Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol.

04, Januari 2015

KONSEP PENDIDIKAN PERSPEKTIF IBNU JAMA’AH


(TELAAH TERHADAP ETIKA GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR
MENGAJAR)
Oleh: Ikin Asikin*

Abstract
Badruddin Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Sa'ad Allah Ibn Jama'ah Shakhr Ibn Ibn Hazim Abd
Allah ibn al-Kinany or distinguished by Ibn Jamaah is one of the leaders of Islamic education
who have brilliant ideas. Thought studies listed in his book al-Sami Tadzkirat wa al-
Mutakallim fi Adab wa al-Alim al-Muta'allim. Thought education is very relevant to today's
modern education, one of which is on ethics for teachers in the learning process. One of his
thoughts on the ethics of teachers was that a teacher should not be dependent on the results
of the teaching profession. This is because science is taught by a teacher is very precious so it
is not worth doing. This Research will be focused on the notion of Ibn Jama'ah concerning
the ethics teacher. This problem is interesting to study because of the current problems faced
by teachers are increasingly complex. The method used is qualitatively using content analysis
to analyze how the ideas of Ibn Jamaah regarding this. This research included a literature
review that examines the book he wrote. This study shows that thinking about ethics teacher
by Ibn Jama'ah according to very relevant to modern education such as the need for teachers
to have a consistent attitude, boost performance for work (dynamic), love science, forward to
obtain excellent generation, and so forth.

Kata kunci: Ibn Jamaah, etika guru, pendidikan Islam

A. Pendahuluan merancang sekolah-sekolah yang dibangun


Ibnu Jama‟ah adalah sosok seorang atas dasar prinsip-prinsip yang kokoh yang
ulama terkemuka dan tergolong kreatif dan dibuat dengan dasar-dasar dan sistem
produktif. Karya-karyanya yang pada garis modern.
besarnya terbagi kepada masalah-masalah Di dalam buku tersebut Ibnu Jama‟ah
pendidikan, astronomi, ulumul-Hadits, mengemukakan lima topik mengenai
ulumut-Tafsir, ilmu Fiqih dan Ushul Fiqh. pendidikan. Di antaranya tentang
Sedangkan buku yang memuat konsep keutamaan ilmu pengetahuan dan orang-
kependidikan yang dikemukakan oleh Ibnu orang yang mencarinya, etika orang-orang
Jama‟ah secara keseluruhan dituangkan yang berilmu termasuk para pendidik/guru,
dalam karyanya yang paling terkenal yaitu baik terhadap dirinya, peserta didik,
“Tadzkirat al-Sami wa al-Mutakallim fi maupun terhadap mata pelajarannya; etika
Adab al-Alim wa al-Muta‟allim”. Buku ini murid baik terhadap dirinya, terhadap guru,
dikarang oleh Ibnu Jama‟ah pada tahun 672 teman dan pelajarannya; etika dalam
H/1273 M, dan banyak memperoleh menggunakan literatur, dan etika tempat
tanggapan positif terutama dari kalangan tinggal bagi para guru dan murid.
pemerhati pendidikan. Menurut penerbit Adapun yang menjadi fokus
buku Tadzkirah al-Sami, Ibnu Jama‟ah pembahasan pada makalah ini adalah topik
termasuk salah seorang yang memiliki yang berkaitan dengan etika guru. Topik ini
kebesaran jiwa dan keleluasaan ilmu dalam merupakan salah satu topik buku Tadzkirah
berbagai disiplin ilmu, serta memiliki al-Sami wa al-Mutakallim, yakni pada Bab
kecerdasan yang luar biasa dalam II. Topik ini dibagi lagi menjadi tiga

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 825


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

bagian, yaitu (1) etika yang harus dimiliki sebagai pendidik, terjadi ketika ia bertugas
oleh seorang guru, (2) etika guru dalam mengajar di beberapa lembaga pendidikan
mengajar, (3) etika guru terhadap murid seperti di Qimyariyah, sebuah lembaga
dalam proses pengajarannya. pendidikan yang dibangun oleh Ibn Thulun
di Damasyqus dalam waktu yang cukup
B. Pembahasan lama.
1. Riwayat Hidup Ibn Jama’ah Dilihat dari masa hidupnya. Ibn
Nama lengkapnya adalah Badruddin Jama‟ah hidup pada masa Dinasti
Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Sa‟ad Allah Ayyubiyah dan Dinasti Mamluk. Dinasti
Ibn Jama‟ah Ibn Hazim Ibn Shakhr ibn Abd Ayyubiyah dengan pimpinannya
Allah al-Kinany. Ia lahir di Hamwa, Mesir, Shalahuddin al-Ayyubi menggantikan
tanggal 4 Rabi‟ul Akhir 639 H/1241 M., Dinasti Fatimiyah pada tahun 1174 M.
dan wafat pada tanggal 21 Jumadil Ula 733 Dinasti Ayyubiyah diketahui telah
H/1333 M., dimakamkan di Qirafah, Mesir. membawa angin segar bagi pertumbuhan
Dengan demikian usianya 92 tahun 1 bulan dan perkembangan paham Sunni, terutama
1 hari. dalam bidang fiqih Syafi‟iyah. Sedangkan
Pendidikan awal yang diperoleh Ibn pada masa Dinasti Fatimiyah yang
Jama‟ah berasal dari ayahnya sendiri, dikembangkan adalah faham Syi‟ah.
Ibrahim Sa‟ad Allah ibn Jama‟ah (596-675 Selanjutnya Dinasti Ayyubiyah ini
H.), seorang ulama besar ahli Fiqih dan jatuh ke tangan kekuasaan kaum Mamluk.
Sufi. Selain kepada ayahnya, Ibn Jama‟ah Mereka pada mulanya para budak yang
juga berguru kepada sejumlah ulama. mendapatkan perlakuan khusus dari
Ketika berada di Hammah ia berguru kalangan Ayyubiyah sehingga mendapat
kepada Abi al-Yasr, Ibn Abd Allah, Ibn al- tempat di pemerintahan dan menggantikan
Azraq, Ibn Ilaq ad-Dimasyqi. Selanjutnya Dinasti Ayyubiyah. Sultan Mamluk yang
ketika di Kairo, ia berguru kepada Taqy ad- pertama adalah Aybak (1250-1257 M) dan
Din ibn Razim, Jamal ad-Din ibn Malik, yang terkenal adalah Sultan baybars (1260-
Rasyid al-Athar, Ibn Abi Umar, at-Taj al- 1277 M.) yang mampu mengalahkan
Qasthalani, Al-Majd ibn Daqiq al-„Id, Ibn Hulagu Khan di Ainun Jalut. Akhirnya
Abi Musalamah, Masikki Ibn „Illan, Isma‟il kekuasaan kaum Mamluk ini telah
al-Iraqi, Al-Musthafa, Al-Bazaraiy, dan membawa pengaruh positif bagi
lain-lain. kelangsungan Mesir dan Suria, terutama
Hasil pendidikan dan pengembaraan dari serangan kaum Salib, serta mampu
dalam menuntut ilmu tersebut, Ibn Jama‟ah menahan serangan kaum Mongol di bawah
kemudian menjadi seorang ahli hukum, ahli pimpinan Hulagu dan Timur Lenk. Dengan
pendidikan, juru dakwah, penyair, ahli usaha kaum Mamluk itu, Mesir tidak
tafsir, ahli hadits dan sejumlah keahlian mengalami kehancuran sebagaimana yang
dalam bidang lainnya. Namun demikian Ibn dialami negeri Islam lainnya.1
Jama‟ah tampak lebih menonjol dan
dikenal sebagai ahli hukum, yakni sebagai
hakim. Hal ini disebabkan karena dalam * Dosen Tetap UNISBA Bandung Fakultas Agama
sebagian masa hidupnya dihabiskan untuk Islam
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai
melaksanakan tugasnya sebagai hakim di
Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI-Press, 1985, hlm.
Syam dan Mesir. Sedangkan profesinya 81-82

826 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

2. Pokok–Pokok Pemikiran Kependidik- Muta’allim, Ibn Jama‟ah lebih rinci lagi


an Ibn Jama’ah menjelaskan konsep guru ini dalam
Konsep yang dikemukakan oleh Ibn kaitannya dengan etika seorang guru, baik
Jama‟ah secara keseluruhan dituangkan terhadap dirinya sendiri, maupun terhadap
dalam karyanya Tadzkirat as-Sami‟ wa al- muridnya, bahkan terhadap mata pelajaran
Mutakallim fi Adab al-Alim wa al- termasuk etika dalam proses belajar
Muta‟allim. Di dalam buku tersebut Ibn mengajar. Uraian tersebut antara lain:
Jama‟ah mengemukakan sebagaian besar
a. Etika yang Harus Dimiliki oleh
kajian kependidikannya berkaitan dengan
Seorang Guru.
etika. Diantara konsep pendidikan Ibn
1) Selalu konsisten bahwa dirinya ada
Jama‟ah ini yang akan dibahas dalam
dalam Pengawasan Allah
makalah ini secara lebih mendalam yaitu Hal ini membawa konsekuensi bagi
kajian tentang Konsep Guru terutama seorang guru bahwa dirinya selalu ada
mengenai etika guru, baik terhadap dirinya dibawah pengawasan Allah baik lahir
sendiri, murid, dan pelajarannya termasuk maupun bathin, dengan demikian pada
proses pembelajarannya. setiap gerakannya, diamnya, perkataannya
Menurut Ibn Jama‟ah bahwa ulama serta perbuatannya selalu didasari oleh
sebagai mikrokosmos manusia dan secara perasaan bahwa dirinya diawasi oleh Allah
umum dapat dijadikan sebagai tipologi selanjutnya ia harus memiliki loyalitas
makhluk terbaik (khair al-bariyah). Atas atas pengetahuan dan pemahaman yang
dasar ini, maka derajat seorang alim berada diberikan kepadanya. Hal ini sesuai dengan
setingkat di bawah derajat Nabi. Hal ini firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Al-
didasarkan pada alasan karena para ulama Anfal : 26 dan Al-maidah : 43.
adalah orang yang paling takwa dan takut Imam Syafi‟I mengemukakan bahwa:
kepada Allah . ilmu itu bukan semata-mata hafalan, tetapi
Berdasarkan konsep tentang seorang ilmu itu harus dapat memberi manfaat,
alim tersebut, Ibn Jama‟ah membawa dengan demikian ia akan selalu bersikap
konsep tentang guru ini dalam rangka
konsisten, sopan, khusyu‟, wara‟, tawadlu‟
pemberdayaan peserta didik. Ibn Jama‟ah dan khudhu‟. Selanjutnya Rasulullah
menawarkan sejumlah kriteria yang harus
bersabda: Ulama itu adalah pewaris para
dipenuhi oleh seseorang yang akan menjadi Nabi, begitu juga Umar berkomentar;
guru. Kriteria pendidik tersebut meliputi bahwa pelajarilah ilmu dan ketenangan
enam hal. Pertama, menjaga akhlak selama jiwa serta kemulyaan.
melaksanakan tugas pendidikan. Kedua,
tidak menjadikan profesi guru sebagai
2) Menjaga keberlangsungan Ilmu
usaha untuk menutupi kebutuhan
Upaya yang dilakukan guru adalah
ekonominya. Ketiga, mengetahui situasi menjaga keutuhan ilmu sebagai suatu
sosial kemasyarakatan. Keempat, kasih kemuliaan, baik secara konsep maupun
sayang dan sabar. Kelima, adil dalam secara praktis metodologis. Imam Zuhri
memperlakukan peserta didik. Keenam, dalam kaitan dengan ini berpendapat bahwa
menolong dengan kemampuan yang perginya pengajar dari muridnya atau
dimilikinya. meninggalkan tugas mengajar tanpa alasan
Dalam kitab Tadzkirah al-Sami’ wa merupakan suatu kerendahan ilmu.
al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 827


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

Demikian pula Abdul Wahab al-Maliki 5) Menjauhi perbuatan yang rendah


Abu Suja‟ al-Jurjani, seorang qadi memberi dan hina serta hal-hal yang makruh
pernyataan demikian. baik secara adat maupun syari’ah.
Perbuatan yang seyogianya dihindari
3) Bersikap Zuhud oleh seorang guru yaitu hal-hal yang dapat
Memiliki sikap zuhud dan berusaha mengurangi kredibilitas dan kapabilitas
untuk tidak terlalu tergantung kepada aspek sebagai seorang pendidik, sekalipun hal
material. Namun demikian jangan sampai tersebut diperbolehkan. Jika hal tersebut
keadaan ini membahayakan bagi dirinya. terpaksa melakukannya, maka ia harus
Artinya bahwa secara wajar manusia boleh dapat memberitahukan hikmah dibalik apa
senang pada materi, namun bila menjadi yang dilakukannya. Hal tersebut
orang yang materialistis itu tidak dimaksudkan agar tidak menimbulkan
dibenarkan. Dalam hal ini Imam Syafi‟i persepsi yang negatif bagi dirinya.
memberikan komental: bahwa “sekiranya
aku nasihatkan kepada orang yang paling 6) Menjaga syiar Islam dan tegaknya
cerdik untuk besikap zuhud, maka para hukum-hukum Islam.
ulamalah yang paling berhak memperoleh Beberapa hal yang dapat dilakukan
ilmu dan kesempurnaan”. diantaranya dengan melaksanakan shalat
Imam yahya Ibnu Mu‟adz memberi- berjama‟ah di mesjid, menyebarkan salam
kan tamsil: “sekiranya dunia ini lempengan sekalipun kepada penjual daun kurma dan
emas yang fana dan akhirat adalah orang awam, mengajak kepada yang ma‟ruf
lempengan bata yang kekal, maka dan mencegah dari yang munkar, sabar
selayaknya seorang yang cerdik itu dalam penderitaan, menegakkan hak
memilih bata yang kekal daripada emas kepada yang kuasa, memperjuangkan
yang fana. Namun kenyataannya dunia dirinya hanya untuk Allah semata, tidak
laksana lempengan bata yang fana dan takut dihina atau dicerca orang lain.
akhirat laksana lempengan emas yang
kekal. 7) Memelihara ibadah-ibadah sunnat
syar’iyyah, baik yang berbentuk
4) Tidak menjadikan ilmu sebagai perkataan maupun perbuatan.
katalisator bagi pencapaian tujuan- Yang lazim dilakukan diantaranya
tujuan duniawiyah. memperbanyak membaca Al-Qur‟an, dzikir
Maksudnya ilmu yang kita peroleh kepada Allah baik dalam hati maupun
jangan dijadikan sandaran sebagai tangga dengan lisan, berdo‟a dan berdzikir di
untuk memperoleh kemegahan, harta, penghujung malam maupun disore hari,
kepangkatan, popularitas, jabatan, dan melaksanakan ibadah shalat sunnat, shaum,
sejenisnya. shalawat kepada Nabi, dan yang lainnya.
Berkaitan dengan hal dimaksud,
Imam Syafi‟i mengingatkan bahwa: “aku 8) Membiasakan diri dalam pergaulan
lebih suka orang belajar ilmu kepadaku dengan akhlak yang mulia.
dengan tanpa menisbatkan kepadaku Perilaku tersebut diantaranya;
walaupun satu huruf”. dengan demikian bermanis muka, menyebarkan salam,
orang tersebut terus mengembara dan menjamu dan menjauhkan timbulnya
rakus terhadap ilmu yang dicarinya. kemarahan, menutupi aib orang lain,

828 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

menyayangi pakir miskin, harmonis dengan 10) Selalu mengadakan perbaikan diri
tetangga dan karib kerabat,suka tolong- dalam rangka peningkatan kualitas
menolong dalam kebaikan, memberikan pribadi.
tindakan dengan arif dan bijak bila melihat Caranya dengan meningkatkan
kemunkaran, dan sebagainya. prekuensi ibadah dan bekerja; seperti
banyak kerja, banyak membaca, berpikir
9) Membersihkan diri (lahir maupun kritis, mampu mengambil intisari, meneliti
batin) dari akhlak tercela. dan mengarang, sehingga tidak ada waktu
Akhlak tercela diantaranya adalah sedikitpun yang terbuang kecuali untuk
dengki, bakhil, sombong, riya, berkata menambah ilmu dan bekerja, sedangkan
kotor, berbangga diri, berlebihan dalam hal waktu selebihnya untuk makan, minum,
keduniaan, tidak introspeksi diri dan masih tidur atau istirahat, memberi hak pada
banyak yang lainnya. Akhlak tercela yang istrinya atau tetangganya, serta mencari
disebutkan tadi di atas adalah pintu setiap nafkah. Dengan demikian barang siapa
kejahatan. yang tidak bertambah kebaikannya, maka ia
Ada beberapa penawar dari sifat-sifat termasuk kelompok yang merugi
tercela di atas, selanjutnya dapat Hal di atas, menunjukkan bahwa
diketemukan dalam kitab-kitab seperti: derajat ilmu laksana derajat warisan para
Minhajul „Abidin, Al-„Arba‟iin, Ihya Nabi, ia tidak akan mendapatkan tempat
„Ulumuddin, Wuqutul Qulub (karya Abi yang tinggi kecuali dengan kesungguhan.
Thalib al-Makkiyi, Ar-Ri‟ayah (Haris bin Dalam shahih Muslim dari Yahya bin
Asad al-Muhasibi). Katsir dikatakan bahwa: “ilmu itu tidak
Dari masing-masing sifat tercela itu akan dapat dicapai dengan kondisi santai”.
ada penawarnya; seperti penyakit ujub Selanjutnya Imam Syafi‟i mengata-
dapat diobati dengan menyadari kan bahwa wajib bagi yang mencari ilmu
sepenuhnya bahwa pengetahuan dan daya untuk bersungguh-sungguh dan memper-
nalar merupakan ni‟mat dan karunia dari banyak ilmunya, sabar terhadap segala
Allah. Demikian pula penyakit suka yang merintanginya, ikhlas dalam niat
menghina orang lain dapat digunakan untuk memperoleh ilmu baik berupa nash
penawar bahwa orang yang kita rendahkan maupun istinbat, ia selalu memohon
atau kita hina boleh jadi dihadapan Allah pertolongan kepada Allah Ta‟ala.
lebih baik dari kita. Hal ini dijelaskan Ar-Rabi‟ mengatakan: bahwa saya
dalam al-Qur‟an surat Al-Hujurat : 10-12 tidak pernah melihat Imam Syafi‟I makan
dan surat al-Najm : 31. di siang hari dan tidur di malam hari,
Selanjutnya akhlak yang diridhai disebabkan oleh kesibukan dan
(mulia) yaitu selalu bertaubat, ikhlas, sabar, keilmuannya.
taqwa, juhud, tawakkal, berserah diri
11) Selalu mengambil manfaat dan
kepada Allah, menyayangi antara sesama
hikmah dari mana saja terhadap apa
manusia, syukur ni‟mat, malu kepada Allah
yang belum diketahuinya.
dan lain sebagainya. Mekanismenya tanpa medeskrimi-
nasikan kedudukan, turunan atau umur. Hal
ini berangkat dari kenyataan bahwa hikmah
itu laksana barang yang hilang dari seorang

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 829


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

mukmin, maka barang siapa yang Berilah penghargaan kepada


menemukan sebaiknya diambil dan pengarang dan janganlah keluar dari jalur
dimanfaatkan. yang ada dalam referensi. Namun demikian
Dalam hal ini Sa‟id bin Jubair pernah adakan kajian ulang secara kritis dan
berkata: seorang laki-laki disebut „alim analitis terhadap karya nyata yang ada.
selama dia belajar, maka bila dia Dengan demikian, tampaknya perlu
meninggalkan belajar dan menyangka dihindari adanya pengingkaran terhadap
dirinya telah kaya dan cukup, maka pada karya yang lain, artinya perlu ada kejujuran
hakikatnya dia orang paling bodoh. Selain intelektual. Demikian ini dilakukan
itu dalam sebuah Sya‟ir Arab disebutkan: semata-mata hanya dalam rangka
‫ليس العمى طول السؤال وإمنا – متام العمى‬ menghindari sifat jahil yang ada dalam diri
guru.
‫طول السكوت على اجلهل‬
“bukanlah yang buta itu karena b. Etika Seorang Guru dalam Mengajar
banyaknya pertanyaan, melainkan
yang benar-benar buta itu adalah 1) Suci dari hadats dan kotoran
yang banyak diam dalam Maksudnya bila hendak mendatangi
kejahilan”. majelis belajar, hendaklah seorang guru
mensucikan diri terlebih dahulu dari hadats
Berikutnya Imam Humaidi salah dan kotoran, berhias dengan menggunakan
seorang murid Imam Syafi‟i berkata: “saya pakaian yang terbaik yang sesuai dengan
pernah menyertai Imam Syafi‟i dari situasi dan kondisi, dengan maksud untuk
Makkah ke Mesir, dan saya banyak mengagungkan ilmu dan memuliakan
mengambil pelajaran daripadanya tentang syari‟at Islam.
berbagai persoalan, sementara beliau Imam Malik apabila di datangi
banyak mengambil pelajaran dariku tentang oleh seseorang untuk belajar Hadits, maka
Hadits. Selanjutnya Ahmad bin Hanbal ia mandi, memakai wangi-wangian dan
tatkala bersama dengan Imam Syafi‟i ia mengenakan pakaian yang terbaru, serta
berkata: “Saudara lebih tahu daripadaku mengenakan sorban di atas kepalanya lalu
tentang Hadits, maka apabila terdapat beliau duduk pada tempatnya. Seraya
hadits yang shahih beritahukanlah berkata: saya suka memuliakan Hadits
kepadaku sehingga aku mengambilnya”. Rasulullah saw. kemudian shalat istikharah
dua rakaat bila tidak dalam waktu yang
12) Menyibukkan diri dengan berbagai makruh dan berniat untuk menyebarkan
karya nyata, dengan menjaga kode ilmu, mengajarkannya, menyiarkan
etik keilmuan. manfaat-manfaat syariat dan
Mekanismenya dengan memperdalam menyampaikan hukum-hukum Allah yang
hakikat seni dan ilmu sehingga kita banyak diyakininya dan diperintahkan untuk
disibukkan dengan kegiatan penelitian, menjelaskannya.
pengoreksian, mengarang dan evaluasi.
Sebagaimana Al-Khatib al-Baghdadi 2) Menjernihkan hati dan pikiran
mengatakan: kukuhkanlah hafalan, (berdo’a ketika keluar dari rumah)
bersihkanlah hati, galilah kemampuan dan Apabila keluar dari rumah seorang
perbaikilah argumen. Hal demikian akan guru hendaklah berdo‟a dengan do‟a yang
melanggengkan pahala sepanjang masa. benar bersumber dari Nabi diantaranya:

830 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

‫اللهم إين أعوذبك أن أظلم أو أُظْلَم أو أُِزَّل أو‬ duduk dengan menyandarkan tangannya ke
samping atau kebelakang. Ia menjaga
‫وجل‬
َّ ‫ عز جارك‬،‫علي‬ َ ‫أَُزَّل أو‬
َّ ‫أجهل أو ُُيهل‬ tubuhnya untuk berpindah tempat
.‫ثناؤك وال إلو غريك‬ tangannya dari sesuatu yang sia-sia, dan
“Ya Allah aku berlindung kepada- matanya untuk berpaling kepada yang tidak
Mu bila aku menzhalimi atau perlu. Menoleh kepada yang hadir sesuai
dizhalimi, menggelincirkan atau dengan kebutuhan, dan mengarahkan
digelincirkan, membodohi atau
pandangan kepada orang yang bertanya.
dibodohi, sungguh besar
pertolongan-Mu dan sungguh 4) Memulai pelajaran dengan berdo’a
agung pujian-Mu tidak ada Tuhan terlebih dahulu.
kecuali Engkau”. Sebelum memulai pembahasan
‫بسم هللا وباهلل حسيب هللا توكلت على هللا والحول‬ hendaklah didahului dengan membaca Al-
Qur‟an untuk memohon berkah dan
.‫العلي العظي‬
ّ ‫وال قوة إالّ باهلل‬ harapan sebagaimana biasanya, kemudian
“dengan menyebut nama Allah,
berdo‟a untuk dirinya, untuk yang hadir,
dan semata-mata karena Allah aku
berserah diri kepada-Mu dan tidak dan untuk seluruh ummat Islam. Kemudian
ada daya dan kekuatan kecuali membaca ta‟awudz, hamdalah, dan
dari Allah yang Maha Tinggi lagi shalawat atas Nabi dan kerabatnya serta
Maha Agung”. sahabatnya.
Kemudian setelah itu mohonlah 5) Memprioritaskan pelajaran yang
kepada Allah untuk diteguhkan hati dan paling utama.
penuhi kebenaran atas lidahnya serta Apabila jumlah pelajaran yang akan
berzdikirlah hingga sampai ke tempat diajarkan itu banyak, maka hendaklah
belajar. Apabila sudah sampai, hendaklah mendahulukan yang paling utama. Seperti
mengucapkan salam kepada yang hadir dan Tafsir Qur‟an harus didahulukan, kemudian
shalat dulu dua raka‟at bila bukan pada Hadits, Ushuluddin, Ushul Fiqh, Madzhab,
waktu yang makruh, seandainya tempat itu Ikhtilaf, Nahwu atau Mantiq.
mesjid. Sebagian Ulama zuhud dalam
Menjauhi mijah dan banyak tertawa mengakhiri pelajaran, biasanya
karena akan mengurangi wibawa, memberikan pelajaran tentang ceritera-
sebagaimana dikatakan: barangsiapa ceritera yang baik sehingga bermanfaat
bergurau maka akan diremehkan bagi murid dalam mensucikan batin dan
dengannya. Selanjutnya, tidak boleh semisalnya, seperti nasihat-nasihat, kasih
mengajar dalam keadaan lapar, haus, resah, sayang, zuhud, dan sabar. Hal ini
marah, ngantuk, risau, keadaan sangat dsyaratkan bila pelajran tersebut
dingin atau panas, yang memungkinkan berlangsung di sekolah.
memberikan fatwa atau jawaban yang salah
6) Tidak meninggikan suara melebihi
dan tidak dapat menjernihkan pandangan.
yang dibutuhkan, dan tidak
3) Harus duduk terlihat oleh semua merendahkannya hingga tidak
yang hadir. memberikan manfaat yang sempurna.
Hindari posisi duduk yang tidak baik, Al-Khatib meriwayatkan dalam Kitab
seperti mengangkat salah satu kakinya, Al-Jami yang diterima dari Nabi
melonjorkan kakinya tanpa sebab dan tidak bersabda: “sesungguhnya Allah menyukai

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 831


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

suara yang lembut dan membenci suara Dengan demikian dapat dipahami
yang tinggi”. Selanjutnya Abu Ustman bahwa kemauan untuk membathilkan yang
Muhammad bin Syafi‟i mengatakan: “saya hak dan membenarkan yang bathil adalah
tidak pernah mendengar ayah saya sifat durhaka, maka hindarilah.
meninggikan suara ketika mendebat
seseorang”. Suara yang paling baik yaitu 8) Memberi tindakan bagi yang
tidak melebihi majelisnya dan tidak melanggar tata-tertib dalam proses
membatasi pendengaran hadirin. belajar mengajar.
Seadainya diantara mereka ada yang Diantaranya yaitu perilaku yang
kuang pendengarannya maka boleh menimbulkan permusuhan di dalamnya,
meninggikan suara sebatas pendengar- perilaku yang tidak baik, meninggalkan
annya. Lebih lanjut dalam sebuah Hadits rasa keadilan setelah datang kebenaran,
yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi banyak mengeluh, tidur, ngobrol, tertawa-
dikemukakan: bahwa perkataan Nabi itu tawa, menghina orang lain, atau melakukan
jelas dan dapat dipahami oleh yang sesuatu sehingga mengabaikan adab
mendengarnya, dan apabila ia ia berkata seorang pelajar di dalam kelas.
mengulanginya hingga tiga kali agar dapat Tindakan tersebut di atas disyaratkan
difahami. Apabila telah selesai dari suatu tidak mendatangkan mafsadat yang
masalah atau bab lalu berhenti sejenak berlebihan. Sebaiknya memiliki seorang
sehingga dapat merenungkan apa yang ia ketua kelas yang cerdas, adil, dan fasikh
katakan. untuk mengatur orang yang hadir sesuai
dengan tempat duduknya masing-masing.
7) Menjaga majelis dari kegaduhan.
Suasana gaduh atau meninggikan 9) Harus adil dalam menjawab,
suara dapat mendorong pada kesalahan dan menjelaskan, dan menyimak
melencengkan arah pembahasan. pertanyaan yang ditujukkan
Sebagaimana dikatakan oleh ar-Rabi‟: kepadanya sekalipun dari orang
adalah Imam Syafi‟i apabila didebat oleh yang lebih kecil.
seseorang pada suatu masalah, maka ia Bila si penanya tidak dapat
lemah lenbut dalam menolaknya dan mengungkapkan pertanyaannya dengan
membangkitkan jiwa serta mengingatkan baik karena malu atau pengetahuannya
para murid akan bencinya perdebatan, terbatas, tetapi dapat difahami maksudnya,
terutama setelah datangnya kebenaran. maka jelaskan dan uraikan maksud
Karena sesungguhnya tujuan dari keinginannya, kemudian menjawabnya atau
pertemuan itu adalah mencari kebenaran, meminta jawaban dari yang lainnya.
kesucian hati dan mencari manfaat. Allah Apabila ditanya tentang sesuatu yang tidak
berfirman: diketahuinya hendaklah ia berkata: saya
ِ ‫اْل َّق وي ب ِطل الْب‬
‫اط َل َولَ ْو َك ِرَه الْ ُم ْج ِرُمو َن‬ ِِ
َ َ ُْ َ َْ ‫ليُح َّق‬
tidak tahu atau saya tidak mengerti.
Muhammad bin Hakam berkata: saya
agar Allah menetapkan yang hak
pernah bertanya kepada Imam Syafi‟i
(Islam) dan membatalkan yang batil
(syirik) walaupun orang-orang yang tentang nikah mut‟ah, apakah didalamnya
berdosa (musyrik) itu tidak ada thalak, pewarisan, nafkah wajib, atau
menyukainya. (QS. Al-Anfal : 8). saksi?. Lalu ia menjawab: demi Allah kami
tidak tahu.

832 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

Ketahuilah bahwa perkataan “saya hendaknya dilakukan dengan ikhlas untuk


tidak tahu” kepada orang yang bertanya, berdzikir kepada Allah dan tujuan makna
tidak mengurangi kemampuannya tersebut.
sebagaimana yang diduga oleh orang-orang Sebaiknya setiap pelajaran diawali
yang bodoh, bahkan boleh jadi dengan basmallah, sehingga di awal dan di
mengangkatnya, kaarena yang demikian itu akhir pelajaran terdapat dzikir kepada
bukti atas kebesaran jiwanya, kekuatan Allah. Lebih utama jika seorang guru diam
agama dan tawanya kepada Allah, sejenak setelah jama‟ah berdiri, karena di
kebersihan hatinya, kesempurnaan ilmunya, dalamnya terdapat manfaat dan pelajaran
dan kebaikan pendiriannya. Pengertian ini baginya dan bagi mereka dapat
sebagaimana diriwayatkan oleh kebanyak- menghindari berdesakan, barangkalai ada
an ahli salaf. sisa pertanyaan dari seseorang atau
Allah telah mengajarkan kepada para menghindari naik kendaraan bersama jika
ulama dengan kisah Nabi Musa dengan berkendaraan. Selanjutnya disunnahkan
Nabi Khidir: tatkala Musa tidak bila berdiri untuk berdo‟a sebagaimana
mengembalikan (menisbahkan) ilmu dalam Hadits:
kepada Allah pada saat ditanya: apakah ada ‫سبحانك اللهم وحبمدك ال إلو إال أنت أستغفرك‬
di muka bumi ini orang lain yang lebih
‫وأتوب إليك‬
pintal darimu?.
12) Harus menguasai bahan ajar yang
10) Menyenangi orang asing yang akan disampaikan.
menghadiri majelisnya. Jangan mengajar jika tidak
Caranya adalah dengan menguasainya, dan jangan menyebutkan
mempermudah dia agar hatinya lapang, suatu pelajaran bagi orang yang tidak
karena bagi yang baru datang bisa jadi mengetahuinya apakah disyaratkan oleh
membingungkan, jangan banyak berpaling waqif atau tidak, karena itu bisa berarti
kepadanya sebab dapat mempermalu- mempermainkan agama dan sia-sia.
kannya. Nabi bersabda: “orang kenyang
Apabila menghadapi sebagian ulama yang tidak diberi apa-apa bagaikan orang
yang telah menetapkan sesuatu masalah, ia yang memakai baju palsu”. Dari Abu
harus menahannya sampai ia duduk dan Hanifah ia berkata: barang siapa meminta
jika ada yang datang ketika sedang jabatan sebelum waktunya maka ia tetap
membahas suatu masalah ia harus hina selamanya. Karena jika seseorang
mengulanginya untuk yang datang tersebut tidak ahli terhadap hal-hal yang disyaratkan
dan menjelaskan maksudnya. oleh waqif, maka mendapatkan sesuatu
11) ketika menutup pelajaran yang bukan haknya secara terus menerus
hendaknya mengucapkan “wallahu menyebabkan kefasikan.
a’lam”. c. Etika Seorang Guru Terhadap
Yang lebih utama ialah diucapkan Murid dan Mata Pelajarannya
sebelum perkataan akan menutup pelajaran, 1) Ikhlas dalam melaksanakan tugas
seperti: inilah akhir pembahasan dan insya mengajar (mencapai tujuan
Allah pembahasan berikutnya akan ta’limnya)
Pendidikan dan pengajaran
dilanjutkan di hari yang akan datang, dan
ditujukkan semata-mata karena Allah,
semisalnya. Perkataan wallahu a‟lam

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 833


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

untuk menyebarkan ilmu, menghidupkan kemuliaan yang telah dipersiapkan oleh


syariat, menyingkap kebenaran, Allah bagi para ulama. Sebab mereka
menghilangkan kebathilan, memperbanyak adalah pewaris para Nabi yang memiliki
umat dengan memperbanyak ulama dan kedudukan tinggi di sisi Allah, serta cita-
memanfaatkan karya-karyanya serta cita yang diinginkan oleh para Nabi dan
mendapatkan pahala bagi orang-orang yang Syuhada, dan kemuliaan-kemuliaan
belajar kepadanya dan yang belajar semestinya sebagaimana yang dikemuka-
sesudahnya, berkah do‟a mereka baginya kan dalam Al-Qur‟an, Hadits dan sya‟ir
dan permohonan rahmat mereka baginya, yang berhubungan dengan keutamaan ilmu
serta memasukkannya ke dalam silsilah dan ulama. Untuk mencapai keberhasilan
orang-orang yang menyampaikan wahyu dalam menimba ilmu hendaknya seorang
Allah dan hukum-hukumnya, karena murid memiliki sifat qana‟ah, faqir, dan
mengajarkan termasuk urusan agama yang tidak terbuai dengan masalah-masalah
paling penting dan derajat orang-orang duniawiyah.
mukmin yang laing tinggi.
Rasulullah bersabda: “sesungguh- 4) Kasih sayang terhadap muridnya.
nya Allah, para Malaikat, dan penghuni Menyayangi muridnya sebagaimana
langit serta bumi hingga semut yang ada menyayangi dirinya sendiri, seperti dalam
dalam lubang bershalawat kepada guru sebuah Hadits dikatakan: “membencinya
yang baik” sebagaimana membenci dirinya sendiri”.
Guru hendaknya memperhatikan
2) Membimbing murid agar memiliki kemaslahatan muridnya dan mem-
niat yang baik dalam belajar. perlakukannya sebagaimana memper-
Membiarkan terlebih dahulu murid lakukan pada anaknya sendiri, yakni
yang tidak ikhlas niatnya untuk belajar, dengan penuh kasih sayang dan berbuat
maka bila niatnya sudah baik mudah- baik padanya, sabar atas kekerasan hatinya,
mudahan ilmunya menjadi berkah, keburukan akhlaknya pada saat-saat
sebagaian ulama dahulu mengatakan: kami tertentu, dan memaklumi kekurangannya.
menuntut ilmu bukan karena Allah, lalu Terhadap hal tersebut di atas, guru harus
dicegah supaya menuntut ilmu karena memperbaiki mereka dengan nasihat dan
Allah. kasih sayangnya, bukan dengan kekerasan,
Sesungguhnya niat yang baik akan agar pendidikan dan akhlaknya menjadi
membawa berkah dalam mencapai derajat baik, serta perilakunya menjadi benar. Baik
yang mulia dari ilmu dan amal, macam- upaya itu dilakukan dengan isyarat maupun
macam hikmah dan pengetahuan akan dengan kata-kata.
melimpah, hatinya terang, cita-cita dapat
tercapai, dan mendapat derajat yang tinggi 5) Menyuruh murid untuk selalu
pada hari kiamat. menyimak dan memahami materi
pelajaran dengan baik.
3) Mengajak murid cinta terhadap Berbagai upaya yang bisa dilakukan
ilmu dan mencarinya. oleh guru diantaranya, menyuruh mereka
Salah satu bukti kecintaan terhadap untuk mendengarkan dan memahami materi
ilmu adalah mempelajarinya dalam banyak pelajaran dengan baik, mendorongnya
kesempatan dengan senantiasa mengingat untuk menguatkan hafalan-hafalannya

834 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

terhadap hal-hal yang dianggap penting, diterangkan kepadanya. Maka barang siapa
dan jangan menyembunyikan ilmu jika ada yang nampak kuat pemahamannya dengan
pertanyaan yang ia tahu jawabannya. Selain mengulang jawabannya yang benar, maka
itu guru tidak boleh menyampaikan sesuatu kita harus memujinya, sedangkan bagi yang
yang tidak dikuasainya, sebab bisa jadi belum bisa memahaminya maka berilah
dapat membingungkan pemahamannya. pengulangan yang lembut. Dengan
mengulangi penjelasan maka seorang dapat
6) Melakukan penguatan (reinfocement) lebih menguatkan pikiran dan
terhadap materi yang diberikan pemahamannya. Selain itu dapat
kepada murid. mendorong mereka untuk menggunakan
Dalam mengajar dan memberi pikirannya dan menyibukkan dirinya untuk
pemahaman kepada murid bisa melalui mencari kebenaran.
pendekatan makna bagi pelajaran yang
ditugaskan kepadanya dengan tidak 8) Memberikan motivasi untuk
memperbanyak pembahasan yang tidak berprestasi.
dapat difahami oleh otak murid atau uraian Hendaklah para guru menganjurkan
yang tidak mendukung hafalannya, serta murid-muridnya pada waktu-waktu tertentu
menyeleksi ungkapan-ungkapan yang tidak untuk mengulang hafalan-hafalannya dan
dimengerti oleh murid yang belum faham menguji ingatannya terhadap apa-apa yang
dengan mengulang-ngulang keterangan telah disampaikan kepada mereka dari
yang berlebihan. Oleh karena itu, mulailah kaidah-kaidah yang penting dan masalah-
pembahasan dengan memetakan masalah masalah yang asing, dan menguji mereka
kemudian menjelaskannya berikut contoh- dengan masalah-masalah yang dibangun
contohnya. atas dasar kemampuannya atau alasan yang
Disamping itu harus menjelaskan diungkapkannya, maka barang siapa
pula makna-makna rahasia/hukum dan dilihatnya tepat dalam menjawab dan tidak
alasan-alasannya dan hal-hal yang takut pada hal-hal yang dirasakannya asing,
berhubungan dengan masalah itu dengan guru harus memuji dan menyanjungnya
ungkapan yang baik dan tidak untuk memotivasi diri mereka agar lebih
merendahkan ulama lain. Tujuan dari bersungguh-sungguh dan giat dalam
penjelasan di atas adalah sebagai media meningkatkan pengetahuannya. Barang
nasihat dan pengenalan transformasi siapa yang dilihatnya kurang dan tidak
pengetahuan yang benar. Sesudah itu guru takut akan hilangnya ilmu, maka doronglah
menjelaskan hal-hal yang senada dengan dia untuk mencapai cita-cita yang tinggi
masalah tersebut, menyamakan atau dan mendapat kedudukan dalam mencari
membedakannya. ilmunya.

7) Memberikan penilaian (evaluasi) 9) Memberikan bimbingan dan


dan reward. pengarahan.
Apabila telah selesai menjelaskan Apabila seorang murid menempuh
pelajaran, maka guru boleh melemparkan cara belajarnya dengan hal-hal yang di atas
pertanyaan-pertanyaan kepada mereka kewajaran atau mengerahkan semua
untuk menguji pemahaman dan daya ingat kemampuannya, kemudian di saat yang
mereka terhadap apa-apa yang telah sama guru khawatir akan keadaannya,

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 835


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

maka guru harus membimbing dan Karena perbuatan itu dapat menghilangkan
menasihatiny dengan lemah lembut dan kepekaan hati. Jika sebagian dari mereka
boleh mengingatkannya dengan sabda Nabi banyak prestasinya, giat usahanya dan baik
, “sesungguhnya yang tumbuh itu tidak akhlaknya, lalu menghormati dan
ditentukan oleh bumi dan tidak dikekalkan menghargainya, kemudian menjelaskan
oleh yang nampak”, dan semisalnya yang bahwa penghormatan itu disebabkan oleh
memungkinkan dia untuk rilek dan hal tersebut di atas, maka itu sah-sah
sederhana dalam usahanya. saja.hal itu dapat mendorong orang lain
Begitu juga bila tampak sesuatu yang untuk berperilaku yang baik. Guru juga
membuat mereka bosan, guru harus harus mengetahui nama-nama mereka,
memerintahkan mereka untuk istirahat dan keluarga, tempat tinggal, dan keadaannya,
mengurangi kegiatannya. Janganlah serta memperbanyak do‟a bagi mereka.
mengajari murid dengan sesuatu yang
tidaak dapat difahaminya atau tidak sesuai 12) Melakukan monitoring setiap saat
dengan usianya, dan jangan mengajari buku kepada muridnya (terhadap akhlak
yang tidak dapat difahami otaknya. dan perbuatannya baik lahir
maupun batin).
10) Menyebutkan kaidah-kaidah ilmu Guru harus mengawasi tabi‟at,
yang terlewatkan kepada murid. perilaku dan akhlak murid, baik secara
Mekanismenya guru hendaknya diam-diam maupun terang-terangan.
menjelaskan sumber-sumber rujukan Sehingga orang-orang yang melakukan
materi, baik yang pokok maupun cabang, tindakan yang tidak sesuai seperti berbuat
serta ilmu-ilmu apa saja yang didasarkan sesuatu yang dilarang atau sesuatu yang
atasnya, yakni ilmu-ilmu yang menyebabkan situasi menjai tidak baik
membutuhkan kepada ilmu tafsir, hadits, dapat dicegah. Jika tidak dapat
ushuluddin, fiqih, nahwu, sharaf, bahasa, memperingatkannya secara tegas, dapat
dan sebagainya. Apakah membaca kitabnya dilakukan dengan cara halus. Bila perlu
secara langsung atau seara bertahap. Ini dapat memulangkan murid tersebut kalau
dapat dilakukan jika guru khawatir akan diikuti oleh teman-
mengetahui/menguasai ilmu-ilmu tersebut. temannya.
Seperti masalah-masalah asing yang jarang Ia juga harus mengajarkan cara-cara
terjadi, fatwa-fatwa yang mengagetkan, bergaul seperti membudayakan salam,
hukum-hukum furu‟ yang jarang terjadi, bertutur kata yang baik, saling kasih dan
seperti nama-nama sahabat dan tabi‟in yang tolong-menolong dalam kebaikan dan
terkena, begitu juga para imam madzhab, taqwa.
para khalifah yang empat, para shalihin dan
masih banyak lagi yang lainnya. 13) Meluruskan visi untuk mencapai cita-
cita muridnya.
11) Tidak menampakkan rasa pilih Guru dituntut untuk melakukan
kasih kepada murid. upaya-upaya demi kemaslahatan muridnya,
Tidak dibenarkan seorang guru seperti menyatukan visi mereka, menolong
berbuat pilih kasih terhadap murid yang mereka untuk mencapai cita-citaanya,
memiliki hak yang sama, seperti dari segi untuk memperoleh kemuliaan dan harta
usia, kelebihan, prestasi, atau agama. jika memungkinkan. Karena Allah

836 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

menolong hamba-hambanya selama hamba Secara umum kriteria-kriteria tersebut


tersebut menolong saudaranya. di atas menampakkan kesempurnaan sifat-
Ulama dulu berjuang keras untuk sifat dan keadaan pendidik dengan
mendapatkan seorang murid yang memiliki persyaratan –persyaratan tertentu
bermanfaat bagi orang lain, dalam sehingga layak menjadi pendidik
hidupnya dan kehidupan saudaranya. sebagaimana mestinya.
Meskipun seorang guru hanya memiliki
seorang murid namun bermanfaat bagi C. Telaah Terhadap Pokok-Pokok
manusia, maka murid tersebut Pemikiran Kependidikan Ibn
dimuliakannya disisi Allah. Ia akan Jama’ah
mendapatkan pahala dari apa-apa yang 1. Kondisi Sosiokultural Pemikiran Ibn
dilakukannya oleh murid. Jama’ah
Pada masa Ibn Jam‟ah, kondisi
14) Bersikap tawadhu terhadap murid. struktur sosial keagamaan sedang
Seorang guru hendaklah bersikap mengalami masa-masa penurunan.
tawadhu terhadap muridnya dan temannya Baghdad sebagai simbol peradaban Islam,
yang meminta nasihat atau pelajaran. Allah sudah hancur yang kemudian berakibat
berfirman kepada Nabi-Nya dalam al- pada pelarangan secara kuat terhadap
Qur‟an surat Syu‟ara : 215: “ rendahkanlah kajian-kajian Filsafat dan Kalam, bahkan
dirimu terhadap orang-orang yang terhadap ilmu pengetahuan non-agama.
mengikutimu, yaitu orang-orang yang Pelarangan ini didukung oleh ulama dan
beriman”. Selanjutnya Nabi bersabda: mendapat pengakuan dari penguasa,
“sesungguhnya Allah memberi wahyu bahkan pada masa itu tengah gencar-
kepadaku agar kalian bersikap tawadhu, gencarnya isu tentang tertutupnya pintu
dan tawadhu seseorang karena Allah akan ijtihad. Dengan demikian Ibn Jam‟ah
memuliakan dirinya. Dalam hadits lain dibesarkan dalam tradisi Sunni yang kontra
dikatakan: “bersikap lembutlah kepada rasionalis serta kurang mendukung
orang yang engkau ajari dan kepada orang pengembangan ilmu pengetahuan non-
yang belajar dari dirinya” (H.R. Abu agama.
Daud). Pada masa Ibn Jama‟ah telah muncul
Selajutnya dari Fadhil: “barangsiapa berbagai lembaga pendidikan. Diantaranya
bersikap tawadhu karena Allah, akan adalah: (1) Kuttab, yaitu lembaga
diwariskan hikmah kepadanya”. pendidikan dasar yang digunakan untuk
Aisyah berkata: “Rasulullah memberikan kemampuan membaca dan
menyebut shahabatnya dengan suatu gelar menulis. (2) Pendidikan Istana, yaitu
sebagai penghormatan bagi mereka. lembaga pendidikan yang dikhususkan
Demikian juga guru harus mengucapkan utnuk anak-anak pejabat dan keluarga
selamat kepada muridnya bila bertemu dan istana. Kurikulum yang digunakan dibuat
berhadapan dengan mereka, menghormati tersendiri yang didasarkan pada
mereka jika mereka duduk menghadapnya, kemampuan anak didik dan kehendak
beramah tamah dengan mereka dengan orang tua anak. (3) Kedai atau Toko
menanyai keadaannya dan keadaan Kitab yang fungsinya sebagai tempat untuk
keluarganya”. (H.R. Muslim) menjual kitab serta tempat berdiskusi di
antara para pelajar. (4) Rumah para

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 837


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

Ulama, yaitu tempat yang sengaja macam. Suasana inilah yang membantu dan
disediakan oleh para ulama untuk mendidik mendorong Ibn Jama‟ah menjadi seorang
para siswa. Hal ini dilakukan antara lain ulama yang manaruh perhatian terhadap
karena ulama yang bersangkutan sudah pendidikan.
terlalu sibuk untuk meninggalkan tempat
atau alasan-alasan lain yang menghendaki 2. Telaah Terhadap Pemikiran
para siswa datang mengunjungi tempat Kependidikan Ibn Jama’ah
ulama tersebut. (5) Rumah Sakit yang a. Kriteria yang harus dipenuhi oleh
dikembangkan selain untuk kepentingan Seorang Guru/Ulama
medis juga untuk mendidik tenaga-tenaga Bila memperhatikan konsep ulama
yang akan bertugas sebagai perawat dan yang dikemukakan oleh Ibn Jama‟ah bahwa
juga untuk mendidik tempat pengobatan. ulama sebagai mikrokosmos manusia yang
(6) Perpustakaan yang berfungsi selain secara umum dapat dijadikan sebagai
tempat menyimpan buku-buku yang tipologi makhluk terbaik. Bahkan beliau
diperlukan juga untuk keperluan diskusi mengagungkan derajat alim berada
dan melakukan penelitian. Di antara setingkat dibawah derajat Nabi. Hal ini
perpustakaan yang cukup besar adalah Dar didasarkan pada alasan karena ulama
al-Hikmah. (7) Masjid yang berfungsi adalah pewaris para Nabi dan termasuk
selain tempat melakukan ibadah shalat, orang yang paling takwa dan takut kepada
juga sebagai kegiatan pendidikan dan Allah .
sosial. Dari konsep tentang seorang
Pada masa Ibn Jama‟ah juga telah guru/ulama tersebut, beliau menawarkan
berkembang lembaga pendidikan madrasah. enam kriteria yang harus dipenuhi oleh
Menurut Michael Stanton, madrasah yang seseorng yang akan menjadi guru. Diantara
pertama didirikan adalah Madrasah Nizham keenam kriteria tersebut, yang menarik
al-Muluk yang didirikan oleh Wazir adalah kriteria tentang tidak bolehnya
Nizhamiyah pada tahun 1064 M. Sementara profesi guru dijadikan sebagai ladang usaha
itu Richaerd Bulliet berpendapat bahwa mendapatkan keuntungan material, suatu
madrasah yang pertama kali dibangun konsep yang di masa sekarang tampak
adalah madrasah al-Bayhaqiyah yang kurang relevan, karena salah satu ciri kerja
didirikan oleh Abu Hasan Ali al-Baihaqy profesional adalah pekerjaan di mana orang
pada tahun 400 H/1009 M. Bahkan, yang melakukannya menggantungkan
menurut Bulliet ada 39 madrasah yang kehidupan di atas profesinya itu. namun Ibn
berkembang di Persia, Iran yang dibangun Jama‟ah berpendapat demikian sebagai
du abad sebelum Madrasah Nizham al- konsekuensi logis dari konsepsinya tentang
Muluk.2 pengetahuan. Bagi Ibn Jama‟ah,
Dengan demikian, terlihat bahwa pengetahuan (ilmu) sangat agung lagi
pada masa Ibn Jama‟ah lembaga luhur, bahkan bagi pendidik menjadi
pendidikan telah berkembang pesat dan kewajiban tersendiri untuk mengagungkan
telah mengambil bentuk yang bermacam- pengetahuan tersebut, sehingga pendidik
tidak menjadikan pengetahuannya itu
sebagai lahan komoditasnya, dan jika hal
2
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan itu dilakukan berarti telah merendahkan
Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta:
Logos Wacana ilmu, 2002, hlm. 6. keagungan pengetahuan.

838 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

Alasan yang dikemukakan beliau Diantara masalah-masalah yang


sungguh rasional karena di satu sisi telah berkaitan dengan guru dan keguruan
memperhatikan hubungan kausalitas antara biasanya berkisar pada persoalan kurang
ilmu dan pengajaran dalam perspektifnya. memadainya kualifikasi dan kompetensi
Namun pada sisi lain kausalitas yang guru, kurangnya tingkat kesejahteraan guru,
muncul jika dikaitkan dalam konteks rendahnya etos kerja dan komitmen guru,
pendidikan dewasa ini menjadi hal yang dan kurangnya penghargaan masyarakat
dipertanyakan dan mengundang banyak terhadap profesi guru. Terlepas dari
persoalan. berbagai kelebihan dan kekurangan dunia
Tokoh kontemporer yang hampir guru, kita harus menyadari, mengakui, dan
senada dengan Ibn Jama‟ah adalah menerima kondisi guru saat ini apa adanya.
Muhammad Athiyyah al-Abrasy, beliau Yang paling penting harus kita lakukan
mengemukakan beberapa sifat dan sikap adalah menyiapkan sosok guru masa depan
yang harus dimiliki guru, diantaranya: yang sesuai dengan tuntutan reformasi
1) memiliki sifat Zuhud, dan mengajar pendidikan yang sekarang ini tengah
karena mencari ridha Allah , bergulir, sebagaimana dikemukakan oleh
2) harus suci dan bersih, Indra Djati Sidi4:
3) ikhlas dalam melaksanakan tugas, Seorang guru yang profesional
4) bersikap murah hati, dituntut dengan sejumlah
5) memiliki sikap tegas dan terhormat, persyaratan minimal, antara lain,
memiliki kualifikasi pendidikan
6) memahami karakteristik murid,
profesi yang memadai, memiliki
7) memiliki sikap kebapakan sebelum kompetensi keilmuan sesuai dengan
menjadi guru, bidang yang ditekuninya, memiliki
8) harus menguasai materi pelajaran.3 kemampuan berkomunikasi yang
Sebagai analisa perbandingan, baik dengan anak didiknya,
masalah guru merupakan topik yang tidak mempunyai jiwa kreatif dan
habis-habisnya dibahas dalam berbagai produktif, mempunyai etos kerja dan
komitmen tinggi terhadap
seminar, diskusi, dan workshop untuk
profesinya, dan selalu melakukan
mencari berbagai alternatif pemecahan pengembangan diri secara terus
terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menerus (continuous inprovement)
guru dalam menjalankan tugasnya sebagai melalui organisasi profesi, internet,
pengajar dan pendidik di lingkungan buku, seminar, dan semacamnya.
sekolah. Hal ini disebabkan karena guru,
berdasarkan sejumlah penelitian pendidikan Dengan memperhatiakan persyaratan
diyakini sebagai salah satu faktor dominan semacam ini, maka tugas seorang guru
yang menentukan tingkat keberhasilan anak bukan lagi knowledge based, seperti yang
didik dalam melakukan proses transformasi sekarang dilakukan, tetapi lebih bersifat
ilmu pengetahuan dan teknologi serta competenscy based, yang menekankan pada
internalisasi etika dan moral. penguasaan secara optimal konsep
keilmuan dan perekayasaan yang

3
Athiyah Al-Abrasyi, Ruh al-Islam, Penerjemah
4
Syamsuddin Asyrofi dkk., Beberapa Pemikiran Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar;
Pendidikan Islam, Yoyakarta: Titian Ilahi, 1996, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan,
hlm. 670 Jakarta: Logos, 2001, hlm. 38.

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 839


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

berdasarkan nilai-nilai etika dan moral. mencurahkan perhatiannya terhadap


Konsekuensinya, seorang guru tidak lagi pendidikan, sehingga tidak mengherankan
menggunakan komunikasi satu arah jika ia memiliki konsep pendidikan.
melainkan menciptakan suasana kelas yang Konsep-konsep kependidikannya memiliki
kondusif sehingga terjadi komunikasi dua pemikiran yang lebih maju dan memiliki
arah secara demokratis antara guru dan corak dan warna tersendiri bila
murid. Kondisi ini diharapkan dapat dibandingkan dengan tokoh-tokoh
menggali potensi kreativitas anak didik. semasanya atau sebelumnya, pemikirannya
Dengan profesionalisasi guru, maka cenderung bersifat ekslusif dan lebih
guru masa depan tidak tampil,lagi sebagai menitikberatkan pada kajian materi
pengajar (teacher), seperti fungsinya yang keagamaan.
menonjol selama ini, melainkan beralih Dari 38 poin yang berkaitan dengan
sebagai pelatih (coach), pembimbing masalah etika guru yang dikemukakan Ibnu
(counselor), dan manajer belajar (learning Jama‟ah pada prinsipnya memiliki
manager). Sebagai pelatih, seorang guru kesamaan-kesamaan dengan para tokoh
akan berperan seperti pelatih olahraga. Ia pendidikan lainnya, diantaranya beliau
mendorong siswanya untuk menguasai alat menitikberatkan pentingnya akhlak dalam
belajar, memotivasi siswa untuk bekerja melandasi seluruh aktivitas pendidikan.
keras dan mencapai prestasi setinggi- Selanjutnya tokoh yang sezaman
tingginya, dan membantu murid dengan beliau diantaranya Ibnu Taimiyah
menghargai nilai belajar dan pengetahuan. (1263-1328), ia memberikan pandangannya
sebagai pembimbing/konselor, guru akan tentang etika guru yang hampir mirip
berperan sebagai sahabat siswa, menjadi dengan pandangan Ibnu Jama‟ah,
teladan dalam pribadi yang mengundang diantaranya sebagai berikut; seorang guru
rasa hormat dan keakraban dari siswa. hendaknya:
Sebagai manajer belajar, guru akan 1) merupakan khulafa‟ yaitu orang
membimbingsiswanya belajar, mengambil yang menggantikan missi
prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik perjuangan para Nabi dalam bidang
yang dimilikinya. pengajaran.
Dengan ketiga peran guru ini, maka 2) Menjadi panutan bagi murid-
diharapkan para siswa mampu muridnya dalam hal kejujuran,
mengembangkan potensi diri masing- berpegang teguh pada akhlak yang
masing, mengembangkan kreativitas, dan mulia dan syari‟at Islam.
mendorong adanya penemuan keilmuan 3) Tidak sembrono atau main-main
dan teknologi yang inovatif, sehingga para dalam menyebarkan ilmu.
siswa mampu bersaing dalam masyarakat 4) Membiasakan menghafal dan
global. menambah ilmunya serta tidak
melupakannya.5
b. Etika Guru
Ibnu Jama‟ah memang tergolong
seorang ulama yang taat perpegang pada al-
Qur‟an dan al-Sunnah, taat menjalankan
agama dan menghiasi dirinya dengan budi 5
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh
pekerti yang baik. Ia seorang yang banyak Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000, hlm. 154-155

840 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

Berdasarkan pemikiran tersebut di pelarangan secara kuat terhadap


atas, maka Ibn Taimiyah memandang kajian-kajian filsafat dan kalam
bahwa menyebarkan ilmu dan jihad harus bahkan terhadap ilmu pengetahuan
dilakukan sebagaimana hal itu berlaku kealaman (non wahyu). Hal ini
dalam jihad, yakni bahwa apa yang nampak pada pemikiran
dihafalnya dari ilmu agama dan ilmu jihad kependidikan Ibnu Jama‟ah yang
bukanlah termasuk yang harus disepelekan. cenderung menitikberatkan pada
Selanjutnya Ngalim Purwanto6 ilmu-ilmu keagamaan (bersumber
seorang pakar pendidikan saat ini pada wahyu).
mengatakan bahwa sifat seorang guru dapat 2. Terjadinya paradigma ilmu yang
diartikan juga sebagai etika guru, yaitu: (1) dikemukakan oleh Ibnu Jama‟ah,
guru harus adil, (2) guru harus percaya dan berkonsekuensi terhadap perbedaan
suka kepada murid-muridnya, (3) guru konsep pendidikan yang dibangun-
harus sabar dan rela berkorban, (4) guru nya. Umpamanya karena ia
harus memiliki wibawa terhadap anak- menganggap kedudukan ilmu itu
anaknya, (5) guru hendaknya orang yang sangat mulia maka seorang guru
penggembira, bersikap baik terhadap guru- jangan menggantungkan hidupnya
guru lainnya, (6) guru harus menguasai dari hasil profesi guru. Dimasa
mata pelajaran dan suka terhadap sekarang tampak kurang relevan,
pelajarannya serta berpengetahuan yang karena berbicara masalah
luas. profesional akan terkait erat dengan
masalah upah, namun demikian
D. Kesimpulan semangatnya dapat ditangkap
Konsep pendidikan Ibn Jama‟ah yang bahwa paradigma ilmu pada masa
dibahas dalam makalah ini baru itu memang menghendaki demikian.
mengungkap satu unsur pendidikan yakni Lain halnya dengan sekarang,
tentang guru, etika yang harus dimilikinya, dimana semangatnya untuk menjaga
etika dalam mengajar, etika terhadap murid keikhlasan dari sifat materialisme.
dan mata pelajarannya. Padahal jika dibandingkan tidak
Dari uraian di atas dapat ditarik sepadan nilai uang dengan tingginya
kesimpulan sebagai berikut: nilai ilmu.
1. Konsep Pendidikan menurut Ibn 3. Mengenai etika, Ibnu Jama‟ah telah
Jama‟ah pada umumnya tidak banyak memberikan rambu-rambu
terlepas dari pengaruh aspek ke arah sistem pendidikan modern,
sosiokultural dan politik pada masa seperti perlunya guru memiliki
itu. Pengaruh yang paling sikap konsisten, memacu prestasi
mendasar, yaitu hancurnya Baghdad untuk berkarya (dinamis), mencintai
(1258) yang menyebabkan ilmu, berpandangan ke depan untuk
menurunnya masa kejayaan Islam memperoleh generasi unggul, dan
berikut peradabannya, yang lain sebagainya.
kemudian berakibat pada

6
Ngalim Purwanto, hlm. 176-182

Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 841


Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 04, Januari 2015

Daftar Pustaka
Al-Abrasyi, Athiyah, 1996, Ruh al-Islam,
Penerjemah Syamsuddin Asyrofi
dkk., Beberapa Pemikiran
Pendidikan Islam, Yoyakarta: Titian
Ilahi.
Azra, Azyumardi, 2002, Pendidikan Islam;
Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru, Jakarta: Logos
Wacana ilmu.
Jama‟ah, Ibnu, Tadkirah al-Sami‟ Wa al-
Mutakallim Fi Adab al-„Alim Wa al-
Muta‟allim, Beirut: Dar al-Kutub al-
Alamiyah, tth.
Mastuhu, 1999, Memberdayakan Sistem
Pendidikan Islam; Strategi Budaya
Menuju Masyarakat Akademik,
Jakarta: Logos.
Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:
UI-Press.
Nata, Abuddin, 2000, Pemikiran Para
Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sidi, Djati, Indra, 2001, Menuju
Masyarakat Belajar; Menggagas
Paradigma Baru Pendidikan, Jakarta:
Logos.

842 Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam

You might also like