2748 7975 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

LGBT PERSPEKTIF HADIS NABI SAW.

M. Asna Mafaza, Izza Royyani 1

Abstract

One issue that is still very hotly discussed in the public roar today is the issue of
Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender. LGBT is related to sexual behavior. It
refers to a situation in which the perpetrator has a sexual disorder. This is usually
caused by their association, social constructs and their unawareness of their sexual
identity. Their existence until now is of course very difficult to accept among the
general public, because they are considered a deviation and contrary to the moral
and religious values that exist in society and many have blasphemed the perpetrators
as perpetrators of major sins that need to be punished. In Islam, the LGBT
phenomenon has existed since the time of Prophet Luth, where his people have
committed very perceptive acts, namely channeling sexual lust to the same sex, their
behavior is called sodom. And Islam strictly forbids this, as evidenced by the descent
of the disaster to the people of the Prophet Lut. that time. This Islamic view of LGBT
can be found explicitly in the explanation of the hadith of Raslullah saw. So to
understand this phenomenon, a study of the hadith in question is conducted. The
study of this hadith is carried out to become the basis for addressing the LGBT
phenomenon that is rife in Indonesia. However, to apply the understanding of the
hadith as a whole is certainly not easy to do, because Indonesia is not a country that
makes Islam a system in the state. It has its own point of view regarding the LGBT
phenomenon. Therefore, it is very important to conduct an in-depth study of the
hadiths that talk about LGBT so that this phenomenon can be properly addressed and
resolved, especially in the context of Indonesia which highly respects human rights.

Abstrak

Salah satu isu yang masih sangat hangat diperbincangkan dalam raung
publik saat ini adalah isu tentang Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. LGBT
berkaitan dengan perilaku seksual. Ia mengacu kepada keadaan di mana pelakuknya
memilki kelainan seksual. Hal ini biasanya disebabkan oleh pergaulan, konstruk
sosial dan ketidaksadaran mereka terhadap identitas seksual yang dimilikinya.
1
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , Izzaroyyan0312@Gmail.Com

1
2

Eksistensi mereka hingga saat ini tentunya sangat sulit diterima di kalangan
masyarakat secara umum, sebab dianggap sebagai sebuah penyimpangan dan
bertentangan dengan nilai moral dan agama yang ada dalam masyarakat serta tidak
sedikit yang menghujat pelakuknya sebagai pelaku dosa besar yang perlu dihukum.
Dalam Islam, fenomena LGBT telah ada sejak masa Nabi Luth, di mana kaumnya
telah melakukan perbuatan yang sangat tabuh, yaitu menyalurkan nafsu seksual ke
sesame jenis, perilaku mereka disebut sodom. Dan Islam dengan tegas melarang hal
tersebut, terbukti dengan diturunkannya musibah kepada kaum Nabi Luth as. waktu
itu. Pandangan Islam tentang LGBT ini secara eksplisit dapat ditemukan dalam
penjelasan hadis Raslullah saw. Maka untuk memahami fenomena tersebut,
dilakukan kajian terhadap hadis yang dimaksud. Kajian terhadap hadis ini dilakukan
untuk menjadi dasar dalam menyikapi fenomena LGBT yang tengah marak di
Indonesia. Namun, untuk menerapkan pemahaman hadis tersebut secara menyeluruh
tentu tidak mudah dilakukan, sebab Indonesia bukanlah negara yang menjadikan
Islam sebagai sistem dalam bernegara. Ia memiliki sudut pandnagnya sendiri
berkaitan dengan fenomena LGBT. Oleh sebab itu, sangat penting kiranya dilakukan
kajian mendalam tentang hadis-hadis yang berbicara tentang LGBT agar fenomena
ini bisa didudukkan dan diatasi sebagaimana mestinya, utamanya dalam konteks
Indonesai yang snagat menjunjung hak-hak kemanusiaan.

Pendahuluan yang menunjukkan mereka dari


Salah satu fenomena yang kalangan minoritas dalam hal
akhir-akhir ini banyak menyita seksualitas. Dasar gerakan ini adalah
perhatian public adalah LGBT yang ketika kalangan homoseksual
merupakan akronim dari "lesbian, gay, menuntut keadilan dan pengakuan atas
biseksual dan transgender". Istilah ini eksistensi mereka di Amerika Serikat
merupakan jargon yang dipakai untuk pada tahun 1960-an yang kemudian
gerakan emansipasi di kalangan non- pihak Amerika Serikat dan beberapa
heteroseksual. Keempat kelompok Negara barat lainnya melegalkan
tersebut digabung menjadi satu istilah pernikahan sesama jenis.
3

Berdasarkan kasus tersebut, orang diantaranya adalah


3
muncul banyak stigma masyarakat LGBT. Sedangkan untuk Aceh sendiri
terhadap kaum yang dianggap yang notabene-nya merupakan satu-
abnormal dalam lingkungan sosial satunya provinsi di Indonesia yang
tersebut. Tak sedikit dari masyarakat menegakkan hukum Syariat Islam juga
Indonesia yang menganggap kaum memiliki jumlah LGBT yang tidak
LGBT sebagai kaum yang menyalahi bisa dikatakan sedikit. Di wilayah kota
kodrat manusia, kaum Nabi Luth, Banda Aceh saja, menurut survei dari
kaum perusak moral, hama, sampah kantor Pusat Penelitian
masyarakat, pengundang malapetaka, Kemasyarakatan dan Budaya (PPKB)
penyandang cacat mental, dan sebagai Kota Banda Aceh pada tahun 2015,
penghancur norma-norma sosial, dan jumlah kelompok LGBT di Banda
2
agama. Aceh sudah mencapai 530 orang yang
Indonesia menjadi negara mayoritasnya merupakan mahasiswa.4
dengan penduduk LGBT terbanyak ke- Melihat data tersebut, maka
5 setelah Cina, India, Eropa, dan dapat dikatakan bahwa LGBT ini
Amerika. Beberapa lembaga survei adalah sebuah fenomena sosial yang
independen dalam maupun luar negeri terus meningkat, utamanya
menyebutkan bahwa Indonesia homoseksual dan lesbian ini mulai
memiliki 3% penduduk LGBT, yang mencuat seiring keinginan para pelaku
berarti 7,5 juta dari 250 juta penduduk untuk disahkan atau diakui dalam
Indonesia adalah LGBT atau lebih kehidupan masyarakat dan bernegara.
sederhananya dari 100 orang yang Walaupun di negara tertentu sudah ada
berkumpul di suatu tempat maka 3 yang melegalkan namun masih banyak

2
Muhammad Rizki Akbar Pratama, 3
M. B. Santoso, M. B., “LGBT
Rahmaini Fahmi dan Fatmawati, “Lesbian,
dalam Perspektif Hak Asasi Manusia”, Social
Gay, Biseksual dan Transgender: Tinjauan
Work Journal vol. 6, no. 2, 2016, 161.
Teori Psikoseksual, Psikologi Islam Dan
4
Biopsikologi”, Jurnal Psikologi Islami, vol. 4, Pratama, Fahmi dan Fatmawati,
no. 1, Juni 2018, 28. “Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.
4

negara yang masih melarang yang menyalahi fitrah manusia.


eksistensinya. Demikian juga, transgender, sebagai
Sejatinya dalam Islam sendiri bentuk perubahan identitas seks dari
fenomena LGBT telah diceritakan laki-laki ke perempuan atau
dalam al-Qur’an tentang perilaku gay sebaliknya. Walaupun dalam
(hubungan laki-laki dengan laki-laki) kenyatannya terdapat fenomena
yang dilakukan oleh kaum nabi Luth tersebut, namun sebagaimana fitrah
as. Kegiatan gay tersebut manusia, maka hanya ada 2jenis
dikategorikan perbuatan keji yakni kelamin, yakni laki-laki dan
kaum laki-laki mendatangi laki-laki perempuan.
untuk melepaskan syahwat, bukan Berkaitan dengan persoalan ini,
kepada wanita. Hal tersebut terungkap tentunya hadis sebagai sumber hukum
5
dalamQ.S al-A’raf (7): 80-84. Dari kedua ajaran Islam turut memberikan
ayat tersebut diketahui bahwa perhatian besar, mengingat persolan
perilakukaum nabi Luth as. mengawali LBGT ini adalah persolan yang sangat
praktek sodomi dalam sejarah krusial yang alih-alihnya
kehidupan manusia. mendatangkan laknat Allah swt.
Selain persoalan homoseksual Sehingga penting kiranya untuk
dan lesbian, terdapat fenomena upaya melihat lebih jauh bagaimana hadis
untuk mendapatkan eksistensi yaitu mendudukkan persolan LGBT ini dan
mereka yang melakukan biseksual dan bagaimana pemahaman para
transgender. Biseksual adalah mereka cendekiawan Islam terkait hadis
yang melakukan pemenuhan seks tersebut.
dengan lain pasangan sekaligus dengan
sesama jenisnya. Dengan demikian, Pembahasan
keberadaannya merupakan sesuatu 1. Teks Hadis
Jika melihat dari akronim
5
Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir al- LGBT ini terdapat 4 kelompok
Tabari, Jami’ al-Bayan an Ta’wil al-Qur’an,
juz I (Beirut: Dār al-Fikr, 1995), 304. manusia secara seksualitas yang
‫‪5‬‬

‫‪kemudian‬‬ ‫‪digabung‬‬ ‫‪menjadi‬‬ ‫‪satu‬‬ ‫‪tersebut, namun tupoksinya berbeda.‬‬


‫‪istilah.‬‬ ‫‪Setelah‬‬ ‫‪melakukan‬‬ ‫‪Lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel‬‬
‫‪penelusuran,‬‬ ‫‪ditemukan‬‬ ‫‪beberapa‬‬ ‫‪beriku ini:‬‬
‫‪hadis‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪membahas‬‬ ‫‪persolan‬‬
‫‪PESAN‬‬
‫‪NO‬‬ ‫‪HADIS‬‬
‫‪L‬‬ ‫‪G‬‬ ‫‪B‬‬ ‫‪T‬‬
‫‪6‬‬
‫‪1‬‬ ‫ال يبارش الرجل الرجل وال املرأة املرأة‬ ‫•‬ ‫•‬

‫‪2‬‬ ‫من وجدمتوه يعمل معل قوم لوط فاقتلوا الفاعل واملفعول به‬ ‫•‬

‫وط َولَ َع َن ه ُ‬
‫اَّلل َم ْن َ ِمع َل َ َمع َل قَ ْو ِم‬ ‫اَّلل َم ْن َ ِمع َل َ َمع َل قَ ْو ِم لُ ٍ‬
‫لَ َع َن ه ُ‬ ‫•‬

‫‪3‬‬
‫وط‬ ‫اَّلل َم ْن َ ِمع َل َ َمع َل قَ ْو ِم لُ ٍ‬ ‫لُ ٍ‬
‫وط َولَ َع َن ه ُ‬
‫اَّلل عَلَ ْي ِه َو َس ه ََّل الْ ُمت َ َش ِ ِّب َني ِم ْن ِالر َجالِ‬ ‫ول ه ِ‬
‫اَّلل َص هَّل ه ُ‬ ‫لَ َع َن َر ُس ُ‬ ‫•‬

‫‪4‬‬
‫ِِبل ِن َسا ِء َوالْ ُمت َ َش ِّبَ ِ‬
‫ات ِم ْن ال ِن َسا ِء ِِب ِلر َجالِ‬
‫اَّلل عَلَ ْي ِه َو َس ه ََّل الْ ُم َخنه ِث َني ِم ْن ِالر َجالِ‬
‫لَ َع َن النه ِ ُِّب َص هَّل ه ُ‬ ‫•‬

‫‪5‬‬
‫َوالْ ُم َ ََت ِج ََل ِت ِم ْن ال ِن َسا ِء‬
‫‪6‬‬ ‫حساق النساء بيهنن زنىسحاق النساء زان بيهنن‬ ‫•‬

‫اَّلل عَلَ ْي ِه َو َس ه ََّل هالر ُج َل يَلْبَ ُس ِلبْ َس َة‬


‫اَّلل َص هَّل ه ُ‬ ‫ول ه ِ‬
‫قَا َل لَ َع َن َر ُس ُ‬ ‫•‬

‫‪7‬‬
‫الْ َم ْر َأ ِة َوالْ َم ْر َأ َة تَلْبَ ُس ِلبْ َس َة هالر ُج ِل‬

‫‪6‬‬
‫‪Ali Abi Bakar al-Haitami, Majma’ al-Zawāid, juz 7 (Beirut: Dār al-Kitāb al-Arabī, 1407 H),‬‬
‫‪102.‬‬
Berdasarkan tabel di atas, Ibnu Ḥibbān, Al-Mustadrak ‘Alā al-
terlihat dengan jelas bahwa satu hadis Ṡaḥiḥain dan dihukumiṣaḥīḥ.8
menjelaskan 1 atau 2 persoalan, namun
tidak terdapat sebuah hadis yang 2. Aspek Kebahasaan
mencover keempat kelompok tersebut. Dalam hal ini, analisa yang
Sehingga dalam pada sub bahasan ini, penulis paparkan adalah analisa
penulis hanya mengkaji satu buah tekstual guna sebagai salah satu upaya
hadis dan hadis lainnya kami menemukan pemahaman yang lebih
tampilkan sebagai pendukung. luas. Analisa tekstual yang penulis

َ ْ ‫َح هدثَنَا َخلَ ُف ْب ُن الْ َو ِلي ِد َح هدثَنَا ا‬


‫ْسائِي ُل َع ْن‬ maksud dalam konteks ini adalah
ِ
َ‫ِ َِس ٍاك َع ْن ِع ْك ِر َم َة َع ِن ا ْب ِن َعبه ٍاس قَا َل قَال‬ analisa secara linguistik yang mengacu
pada kata kunci tertentu yang
ْ ِ ‫اَّلل عَلَ ْي ِه َو َس ه ََّل َال يُ َب‬
‫ارش هالر ُج ُل‬ ُ ‫النه ِ ُِّب َص هَّل ه‬ terkandung di dalam teks hadis yang
7
.)‫هالر ُج َل َو َال الْ َم ْر َأ ُة الْ َم ْر َأ َة(رواه امحد‬ sedang di kaji; dalam hal ini
Artinya: setidaknya satu kata kunci penting,
Telah menceritakan kepada kami yaitu kata ‫ المباشرة‬yang diambil dari
Khalaf bin al-Walīd telah kalimat ُ‫اَل يُباا ِشرْ ال َّر ُج ُل ال َّرج اُل او اَل ْال امرْ أاة‬
menceritakan kepada kami Isrāil
dari Simāk dari ‘Ikrimah dari ‫ال امرْ أاةا‬Pemilihan
ْ dua kata tersebut guna
Ibnu Abbās, ia berkata; Nabi memastikan apa yang dimaksud
Saw.bersabda: "Janganlah laki-
laki (bercumbu) dengan sesama dengan ‘sentuhan’ yang dianggap
laki-laki dan wanita bercumbu terlarang, perilaku homo/lesbian
dengan sesama wanita.
seperti apa yang terekam dalam hadis
Hadis di atas juga terdapat Nabi saw.
dalam Sunan Abū Dāwud dan Ṣaḥīḥ

8
Abū ‘Abdillāh al-Ḥākim Muḥammad
ibn ‘Abdillāh ibn Muḥammad ibn Ḥamdawaih
7
Sulaimn Abū al-Qāsim al-Ṭabrānī, ibn Nu’aim al-Ṭahmānī al-Naisābūrī, Al-
Al-Mu‘jam al-Awsâā , ed. Ṭâriq bin Mustadrak ‘alā al-Ṣaḥīḥainī, juz 4 (Cet. I:
Muḥammad dan ‘Abd a-Muḥsin al-Ḥusaynī, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Alamiyah, 1990
(Kairo: Dār al-Ḥaramayn, t.th), h. 266. H/1411 M), 320.

1
7

Menurut kamus, kata ‫المباشرة‬ pemahaman yang tepat dan cocok


berasal dari kata‫ البشرة‬yang berarti untuk melihat hadis ini, apakah
permukaan kulit. Secara operasioanl, dimaknai secara tekstual atau
kata ini memiliki beberapa arti, antara kontekstual. Dalam teori Abdullah
lain: berduaan dan melakukan Saeed, kajian tematis komprehensif ini
hubungan seksual; saling bersentuhan mungkin diistilahkan dengan kajian
kulit antar suami-istri; saling teks-teks parallel, yaitu teks-teks yang
bersentuhan tanpa penghalang, baik berkaitan dengan pesan kunci dari
dengan syahwat maupun tidak suatu ayat al-Qur’an yang sedang
(touching); perilaku seorang lelaki ditafsirkan, yang terletak di ayat-ayat
menempelkan tubuhnya (iltiṡāq) pada lain di al-Qur’an atau hadis.
tubuh perempuan dan saling Ayat yang sedang ditafsirkan
menempelkan kelaminnya tanpa tersebut boleh jadi mengomunikasikan
penetrasi; bisa juga berarti hubungan makna tertentu apabila dibaca secara
seksual pada umumnya (sexual terisolasi, namun ketika dibaca secara
intercourse).9 bersamaan dengan teks-teks lain yang
serupa, penafsirannya mungkin saja
3. Kajian Tematis mengindikasikan pesan yang berbeda
Komprehensif secara signifikan. Karena itu perinsip
Dalam memahami sebuah fundamental dari pendekatan
hadis, untuk mendapatkan pemahaman kontekstual dalam menafsirkan al-
yang lebih kompleks dan tidak cukup Qur’an adalah mengakji tidak hanya
dengan melihat satu hadis saja, sebuah ayat (atau beberapa ayat) yang
melainkan dibutuhkan teks lain untuk merupakan objek langsung dari
mengkonfirmasi bagaimana metode penafsiran orang yang menafsirkan,
tetapi juga mempertimbangakn semua
9
Muḥammad Rawwās dan Ḥâmid
Ṣâdiq, Mu‘jam Lughat al-Fuqahâ’ (ttp: Dār al-
Nafā’is, 1988), 399. Lihat juga Muḥammad al-
Zubaydî, Tâj al-‘Arûs min Jawâhir al-Qâmûs,
vol. 10 (ttp: Dâr al-Hidâyah, t.t.), 192.
8

teks al-Qur’an dan hadis yang keturunan yang sah, membangun


10
mungkin berkaitan dengannya. keluarga, menjaga kehormatan dan
Hadis tentang bersentuhan laki- menghindarkan diri dari perbuatan
laki/perempuan dengan sesama zina.11 Zina itu sendiri dalam al-
jenisnya, dalam artian berhubungan Qur’an ditegaskan sebagai sesuatu
seksual dihukumi zina ini merupakan yang buruk dan tergolong sebagai dosa
hukum mutlak yang tidak bisa besar.
dinegosiasikan, karena berkaitan Terkait dengan hadis larangan
dengan kelansungan masa depan bercumbu sesama jenis (laki dan
sosial. Dalam Islam sendiri, ketika laki/peremuan dengan perempuan),
berbicara tentang hubungan seksual jika melihat pendapat ulama mayoritas
yang dibolehkan adalah yang diikat memaknai hadis tersebut secara
dalam sebuah pernikahan. tekstual, berikut urain pendapat ulama
Sementara pernikahan tentang hukuman bagi pelaku
merupakan sesuatu yang bersifat homoseksual/lesbian.
holistik dan sakral di samping untuk
memenuhi kebutuhan biologis antar 4. Analisis Hukum Islam
lelaki dan perempuan juga untuk terhadap Perilaku LGBT
melengkapi hubungan sosial dengan Islam mengakui bahwa
sesama. Namun yang menjadi titik manusia memiliki hasrat untuk
penting adalah bahwa pernikahan tidak melangsungkan hubungan seks,
semata-mata untuk mencari terutama terhadap lawan jenis. Islam
kenikmatan seksual sesaat, melainkan mengatur hal ini dalam sebuah
lebih dari itu. Secara sederhana, tujuan lembaga yang dinamakan dengan
pernikahan antara lain dapat dijelaskan perkawinan, sebagaimana telah kami
dengan; Pertama, untuk memperoleh
11
Zaitunah Subhan, Al-Qur’an dan
10
Abdullah Saed, Al-Qur’an Abad Perempuan: Menuju Kseteraan Gender dalam
21; Tafsir Kontekstual, terj. Ervan Nurtawab Penafsiran, ed. Artani Hasbi(Jakarta:
(Bandung: Mizan, 2016), 123. Kencana, 2015), 121-122.
9

sebelumnya. Melalui perkawinan, Menurut Sayid Sabiq, liwat


fitrah manusia dapat terpelihara atau homoseks merupakan perbuatan
dengan baik, sebab perkawinan yang dilarang oleh syara’ dan
mengatur hubungan seks antara pria merupakan jarimah yang lebih keji
dan wanita. Dengan adanya daripada zina. Liwat merupakan
perkawinan yang disyariatkan, maka perbuatan yang bertentangan dengan
Islam melarang segala bentuk akhlak dan fitrah manusia dan
hubungan seks di luar perkawinan. berbahaya bagi manusia yang
Sebab akan berdampak kepada melakukannya. Sehingga para ulama
kekacauan hubungan biologis dan bisa fiqh berbeda pendapat tentang
merusak garis keturunan dan hukuman homoseks, di antaranya
menyebabkan permusuhan dan adalah: 1). Dibunuh secara mutlak. 2).
pembunuha Dihad seperti had zina. Bila pelakunya
Pembicaraan mengenai jejaka maka didera dan rajam apabila
homoseksual/lesbian selama ini selalu di telah menikah. 3). Dikenakan
berujung pada hukuman bagi para hukum ta’zir.12
pelakunya, karena dalil keharamannya Yusuf Al-Qaradhawi
menurut ahli fiqh telah ditetapkan oleh berpandangan bahwa perilaku
al-Qur’an seperti yangditetapkan pada homoseksual bertentangan dengan
umat nabi Luth as. Oleh karena itu fitrah manusia dan merusak sifat
para imam mazhab kecuali Hanafi kelaki-lakian dan merampas hak-hak
menetapkan hukuman rajam hingga perempuan. Perbuatan ini dapat
mati bagi pelaku homoseksual/lesbian. merusak tatanan masyarakat dan
Sedangkan Hanafi berpandangan hal manusia tidak lagi menghiraukan etika,
ini termasuk maksiat yang tidak kebaikan dan perasaan.13 Berangkat
ditetapkan secara pasti oleh Allah,
maka dihukum ta’zir (pemberian 12
Hasan Zaini, “LGBT dalam
Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Ilmiah
pelajaran), karena bukan bagian dari Syari’ah, vol. 15, no. 1 Juni 2016, 72.
13
zina. Ibid.
10

dari pendapat ulama di atas, terdapat ‫َح هدثَنَا َأبُو َس ِعي ٍد َح هدثَنَا ُسلَ ْي َم ُان ْب ُن ب ََِللٍ َع ْن‬
beberapa hadis yang menjelaskan hal ‫َ ْمع ِرو ْب ِن َأ ِِب َ ْمع ٍرو َع ْن ِع ْك ِر َم َة َع ِن ا ْب ِن‬
tersebut, di antaranya:
‫اَّلل عَلَ ْي ِه َو َس ه ََّل‬
ُ ‫اَّلل َص هَّل ه‬ ِ ‫َع هب ٍاس َأ هن َر ُسو َل ه‬
‫ َو َأبُو بَ ْك ِر ْب ُن خ هََل ٍد‬،‫الص هبا ِح‬
‫َح هدثَنَا ُم َح همدُ ْب ُن ه‬ ُ ‫اَّلل َم ْن غَ ه ََّي ُ ُُتو َم ْ َاْل ْر ِض لَ َع َن ه‬
‫اَّلل‬ ُ ‫قَا َل لَ َع َن ه‬
‫ َع ْن َ ْمع ِرو‬،‫ َح هدثَنَا َع ْبدُ الْ َع ِزي ِر ْب ُن ُم َح هم ٍد‬:‫قَ َاال‬ ‫اَّلل َم ْن ََك ه َه أَ ْ َمعى‬ ُ ‫َم ْن ت ََو هَّل غَ ْ ََّي َم َوا ِلي ِه لَ َع َن ه‬
ِ ‫اَّلل َم ْن َذب َ َح ِلغ ْ ََِّي ه‬
‫اَّلل لَ َع َن‬ ُ ‫الط ِر ِيق لَ َع َن ه‬‫َع ْن ه‬
،‫ َع ِن ا ْب ِن َع هب ٍاس‬،‫ َع ْن ِع ْك ِر َم َة‬،‫ْب ِن َأ ِِب َ ْمع ٍرو‬ ‫اَّلل َم ْن َع هق‬ ُ ‫اَّلل َم ْن َوقَ َع عَ ََّل َبَ ِ مي َ ٍة لَ َع َن ه‬ ُ‫ه‬
:‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس ه ََّل قَا َل‬
ُ ‫اَّلل َص هَّل‬ ِ ‫َأ هن َر ُسو َل ه‬ ‫وط قَالَهَا‬ ٍ ُ‫اَّلل َم ْن َ ِمع َل َ َمع َل قَ ْو ِم ل‬ُ ‫َو ِ َاِليْ ِه لَ َع َن ه‬
15
.)‫ثَ ََل ًث(رواه امحد‬
‫ فَا ْق ُتلُوا‬،‫وط‬ ٍ ُ‫« َم ْن َو َجدْ تُ ُمو ُه ي َ ْع َم ُل َ َمع َل قَ ْو ِم ل‬
14 Selain kedua hadis di atas, al-
.)‫الْ َفا ِع َل َوالْ َم ْف ُعو َل ِب ِه (رواه بن ماجه‬
Qur’an terlah lebih dulu
Artinya: menggambarkan bagaimana kaum
Telah menceritakan kepada Luth yang melkaukan sodom dilaknat
kami Muḥammad bin Ṡabah
dan dihukum sebagaimana dijelaskan
dan Abū Bakar bin Khalād,
keduanya berkata; telah Allah Swt dalam firman-Nya, QS. Al-
menceritakan kepada kami
A’raf : 80.
‘Abdul Azīz bin Muḥammad
dari ‘Amru bin Abī Amru dari Berdasarakan al-Qur’an dan
‘Ikrimah dari Ibnu Abbās,
hadis di atas, maka ulama bersepakat
sesungguhnya Rasulullah Saw.:
"Barangsiapa dari kalian yang bahwa liwat dan aktivitas seksual
menemukan orang yang
sesama jenis adalah haram. Bahkan
melakukan perbuatan kaum
nabi Luth, maka bunuhlah pelaku homoseksual/lesbian bisa
pelaku dan obyek dari pelaku
mendapat hukuman yang berat sampai
itu."
pada hukuman mati. Ibnu Qayyim

15
Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn
14
Ibnu Mājah Abū ‘Abdillāh Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Hilāl ibn Asad al-
Muḥammad ibn Yazīd al-Qazwainī, Sunān Syaibān, Musnad al-Imām Aḥmad ibn Ḥanbal,
Ibnu Mājah, juz 2 (ttp.: Dār Iḥyā’ al-Kutub al- juz 5 (ttp.: Muassaah al-Risālah, 1421 H/2001
‘Arabiyah, t.t.), 856. M), 84.
11

menjelaskan bahwa hukuman bagi tentang jenis kelamin biologis (laki-


pelaku sodomi sudah jelas sesuai laki dan perempuan), identitas gender,
dengan hukum Allah Swt. Karena kemudian orientasi seksual dan
semakin besar perbuatan yang perilaku seksual. Identitas gender
diharamkan, maka semakin berat pula (jenis kelamin) adalah olahan dari
hukumannya, dalam hal ini konstruksi sosial yaitu perempuan
persetubuhan yang tidak dibolehkan dengan femininitasnya, laki-laki
sama sekali jelas lebih besar dosanya dengan maskulinitasnya dan
dari persetubuhan yang dibolehkan transgender yang memiliki kedua-
dalam kondisi tertentu, oleh karena itu duanya. Pada seseorang yang
hukumannya harus diperberat.16 transgender demikian, ia memiliki dua
varian, yakni laki-laki keperempuanan
5. Analisa Kontekstual (waria atau banci) dan perempuan
a. Seksualitas dan Pernikahan kelelaki-lakian.17
Seksualitas adalah bagaimana Orientasi seksual adalah
seorang manusia mendapatkan kapasitas yang dimiliki oleh setiap
pengalaman erotis dan mengespresikan manusia berkaitan dengan ketertarikan
dirinya sebagai makhluk seksual, emosi, rasa kasih sayang dan
dalam dirinya ada kesadaran diri hubungan seksual. Orientasi seksual
pribadi sebagai laki-laki atau merupakan kodrat, ia adalah
perempuan, kesadaran tersebut didapat pemberian Tuhan, tidak dapat diubah,
dari kapasitas yang mereka miliki atas setiap manusia tak memiliki hak untuk
pengalaman erotis dan tanggapan atas memilih dilahirkan dengan orientasi
pengalaman tersebut. Kajian seksual tertentu. Sedangkan perilaku
mengenai seksualitas mencakup seksual adalah cara seseorang
beberapa aspek, yaitu pembicaraan mengespresikan hubungan seksualnya.

16 17
Fatwa MUI Nomor 57 tahun 2014 Siti Musdah Mulia, Islam dan Hak
tentang Lesbian, Gay, Sodomi dan Asasi Manusia: Konsep dan Implementasi
Pencabulan. (Yogyakarta: Naufan Pustaka, 2010), 286.
12

Menurut Musdah Mulia, perilaku bahwa perilaku homo/lesbian,


seksual sangat dipengaruhi oleh meskipun barangkali bisa menjadi
konstruksi sosial, ia tidak bersifat pemenuhan dorongan seksual bagi
kodrati, dan bisa dipelajari. Cara untuk pelakunya tetap saja dihukumi sama
mengespresikan hubungan seksual seperti perbuatan zina, dan Islam
adalah seperti sodomi (oral seks, anal dengan tegas mempersoalkan perilaku
seks atau gaya 69) atau dalam bahasa tersebut.
Arab disebut dengan liwath. Perilaku Lalu bagaimana dengan
seksual inilah yang ’dianggap’ homoseksual/lesbianisme yang sudah
menyimpang karena seks bebas seperti dibalut dengan ikatan pernikahan
itu telah menumbuhsuburkan suatu seperti yang sering terjadi di negara-
penyakit seksual yang sampai saat ini negara maju? Tidak bisa dipungkiri, di
belum ditemukan obatnya yakni AIDS negara-negara maju, pernikahan
(Acquired Immonu Syndrome), suatu sejenis sudah bukan sesuatu yang
sindrom kumpulan dari berbagai gejala asing. Artinya, dalam kehidupan nyata
dan infeksi sebagai akibat dari hari ini, perilaku tersebut sudah
kerusakan spesifik sistem kekebalan dilegalisasi secara nyata dan diikat
tubuh karena inveksi virus HIV dalam bingkai yang namanya
(Human Immonudeficiency Virus) pernikahan. Selain itu, melihat begitu
pada tubuh manusia. maraknya hal tersebut, tampaknya
Untuk menghindari hal akan sulit bisa dikatakan bahwa tidak
tersebut, Islam telah mengatur sebuah ada cinta di antara mereka. Sebelum
hubungan seksual sah, yakni melalui menjawab pertanyaan di atas,
jalur pernikahan, yang bersifat holistik barangkali penting untuk sedikit
dan sacral.Kaitannya dengan fenomena mengurai konsepsi pernikahan dan
homoseksual/lesbian, tampaknya sulit seksualitas dalam Islam.
menemukan ruang eksistensi yang bisa Secara lebih detail dapat
diakui sebagai sesuatu yang holistik dijelaskan bahwa pernikahan memiliki
dan sakral. Penegasan hadis Nabi saw. banyak tujuan mulia, antara lain:
13

Pertama, memelihara keturunan. Ini seksual, menikmati hubungan seksual,


menjadi tujuan yang paling mulia dan waktu, dan cara hubungan seksual
paling mendasar dari sebuah dilakukan; dan pro-kreasi yaitu fungsi
pernikahan. Kedua, memelihara regenerasi manusia dari waktu ke
pandangan dan kehormatan waktu.19Namun sekali lagi, yang
dariperbuatan yang dilarang agama. menjadi titik penting adalah hubungan
Ketiga, pemenuhan kebutuhan seksual. seksual yang dimaksud harus
Dalam pandangan Islam, pernikahan dilakukan dalam ikatan yang sah
dapat membantu mengatur nafsu (pernikahan).
seksual dan mengarahkannya pada
arah yang benar. Selain itu tentunya b. Membaca Arahan Nabi saw. :
dapat membentengi diri dari pergaulan Solusi Pencegahan
tidak sehat dan perilaku seks bebas. Penyimpangan Seksual
Keempat, dapat mewujudkan Adapun hadis yang menjadi
keharmonisan antar sesama muslim.18 rujukan primer dalam tulisan ini
Secara khusus mengenai memang tegas mempersoalkan
hubungan seksual, paling tidak perilaku homoseksual, termasuk
mengandung dua tujuan: pertama, agar lesbian. Bahkan secara umum, dalil-
mendapatkan kelezatan (nikmat yang dalil agama berkenaan perilaku ini
besar) sensasional. Kedua, untuk selalu dipahami sebagai sesutu yang
mendapatkan keturunan sehingga menolak keras eksistensi mereka
keberlanjutan generasi penerus dapat sebagai sesuatu yang alamiah tanpa
dilestarikan. Dengan bahasa yang lebih persoalan. Namun tidak berarti bahwa
sederhana, hubungan seksual memiliki Islam tidak memiliki arahan nyata
dua fungsi sekaligus, yaitu rekreasi; akan hal ini. Sejak awal, persoalan
meliputi pemenuhan kebutuhan
19
Umi Khusnul Khatimah,
18
Agustina Nurhayati, “Pernikahan “Hubungan Seksual Suami-Istri dalam
dalam Perspektif Alquran,” Jurnal ASAS, vol. Perspektif Gender dan Hukum Islam,” Jurnal
3, no. 1, 2011, 43. Ahkam, vol. 13, no. 2, 2013, 242.
14

hubungan antar manusia, baik berbeda ‫َو َال تُ ْف ِِض الْ َم ْر َأ ُة ا ََّل الْ َم ْر َأ ِة ِِف الث ْهو ِب الْ َوا ِح ِد‬
jenis kelamin maupun sesama jenis ِ 20
.)‫(رواه مسَّل‬
tidak pernah luput dari fokus lensa
Islam.
Artinya:Menceritakan kepada kami
Banyak penelitian Abû Bakr bin Abî Shaybah,
menyebutkan terkait pencegahan menceritakan kepada kami
Zayd bin Ḥabbâb, dari al-
terjadinya perilaku seks yang
Ḍaḥḥāk bin ‘Uṭmân, dia
menyimpang, salah satunyaadalah berkata: mengabarkan
peran orang tua yang sangat besar kepadaku Zayd b. Aslam, dari
‘Abd al-Raḥmân bin Abî
dalam menanamkan perilaku seksual
Sa‘îd al-Khudrî, dari ayahnya,
yang sehat terhadap anak-anaknya. bahwasanya Rasulullah
Dari sekian banyak hadis yang bersabda: “Janganlah seorang
berbicara tentang pola asuh ini, di lelaki melihat aurat lelaki lain,
begitu pula seorang
antaranya adalah sebagai berikut: perempuan. Dan jangan pula
1) Larangan saling membuka dan seorang lelaki ‘saling
melihat aurat juga berada bersentuhan kulit’ dengan
seorang lelaki dalam satu
dalam satu pakaian saling
pakaian, begitu juga dengan
bersentuhan: perempuan.”

2) Kesadaran akan identitas seks


‫ َح هدثَنَا َزيْدُ ْب ُن‬،‫َح هدثَنَا َأبُو بَ ْك ِر ْب ُن َأ ِِب َشيْ َب َة‬ dan kelamin pribadi dan tidak
:‫ قَا َل‬،‫ َع ِن الضه هح ِاك ْب ِن ُعثْ َم َان‬،‫الْ ُح َب ِاب‬ menyerupai lawan jenis:
‫ َع ْن َع ْب ِد هالر ْ َمح ِن ْب ِن َأ ِِب‬،‫َأخ َ ََْب ِِن َزيْدُ ْب ُن َأ ْس َ ََّل‬ ‫ َح هدثَنَا‬،‫ َح هدثَنَا غُ ْندَ ٌر‬،‫َح هدثَنَا ُم َح همدُ ْب ُن ب َ هش ٍار‬
ِ ‫ َأ هن َر ُسو َل‬،‫ َع ْن َأبِي ِه‬،‫َس ِعي ٍد الْ ُخدْ ِر ِي‬
‫هللا‬ ‫ َع ِن ا ْب ِن‬،‫ َع ْن ِع ْك ِر َم َة‬،َ‫ َع ْن قَتَا َدة‬،‫ُش ْع َب ُة‬
‫ « َال ي َ ْن ُظ ُر هالر ُج ُل‬:‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس ه ََّل قَا َل‬ ُ ‫َص هَّل‬ ِ ‫ول ه‬
‫اَّلل‬ ُ ‫ لَ َع َن َر ُس‬:‫اَّلل َعهنْ ُ َما قَا َل‬ َ ِ ‫َع هب ٍاس َر‬
ُ ‫ِض ه‬
،‫ َو َال الْ َم ْر َأ ُة ا ََّل َع ْو َر ِة الْ َم ْر َأ ِة‬،‫ا ََّل َع ْو َر ِة هالر ُج ِل‬
ِ ِ
،‫َو َال يُ ْف ِِض هالر ُج ُل ا ََّل هالر ُج ِل ِِف ثَ ْو ٍب َوا ِح ٍد‬ 20
Muslim bin al-Ḥajjâj al-Naysâbûrî,
ِ Al-Jâmi‘ al-Ṣaḥîḥ, juz 1 (Beirut: Dâr Iḥyā al-
Turāṡ al-‘Arabī, t.t.), 226.
15

ِ‫املُت َ َش ِ ِّب َني ِم َن ِالر َجال‬ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس ه ََّل‬


ُ ‫َص هَّل‬ shallallahu 'alaihi wasallam
melaknat laki-laki yang
ِ‫ِم َن ال ِن َسا ِء ِِب ِلر َجال‬ ‫ات‬ ِ َ‫ َواملُت َ َش ِّب‬،‫ِِبل ِن َسا ِء‬ berpakaian dengan gaya
wanita dan wanita yang
21 .)‫(رواه البخاري‬ berpakaian dengan gaya laki-
laki."
Artinya: Dari Ibnu ‘Abbās r.a. dia
berkata; "Rasulullah saw. Beberapa hadis Nabi saw. di
melaknat laki-laki yang atas menunjukkan betapa beliau sudah

menyerupai wanita dan sejak dini memberikan arahan tentang


wanita yang meyerupai laki- bagaimana membudayakan pola asuh

laki. yang sehat dan memberdayakan


lingkungan sosial yang baik dan pada
‫َح هدثَنَا َأبُو عَا ِم ٍر َو َأبُو َسلَ َم َة قَ َاال ثَنَا ُسلَ ْي َم ُان‬ gilirannya dapat menciptakan pola

‫ي َ ْع ِِن ا ْب َن ب ََِللٍ َع ْن ُسهَ ْي ِل ْب ِن َأ ِِب َصا ِل ٍح َع ْن‬ hidup dan lingkungan sosial yang baik
pula, terutama hubungannya dengan
ُ ‫اَّلل َص هَّل ه‬
‫اَّلل‬ ِ ‫َأبِي ِه َع ْن َأ ِِب ه َُرْي َر َة َأ هن َر ُسو َل ه‬
orientasi seksual, perilaku seksual dan
‫عَلَ ْي ِه َو َس ه ََّل لَ َع َن هالر ُج َل يَلْبَ ُس لُ ْب َس َة الْ َم ْر َأ ِة‬ identitas seksual. Hal ini, sekali lagi,
22
.)‫َوالْ َم ْر َأ َة تَلْبَ ُس لُبْ َس َة هالر ُج ِل(رواه امحد‬ penting untuk dilakukan, karena
orientasi seksual dan perilaku seksual

Artinya: Telah menceritakan kepada yang menyimpang banyak dipengaruhi


kami Abu 'Amir dan Abu oleh faktor lingkungan, baik bersifat
Salamah mereka berkata:
telah menceritakan kepada intrnal –seperti keluarga- maupun
kami Sulaiman -yaitu Ibnu eksternal seperti relasi dengan teman
Bilal dari Suhail bin Abu
Shalih dari bapaknya dari dan sebagainya, sebagaimana sudah
Abu Hurairah, dia berkata; disebutkan pada bagian awal.
Bahwasanya Rasulullah

21
Al-Bukhārī, Muḥammad bin Ismā’īl Kesimpulan
Abū ‘Abdillāh al-Ju’fī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, juz 7
(Cet. I; ttp.: Dār Ṭūq al-Najāh, 1442 H), 159.
Islam telah memberi pedoman
22
Ahmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad kepada manusia bahwa perkawinan
ibn Ḥanbal, juz 8, h. 273.
16

adalah cara hidup yang fitrah, bagi disampaikan oleh Imam Hanafi, yaitu
manusia yang bernaluri seksual dan dita’żir
berketurunan diberi pedoman hidup Hadis tentang LGBT ini jika
berkeluarga secara beradab dan ditarik dalam pemahaman yang lebih
berkehormatan melalui jalan luas, masih mengarah pada
perkawinan. Dengan demikian LGBT pemahaman bahwa perilaku tersebut
tidak dapat dibenarkan (haram) karena tetap tidak dapat dibenarkan dan
bertentangan dengan pedoman hidup sangat bertentangan dengan prinsip-
berkeluarga yang tercermin dalam al- prinsip dasar sebuah hubungan yang
Qur’an dan hadis. LGBT juga legal, baik secara hukum pemerintahan
mengancam eksistensi kemaslahatan terlebih agama, khususnya Islam.
manusia yang bersifat esensial, yakni Sehingga, hal penting yang ditawarkan
merusak keturunan, akal, jiwa, dan oleh Islam berdasarkan arahan dan
kehormatan manusia.Terkait dengan petunjuk Nabi saw. yang terekam
hukum (rajam/bunuh) yang difatwakan dalam hadis-hadisnya, antara lain
beberapa ulama terhadap pelaku adalah: Pertama, larangan saling
LGBT menurut hemat penulis perlu membuka dan melihat aurat juga
ditinjau kembali, sebab hadis yang berada dalam satu pakaian saling
menerakankan tentang hal itu bersentuhan. Kedua, kesadaran akan
dihukumi lemah. Untuk saat ini, identitas seksual dan kelamin yang
putusan yang cukup bijak menurut dimiliki.
hemat penulis sesuai dengan yang

Daftar Pustaka

Al-Bukhārī, Muḥammad bin Ismā’īl Abū ‘Abdillāh al-Ju’fī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, juz 7.
ttp.: Dār Ṭūq al-Najāh, 1442 H.

Fatwa MUI Nomor 57 tahun 2014 tentang Lesbian, Gay, Sodomi dan Pencabulan.
17

Al-Haitami, Ali Abi Bakar. Majma’ al-Zawaid, juz 7. Beirut: Dar al-Kitāb al-Arabī,
1407.

Al-Ḥusain,Ibnu Fāris, Aḥmad bin Fāris bin Zakariya al-Qazawainī al-Rāzī


AbūMu’jam Maqāyīs al-Lugah, juz 5. Ttp.: Dār al-Fikr, 1399 H/1979 M.

Khatimah,Umi Khusnul. “Hubungan Seksual Suami-Istri dalam Perspektif Gender


dan Hukum Islam,” Jurnal Ahkam, vol. 13, no. 2, 2013.

Mulia, Siti Musdah. Islam dan Hak Asasi Manusia: Konsep dan Implementasi,
Yogyakarta: Naufan Pustaka, 2010.

Al-Naisābūrī, Abū ‘Abdillāh al-Ḥākim Muḥammad ibn ‘Abdillāh ibn Muḥammad ibn
Ḥamdawaih ibn Nu’aim al-Ṭahmānī. Al-Mustadrak ‘alā al-Ṡaḥīḥainī, juz 4.
Cet. I: Beirut: Dār al-Kutub al-‘Alamiyah, 1990 H/1411 M.

Nurhayati,Agustina “Pernikahan dalam Perspektif Alquran,” ASAS, vol. 3, no. 1,


2011.

Pratama,Muhammad Rizki Akbar Rahmaini Fahmi dan Fatmawati. “Lesbian, Gay,


Biseksual dan Transgender: Tinjauan Teori Psikoseksual, Psikologi Islam
Dan Biopsikologi”, Jurnal Psikologi Islami, vol. 4, no.1, Juni, 2018,
Al-Qazwainī, Ibnu Mājah Abū ‘Abdillāh Muḥammad ibn Yazīd. Sunān Ibnu Mājah,
juz 2. ttp.: Dār Iḥyā’ al-Kutub al-‘Arabiyah, t.t.

Ṣâdiq, Muḥammad Rawwâs dan Ḥâmid Mu‘jam Lughat al-Fuqahâ’. ttp.: Dâr al-
Nafâ’is, 1988.

Saed,Abdullah Al-Qur’an Abad 21; Tafsir Kontekstual, terj. Ervan Nurtawab.


Bandung: Mizan, 2016.

Santoso, M. B., “LGBT dalam Perspektif Hak Asasi Manusia”, Social Work Journal
vol. 6, no. 2, 2016.
Subhan,Zaitunah Al-Qur’an dan Perempuan: Menuju Kseteraan Gender dalam
Penafsiran. Jakarta: Kencana, 2015.
Al-Syaibān, Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Muḥammad ibn Ḥanbal ibn Hilāl ibn Asad.
Musnad al-Imām Aḥmad ibn Ḥanbal, juz 5 (ttp.: Muassaah al-Risālah, 1421
H/2001 M.

Al-Tabari, Abu Ja’far Muhammad Ibn. Jarir Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayil Qur’an,
juz 1. Beirut: Dār al-Fikr, 1995.

Al-ṬabrānīSulaimn Abū al-Qāsim. Al-Mu‘jam al-Awsā, Kairo: Dār al-Ḥaramayn, t.t.

Al-Tamimi, Ahmad ibn Ali ibn al-Musanna Abu Ya’la al-Musili. Musnad Abi Ya’la,
juz 13. Damaskus: Dār al-Ma’mun li al-Turas, 1984 H.
18

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1411
H/1990 M.

Zaini, Hasan. “LGBT dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Ilmiah Syari’ah, vol.
15, no. 1, Juni 2016.

Al-Zubaydî, Muḥammad. Tâj al-‘Arûs min Jawâhir al-Qâmûs, vol. 10. Ttp.: Dâr al-
Hidâyah, t.th.

You might also like