Professional Documents
Culture Documents
Tesis Full Tanpa Bab Pembahasan
Tesis Full Tanpa Bab Pembahasan
(Tesis)
Oleh
JULIANTI MUSTIKA
By
Julianti Mustika
This research is a development research which aims to find out how to develop
student’s worksheet based on realistic mathematics education and its effectiveness
in terms of mathematical problem solving abilities and self efficacy of students.
The subject of this study was the eighth grade students of Ar Raihan SMP IT
Bandar Lampung. The results of the preliminary study indicate the need to
develop student’s worksheet. Preparation of student’s worksheets is done by
drafting the student’s worksheet and all its components. Mathematical student’s
worksheet about linear equation learning of two variables VIII SMP consists of
the beginning, core, and end. The results of the validation show that the student’s
worksheet has met the standards of content, media, and language eligibility. The
results of the initial field trials indicate that the student’s worksheete is included in
the good category. The results of the field test in this study were mathematical
student’s worksheetes in two variable linear equation learning material. The
research data was obtained through tests of mathematical problem solving abilities
and self efficacy scales. The results of the effectiveness test on the use of
student’s worksheet indicate that students have met the minimum completeness
criteria in problem solving abilities. The tendency of self-efficacy of students after
using the mathematics student’s worksheet shows a positive results.
Oleh
Julianti Mustika
Oleh
Julianti Mustika
Tesis
Pada
enam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Rusli Kohar dan Ibu Solhawati.
Jurusan MIPA Program Studi Pendidikan Matematika pada tahun 2010. Setelah
itu, pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana Pendidikan
Bandarlampung.
.
MOTTO
Umak dan Bak ku tercinta yang penuh kasih dengan segenap jiwa telah
membesarkan dan mendidikku, mendoakan disetiap sujud dan sampai pada
membentangkan ”mimpi-mimpi besar ”pada ananda. Semoga tidak setetespun
keringat umak dan Bak yang keluar tanpa berbalas Kasih-Nya yang tiada
pernah pilih kasih
Suamiku tercinta untuk dukungan penuh menemani dan membantuku
berjuang untuk menyelesaikan tesis ini.
Kakanda dan ayunda ku tersayang, kalian penebar energi positif dengan cinta
kalian yang tulus …Aku mencintai kalian sungguh
Keponakan-keponakan ku, semoga kalian menjadi bagian generasi terbaik masa
depan
Keluarga Besar dan Sahabat Ar Raihan ku bagian dari orang-orang berhati baik
yang berkontribusi untuk keberhasilan ku semoga Keberkahan-Nya selalu cukup
untuk membalas kebaikan kalian
Teman-teman seperjuangan
Almamater tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
Peserta Didik” sebagai syarat untuk mencapai gelar Magister pendidikan pada
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
1. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Dosen
2. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
ii
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah
tesis.
4. Yayasan Lampung Cerdas, selaku instansi yang menaungi penulis yang telah
5. Bapak Agung Putra Wijaya, M.Pd., selaku validator pertama dalam penelitian
ini yang telah memberikan waktu untuk menilai dan memberi saran perbaikan
LKPD.
6. Ibu Dila Saktika Negara, M.Pd., selaku validator kedua dalam penelitian ini
yang telah memberikan waktu untuk menilai dan memberi saran perbaikan
LKPD.
mendukung.
8. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lam-
pung, beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
9. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D., selaku Direktur program Pasca
10. Bapak dan Ibu dosen Magister Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis.
iii
ii
11. Ibu Halimatus Sa’diyah, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak
12. Bapak M. Firmansyah, M.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak
13. Siswa/i kelas VIII dan IX SMP IT Ar Raihan Bandar Lampung yang telah
2015, 2016, 2017 yang selalu membantu dalam setiap kesulitan serta saling
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis, mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga tesis
Julianti Mustika
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 13
LAMPIRAN.................................................................................................... 112
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
vii
4.11 Konteks Definisi PLDV ....................................................................... 95
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Silabus ......................................................................................... 114
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .................................. 119
B. Instrumen Penelitian
B.1 Kisi-Kisi Soal Postest .................................................................. 159
B.2 Soal Postest .................................................................................. 162
B.3 Kunci Jawaban Post Test .............................................................. 164
B.4 Form Penilaian Validitas Post Test............................................... 170
B.5 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah Matematis ........... 173
B.6 Kisi-Kisi Skala Self Efficacy......................................................... 174
B.7 Instrumen Penilaian Self Efficacy ................................................. 177
C. Analisis Data
C.1 Analisis Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Matematis ....... 180
C.2 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Matematis..... 182
C.3 Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal Postes .................... 184
C.4 Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ..................... 185
C.5 Binomial Test Data Kemampuan Pemecahan Masalah................ 186
C.6 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah ............. 187
C.7 Reliability Analysis Self Efficacy .................................................. 188
C.8 Hasil Uji Coba Validitas Skala Self Efficacy Peserta Didik ........ 189
C.9 Perhitungan Skor Masing-masing Katagori Butir Pernyataan Skala
Self Efficacy Peserta Didik ........................................................... 190
C.10 Kecenderungan Self Efficacy Peserta Didik ................................ 196
C.11 Pencapaian Indikator Self Efficacy Peserta Didik ........................ 200
C.12 Hasil Uji Q-Cochran Validitas Kelayakan LKPD ........................ 201
C.13 Analisis Uji Coba LKPD Oleh Peserta Didik............................... 202
xii
x
1
I. PENDAHULUAN
yang diperlukan dalam berkompetisi. Dalam hal ini, pendidikan memiliki peran
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections), dan (5) belajar untuk
Sementara itu, kajian PISA pada tahun 2015, menemukan bahwa kemampuan
matematika peserta didik Indonesia masih berada pada katagori rendah. Kajian ini
melibatkan 540 ribu pelajar dari 72 negara dunia yang mewakili populasi 29 juta
bahwa skor rata-rata kemampuan matematika partisipan adalah 490. Kurang dari 1
matematika. Masih berdasarkan temuan PISA, diketahui juga bahwa skor literasi
membaca dan skor di bidang kemampuan sains peserta didik Indonesia berturut-
turut adalah 397 dan 403. Skor ini masih di bawah skor rata-rata yaitu 493 untuk
didik kita fokus pada dunia matematika semata, tetapi tidak utuh melengkapinya
pemecahan suatu permasalahan yang lebih kompleks. Hal ini sejalan dengan
Pada pengamatan dan juga pengalaman di lapangan, didapatkan bahwa salah satu
faktor krusial pada permasalahan ini adalah pada pola pembelajaran matematika
4
yang belum mengarah pada pembangunan kecakapan pemecahan masalah. Hal ini
diindikasikan dari pola penyampain materi yang masih dimulai dengan memuat
masalah matematika secara formal. Fungsi masalah nyata hanya sebagai aplikasi
materi yang telah dipelajari sebelumnya dalam situasi yang terbatas. Dalam hal
soal matematika. Dengan kondisi belajar seperti ini, peserta didik tidak cukup
matematika. Baik peserta didik maupun guru lebih terfokus untuk menghasilkan
ini juga bersinergi dengan bahan ajar yang kurang mengeksplorasi kebermaknaan
Upaya guru untuk berinovasi dalam pengembangan bahan ajar dirasakan masih
kurang optimal, guru cenderung hanya menggunakan buku teks yang sudah
tersedia sebagai bahan ajar pada proses pembelajarannya. Sementara itu, dari
hasil pengamatan terlihat bahwa penyajian materi pada buku teks cenderung
ditemui dalam buku teks sehingga dirasakan belum optimal dalam memfasilitasi
masalah peserta didik . Kondisi ini mengakibatkan peserta didik kurang terlatih
pemecahan masalah peserta didik. Inovasi bahan ajar merupakan salah satu
berdekatan dengan masalah. Artinya, bahan ajar harus memberikan ruang pada
yang diajukan. Hal ini senada dengan Kharisma (2018: 14) yang menyatakan
baik tidak akan tercapai dengan sendirinya tanpa upaya dan fasilitas yang
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dideskripsikan sebagai lembaran yang berisi
merupakan salah satu bahan ajar pendukung yang dapat dikembangkan oleh
tenaga pendidik. Setiap LKPD berisikan antara lain uraian singkat materi, tujuan
kegiatan, alat atau bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja,
ulangan.
akses yang luas untuk dapat berinovasi menciptakan skenario pembelajaran yang
6
masalah dari Polya melalui pemilihan konten maupun konteks permasalahan yang
melalui aktivitasnya sendiri sehingga peserta didik dapat terarah untuk mengikuti
peluang untuk berpartisipasi dan berinteraksi dengan aktif karena harus memberi
respon terhadap langkah kerja, pertanyaan dan latihan yang disusun (Depdiknas:
2008).
Pada fakta di sekolah, ditemukan bahwa penggunaan LKPD sebagai bahan ajar
menggunakan buku teks yang telah tersedia sebagai sumber utama pembelajaran.
kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik. Seperti halnya buku teks
Berikut ini disajikan dua contoh LKPD yang biasa digunakan. LKPD I memuat
Tidak ada kegiatan yang melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi dalam
Masalah kontekstual terkait SPLDV tidak dicantumkan pada LKPD ini. Hal ini
Johnson (2014) yang mengemukakan bahwa ketika murid dapat mengaitkan isi
makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Tidak dicantumkannya
masalah sebagai starting poin pada LKPD I juga mengindikasikan bahwa peserta
strategi tersebut sebagai pemecahan masalah. Hal ini tentu saja sangat
matematika. Pada LKPD II, pengenalan konsep SPLDV telah diawali dengan
Namun demikian, masih terdapat beberapa hal yang perlu dikembangkan pada
LKPD II. Terlihat bahwa desain masih kurang atraktif. Telah diketahui bahwa
secara psikologis visualisasi yang menarik dan tidak menonton akan membantu
yang dihadirkan.
9
Catatan lain adalah ilustrasi permasalahan yang dipilih dirasa kurang familiar
dalam organisasi sekolah ataupun aktivitas lainnya yang sesuai dengan kehidupan
Realistik (PMR). Pada dasarnya penggunaan kata realistik berasal dari bahasa
Belanda yaitu “zich realiseren” yang berarti untuk dibayangkan atau to imagine.
10
sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata tetapi lebih
peserta didik.
diberikan akses untuk menemukan kembali ide dan konsep dasar. Menurut
produk jadi yang siap pakai, melainkan sebagai suatu bentuk kegiatan dalam
Filosofi dan prinsip dasar PMR dapat bersinergi dengan prinsip pemecahan
masalah yang menjadikan masalah sebagai starting point atau acuan dalam
strategi tersebut dalam pemecahan masalah yang diajukan. Untuk itu, diperlukan
suatu rancangan bahan ajar yang relevan dengan prinsip dan tujuan dari aktivitas
masalah, komponen yang juga diperlukan adalah rasa percaya diri peserta didik
kecakapan tertentu disebut sebagai Self Efficacy (Baron dan Byrne; 2000:37).
persuasi verbal.
Tampak bahwa untuk dapat memecahkan masalah maka salah satu komponen
penting yang perlu dimiliki oleh peserta didik adalah self efficacy. Sementara itu,
maupun kelompok. Selain itu, dalam proses latihan pemecahan masalah, interaksi
yang terjadi antara peserta didik maupun guru juga berpotensi untuk menciptakan
apresiasi dan motivasi melalui dukungan verbal terhadap pencapaian pada tahap-
tahap pemecahan masalah yang sedang dieksplorasi. Artinya, proses latihan pada
selama pembelajaran pada setiap tahapan yang tertuang dalam LKPD diharapkan
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut.
IT Ar Raihan Bandarlampung?
Bandarlampung?
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut.
13
Bandarlampung.
efficacy peserta
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan praktis dengan
Bab ini menguraikan teori-teori yang menjadi rujukan dalam penelitian yang akan
pendidikan matematika realistik, dan teori Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
tersebut di atas.
merupakan keterampilan intelektual yang menjadi salah satu tujuan utama dari
baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari yang semakin
kompleks.
terlebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang baru. Tahapan
sendiri pemahamannya .
ide yang mereka miliki, (b) Matematika menjadi lebih bermakna karena peserta
16
didik mengerti strategi yang dipilihnya, (c) Peserta didik mempunyai kesempatan
untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan
temannya.
(TIM MKPBM, 2001:91) mengajukan empat langkah yang dapat ditempuh dalam
(carrying out the plan), (d) Memeriksa kembali hasil (looking back).
masalah bagi seseorang, pertama bila dalam persoalan tersebut belum diketahui
Lebih lanjut, Suyitno (2004: 37) mengemukakan syarat suatu soal menjadi soal
mengerjakan, (c) peserta didik belum tahu algoritma atau cara menyelesaikan
soal tersebut, dan (d) peserta didik mau dan berkehendak untuk menyelesaikan
soal tersebut.
pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna
17
mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Hal serupa juga
proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang
dalam situasi baru yang belum dikenal. Lebih lanjut, Depdiknas (2006)
masalah memiliki makna sebagai kompetensi untuk mencari jalan keluar terhadap
suatu keterampilan pada diri peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan
matematik untuk memecahkan masalah matematika, masalah dalam ilmu lain, dan
dalam berbagai bentuk; (4) memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah
18
secara tepat; (5) mengembangkan strategi pemecahan masalah; (6) membuat dan
Wood et al (dalam Mourtos et al, 2004: 1) menyatakan bahwa peserta didik yang
melakukan secara fleksibel (terbuka pada pilihan, melihat situasi dari berbagai
sudut pandang); (8) menggambar pada pengetahuan subjek yang bersangkutan dan
objektif dan kritis menilai kualitas, akurasi, dan ketepatan dari pengetahuan; (9)
sampai hafal.
Menurut Polya dalam Suherman (2003: 91), soal pemecahan masalah memuat
kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Pemberian skor pada
masalah yang dikemukakan oleh Schoen dan Ochmke (dalam Fauziah, 2010:40)
pemecahan masalah pada peserta didik. Lebih lanjut, Suherman, dkk (2003: 89)
kemampuan penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan
20
and error), mencoba kasus per kasus atau nilai khusus, menebak dan mengecek,
tabel, mencari suatu pola dari tabel, menggambar suatu diagram, dan bekerja
Secara praktis, Cars, Perry, dan Conroy (dalam Sutawidjaja, 1998) menawarkan
strategi bagi peserta didik dan guru dalam konteks pemecahan masalah. Beberapa
dengan peserta didik antara lain: (a) peserta didik harus diberanikan untuk
menerima ketidaktahuan dan merasa senang mencari tahu, (b) terkadang peserta
didik diperbolehkan memilih masalah dari sejumlah masalah yang diberikan untuk
membuat soal atau pertanyaan, dan (c) peserta didik harus diberanikan untuk
mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik. Dalam hal ini, terlihat
bahwa percaya terhadap kemampuan diri dapat dijadikan landasan dasar dalam
peserta didik. Kepercayaan diri akan membentuk peserta didik menjadi insan
seseorang untuk bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka
dalam hidup.
sebagai berikut:
22
Kesulitan yang dialami manusia dalam setiap kegiatan berguna sebagai pelajaran
bahwa kesuksesan diperoleh dari usaha yang berkelanjutan. Upaya yang gigih
sehingga akan memotivasi diri bahwa sebesar apapun kesulitannya pasti dapat
kemampuan yang ia miliki serta akan menurunkan usaha mereka. Dampak dari
orang yang sangat berbeda dari dirinya, keyakinan pengamat tidak banyak
cara model dalam berpikir, akan melahirkan strategi efektif bagi pengamat untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pengaruh persuasi verbal tidak besar karena
kondisi yang tertekan dan mengalami kegagalan yang terus menerus, pengaruh
sugesti akan berakibat secara cepat dan lenyap karena pengalaman yang tidak
menyenangkan tersebut.
Ketegangan fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu sebagai tanda
Kecemasan dan stress yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan tugas
ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan somatik lainnya.
sebaliknya self-efficacy yang rendah ditandai oleh tingkat stress dan kecemasan
generality (mengacu pada sejauh mana keyakinan seseorang dari situasi tertentu
Self-efficacy perlu dimiliki setiap peserta didik agar mereka yakin pada kemam-
puan yang dimiliki sehingga betapapun sulitnya materi maupun soal ulangan,
tantangan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Schunk dan
Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa peserta didik yang memiliki self-efficacy
lingkungan (umpan balik dari guru dan perbandingan sosial dari teman).
25
sebagai berikut.
tugas mereka.
tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek terutama membantu siswa untuk
Berikan penghargaan yang berkaitan dengan kinerja kepada peserta didik yang
umpan balik kepada peserta didik mengenai strategi pembelajaran mereka yang
Dukungan positif dapat datang dari guru, orangtua, dan teman sebaya.
Ketika peserta didik terlalu khawatir dan merasa menderita mengenai prestasi
7. Berikan peserta didik model dewasa dan teman sebaya yang positif.
mengamati guru dan teman sebaya yang secara efektif mengatasi serta menguasai
efektif terutama dalam meningkatkan efikasi diri ketika peserta didik mengamati
keharusan.
pemecahan masalah matematis peserta didik secara umum. Peserta didik yang
memiliki self-efficacy tinggi akan yakin dan lebih mampu dalam menyelesaikan
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Jatisunda (2017) bahwa terdapat
keterkaitan.
Inovasi dalam bahan ajar merupakan salah satu alternatif dalam upaya mencapai
Dari beberapa jenis bahan ajar, LKPD merupakan bahan ajar yang dapat
LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi
Menurut Dhari dan Haryono (1998: 22) yang dimaksud dengan LKPD adalah
lembaran yang berisi pedoman bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan yang
LKPD merupakan jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu peserta
LKPD sebagai lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik. Lebih lanjut, Trianto (2009: 222) mendefinisikan bahwa LKPD adalah
dan pemecahan masalah. Dari berbagai definisi ini, maka LKPD dapat dimaknai
sebagai lembaran yang berisi panduan kegiatan bagi peserta didik untuk
memahami kompetensi tertentu, yang disusun langkah demi langkah secara teratur
dan sistematis, dan harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kegiatan
yang didapat.
memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta
didik, mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
disampaikan secara lisan, dan membantu peserta didik dalam memperoleh catatan
materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran. Selain hal ini, memberikan
efektif dan efesien adalah beberapa hal dari tujuan yang ingin dicapai dari
penggunaan LKPD.
yaitu:
LKPD tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana materi pelajaran,
sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan
pelajaran. LKPD merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk
sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.
b) LKPD berstruktur.
dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata
pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk
pengarahannya, LKPD ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas.
Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan
memberi bimbingan pada setiap peserta didik . Lembar kerja dapat digunakan
sebagai pengajaran sendiri, mendidik peserta didik untuk mandiri, percaya diri,
(menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penanaman konsep (tahap lanjutan
maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap
a) Mengkaji materi yang akan dipelajari peserta didik yaitu dari kompetensi dasar,
pembelajaran tersebut.
c) Menentukan bentuk lembar kerja peserta didik sesuai dengan materi yang akan
dipelajari.
d) Merancang kegiatan yang akan ditampilkan pada lembar kerja peserta didik
e) Mengubah rancangan menjadi lembar kerja peserta didik dengan tata letak yang
f) Menguji coba lembar kerja peserta didik apakah sudah dapat digunakan peserta
a) Syarat didaktik
dapat digunakan dengan baik untuk peserta didik yang lamban atau yang pandai.
LKPD lebih menekankan konsep, dan yang terpenting dalam LKPD ada variasi
31
stimulus melalui berbagi media dan kegiatan peserta didik . LKPD diharapkan
moral dan estetika. Pengalaman yang dialami peserta didik ditentukan oleh tujuan
pengembangan pribadi peserta didik . Sebagai salah satu bentuk sarana ber-
yaitu:mmmm
(1) Memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKPD yang baik itu
adalah yang dapat digunakan baik oleh peserta didik yang lamban, yang sedang
berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi peserta didik untuk mencari tahu;
(3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik;
pelajaran.
b) Syarat konstruksi
bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada
hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik,
seperti:
(1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik;
32
(3) Memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan
peserta didik;
(5) Tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan
peserta didik;
(9) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai
sumber motivasi;
c) Syarat teknis.
(1) Tulisan: (a) Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau
romawi; (b) Menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang
diberi garis bawah; (c) Menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris; (d)
peserta didik; dan (e) Mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan
(2) Gambar: Gambar yang baik untuk LKPD adalah yang dapat menyampaikan
pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKPD. Yang lebih
penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.
33
(3) Penampilan: Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah
LKPD. Apabila suatu LKPD ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada
sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan
ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau
isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKPD yang memiliki kombinasi
Hasil penelitian Fitriana, dkk (2015) menunjukkan bahwa bahan ajar berupa
peserta didik. Fannie, dkk (2014) menunjukkan bahwa LKPD dapat membantu
peserta didik untuk mencapai standar ketuntasan belajar. Hasil penelitian Dewi
(2013) menemukan bahwa LKPD adalah salah satu bahan ajar yang dapat
Secara garis besar, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa LKPD dengan
berbagai pendekatan yang valid, praktis dan efektif dapat dijadikan sebagai
pedoman bagi guru dan calon guru dalam proses pembelajaran pada berbagai
materi pelajaran.
merupakan filosofi dasar dari pendidikan matematika realistik yaitu sebuah teori
34
belajar mengajar dalam pendidikan matematika yang pertama kali dikenalkan dan
Dalam filosofinya bahwa matematika haruslah dekat, terkoneksi dan harus relevan
dengan situasi peserta didik dengan kata lain bahwa sifat realistik harus
istilah “real word” yang secara umum diartikan sebagai dunia nyata. Pada
dasarnya penggunaan kata realistik berasal dari bahasa Belanda yaitu “zich
realistik tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata
Menghadirkan situasi yang dapat dibayangkan oleh peserta didik pada saat
2012: 20) menyatakan bahwa proses belajar peserta didik hanya akan terjadi jika
bagi peserta didik. Senada dengan hal ini, Johnson (2014) mengemukakan bahwa
ketika murid dapat mengaitkan isi mata pelajaran akademik dengan pengalaman
mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan
35
untuk belajar. Webster’s New World Dictionary (dalam Johnson, 2014: 35)
berusaha memberi arti bagi suatu informasi baru dengan cara menghubungkannya
2014: 36).
disinggung sebelumnya adalah bukan hanya melibatkan masalah nyata yang dapat
hal-hal yang dapat dengan mudah dibayangkan dan mudah diakses oleh pikiran
peserta didik. Permainan, alat peraga, cerita atau bahkan konsep matematika
formal adalah beberapa hal yang dapat berperan sebagai masalah realistik dalam
memiliki posisi yang jauh berbeda dengan penggunaan masalah realistik dalam
Lebih lanjut, permasalahan realistik yang dikenal juga sebagai konteks, memiliki
Fungsi paling fundamental dari konteks adalah memberikan siswa suatu akses
yang alami dan motivatif menuju konsep matematika. Konteks harus dimuat
dalam suatu kemasan yang bermakna bagi siswa sehingga konsep matematika
tersebut dapat dibangun atau ditemukan kembali secara alami oleh siswa.
sebagai alat untuk menerjemahkan konteks dan juga alat untuk mendukung
proses berpikir.
3. Penerapan (applicability)
Pada posisi ini peran konteks bukan lagu untuk mendukung penemuan dan
tingkat awal. Sedangkan untuk peserta didik SD tingkat atas dan peserta didik
yang dekat dengan aktivitas keseharian mereka adalah alternatif yang bisa
dipilih.
2. Guru perlu memikirkan pemilihan situasi yang relevan untuk suatu konsep
matematika yang sering dijumpai. Selanjutnya situasi yang telah ditetapkan ini
3. Menghindari isu-isu yang besifat sensitif yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
Lebih lanjut, Tteffer (dalam Wijaya, 2012: 21—23) menguraikan kedua prinsip
yang dekat dengan siswa atau sering dijumpai siswa sehari-hari. Dari masalah
matika, selanjutnya siswa menyelesaikan masalah itu dengan alat-alat yang ada
kontekstual. Dalam belajar, peserta didik akan lebih mudah memahami konsep
jika ia tahu manfaat atau kegunaannya. Karena sesuatu yang bermakna akan
lebih mudah dipahami peserta didik dari pada yang tidak bermakna. Dalam hal
ini yang dimaksud bermakna adalah informasi yang baru saja diterima
masalah sehingga diharapkan akan muncul strategi yang bervariasi. Hasil kerja
konsep matematika. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator dan
pengetahuannya.
4) interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga
secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar peserta didik
akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika peserta didik saling meng-
diharapkan terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik. Selain itu
diharapkan terjadi pula interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yaitu
5) keterkaitan
bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara
bersamaan. Dalam hal ini pokok bahasan dalam materi pelajaran tidak berdiri
40
Selaras dengan lima karakteristik PMR, Aisyah (2007) menguraikan teknis atau
telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan, baik hasil kerja mandiri
hasil siap pakai. Untuk mempelajari matematika sebagai kegiatan, cara yang
F. Definisi Operasional
Agar penelitian ini terfokus, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi
sebagai berikut.
keterampilan pada diri peserta didik untuk mencari jalan keluar terhadap
(4) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah panduan peserta didik digunakan
menstimulasi peserta didik agar belajar mandiri dan belajar memahami serta
diharapkan. Pada penelitian ini, LKPD dikatagorikan efektif jika Lebih dari
atau sama dengan 60% peserta didik yang menggunakan LKPD berbasis PMR
G. Kerangka Pikir
pemecahan masalah matematis adalah suatu keterampilan pada diri peserta didik
43
masalah.
Rasa percaya diri peserta didik akan kemampuannya dalam menghadapi masalah-
masalah yang ditemui adalah komponen yang juga perlu dihadirkan dalam upaya
memotivasi diri, dan bertindak. Perasaan positif yang tepat tentang self-efficacy
internal, dan memungkinkan peserta didik untuk meraih tujuan yang menantang.
lemah, fokus pada hambatan, dan mempersiapkan diri untuk outcomes yang
kurang baik. Dalam memecahkan masalah matematika yang relatif dianggap sulit,
kemampuan.
kelompok. Selain itu, dalam proses latihan pemecahan masalah, interaksi yang
terjadi antara peserta didik maupun guru juga berpotensi untuk menciptakan
apresiasi dan motivasi melalui dukungan verbal terhadap pencapaian pada tahap-
tahap pemecahan masalah yang sedang dieksplorasi. Artinya, proses latihan pada
Pada awal pembahasan telah dibahas bahwa kemampuan pemecahan masalah dan
Pendidikan Matematika Realisitik memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat
point untuk mengenalkan dan menggunakan suatu konsep matematika. Hal dasar
matematika tidak dipandang sebagai suatu produk siap pakai, melainkan suatu
situasi yang dihadapi serta pengetahuan awal yang telah dimiliki peserta didik.
konteks yang disajikan. Konteks yang disajikan bisa berupa permasalahan tidak
rutin yang membutuhkan pikiran kreatif dan produktif serta cara penyelesaian
yang kompleks. Dalam pemecahan masalah non rutin, peserta didik akan
dalam Pendidikan Matematika Realistik dapat dimulai pada saat aktivitas saling
menukar ide. Pada saat bertukar gagasan/ide, selain belajar untuk membangun
Apresiasi yang diberikan oleh teman diskusi dan juga guru tentu saja akan
membangun rasa percaya diri peserta didik. Dengan kata lain, apresiasi yang
peserta didik untuk dapat melihat dirinya sendiri sebagai seseorang yang memiliki
peserta didik. Hal ini mengindikasikan bahwa rancangan pembelajaran dan juga
ajar haruslah mengakomodasi dan memfasilitasi peserta didik untuk dapat belajar
Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu sarana yang dapat
peserta didik dalam aktivitas menemukan konsep dari suatu kompetensi maupun
47
latihan.
dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan, dan
membantu peserta didik dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui
peserta didik, memanfaatkan waktu secara efektif dan efesien adalah beberapa hal
akan terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dengan pendidik,
H. Hipotesis
1. Lebih dari atau sama dengan 60% peserta didik yang menggunakan LKPD
A. Subjek Penelitian
ganjil tahun pelajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian ini dibagi dalam
LKPD, yaitu observasi dan wawancara. Subjek pada pada saat observasi adalah
peserta didik kelas VIII A dan VIII B. Subjek pada saat wawancara adalah satu
Subjek validasi LKPD dalam penelitian ini adalah dua orang ahli. Ahli pertama
yaitu Agung Putra Wijaya, M.Pd., yang merupakan dosen pada program studi
pendidikan matematika FKIP Universitas Lampung. Ahli kedua yaitu Dila Saktika
Bandarlampung.
Subjek pada tahap ini adalah lima orang peserta didik kelas VIII yang belum
menempuh materi sistem persamaan linear dua variabel tetapi telah mendapatkan
49
materi persamaan linear satu variabel. Lima orang siswa tersebut adalah siswa
kelas VIII B, yaitu Cinta Putri Aulia Nugroho, Kalycha Tivona, Rameza Elya,
Raisya Putri Wijaya, dan Nasuha Haris Putri. Kelima orang tersebut berturut-turut
Subjek pada tahap ini adalah seluruh siswa pada kelas VIII A. Terdapat 23 orang
tersebut.
development) dengan menggunakan desain studi kasus bentuk tunggal (one shot
X O
Langkah-langkah penelitian ini mengikuti metode Borg & Gall dan mengacu
1. Studi Pendahuluan
Tahap awal pada studi pendahuluan adalah penulis melakukan observasi terhadap
proses pembelajaran di kelas dan bahan ajar yang digunakan guru di kelas VIII.
maupun pendekatan yang digunakan oleh guru yang mengajar dan penulis juga
mengamati respon serta partisipasi peserta didik pada kegiatan pembelajaran dan
respon peserta didik terhadap bahan ajar yang digunakan selama kegiatan
menganalisis isi dan beberapa hal yang terkait dengan bahan ajar sebagai acuan
hasil observasi agar hasil pengamatan yang diperoleh lebih akurat dan
penyusunan materi dan penyusunan evaluasi yang akan diberikan pada post test.
2. Penyusunan LKPD
Peneliti menyusun rancangan LKPD sesuai dengan analisis kebutuhan yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya. LKPD yang dibuat terdiri dari: (1) Bagian
yang relevan ,keywords, peta konsep/ mind map; (2) Bagian Isi, terdiri dari
3. Validasi LKPD
LKPD yang telah disusun kemudian direvisi oleh ahli materi dan ahli media yang
oleh dua orang validator. Validasi materi bertujuan untuk mengetahui kebenaran
isi LKPD meliputi kebenaran konsep matematika dan proses pemecahan masalah
LKPD yang telah disusun kemudian direvisi oleh ahli materi dan ahli media.
Analisis skala penilaian LKPD dilakukan untuk melihat apakah LKPD memiliki
kriteria baik atau kurang baik. Revisi dilakukan secara terus menerus dan
LKPD yang telah direvisi pada tahap validasi kemudian diujicobakan kepada lima
orang peserta didik dengan kemampuan matematis tinggi, sedang, dan rendah.
Kelima peserta didik tersebut adalah peserta didik yang belum menempuh materi
sistem persamaan linear dua variabel tetapi sudah menempuh materi persamaan
linear satu variabel sebagai materi prasyarat. Pada akhir kegiatan, mereka
dan tanggapannya terhadap LKPD berbasis PMR. Hal ini dilakukan agar LKPD
Setelah data diperoleh, revisi kembali dilakukan sesuai hasil uji coba. Analisis
skala yang diberikan kepada peserta didik dilakukan untuk melihat apakah LKPD
sudah memiliki kriteria baik atau kurang baik. Revisi dilakukan kembali sampai
seluruh saran dan tanggapan peserta didik selama tahap uji coba selesai
ditindaklanjuti.
7. Uji Lapangan
peserta didik. Uji lapangan ini dilakukan pada kelas VIII A di SMP IT Ar Raihan
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen,
yaitu nontes dan tes. Instrumen - instrumen ini diberikan sesuai dengan subjek
Instrumen yang digunakan saat studi pendahuluan berupa lembar observasi dan
Instrumen dalam validasi LKPD diserahkan kepada dua orang ahli. Instrumen
yang diberikan berupa angket dengan pernyataan berskala guttman dengan dua
pilihan jawaban yaitu Ya (Y) dan Tidak (T) serta dilengkapi dengan komentar dan
saran dari para ahli. Kriteria yang menjadi penilaian validasi materi adalah: (1)
Aspek kelayakan isi, meliputi kesesuaian materi dengan SK dan KD, keakuratan
pembelajaran, koherensi dan keruntutan proses berpikir; serta (3) Aspek penilaian
strategi PMR. Tujuan pemberian skala ini adalah menilai kesesuaian isi LKPD
Kriteria validasi media adalah: (1) Aspek kelayakan kegrafikan, meliputi ukuran
LKPD, desain sampul LKPD, desain isi LKPD; serta (2) Aspek kelayakan bahasa,
istilah dan simbol. Pemberian skala ini bertujuan untuk menilai tampilan LKPD
Instrumen ini diberikan kepada peserta didik yang menjadi subjek uji coba LKPD
likert dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Baik (SB), Baik (B), Kurang
Terdapat instrumen tes dan nontes yang digunakan dalam penelitian ini. Instrumen
a) Instrumen Tes
Instrumen ini berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Tes ini
1) Validitas
Validitas isi dari tes kemampuan pemecahan masalah matematis ini dapat
ditentukan. Tes yang dikategorikan valid adalah yang telah dinyatakan sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur. Dengan asumsi bahwa
SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru
∑ ∑ ∑
=
∑ ∑ ( ∑ (∑ ) )
Keterangan:
kritik untuk validitas butir instrumen, yaitu 0,3. Artinya apabila ≥ 0,3,
(halaman 180-181).
2) Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
n i
2
r11 1
n 1 t
2
Keterangan :
peserta didik. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen dapat dilihat
3) Daya Pembeda
Daya beda suatu butir tes adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
Daya beda butir tes dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat
JA − JB
DP =
IA
Keterangan :
Nilai Interpretasi
DP ≤ 0,10 Sangat Buruk
0,10 ≤ DP ≤ 0,19 Buruk
0,20 ≤ DP ≤ 0,29 Agak baik, perlu revisi
0,30 ≤ DP ≤ 0,49 Baik
DP ≥ 0,50 Sangat Baik
Sudijono (2008:121)
Kriteria soal tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki interpretasi
baik, yaitu memiliki nilai daya pembeda ≥ 0,30. Hasil perhitungan daya
pembeda butir soal yang telah diujicobakan disajikan pada Tabel 3.5.
maka instrumen tes yang sudah diujicobakan telah memenuhi kriteria daya
pembeda soal yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Hasil perhitungan
daya pembeda butir soal dapat dilihat pada Lampiran C.3 (halaman 184).
4) Tingkat Kesukaran
memiliki derajat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
sebagai berikut:
J
TK =
I
Keterangan:
Nilai Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat sukar
0,16 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah
0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat mudah
Sudijono (2016: 372)
Kriteria soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal dengan
Hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal disajikan pada Tabel 3.7.
Dengan melihat hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal yang di-
b) Skala Self-efficacy
Skala self-efficacy pada penelitian ini mengukur empat aspek, yaitu authentic
physiological indexes. Hal ini didasari oleh teori Bandura (2008) mengenai
empat sumber utama self-efficacy. Skala ini dibuat berdasarkan skala Likert
dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Indikator kemampuan self-
Sebelum digunakan pada uji lapangan, skala self-efficacy ini divalidasi oleh
ahli, yaitu Mirra Septia Veranika, M.Psi., Psikolog. Beliau adalah counselor
Tujuan dari validasi ini adalah melihat kesesuaian isi dengan indikator dan
tujuan pembuatan skala. Kriteria yang menjadi penilaian dari ahli adalah: (1)
indikator yang diukur; (3) Kesesuaian antara pernyataan dengan tujuan; serta
61
(4) Penggunaan bahasa yang baik dan benar. Berdasarkan penilaian tiap
dinyatakan layak untuk digunakan pada uji lapangan. Secara lengkap, kisi-
kisi dan instrumen skala self-efficacy dapat dilihat pada Lampiran B.6 dan
Perhitungan dalam penentuan skor tiap kategori pilihan pada skala self-
e. Mencari dalam tabel distribusi normal standar bilangan baku (z) yang
Hasil pembulatan ini merupakan skor untuk masing-masing kategori tiap butir
pernyataan skala self-efficacy. Skor untuk kategori SS, S, TS dan STS setiap
153 yang dapat dilihat pada Tabel 3.9. Perhitungan lengkap terdapat pada
Skor
Nomor
Pernyataan SS S TS STS
1 6 4 3 1
2 1 2 3 6
3 6 5 2 1
4 1 1 3 4
5 1 1 3 4
6 4 3 2 1
7 4 5 1 6
8 5 4 1 1
9 1 2 3 4
10 6 5 2 1
11 1 3 5 8
12 6 4 3 1
13 4 3 2 1
14 5 4 3 1
15 1 3 6 6
16 6 4 3 1
17 1 3 5 5
18 6 4 3 1
19 1 2 2 3
20 5 4 1 1
21 1 2 3 6
22 3 2 1 1
23 4 3 1 1
24 1 3 4 5
25 6 5 4 1
26 1 2 3 5
27 4 3 2 1
28 1 2 3 5
Teknik analisis data pada penelitian ini dijelaskan berdasarkan jenis instrumen
1. Studi Pendahuluan
Data studi pendahuluan berupa hasil observasi dan wawancara dianalisis secara
buku teks serta KI dan KD matematika SMP juga dianalisis secara deskriptif
2. Kelayakan LKPD
Data yang diperoleh saat validasi LKPD adalah hasil penilaian validator terhadap
kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran dari validator
kuantitatif berupa skor penilaian ahli materi dan ahli media dideskripsikan secara
secara kualitatif.
Skala yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah 2 skala,
yaitu:
1) Ya dengan skor 1.
Teknik analisis data pada saat uji coba LKPD dilakukan dengan menganalisis
lembar skala yang diberikan pada peserta didik setelah uji coba LKPD selesai
dan ketertarikan peserta didik dalam menggunakan LKPD. Skala respon peserta
Skala yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah 4 skala,
yaitu:
3) Menghitung panjang kelas (p), yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas,
Keterangan :
S : Skor responden
4. Uji Lapangan
Teknik analisis data yang diperoleh saat pemberian instrumen di uji lapangan ada
dua, yaitu data kemampuan pemecahan masalah matematis dan data self-efficacy.
H0 : persentase peserta didik yang mendapat nilai minimal 70 kurang dari atau
( )= 1−
Keterangan:
p : banyaknya siswa yang mendapat nilai minimal 65
k : peluang setiap siswa mendapat nilai minimal 65
n : jumlah sampel
Dalam penelitian ini, uji binomial dilakukan dengan bantuan software IBM
SPSS Statistic 20. Kriteria pengujian yang dipakai adalah tolak H0 jika nilai
b) Self-efficacy
3) Mencari rata-rata skor masing-masing kategori hasil uji coba sebagai skor
netral.
4) Mencari rata-rata butir skor netral pada tiap aspek sebagai kelas skor
netral.
5) Menjumlahan hasil kali antara skor tiap kategori dengan skor hasil uji
SKL.
6) Mencari rata-rata butir pernyataan pada tiap aspek sebagai skor SKL.
A. Kesimpulan
didik.
B. Saran
berikut:
Ellison, J.G. 2009. Incresing Problem Solving Skill in Fifth Grade Advanced
Mathematics Student. Journal of Curriculum and Instruction, 3(1): 1-17.
Johnson, Elaine B. 2014. Contextual Teaching and Learning: What Is and Wht
It’s Here to Stay, Bandung: Kaifa.
Kisti, Hepy Hapsari, dkk. 2012. Hubungan Antara Self Efficacy dengan
Kreativitas Pada Siswa SMK. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Vol. 1. Tersedia:
journal.unair.ac.id/filerPDF/110710121_1v.pdf. [24 Maret 2017].
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: NCTM.
109
Noer, S.H. 2012. Self Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika. Makalah pada
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 10 November
2012: Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia: http://eprints.
uny.ac.id/10098/. [17 April 2015].
OECD. 2015. PISA 2015 Results in Focus: What 15-year-olds know and what
they can do with what they know. Sekretariat OECD: OECD.
Polya, George. 1985. How to Solve It 2nd Ed. New Jersey: Princeton University
Press.
Schwab, K., Martin, Xavier Sala-i. 2014. The global competitiveness report 2014–
2015.http://www3.weforum.org/docs/WEF_GlobalCompetitivenessReport_
2014-15.pdf [10 November 2016].
Strecher V.J., DeVellis B.M., Becker M.H., Rosenstock I.M. 1986. The Role of
Self-Efficacy in Achieving Health Behavior Change. Health Education
Quarterly (Spring 1986), Vol. 13 (1), 73-92. Tersedia [online]:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3957687. [17 April 2015].
Walker, R.A. 2011. Categorical Data Analysis for Behavioral Social Science.
New York: Routledge Taylor and Francis Group.