Professional Documents
Culture Documents
64 130 1 SM
64 130 1 SM
Abstract
Badruddin Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Sa'ad Allah Ibn Jama'ah Shakhr Ibn Ibn Hazim Abd
Allah ibn al-Kinany or distinguished by Ibn Jamaah is one of the leaders of Islamic education
who have brilliant ideas. Thought studies listed in his book al-Sami Tadzkirat wa al-
Mutakallim fi Adab wa al-Alim al-Muta'allim. Thought education is very relevant to today's
modern education, one of which is on ethics for teachers in the learning process. One of his
thoughts on the ethics of teachers was that a teacher should not be dependent on the results
of the teaching profession. This is because science is taught by a teacher is very precious so it
is not worth doing. This Research will be focused on the notion of Ibn Jama'ah concerning
the ethics teacher. This problem is interesting to study because of the current problems faced
by teachers are increasingly complex. The method used is qualitatively using content analysis
to analyze how the ideas of Ibn Jamaah regarding this. This research included a literature
review that examines the book he wrote. This study shows that thinking about ethics teacher
by Ibn Jama'ah according to very relevant to modern education such as the need for teachers
to have a consistent attitude, boost performance for work (dynamic), love science, forward to
obtain excellent generation, and so forth.
bagian, yaitu (1) etika yang harus dimiliki sebagai pendidik, terjadi ketika ia bertugas
oleh seorang guru, (2) etika guru dalam mengajar di beberapa lembaga pendidikan
mengajar, (3) etika guru terhadap murid seperti di Qimyariyah, sebuah lembaga
dalam proses pengajarannya. pendidikan yang dibangun oleh Ibn Thulun
di Damasyqus dalam waktu yang cukup
B. Pembahasan lama.
1. Riwayat Hidup Ibn Jama’ah Dilihat dari masa hidupnya. Ibn
Nama lengkapnya adalah Badruddin Jama‟ah hidup pada masa Dinasti
Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Sa‟ad Allah Ayyubiyah dan Dinasti Mamluk. Dinasti
Ibn Jama‟ah Ibn Hazim Ibn Shakhr ibn Abd Ayyubiyah dengan pimpinannya
Allah al-Kinany. Ia lahir di Hamwa, Mesir, Shalahuddin al-Ayyubi menggantikan
tanggal 4 Rabi‟ul Akhir 639 H/1241 M., Dinasti Fatimiyah pada tahun 1174 M.
dan wafat pada tanggal 21 Jumadil Ula 733 Dinasti Ayyubiyah diketahui telah
H/1333 M., dimakamkan di Qirafah, Mesir. membawa angin segar bagi pertumbuhan
Dengan demikian usianya 92 tahun 1 bulan dan perkembangan paham Sunni, terutama
1 hari. dalam bidang fiqih Syafi‟iyah. Sedangkan
Pendidikan awal yang diperoleh Ibn pada masa Dinasti Fatimiyah yang
Jama‟ah berasal dari ayahnya sendiri, dikembangkan adalah faham Syi‟ah.
Ibrahim Sa‟ad Allah ibn Jama‟ah (596-675 Selanjutnya Dinasti Ayyubiyah ini
H.), seorang ulama besar ahli Fiqih dan jatuh ke tangan kekuasaan kaum Mamluk.
Sufi. Selain kepada ayahnya, Ibn Jama‟ah Mereka pada mulanya para budak yang
juga berguru kepada sejumlah ulama. mendapatkan perlakuan khusus dari
Ketika berada di Hammah ia berguru kalangan Ayyubiyah sehingga mendapat
kepada Abi al-Yasr, Ibn Abd Allah, Ibn al- tempat di pemerintahan dan menggantikan
Azraq, Ibn Ilaq ad-Dimasyqi. Selanjutnya Dinasti Ayyubiyah. Sultan Mamluk yang
ketika di Kairo, ia berguru kepada Taqy ad- pertama adalah Aybak (1250-1257 M) dan
Din ibn Razim, Jamal ad-Din ibn Malik, yang terkenal adalah Sultan baybars (1260-
Rasyid al-Athar, Ibn Abi Umar, at-Taj al- 1277 M.) yang mampu mengalahkan
Qasthalani, Al-Majd ibn Daqiq al-„Id, Ibn Hulagu Khan di Ainun Jalut. Akhirnya
Abi Musalamah, Masikki Ibn „Illan, Isma‟il kekuasaan kaum Mamluk ini telah
al-Iraqi, Al-Musthafa, Al-Bazaraiy, dan membawa pengaruh positif bagi
lain-lain. kelangsungan Mesir dan Suria, terutama
Hasil pendidikan dan pengembaraan dari serangan kaum Salib, serta mampu
dalam menuntut ilmu tersebut, Ibn Jama‟ah menahan serangan kaum Mongol di bawah
kemudian menjadi seorang ahli hukum, ahli pimpinan Hulagu dan Timur Lenk. Dengan
pendidikan, juru dakwah, penyair, ahli usaha kaum Mamluk itu, Mesir tidak
tafsir, ahli hadits dan sejumlah keahlian mengalami kehancuran sebagaimana yang
dalam bidang lainnya. Namun demikian Ibn dialami negeri Islam lainnya.1
Jama‟ah tampak lebih menonjol dan
dikenal sebagai ahli hukum, yakni sebagai
hakim. Hal ini disebabkan karena dalam * Dosen Tetap UNISBA Bandung Fakultas Agama
sebagian masa hidupnya dihabiskan untuk Islam
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai
melaksanakan tugasnya sebagai hakim di
Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI-Press, 1985, hlm.
Syam dan Mesir. Sedangkan profesinya 81-82
menyayangi pakir miskin, harmonis dengan 10) Selalu mengadakan perbaikan diri
tetangga dan karib kerabat,suka tolong- dalam rangka peningkatan kualitas
menolong dalam kebaikan, memberikan pribadi.
tindakan dengan arif dan bijak bila melihat Caranya dengan meningkatkan
kemunkaran, dan sebagainya. prekuensi ibadah dan bekerja; seperti
banyak kerja, banyak membaca, berpikir
9) Membersihkan diri (lahir maupun kritis, mampu mengambil intisari, meneliti
batin) dari akhlak tercela. dan mengarang, sehingga tidak ada waktu
Akhlak tercela diantaranya adalah sedikitpun yang terbuang kecuali untuk
dengki, bakhil, sombong, riya, berkata menambah ilmu dan bekerja, sedangkan
kotor, berbangga diri, berlebihan dalam hal waktu selebihnya untuk makan, minum,
keduniaan, tidak introspeksi diri dan masih tidur atau istirahat, memberi hak pada
banyak yang lainnya. Akhlak tercela yang istrinya atau tetangganya, serta mencari
disebutkan tadi di atas adalah pintu setiap nafkah. Dengan demikian barang siapa
kejahatan. yang tidak bertambah kebaikannya, maka ia
Ada beberapa penawar dari sifat-sifat termasuk kelompok yang merugi
tercela di atas, selanjutnya dapat Hal di atas, menunjukkan bahwa
diketemukan dalam kitab-kitab seperti: derajat ilmu laksana derajat warisan para
Minhajul „Abidin, Al-„Arba‟iin, Ihya Nabi, ia tidak akan mendapatkan tempat
„Ulumuddin, Wuqutul Qulub (karya Abi yang tinggi kecuali dengan kesungguhan.
Thalib al-Makkiyi, Ar-Ri‟ayah (Haris bin Dalam shahih Muslim dari Yahya bin
Asad al-Muhasibi). Katsir dikatakan bahwa: “ilmu itu tidak
Dari masing-masing sifat tercela itu akan dapat dicapai dengan kondisi santai”.
ada penawarnya; seperti penyakit ujub Selanjutnya Imam Syafi‟i mengata-
dapat diobati dengan menyadari kan bahwa wajib bagi yang mencari ilmu
sepenuhnya bahwa pengetahuan dan daya untuk bersungguh-sungguh dan memper-
nalar merupakan ni‟mat dan karunia dari banyak ilmunya, sabar terhadap segala
Allah. Demikian pula penyakit suka yang merintanginya, ikhlas dalam niat
menghina orang lain dapat digunakan untuk memperoleh ilmu baik berupa nash
penawar bahwa orang yang kita rendahkan maupun istinbat, ia selalu memohon
atau kita hina boleh jadi dihadapan Allah pertolongan kepada Allah Ta‟ala.
lebih baik dari kita. Hal ini dijelaskan Ar-Rabi‟ mengatakan: bahwa saya
dalam al-Qur‟an surat Al-Hujurat : 10-12 tidak pernah melihat Imam Syafi‟I makan
dan surat al-Najm : 31. di siang hari dan tidur di malam hari,
Selanjutnya akhlak yang diridhai disebabkan oleh kesibukan dan
(mulia) yaitu selalu bertaubat, ikhlas, sabar, keilmuannya.
taqwa, juhud, tawakkal, berserah diri
11) Selalu mengambil manfaat dan
kepada Allah, menyayangi antara sesama
hikmah dari mana saja terhadap apa
manusia, syukur ni‟mat, malu kepada Allah
yang belum diketahuinya.
dan lain sebagainya. Mekanismenya tanpa medeskrimi-
nasikan kedudukan, turunan atau umur. Hal
ini berangkat dari kenyataan bahwa hikmah
itu laksana barang yang hilang dari seorang
اللهم إين أعوذبك أن أظلم أو أُظْلَم أو أُِزَّل أو duduk dengan menyandarkan tangannya ke
samping atau kebelakang. Ia menjaga
وجل
َّ عز جارك،علي َ أَُزَّل أو
َّ أجهل أو ُُيهل tubuhnya untuk berpindah tempat
.ثناؤك وال إلو غريك tangannya dari sesuatu yang sia-sia, dan
“Ya Allah aku berlindung kepada- matanya untuk berpaling kepada yang tidak
Mu bila aku menzhalimi atau perlu. Menoleh kepada yang hadir sesuai
dizhalimi, menggelincirkan atau dengan kebutuhan, dan mengarahkan
digelincirkan, membodohi atau
pandangan kepada orang yang bertanya.
dibodohi, sungguh besar
pertolongan-Mu dan sungguh 4) Memulai pelajaran dengan berdo’a
agung pujian-Mu tidak ada Tuhan terlebih dahulu.
kecuali Engkau”. Sebelum memulai pembahasan
بسم هللا وباهلل حسيب هللا توكلت على هللا والحول hendaklah didahului dengan membaca Al-
Qur‟an untuk memohon berkah dan
.العلي العظي
ّ وال قوة إالّ باهلل harapan sebagaimana biasanya, kemudian
“dengan menyebut nama Allah,
berdo‟a untuk dirinya, untuk yang hadir,
dan semata-mata karena Allah aku
berserah diri kepada-Mu dan tidak dan untuk seluruh ummat Islam. Kemudian
ada daya dan kekuatan kecuali membaca ta‟awudz, hamdalah, dan
dari Allah yang Maha Tinggi lagi shalawat atas Nabi dan kerabatnya serta
Maha Agung”. sahabatnya.
Kemudian setelah itu mohonlah 5) Memprioritaskan pelajaran yang
kepada Allah untuk diteguhkan hati dan paling utama.
penuhi kebenaran atas lidahnya serta Apabila jumlah pelajaran yang akan
berzdikirlah hingga sampai ke tempat diajarkan itu banyak, maka hendaklah
belajar. Apabila sudah sampai, hendaklah mendahulukan yang paling utama. Seperti
mengucapkan salam kepada yang hadir dan Tafsir Qur‟an harus didahulukan, kemudian
shalat dulu dua raka‟at bila bukan pada Hadits, Ushuluddin, Ushul Fiqh, Madzhab,
waktu yang makruh, seandainya tempat itu Ikhtilaf, Nahwu atau Mantiq.
mesjid. Sebagian Ulama zuhud dalam
Menjauhi mijah dan banyak tertawa mengakhiri pelajaran, biasanya
karena akan mengurangi wibawa, memberikan pelajaran tentang ceritera-
sebagaimana dikatakan: barangsiapa ceritera yang baik sehingga bermanfaat
bergurau maka akan diremehkan bagi murid dalam mensucikan batin dan
dengannya. Selanjutnya, tidak boleh semisalnya, seperti nasihat-nasihat, kasih
mengajar dalam keadaan lapar, haus, resah, sayang, zuhud, dan sabar. Hal ini
marah, ngantuk, risau, keadaan sangat dsyaratkan bila pelajran tersebut
dingin atau panas, yang memungkinkan berlangsung di sekolah.
memberikan fatwa atau jawaban yang salah
6) Tidak meninggikan suara melebihi
dan tidak dapat menjernihkan pandangan.
yang dibutuhkan, dan tidak
3) Harus duduk terlihat oleh semua merendahkannya hingga tidak
yang hadir. memberikan manfaat yang sempurna.
Hindari posisi duduk yang tidak baik, Al-Khatib meriwayatkan dalam Kitab
seperti mengangkat salah satu kakinya, Al-Jami yang diterima dari Nabi
melonjorkan kakinya tanpa sebab dan tidak bersabda: “sesungguhnya Allah menyukai
suara yang lembut dan membenci suara Dengan demikian dapat dipahami
yang tinggi”. Selanjutnya Abu Ustman bahwa kemauan untuk membathilkan yang
Muhammad bin Syafi‟i mengatakan: “saya hak dan membenarkan yang bathil adalah
tidak pernah mendengar ayah saya sifat durhaka, maka hindarilah.
meninggikan suara ketika mendebat
seseorang”. Suara yang paling baik yaitu 8) Memberi tindakan bagi yang
tidak melebihi majelisnya dan tidak melanggar tata-tertib dalam proses
membatasi pendengaran hadirin. belajar mengajar.
Seadainya diantara mereka ada yang Diantaranya yaitu perilaku yang
kuang pendengarannya maka boleh menimbulkan permusuhan di dalamnya,
meninggikan suara sebatas pendengar- perilaku yang tidak baik, meninggalkan
annya. Lebih lanjut dalam sebuah Hadits rasa keadilan setelah datang kebenaran,
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi banyak mengeluh, tidur, ngobrol, tertawa-
dikemukakan: bahwa perkataan Nabi itu tawa, menghina orang lain, atau melakukan
jelas dan dapat dipahami oleh yang sesuatu sehingga mengabaikan adab
mendengarnya, dan apabila ia ia berkata seorang pelajar di dalam kelas.
mengulanginya hingga tiga kali agar dapat Tindakan tersebut di atas disyaratkan
difahami. Apabila telah selesai dari suatu tidak mendatangkan mafsadat yang
masalah atau bab lalu berhenti sejenak berlebihan. Sebaiknya memiliki seorang
sehingga dapat merenungkan apa yang ia ketua kelas yang cerdas, adil, dan fasikh
katakan. untuk mengatur orang yang hadir sesuai
dengan tempat duduknya masing-masing.
7) Menjaga majelis dari kegaduhan.
Suasana gaduh atau meninggikan 9) Harus adil dalam menjawab,
suara dapat mendorong pada kesalahan dan menjelaskan, dan menyimak
melencengkan arah pembahasan. pertanyaan yang ditujukkan
Sebagaimana dikatakan oleh ar-Rabi‟: kepadanya sekalipun dari orang
adalah Imam Syafi‟i apabila didebat oleh yang lebih kecil.
seseorang pada suatu masalah, maka ia Bila si penanya tidak dapat
lemah lenbut dalam menolaknya dan mengungkapkan pertanyaannya dengan
membangkitkan jiwa serta mengingatkan baik karena malu atau pengetahuannya
para murid akan bencinya perdebatan, terbatas, tetapi dapat difahami maksudnya,
terutama setelah datangnya kebenaran. maka jelaskan dan uraikan maksud
Karena sesungguhnya tujuan dari keinginannya, kemudian menjawabnya atau
pertemuan itu adalah mencari kebenaran, meminta jawaban dari yang lainnya.
kesucian hati dan mencari manfaat. Allah Apabila ditanya tentang sesuatu yang tidak
berfirman: diketahuinya hendaklah ia berkata: saya
ِ اْل َّق وي ب ِطل الْب
اط َل َولَ ْو َك ِرَه الْ ُم ْج ِرُمو َن ِِ
َ َ ُْ َ َْ ليُح َّق
tidak tahu atau saya tidak mengerti.
Muhammad bin Hakam berkata: saya
agar Allah menetapkan yang hak
pernah bertanya kepada Imam Syafi‟i
(Islam) dan membatalkan yang batil
(syirik) walaupun orang-orang yang tentang nikah mut‟ah, apakah didalamnya
berdosa (musyrik) itu tidak ada thalak, pewarisan, nafkah wajib, atau
menyukainya. (QS. Al-Anfal : 8). saksi?. Lalu ia menjawab: demi Allah kami
tidak tahu.
terhadap hal-hal yang dianggap penting, diterangkan kepadanya. Maka barang siapa
dan jangan menyembunyikan ilmu jika ada yang nampak kuat pemahamannya dengan
pertanyaan yang ia tahu jawabannya. Selain mengulang jawabannya yang benar, maka
itu guru tidak boleh menyampaikan sesuatu kita harus memujinya, sedangkan bagi yang
yang tidak dikuasainya, sebab bisa jadi belum bisa memahaminya maka berilah
dapat membingungkan pemahamannya. pengulangan yang lembut. Dengan
mengulangi penjelasan maka seorang dapat
6) Melakukan penguatan (reinfocement) lebih menguatkan pikiran dan
terhadap materi yang diberikan pemahamannya. Selain itu dapat
kepada murid. mendorong mereka untuk menggunakan
Dalam mengajar dan memberi pikirannya dan menyibukkan dirinya untuk
pemahaman kepada murid bisa melalui mencari kebenaran.
pendekatan makna bagi pelajaran yang
ditugaskan kepadanya dengan tidak 8) Memberikan motivasi untuk
memperbanyak pembahasan yang tidak berprestasi.
dapat difahami oleh otak murid atau uraian Hendaklah para guru menganjurkan
yang tidak mendukung hafalannya, serta murid-muridnya pada waktu-waktu tertentu
menyeleksi ungkapan-ungkapan yang tidak untuk mengulang hafalan-hafalannya dan
dimengerti oleh murid yang belum faham menguji ingatannya terhadap apa-apa yang
dengan mengulang-ngulang keterangan telah disampaikan kepada mereka dari
yang berlebihan. Oleh karena itu, mulailah kaidah-kaidah yang penting dan masalah-
pembahasan dengan memetakan masalah masalah yang asing, dan menguji mereka
kemudian menjelaskannya berikut contoh- dengan masalah-masalah yang dibangun
contohnya. atas dasar kemampuannya atau alasan yang
Disamping itu harus menjelaskan diungkapkannya, maka barang siapa
pula makna-makna rahasia/hukum dan dilihatnya tepat dalam menjawab dan tidak
alasan-alasannya dan hal-hal yang takut pada hal-hal yang dirasakannya asing,
berhubungan dengan masalah itu dengan guru harus memuji dan menyanjungnya
ungkapan yang baik dan tidak untuk memotivasi diri mereka agar lebih
merendahkan ulama lain. Tujuan dari bersungguh-sungguh dan giat dalam
penjelasan di atas adalah sebagai media meningkatkan pengetahuannya. Barang
nasihat dan pengenalan transformasi siapa yang dilihatnya kurang dan tidak
pengetahuan yang benar. Sesudah itu guru takut akan hilangnya ilmu, maka doronglah
menjelaskan hal-hal yang senada dengan dia untuk mencapai cita-cita yang tinggi
masalah tersebut, menyamakan atau dan mendapat kedudukan dalam mencari
membedakannya. ilmunya.
maka guru harus membimbing dan Karena perbuatan itu dapat menghilangkan
menasihatiny dengan lemah lembut dan kepekaan hati. Jika sebagian dari mereka
boleh mengingatkannya dengan sabda Nabi banyak prestasinya, giat usahanya dan baik
, “sesungguhnya yang tumbuh itu tidak akhlaknya, lalu menghormati dan
ditentukan oleh bumi dan tidak dikekalkan menghargainya, kemudian menjelaskan
oleh yang nampak”, dan semisalnya yang bahwa penghormatan itu disebabkan oleh
memungkinkan dia untuk rilek dan hal tersebut di atas, maka itu sah-sah
sederhana dalam usahanya. saja.hal itu dapat mendorong orang lain
Begitu juga bila tampak sesuatu yang untuk berperilaku yang baik. Guru juga
membuat mereka bosan, guru harus harus mengetahui nama-nama mereka,
memerintahkan mereka untuk istirahat dan keluarga, tempat tinggal, dan keadaannya,
mengurangi kegiatannya. Janganlah serta memperbanyak do‟a bagi mereka.
mengajari murid dengan sesuatu yang
tidaak dapat difahaminya atau tidak sesuai 12) Melakukan monitoring setiap saat
dengan usianya, dan jangan mengajari buku kepada muridnya (terhadap akhlak
yang tidak dapat difahami otaknya. dan perbuatannya baik lahir
maupun batin).
10) Menyebutkan kaidah-kaidah ilmu Guru harus mengawasi tabi‟at,
yang terlewatkan kepada murid. perilaku dan akhlak murid, baik secara
Mekanismenya guru hendaknya diam-diam maupun terang-terangan.
menjelaskan sumber-sumber rujukan Sehingga orang-orang yang melakukan
materi, baik yang pokok maupun cabang, tindakan yang tidak sesuai seperti berbuat
serta ilmu-ilmu apa saja yang didasarkan sesuatu yang dilarang atau sesuatu yang
atasnya, yakni ilmu-ilmu yang menyebabkan situasi menjai tidak baik
membutuhkan kepada ilmu tafsir, hadits, dapat dicegah. Jika tidak dapat
ushuluddin, fiqih, nahwu, sharaf, bahasa, memperingatkannya secara tegas, dapat
dan sebagainya. Apakah membaca kitabnya dilakukan dengan cara halus. Bila perlu
secara langsung atau seara bertahap. Ini dapat memulangkan murid tersebut kalau
dapat dilakukan jika guru khawatir akan diikuti oleh teman-
mengetahui/menguasai ilmu-ilmu tersebut. temannya.
Seperti masalah-masalah asing yang jarang Ia juga harus mengajarkan cara-cara
terjadi, fatwa-fatwa yang mengagetkan, bergaul seperti membudayakan salam,
hukum-hukum furu‟ yang jarang terjadi, bertutur kata yang baik, saling kasih dan
seperti nama-nama sahabat dan tabi‟in yang tolong-menolong dalam kebaikan dan
terkena, begitu juga para imam madzhab, taqwa.
para khalifah yang empat, para shalihin dan
masih banyak lagi yang lainnya. 13) Meluruskan visi untuk mencapai cita-
cita muridnya.
11) Tidak menampakkan rasa pilih Guru dituntut untuk melakukan
kasih kepada murid. upaya-upaya demi kemaslahatan muridnya,
Tidak dibenarkan seorang guru seperti menyatukan visi mereka, menolong
berbuat pilih kasih terhadap murid yang mereka untuk mencapai cita-citaanya,
memiliki hak yang sama, seperti dari segi untuk memperoleh kemuliaan dan harta
usia, kelebihan, prestasi, atau agama. jika memungkinkan. Karena Allah
Ulama, yaitu tempat yang sengaja macam. Suasana inilah yang membantu dan
disediakan oleh para ulama untuk mendidik mendorong Ibn Jama‟ah menjadi seorang
para siswa. Hal ini dilakukan antara lain ulama yang manaruh perhatian terhadap
karena ulama yang bersangkutan sudah pendidikan.
terlalu sibuk untuk meninggalkan tempat
atau alasan-alasan lain yang menghendaki 2. Telaah Terhadap Pemikiran
para siswa datang mengunjungi tempat Kependidikan Ibn Jama’ah
ulama tersebut. (5) Rumah Sakit yang a. Kriteria yang harus dipenuhi oleh
dikembangkan selain untuk kepentingan Seorang Guru/Ulama
medis juga untuk mendidik tenaga-tenaga Bila memperhatikan konsep ulama
yang akan bertugas sebagai perawat dan yang dikemukakan oleh Ibn Jama‟ah bahwa
juga untuk mendidik tempat pengobatan. ulama sebagai mikrokosmos manusia yang
(6) Perpustakaan yang berfungsi selain secara umum dapat dijadikan sebagai
tempat menyimpan buku-buku yang tipologi makhluk terbaik. Bahkan beliau
diperlukan juga untuk keperluan diskusi mengagungkan derajat alim berada
dan melakukan penelitian. Di antara setingkat dibawah derajat Nabi. Hal ini
perpustakaan yang cukup besar adalah Dar didasarkan pada alasan karena ulama
al-Hikmah. (7) Masjid yang berfungsi adalah pewaris para Nabi dan termasuk
selain tempat melakukan ibadah shalat, orang yang paling takwa dan takut kepada
juga sebagai kegiatan pendidikan dan Allah .
sosial. Dari konsep tentang seorang
Pada masa Ibn Jama‟ah juga telah guru/ulama tersebut, beliau menawarkan
berkembang lembaga pendidikan madrasah. enam kriteria yang harus dipenuhi oleh
Menurut Michael Stanton, madrasah yang seseorng yang akan menjadi guru. Diantara
pertama didirikan adalah Madrasah Nizham keenam kriteria tersebut, yang menarik
al-Muluk yang didirikan oleh Wazir adalah kriteria tentang tidak bolehnya
Nizhamiyah pada tahun 1064 M. Sementara profesi guru dijadikan sebagai ladang usaha
itu Richaerd Bulliet berpendapat bahwa mendapatkan keuntungan material, suatu
madrasah yang pertama kali dibangun konsep yang di masa sekarang tampak
adalah madrasah al-Bayhaqiyah yang kurang relevan, karena salah satu ciri kerja
didirikan oleh Abu Hasan Ali al-Baihaqy profesional adalah pekerjaan di mana orang
pada tahun 400 H/1009 M. Bahkan, yang melakukannya menggantungkan
menurut Bulliet ada 39 madrasah yang kehidupan di atas profesinya itu. namun Ibn
berkembang di Persia, Iran yang dibangun Jama‟ah berpendapat demikian sebagai
du abad sebelum Madrasah Nizham al- konsekuensi logis dari konsepsinya tentang
Muluk.2 pengetahuan. Bagi Ibn Jama‟ah,
Dengan demikian, terlihat bahwa pengetahuan (ilmu) sangat agung lagi
pada masa Ibn Jama‟ah lembaga luhur, bahkan bagi pendidik menjadi
pendidikan telah berkembang pesat dan kewajiban tersendiri untuk mengagungkan
telah mengambil bentuk yang bermacam- pengetahuan tersebut, sehingga pendidik
tidak menjadikan pengetahuannya itu
sebagai lahan komoditasnya, dan jika hal
2
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan itu dilakukan berarti telah merendahkan
Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta:
Logos Wacana ilmu, 2002, hlm. 6. keagungan pengetahuan.
3
Athiyah Al-Abrasyi, Ruh al-Islam, Penerjemah
4
Syamsuddin Asyrofi dkk., Beberapa Pemikiran Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar;
Pendidikan Islam, Yoyakarta: Titian Ilahi, 1996, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan,
hlm. 670 Jakarta: Logos, 2001, hlm. 38.
6
Ngalim Purwanto, hlm. 176-182
Daftar Pustaka
Al-Abrasyi, Athiyah, 1996, Ruh al-Islam,
Penerjemah Syamsuddin Asyrofi
dkk., Beberapa Pemikiran
Pendidikan Islam, Yoyakarta: Titian
Ilahi.
Azra, Azyumardi, 2002, Pendidikan Islam;
Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru, Jakarta: Logos
Wacana ilmu.
Jama‟ah, Ibnu, Tadkirah al-Sami‟ Wa al-
Mutakallim Fi Adab al-„Alim Wa al-
Muta‟allim, Beirut: Dar al-Kutub al-
Alamiyah, tth.
Mastuhu, 1999, Memberdayakan Sistem
Pendidikan Islam; Strategi Budaya
Menuju Masyarakat Akademik,
Jakarta: Logos.
Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:
UI-Press.
Nata, Abuddin, 2000, Pemikiran Para
Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sidi, Djati, Indra, 2001, Menuju
Masyarakat Belajar; Menggagas
Paradigma Baru Pendidikan, Jakarta:
Logos.