Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

E-ISSN - 2654-9751

Vol 4 (1) April 2021

Avalilable Online http://jurnal.mercubaktijaya.ac.id/index.php/mercusuar

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE


KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP)
Dewi Ayu Ningsih1*
1
Bagian Prodi DIII Kebidanan – STIKes Panca Bhakti Bandar Lampung
*
Email : dean@pancabhakti.ac.id

ABSTRACT
The family planning program is an effective strategy in reducing maternal mortality rate. This
will be achieved by increasing the continuity of family planning participation rates. The Long
Acting Reversible Contraception (LARC) method is the most effective Family Planning method
in increasing the continuity of Family Planning participation. West Sumatra Province is one of
the provinces with the lowest achievement of active Family Planning participants, namely
63.73% as well as in Padang namely 15.50% in 2016 and only slightly increased, namely
19.00% in 2017. The use of LARC by couples of reproductive age is influenced by many factors
including the quality and access of Family Planning services, limited facilities, provider
competence, knowledge, socio-cultural, and psychosocial support. The objective of this study
analyzed the factors associated with the decision in choosing LARC in Kampung KB at Padang
city. This research used qualitative design with a phenomenological approach to nineteen
informants that taken by the snowball sampling technique. The process of data analysis was
refer to the constant comparative method. The results of this study showed that the factors
associated with the decision in choosing LARC in Kampung KB of Padang regional were
psychosocial support from couples and parents, provider competencies, recording and
reporting procedures, quality of family planning services, community culture, negative
perceptions of LARC, and absence of targeted indicators for contraceptive methods.
Keywords: Emosional; instrumental; awarding support; LARC

ABSTRAK
Program keluarga berencana merupakan satu strategi efektif dalam menurunkan angka kematian
ibu. Hal ini akan tercapai dengan meningkatnya angka keberlangsungan kesertaan ber -KB.
Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) merupakan metode KB yang paling efektif dalam
meningkatkan keberlangsungan kesertaan ber-KB. Provinsi Sumatera Barat merupakan satu
provinsi dengan capaian peserta KB aktif terendah yaitu 63,73%. Begitu juga dengan kota
Padang yaitu 15,50% ditahun 2016 dan 19,00% ditahun 2017. Penggunaan metode MKJP
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kualitas dan akses pelayanan KB, keterbatasan
sarana, kompetensi provider, pengetahuan, sosial-budaya, dan dukungan psikososial. Penelitian
ini bertujuan menganalisis faktor yang berhubungan dengan keputusan memilih metode MKJP
di Kampung KB Kota Padang. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi terhadap 19 informan yang ditentukan dengan teknik snowball sampling dan
dianalisis dengan model contant comparative method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang berhubungan dengan keputusan memilih KB MKJP di wilayah Kampung KB
Padang adalah dukungan psikososial dari pasangan dan orang tua, kompetensi provider,
prosedur pencatatan dan pelaporan, kualitas pelayanan KB, budaya masyarakat, persepsi negatif
terhadap KB MKJP, dan tidak adanya indikator sasaran untuk metode kontrasepsi.
Kata kunci : Dukungan emosional; instrumental; penghargaan; MKJP

17
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

PENDAHULUAN MKJP di kota Padang yang juga rendah


Keberhasilan pembangunan suatu yaitu 15,50% pada tahun 2016 (Dinas
negara dapat diukur dari berbagai aspek Kesehatan Kota Padang, 2017) dan
salah satunya melalui kondisi kesehatan hanya meningkat sedikit yaitu 19,00% di
ibu dan anak. Parameter yang digunakan tahun 2017. Data ini mencerminkan
untuk menggambarkan kesehatan ibu kondisi akseptor KB di kota Padang
dan anak salah satunya melalui angka didominasi oleh metode non MKJP
kematian ibu (AKI) di negara tersebut. (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2018).
Indonesia merupakan salah satu Negara Data ini diperkuat dengan hasil survey
dengan AKI tinggi. Data terakhir awal yang dilakukan dengan
menunjukan AKI Indonesia sebesar mewawancarai 11 orang ibu di wilayah
359/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes Kampung KB di Kota Padang, diperoleh
RI, 2018). Angka tersebut masih jauh data 8 orang merupakan akseptor KB
dari target yang diharapkan dunia yaitu metode non MKJP dan hanya 3 (tiga)
70/100.000 kelahiran hidup pada tahun orang yang menggunakan metode MKJP.
2030 (WHO, 2016). Program keluarga Alasan mereka yang tidak menggunakan
berencana merupakan satu strategi yang KB MKJP antara lain takut saat
efektif dalam menurunkan angka pemasangan, biayanya lebih mahal, dan
kematian ibu. Fakta ini menjadikan tidak mendapat izin dari pasangan.
program keluarga berencana Pendapat lainnya mengatakan hanya
berkontribusi dalam mencegah mengikuti saran dari ibunya dan
terjadinya kematian ibu, dengan angka mengikuti teman yang sebagian besar
keberhasilan sebesar 32% (Cleland, memilih metode KB suntik. Mereka juga
Bernstein, Ezeh, Faundes, Glasier, & mengungkapkan bahwa pernah
Innis, 2006). mendengar cerita dari keluarga dan
Penurunan angka kematian ibu akan teman bahwa alat kontrasepsi yang
tercapai dengan meningkatnya angka dimasukan kedalam tubuh dapat berkarat
keberlangsungan kesertaan ber-KB. dan dapat berpindah ke area tubuh yang
Metode kontrasepsi jangka panjang lain.
(MKJP) merupakan metode KB yang Penelitian ini bertujuan menganalisis
paling efektif dalam meningkatkan faktor yang berhubungan dengan
keberlangsungan kesertaan ber-KB. keputusan memilih KB MKJP di
Penggunaan metode MKJP oleh kampung KB Kota Padang tahun 2019.
Pasangan Usia Subur (PUS) dipengaruhi
oleh banyak faktor diantaranya kualitas METODE PENELITIAN
dan akses pelayanan KB, keterbatasan Penelitian ini bersifat kualitatif
sarana, kompetensi provider, dengan pendekatan fenomenologi yang
pengetahuan. Banyaknya keterbatasan dilaksanakan dari bulan Agustus 2018
tersebut memaksa calon akseptor KB sampai dengan Maret 2019 di Kampung
lebih memilih metode KB non-MKJP KB Kota Padang Provinsi Sumatera
yang dianggap lebih praktis (BKKBN, Barat. Pengumpulan data diambil
2016). Peran sosial-budaya, ekonomi, melalui informan terkait dengan cara
pendidikan juga memegang andil besar wawancara mendalam, observasi dan
dalam capaian MKJP (Direktorat studi dokumen. Pengambilan informan
Jenderal Bina Gizi dan KIA, 2013). menggunakan teknik snowball sampling.
Provinsi Sumatera Barat merupakan Proses analisis data dilakukan dengan
salah satu provinsi dengan capaian metode constant comparative method.
peserta KB aktif yang rendah yaitu Informan penelitian dalam
63,73% (Kemenkes RI, 2018). Data ini penelitian ini adalah Akseptor KB
sejalan dengan capaian peserta KB MKJP dan Non-MKJP, orang tua

18
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

akseptor KB, pengelola Kampung KB, punya anak sampai saat sekarang
kader KB, Kordinator Lapangan PKB, belum punya anak-anak, udah dibuka
Bidan pengelola program KB di nya tu Implannya, tapi belum punya
Puskesmas, pemegang program KB dari anak sampe sekarang. Aaa ada yang
Dinas Kesehatan dan staf DP3AP2KB. bilang sama Ibu, menyesal juga Ibu
jadinya, itu membunuh peranakan
HASIL DAN PEMBAHASAN kamu secara perlahan-lahan katanya.
1. Dukungan Emosional Dak percaya Ibu, akhirnya bertahan
juga Ibu, akhirnya badan Ibu yang
Hasil wawancara mendalam
habis. Tiap sebentar keluar masuk ke
terhadap Informan yang memilih
rumah sakit. Mau mati Ibu lagi. Malam
menggunakan metode KB non-MKJP
aja nggak mau tidur, badan begini aja
diperoleh informasi bahwa dukungan
kerjanya (sambil menunjukan gerakan
emosional yang diperoleh dari pasangan
menggigil).Iiii lama saya sakit, berapa
dan orang tua (ibu) untuk menggunakan
bulan tu, lumpuh rasanya ni Deeek.
metode KB MKJP tidak pernah diperoleh.
Napas ni kayak gini ni Dek (sambil
Hal ini dilatar belakangi oleh ketakutan
mempraktikan gerakan ngos-ngosan).
dan kecemasan dari pasangan dan ibu nya
Nggak mau makan Deek, maunya
terhadap efek samping yang mungkin
matanya gini terus (sambil melebarkan
ditimbulkan oleh metode KB MKJP
matanya), badan tu dingin, pake kaus
seperti ketakutan akan sulitnya
kaki, pake celana panjang. Takut Ibu,
memperoleh keturunan selanjutnya,
trauma, itu makanya anak Ibu ndak
adanya asumsi bahwa metode Implan
boleh pasang itu” (IF.1c).
dapat membunuh peranakan, terjadinya
penurunan kesehatan fisik dan psikis Salah satu Informan pengguna
seperti menggigil setiap malam, insomnia, metode non-MKJP (Suntik) berpendapat
hilangnya gairah dan menimbulkan suatu bahwa jarang dari pihak keluarga yang
penyakit (IF.1b, IF.1c). Selain itu, suami memberikan dukungan dari segi
tidak pernah memberikan motivasi kepada emosional kepada calon akseptor KB
Informan untuk menggunakan metode untuk menggunakan metode MKJP
MKJP. Sehingga Informan merasa tidak seperti IUD. Hal tersebut kemungkinan
tenang bila ia tetap memutuskan dilatar belakangi adanya rasa
menggunakan metode MKJP (IF.1f, ketidaknyamanan saat melakukan
IF.1a). Informasi tersebut sesuai dengan hubungan suami istri yang ditimbulkan
kutipan hasil wawancara berikut, pasca pemasangan alat IUD, pengalaman
para tetangganya yang mengalami efek
“Nggak boleh sama Mama, susah
samping negatif pasca pemasangan IUD
dapat keturunan lagi, susah, susah itu.
(IF.1d, IF.1k), sesuai dengan kutipan hasil
Iya, setahun lebih, setahun lebih baru
wawancara berikut,
dapet (keturunan). Kalo pakai itu, apa
aaa (sambil menunjuk kearah perut), “Kalo yang Spiral tu jarang, jarang
Spiral, aa penyakitan, tinggal di perut. (keluarga) yang mendukung. Kalo
Orang bilang kalo pakai itu (Implan), keluarga, jarang pada umumnya,
itu membunuh peranakan kita secara biarlah Suntik. Mungkin kurang enak
perlahan-lahan. Memang kenyataan mungkin. Kata orang pasang Spiral,
nampak sama ibu. Ada orang disini kata suaminya iya kurang enak, kayak
haa, anaknya cuma 2 (dua) yaa, eeh 3 ada yang menganjal. Nggak, kadang-
(tigaa). Haa dia mauu, haa anaknya kadang sedang pipis keluar saja kan.
udah besar-besar, aa dia pasang Mungkin berhubungan terlalu gimana
Implan tu, udah 2 (dua) kali katanya, mungkin, aaa jadi lepas, aaa jadi
buka terus pasang lagi, aa terus mau kehamilan. Tapi dia pasang Spiral,

19
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

tapi dia hamil, akhirnya pas keluarin menjelaskan atau mengajak ber-
anak nempel Spiral nya tu. Dia kan KB)” (IF.1g).
pasang Spiral tu katanya, taunya dia
hamil, ”Saya pakai KB Spiral, kemana Informasi ini sejalan dengan
perginya Spiral tu, nggak ada ?”. pernyataan dari salah satu kader KB
Spiral tu diperiksa ndak ada, dimana perannya dalam pelayanan KB
ilang..tau-tau setelah melahirkan adalah hanya memberikan informasi
menyangkut di bayi” (IF.1k). terkait dengan berbagai metode KB.
Pendapat Bidan pengelola program Kader tidak memiliki wewenang untuk
KB di 2 (dua) Puskesmas, dukungan memaksa calon akseptor untuk lebih
emosional yang diberikan oleh pasangan memilih metode MKJP (IF. 2a). Informasi
dan keluarga masih kurang disebabkan tersebut sesuai dengan kutipan wawancara
karena masih banyak informasi negatif berikut,
yang tersebar di masyarakat seperti “Tidak ada, saya palingan ini saja
terganggunya kenyamanan saat (memperlihatkan peta KB yang sedang
berhubungan suami istri karena efek dibuat), saya mendata siapa yang
samping yang ditimbulkan pasca pakai KB, siapa yang tidak pakai KB.
penggunaan IUD, alat kontrasepsi yang Naah sekaligus saya infomasikan
dapat berpindah ke organ lain. Oleh sedikit-sedikit tentang KB. Kami yang
karena itu, pada umumnya mereka lebih penting ibu-ibu disini tu menggunakan
mendukung untuk menggunakan metode KB itu saja, masalahnya kalo saya
non-MKJP (IF.3a, IF.3d). menekankan ibu-ibu itu untuk memakai
Terkait dengan dukungan emosional KB MKJP tu kalo ada efek samping
yang berasal dari provider pelayanan KB kayak kasus tu saya tidak bisa juga
seperti kader KB, koordinator PKB dan berbuat apa-apa, takut juga saya kan”
bidan yang memberikan pelayanan KB, (IF.2a).
menurut beberapa Informan pengguna
metode non-MKJP berpendapat kader Sementara dari pihak koordinator
hanya sebatas memberikan informasi lapangan PKB berpendapat upayanya
terkait berbagai metode kontrasepsi saja, dalam memotivasi PUS di Kampung KB
tidak pernah melakukan pendekatan untuk menggunakan metode MKJP adalah
secara emosional khususnya dalam dengan meminta PUS yang sudah
penggunaan metode MKJP (IF.1d, IF,1e, memakai metode MKJP menjadi mediator
IF.1k). Informan lain mengungkapkan untuk mempengaruhi dan mengajak PUS
tidak pernah mendapatkan kunjungan dari lain untuk ikut serta menggunakan
kader KB sebagai upaya pemberian metode MKJP. Informasi ini
motivasi baik melalui saran, informasi memperlihatkan bahwa dukungan
atau pendekatan secara emosional lainnya emosional tidak langsung berasal dari
untuk menumbuhkan motivasi Informan koordinator lapangan PKB. Informasi
menggunakan metode MKJP (IF.1g). tersebut sesuai dengan kutipan wawancara
Informasi tersebut sesuai dengan kutipan berikut,
wawancara berikut, “Dia gini, misalnya dari beberapa
“Posyandu tu kader KB, nggak orang yang ikut KB, Ibu data memakai
ada. Soalnyo, sebenarnya masyarakat tu alat kontrasepsi. Kita manfaatkan
sudah mengerti kan soal KB itu untuk orang itu. Misalnya dia pake IUD, tu
menjarangkan anak, jadi nggak apa betul dia pake MOP atau MOW, dia
lah kader-kader, ya, masalahnya orang langsung yang memotivasi, gk bisa
sudah tau” (IF.1d). Ibu,” (IF.2d).
“Iya (Tidak pernah ada kegiatan
keliling dari kader KB untuk

20
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

Selain itu, pada saat pelayanan KB, Informasi diatas sejalan dengan
khususnya pelayanan konseling, bidan informasi yang diperoleh Peneliti
juga hanya menjelaskan secara singkat berdasarkan observasi terhadap pelayanan
saja tidak mendetail terkait metode konseling KB yang diberikan oleh
kontrasepsi terlebih untuk metode petugas kesehatan di salah satu
kontrasepsi MKJP, tidak ada pendekatan Puskesmas diperoleh informasi bahwa
secara interpersonal untuk memotivasi proses konseling yang dilakukan oleh
Informan menggunakan metode MKJP petugas kesehatan saat mengajak calon
(IF.1g, IF.2a). Pendekatan yang dilakukan akseptor KB agar mau menggunakan
oleh petugas kesehatan khususnya secara metode KB MKJP terlihat belum
emosional saat melakukan konseling maksimal. Meskipun, memang petugas
metode MKJP kemungkinan masih kesehatan tersebut lebih memprioritaskan
kurang (IF.3c). Hal ini diperkuat oleh metode KB MKJP dibandingkan metode
pendapat seorang bidan bahwa kegiatan KB non-MKJP. Hal tersebut terlihat
penyuluhan KB diberikan dengan berdasarkan durasi waku pelayanan yang
mengikutsertakannya dalam materi berlangsung hanya5 menit saja. Tidak
kegiatan kelas ibu hamil ataupun kelas ibu terlihat pendekatan secara emosional yang
balita. Jadi kemungkinan kurangnya muncul dari bidan dalam upaya mengajak
penekanan dan pendekatan secara Informan untuk menggunakan metode
interpersonal dari petugas kesehatan dan MKJP.
PUS dalam proses pemilihan metode Hasil data tersebut diatas berkaitan
kontrasepsi. Ditambah lagi, menurutnya, dengan data hasil tela’ah dokumen
keaktifan petugas kesehatan dalam Laporan KB diwilayah Kampung KB,
kegiatan penyuluhan KB juga harus lebih dimana capaian akseptor metode MKJP
ditingktkan (IF.3d). Informasi tersebut dikampung KB memang lebih sedikit jika
sesuai dengan kutipan wawancara berikut, dibandingkan dengan pengguna metode
non-MKJP dimana capaian nya tidak
“Ndak (Bidan tidak pernah
lebih dari 26% dengan rata-rata capaian
menyarankan memakai Spiral atau
peserta aktif MKJP sebesar 17%. Selain
Implan), cuman paling gini, “Kok
itu, pada hasil tela’ah dokumen pada salah
Suntik lagi ?” (IF.1g).
satu Puskesmas terhadap kartu status
“Iya (BKKBN atau Puskesmas belum peserta KB juga terlihat informasi yang
ada kegiatan penyuluhan khusus yang terisi hanya pada bagian-bagian tertentu
memfokuskan ke KB MKJP). Kader saja seperti pada bagian identitas
saja lah yang penyuluhan, kami juga keluarga, sementara untuk bagian lain
tidak juga mangumpulkan ibu-ibu tu seperti bagian penapisan yang terisi hanya
ha”(IF.2a). pada “tekanan darah dan berat badan”
“Karena konseling tentang MKJP di saja. Begitu juga untuk lembar kunjungan
Puskesmas nya kurang penekanannya ulang terlihat masih kosong tanpa terisi
disitu..kalo konselingnya bagus si, informasi apapun. Selanjutnya, pada
saya kira nggak masalah itu, kan ada lembar informed consent, yang tersisi
media nya tersedia kan. Harapannya si hanya pada bagian informasi peserta KB
yaa kalo dari Puskesmas itu nya saja. Terlihat pada bagian identitas
diarahkan. Naah kalo ini dijalankan tempat pelayanan tidak diisi begitu juga
dengan baik, saya rasa orang itu tidak pada bagian tanda tangan calon akseptor
akan takut. Kalo kita ngarahkannya ke dan suami juga tidak ditanda tangani.
MKJP, pasti dia nggak akan berpikir Masih dalam lembar informed consent,
ke yang lain” (IF.3c). pada bagian belakang lembar “check list
untuk provider” juga terlihat masih dalam
keadaan tidak terisi.

21
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

2. Dukungan Instrumental adalah kompetensi provider, kualitas


Pada aspek dukungan instrumental pelayanan KB oleh petugas, serta
dilakukan pengkajian mendalam terhadap prosedur pencatatan dan pelaporan.
Informan terkait dengan latar belakang Matriks triangulasi pada kompetensi
yang mendorong hadirnya dukungan provider MKJP di wilayah Kampung KB
instrumental dari lingkungan sosial. kota Padang tahun 2019 dapat dilihat pada
Aspek yang paling berhubungan dengan tabel berikut,
keputusan memilih KB MKJP diantaranya

Table.1 Matriks Triangulasi Sumber pada Kompetensi Provider dalam Pelayanan KB


MKJP di Kampung KB Tahun 2019
Data Hasil Penelitian Analisis
IF.3a IF.3c IF.3d
- Pelayanan KB MKJP di - Pelayanan KB MKJP - Petugas yang - Petugas yang memberikan
Kampung KB diberikan di Kampung KB memberikan pelayanan pelayanan KB MKJP di
atas kerjasama BKKBN diberikan oleh petugas MKJP di Kampung KB Kampung KB adalah
dan Dinas Kesehatan Puskesmas dimana adalah yang bertugas di Bidan yang bertugas di
Kota. Petugas Kampung KB tersebut Puskesmas dimana Puskesmas dan fasilitas
kesehatan yang berada. Selain itu, Kampung KB tersebut jejaringnya seperti Bidan
memberikan pelayanan fasilitas Kesehatan berada. Praktik Mandiri (BPM)
KB MKJP adalah yang jejaring Puskesmas - Bidan yang bisa dimana wilayah Kampung
bertugas di Puskesmas seperti BPM juga memberikan pelayanan KB tersebut berada.
dimana wilayah memberikan KB MKJP adalah Bidan - Secara umum, disetiap
Kampung KB tersebut pelayanan KB MKJP. yang telah mengikuti Puskesmas terdapat
berada atau bisa juga - Pada umumnya, telah pelatihan terkait KB beberapa petugas
diberikan pada saat ada diberikan pelatihan seperti pelatihan IUD, kesehatan yang telah
moment pelayanan KB. terkait pelayanan KB Implan, MOW, MOP, dilatih untuk memberikan
- Bidan telah kepada perwakilan KIP/K-ABPK dan RR pelayanan KB MKJP di
mendapatkan pelatihan petugas kesehatan dan memiliki sertifikat. Kampung KB
seperti pelatihan CTU seluruh Puskesmas di Dari 16 Bidan yang - Kendala adalah Bidan
- Dari 24 Bidan yang Kota Padang. bertugas di Puskesmas, yang bertugas di
bertugas di Puskesmas, - Dimasing-masing baru 4 Bidan yang telah Puskesmas belum semua
baru 3 orang yang ikut Puskesma. Petugas mengikuti pelatihan mendapatkan pelatihan
pelatihan CTU. yang telah dilatih baru seperti pelatihan CTU, KB MKJP seperti CTU,
3-4 orang. KIE, sama RR (R dua). KIE, RR.

Selanjutnya, pada aspek pelayanan kesehatan dapat dilihat dalam table


KB MKJP yang diberikan oleh petugas triangulasi berikut,

Tabel 2. Matrik Triangulasi Metode Pada Aspek Dukungan Emosional dalam


Keputusan Memilih KB MKJP di Kampung KB Kota Padang Tahun 2019
Data Hasil Penelitian Analisis Triangulasi
Wawancara Mendalam Observasi Dokumentasi
Petugas kesehatan saat Pelayanan konseling - Dokumen laporan KB Dukungan
memberikan konseling KB yang dilakukan oleh diwilayah Kampung KB emosional yang
hanya menjelaskan secara petugas kesehatan saat menunjukkan capaian rata- diberikan oleh
singkat saja dan tidak mengajak calon akseptor rata akseptor MKJP memang petugas kesehatan
mendetail. Tidak ada KB agar mau lebih sedikit yaitu hanya terhadap PUS
penjelasan rinci terkait metode menggunakan metode 17%. untuk
kontrasepsi khususnya untuk KB MKJP terlihat menggunakan
metode kontrasepsi MKJP, belum maksimal.. Hal - Hasil tela’ah dokumen pada metode MKJP
tidak ada pendekatan secara tersebut terlihat salah satu Puskesmas masih kurang.
interpersonal untuk memotivasi berdasarkan durasi waku terhadap kartu status peserta Belum ada
Informan menggunakan pelayanan yang KB menunjukkan informasi pendekatan secara
metode MKJP. Karena dalam berlangsung, selesai yang terisi hanya pada bagian interpersonal dari
pelayanannya penekanan hanya dalam waktu 5 tertentu saja petugas kesehatan

22
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

terhadap metode MKJP masih menit. Tidak terlihat - Pada lembar informed dalam memberikan
kurang dan dapat dilihat dari pendekatan secara consent, yang tersisi hanya konseling KB
kegiatan penyuluhan KB emosional yang muncul pada bagian informasi peserta khususnya
biasanya diberikan dalam dari bidan dalam upaya KB saja. Pada bagian penekanan dan
kegiatan kelas ibu hamil mengajak Informan belakang lembar “check list memotivasi PUS
ataupun kelas ibu balita. untuk menggunakan untuk provider” juga terlihat untuk
metode MKJP. kosong. menggunakan
metode MKJP.

Kurangnya pendampingan yang kontrasepsi yang tidak bisa ditangani di


dilakukan oleh instansi terkait seperti Puskesmas ditindak lanjuti dengan
Puskesmas terhadap akseptor KB yang memberikan fasilitas rujukan tetapi belum
mengalami efek samping atau komplikasi ada pendampingan terhadap akseptor
pasca pemasangan alat kontrasepsi MKJP tersebut sampai memdapatkan penanganan
juga menjadi informasi yang menonjol saat di Fasilitas Kesehatan rujukan yang dituju.
penelitian berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan hasil triangulasi
Pada kasus-kasus efek samping atau berikut,
komplikasi pasca pemasangan alat

Tabel 3. Matriks Triangulasi Sumber pada Aspek Pendampingan Petugas Kesehatan


pada Komplikasi Pasca Pemasangan Alat Kontrasepsi MKJP di Kampung
KB Kota Padang Tahun 2019
Data Hasil Penelitian Analisis
IF.2a IF.3a IF.3d
Akseptor KB MKJP Belum ada Kasus komplikasi yang Pada kasus efek samping atau
yang mengalami pendampingan. muncul awalnya komplikasi pasca pemasangan alat
komplikasi difasilitasi Untuk kasus ditangani di Puskesmas kontrasepsi yang tidak bisa
dengan surat rujukan dari komplikasi terlebih dahulu, bila ditangani di Puskesmas ditindak
Puskesmas dan hanya dalam 3 hari tidak ada lanjuti dengan memberikan fasilitas
pemanfaatan kartu BPJS, ditindaklanjuti perubahan baru dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih
tetapi belum ada dengan rujukan. rujukan ke fasilitas yang tinggi tetapi untuk hal itu belum ada
pendampingan terhadap lebih tinggi, tetapi belum pendampingan dari Puskesmas
akseptor yang mengalami ada pendampingan dari
komplikasi tersebut. Puskesmas.

Hasil wawancara mendalam pada saat pelayanan KB serta banyaknya


terhadap Informan mengenai pencatatan jumlah laporan yang harus dibuat
dan pelaporan dalam pelayanan KB menciptakan asumsi Informan bahwa
MKJP diperoleh informasi bahwa secara proses pencatatan dan pelaporan
umum proses pencatatan dan pelaporan tersebut cukup menguras waktu, tenaga
terkait dengan pelayanan KB berjalan dan pikiran. Dampak lainya adalah
dengan baik, tetapi masih terdapat kader KB merasa kesulitan dan kurang
kendala khususnya dalam efektifitas dan memahami alur pencatatan dan
efisiensi format laporan. pelaporan yang seharusnya dibuat setiap
Hal tersebut dilatar belakangi oleh bulan. Kondisi ini dapat terlihat pada
banyaknya aspek yang perlu dianamnesa tabel matriks triangulasi berikut,

23
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

Table 4. Matriks Triangulasi Metode pada Proses Pencatatan dan Pelaporan dalam
Pelayanan KB MKJP di Kampung KB Tahun 2019
Data Hasil Penelitian Analisis
Wawancara Mendalam Observasi Tela’ah Dukumen
Pada dasarnya, pencatatan Bidan pengelola Sudah tersedia format Adanya format laporan yang
dan pelaporan tersebut program KB dalam laporan sesuai dengan telah disediakan oleh instansi
sudah terbantu dengan membuat suatu item laporan masing- terkait sangat membantu pada
adanya format-format baku laporan pelayanan masing. Format proses pencatatan dan
yang telah disediakan oleh KB masih laporan tersebut pelaporan. Tetapi banyaknya
instansi terkait, tetapi membutuhkan sudah diisi sesuai informasi yang harus diisi
banyaknya yang perlu bantuan, khususnya dengan pedoman pada tahap pencatatan
dianamnesa saat pelayanan dalam pembuatan pengisian, tetapi ada (anamnesa) saat pelayanan KB
KB dan banyaknya laporan laporan melalui beberapa laporan serta banyaknya laporan yang
yang harus dikerjakan media komputer. yang dalam harus dikerjakan menciptakan
menjadikan pelayanan yang Hal ini dilatar pengisiannya tidak asumsi bahwa proses
diberikan kurang maksimal. belakangi oleh lengkap sehingga pencatatan dan pelaporan
Hal ini berdampak juga banyaknya laporan banyak informasi merupakan aktivitas yang
kepada kader KB yang yang harus akseptor KB yang menguras waktu, tenaga dan
merasa kesulitan dan kurang dikerjakan. kosong seperti pada pikiran sehingga berdampak
memahami alur pencatatan laporan register pada pelayanan yang
yang seharusnya. kohort KB dan kartu diberikan kurang maksimal.
status peserta KB.

Informasi lain yang juga terungkap KB adalah target peserta KB yaitu peserta
adalah indikator target sasaran pada KB baru dan peserta KB aktif. Sampai
pelayanan KB. Menurut beberapa saat ini belum ada target yang berfokus
Informan, target yang selama ini dijadikan pada metode alat kontrasepsi khususnya
sebagai tolak ukur keberhasilan pelayanan untuk KB MKJP.

Tabel 5. Matriks Triangulasi Sumber pada Target Sasaran Akseptor KB


Data Hasil Penelitian Analisis
IF.2c IF.3a IF.3d
Informan mengatakan Informan Informan membenarkan Pemerintah telah menyusun
selama ini target mengungkapkan bahwa target sasaran yang target sasaran yang mengacu
sasaran ditujukan target sasaran tidak selama ini adalah mengacu kepada keikutsertaan peserta KB
untuk keseluruhan ada khusus untuk pada keikutsertaan peserta baik peserta KB baru maupun
metode kontrasepsi KB MKJP. Selama KB secara menyeluruh, peserta KB aktif, tetapi belum
yang didalamnya ini hanya target nya belum ada sasaran yang ada target sasaran yang mengacu
terdapat metode MKJP peserta KB aktif dan dikhususkan kepada alat kepada penggunaan alat
dan non-MKJP. peserta KB baru saja kontrasepsi kontrasepsi khususnya MKJP.

3. Dukungan Penghargaan
Hasil wawancara mendalam terhadap Informan (IF.1c). Beberapa Informan
Informan yang memilih menggunakan mengungkapkan bahwa keiinginan
metode KB non-MKJP diperoleh seorang istri untuk menggunakan metode
informasi bahwa dukungan penghargaan MKJP sering menimbulkan perdebatan
dari pasangan dan keluarga dalam antara suami-istri (IF.1a, IF,1c, IF,1f). Hal
mendorong Informan untuk menggunakan tersebut dilatar belakangi oleh kecemasan
MKJP masih kurang. Hal ini terjadi suami dan keluarga (orang tua) dalam
karena pasangan dan keluarga (saudara menghadapi proses pemasangan metode
perempuan) berasumsi bahwa MKJP seperti pada metode MOW yang
pemasangan metode MKJP (Implan) harus melalui tindakan operasi. Tindakan
dapat berdampak buruk pada kesehatan operasi tersebut menjadi momok

24
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

menakutkan bagi suami dan keluarga Informasi tersebut sesuai dengan kutipan
karena mereka pernah mendengar wawancara berikut,
beberapa kejadian buruk pasca tindakan “Karena mereka kan kalo MKJP nanti
operasi seperti perlukaan yang mengalami pake Spiral malu, nanti suaminya
infeksi, bahkan sampai menyebabkan marah, gitu-gitu, biasalah prinsip-
kematian (IF.1a). Informasi tersebut prinsip klasik gitu. Juga kadang
sesuai dengan kutipan wawancara berikut, mereka milih gak boleh dengan suami,
“Eee kamu enak-enak ajah ya tidur, gak boleh dengan orang tua. Kadang
saya kayak gini (bilang ke suaminya). gitu kan. Kadang malu, seperti itu.
“Iya apa ? Kamu dibawa ke Rumah Kita udah kasih tau kalo pake hormon
Sakit obatnya nggak adaaaaaa, nggak akibatnya gini gini gini gitu kan nanti
ada obatnya katanya, buka lah KB bayar, kalau MKJP kan gak bayar”.
kamu tu”(kata suaminya). Bertengkar (IF.2c).
Ibu dulu tu, sama suami Ibu, sama Menurut salah satu bidan, bidan telah
adek juga bertengkar, marah dia” berupaya memberikan pengarahan
(IF.1c). terhadap suami terkait keputusan untuk
“Dulu tu dia betengkar sama menggunakan metode MKJP pada
suaminya, suaminya disuruh KB, istrinya. Upaya ini dilakukan untuk
marah suaminya, kamu ajalah yang menghadirkan dukungan penghargaan
KB sendiri, kok aku suruh KB, ndak dari suami kepada istrinya sehingga
ada laki-laki KB” (IF.1c). istrinya leluasa menentukan pilihan untuk
menggunakan metode MKJP. Tapi tidak
“Suami Ibu duduk disitu, dia tidak
jarang suami memberikan reaksi negatif
setuju, Ibu tu menggunakan Steril. Aa
saat seorang istri ingin menggunakan
disuruhnya lah Ibu Steril dulu, masa
metode MKJP (IF.3a).
itu tu 2017 disarankan, mau Ibu, mau
Beberapa Informan juga berpendapat
sekali Ibu nya, cuman bapak tu nggak
bahwa metode kontrasepsi yang banyak
mau, marah bapak tu ke orang tu,
digunakan oleh PUS di wilayah Kampung
nggak mau bapak tu nanda tangani itu
KB adalah metode no-MKJP. Kondisi ini
dulu enggak mau, tu dia nggak mau
memicu PUS calon akseptor KB juga
menanggung resiko aa itu” (IF.1a).
mengikuti jejak pendahulunya. Latar
Informasi yang hampir sama juga belakang banyaknya PUS yang memilih
diperoleh dari Informan lainnya dimana menggunakan metode non-MKJP adalah
mengungkapkan bahwa alasannya lebih adanya rasa keamanan dan ketenangan saat
memilih metode non-MKJP dikarenakan menggunakan metode non-MKJP yang
tidak diperbolehkan oleh suaminya. memiliki minim resiko dibandingkan
Informan tidak ingin timbul permasalahan dengan metode MKJP yang banyak
baru akibat ia tetap memilih menggunakan menimbulkan komplikasi. Informasi
metode MKJP (IF.1f). Korlap PKB juga tersebut sesuai dengan kutipan wawancara
berpendapat bahwa kebanyakan dari seorang berikut,
suami bereaksi marah dan tidak memberikan
“(metode yang dominan disini) Iya
izin saat istrinya ingin memilih
Suntik, pil enggak, nggak mau orang
menggunakan metode MKJP. Sehingga,
kalo pil, enggak, suntik rata-rata
sebagai seorang istri lebih memilih
suntik” (IF.1a).
mengikuti perintah suaminya untuk tidak
menggunakan metode MKJP. Hal yang “Jadi dari kasus-kasus orang-orang
sama juga terhadap orang tuanya (IF.2c). sini tu takut, orang jadi enggak mau
pakai KB yang model susuk spiral tu.

25
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

Orang ni kabanyakan milih KB suntik, bapak nya yg berKB, MOP tu. Marah
pil atau yang KB alamiah saja. Kata bapak tu “Saya laki-laki masa ber-
orang tu “biar lah saya membayar, KB” (IF.2a).
mengeluarkan biaya untuk KB suntik Aspek agama juga menjadi salah
atau pil tapi saya rasa aman, dari satu faktor dalam keputusan PUS
pada saya dikasih gratisan pakai yang memilih metode MKJP. Beberapa
spiral atau susuk tapi resiko yang saya Informan mengungkapkan bahwa
tanggung besar juga” (IF.2a). beberapa metode kontrasepsi jenis
Beberapa Informan non MKJP MKJP tidak sesuai dengan syariat
mengungkapkan kebanyakan laki-laki agama islam seperti metode MOW dan
(suami) enggan untuk ikut serta menjadi MOP. Keduanya bersifat menyalahi
peserta KB khususnya metode MOW. kordat manusia dalam bereproduksi
Keengganan tersebut muncul karena para karena sifatnya menghentikan keturunan
laki-laki tersebut masih menganggap secara permanen. Kontrasepsi yang
bahwa keikutsertaan laki-laki dalam KB diperbolehkan dalam syariat agama
merupakan hal yang tabu. Selain itu islam adalah yang bersifat
mereka juga takut akan efek samping menjarangkan atau mengatur kelahiran
yang kemungkinan akan terjadi pasca seperti IUD, Implan dan yang lainnya.
tindakan MOW seperti penurutan vitalitas Informasi tersebut sesuai dengan
alat reproduksi. Bahkan ada suami yang kutipan wawancara berikut,
bereaksi marah saat diminta untuk
“Kalo Steril itu kalo dalam agama itu
menjadi akseptor metode MOW. kan ndak boleh..KB itu eeuum,
Informasi tersebut sesuai dengan kutipan sebetulnya KB ni menjarangkan anak,
wawancara berikut, bukan menghabiskan. Kalo orang kan
“Iya, ada, BKKBN menyarankan siapa menghabiskan dia. Kalo dalam agama
bapak-bapak yang mau ba-KB. Aaa haa ndak boleh. Suami Ibu kan Ustad,
dikasi duit, dianjurkan, kalo istrinya gk kalo andaikan boleh dalam agama, Ibu
cocok, bapaknya mau tidak ? Kalo nomor satu lah pasang hhahha
mau aaa dikasih bonus, gitu misalnya. (tertawa)” (IF.1i).
Tapi bapak-bapak tu enggak mau juga “Iya ada yang masih kental
kan. Jarang bapak-bapak ni mau gitu. dimasyarakat ada yang gk mau ber-KB
Soalnya efek orang ni kan, kata orang
karena agama nya yang tidak
tu kan efek samping nya gk ada. memperbolehkan gitu katanya. Agama
Soalnya kan kalo dulu-dulu kan gk ada ortodok, adalah satu-satu tapi gk
laki-laki ni yang KB. KB tu kan banyak si, paling 5% lah” (IF.3a).
perempuan. Jadi kan tu termasuk aneh
juga lah kata bapak-bapak tu Berdasarkan hasil wawancara
ahahhahaha. Ya gitu..tiba macam- mendalam terhadap Informan yang tidak
macam bapak ni kan ”Gimana menggunakan metode KB MKJP
caranya tu..? Dimana mau di mengungkapkan bahwa baik pasangan
pasangnya..? Jangan-jangan nanti maupun keluarga khususnya orang tua
tidak bisa hidup lagi”(IF.1k). tidak pernah memberikan dorongan,
perhatian maupun kepedulian terhadap
“Pernah juga disini, dari Kodim metode kontrasepsi yang akan digunakan
datang langsung tu ke rumah salah oleh Informan. Pasangan dan keluarga
satu warga sini. Dia anak sudah lebih sering bersikap pasif bahkan
banyak, 5 anaknya, ibu nya kalo pake bersikap negatif terhadap penggunaan
KB tu perdarahan terus, tidak ada metode KB MKJP. Beberapa Informan
yang cocok KB tu. Jadi saya sarankan

26
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

mengungkapkan bahwa pasangan dan digunakannya (Gebremariam & Addissie,


keluarga lebih mendukung Informan 2014).
untuk menggunakan metode kontrasepsi Data-data diatas menunjukkan bahwa
non-MKJP. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya dukungan emosional yang
pasangan dan keluarga merasa khawatir baik dari lingkungan sosial akan
terhadap efek samping dan risiko yang meningkatkan niat PUS untuk memilih
kemungkinan akan terjadi bila Informan menggunakan KB MKJP. Dukungan
menggunakan metode KB MKJP. emosional yang diperoleh PUS dari
Hasil penelitian ini sejalan dengan lingkungan sosial memiliki andil besar
teori bahwa setiap manusia sebagai terhadap perilaku dalam memutuskan
makhluk sosial memiliki kecenderungan penggunaan KB MKJP. Khususnya
dipengaruhi oleh orang lain dalam dukungan emosional yang berasal dari
berperilaku (Suratman, Munir, & Salamah pasangan dan orang tua (ibu)
U, 2013). Aspek penting yang harus ada Pada penelitin ini juga diperoleh
didalam hubungan antar manusia adalah informasi bahwa peningkatan kompetensi
adanya dukungan sosial. Dukungan sosial provider melalui pelatihan KB diwilayah
tersebut dapat berupa dukungan positif Kota Padang masih kurang. Menurut
maupun dukungan negatif salah satunya informasi yang diperoleh Informan,
dalam aspek dukungan emosional (Glanz, dimasing-masing Puskesmas di Kota
Rimer, & Viswanath K, 2008). Dukungan Padang rata-rata baru 2-3 petugas yang
sosial dan dukungan emosional erat sudah mengikuti pelatihan KB. Pada
hubungannya dengan peningkatan dasarnya, kegiatan pelatihan telah
perilaku kesehatan kearah yang positif. dilakukan sesuai dengan anggaran yang
Adanya dukungan emosional dari telah dialokasikan. Hal ini berkaitan
lingkungan dapat menjadi faktor dengan prosedur pengembangan SDM
terbentuknya perilaku kesehatan yang yang tercantum dalam pedoman
baik pada seseorang (Strine, Chapman, menejemen palayanan KB yang
Balluz, & Mokdad A, 2007). Menurut menyatakan bahwa tim jaga mutu
Ucino dalam Thoits, dukungan emosional Provinsi dan BKKBN Provinsi dalam
yang dirasakan oleh seseorang memiliki upaya meningkatkan kualitas pelayanan
pengaruh positif terhadap kesehatan KB khususnya KB MKJP melakukan
secara fisik dan kejiwaan (Thoits , 2011). pengembangan SDM melalui penentuan
Hasil penelitian ini juga sesuai sasaran tenaga kesehatan dan/atau fasiltas
dengan penelitian yang dilakukan oleh kesehatan yang akan dilatih. Penentuan
Muniroh, et. al (2014) yang tersebut berdasarkan riwayat pelatihan
mengemukakan bahwa adanya dukungan sebelumnya dan kebutuhan keterampilan
emosional dari lingkungan khususnya dari yang belum terpenuhi dan kepentingan
pasangan akan meningkatkan keputusan segera untuk dipenuhi (Direktorat Jendral
seorang istri untuk memilih menggunakan Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
KB MKJP (MOW) (Muniroh, Luthviatin, 2014). Berdasarkan hal ini, peningkatan
& Istiaji , 2014). Gebremariam and baik secara kuantitas dan kualitas dalam
Addissie juga membuktikan perihal yang pelatihan KB perlu diefektifkan lagi agar
sejalan dimana perempuan yang kurang berdampak terhadap pelayan KB MKJP
mendapatkan dukungan dari suami untuk dimasyarakat. Selain itu, dari Fasilitas
menggunakan KB MKJP, memiliki niat Kesehatan juga harus aktif dalam
80% lebih rendah untuk memutuskan merencanakan dan mengusulkan
memilih metode KB MKJP sebagai kebutuhan pengembangan SDM sesuai
metode kontrasepsi yang akan dengan kompetensi.

27
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

Hasil penelitian ini juga Hasil penelitian ini juga


menunjukkan bahwa masih terdapat mengungkapkan bahwa budaya
kendala pada prosedur pencatatan dan masyarakat didominasi dengan
pelaporan pelayanan KB dimana menurut penggunaan KB non-MKJP. Sebagian
salah satu Informan proses pencatatan dan besar Informan mengungkapkan bahwa
pelaporan merupakan aktifitas yang rata-rata PUS diwilayah Kampung KB
menyita waktu, pikiran dan tenaga. Pada menggunakan KB non MKJP seperti
dasarnya, format pencatatan dan metode Suntik dan Pil. Hasil ini juga
pelaporan yang telah difasilitasi oleh berkaitan dengan kecemasan pasangan
instansi terkait mampu membantu petugas terhadap KB MKJP, adanya persepsi
dalam mengefektifkan proses pecatatan negatif terhadap KB MKJP akibat
dan pelaporan, tetapi banyaknya data pengalaman negatif orang lain terhadap
yang perlu dicatat serta dilaporkan metode KB MKJP. Menurut Sulistyawati
membutuhkan waktu ekstra serta menyita terdapat beberapa faktor yang
tenaga dan pikiran sehingga kemungkinan mempengaruhi seseorang dalam memilih
akan berdampak pada pelayanan KB yang metode kontrasepsi yang akan digunakan.
diberikan. Menurut Sulistyawati proses Faktor tersebut diantaranya tingkat
pencatatan merupakan suatu aktifitas keamanan, efek samping yang
mengumpulkan informasi dan data yang ditimbulkan, adanya kemauan dari PUS
diperuntukan bagi kepentingan program. untuk menjadi akseptor KB, dan budaya
Berdasarkan informasi dan data tersebut masyarakat terhadap alat kontrasepsi
kita dapat membuat suatu perencanaan, (Sulistyawati, 2012).
pemantauan serta penilaian keberhasilan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
suatu program (Sulistyawati, 2012). Ekarini menunjukkan bahwa seseorang
Selanjutnya, penelitian ini juga yang memiliki sikap positif akan 5.663
menginformasikan bahwa pelayanan kali berkemungkinan ikut serta menjadi
konseling KB yang diberikan oleh peserta KB. Sementara, seseorang yang
petugas belum maksimal dan belum berada dilingkungan dengan sosial budaya
adanya pendampingan dari petugas yang positif terhadap suatu alat
kesehatan terhadap kejadian komplikasi kontrasepsi akan 2,020 kali
pasca pemasangan KB MKJP. Menurut berkemungkinan ikut serta menjadi
Ekarini partisipasi pria dalam Keluarga peserta KB (Ekarini, 2008). Zuraidah juga
Berencana berhubungan dengan kualitas mengungkapkan bahwa pengetahuan ibu
pelayanan KB yang diberikan oleh secara signifikan berpengaruh pada
petugas, dengan nilai ρ 0,0001 dengan persepsi terhadap metode non hormonal
nilai OR sebesar 17,152. Data ini (IUD) dengan nilai ρ 0,001 (Zuraidah,
menunjukkan bahwa jika petugas 2017). Ini artinya persepsi yang buruk
memberikan pelayanan KB dengan baik terhadap KB non hormonal disebabkan
akan menyebabkan 17,152 kali pria oleh pengetahuan yang kurang pada ibu
berkemungkinan berpartisipasi dalam terkait alat kontrasepsi. Adanya persepsi
kegiatan KB (Ekarini, 2008). Oleh sebab negatif seperti metode kontrasepsi IUD
itu, rendahnya minat PUS diwilayah tidak baik digunakan dan tidak efektif
Kampung KB Kota Padang untuk mencegah kehamilan, mengganggu
menggunakan KB MKJP kemungkinan kesehatan fisik dan hubungan seksual,
karena pelayanan KB oleh petugas yang mahal, menyebabkan perdarahan
belum maksimal khususnya pada proses menyebabkan seorang perempuan
konseling dan pelayanan terhadap kasus menganggap bahwa suatu alat kontrasepsi
komplikasi pasca pemasangan KB. tersebut tidak cocok digunakan pada
dirinya. Padahal pemilihan suatu alat

28
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

metode kontrasepsi harus berdasarkan membantu seseorang untuk melihat segi-


prinsip rasional, efektif dan efisien, segi positif yang ada dalam dirinya untuk
Artinya harus sesuai dengan kondisi dibandingkan dengan orang lain yang
kesehatan yang dibutuhkan dan bukan berfungsi untuk menambah penghargaan
berdasarkan keinginan semata (BKKBN, diri serta persetujuan atas gagasan atau
2016). perasaan individu. Pada analisis yang
Hasil penelitian ini juga diketahui dilakukan oleh ketiga peneliti tersebut
bahwa belum terdapat target yang diperoleh informasi bahwa sebagian besar
memfokuskan sasaran pada alat pasangan (suami) memberikan dukungan
kontrasepsi. Selama ini, target dibuat penghargaan berupa persetujuan kepada
untuk sasaran akseptor yaitu akseptor KB istrinya untuk menggunakan metode KB
baru dan akseptor KB aktif tidak MKJP (MOW) (Muniroh, Luthviatin, &
mempertimbangkan alat kontrasepsi yang Istiaji , 2014).
digunakan. Hal ini sesuai dengan
indikator cakupan pelayanan yang disusun KESIMPULAN
oleh pemerintah diantaranya terdiri dari Faktor yang berhubungan dengan
cakupan peserta KB baru, cakupan peserta keputusan memilih KB MKJP di wilayah
KB aktif, persentasi komplikasi dan Kampung KB Kota Padang adalah
kegagalan kontrasepsi, cakupan PUS dukungan psikososial dari pasangan dan
miskin, 4T, dengan penyakit kronis ber- orang tua, kompetensi provider, prosedur
KB, persentasi drop-out, dan cakupan ibu pencatatan dan pelaporan, kualitas
paska persalinan ber-KB. Semua indicator pelayanan KB, budaya masyarakat,
cakupan pelayanan tersebut bertujuan persepsi negative terhadap KB MKJP, dan
untuk menilai kinerja program KB dengan tidak adanya indikator sasaran untuk
melihat capaian dalam setiap bulan/tahun metode kontrasepsi.
dengan membandingkannya dengan target
masing-masing wilayah (Direktorat UCAPAN TERIMA KASIH
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Penulis mengucapkan terima kasih
2009).
kepada ketua seksi Pembinaan Kesertaan
Hasil wawancara mendalam
Ber-KB & Pengelola Program Kampung
terungkap bahwa dukungan penghargaan
KB dari DP3AP2KB Kota Padang,
dari pasangan dan keluarga dalam
pemegang program KB dari Dinas
mendorong Informan untuk menggunakan
kesehatan Kota Padang, Bidan pengelola
MKJP masih kurang. Hal ini terjadi
program KB dari Puskesmas Kota
karena pasangan dan keluarga (saudara
Padang, Kordinator Lapangan PKB,
perempuan) berasumsi bahwa
pengelola Kampung KB serta akseptor
pemasangan metode MKJP (Implan)
KB MKJP dan Non-MKJP yang telah
dapat berdampak buruk pada kesehatan
memberikan izin, fasilitas dan kemudahan
Informan. Selain itu, budaya masyarakat
dalam penelitian ini.
dilingkungan Kampung KB terlihat belum
memihak pada penggunaan metode
MKJP. DAFTAR PUSTAKA
Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN. (2016). Laporan Kinerja Instansi
Muniroh, et. al (2014) mengungkapkan Pemerintah 2015 Badan Kependudukan
bahwa dukungan penghargaan yang dan Keluarga Berencana Nasional.
diperoleh seseorang dapat berupa ungkapan Jakarta: BKKBN. Retrieve from :
penghormatan terhadap keputusan yang https://www.bkkbn.go.id/po-
diambil, dorongan untuk meningkatkan rasa content/uploads/LAKIP_BKKBN_201
percaya diri agar lebih maju, serta 6.pdf

29
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

Cleland, J., Bernstein, S., Ezeh, A., Permanent Contraceptive Methode and
Faundes, A., Glasier, A., & Innis, J. Factors Effecting It Among Merried
(2006). Family planning: the Women in Adigrat Town, Tigray,
unfinished agenda. Lancet, Vol.368, Northern, Ethiopia. Reproductive
Hal. 1810–27. Retriev from : Health Journal, 11:24. Retrieve from :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17113 https://reproductive-health-
431/ journal.biomedcentral.com/articles/10.
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2017). 1186/1742-4755-11-24
Profil Kesehatan Kota Padang Tahun Glanz, K., Rimer, B., & Viswanath K.
2016. Padang: Dinkes Kota Padang. (2008). Health Behavior and Health
Retrieve from : Education Theory, Research, and
https://dinkes.padang.go.id/read/191- Practice Fourth Edition. United States
Profil_Kesehatan_Kota_Padang_Tahu of America: Jossey-Bass. p. 189-190.
n_2016 Retrieve from :
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2018). https://www.worldcat.org/title/health-
Profil Kesehatan Kota Padang Tahun behavior-and-health-education-theory-
2017. Padang: Dinas Kesehatan Kota research-and-practice/oclc/225874161
Padang. Retrieve from : Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan
https://dinkes.padang.go.id/read/230- Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Profil_Kesehatan_Kota_Padang_Tahu Kemenkes RI. Retrieve from :
n_2018__Data_Tahun_2017_ http://www.depkes.go.id/resources/do
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. wnload/pusdatin/profil-kesehatan-
(2013). Rencana Aksi Nasional indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-
Pelayanan Keluarga Berencana 2014- tahun-2017.pdf
2015. Jakarta: Kemenkes RI. Retrieve Muniroh, I., Luthviatin, N., & Istiaji , E.
from : (2014). Dukungan Sosial Suami
https://indonesia.unfpa.org/sites/default Terhadap Istri untuk Menggunakan
/files/pub-pdf/RAN-PELAYANAN- Alat Kontrasepsi Medis Operasi
KB.pdf Wanita (MOW) (Studi Kualitatif pada
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Pasangan Usia Subur Unmet Need di
Masyarakat. (2009). Pedoman Sistem Kecamatan Puger Kabupaten Jember) .
Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.2,
Keluarga Berencana. Jakarta: Depkes No.1, hal. 66-71. Retrieve from :
RI. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/
Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan article/view/598
Ibu dan Anak. (2014). Pedoman Strine, T., Chapman, D., Balluz, L., &
Manajemen Pelayanan Keluarga Mokdad A. (2007). Health-related
Berencana. Jakarta: Kemenkes RI. Quality of Life and Health Behaviors
Ekarini, S. (2008). Analisis Faktor-faktor by Social and Emotional Support Their
yang Berpengaruh terhadap Relevance to Psychiatry and Medicine.
Partisipasi Pria dalam Keluarga Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol,
Berencana Di Kecamatan Selo DOI 10.1007/S00127-007-0277-x.
Kabupaten Boyolali. Tesis. Semarang: Retrieve from : :
Program Pascasarjana Universitas https://www.researchgate.net/publicati
Diponegoro. Retrieve from : on/5882864
https://core.ac.uk/download/pdf/11717 Sulistyawati, A. (2012). Pelayanan
961.pdf Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba
Gebremariam, A., & Addissie, A. (2014). Medika : Hal. 13.
Intention to Use Long Acting and

30
Dewi Ayu Ningsih | Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP)

Suratman, Munir, & Salamah U. (2013).


Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Malang: Intimedia. Hal. 134-135.
Thoits , P. (2011). Mechanisms Linking
Social Ties and Support ti Physical and
Mental Health. Journal of Health and
Social Behavior, 52 (2), Hal. 145 –161.
Retriev from :
http://hsb.sagepub.com/content/52/2/14
5
WHO. (2016). Monitoring Health for The
SDGs. France: WHO. Retriev from :
https://www.who.int/gho/publications/
world_health_statistics/2016/en/
Zuraidah. (2017). Pengaruh Pengetahuan
terhadap Persepsi Istri dalam
Penggunaan KB Non-hormonan .
Midwife Journal, Vol. 3, No. 01, Hal.
1-8. Retrieve from :
https://media.neliti.com/media/publicat
ions/234043-pengaruh-pengetahuan-
terhadap-persepsi-i-56ccd765.pdf

31

You might also like