Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

EVALUASI RADIOLOGI PADA KASUS FRAKTUR BASIS CRANII

Maharani Syahla Taruni


Mahasiswa Jurusan Teknik Radiologi Pencitraan Poltekkes kemenkes Jakarta II,
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Abstract: Skull base fractures, namely fractures that extend through the base of the anterior,
middle, or posterior cranial fossa that occur in about 7% to 16% of non-perforating head
injuries, are caused by trauma with relatively high velocity, and are most frequently caused
by a high-speed motor vehicle accident. Pedestrian injuries, falls and assault are other related
causes. Penetrating trauma, especially gunshot wounds, is much rarer and accounts for less
than 10% of cases. This research method is in the form of literature review. The literature was
collected using several databases, such as ClinicalKey and Google Scholar with the keywords
radiology and base skull fracture, this article was obtained according to keywords and was
screened according to inclusion and exclusion criteria. There are 11 journals full text that will
be reviewed according to the criteria consisting of one retrospective study, one clinical
review, two literature reviews, three review articles, one prospective study, one case report,
one descriptive study and one comparative study. This study shows that 11 literature reviews
radiological evaluation in the case of cranii basis. In conclusion, radiology is the most
important examination required in patients who are suspected of suffering from fracture of
the base cranii is a non-contrast head CT scan. Other radiological examinations that can be
used are plain radiographs of the head, and angiography.
Key words: Skull base fractures, basis cranii, radiology

Abstrak: Fraktur basis cranii, yaitu fraktur yang meluas melalui dasar fossa kranial anterior,
tengah, atau posterior yang terjadi pada sekitar 7% hingga 16% dari cedera kepala non-
perforans, disebabkan oleh trauma dengan kecepatan yang relatif tinggi, dan paling sering
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor berkecepatan tinggi. Cedera pejalan kaki,
jatuh, dan penyerangan adalah penyebab terkait lainnya. Trauma tembus, terutama luka
tembak jauh lebih jarang dan terhitung kurang dari 10% kasus. Metode penelitian ini dalam
bentuk studi pustaka (lirerature review). Literature di kumpulkan menggunakan beberapa
database, seperti ClinicalKey dan Google Scholar dengan kata kunci radiology dan base skull
fracture, artikel ini didapatkan sesuai dengan kata kunci dan dilakukan skrining sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi. Terdapat 11 jurnal full text yang akan dilakukan review yang sesuai
kriteria terdiri atas satu retrospective study, satu clinical review, dua literature review, tiga
review article, satu prospective study, satu case report, satu descriptive study dan satu
comparative study. Penelitian ini menunjukkan bahwa 11 literatur mengulas tentang evaluasi
radiologi pada kasus basis cranii. Sebagai simpulan, radiologis merupakan pemeriksaan
paling utama yang diperlukan pada pasien yang dicurigai menderita fraktur basis cranii
adalah pemeriksaan CT-Scan non kontras kepala.. Pemeriksaan radiologi lain yang dapat
digunakan adalah pemeriksaan foto polos kepala, dan angiografi.
Kata kunci: Patah tulang dasar kepala, basis kranii, radiologi
PENDAHULUAN basis kranii yang tidak membahasan
mengenai radiologi. Terdapat 11 jurnal
Fraktur basis cranii merupakan full text yang akan dilakukan review yang
tantangan besar bagi ahli bedah. Perawatan sesuai kriteria.
masih kontroversial termasuk pendekatan
operasi terbaik, urgensi dan luasnya
prosedur pembedahan. Hubungan anatomis
HASIL PENELITIAN
dari basis cranii adalah penyebab
masalah tertentu yang mungkin timbul Berdasarkan hasil penelusuran
setelah cedera seperti laserasi lapisan pada database 11 literatur yang memenuhi
dural atau kerusakan neurovascular yang kriteria inklusi dan eksklusi Sampel yang
parah. Keputusan manajemen harus dapat dibahas dalam artikel terdiri dari
mempertimbangkan semua aspek ini. Hal ratusan literature yang telah ditelusuri dari
penting lainnya adalah bahwa banyak berbagai macam database. Setiap literatur
pasien yang mengalami membahas secara keseluruhan tentang
polytraumatized termasuk cedera otakm radiologi pada kasus basis kranii.
parah yang mempersulit intervensi operasi
dini.
BAHASAN
Diketahui dengan baik bahwa ada
kejadian fraktur dan laserasi dural yang Berdasarkan sebelas literatur yang
tinggi. Tetapi masalahnya adalah tidak membahas tentang radiologi pada fraktur
selalu ada informasi yang cukup tentang basis cranii, menyebutkan bahwa
luasnya fraktur. Oleh karena itu, fraktur pemeriksaan radiologis merupakan
mungkin tidak terdiagnosis tepat waktu. pemeriksaan yang paling utama
Oleh karena itu, pemeriksaan klinis harus diperlukan pada pasien yang dicurigai
dikombinasikan dengan analisis dasar menderita fraktur basis cranii yaitu
tengkorak neuroradiologis yang rinci pemeriksaan CT-Scan, foto polos kepala
untuk mencegah komplikasi kedepannya. dan angiografi. Radiologis merupakan
pemeriksaan paling utama yang
Interaksi modalitas armamentarium
diperlukan pada pasien yang dicurigai
radiologis yang mencakup foto polos, studi
menderita fraktur basis cranii adalah
tomografi konvensional maupun
pemeriksaan CT non kontras kepala. CT
komputer, dan prosedur yang lebih
tulang wajah, dengan menggunakan
invasive seperti arteriografi dan
metode multidetector thin-slice CT pada
administrasi kontras intratekal yang akan
wajah dilakukan pada pasien yang
dibahas.
dicurigai menderita fraktur basis cranii,
khususnya untuk menilai adanya emfisema
intraorbital, perdarahan retrobulbar dan
METODE PENELITIAN subperiosteal, cedera pada jaringan lunak
Metode penelitian ini dalam bagian wajah, dan perdarahan sinus
bentuk studi pustaka (lirerature review). paranasalis. Gambaran algoritma tulang
Literature di kumpulkan menggunakan melalui thin-section sebaiknya diteliti
beberapa database, seperti Clinical Key setelah dilakukan rekonstruksi pada
dan Google Scholar dengan kata kunci pemeriksaan bidang koronal dan sagittal,
radiologi, basis cranii dan base skull dimana rekonstruksi multiplanar pada
fracture, artikel ini didapatkan sesuai pemeriksaan radiologis dianggap memiliki
dengan kata kunci dan dilakukan skrining hasil yang lebih baik dalam mendeteksi
sesuai kriteria inklusi, radiologi pada fraktur. Fraktur yang melewati canalis
fraktur basis kranii dan eksklusi, fraktur caroticus, ataupun yang memanjang
hingga clivus perlu dilakukan pemeriksaan dikonfirmasi pada CT scan, sementara 178
CTA (Computed Tomogaphy (84,2%) tidak memiliki BSF. Dari 32
Angiography) ataupun MRA (Magnetic pasien dengan BSF, 18 pasien mengalami
Resonance Angiography), untuk fraktru fossa kranial tengah (MCF), 15
memastikan kecurigaan adanya arteri pasien mengalami fraktur fossa kranial
carotis dan atau vertebralis. anterior (ACF), dan 4 pasien mengalami
fraktur fossa kranial posterior (PCF). 5
Neuroimaging memegang peranan dari pasien ini mengalami patah tulang
sangat besar dalam diagnosis cedera yang melibatkan kombinasi kmpartemen
kepala. Jenis pemeriksaan berupa foto fossa kranial. Tiga pasien menunjukkan
rontgen cranium, CT scan, dan MRI. kombinasi fraktur ACF dan MCF,
Peranan foto polos sangat terbatas yaitu sedangkan 2 pasien mengalami fraktur
hanya dapat digunakan untuk melihat gangguan MCF dan PCF. Tidak ada
adanya fraktur pada tulang tengkorak. CT kombinasi fraktur ACF dan PCF juga tidak
scan merupakan pilihan pertama di unit ada keterlibatan ketiga kompartemen di
gawat darurat. CT scan tanpa kontras salah satu pasien. Lalu pada literatur Eko
sangat berguna untuk melihat perdarahan Prasetyo, dkk membahas tentang evaluasi
dan efek massa intracranial. Kelainan yang CT 3D pada dua kasus kelumpuhan saraf
dapat dilihat pada CT scan berupa wajah kanan yang di picu oleh SBF, dalam
fraktur cranium, hematoma epidural, kasus pertama menunjukkan fraktur
subdural dan pendarahan intraserebral. longitudinal dari tulang petrosal kanan,
MRI lebih sensitive dibandingkan CT scan yang membujur dan melintang untuk kasus
untuk menilai kelainan intracranial kedua. Dua kasus kelumpuhan saraf wajah
khususnya mendeteksi diffuse axonal ditangani dengan split hypoglossal facial
injury. Pencitraan pertama yang diperlukan anastomosis untuk mengembalikan fungsi
pada pasien dengan dugaan trauma dasar fungsional. Christina Jacobsen, dkk
tengkorak adalah CT kepala nonkontras, mengungkapkan mengenai CT-scan untuk
karena pasien awalnya akan ditangani dan diagnostik yang baik mengenai fraktur
diprioritaskan berdasarkan cedera yang terlokalisasi di fossa posterior,
intrakranial. Pneumocephalus harus sedangkan diagnosis fraktur di fossa
meningkatkan kecurigaan adanya fraktur medial dan anterior sulit pada pembacaan
melalui dasar tengkorak anterior atau pertama. Diagnosis patah tulang membaik
tulang temporal. Selain itu, selama pembacaan CT scan kedua. Jadi
pneumocephalus yang meningkat secara dengan menggunakan dua rekonstruksi CT
signifikan atau serial menunjukkan yang berbeda meningkatkan diagnosis di
robekan dural dan kemungkinan kebocoran fossa medial dan pada titik benturan di
CSF, meskipun pneumocephalus telah kubah tengkorak. Namun, diagnosis
dilaporkan dalam beberapa kasus fraktur pada fossa anterior dan medial serta
perluasan kranial dari emfisema subkutan fraktur garis rambut secara umum masih
yang luas tanpa adanya fraktur dasar sulit. Studi ini menunjukkan bahwa sistem
tengkorak. CT wajah, dengan gambar CT fraktur yang penting secara forensik
iris tipis multidetektor melalui wajah dan sebagian besar didiagnosis pada gambar
dasar tengkorak, juga harus dilakukan pada CT menggunakan rekonstruksi Multiplanar
setiap pasien dengan dugaan fraktur dasar dan Maksimum Intensitas Proyeksi.
tengkorak. Basal Skull Fractures (BSF)
terbagi atas bagian anterior, media dan Diagnosis rontgen dari fraktur
posterior yang terjadi dengan mekanisme tengkorak didasarkan hamper seluruhnya
cedera langsung/fokal atau cedera tidak pada posisi dan tanda arah linear
langsung. Dari 210 pasien yang dianalisis, radiolusen yang tertera pada film. Untuk
32 (15,2%) memiliki BSF yang daerah parieto-temporal adalah lokasi
fraktur yang paling sering, terdiri dari 56,3
persen dari semua patah tulang tengkorak,
sedangkan sisanya terbagi hamper merata
antara daerah frontal dan oksipital, Konflik Kepentingan
masingmasing 21,7 persen dan 22 persen.
Dari sudut pandang roentgenografik, Penulis menyatakan tidak terdapat konflik
fraktur fisura dapat dibagi menjadi fraktur kepentingan dalam studi ini.
luas atau seperti pita dan fraktur fisura
sempit atau garis rambut.
DAFTAR PUSTAKA
Studi CT dari daerah kraniofasial
yang dilakukan dalam pengaturan akut. 1. Bachli H, Leiggener C, Gawelin P,
Studi CT diperoleh baik dalam teknik CT Audige L, Enblad P, Zeilhofer H, et al.
tunggal atau multislice dengan kolimasi Skull base and maxillofacial fractures:
1,5 mm dengan rekonstruksi koronal 2D Two centre study with correlation of
sekunder. Rekonstruksi CT 3D diperoleh clinical findings with a comprehensive
pada kasus tertentu. Tanda-tanda klinis craniofacial classification system.
(rhinorrhoea, hematoma periorbital dan Journal of Cranio-Maxillofacial
pneumencephalus) di cacat dalam catatan Surgery. 2009;37:305-11.
klinis. Tampilan kranio midfasial dengan 2. Rendich RA, Ehrenpreis B. The
garis pembagian untuk komponen dasar Roentgen Diagnosis of Fracture of he
tengkorak (merah) dan kalvarial (hijau) Skull: A Review of 1,135 Cases So
dari unit kraniobasal-kalvarial dari Diagnosed. Radiology.
craniomidface. Sedangkan tengkorak basal 1938;31(2):214-17.
seringkali tidak dapat dideteksi dengan X- 3. Jacobsen C, Bech BH, Lynnerup N.
ray atau bahkan CT scan. Fraktur A comparative study of cranial, blunt
tengkorak basal paling sering didiagnosis trauma fractures as seen at medicolegal
berdasarkan temuan klinis, membuat autopsy and by computed tomography.
keterampilan penilaian klinis menjadi BMC medical imaging. 2009;9:18.
penting. CT dapat mengungkapkan 4. Baugnon KL, Hudgins PA. Skull
kumpulan cairan yang mencurigakan di Base Fractures and Their
dekat fraktur jika telah terjadi perdarahan, Complications. Neuroimag Clin N Am.
atau jika kerusakan dura mengakibatkan 2014;24(3):439-65
kebocoran CSF. 5. Mokolane NS, Minne C, Dehnavi A.
Prevalence and pattern of basal skull
fracture in head injury patients in an
SIMPULAN academic hospital. SA J Radiol
2019;23(1):1677:1-7.
Radiologis merupakan pemeriksaan paling
utama yang diperlukan pada pasien yang
dicurigai menderita fraktur basis cranii
adalah pemeriksaan CT-Scan non kontras
kepala. Pemeriksaan radiologi lain yang
dapat digunakan adalah pemeriksaan foto
polos kepala, dan angiografi. Evaluasi
radiologi terbaru pada kasus fraktur basis
cranii serta penelitian secara lapangan
pada kasus yang sering terjadi ini
merupakan topik yang menarik untuk
dikaji lebih lanjut.
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA BASIS CRANII PROYEKSI
SUBMENTOVERTIKAL

SUBMENTROVERTICAL PROJECTION (SCHULLER METHOD)


1. Ukuran Kaset: 24x30 cm memanjang
2. Positioning:
Erect (berdiri) bagi pasien yang kooperatif dan supine (tidur) bagi pasien yang non
kooperatif
Keberhasilan pemeriksaan radiografi submentovertical (SMV) di pengaruhi oleh
IOML sejajar dan tegak lurus dengan bidang IR
Jika pasien tidur gunakan bantal pada punggung pasien agar bagian vertex kepala
menempel pada bidang IR
Kepala di hiperekstensi
Lutut di fleksikan agar otot abdomen relax
Berikan shielding pada bagian thorax pasien
3. FFD: 100 cm
4. CR: Tabung sinar x tegak lurus
5. CP: 1,8 cm anterior sejajar MAE (4-5 cm inferior to symphysis menti)
6. Faktor Eksposi: 70-75 kV, 200 mA, 0,1-0,2 s

Kriteria Gambar
1. Tampak struktur kepala secara keseluruhan
2. Tampak jarak kedua condilus mandibula sama, menunjukan tidak mengalami rotasi
3. Superposisi mental protuberance kearah anterior, menunjukan ada CR tegak lurus
dengan IOML
4. Tampak condilus sejajar dengan os petrosum
5. Kedua os petrosum sejajar

You might also like