boleh. Suami Ibu kan Ustad,
dikasi duit, dianjurkan, kalo istrinya gk kalo andaikan boleh dalam agama, Ibu
cocok, bapaknya mau tidak ? Kalo nomor satu lah pasang hhahha
mau aaa dikasih bonus, gitu misalnya. (tertawa)” (IF.1i).
Tapi bapak-bapak tu enggak mau juga “Iya ada yang masih kental
kan. Jarang bapak-bapak ni mau gitu. dimasyarakat ada yang gk mau ber-KB
Soalnya efek orang ni kan, kata orang
karena agama nya yang tidak
tu kan efek samping nya gk ada. memperbolehkan gitu katanya. Agama
Soalnya kan kalo dulu-dulu kan gk ada ortodok, adalah satu-satu tapi gk
laki-laki ni yang KB. KB tu kan banyak si, paling 5% lah” (IF.3a).
perempuan. Jadi kan tu termasuk aneh
juga lah kata bapak-bapak tu Berdasarkan hasil wawancara
ahahhahaha. Ya gitu..tiba macam- mendalam terhadap Informan yang tidak
macam bapak ni kan ”Gimana menggunakan metode KB MKJP
caranya tu..? Dimana mau di mengungkapkan bahwa baik pasangan
pasangnya..? Jangan-jangan nanti maupun keluarga khususnya orang tua
tidak bisa hidup lagi”(IF.1k). tidak pernah memberikan dorongan,
perhatian maupun kepedulian terhadap
“Pernah juga disini, dari Kodim metode kontrasepsi yang akan digunakan
datang langsung tu ke rumah salah oleh Informan. Pasangan dan keluarga
satu warga sini. Dia anak sudah lebih sering bersikap pasif bahkan
banyak, 5 anaknya, ibu nya kalo pake bersikap negatif terhadap penggunaan
KB tu perdarahan terus, tidak ada metode KB MKJP. Beberapa Informan
yang cocok KB tu. Jadi saya sarankan
26
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
27
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
28
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
29
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
Cleland, J., Bernstein, S., Ezeh, A., Permanent Contraceptive Methode and
Faundes, A., Glasier, A., & Innis, J. Factors Effecting It Among Merried
(2006). Family planning: the Women in Adigrat Town, Tigray,
unfinished agenda. Lancet, Vol.368, Northern, Ethiopia. Reproductive
Hal. 1810–27. Retriev from : Health Journal, 11:24. Retrieve from :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17113 https://reproductive-health-
431/ journal.biomedcentral.com/articles/10.
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2017). 1186/1742-4755-11-24
Profil Kesehatan Kota Padang Tahun Glanz, K., Rimer, B., & Viswanath K.
2016. Padang: Dinkes Kota Padang. (2008). Health Behavior and Health
Retrieve from : Education Theory, Research, and
https://dinkes.padang.go.id/read/191- Practice Fourth Edition. United States
Profil_Kesehatan_Kota_Padang_Tahu of America: Jossey-Bass. p. 189-190.
n_2016 Retrieve from :
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2018). https://www.worldcat.org/title/health-
Profil Kesehatan Kota Padang Tahun behavior-and-health-education-theory-
2017. Padang: Dinas Kesehatan Kota research-and-practice/oclc/225874161
Padang. Retrieve from : Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan
https://dinkes.padang.go.id/read/230- Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Profil_Kesehatan_Kota_Padang_Tahu Kemenkes RI. Retrieve from :
n_2018__Data_Tahun_2017_ http://www.depkes.go.id/resources/do
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. wnload/pusdatin/profil-kesehatan-
(2013). Rencana Aksi Nasional indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-
Pelayanan Keluarga Berencana 2014- tahun-2017.pdf
2015. Jakarta: Kemenkes RI. Retrieve Muniroh, I., Luthviatin, N., & Istiaji , E.
from : (2014). Dukungan Sosial Suami
https://indonesia.unfpa.org/sites/default Terhadap Istri untuk Menggunakan
/files/pub-pdf/RAN-PELAYANAN- Alat Kontrasepsi Medis Operasi
KB.pdf Wanita (MOW) (Studi Kualitatif pada
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Pasangan Usia Subur Unmet Need di
Masyarakat. (2009). Pedoman Sistem Kecamatan Puger Kabupaten Jember) .
Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.2,
Keluarga Berencana. Jakarta: Depkes No.1, hal. 66-71. Retrieve from :
RI. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/
Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan article/view/598
Ibu dan Anak. (2014). Pedoman Strine, T., Chapman, D., Balluz, L., &
Manajemen Pelayanan Keluarga Mokdad A. (2007). Health-related
Berencana. Jakarta: Kemenkes RI. Quality of Life and Health Behaviors
Ekarini, S. (2008). Analisis Faktor-faktor by Social and Emotional Support Their
yang Berpengaruh terhadap Relevance to Psychiatry and Medicine.
Partisipasi Pria dalam Keluarga Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol,
Berencana Di Kecamatan Selo DOI 10.1007/S00127-007-0277-x.
Kabupaten Boyolali. Tesis. Semarang: Retrieve from : :
Program Pascasarjana Universitas https://www.researchgate.net/publicati
Diponegoro. Retrieve from : on/5882864
https://core.ac.uk/download/pdf/11717 Sulistyawati, A. (2012). Pelayanan
961.pdf Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
Gebremariam, A., & Addissie, A. (2014). Medika : Hal. 13.
Intention to Use Long Acting and
30
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)
31