Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

ISSN : 1411-7703

e-ISSN : 2746-2625

METODE FILTRASI MENGGUNAKAN MEDIA ARANG AKTIF, ZEOLIT,


DAN PASIR SILIKA UNTUK MENURUNKAN AMONIA TOTAL (N-NH3)
DAN SULFIDA (S2-) PADA AIR LIMBAH OUTLET INDUSTRI
PENYAMAKAN KULIT

Yoga Pratama1, Swatika Juhana1,*, dan Ragil Yuliatmo1

1
Jurusan Teknologi Pengolahan Kulit, Politeknik ATK Yogyakarta, Jl.
Ringroad Selatan, Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta,
Indonesia.
*Email : swatika.rustiawan@gmail.com

Abstract
The leather tanning industry is one of the industries that produces liquid
waste. The liquid waste of the leather tanning industry contains contaminants such
as chromium, ammonia, and sulfide. Parameters of ammonia and sulfide levels at
the wastewater outlets that exceed the quality are problems that occur in the
leather tanning industry. So a research was conducted to reduce the value of
ammonia and sulfide using the filtration method using activated charcoal, zeolite,
and silica sand media. The thickness of each media used in the filtration was 15
cm activated charcoal, 15 cm zeolite and 25 cm silica sand on a filtration column
diameter of 4,8 cm. The volume of wastewater that flows into the filtration column
is 1500 ml of wastewater from the outlet of WWTP. The test results on the initial
effluent included the parameters of ammonia and sulphide of 26,6 mg/L and 0,16
mg/L, respectively. The results of the reduction of ammonia by filtration showed
that at the 20, 40, and 60 minutes, they were 4,9 mg/L, 3,5 mg/L and 4,95 mg/L,
respectively. The results of reducing sulfide by filtration showed that at 20, 40, and
60 minutes, respectively, 0,48 mg/L, 0,16 mg/L, and 0,38 mg/L. The highest
efficiency of ammonia reduction was obtained at the 40 minute, which was 86.84%,
while the sulfide did not show any efficiency.

Keyword: Wastewater, Filtration, Filtration Media, Ammonia, and Sulfide.

Intisari
Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang menghasilkan
limbah cair. Limbah cair industri penyamakan kulit mengandung kontaminan
seperti BOD, COD, TSS, krom, ammonia total, dan sulfida.. Parameter kadar
amonia dan sulfida pada outlet air limbah IPAL yang melebihi mutu merupakan
permasalahan yang terjadi pada industri penyamakan kulit. Maka dilakukan
penelitian untuk mengurangi nilai amonia dan sulfida menggunakan metode filtrasi
menggunakan media arang aktif, zeolit, dan pasir silika. Ketebalan masing-masing
media yang digunakan pada filtrasi yaitu 15 cm arang aktif, 15 cm zeolit dan 25 cm
pasir silika pada diameter kolom filtrasi sebesar 4,8 cm. Volume air limbah yang

39
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

dialirkan pada kolom filtrasi tersebut yaitu 1500 ml air limbah outlet Instalasi
Pengolahan Akhir Limbah (IPAL). Hasil pengujian pada limbah awal meliputi
parameter amonia dan sulfida masing-masing sebesar 26,6 mg/L dan 0,16 mg/L.
Hasil dari penurunan amonia dengan filtrasi menunjukan pada menit ke-20, 40,
dan 60 masing-masing 4,95 mg/L, 3,5 mg/L dan 4,95 mg/L. Hasil dari penurunan
sulfida dengan filtrasi menunjukan pada menit ke-20, 40, dan 60 masing masing
0,48 mg/L, 0,16 mg/L, dan 0,38 mg/L. Efisiensi tertinggi penurunan amonia
didapatkan pada menit ke-40 yaitu sebesar 86,84%, sedangkan pada sulfida tidak
menunjukan efisiensi.

Kata Kunci: Air Limbah, Filtrasi, Media Filtrasi, Amonia, dan Sulfida.

PENDAHULUAN
Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai
macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit wetblue, kulit kras)
menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit seperti industri lainnya, tidak
terlepas dari masalah limbah yang dihasilkan yaitu menimbulkan
pencemaran lingkungan baik disebabkan oleh limbah padatan, limbah gas
maupun limbah cairan yang dihasilkannya. Nugraha et al. (2018) dalam
Nugraha et al. (2020), menunjukkan bahwa industri penyamakan kulit
menghasilkan limbah dalam jumlah yang cukup besar, yakni sekitar 29,3
m3 limbah cair dan 1,75 ton limbah padat dari 1,5 ton kulit garaman yang
digunakan. Sementara itu, menurut Bhargavi et al. (2015) dan Sekaran et
al. (2007) dalam Nugraha et al (2020), 1 kg kulit akan menghasilkan limbah
cair sebesar 30-35 liter dan limbah padat sebanyak 0,7 kg. Industri
penyamakan kulit merupakan salah satu indutri yang sering
dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari
lingkungan yang ada disekitarnya baik melalui air, tanah, dan udara.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001, air limbah
adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air
limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri
(Kencanawati, 2016) seperti limbah hasil industri penyamakan kulit. Salah
satu cara untuk mengatasi limbah cair hasil proses penyamakan kulit yaitu
dengan dilakukan pengolahan terhadap limbah. Tujuan utama pengolahan
air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air
terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan
senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang
terdapat di alam (Kencanawati, 2016).
Proses pengolahan limbah memerlukan pemantauan terhadap air
hasil pengolahan limbahnya. Pemantauan terhadap air hasil pengolahan
dilakukan dengan melakukan analisis atau pengujian terhadap air limbah

40
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

kemudian dibandingkan dengan baku mutu air limbah. Baku Mutu Air
Limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau
kegiatan. Terdapat parameter-parameter dalam baku mutu air limbah
industri penyamakan kulit. Parameter-parameter tersebut meliputi Chemical
Oxygen Demand (COD), Biologycal Oxygen Demand (BOD5), Total
Suspended Solid (TSS), krom total, minyak dan lemak, amonia total, sulfida,
dan pH.
Salah satu parameter yang perlu diperhatikan pada air limbah
industri pengolahan kulit yaitu amonia total dan sulfida. Amonia merupakan
senyawa kimia dengan rumus NH3 yang merupakan senyawa pencemar
bagi air. Menurut Rezakazemi et al. (2012), amonia bersifat racun bagi
mayoritas ikan dan teroksidasi secara biologis oleh mikroorganisme
menjadi nitrit yang berbahaya bagi manusia. Amonia banyak terkandung
dalam limbah cair, baik limbah domestik, limbah pertanian, maupun limbah
industri termasuk kegiatan industri pengolahan kulit. Sedangkan sulfida
merupakan hasil-hasil pembusukan zat organik dan juga akibat dari
penurunan kadar belerang. Pembusukan anaerobik dari berbagai zat yang
mengandung belerang dan penurunan kadar campuran-campuran belerang
menjadi sulfida menghasilkan bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Menurut Kristanto (2004), sulfida merupakan senyawa yang sangat
beracun dan berbau busuk sehingga kehadirannya dalam air akan
berpengaruh terhadap air. Di dalam jumlah yang besar, sulfida dapat
memperbesar derajat keasaman air sehingga dapat menyebabkan
korosifitas. Salah satu industri yang menghasilkan buangan yang
mengandung sulfida yaitu industri penyamakan kulit. Mengingat amonia
total dan sulfida yang keluar dari IPAL salah satu perusahaan kulit yang
kami teliti melebihi baku mutu air limbah yaitu masing-masing sebesar 1,39
mg/L dan 8,01 mg/L. Hal tersebut dapat menimbulkan pencemaran
ammonia total dan sulfida terhadap lingkungan. Salah satu tindakan untuk
menurunkan kadar amonia dan sulfida dalam air limbah yaitu filtrasi.
Filtrasi merupakan suatu metode pengolahan limbah dengan cara
menyaring padatan maupun zat lain menggunakan media. Media yang
sering digunakan dalam filtrasi sangat beragam, seperti zeolit, arang aktif,
dan pasir silika. Menurut Elfrida (2017), metode filtrasi menggunakan media
seperti arang aktif, zeolit, dan pasir silika dapat mereduksi kandungan zat
padat, mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, bau, besi, dan
mangan. Oleh karena itu, penelitian tentang penggunaan metode filtrasi

41
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

dengan media arang aktif, zeolit, dan pasir silika dalam menarik untuk
ditelaah.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air limbah outlet
yang didapatkan dari salah satu perusahaan penyamakan kulit di Bogor,
Jawa Barat. Bahan-bahan lain yang digunakan dalam filtrasi yaitu zeolit,
arang aktif, pasir silika, air, dan lem pipa PVC.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu botol plastik, pipa
paralon 1,5 inch, tutup paralon, selang, jak literan, jerigen plastik 1 literan,
meja penyangga, Toples kaca atau jar, bor, penggaris, gunting, cutter,
sendok plastik, dan stopwatch.
Metode
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan
melakukan serangkaian percobaan guna mengetahui pengaruh metode
filtrasi menggunakan media arang aktif, zeolit, dan pasir silika terhadap
menurunnya nilai amonia total dan sulfida pada limbah outlet IPAL. Adapun
tahapan proses yang dilakukan dalam penelitian yaitu:
1. Pengambilan sampel awal air limbah outlet
Pengambilan sampel merupakan tahapan pertama yang dalam
penelitian. Adapun sampel limbah diambil di outlet IPAL mengguanakan
botol plastik 1,5 liter yang sudah dibersihkan dan dikeringkan.
2. Proses filtrasi
Proses filtrasi terdiri dari 2 tahapan yaitu tahapan pembuatan alat filtrasi
dan proses filtrasi limbah outlet IPAL.
3. Pengujian sampel
Pengujian sampel dilakukan di BBKKP Yogyakarta yang beralamat di
Jalan Sokonadi No. 9, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Parameter yang diujikan adalah amonia total dan
sulfida.

42
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

Gambar 2. Rangkaian alat filtrasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Baku mutu air limbah menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah
(BMAL) adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang
akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau
kegiatan. Kadar maksimum per parameter ditetapkan dalam baku mutu.
Tabel 1 merupakan data hasil pengujian air limbah outlet perusahaan kulit,
hasil tersebut dibandingkan dengan BMAL industri penyamakan kulit
(Permen LH Nomor 5 Tahun 2014). Berdasarkan data hasil pengujian yang
sudah dilakukan dapat diidentifikasi bahwa amonia total dan sulfida
melebihi baku mutu air limbah.
Berbagai macam bahan kimia proses yang digunakan dalam proses
seperti surfactant, biocide, chromium, pewarna, syntan, fatliquor, asam,
basa, solvent, pigment, dan bahan lainnya serta senyawa organik dari kulit
wet blue yang dapat mengakibatkan kenaikan COD. Amonia total dan
sulfida yang berlebihan dapat disebabkan oleh penggunaan bahan kimia
proses dan proses pengolahan limbah serta aktifitas mikrobiologi.
Fokus utama dalam penelitian ini yaitu amonia total dan sulfida.
Menurut Komarawidjaja (2005), amonia merupakan senyawa anorganik
yang diperlukan sebagai sumber energi dalam proses nitrifikasi bakteri

43
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

aerobik. Pada air, amonia berada dalam dua bentuk yaitu amonia tidak
terionisasi dan amonia terionisasi. Amonia yang tidak terionisasi bersifat
racun dan akan mengganggu syaraf pada ikan sedangkan amonia yang
terionisasi memiliki kadar racun yang rendah. Sama halnya dengan amonia,
sulfida juga dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Sifatnya yang
beracun juga dapat membahayakan kehidupan biota di air.

Tabel 2. Hasil uji kualitas outlet IPAL perusahaan penyamakan kulit


Baku Mutu Hasil
No Parameter Satuan
Limbah Cair Pemeriksaan
1 BOD5 mg/L Maks 50 44
2 COD mg/L Maks 110 115
3 TSS mg/L Maks 60 24
4 Krom Total (Cr) mg/L Maks 0,60 <0,011
5 Minyak dan Lemak mg/L - 2,2
6 Nitrogen Total mg/L Maks 10 8,44
8 Amonia Total mg/L Maks 0,5 1,39
9 Sulfida mg/L Maks 0,8 8,01
10 pH - - 7,33

Tabel 2. Hasil dari pengamatan langsung (organoleptis) pada sampel


limbah
Filtrasi limbah pada menit ke
Parameter 0
20 40 60
(limbah awal)
Kejernihan 2 1 1 1
Bau 4 1 1 1

Keterangan:
Nilai parameter kejernihan Nilai parameter bau
1 = Jernih 1 = Tidak berbau
2 = Cukup jernih 2 = Sedikit berbau
3 = Sedikit jernih 3 = Cukup berbau
4 = Tidak jernih 4 = Berbau
Setelah dilakukan proses filtrasi, selanjutnya sampel dilakukan
pengujian untuk mengetahui nilai penurunan amonia dan sulfida pada
sampel. Dilakukan 2 pengujian pada sampel limbah tersebut yaitu
pengamatan limbah secara langsung atau organoleptis dan pengujian
secara kimiawi. Pengamatan limbah secara langsung (organoleptis)
dimaksudkan sebagai pengujian yang dilakukan secara langsung dengan

44
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

atau menggunakan alat indera manusia. Pengujian secara organoleptis


didapatkan hasil seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.
Data sampel hasil filtrasi pada menit ke-20 menit, 40 menit, dan 60
menit menunjukan sampel jernih atau tidak keruh. Gambar 2 menunjukan
perbandingan kejernihan antara sampel limbah awal dan sampel hasil
filtrasi. Keduanya menunjukan baik sampel limbah awal maupun sampel
hasil filtrasi jernih.

A B

Gambar 2. Pengamatan pada sampel limbah awal dan sampel limbah


hasil filtrasi. Keterangan = A:sampel limbah awal; B: sampel hasil filtrasi

Sampel limbah awal menghasilkan bau sedangkan sampel hasil


filtrasi pada menit ke-20, 40, dan 60 tidak menghasilkan bau. Bau yang
dihasilkan oleh limbah awal dapat disebabkan oleh adanya kandungan
senyawa kimia seperti amonia dan sulfida. Sampel hasil filtrasi pada menit
ke 20, 40, dan 60 tidak menunjukan adanya bau atau tidak berbau. Hal
tersebut dikarenakan adanya proses filtrasi mengakibatkan senyawa kimia
yang memberikan bau terfiltrasi sehingga bau dari limbah dapat tereduksi
atau hilang. Menurut Masduqi dan Assomadi (2012) dalam Elfrida (2017),
selain mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat pula mereduksi
kandungan bakteri, menghilangkan warna, bau, besi, dan mangan.
Pengujian secara kimiawi merupakan pengujian yang dilakukan
dengan cara analisis pada kandungan kimiawi tertentu pada sampel baik
dengan cara titrasi maupun menggunakan alat sehingga akan didapatkan
angka yang menunjukan hasil dari pengujian (kuantitatif). Pengujian yang
dilakukan meliputi pengujian amonia total dan sulfida.
Hasil pengujian nilai amonia total ditampilkanpada Gambar 3. Pada
menit ke-0 dilakukan pengujian limbah outlet IPAL setelah diambil beberapa
hari dari outlet IPAL perusahaan kulit sebelum dilakukan filtrasi. Gambar 3
menunjukan nilai amonia total pada limbah awal (menit ke-0) cukup tinggi
yaitu 26,6 mg/L. Hal inidapat disebabkan oleh penggunaan amonia pada

45
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

proses penyamakan kulit khususnya pada proses dyeing, dan adanya


aktivitas mikroorganisme seperti aerobik maupun anaerobik.

NILAI AMONIA TOTAL (MG/L) 30


26,6
25

20

15

10

5 4,95 4,95
3,5
0 0,5 0,5 0,5 0,5
0 menit 20 menit 40 menit 60 menit
FILTRASI LIMBAH PADA MENIT KE-

N-Amoniak hasil filtrasi Baku Mutu Limbah Cair

Gambar 3. Grafik penurunan amonia total hasil filtrasi

Gambar 3 menunjukan adanya penurunan nilai amonia total yang


signifikan setelah dilakukan filtrasi dengan hasil yang diperoleh berturut-
turut pada menit ke-20 (4.95 mg/L), menit ke-40 (3.5 mg/L), dan menit ke-
60 (4,95 mg/L). Penurunan yang signifikan tersebut diakibatkan oleh
adanya proses adsorbsi dan absorbsi oleh media yang digunakan pada
filter. Media arang aktif, zeolit dan pasir silika dapat menurunkan nilai
amonia total melalui mekanisme adsorbsi dan absorbsi. Menurut Ardhiyadi
(2012), adsorpsi atau proses penjerapan adalah suatu peristiwa
terkontaknya partikel padatan dan cairan pada kondisi tertentu sehingga
sebagian cairan terjerap (menempel pada permukaan rongga) di
permukaan padatan dan konsentrasi cairan yang tidak terjerap (menempel
pada permukaan rongga) mengalami perubahan. Sedangkan menurut
Nurhidayati (2009), absorbsi adalah proses terjebaknya partikel atau
absorbat oleh bahan yang berpori/absorbent. Kedua peristiwa baik adsorbsi
maupun absorbsi saling berkaitan satu sama lain dalam proses
pengurangan atau reduksi senyawa kontaminan seperti amonia.
Gambar 3 juga menunjukan adanya kenaikan pada filtrasi menit ke-
60 yaitu dari menit ke-40 sebesar 3,5 mg/L naik menjadi 4,95 mg/L pada
menit ke-60. Penurunan amonia optimum terjadi pada menit ke-40. Tetapi
pada menit ke-60 terjadi kenaikan jumlah amonia dalam air limbah. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh:

46
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

1. Media mengalami titik kejenuhan sehingga senyawa tidak dapat


terserap dengan maksimal dan dapat mengakibatkan keluarnya
senyawa amonia.
2. Terjadi difusi amonia dari adsorben yang telah terisi amonia dengan
konsentrasi tinggi keluar adsorben yang konsentrasi amonianya lebih
rendah. Difusi merupakan proses perpindahan zat dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi ini menyebabkan kadar amonia
pada menit ke-60 menjadi naik (lebih tinggi) daripada pada menit ke-
40.
3. Gaya tarik permukaan yang lemah. Pada adsorpsi fisika gaya yang
terjadi antara adsorbat dan substrat adalah gaya van der waals yang
lemah, tidak terdapat halangan yang berarti untuk membentuk ikatan
pada permukaan adsorben dan dimungkinkan untuk membentuk
adsorpsi multilayer (Anonim, 2019). Akibat gaya tarik permukaan yang
lemah (gaya van der waals), senyawa atau partikel dapat terlepas dari
media.

Hasil pengujian nilai sulfida dapat dilihat pada Gambar 4. Pada menit
ke-0 dilakukan pengujian limbah outlet IPAL setelah diambil beberapa hari
dari outlet IPAL perusahaan kulit yang belum dilakukan filtrasi. Gambar 4
menunjukan nilai sulfida pada limbah awal (menit ke-0) cukup rendah yaitu
0,16 mg/L. Hal ini kemungkinan disebabkan aktivitas biologis
(mikroorganisme). Sulfur berasal dari bahan organik. Menurut Supono
(2018), bakteri memecah bahan organik dan menggunakan sulfur untuk
membentuk jaringan tubuhnya dan bahan tersisa berupa mineral. Dalam
keadaan aerobik, sulfur akan dimineralisasi menjadi sulfat (SO 42-) tetapi
sebaliknya dalam keadaan anaerobik akan dimineralisasi menjadi asam
sulfida. Sulfida (H2S) yang dihasilkan merupakan senyawa yang terionisasi
dalam bentuk hidrogen sulfida dan berada dalam kesetimbangan dengan
HS- dan S2- (Supono, 2018). Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
sulfida yang rendah diakibatkan oleh berjalannya proses aerobik sehingga
sulfur dirombak oleh bakteri menjadi senyawa sulfat (SO42-).

47
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

Nilai sulfida (mg/L)


0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
0,6
0,48
0,4 0,38
0,2 0,16 0,16
0
0 menit 20 menit 40 menit 60 menit
Filtrasi limbah pada menit ke-

Sulfida Baku Mutu Limbah Cair

Gambar 4. Grafik penurunan nilai sulfida hasil filtrasi

Gambar 4 menunjukan nilai sulfida mengalami kenaikan dan


penurunan berturut-turut yaitu limbah awal (0,16 mg/L), filtrasi menit ke-20
(0,48 mg/L), menit ke-40 (0,16 mg/L), dan menit ke-60 (0,38 mg/L). Sampel
limbah awal menunjukan nilai sulfida yang kecil (0,16 mg/L) kemudian pada
filtrasi pada menit ke-20 nilai sulfida mengalami kenaikan (0,48 mg/L)
kemudian mengalami penurunan kembali pada menit ke-40 (0,16 mg/L) dan
mengalami kenaikan kembali pada menit ke-60 (0,38 mg/L). Hasil filtrasi
menunjukan nilai penurunan sulfida kurang signifikan.
Nilai efisiensi filtrasi pada limbah outlet dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut.

𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑒 𝑁


𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = × 100%
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙

Sampel awal menunjukan nilai dari sampel awal limbah (outlet)


sebelum dilakukan filtrasi. Sedangkan sampel filtrasi menit ke-N
menunjukan nilai dari sampel yang sudah diberi perlakukan ke-N (N
menunjukan menit). Grafik efisiensi ditunjukan pada Gambar 5.

48
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

150%

Efisiensi penuruan nilai (%)


100% 86,84%
81,39% 81,39%
50%
0% 0% 0%
-50% 0 menit 20 menit 40 menit 60 menit

-100%
-150% -137,50%

-200% -200%
-250%
Filtrasi limbah pada menit ke-

N-Ammonia Sulfida

Gambar 5. Grafik efisiensi penurunan amonia total dan sulfida

Gambar 5 menunjukan grafik efisiensi penurunan amonia dan


sulfida. Grafik tersebut menunjukan terjadinya kenaikan efisiensi
penurunan amonia dari limbah awal sebesar 0% menjadi 81,39% dan
86,84% pada filtrasi menit ke-20 dan 40. Tetapi terjadi penurunan efisiensi
kembali pada menit ke-60 yaitu 81,39%. Kemudian, terjadi ketidak-efisiensi
terhadap penurunan sulfida. Grafik tersebut menunjukan penurunan
efisiensi pada sulfida yang ditunjukan dengan grafik yang naik turun pada
limbah awal hingga pada filtrasi menit ke-60.

KESIMPULAN
1. Metode filtrasi merupakan metode dalam pengolahan limbah yang
dapat memisahkan padatan maupun menghilangkan zat tersuspensi
maupun zat lainnya seperti senyawa kimia, warna, maupun bau (odor)
pada limbah.
2. Metode filtrasi menggunakan media arang aktif, zeolit, dan pasir silika
dapat mengurangi bau serta menjernihkan limbah.
3. Hasil pengujian kadar amonia total dari proses filtrasi pada menit ke-20
(4,95 mg/L), menit ke-40 (3,5 mg/L), dan menit ke-60 (4,95 mg/L). Hasil
pengujian kadar sulfida dari proses filtrasi pada menit ke-20 (0,48
mg/L), menit ke-40 (0,16 mg/L), dan menit ke-60 (0,38 mg/L).
4. Hasil penurunan amonia tertinggi didapatkan pada hasil filtrasi pada
menit ke-40 sebesar 3,5 mg/L. Sedangkan pada sulfida tidak
mengalami penurunan akan tetapi mengalami kenaikan pada filtrasi
pada menit ke-20 sebesar 0,48 mg/L.
5. Efisiensi penurunan amonia tertinggi didapatkan pada hasil filtrasi pada
menit ke-40 sebesar 86,84%, sedangkan pada parameter nilai sulfida
tidak mengalami efisiensi.

49
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

Ucapan terima kasih


Penulis berterima kasih atas dukungan dan kerjasama dari Politeknik ATK
Yogyakarta, Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2019. Petunjuk Praktikum Teknik Pengolahan Limbah.
Yogyakarta: Politeknik ATK Yogyakarta.
. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.
Andika, B., Wahyuningsih, P., & Fajri, R. 2020. Penentuan Nilai BOD dan
COD Sebagai Parameter Pencemar Air dan Baku Mutu Air Limbah
di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jurnal Kimia Sains
dan Terapan, Vol. 2, No. 1, 14-22
Astuti, A. D. 2015. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Industri
Tepung Ikan Ditinjau Dari Tingkat Kebauan, Bau Dan Air Limbah
(Studi Kasus di Desa Purworejo Kecamatan Pati). Jurnal Litbang Vol.
XI, No. 2, 113-123.
Elfrida, D. 2017. Penurunan Salinitas Air Payau Menggunakan Filter Media
Zeolit Teraktivasi Dan Arang Aktif. Tugas Akhir. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November.
Hidayah, Taufik. 2014. Efektifitas Penggunaan Tabung Biofilter Untuk
Sistem IPAL Komunal. Tugas Akhir. Makassar: Universitas
Hasanudin.
Indrawijaya, B., Windarti, A., Suryani, & Elly. 2020. Optimasi Pembuatan
Perekat Kayu Alami Dengan Memanfaatkan Limbah Penyamakan
Kulit. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia, Vol. 4 No. 1 , 46-53.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah
Dengan Sistem Biofilter Anaerob Aerob Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan . Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
Dan Sarana Kesehatan.
Kencanawati, C. I. 2016. Sistem Pengelolaan Air Limbah. Denpasar:
Universitas Udayana.
Lestari, D. Y. 2010. Kajian modifikasi dan karakterisasi zeolit alam dari
berbagai negara. prosiding seminar nasional Kimia dan Pendidikan
Kimia 2010, 1-6.
Mugiyantoro, A., Rekinagara, Istifari H., Primaristi, Corintia D., & Soesilo, J.
2017. Penggunaan Bahan Alam Zeolit, Pasir Silika, Dan Arang Aktif
Dengan Kombinasi Teknik Shower Dalam Filterinasi Fe. Mn, dan Mg

50
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

Pada Air Tanah Di UPN "Veteran" Yogyakarta. Seminar Nasional


Kebumian Ke-10, 1127-1137.
Murti, R. S., Purwanti, C. M., & Suyatini. 2013. Adsorpsi Amoniak dari
Limbah Cair Penyamakan Kulit Menggunakan Abu Terbang Bagas.
MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.29 No.2, 85 -90.
Nugraha, A. W., Suparno, O., Indrasti, & Nastiti. 2020. Analisis Potensi
Jejak Karbon Limbah Cair Dan Listrik Pada Proses Penyamakan
Kulit. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 256-264.
Panca Kurniasari, & Puerwono. Analisis Efisisensi Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Kabupaten Kendal. 1-25.
Purnomo, E. 2017. Bahan Kimia Kulit. Yogyakarta: Politeknik ATK
Yogyakarta.
Purnomo, E., Anggraini, T., Abdullah, S. S., & Rosiati, N. 2020. Modul
Praktikum Teknik Pasca Tanning Kulit Besar. Yogyakarta: Politeknik
ATK Yogyakarta.
Puspawati, S. W. 2017. Alternatif Pengolahan Limbah Industri Tempe
Dengan Kombinasi Metode Filtrasi dan Fitoremediasi. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XV, 129-136.
Sugihartono. 2018. Pemanfaatan Limbah Turunan Industri Penyamakan
Kulit sebagai Upaya untuk Meminimalisir Dampak Pencemaran
Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-
7, 25-40.
Suliastuti, I., Anggraini, S. A., Iskandar, & Taufik. Pengaruh Perbandingan
Jumlah Media Filter (Pasir Silika, Karbon Aktif, Zeolit) Dalam Kolom
Filtrasi Terhadap Kualitas Air Mineral. 1-5.
Supono. 2018. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Udang. Bandar
Lampung: CV. Anugrah Utama Raharjo
Vegatama, M. R., Willard, K., Saputral, R. H., Sahara, A., & Ramadhan, d.
M. 2020. Rancang Bangun Filter Air Dengan Filtrasi Sederhana
Menggunakan Energi Listrik Tenaga Surya. PETROGAS Vol. 2, No.
2, 1-10.
Wagiyono. 2003. Menguji Kesukaan Secara Organoleptik. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Widayat, W. 2009. Daur Ulang Air Limbah Domestik Kapasitas 0,9 M3 per
Jam Menggunakan Kombinasi Reaktor Biofilter Anaerob Aerob dan
Pengolahan Lanjutan. JAI Vol 5. No. 1, 28-41.
Yahya, R. 2018. Pengolahan Limbah Kromium Industri Elektroplating
Menggunakan Teknologi Filtrasi, Absorbsi, Adsorbsi, Sedimentasi
(FAAS). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

51
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)
ISSN : 1411-7703
e-ISSN : 2746-2625

Zuhro, S. F. (2020). Rancang Bangun Filter Limbah Cair Laundry Skala


Rumah Tangga Dengan Menggunakan Multimedia Filter. Tugas
Akhir. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

52
Majalah Kulit Politeknik ATK Yogyakarta, Vol. 20, Edisi 1 (2021)

You might also like