Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Sain Veteriner, Vol. 40. No. 1. April 2022, Hal.

52-59
DOI : 10.22146/jsv.41946
ISSN 0126-0421 (Print), ISSN 2407-3733 (Online)
Tersedia online di https://jurnal.ugm.ac.id/jsv

Review
Mastitis di Jawa Barat, Indonesia: Etiologi dan Opsi Pencegahan

Mastitis in West Java, Indonesia: Etiology and Prevention Options


Sarasati Windria1,4 , Adi Imam Cahyadi1, Hesti Lina Wiraswati2, Julia Ramadhanti3, Okta Wismandanu4,
Hasna Aldisa Madani4, Savira Azhari Larasati4

1
Departemen Ilmu Kedokteran Dasar, Divisi Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran
Departemen Ilmu Kedokteran Dasar, Divisi Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran
2

3
Departemen Ilmu Kedokteran Dasar, Divisi Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran
4
Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang km. 21, Jatinangor Hegarmanah, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia 45363
Telepon 022-7796373, 7795594, Fax. 022-7795595
Email: sarasati.windria@unpad.ac.id

Naskah diterima: 17 November 2021, direvisi: 30 Januari 2022, disetujui: 3 Februari 2022

Abstract

Mastitis is an inflammation of the udder. Mastitis is mainly caused by pathogenic both bacterial and yeast.
The purpose of this review is to describe the ecology and epidemiology of mastitis prevalent in West Java and
to propose control options that may be suitable for the West Java situation. The review was conducted using
published papers about mastitis in West Java and government documentation. We have determined that the
major classification mastitis in West Java are clinical mastitis and subclinical mastitis. We also determined
that the major pathogens agent of mastitis both clinical and subclinical mastitis are bacteriology and mycology
agent. Education of farmers is an important part of any control program. The ecology and epidemiology of
mastitis in West Java are still largely not understood. Future studies should be aimed at the evaluation of the
proposed methods of disease control, an understanding of the impact of mastitis infection on dairy production
in West Java and the role of the movement of dairy cattle products into and among regions in West Java.

Keywords: control; epidemiology; etiologi; Indonesia; mastitis; West Java

Abstrak

Mastitis merupakan radang ambing. Mastitis utamanya disebabkan oleh mikroorganisme patogen baik
bakteri maupun khamir. Tujuan dari review ini adalah untuk menggambarkan ekologi dan epidemiologi mastitis
yang lazim di Jawa Barat dan untuk mengusulkan opsi kontrol yang mungkin cocok untuk kondisi wilayah Jawa
Barat. Artikel review ini disusun berdasarkan hasil penelitian serta data dari pemerintah. Klasifikasi mastitis
utama di Jawa Barat adalah mastitis klinis dan mastitis subklinis. Agen patogen utama penyebab mastitis baik
mastitis klinis dan subklinis adalah bakteriologi dan agen mikologi. Tingkat pengetahuan peternak merupakan
bagian penting dari program pengendalian. Ekologi dan epidemiologi mastitis di Jawa Barat masih belum
dapat ditentukan secara pasti. Penelitian lebih lanjut ditujukan pada evaluasi metode yang diusulkan untuk
pengendalian penyakit serta pemahaman tentang dampak infeksi mastitis pada produksi susu di Jawa Barat.

Kata kunci: epidemiologi; etiologi; Indonesia; Jawa Barat; kontrol; mastitis

52
Mastitis di Jawa Barat, Indonesia: Etiologi dan Opsi Pencegahan....

Pendahuluan Jumlah produksi susu nasional pada tahun


Peternakan merupakan salah satu 2019 mencapai angka 944.537 ton. Pulau Jawa
komoditas yang mendukung perekonomian pada tahun 2019 menghasilkan produk susu se-
masyarakat Indonesia. Susu merupakan salah gar sebesar 922.556 ton atau 97.67% dari total
satu produk hasil peternakan yang merupakan produksi susu nasional di Indonesia. Provinsi
salah satu sumber protein hewani. Data Badan Jawa Barat ikut berkontribusi sebesar 31.79%
Pusat Statistik mencatat bahwa jumlah populasi atau sebesar 300.337 ton (BPS., 2021) (Gambar
sapi perah di Indonesia mencapai angka 565.001 2.)
ekor pada tahun 2019. Pulau Jawa pada tahun Jumlah produksi susu di wilayah Provinsi
2019 mencapai angka 550.221 ekor atau sebesar Jawa Barat tersebar dalam 27 wilayah
97.38% dari total populasi sapi perah yang ada kabupaten dan kota. Data Badan Pusat Statistik
di Indonesia. Provinsi Jawa Barat berkontribusi tahun 2019 mencatat produksi susu sapi sebesar
21,68% atau sebesar 122.505 dari total 300.337 ton, angka tersebut tersebar di 27
keseluruhan populasi sapi perah di Indonesia wilayah kabupaten dan kota di Jawa Barat.
(BPS., 2021) (Gambar 1.). Lima wilayah di Provinsi Jawa Barat yang

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah tahun 2019 di Wilayah Jawa (BPS, 2021)

Gambar 2. Grafik Total Produksi Susu Segar tahun 2019 di Wilayah Jawa (BPS, 2021)

53
Sarasati Windria, et. al.

Gambar 3. Pola Distribusi Produksi Susu di Wilayah Jawa Barat tahun 2019 (BPS, 2021)

menghasilkan susu terbesar adalah Kabupaten fisik (non mikroorganisme patogen) yang
Bandung Barat 97.551 ton (32,48%), kabupaten dapat mempengaruhi munculnya kasus mastitis
Bandung 79.192 ton (26,37%), kabupaten Garut adalah bentuk anatomi ambing, periode laktasi,
300.337 ton (11.74%), kabupaten Bogor 21.182 manajemen pemeliharaan kandang yang kurang
ton (7,05%) dan kabupaten Kuningan 18. 934 bagus, serta adanya kecelakaan fisik yang
(6,30%) (BPS., 2021) (Gambar 3.) mengakibatkan luka pada ambing (Susanty et
al., 2017; Susanty et al., 2018). Mikroorganisme
Etiologi penyebab mastitis patogen akan menjadi faktor infeksi sekunder
Mastitis atau radang ambing berdasarkan jika terdapat luka pada ambing. Panjang ambing
gejala klinis dibedakan menjadi 2 yaitu mastitis mempengaruhi timbulnya mastitis, hal tersebut
klinis dan subklinis. Perbedaan mastitis klinis semakin panjang ambing bahkan hampir
dan subklinis berdasarkan gejala klinisnya, menyentuh permukaan kandang akan memicu
mastitis subklinis terjadi tanpa disertai adanya masuknya mikroorganisme patogen. Selain itu,
kemunculan gejala klinis seperti bengkak, sapi yang memasuki puncak laktasi akan rentan
kemerahan, bahkan mengaluarkan nanah pada mengalami mastitis, hal tersebut dikarenakan
ambing. Angka kejadian mastitis subklinis produksi susu yang tinggi mengakibatkan
cenderung lebih banyak dibanding mastitis otot spinchter putting mengalami penurunan
klinis yaitu sebesar 80% Dampak kerugian elastisitas. Penurunan elastitisitas otot spinchter
mastitis subklinis diantaranya penurunan kua­ ke bentuk awal akan menjadi portal of entry
litas, kuantitas susu, meningkatkan angka penge­ microorganism. Tingginya kasus mastitis terjadi
luaran untuk pengobatan bahkan peningkatan pada ambing dengan panjang rata-rata 7.5
angka kematian pedet usia dini (Anggraeni, H. cm dan memasuki periode laktasi ketiga dan
E., & Nurfuadi, S. Z, 2021; Artdita et al., 2021; keempat (Pisestyani et al., 2016)
Soerahman et al., 2016) Mikroorganisme patogen yang menjadi
Mastitis dapat disebabkan oleh faktor mi­ penyebab mastitis adalah kelompok bakteri,
kroorganisme patogen atau faktor fisik. Faktor jamur dan virus. Data penelitian bakteri patogen

54
Mastitis di Jawa Barat, Indonesia: Etiologi dan Opsi Pencegahan....

yang paling sering menjadi penyebab mastitis ditemukan dibanding Candida spp (26 isolat)
di wilayah Jawa Barat diantaranya E coli, sebagai penyebab mastitis mikotik. Keberadaan
Streptococcus agalactiae dan Staphylococcus cemaran khamir ini berhubungan dengan
aureus. Penelitian yang dilakukan oleh kebersihan kandang dan sapi perah.
Herlina et al., 2015 di wilayah Tasikmalaya Mastitis yang disebabkan agen infeksius
menunjukkan bahwa enam isolat dari sepuluh tidak hanya oleh agen bakterial dan mikal
sampel susu sapi mastitis subklinis merupakan namun juga viral. Virus diindikasikan seba­
Staphylococcus aureus. Hardiati A., 2015 gai agen penyebab mastitis meskipun bebe­
melakukan penelitian di Koperasi Peternak Sapi rapa penelitian masih belum menda­ patkan
Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat mencatat bukti mekanisme yang secara spesifik. Virus
bahwa Streptococcus sp. tergolong bakteri dikaitkan sebagai agen penyebab mastitis karena
Gram positif penyebab mastitis subklinis dan ditemukannya agen virus pada susu dari hewan
berbahaya bagi kesehatan masyarakat veteriner. yang menderita mastitis baik klinis maupun
Penelitian yang telah dilakukan di delapan subklinis. Penelitian menyebutkan bahwa virus
kabupaten di Jawa Barat pada bulan maret hingga sebagai agen penyebab mastitis diantaranya
april 2016 berhasil teridentifikasi Escherichia Bovine Herpesvirus (BHV-1), Bovine vaccinia
coli sebagai agent patogen penyebab mastitis virus (BVV), Bovine Herpesvirus (BHV-
klinis pada periode laktasi (Sudarwanto et al., 4), Bovine Parainfluenza 3 (BPIV-3) virus,
2017). Penelitian yang dilakukan oleh Sugiri, Y. Bovine vesicular stomatitis virus (BVSV), foot-
D., & Anri, A. (2010) juga menunjukkan hasil and-mouth disease (FMD) virus, cattle Pox
yang serupa yaitu prevalensi bakteri pathogen Virus, Bovine Viral Diarrhea Virus (BVDV),
penyebab mastitis subklinis pada pada Peternak Pseudocowpox virus, Coryza Gangrenosa
Skala Kecil dan Menengah di Beberapa Sentra Bovum (CGB), Bovine immunodeficiency
Peternakan Sapi Perah di Pulau Jawa termasuk virus (BIV), Bovine Enterovirus (BEV), Bovine
Jawa Barat didominasi oleh Staphylococcus leukemia virus (BLV), Bovine herpesvirus type
aureus dan Streptococcus agalactiae. Adapun 2 (BHV - 2), Cowpox virus, Rinderpest virus
bakteri pathogen lain yang teridentifikasi pa­da (RPV), Bovine Papillomaviruses (BPV-2), Ke­
sampel susu mastitis subklinis di Jawa Barat jadian mastitis yang disebabkan oleh virus
diantaranya genus Corynebacterium, Soliba­ erat kaitannya dengan faktor stress, kondisi
cillus, Romboutsia, Micrococcus, Acinetobacter, lingkungan serta immunodefisiensi. Kondisi
Aerosphaera, Ignavigranum, Listeria, Entero­ stress akan menurunkan sistim imunitas se­
bacter, Peseudomnas dan Lysinibacillus (Kusu­ hingga ternak akan mudah terinfeksi virus
mawati et al., 2021; Mustopa et al., 2018). (Campo, 2002; Celik & Kale, 2020; Cuesta
Mastitis yang disebabkan oleh mikroor­ et al., 2019; Kalman et al., 2004; Sandev et
ganime Mikal utamanya oleh golongan kha­ al.,2004; Watanabe et al., 2019; Wellenberg et
mir namun kasus mastitis mikotik di Indonesia al., 2000; Yang et al., 2016).
pelaporannya relatif sangat jarang. Umumnya
mastitis mikotik ini bersifat kronis sehingga Upaya pencegahan mastitis
menimbulkan kerugian yang besar. Penelitian Upaya pencegahan mastitis erat kaitannya
yang dilakukan oleh Ahmad dan Djaenudin dengan peran peternak. Tingkat pengetahuan
Glolib, (2016) dari Dari 184 sampel positif peternak mengenai aspek – aspek pencegahan
mastitis hasil uji CMT diperoleh 71 sampel mastitis dan metode deteksi dini bermanfaat
mastitis mikotik, terdiri atas 13 kapang dan 84 menurunkan angka kerugian yang ditimbukan.
khamir isolat temuan. Berturut turut daerah Berdasarkan hasil survei tahun 2016 peternak
yang paling banyak ditemukan mastitis mikotik pada dasarnya mengetahui aspek – aspek
adalah Bogor (50%); Bandung (38%); dan mngenai kasus mastitis baik dari gejala klinis
Jakarta (27%). Jumlah kapang temuan yang maupun upaya pencegahannya, namun penge­
diperoleh lebih sedikit dibanding khamir tahuan tersebut tidak diimbangi dengan sikap
dari sampel positif mastitis mikotik. Khamir atau tindakan nyata. Upaya pencegahan dapat
Trichosporon spp (34 isolat) lebih banyak dilakukan melalui perbaikan tata laksana,

55
Sarasati Windria, et. al.

lingkungan yang bersih, tata cara pemerahan Lysigin® adalah jenis yang banyak digunakan
yang tepat dan penanganan sapi kering kandang di dunia untuk melindungi sapi dari mastitis
(Soerahman et al. 2016; Windria S., 2018). yang disebabkan oleh S. aureus. Vaksin ini
Upaya pemerintah dalam menangani dan terbuat dari S. aureus yang sudah dimatikan
pencegahan terhadap kasus mastitis di Wi­ atau lisat sel S. aureus. Kandungan vaksin ini
layah Jawa Barat sudah dimulai pada tahun bekerja dengan menginduksi antibodi yang
2006. Pemerintah berupaya menurunkan angka akan memungkinkan terjadinya opsonisasi yang
kerugian akibat mastitis melalui program – dimediasi antibodi dan pemusnahan patogen
program yang ada di koperasi diantaranya melalui fagositosis. Studi terbaru mengenai
screening test dan control mastitis dilakukan efikasi STARTVAC® menunjukkan bahwa
per cooling unit, sehingga treatment dapat vaksin ini dapat merangsang respon imun tipe
dilakukan bagi sapi yang terdeteksi. Susu dari Th2 yang akan menginduksi produksi antibodi
ternak-ternak yang sedang dalam pengobatan IgG1 spesifik terhadap S. aureus pada serum
mastitis dibuang ke prosesing limbah untuk dan susu sapi (Piepers et al., 2017). Antibodi
menghindari cemaran antibiotik. Upaya-upaya yang diinduksi oleh vaksin kemungkinan dapat
tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan menghambat perlekatan S. aureus ke alveol
kualitas susu, terutama untuk menurunnya ambing melalui pengikatan protein adhesin di
jumlah kuman sehingga harga jual susu di permukaal sel S. aureus (Prenafeta et al., 2010;
tingkat peternak dapat meningkat (Martindah, Furukawa et al., 2018).
E., & Saptati, R. A., 2014).
Deteksi mastitis secara dini juga dapat Kesimpulan
mendukung keberhasilan pencegahan dan peng­ Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah
obatan kasus mastitis. Prinsip utama dalam terbesar kedua jumlah penghasil susu segar.
pencegahan dan kontrol mastitis antara lain: Mastitis subklinis di Wilayah Jawa Barat
praktik peternakan dan sanitasi yang baik, cukup tinggi dengan agen bacterial sebegai
menjaga higienitas sapi dan pemerah susu, penyeab utama. Upaya pencegahan pada tingkat
pengobatan mastitis selama periode kering peternak maupun koperasi harus diterapkan
kandang atau non laktasi, dan pemusnahan guna menurunkan angka kejadian mastitis
ternak yang terinfeksi kronis (Nurhayati & diantaranya penyuluahan tentang tata laksana
Martindah, 2015; Sarba & Tola, 2017; Firth et proses pemerahan secara benar, meningkatkan
al., 2019). hygiene dan sanitasi serta screening kontrol
Celup puting atau teat dipping dengan mastitis subklinis secara berkala.
antiseptic secara rutin sebelum dan sesudah
pemerahan dinilai memiliki efek positif dalam Ucapan Terima Kasih
mengurangi infeksi bakteri gram positif maupun Ucapan terimakasih penulis sampaikan
negative. Bahan pencelupan putting selain ke­
pada Direktorat Riset, Pengabdian Kepada
dengan antiseptic juga dapat menggunakan Masyarakat, dan Inovasi (DRPMI) Universitas
bahan herbal misalnya dengan daun sirih. Daun Padjadjaran yang telah mendanai penulisan ini
sirih dapat mengurangi resiko infeksi bakteri sehingga bisa berjalan dengan baik.
karena mengandung saponin, flavon, tannin,
flavonoid, serta pirogalol (Zalizar, 2009). Bahan Dafar Pustaka
herbal lain yang diketahui dapat dimanfaatkan
Ahmad, R. Z., & Gholib, D. (2016). Mastitis
sebagai antiseptic celup puting diantaranya
Mikotik Akibat Terinfeksi Candida spp
ekstrak bawang putih, ekstrak buah mengkudu
dan Trichosporon spp pada Peternakan
dan daun kersen (Giantara et al., 2019;
Sapi Perah di Bogor, Bandun g, dan Jakarta
Kurniawan et al., 2014; Purwantiningsih et al.,
(mycotic mastitis caused by candida spp
2017; Purwantiningsih et al., 2019).
and trichosporon spp on dairy farm in
Vaksinasi juga dapat menjadi salah satu
Bogor, Bandung, and Jakarta). Jurnal
strategi pencegahan mastitis (Peton & Le
Veteriner, 17(1), 119-125.
Loir, 2014). Vaksin seperti STARTVAC® dan

56
Mastitis di Jawa Barat, Indonesia: Etiologi dan Opsi Pencegahan....

Anggraeni, H. E., & Nurfuadi, S. Z. (2021). Firth, C.L., Laubichler, C., Schleicher, C., Fuchs,
Subclinical Mastitis Prevalence on Small K., Käsbohrer, A., EggerDanner, C., &
Scale Dairy Farming in Bogor. Journal Obritzhauser, W. (2019). Relationship
of Applied Veterinary Science And between the probability of veterinary-
Technology, 2(1), 1-4. diagnosed bovine mastitis occurring and
Artdita, C. A. Identifikasi Molekuler Bakteri farm management risk factors on small
Staphylococcus sp. dan Staphylococcus dairy farms in Austria. J. Dairy Sci.,
aureus Penyebab Mastitis Subklinis pada 102(5), 4452–4463.
Ternak Kambing Perah. Jurnal Sain Furukawa, M., Yoneyama, H., Hata, E.,
Veteriner, 39(2), 151-160. Iwano, H., Higuchi, H., Ando, T., Sato,
Badan Pusat Statistik (2021). Provinsi Jawa M., Hayashi, T., Kiku, Y., Nagasawa,
Barat Dalam Angka 2021. Badan Pusat Y., Niimi, K., Usami, K., Ito, K.,
Statistik, Jakarta (https://jabar. bps. go. Watanabe, K., Nochi, T., & Aso,
id/ publication/2021/02/26/4d3f7ec6c H. (2018). Identification of a novel
519dda0b 9785d45/provinsi-jawa-barat- mechanism of action of bovine IgG
dalam-angka-2021.html) antibodies specific for Staphylococcus
Badan Pusat Statistik (2021). Provinsi Jawa aureus. Vet. Res., 49(1), 22.
Tengah Dalam Angka 2021. Badan Pusat Giantara, E., Akhdiat, T., Permana, H., &
Statistik, Jakarta (https://jateng.bps. Widjaja, N. (2019). Penggunaan Dekok
go.id/publication/ 2021/02/26/ c5709cd Daun Kersen (Muntingia calabura L.)
0419788a 55827d58f/ provinsi-jawa- sebagai Teat Dipping Terhadap Persentase
tengah-dalam-angka-2021.html) Penurunan California Mastitis Test
Badan Pusat Statistik (2021). Provinsi Jawa dan Total Plate Count Air Susu. Sains
Timur Dalam Angka 2021. Badan Pusat Peternakan, 17(2), 1-4.
Statistik, Jakarta (https://jatim.bps.go.id/ Hardiati, a. (2015). Uji Sensitivitas Streptococcus
publication/2021/02/26/78c43a 895e Sp. Isolat Susu Sapi Perah Koperasi
7f8ea378ffafc4/provinsi-jawa-timur- Peternak Sapi Bandung Utara Terhadap
dalam-angka-2021.html) Antibiotik (Doctoral dissertation,
Campo, M. S. (2002). Animal models of Universitas Gadjah Mada).
papillomavirus pathogenesis. Virus Herlina, N., Afiati, F., Cahyo, A. D., Herdiyani,
research, 89(2), 249-261. P. D., Qurotunnada, Q., & Tappa, B.
Celik, B., & Kale, M. (2020). Serodetection (2015). Isolation and identification of
Bovine Herpesvirus Types 1, 4 and Bovine Staphylococcus aureus from subclinical
Parainfluenza Virus Type 3 Infections infection dairy cattle in Tasikmalaya,
in Milk of Cows with Clinical Mastitis West Java. In Prosiding Seminar Nasional
Based in Dairy Cattle Management in Masyarakat Biodiversitas Indonesia (Vol.
Turkey.  Annual Research & Review in 1, No. 3, pp. 413-417).
Biology, 30-38. Kalman, D., Jánosi, S., & Egyed, L. (2004). Role
Cuesta, L. M., Farias, M. V. N., Lendez, P. of bovine herpesvirus 4 in bacterial bovine
A., Rowland, R. R., Sheahan, M. A., mastitis.  Microbial pathogenesis,  37(3),
Valenzuela, F. A. C., ... & Ceriani, M. C. 125-129.
(2019). Effect of bovine leukemia virus on Kurniawan, I., Sarwiyono, S., & Surjowardojo,
bovine mammary epithelial cells. Virus P. (2014). Pengaruh teat dipping
research, 271, 197678. menggunakan dekok daun kersen
Dayarti, M. (2016). Evaluasi Penerapan Good (Muntingia calabura L.) terhadap tingkat
Milking Practice Terhadap Timbulnya kejadian mastitis. Jurnal Ilmu-Ilmu
Mastitis Subklinis Di Kabupaten Bandung Peternakan (Indonesian Journal of
Barat Dan Kuningan. Animal Science), 23(3), 27-31.

57
Sarasati Windria, et. al.

Kusumawati, A., Mustopa, A. Z., Wibawan, aureus biofilm-embedded bacterin


I. W. T., Setiyono, A., & Sudarwanto, in dairy cows: possible role of the
M. B. (2021). Metagenomic analysis of exopolysaccharide specific antibody
pathogen mastitis in cow’s milk from production in the protection from
Cicurug, Sukabumi, West Java, Indonesia. Staphylococcus aureus induced
In  IOP Conference Series: Earth and mastitis. Vet. Immunol. Immunopathol.,
Environmental Science (Vol. 762, No. 1, 134(3-4), 208–217.
p. 012064). IOP Publishing. Purwantiningsih, T. I., Rusae, A., & Freitas, Z.
Martindah, E., & Saptati, R. A. (2014). Peran (2019). Uji In Vitro Antibakteri Ekstrak
dan upaya koperasi peternak sapi perah Bawang Putih sebagai Bahan Alami untuk
dalam meningkatkan kualitas susu di Celup Puting. Sains Peternakan: Jurnal
Jawa Barat. JITV, 19(2). Penelitian Ilmu Peternakan, 17(1), 1-4.
Mustopa, A. Z., Puspitasari, I. F., Fatimah, F., Purwantiningsih, T. I., Suranindyah, Y. Y.,
Triratna, L., & Kartina, G. (2018). Genetic & Hadisaputro, W. (2017). Efektivitas
Diversity Of Mastitis Cow’s Milk Bacteria celup puting menggunakan ekstrak
Based On Rapd-Pcr. Biodiversitas buah mengkudu (Morinda Citrifolia)
Journal Of Biological Diversity,  19(5), terhadap Hasil uji california mastitis
1714-1721. test (CMT). Sains Peternakan: Jurnal
Nurhayati, I.S. & Martindah, E. (2015). Penelitian Ilmu Peternakan, 15(2), 66-69.
Pengendalian mastitis subklinis melalui Sandev, N., Koleva, M., Binev, R., & Ilieva,
pemberian antibiotik saat periode kering D. (2004). Influence of enzootic bovine
pada sapi perah. Wartazoa, 25(2), leukosis virus upon the incidence
65–74. of subclinical mastitis in cows at a
Peton, V., & Le Loir, Y. (2014). Staphylococcus different stage of infection.  Veterinarski
aureus in veterinary medicine. arhiv, 74(6), 411-416.
Infection, Genetics and Evolution, 21, Sarba, E.J., & Tola, G.K. (2017). Cross-
602–615. sectional study on bovine mastitis and its
Piepers, S., Prenafeta, A., Verbeke, J., associated risk factors in Ambo
De Visscher, A., March, R., & De district of West Shewa zone, Oromia,
Vliegher, S. (2017). Immune Ethiopia. Vet. World, 10(4), 398–402.
response after an experimental Soerahman, A. N. (2016). Hubungan antara
intramammary challenge with killed pengetahuan dan sikap dengan tindakan
Staphylococcus aureus in cows and peternak sapi perah dalam upaya
heifers vaccinated and not vaccinated pencegahan penyakit mastitis. Students
with Startvac, a polyvalent mastitis e-Journal, 5(4).
76 vaccine. J. Dairy Sci., 100(1), 769– Sudarwanto, M., Akineden, Ö., Odenthal, S.,
782. Gross, M., & Usleber, E. (2015). Extended-
Pisestyani, H., Lelana, R. A., & Septiani, Y. N. spectrum β-lactamase (ESBL)–producing
(2016). Teat length and lactation period Klebsiella pneumoniae in bulk tank milk
as a predisposition factor of subclinical from dairy farms in Indonesia. Foodborne
mastitis in dairy cattle in Bandung, pathogens and disease, 12(7), 585-590.
Indonesia.  Journal of Life Sciences,  10, Sudarwantoa, M. B., Akinedenb, Ö.,
1-6. Sukmawinatac, E., Pisestyanid, H.,
Prenafeta, A., March, R., Foix, A., Casals, Lukmane, D. W., & Latiff, H. (2017).
I., & Costa, L. (2010). Study of the CTX-M-15 and CTX-M-55 Producing
humoral immunological response after Escherichia coli in Milk from Dairy
vaccination with a Staphylococcus Farms in West Java, Indonesia.

58
Mastitis di Jawa Barat, Indonesia: Etiologi dan Opsi Pencegahan....

Sugiri, Y. D., & Anri, A. (2010). Prevalensi Watanabe, A., Murakami, H., Kakinuma, S.,
patogen penyebab mastitis subklinis Murao, K., Ohmae, K., Isobe, N., ... &
(Staphylococcus aureus dan Streptococcus Kawai, K. (2019). Association between
agalactiae) dan patogen penyebab bovine leukemia virus proviral load and
mastitis subklinis lainnya pada peternak severity of clinical mastitis. Journal of
skala kecil dan menengah di beberapa Veterinary Medical Science, 19-0285.
sentra peternakan sapi perah di Pulau Wellenberg, G. J., Van, W., Poel, T., Vorst, P.,
Jawa.  Balai Pengujian dan Penyidikan Valkengoed, Y. S., Wagenaar, F., & Van
Penyakit Hewan dan Kesmavet (BP3HK) Oirschot, J. T. (2000). bovine clinical
Cikole Lembang Kab. Bandung Barat, mastitis. The Veterinary Record, 147, 225.
Jawa Barat, Indonesia.
Windria, S. (2018). Penyuluhan Mastitis
Susanty, H., Purwanto, B. P., Sudarwanto, M., Subklinis Pada Sapi Perah Di Desa
& Atabany, A. (2017). Spatial model Mekar Bakti Kecamatan Pamulihan
of good dairy farming practices and Kabupaten Sumedang Jawa
subclinical mastitis prevalence in West Barat. Dharmakarya, 7(2), 138-140.
Java.  International Journal of Sciences:
Yang, Y., Fan, W., Mao, Y., Yang, Z., Lu, G.,
Basic and Applied Research, 35(2), 225-
Zhang, R. & Wang, C. (2016). Bovine
236.
leukemia virus infection in cattle of China:
Susanty, H., Purwanto, B. P., Sudarwanto, M., association with reduced milk production
& Atabany, A. (2018). Agroclimatic and increased somatic cell score. Journal
effects on milk production and sub- of Dairy Science, 99(5), 3688-3697.
clinical mastitis prevalence in dairy
Zalizar, L. (2009). Formulasi Salep
cattle. Journal of the Indonesian Tropical
Herbal (Piper betle L. dan
Animal Agriculture, 43(4), 373-382.
Phyllanthus Niruri) Untuk
Sutarti, E., Budiharta, S., & Sumiarto, B. Pencegahan Mastitis Pada Sapi Perah,
(2003). Prevalensi dan faktor-faktor Laporan penelitian, Fakultas
penyebab mastitis pada sapi perah rakyat Pertanian dan Peternakan, Universitas
di kabupaten Semarang propinsi Jawa Muhammadiyah Malang.
Tengah. J Sain Vet, 21, 43-49.

59

You might also like