Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 10 Nomor 3 Desember 2022

Determinan Kepatuhan Siswa terhadap Protokol Kesehatan Selama


Pembelajaran Tatap Muka (PTM)

Amalia Ninggar *, Ayun Sriatmi*, Rani Tiyas Budiyanti*


*
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
*email: amalianinggar07@gmail.com

ABSTRACT didn’t affect was gender (p>0,005). The


Boyolali Sub-Regency had the highest school should empower school health
total Covid-19 cases that was reported by center role. It was done by involving the
Boyolali District Health Office on February students checking the application of health
2022. The limited face-to-face learning / protocols. The education office can make a
PTM in Boyolali Regency has been pocket book containing health protocol
implemented on January 2022 with rules during the limited face -to-face
requirement of strict health protocols. The learning which can be a guide for family.
purposes of the study is to determine the The dostrict health office should
affecting factors of students compliance in socialization to community that they can
the application of health protocols during also monitor health protocols during the
the limited face -to-face learning in limited face -to-face learning.
Boyolali Sub-Regency. Quantitative
research method with a cross-sectional Keywords: Compliance, Health Protocol,
approach. The total number of respondents Students, COVID-19
were 359 students in SD/ MI, SMP / MTs,
SMA / SMK and MA who determined by PENDAHULUAN
proportional sampling technique. Data Pada awal Maret 2020 Badan
were analyzed by frequency distribution Kesehatan Dunia mengumumkan bahwa
and simple liniear regression.The penyakit yang disebabkan oleh virus
corona menjadi pandemi global. Pasalnya
percentage of respondents with high
kasus positif Covid – 19 di luar negara
compliance is higher (53.5%) than China lebih besar di 114 negara dengan
respondents with low compliance jumlah korban yang meninggal yaitu 4,291
(46.5%).The affecting factors were age, jiwa1. Salah satu negara yang terkena virus
level of education,knowledge, ini adalah Indonesia .
infrastructure supervision of school and Perkembangan penyebaran Covid-19
community members, school support, di Indonesia per September 2021 sudah
menurun. Indikator laju penyebaran kasus
friends support, and family support which
pada tingkat nasional tanggal 30 September
has (p-value <0,005).The factors that 2021 yaitu 0,63 dimana lebih rendah

202
dibandingkan Singapura = 1,54; Inggris = diketahui terdapat 4 siswa yang
1.05; Filipina = 1,01. Disamping itu, kasus berkerumun di depan ruang kelas.
yang terkonfirmasi setiap satu juta warga Peneliti juga melakukan observasi
Indonesia juga menurun yaitu 6,52 kasus sarana dan prasarana protokol kesehatan di
per satu juta penduduk2.Penurunan beberapa sekolah yang berlokasi di
penyebaran kasus ini menjadi dasar Kecamatan Boyolali. Diketahui bahwa
pemerintah membuat kebijakan baru . terdapat sekolah yang sudah patuh dengan
Pemerintah memutuskan protokol kesehatan. Di sekolah tersebut
pembelajaran pada masa pandemi Corona sudah terdapat tanda jaga jarak, fasilitas
Virus Disease 2019 dapat dilakukan dengan cuci tangan dengan metode injak kaki,
pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas3. pegecekan suhu, handsanitizer, serta
Kebijakan pembelajaran tatap muka persediaan masker dari sekolah. Namun
terbatas (PTM) hanya diberlakukan pada ada sekolah yang belum mematuhi
daerah yang termasuk zona kuning dan kebijakan tersebut. Diketahui tidak ada
hijau Covid-19 serta wajib menerapkan fasilitas handsanitizer, tidak ada
protokol kesehatan yang ketat. pengecekan suhu ketika memasuki sekolah,
Kabupaten Boyolali adalah salah satu tidak ada persediaan masker, serta
kabupaten dengan perkembangan jumlah diketahui guru dan siswa selama
kasus Covid-19 yang menurun dimana pembelajaran tidak memakai masker.
wilayah ini ditetapkan menjadi zona kuning Kepatuhan protokol kesehatan
Covid-19 dengan indeks kesehatan merupakan salah satu perilaku. Perilaku
masyarakat yaitu 2,51 merupakan akibat dari interaksi manusia
Berdasarkan data dari Dinas dengan lingkungannya yang dapat terwujud
Kesehatan Kabupaten Boyolali Kecamatan dalam bentuk pengetahuan, sikap ataupun
Boyolali menjadi kecamatan yang memiliki tindakan4. Perilaku terbentuk karena
kasus Covid-19 paling tinggi yaitu 27 beberapa faktor. Salah satu teori yang
kasus. Pada tanggal 15 Februari 2022 menjelaskan mengenai perilaku adalah
dilaporkan bahwa terdapat 7 warga satuan Teori L.Green. Teori L.Green merupakan
pendidikan terkonfirmasi positif Covid-19 teori yang menjelaskan bahwa ada dua
di sekolah yang berlokasi di Kecamatan faktor yang memengaruhi perilaku yaitu
Boyolali. Melihat kondisi tersebut maka faktor perilaku dan faktor di luar perilaku.
dibutuhkan penerapan protokol kesehatan Menurut L.Green perubahan perilaku
yang ketat bagi siswa sekolah di Kecamatan dipengaruhi tiga faktor, yaitu faktor
Boyolali untuk mencegah penyebaran virus predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor
Covid-19. penguat.5
Peneliti juga melakukan pengamatan Kebijakan pembelajaran tatap muka
kepatuhan protokol kesehatan siswa di (PTM) di Kabupaten Boyolali sudah mulai
Kecamatan Boyolali. Dari pengamatan dilaksanakan Januari 2022. Kecamatan
tersebut didapatkan hasil bahwa setiap Boyolali menjadi wilayah dengan jumlah
memasuki lingkungan sekolah siswa kasus Covid-19 paling tinggi di Kabupaten
melakukan pengecekan suhu terlebih Boyolali serta dilaporkan 7 satuan
dahulu. Dari 10 siswa yang berangkat pendidikan terkofirmasi positif Covid-
sekolah diketahui 7 siswa menggunakan 19.Berdasarkan hal tersebut diperlukan
masker dari rumah, 3 siswa baru penelitian mengenai faktor-faktor yang
mengenakan masker ketika sampai di berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
gerbang sekolah, 6 siswa mencuci tangan protokol kesehatan bagi siswa sekolah
sebelum memasuki kelas dan 4 siswa tidak selama pembelajaran tatap muka (PTM) di
mencuci tangan sebelum masuk kelas. Kecamatan Boyolali.
Selain itu dalam pengamatan tersebut

203
METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian merupakan penelitian
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif Tabel 1 Karakteristik Responden dan
kausalitas. Desain penelitian adalah cross Analisis Univariat
sectional. Data dikumpulkann melalui Variabel Responden
instrumen kuesioner yang diberikan secara Jumlah Persentase
langsung oleh peneliti. Peneliti melakukan Umur
uji validitas dan reliabilitas kepada 34 9 – 11 tahun 162 45,1
orang responden yang tidak diikutkan 12 – 16 tahun 156 43,5
dalam penelitian ,didapatkan hasil seluruh 17 – 19 tahun 41 11,4
item kuesioner dinyatakan valid dan Jenis Kelamin
reliabel.
Laki – Laki 158 44
Populasi penelitian ini siswa sekolah
Perempuan 201 56
tingkat SD dan /MI, SMP dan/MTs, SMA
Tingkat
dan/SMK, MA di Kecamatan Boyolali
Pendidikan
yang berjumlah 24.209 orang. Pengambilan
SD dan /MI 200 55,7
sampel dengan accidental sampling dan
sampel dihitung dengan rumus Slovin. SMP dan/Mts 80 22,3
Didapatkan minimal sampel yaitu 110 SMA/SMK 79 23,0
responden. Sampel yang didapatkan dalam dan/ MA
penelitian ini adalah 359 responden. Kepatuhan Protokol Kesehatan
Penelitian sudah mendapatkan persetujuan Rendah 167 46,5
dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Tinggi 192 53,5
FKM Undip dengan nomor 87/EA/KEPK- Pengetahuan
FKM/2022. Rendah 111 30,9
Variabel bebas yaitu umur, jenis Tinggi 248 69,1
kelamin, tingkat pendidikan. pengetahuan, Sarana dan Prasarana
sarana dan prasarana, pengawasan warga Baik 194 54
sekolah dan masyarakat, dukungan Kurang Baik 165 46
sekolah, dukungan teman, serta dukungan Pengawasan Warga Sekolah dan
keluarga. Variabel terikat yaitu kepatuhan Masyarakat
siswa dalam penerapan protokol kesehatan Baik 180 50,1
selama PTM di Kecamatan Boyolali. Kurang Baik 179 49,9
Kriteria inklusi dalam penelitian ini Dukungan Sekolah
yaitu responden mendapatkan izin dari Rendah 155 43,2
orang tua untuk menjadi subjek penelitian Tinggi 204 56,8
dibuktikan dengan informed consent serta Dukungan Teman
siswa kelas 3 SD / MI sampai dengan kelas Rendah 164 45,7
12 SMA dan /SMK, MA. Kriteria eksluasi Tinggi 195 54,3
dalam peneliian ini yaitu responden tidak Dukungan Keluarga
mengisi kuesioner secara lengkap. Data Rendah 162 45,1
yang telah terkumpul dianalisis univariat Tinggi 197 54,9
dengan distribusi frekuensi dan analisis
bivariat menggunakan uji regresi linear Tabel 1. menunjukkan bahwa
sederhana. mayoritas responden berumur 9-11 tahun,
berjenis kelamin perempuan serta berada
pada tingkat SD/MI. Selian itu diketahui
sebagian besar responden memliki
kepatuhan yang tinggi terhadap penerapan
protokol kesehatan, Namun berdasarkan
204
penelitian lebih dari separuh responden responden dengan pengawasan yang baik
(50,1%) tidak mencuci tangan sepulang lebih besar daripada responden dengan
sekolah. Berdasarkan wawancara dengan pengawasan kurang baik. namun dalam
siswa sekolah diketahui bahwa akivitas ini penelitian diketahui terdapat 74,4%
belum terbiasa dilakukan oleh siswa di responden yang menyatakan bahwa warga
rumah.karena merupakan hal yang baru di luar sekolah cenderung tidak menegur
bagi para siswa. Pada variabel pengetahuan apabila terdapat siswa yang tidak
proporsi responden dengan penetahauan menggunakan masker dengan benar
tinggi lebih besar disbanding yang Pada variabel dukungan sekolah
berpengetahuan rendah. Namun dalam sebagian besar responden memiliki
penelitian masih terdapat responden yang dukungan sekolah tinggi. Namun dalam
belum mengetahui pengertian dari protokol penelitian diketahui terdapat 31,5%
kesehatan Covid-19 (23,7%) serta terdapat responden yag menyatakan bahwa
22,6% responden belum mengetahui etika pengecekan suhu tidak dilakukan setiap
atau aturan bersin yang benar. Hal ini dapat hari. Berdasarkan pengamatan peneliti
terjadi karena kurangnya sosialisasi bahwa pemantauan suhu tidak dilakukan
mengenai protokol kesehatan secara rinci secara konsisten dikarenakan guru yang
dan mendalam6 Sehingga para siswa kurang betugas melaksanakan pemantauan juga
memahami protokol kesehatan yang memiliki jam mengajar yang sama dengan
dijelaskan dalam SKB 4 Menteri sebagai jam pembelajaran siswa. Siswa yang
panduan dalam pembelajaran tatap muka terlambat tidak terpantau suhu badan nya
terbatas. karena tidak ada petugas di lapangan.
Pada variabel sarana dan prasarana, Pada variabel dukungan teman
sebagian besar responden memiliki proporsi responden dengan dukungan
kepatuhan yang tinggi. Namun dalam tinggi lebih besar disbanding responden
penelitian diketahui bahwa terdapat dengan dukungan rendah. Namun masih
responden yang mengatakan bahwa tidak banyak ditemukan responden yang
ada tanda jaga jarak di sekolah ketika PTM mengatakan bahwa tidak pernah diingatkan
(24%). Berdasarkan hasil wawancara teman untuk melakukan cuci tangan pakai
dengan satgas Covid-19 sekolah pemberian sabun (31,5%), jarang diingatkan teman
tanda jaga jarak baru dilakukan setalah untuk memakai masker (34,3%), serta
adanya aturan terbaru. Aturan protokol jarang diingatkan untuk menjaga jarak
kesehatan selama pembelajaran tatap muka (39%). Pada variabel dukungan keluarga
berkembang sesuai dengan kondisi akibat sebagian besar responden memiliki
perkembangan kasus Covid-19. dukungan keluarga yang tinggi. Namun
Berdasarkan wawancara dengan dalam peneliitian ini masih banyak
masyarakat diketahui bahwa terdapat ditemukan responden yang mengatakan
ketidak tahuan masyarakat akan perannya bahwa keluarga jarang membawakan
dalam dalam pemantauan protokol handsanitizer (28,1%). Hal ini dapat
kesehatan selama pembelajaran tatap muka. disebabkan karena orang tua yang terlalu
Pada variabel pengawasan warga sekolah sibuk bekerja sehingga menyebabkan
dan masyarakat menunjukkan proporsi kurangnya perhatian terhadap anak7.

Tabel 2 Analisis Pengaruh Variabel Bebas terhadap Kepatuhan Protokol Kesehatan


Variabel Kepatuhan Protokol Kesehatan p
Rendah Tinggi
n % n %
Umur
9 – 11 tahun 73 45,1 89 54,9 0,012

205
Variabel Kepatuhan Protokol Kesehatan p
Rendah Tinggi
n % n %
12 – 16 tahun 72 46,2 84 53,8
17 – 19 tahun 22 53,7 19 46,3
Jenis Kelamin
Laki – Laki 84 53,2 74 46,8 0,086
Perempuan 83 41,3 118 58,7
Tingkat Pendidikan
SD dan /MI 84 42 116 58
SMP dan/Mts 39 48,8 41 51,2 0,017
SMA/SMK dan/ MA 44 55,7 35 44,3
Pengetahuan
Rendah 62 55,9 49 44,1 0,004
Tinggi 105 42,3 143 57,7
Sarana dan Prasarana
Kurang Baik 89 53,9 76 46,1 0,000
Baik 78 40,2 116 59,8
Pengawasan Warga Sekolah dan
Masyarakat
Kurang Baik 92 51,4 87 48,6 0,000
Baik 75 41,7 105 58,3
Dukungan Sekolah
Rendah 86 55,5 69 44,5 0,000
Tinggi 81 39,7 123 60,3
Dukungan Teman
Rendah 87 53 77 47 0,000
Tinggi 80 41 115 59
Dukungan Keluarga
Rendah 102 63 60 37 0,000
Tinggi 65 33 132 67

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa dilakukan pada kategori umur 17-19 tahun.
mayoritas responden dengan tingkat Hal ini disebabkan karena umur 17-19
kepatuhan tinggi mempunyai pengetahuan tahun dikategorikan sebagai remaja akhir
yang tinggi (57,7%), ketersediaan sarana dimana seseorang mengalami perubahan
dan prasarana yang baik (59,8%), fisik dan psikologi8. Perilaku suka
mempunyai pengawasan warga sekolah dan melawan, mudah emosi, sulit diatur dan
masyarakat yang baik (58,3%), mempunyai tidak mau dilarang dalam melakukan
dukungan sekolah yang tinggi (60,3%), sesuatu seringkali menjadi ciri – ciri
dukungan teman yang tinggi (59%) serta perilaku remaja9,10. Perilaku sulit diatur
merasakan adanya dukungan keluarga yang dalam konteks penelitian ini adalah tidak
tinggi (67%). patuh terhadap aturan protokol kesehatan.
Pada Tabel 2 diketahui bahwa ada Hal ini terbukti bahwa kepatuhan protokol
pengaruh (p-value= 0,012) antara umur kesehatan yang rendah didominasi
terhadap kepatuhan protokol responden dengan umur 17-19 tahun. Hal
kesehatan.Pada penelitian menunjukkan ini dapat diatasi dengan adanya bimbingan
bahwa tingkat kepatuhan protokol konseling di sekolah agar perilaku suka
kesehatan yang rendah cenderung melawan, mudah emosi, sulit diatur dan

206
tidak mau dilarang dapat dikontrol. siswa mengetahui alasan harus mematuhi
Sehingga diharapkan siswa dapat mematuhi aturan penerapan protokol kesehatan14
protokol. Penelitian sesuai penelitian Penelitian ini menunjukkan
Arifin,dkk bahwa ada hubungan antara sebagian besar responden mempunyai
umur dengan kepatuhan protokol tingkat pengetahuan tinggi (69,1%).
11
kesehatan . Berdasarkan hasil uji statistik ada pengaruh
Pada Tabel 2. diketahui bahwa tidak (p-value=0,004) yang signifikan antara
terdapat pengaruh (p=0,631) antara jenis pengetahuan terhadap kepatuhan protokol
kelamin terhadap kepatuhan protokol kesehatan. Hasil serupa dengan penelitian
kesehatan. Dalam penelitian ini diketahui Yuliyanti bahwa terdapat hubungan antara
tingkat kepatuhan protokol kesehatan tinggi pengetahuan dengan perilaku pencegahan
cenderung dilakukan pada responden Covid-1915. Pengetahuan merupakan faktor
dengan jenis kelamin perempuan (58,7%). yang dapat menentukan tindakan
Menurut Lippa dalam Suhardin laki -laki seseorang4. Seseorang dengan pengetahuan
mempunyai sifat agresif dan berani yang baik maka semakin baik pula perilaku
mengambil resiko. Sedangkan perempuan untuk mencegah Covid-1916. Hal tersebut
bersifat bergantung, emosional, tunduk12. dibuktikan dalam penelitian bahwa
Adanya sifat – sifat alamiah yang dimiliki responden dengan pengetahuan tinggi
oleh setiap gender inilah yang memiliki tingkat kepatuhan protokol
menyebabkan perempuan lebih tunduk kesehatan yang tinggi pula.
serta cenderung takut untuk melanggar Meskipun mayoritas responen
peraturan dibanding laki – laki. Hasil mempunyai tingkat pengetahuan yang
penelitian serupa dengan penelitian Zelika tinggi namun masih banyak ditemukan
diketahui tidak ada hubungan antara jenis responden yang belum mengetahui
kelamin dengan kepatuhan pemakaian pengertian dari protokol kesehatan Covid-
kacamata 13.Namun keduanya juga 19 (23,7%), belum mengetahui etika bersin
menunjukkan bahwa responden yang lebih yang benar (22,6%), serta tidak mengetahui
patuh yaitu perempuan daripada laki – laki. sanksi yang diberikan apabila melanggar
Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan protokol kesehatan (14,8%). Hal ini dapat
bahwa ada pengaruh (p=0,017) antara terjadi karena kurangnya sosialisasi
tingkat pendidikan terhadap kepatuhan mengenai protokol kesehatan secara rinci
protokol kesehatan. Dalam penelitian dan mendalam6 Sehingga para siswa kurang
diketahui bahwa kepatuhan protokol memahami protokol kesehatan yang
kesehatan yang tinggi cenderung dilakukan dijelaskan dalam SKB 4 Menteri sebagai
oleh responden dengan tingkat pendidikan panduan dalam pembelajaran tatap muka
SD dan / MI (58%). Hal ini dapat terbatas. Oleh karena itu sekolah dapat
disebabkan adanya faktor umur. melakukan sosialisasi dan edukasi
Berdasarkan teori perkembangan kognitif mengenai aturan protokol kesehatan secara
dari Piaget menyatakan bahwa umur 7- 11 mendalam selama PTM berlangsung.
tahun berada dalam tahap operasional Sosialisasi dapat dilakukan dengan praktek
konkret. Pada tahapan ini seseorang sudah melalui media yang menarik atau
dapat memahami sesuatu melalui logika penyampaian informas protokol kesehatan
pada hal bersifat konkret. Anak sudah oleh guru ketika mengajar.
mengetahui tindakan baik atau buruk Berdasarkan Tabel 2. diketahui
berdasarkan efek yang diterima. Oleh terdapat pengaruh (p-value=0,000) yang
karena itu hendaknya guru menciptakan signifikan antara sarana prasarana terhadap
aturan dan memberikan contoh sikap kepatuhan protokol kesehatan. Berdasarkan
disipilin serta menyampaikan sesuatu hasil penelitian didapatkan bahwa
dengan kalimat yang mudah dipahami agar persentase tingkat kepatuhan protokol
kesehatan yang tinggi cenderung dilakukan

203
pada responden dengan sarana dan mayoritas responden memiliki pengawasan
prasarana yang baik (59,8%). Berdasarkan warga sekolah dan masyarakat yang baik,
penelitian Shen, dkk diketahui bahwa namun terdapat 74,4% responden yang
transmisi penularan Covid-19 dapat melalui menyatakan bahwa masyarakat cenderung
udara dan sentuhan benda yang terkena tidak pernah menegur apabila terdapat
droplet orang yang terinfeksi. Salah satu siswa yang melanggar protokol kesehatan.
cara pencegahannya adalah mencuci Hal ini dapat disebabkan karena ketidak
tangan memakai sabun serta air air tahuan masyarakat akan perannya dalam
mengalir dalam 20 detik. Selain itu dalam pemantauan protokol kesehatan
memakai masker menjadi hal yang penting selama pembelajaran tatap muka. Oleh
untuk dilakukan sebagai salah satu karena itu perlunya sosialisasi dari Dinas
pencegahan penularan17. Berdasarkan hal Kesehatan bahwa masyarakat umum juga
tersebut sarana dan prasarana menjadi salah dapat memantau protokol kesehatan selama
satu faktor yang memengaruhi berhasil atau PTM. Hal ini bertujuan bahwa agar
tidaknya pelaksanaan kepatuhan protokol pemantauan protokol kesehatan dapat
kesehatan. Pada penelitian ini meskipun dilaksanakan secara menyeluruh.
mayoritas responden memiliki sarana dan Himbauan ini dapat melalui media cetak,
prasarana yang baik namun masih banyak elektronik, serta media sosial agar
ditemukan responden yang mengatakan informasi dapat menjangkau seluruh
bahwa tidak ada tanda jaga jarak di sekolah lapisan masyarakat.. Penelitian ini sejalan
(24%). Sekolah memberikan tanda jaga dengan penelitian Wiranti bahwa tidak ada
jarak setalah adanya aturan terbaru. Aturan hubungan pengawasan dengan kepatuhan
protokol kesehatan selama pembelajaran masyarakat terhadap kebijakan PSBB di
tatap muka berkembang sesuai dengan Kota Depok19
kondisi akibat perkembangan kasus Covid- Berdasarkan Tabel 3. menunjukan
19. Fungsi dari tanda jaga jarak adalah bahwa terdapat (p-value = 0,000) antara
memberikan batas agar tidak berinteraksi dukungan sekolah terhadap kepatuhan
terlalu dekat. Hal ini karena Covid-19 dapat protokol kesehatan. Penelitian ini serupa
menular melalui kontak erat atau penelitian Nuradhiani dkk ada hubungan
menyentuh benda yang terkena droplet (p-value = 0,000) antara dukungan guru
orang yang terinfeksi17 Penelitian ini dengan kepatuhan konsumsi tablet
sejalan dengan penelitian Nismawati bahwa penambah darah remaja putri20. Dalam
ada hubungan (p-value=0,000) antara penelitian masih banyak ditemukan
ketersediaan sarana dan prasarana dengan responden yang mengatakan bahwa
penerapan protokol kesehatan pada pelaku pengecekan suhu tidak dilakukan setiap
usaha mikro.18 hari (31,5%). Berdasarkan aturan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan setiap instansi pendidikan yang
mayoritas responden dengan tingkat melaksanakan PTM wajib pemantauan
kepatuhan protokol kesehatan yang tinggi suhu kepada seluruh warga sekolah secara
cenderung dilakukan pada responden konsisten3. Berdasarkan pengamatan
dengan pengawasan warga sekolah dan peneliti bahwa pemantauan suhu tidak
masyarakat yang baik (58,3%). dilakukan secara konsisten dikarenakan
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui guru yang betugas juga memiliki jam
bahwa ada pengaruh yang sigifikan (p- mengajar yang sama dengan jam
value = 0,000 ) antara pengawasan warga pembelajaran siswa. Siswa yang terlambat
sekolah dan masyarakat terhadap tidak terpantau suhu badan nya karena tidak
kepatuhan protokol kesehatan. Pengawasan ada petugas di lapangan. Oleh karena itu
perilaku warga satuan pendidikan dalam dibutuhkan penguatan Unit Kesehatan
PTM dilaksanakan secara internal dan Sekolah (UKS).
eksternal. Meskipun dalam penelitian ini

204
Unit Kesehatan Sekolah (UKS) penting bagi santri agar dapat terlatih
merupakan salah satu unsur satgas Covid- menjadi pengawas teman-temannya dalam
19 dimana menjadi garda terdepan dalam melaksanakan protokol kesehatan21. Model
pemantauan kesehatan tingkat sekolah. ini juga sudah diterapkan dan berhasil di
Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dapat Kabupaten Takalar. Untuk meningkatkan
melaksanakan program nya dengan baik kepatuhan siswa dalam perilaku hidup
dengan cara pelibatan siswa ke dalam bersih dan sehat (PHBS) maka diluncurkan
satgas Covid-19 di level sekolah. Siswa program PAPA Sehat (Papan Kontrol
dapat membantu mengawasi protokol Kesehatan). Program ini memberdayakan
kesehatan dengan mengembangkan dan melibatkan para siswa sebagai teman
instrument self assesment. Siswa yang sebaya untuk mengajak temannya
terlibat dalam satgas Covid-19 dapat melaksanakan PHBS
memantau protokol kesehatan teman- Teman sebaya merupakan unsur
temannya yaitu cuci tangan, jaga jarak, yang berperan terhadap kemampuan
memakai masker setiap berangkat dan adaptasi sosial seseorang. Berdasarkan teori
pulang sekolah. Hasil pemantauan ini dapat perkembangan kognitif dari Jean Piaget
dilaporkan melalui instrument self- anak dengan umur 11 tahun ke atas
assessment. Instrument ini bisa menjadi alat mengalami tahap ini . Fase ini disebut tahap
monitoring dan evaluasi apabila operasional formal dimana interaksi
menemukan terdapat siswa yang diduga seseorang dengan lingkungan menjangkau
sakit. Hal tesebut dilakukan agar banyak teman sebayanya. Biasanya antar
pemantauan suhu dapat dilakukan secara teman akan mudah untuk saling memahami
konsisten. dan menanamkan nilai pada teman lain.
Variabel lain yang memengaruhi Orang itu akan melihat nilai tersebut
kepatuhan adalah dukungan teman. sebagai hal yang benar. Hal ini disebabkan
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa adanya sifat saling mempercayai antar
persentase tingkat kepatuhan protokol teman. Ketika remaja, seseorang akan
kesehatan yang tinggi diketahui dilakukan berinteraksi lebih sering dengan teman
pada responden dengan dukungan teman sebayanya daripada dengan keluarganya.
yang tinggi (59%). Namun masih banyak Mereka akan lebih sering bertemu dengan
ditemukan responden yang mengatakan teman-temannya sehingga nilai-nilai akan
bahwa tidak pernah diingatkan teman untuk mudah dipahami dan diterapkan oleh para
melakukan cuci tangan pakai sabun remaja8. Dalam penelitian ini nilai – nilai
(31,5%), jarang diingatkan teman untuk yang diharapkan ditanamakan adalah
memakai masker (34,3%), serta jarang kepatuhan protokol kesehatan. Penelitian
diingatkan untuk menjaga jarak (39%). ini sesuai dengan penelitian Violita dan
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan Nurdin di Kota Jayapura didapatkan hasil
hasil bahwa ada pengaruh (p-value = 0,000) bahwa ada hubungan yang signifikan antara
antara dukungan teman terhadap kepatuhan dukungan teman dengan perilaku
22
protokol kesehatan. Oleh karena itu sekolah pencegahan Covid-19
dapat mengembangkan sebuah model peer Variabel lain yang memengaruhi
group dimana terdapat teman sebaya yang kepatuhan adalah dukungan keluarga. Hasil
menjadi promotor kesehatan tingkat penelitian menunjukkan persentase tingkat
sekolah. Hal ini dilakukan dengan cara kepatuhan protokol kesehatan yang tinggi
sosialisasi cuci tangan yang baik dan benar, cenderung dilakukan pada responden
serta penggunakan masker antar teman dengan dukungan keluarga yang tinggi
sebaya. Hal ini sejalan dengan penelitian (67%). Dalam peneliitian ini masih banyak
Sujawardi, dkk bahwa penerapan protokol ditemukan responden yang mengatakan
kesehatan dengan melibatkan kontrol bahwa keluarga jarang membawakan
teman sebaya menjadi salah satu hal handsanitizer (28,1%). Dalam peraturan

205
disarankan setiap siswa yang mengikuti pengawasan warga sekolah dan
PTM membawa handsanitizer pribadi3. masyarakat, dukungan sekolah, dukungan
Hal ini terjadi karena orang tua yang terlalu teman, dan dukungan keluarga
sibuk bekerja sehingga menyebabkan Diharapkan sekolah melakukan
kurangnya perhatian terhadap anak7. Oleh penguatan Unit Kesehatan Covid-19 (UKS
karena itu Dinas Pendidikan dapat ) dalam satgas Covid-19 dengan pelibatan
membuat buku saku yang berisi aturan siswa kedalam satgas Covid-19. Siswa
protokol kesehatan selama PTM. Buku dapat membantu mengawasi protokol
saku ini diharapkan menjadi panduan bagi kesehatan dan hasilnya dapat dilaporkan
keluarga untuk mendukung penerapan melalui pengembangan instrument self-
prokol kesehatan pada siswa. Selain itu assessment. Instrument ini bisa menjadi
sekolah dapat memaksimalkan peran wali alat monitoring dan evaluasi apabila
kelas untuk mengingatkan orang tua siswa menemukan terdapat siswa yang diduga
tentang protokol kesehatan yang harus sakit. Dinas Pendidikan dapat membuat
dilaksanakan sebelum berangkat dan pasca buku saku yang berisi aturan protokol
pulang sekolah melalui grup kesehatan selama PTM yang dapat menjadi
WhatsaappL/Line/ Media sosial yang lain. panduan bagi keluarga untuk mendukung
Berdasarkan teori L.Green penerapan prokol kesehatan pada siswa.
dukungan keluarga termasuk dalam faktor Diharapkan Dinas Kesehatan melakukan
penguat terjadinya perilaku5. Dalam bidang sosialiasi kepada masyarakat bahwa
kesehatan, keluarga dapat berfungsi mereka juga dapat memantau protokol
mempertahakan dan meningkatkan kesehatan selama PTM
kesehatan anggota. Upaya ini dapat dimulai
dari upaya preventif melalui dukungan UCAPAN TERIMA KASIH
keluarga. Sehingga dengan adanya Penulis menyampaikan ucapan
dukungan keluarga yang tinggi maka terima kasih kepada sekolah yang sudah
menjadi kunci keberhasilan dalam mengizinkan dan membantu dalam
meningkatkan kepatuhan protokol pelaksanaan penelitian. Peneliti juga
23
kesehatan . Berdasarkan hasil uji statistic mengucapkan terima kasih kepada seluruh
diketahui bahwa terdapat pengaruh yang responden yang berpartisipasi dalam
signifikan (p-value=0,015) antara penelitian serta semua yang terlibat dan
dukungan keluarga terhadap kepatuhan membantu terlaksananya penelitian ini.
protokol kesehatan pada siswa selama PTM
di Kecamatan Boyolali. Penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
sejalan dengan Penelitian Paykani, dkk
pada masyarakat Iran didapatkan hasil 1. Valerisha A:, Putra MA. Pandemi
bahwa terdapat pengaruh positif antara Global Covid-19 Dan Problematika
dukungan keluarga terhadap kepatuhan Negara-Bangsa: Transparansi Data
untuk tetap tinggal dirumah sebagai upaya Sebagai Vaksin Socio-Digital. J Ilm
untuk mencegah penularan Covid-1924 Hub Int 2020; 131–137.
2. Moegiarso S. Siaran Pers Kementerian
KESIMPULAN Koordinator Bidang Perekonomian
Berdasarkan uji statistik yang Republik Indonesia
dilakukan menunjukkan bahwa dari HM.4.6/313/SET.M.EKON.3/10/2021
sembilan variabel terdapat delapan variabel . ekon.go.id.
yang berpengaruh terhadap kepatuhan 3. Kemendikbud. Keputusan Bersama
protokol kesehatan pada siswa selama PTM Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
di Kecamatan Boyolali. Variabel tersebut Menteri Agama,Menteri Kesehatan,
adalah umur, tingkat pendidikan, dan Menteri Dalam Negeri Republik
pengetahuan, sarana dan prasarana, Indonesia Tentang Panduan

206
Penyelenggaraan Pembelajaran di Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Masa Pandemi Coronavirus Diseases Dengan Kepatuhan Pemakaian
(Covid-19). 2020. Kacamata Pada Anak Sekolah.
4. Irwan. Etika dan Perilaku Kesehatan. Diponegoro Med J (Jurnal Kedokt
1st ed. Yogyakarta: CV. Absolute Diponegoro) 2018; 7: 1063–1071.
Media, 2017. 14. Rahayu T. Karakteristik siswa sekolah
5. Ismainar H. Model Perilaku dasar dan implikasinya terhadap
Kepatuhan Ibu Hamil (Ecological pembelajaran. J Institusi Misbahul
Approach). 1st ed. Bandung: Widina Ulum 2019; 1: 109–121.
Bhakti Persada, 2020. 15. Yuliyanti, Fitria ; Suryoputro, Antono ;
6. Gunawan, Ardell Hugo ; Mahyuni LP. Fatmasari EY. Faktor-Faktor Yang
Sosialisasi pentingnya penerapan Berpengaruh Pada Kepatuhan
protokol kesehatan 3M di wilayah Masyarakat Terhadap Protokol
Desa Adat Sesetan. J Din Pengabdi Kesehatan Pencegahan Covid-19 Di
2021; 7: 47–56. Desa Banyukuning Kecamatan
7. Wahyuni S. Pengaruh Kesibukan Bandungan Kabupaten Semarang.
Kerja Orang Tua terhadap Prestasi Media Kesehat Masy Indones 2021;
Belajar Siswa SD Negeri 20: 334–341.
Kalatase’rena Kecamatan 16. Prihati DR, Wirawati MK, Supriyanti
Bontonompo Kabupaten Gowa. E. Analisis Pengetahuan Dan Perilaku
Makassar, 2017. Masyarakat Di Kelurahan Baru
8. Sijabat, Onco Parmonangan ; Kotawaringin Barat Tentang Covid 19.
Sihombing, Lisbet Novianti ; Malahayati Nurs J 2020; 2: 780–790.
Sibagariang, Susy Alestriani; Sijabat 17. Shen Y;, Li C;, Martinez, Leonardo ;
D. Perkembangan Peserta Didik Chen Z. Airborne Transmission of
Tingkat Dasar & Menengah. 1st ed. COVID-19: Epidemiologic Evidence
Tasikmalaya: Penerbit Perkumpulan from Two Outbreak Investigations The
Rumah Cemerlang Indonesia (PRCI), Schistosomiasis Consortium for
2021. Operational Research and Evaluation
9. Umami I. Psikologi Remaja. 1st ed. View project Genome-wide associatin
Yogyakarta: Idea Pres s, 2019. analysis of chronic kidney disease
10. Mumtahanah N. Upaya View project. Epub ahead of print
Menanggulangi Kenakalan Remaja 2020. DOI:
Secara Preventif, Represif, Kuratif dan 10.13140/RG.2.2.36685.38881.
Rehabilitasi. Al Hikmah J Stud Keislam 18. Nismawati N, Marhtyni M. Faktor
2015; 5: 278–279. Yang Berhubungan Dengan Penerapan
11. Arifin S, Jelita H, Mutiasari T. Protokol Kesehatan Pada Pelaku Usaha
Hubungan Umur dan Jenis Kelamin Mikro Selama masa Pandemi Covid -
Dengan Tingkat Kepatuhan 19. UNM Environ Journals 2020; 3:
Penerapan Protokol Kesehatan 116.
Masyarakat Kota Palangka Raya 19. Wiranti, Sriatmi A, Kusumastuti W.
Dalam Rangka Pencegahan Transmisi Determinan kepatuhan masyarakat
Covid-19. 2021. Kota Depok terhadap kebijakan
12. Suhardin S. Pengaruh Perbedaan Jenis pembatasan sosial berskala besar
Kelamin Dan Pengetahuan Tentang dalam pencegahan COVID-19. J
Konsep Dasar Ekologi Terhadap Kebijak Kesehat Indones 2020; 09:
Kepedulian Lingkungan. Edukasi J 117–124.
Penelit Pendidik Agama dan 20. Nuradhiani A, Briawan D, Dwiriani
Keagamaan 2016; 14: 117–132. CM. Dukungan Guru Meningkatkan
13. Zelika RP, Wildan A, Prihatningtias R. Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah

207
Darah pada Remaja Putri di Kota
Bogor. J Gizi dan Pangan 2017; 12:
153–160.
21. Sujarwadi, Moh ; Toha,Moh ;
Zuhroidah I. Penguatan Perilaku New
Normal Covid-19 Melalui Kontrol
Teman Sebaya. J Kreat Pengabdi Kpd
Masy 2021; 4: 334–338.
22. Violita, Fajrin ; Nurdin MA. Dukungan
Sosial Perilaku Pencegahan Covid-19
pada Mahasiswa Kesehatan Kota
Jayapura. Indones J Heal Promot
2021; 2: 56–61.
23. Alvita GW, Christin DN. Gambaran
Dukungan Keluarga dalam
Pelaksanaan Protokol Kesehatan di
Masa Pandemi Covid-19 di Desa
Kembang Dukuhseti Kabupaten Pati. J
Profesi Keperawatan 2021; 8: 215–
223.
24. Paykani T, Zimet GD, Esmaeili R, et
al. Perceived social support and
compliance with stay-at-home orders
during the COVID-19 outbreak:
evidence from Iran. BMC Public
Health 2020; 20: 1–9.

208

You might also like