Professional Documents
Culture Documents
TB Resti
TB Resti
TB Resti
BUILDING INSPECTION
Oleh :
Resti Khumairah
19323042
Dosen Pengampu :
Rusnardi Rahmat Putra, S.T., M.T., Ph.D.Eng.
Cover ··························································································
Daftar Isi ························································································
Ringkasan························································································
BAB I PENDAHULUAN·····································································
BAB II DASAR TEORI·······································································
A. First Screening Level··································································
B. Evaluasi Kapasitas Struktur··························································
C. Lendutan Izin···········································································
D. Kontrol Simpangan Antar Lantai····················································
BAB III METODE ANALISIS·······························································
BAB IV ANALISIS DATA···································································
A. First Screening Level··································································
B. Evaluasi Kapasitas Struktur··························································
C. Lendutan Izin···········································································
D. Kontrol Simpangan Antar Lantai····················································
BAB V KESIMPULAN·······································································
Daftar Pustaka···················································································
Lampiran ························································································
Ringkasan
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang paling tinggi aktifitas seismic-nya
dan merupakan teraktif di dunia. Indonesia sebagai salah satu dari beberapa negara
yang terletak di kawasan Zona Seismic Asia Tenggara. Dikelilingi oleh lempeng
Indo-Australia dan Pelat Laut Filipina yang meretas di bawah lempeng Eurasia,
dengan lima pulau besar dan beberapa semenanjung, Indonesia telah mengalami
ribuan gempa bumi dan ratusan tsunami pada rentang empat ratus tahun terakhir.
Sumatera dan Jawa adalah dua pulau yang paling rentan dampak tsunami ISSN 0853-
2982 karena terletak langsung di depan Lempeng Indo-Australia. Hingga tahun 2014
oleh IRBI, Sumatera Barat tercata sebagai salah satu provinsi dengan tingkat bencana
paling tinggi dengan indeks 203 diseluruh wilayah di Sumatera (Agus, 2016)
Setiap daerah memiliki bahaya atau resiko bencana yang berbeda-beda sesuai
dengan keadaan topografinya. Indonesia terletak diantara 2 samudra yang besar,
berada pada pertemuan tiga lempeng bumi yang aktif yaitu lempeng australia,
lempeng eurasia dan lempeng pasifik serta berada di jajaran pergunungan berapi
(Ring of Fire) yang membuat indonesia menjadi negara yang rawan akan bencana
alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan
dan puting beliung. Bencana merupakan proses alam dan/atau bukan alam (perbuatan
manusia) yang menimbulkan kerusakan, jatuhnya korban jiwa, terjadinya kerugian
material, terjadinya kerusakan infrastruktur fisik serta terganggunya kegiatan normal
masyarakat.
Pertemuan antara lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Indo australia
membentuk zona penunjaman di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera yang
terbentuk sekitar 65 juta tahun lalu dan masih aktif hingga saat ini sehingga wilayah
Sumatera Barat sangat rawan terjadinya bencana gempa bumi. Gempa bumi adalah
peristiwa berguncangnya bumi yang disebabkan oleh banyak hal diantaranya karena
adanya tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif akibat aktivitas gunung api, atau
terjadinya runtuhan batuan.
Gempa bumi berpotensi untuk menyebabkan banyak kerugian baik secara
fisik seperti rusaknya bangunan maupun moril manusia yang terdampak akibat
bencana gempa bumi. Dampak dari bencana gempa bumi antara lain hancurnya
bangunan-bangunan karena goncangan tanah, jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi
karena tertimpa reruntuhan bangunan, dapat mendatangkan bencana yang lain seperti
tanah longsor, kebakaran dan jika sumber gempa bumi berada didasar lautan maka
dapat menyebabkan terjadinya bencana tsunami.
Dampak yang ditimbulkan gempa bumi kepada bangunan gedung yang
digunakan oleh masyarakat umum terbukti lebih serius daripada bangunan milik
pribadi, salah satu bangunan tersebut adalah bangunan sekolah. Indonesia sendiri
memiliki banyak bangunan sekolah yang tersebar dari ujung Sabang hingga Merauke
sehingga bangunan sekolah yang berdiri diderah potensi terjadi bencana gempa bumi
tentunya bangunan ini juga berpotensi terhantam atau rusak akibat bencana gempa
bumi.
Bencana gempa bumi tidak dapat diperkirakan kapan dan dimana akan
terjadinya, namun dalam meminimalisir dampak dari bencana gempa bumi salah satu
hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui data indeks seismik suatu
wilayah dan melakukan inspeksi bangunan untuk mengetahui kesiapsiagaan struktur
bangunan. Indeks seismik merupakan indeks yang menunjukkan tingkat kerentanan
lapisan permukaan tanah suatu wilayah terhadap deformasi tanah saat terjadi
gempabumi sedangkan kesiapsiagaan struktur bangunan sekolah perlu diperhatikan
karena bangunan atau struktur yang tidak kuat untuk menahan gempa akan berisiko
memperparah dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana gempa bumi.
Kesiapsiagaan struktur merupakan aspek yang sangat penting. Salah satu
bentuk dari aspek tersebut adalah gambaran bahwa kondisi komponen struktural
seperti balok dan kolom yang ada pada bangunan sekolah harus direncanakan dengan
baik dan sesuai standar bangunan sekolah yang tahan gempa bumi. Di Indonesia
sendiri, seluruh perencanaan bangunan tahan gempa saat ini diatur antara lain dalam
SNI 2847:2019 untuk perencanaan bangunan yang terbuat dari beton, SNI 1729:2015
untuk perencanaan bangunan yang terbuat dari baja, SNI 1726:2019 untuk standar
perencanaan bangunan tahan gempa, dan standar lain yang terkait.
Penerapan standar pada suatu bangunan perlu diperiksa ulang secara berkala
untuk memastikan bahwa setiap komponen struktural berada dalam kondisi yang baik
dan tetap memenuhi desain serta ketentuan eksisting atau yang sering disebut dengan
kegiatan inspeksi bangunan. Inspeksi bangunan dilakukan untuk memeriksa
karakteristik struktur bangunan yang diperlukan untuk menghitung indeks seismik
striktur (Is). Metode yang tepat untuk inspeksi bangunan harus dipilih sesuai dengan
lokasi bangunan, pengumpulan gambar desain dan pengujian material.
BAB II
DASAR TEORI
A. First Screening Level
First screening level merupakan inspeksi tingkat pertama pada bangunan.
Inspeksi tingkat pertama harus dilakukan terhadap item investigasi yang
diperlukan untuk perhitungan indeks seismik struktur. Adapun item investigasi
yang dibutuhkan yaitu kekuatan material dan dimensi penampang untuk
perhitungan kekuatan elemen struktural, keretakan pada beton dan deformasi
strutur untuk evaluasi indeks waktu, konfigurasi bangunan untuk evaluasi indeks
ketidakteraturan.
1. Indeks Seismik Struktur (Is)
Indeks seismik struktur merupakan indeks yang menunjukkan tingkat
kerentanan lapisan permukaan tanah suatu wilayah terhadap deformasi tanah
pada struktur bangunan saat terjadi gempa bumi. Indeks seismik struktur
dihitung untuk setiap tingkat dan untuk setiap arah utama pada bangunan.
Untuk mendapatkan nilai indeks seismik struktur (Is) digunakan persamaan
sebagai berikut :
Is = Eο . SD . T (1)
Dimana : Eο = Indeks seismik dasar struktur.
SD = Indeks ketidakteraturan.
T = Indeks waktu.
2. Indeks Seismik Dasar Struktur (Eο)
Indeks seismik dasar struktur (Eο) digunakan untuk mengevaluasi
kinerja struktur bangunan dalam menerima gaya gempa dan harus dihitung
untuk setiap lantai dan setiap arah berdasarkan kekuatan ultimate, mode
kegagalan dan daktilitas bangunan. Nilai Eο yang didapat untuk setiap lantai
pada suatu bangunan akan digunakan untuk mendapatkan nilai indeks
kekuatan (C) dan nilai indeks daktilitas (F) bangunan. Selain itu juga
digunakan faktor modifikasi geser lantai yang dinyatakan dengan persamaan
(2) berikut :
n+1
(2)
n+ i
Dimana : n = Jumlah lantai pada bangunan.
i = Lantai yang ditinjau.
Setiap elemen struktur vertikal harus diklasifikasikan terlebih dahulu
berdasarkan nilai perbandingan antara tinggi bersih kolom (hο) dengan
diameter kolom (D). Adapun klasifikasi elemen struktur vertikal dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 1. Klasifikasi elemen vertikal
βc =
√ Fc
20
Fc ˃ 20
Dimana :
Τw1 = Tegangan geser rata-rata pada keadaan ultimate dinding dengan dua
batas kolom, dapat diambil nilainya sebesar 3 N/mm2.
Τw2 = Tegangan geser rata-rata pada keadaan ultimate dinding dengan satu
kolom, dapat diambil nilainya sebesar 2 N/mm2.
Τw3 = Tegangan geser rata-rata pada keadaan ultimate dinding tanpa kolom,
dapat diambil nilainya sebesar 1 N/mm2.
Τc = Tegangan geser rata-rata pada keadaan ultimate kolom, dapat diambil
nilainya sebesar 1 N/mm2 jika ho/D lebih besar dari 6 atau 0,7 N/mm2.
Τsc = Tegangan geser rata-rata pada keadaan ultimate kolom pendek, dapat
diambil nilainya sebesar 1,5 N/mm2.
Aw1 = Total luas penampang dinding dengan dua kolom pembatas pada lantai
pada arah yang ditinjau (mm2).
Aw2 = Total luas penampang dinding dengan satu kolom pembatas pada lantai
pada arah yang ditinjau (mm2).
Aw3 = Total luas penampang dinding tanpa kolom pada lantai untuk tingkat
yang ditinjau (mm2).
Ac = Total luas penampang kolom pada lantai yang ditinjau (mm2).
Asc = Total luas penampang kolom pendek pada lantai yang ditinjau (mm2).
Af = Total luas lantai daerah yang ditinjau (mm2).
w = Total berat struktur
Fc = Kuat tekan beton (N/mm)
4. Indeks Daktilitas (F)
Indeks daktilitas elemen struktur vertikal harus dievaluasi dengan
mempertimbangkan tingkat inspeksi bangunan, mode kegagalan, dan
kapasitas deformasi struktur. Nilai standar indeks daktilitas harus
didefinisikan sebagai indeks daktilitas dinding geser dimana keruntuhan geser
mendahului mode kerutuhan lainnya. Besar nilai indeks daktilitas untuk
inspeksi bangunan tingkat pertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Indeks daktilitas inspeksi bangunan tingkat pertama
c. Beban Gempa
Beban gempa adalah beban dalam arah horizontal yang bekerja pada
suatu struktur akibat dari pergerakan tanah yang disebabkan karena
adanya gempa bumi (gempa tektonik atau vulkanik) yang mempengaruhi
struktur tersebut. Beban gempa dihitung dengan metode statik ekivalen.
Peraturan perencanaan beban gempa pada gedung-gedung di indonesia
yang berlaku saat ini diatur dalam SNI 1726:2019. Pada peraturan ini
dijelaskan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perhitungan
untuk analisis beban gempa sebagai berikut:
1) Geografis
Perencanaan beban gempa pada sebuah gedung tergantung dari
lokasi gedung tersebut dibangun. Hal ini disebabkan karena wilayah
yang berbeda memilki percepatan batuan dasar yang berbeda pula.
2) Faktor Keutamaan Gempa
Faktor ini ditentukan berdasarkan tabel jenis pemanfaatan
gedung berikut :
Tabel 5. Jenis pemanfaatan gedung
Dari tabel jenis pemanfaatan gedung didapat kategori resiko gedung
yang nantinya digunakan untuk mendapatkan nilai faktor keutamaan
gedung. Nilai faktor keutamaan gedung dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Faktor Keutamaan Gempa
Keterangan:
CVX = Faktor distribusi vertikal
V = Gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
W = Berat seismik efektif total struktur
k = Eksponen yang terkait dengan perioda struktur
k = 1, untuk struktur yang mempunyai periode 0,5 detik atau kurang
k = 2, untuk struktur yang mempunyai periode 2,5 detik atau lebih
k harus diinterpolasi linear apabila mempunyai periode diantar 0,5 dan
2,5 detik.
2. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan merupakan kombinasi beban-beban yang
dikalikan dengan suatu faktor beban dan bekerja pada waktu yang bersamaan.
Kombinasi pembebanan pada gedung merupakan kombinasi antara beban
mati, beban hidup dan beban gempa yang bekerja dalam satu waktu.
Rencana bangunan :
Panjang Bangunan : 14 m
Lebar Bangunan : 10 m
1. Baja Tulangan
a. Mutu Baja
Jadi Mutu Baja yang akan saya gunakan pada perencanaan bangunan ruko ini
yaitu baja BJ 34 dengan spesifikasi :
Fy : 210 MPa
Fu : 340 Mpa
= 200.000 Mpa
2. Beton
Beton
• Fc = 25 Mpa
Tulangan
• Fy = 210 Mpa
• Fu = 240 Mpa
• E = 200.000 Mpa
B. Preliminary Design
1. Balok
Sesuai dengan bangunan yang ada, dimensi baloknya adalah 350 x 250 mm
2. Kolom
b > (1/10) x Tinggi kolom
= (1/10) x 400 cm = 40 cm
=> Digunakan dimensi kolom 40 x 40 cm
Pada bangunan Sekolah tersebut, tidak memiliki kolom tengah, maka untuk dimensi
kolom pada bangunan ruko tersebut adalah 400 x 400 mm
3. Pelat
4. Identifikasi Pembebanan
1. Beban mati
Suatu beban yang konsisten dan berada pada posisi yang sama setiap
saat. Berat suatu beban mati (DL) terdiri dari berat beban itu
sendiri/berat suatu struktur itu sendiri.
Lantai 1
Total = 79.500 kg
Lantai 2
Total = 77.656 kg
Lantai 3
Total = 60.396 kg
SIDL adalah suatu beban mati tambahan yaitu beban yang ditopang
oleh struktur
3. Beban Hidup
4. Kombinasi Pembebanan
1) 1,4 D
2) 1,2 D + 1,6 L
Struktur : SRPMK
PGA = 0.554696 g
PGAm = 0.635296 g
CRs = 0.000000
CR1 = 0.000000
Ss = 1.402857 g
S1 = 0.600000 g
TL = 20.000000 detik
Fa = 0.838857
Fv = 2.000000
Sms = 1.176797 g
Sm1 = 1.200000 g
Sds = 0.784531 g
Sd1 = 0.800000 g
T0 = 0.203943 detik
Ts = 1.01 9717 detik
Karena nilai Sds = 0.784531 ≥ 0,50 dan Sd1 = 0.800000 ≥ 0,20 , Maka Kota Padang
Termasuk Kategori Desain = D
= 0,373 Detik
Tmax = Cu x Ta
= 1,4 x 0,373
= 0,5222 Detik
Ta = 0,1 N
= 0,1 X 3
= 0,3
SD 1 0,8
Cs max = R = 8 = 0,206
T ( ) 0,484( )
Ie 1
0,034 ≥ 0,01
SDs 0,784531
Cs = R = 8 = 0,098
( ) ( )
Ie 1
Lebar bangunan = 10 m
= 209.488 kg = 2094,88 kN
Maka V = Cs x W
= 0,206 x 2094,88
= 431,54528 kN
0,484−0,5 K −1
=
2,5−0,5 2−1
−0,016 K−1
=
2 1
2(K-1) = - 0,016
2K-2 = -0,016
2K = -0,016 + 2
2K = 1,984
K = 0,992
Gaya lateral gempa tiap lantai
Tiap Portal ( KN )
Lantai Hi Wi
hi k WI hi k Cvx Fix-y Fix=(Fix- Fiy=(Fix-
ke i (m) (KN)
y)/5 y)/5
∑ 2094.88 14,643.225 1
EQ arah X dan Y
Chasanah, Uswatun., dkk. 2013. “Analisis Tingkat Seismisitas dan Periode Ulang
Gempa Bumi di Sumatera Barat pada Periode 1961-2010”. Artikel Ilmiah.
Jurnal Inovasi Fisika Indonesia. Vol. 02. No. 02. 2013. Hal 0-5. (online).
(ejournal.unesa.ac.id, diunduh 27 Desember 2022).
Pala’biran, Oman Anri., dkk. 2019. “Perhitungan Lendutan Balok Taper Kantilever
Dengan Menggunakan Sap 2000”. Artikel Ilmiah. Jurnal Sipil Statik. Vol. 7.
No. 8. 2019. Hal 1039-1048. (online). (ejournal.unsrat.ac.id, diunduh 29
Desember 2022).
Irawan, Joshua., dkk. 2022. “Self-Assessment Tool Bagi Pihak Sekolah untuk
Mengukur Kesiapsiagaan Bencana Bangunan Sekolah Tahan Gempa Bumi”.
Artikel Ilmiah. Rekayasa Sipil. Vol. 11. No. 2. 2022. Hal 70-83. (online).
(researchgate.net, diunduh 27 Desember 2022).
Riyanto, Angghi. 2018. “Analisa Perhitungan Volume Besi dan Beton pada Struktur
Kolom Gedung Tower 1 Proyek Meisterstadt Batam”. Skripsi. (online).
(repository.uib.ac.id, diunduh 31 Desember 2022).
Almufid. 2016. “Kapasitas Momen dan Geser pada Struktur Balok di Bangunan
Tinggi Wilayah Rawan Gempa”. Artikel Ilmiah. (online). (jurnal.umt.ac.id,
diunduh 31 Desember 2022).