Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Analisis Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika

Berbasis Hots di Kelas IX-2 SMP N 1 Tigalingga T.P 2021/2022


Rebecca Samosir1, Humuntal Banjarnahor 2

Jurusan Matematika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/Universitas Negeri Medan


Jalan Williem Iskandar Pasar V Medan Estate, Kotak Pos No. 1589
Medan 20221 A, Sumatera Utara
rebecca1999samosir@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the ability of students in solving high order thinking skill (HOTS)
type math problems in class IX-2 at SMP N 1 Tigalingga. The research method used is descriptive
analysis qualitative method. Sampling using probability simple random sampling and sample class
IX-2 with a total of 30 people. Subjects were taken using purposive sampling technique and the
subjects were taken by 3 students, namely 1 student with high ability, 1 student with moderate
ability, and 1 student with low ability. Data collection techniques include observation, giving a test
about High Order Thinking Skill, and interviews. The results showed that the ability to analyze,
evaluate, and create indicators was 77.8%, 56.7%, and 54.4% with an average indicator
achievement of 62.9% in the sufficient category. High-order thinking skills of students IX-2
obtained 2 students (6.67%) with high abilities, 21 students (70%) with moderate abilities, and 7
students (23.3%) with low abilities. Students were categorized as quite capable of solving thinking
skills questions. high level, but there are still shortcomings in the completion.

Keywords: Higher Order Thinking Skill

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika tipe High Order Thinking Skill (HOTS) kelas IX-2 di SMP N 1 Tigalingga. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif analisis deskriptif. Pengambilan sampel dengan
menggunakan probability simple random sampling dan sampel kelas IX-2 dengan jumlah 30 orang.
Pengambilan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling dan subjek yang diambil 3 siswa,
yaitu 1 siswa berkemampuan tinggi, 1 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan
rendah. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, pemberian tes soal High Order Thinking
Skill, dan wawancara. Hasil penelitian diperoleh kemampuan dalam indikator menganalisis,
mengevaluasi, mencipta sebesar 77,8%, 56,7%, dan 54,4% dengan rata-rata pencapaian indikator
62,9% kategori cukup. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa IX-2 diperoleh 2 siswa (6,67%)
berkemampuan tinggi, 21 siswa (70%) berkemampuan sedang, dan 7 siswa (23,3%)
berkemampuan rendah.. Siswa dikategorikan cukup mampu menyelesaikan soal kemampuan
berpikir tingkat tinggi, namun masih terdapat kekurangan dalam penyelesaian

Kata kunci: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

PENDAHULUAN (Masyarakat Ekonomi Asean) menuntut kita


memiliki kemampuan Sumber Daya Manusia
Pada abad sekarang ilmu (SDM) yang berkualitas tinggi (Hasratuddin,
pengetahuan dan teknologi telah berkembang 2018: 22). Hal ini tentunya sangat berdampak
pesat sesuai dengan tuntutan kehidupan. pada tatanan pendidikan di Indonesia. Hal ini
Pesaing pada abad ke-21 dan industrialisasi terlihat dengan diterapkannya kurikulum
4.0 yang ditandai dengan AFTA 2005 2013 yang diharapkan mampu menciptakan
(Aseans Free Trade Area), MEA 2015
generasi yang produktif, inovatif, kreatif, dan Namun pada kenyataannya,
afektif. pembelajaran matematika dirasakan masih
Keterlibatan Indonesia dalam kurang memberikan kesempatan kepada
Programme for International Students siswa untuk mengembangkan kemampuan
Assessment (PISA) merupakan salah satu matematikanya khususnya HOTS. Hal ini
upaya untuk melihat kualiatas pendidikan dilihat dari kajian Schulz & Fitz Patrick
Indonesia di kancah internasional. Soal yang (dalam Saraswati, Putu M. S. & Agustina,
terkandung dalam PISA merupakan soal-soal Gusti N. S., 2019: 258) di lapangan yang
yang menuntut proses berpikir tingkat tinggi menunjukkan bahwa guru menunjukkan
(HOTS). Lebih jelasnya, soal dalam PISA ketidakpastian tentang konsep HOTS.
dalam pengerjaannya menuntut kemampuan Sejalan dengan kajian Jailani, J., & Sugiman,
menganalisis (analysis), mengevaluasi S.., (dalam Saraswati, Putu M. S. &
(evaluation) dan mencipta (creation). Agustina, Gusti N. S., 2019: 258) di mana
Berdasarkan hasil penelitian masih rendahnya pengetahuan guru tentang
Programme for International Students HOTS, kemampuan dalam meningkatkan
Assessment (PISA) tahun 2018 yang dirilis HOTS, memecahkan masalah berbasis HOTS
oleh Organisation for Economic Co- dan kegiatan mengukur HOTS siswa.
operation and development (OECD, 2019) Akibatnya, kemampuan siswa hanya terbatas
menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada kemampuan menghafal, memahami dan
Indonesia dalam matematika berada pada mengaplikasikan saja. Sehingga kemampuan
urutan ke-71 dari 78 negara. Selanjutnya matematika siswa tidak berkembang dan
data dari Trends International mathematics digunakan secara maksimal pada tahap yang
and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015 lebih kompleks. Jailani, J., & Sugiman, S..,
menunjukkan bahwa kemampuan Indonesia (dalam Saraswati, Putu M. S. & Agustina,
dalam matematika secara berturut-turut ada Gusti N. S., 2019: 258) menegaskan agar
pada peringkat 44 dari 49 negara yang ikut kemampuan HOTS siswa dapat berkembang
serta. Hal ini tentunya sangat dengan baik, diperlukan adanya pembiasaan
memprihatinkan. Rendahnya keterampilan pengukuran yang berbasis HOTS.
berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia dapat HOTS merupakan suatu proses
ditingkatkan dengan proses belajar (Hadi, berpikir di mana seseorang menerima
Syamsul & Novaliyosi, 2019). pengetahuan baru kemudian diolah untuk
Untuk meningkatkan kualitas digunakan dalam pemecahan suatu
pendidikan Indonesia dapat dimulai dengan permasalahan. Hal ini senada dengan
sedini mungkin salah satunya dengan melatih pendapat Widana (2017: 3) bahwa HOTS
siswa menggunakan soal-soal yang menuntut bukan merupakan kegiatan menghapal atau
berfikir tingkat tinggi (Hewi, La dan Muh. menerapkan suatu materi melainkan kegiatan
Shaleh, 2020. p. 33). Agar siswa Indonesia bagaimana untuk mengevaluasi suatu materi.
dapat bersaing dengan negara-negara lain Dalam hal ini, HOTS menuntut siswa
dalam penilaian TIMSS dan PISA, maka melakukan sesuatu terhadap fakta seperti
siswa Indonesia harus dibiasakan dengan memahami, menyimpulkan, menghubungkan
memberikan soal-soal yang sesuai dengan dengan fakta konsep lain, mengkategorikan,
standar penilaian TIMSS dan PISA, memanipulasi, menempatkan fakta secara
sebagaimana Menteri Pendidikan dan bersama-sama dalam cara-cara baru dan
Kebudayaan Nadiem Makarim menyatakan menerapkan dalam mencari solusi sebuah
bahwa hasil survei PISA harus bisa masalah (Nugroho, 2019).
memberikan perspektif baru untuk perbaikan Pada intinya, dalam penyelesaian
pendidikan (Hewi, La dan Muh. Shaleh, soal matematika, langkah pertama yang harus
2020. p. 36) dan bahwa soal HOTS sudah dilakukan siswa ialah memahami soal yang
dipakai menjadi standar Programme for diberikan. Siswa diharapkan mampu
International Students Assessment (PISA) mamahami soal yang diberikan dengan baik
sejak lama dan menjadi acuan internasional sebelum menentukan langkah
oleh negara-negara Organisation for penyelesaiannya. Oleh sebab itu, siswa perlu
Economic Co-operation and development menganalisis informasi dalam soal yang
(OECD). berguna dalam menentukan penyelesaian
soal. Selanjutnya siswa menuliskan langkah
penyelesaian dengan menggunakan konsep 2. Pada indikator mengevaluasi
matematis maupun dengan mengembangkan permasalahan dalam soal untuk
rumus dasar. Dan akhirnya siswa siswa harus menemukan cara menyelesaikan
mampu memaknai hasil perhitungan untuk masalah, sebanyak 12 siswa (40%)
digunakan sebagai dasar penarikan kurang mampu mengkritisi,
kesimpulan (Hasratuddin, 2018: 96). memeriksa, memutuskan,
mengevaluasi, menilai,
METODE PENELITIAN membuktikan, menyangkal, atau
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif mendukung suatu gagasan dan
kualitatif yang dilaksanakan di SMP N 1 memberikan alasan dari jawaban
Tigalingga kelas IX-2 dengan jumlah siswa yang diperoleh sekurang-kurangnya
sebanyak 30 siswa. Dari 30 siswa tersebut, terdapat satu argumen yang benar.
diambil 3 siswa untuk dijadikan subjek Sebanyak 15 siswa (50%) mampu
penelitian. Penggambilan subjek berdasarkan mengkritisi, memeriksa,
hasil jawaban esay siswa yang memenuhi memutuskan, mengevaluasi, menilai,
kategori analisis, evaluasi, dan kreasi tingkat membuktikan, menyangkal, atau
tinggi, sedang, dan rendah. Pengambilan data mendukung suatu gagasan dan
pada penelitian ini melalui hasil tes dan memberikan alasan dari jawaban
wawancara siswa. Analisis data yang yang diperoleh sehingga masih
dilakukan adalah dengan cara menganalisis memiliki kesalahan yang signifikan.
dan mendeskripsikan hasil tes siswa, dan Sebanyak 3 siswa (10%) mampu
hasil wawancara dengan siswa. Kemudian mengkritisi, memeriksa,
dilakukan analisis sesuai dengan aspek-aspek memutuskan, mengevaluasi, menilai,
dari HOTS yaitu aspek analisis, evaluasi, dan membuktikan, menyangkal, atau
kreasi. Dari hasil tes tertulis peneliti mendukung suatu gagasan dan
mengkategorikan tingkatan kemampuan memberikan alasan dari jawaban
siswa yakni kemampuan HOTS tinggi, yang diperoleh sehingga dengan tepat
kemampuan HOTS sedang, kemampuan dan benar.
HOTS rendah. 3. Pada indikator mencipta suatu
pengetahuan baru dari informasi
HASIL PENELITIAN yang ada, sebanyak 1 siswa (3%)
tidak mampu merumuskan,
Berikut hasil deskripsi tes merencanakan, dan menghasilkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal suatu cara untuk menyelesaikan
tipe HOTS pada tiap indikator dijabarkan masalah sama sekali. Sebanyak 11
sebagai berikut: siswa (37%) kurang mampu
1. Pada indikator menganalisis merumuskan, merencanakan, dan
informasi pada soal agar diperoleh menghasilkan suatu cara untuk
komponen yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
penyelesaian masalah, sebanyak 4 sekurang-kurangnya terdapat satu
siswa (13%) kurang mampu argumen yang benar. Sebanyak 16
menspesifikasikan aspek-aspek, siswa (53%) mampu merumuskan,
menguraikan, dan mengorganisir merencanakan, dan menghasilkan
sekurang-kurangnya terdapat satu suatu cara untuk menyelesaikan
argumen yang benar. Sebanyak 12 masalah tetapi masih memiliki
siswa (40%) mampu kesalahan yang signifikan. Sebanyak
menspesifikasikan aspek-aspek, 2 siswa (7%) mampu merumuskan,
menguraikan, dan mengorganisir merencanakan, dan menghasilkan
sehingga masih memiliki kesalahan suatu cara untuk menyelesaikan
yang signifikan. Sebanyak 14 siswa masalah dengan tepat dan benar.
(47%) mampu menspesifikasikan
aspek-aspek, menguraikan, dan Kemampuan siswa dalam
mengorganisir dengan tepat dan menyelesaikan soal-soal high order thinking
benar. skills berdasarkan indikator soal dapat dilihat
dari persentasenya. Untuk soal dengan
indikator menganalisis diperoleh kemampuan Berikut merupakan hasil deskripsi
sebesar 77,78% yang dikategorikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
sedang/cukup, untuk indikator mengevaluasi matematika berorientasi HOTS.
diperoleh kemampuan sebesar 56,67% yang 1. Siswa yang berkemampuan Tinggi
dikategorikan sedang, untuk indikator Untuk siswa dengan kode S24, pada
mencipta diperoleh kemampuannya sebesar soal no 2 (soal mengevaluasi) siswa mampu
54,44% yang artinya pencapaian setiap menggambarkan segitiga sebagai bagian dari
indikator high order thinking termasuk panel berbentuk trapesium, siswa juga
sedang. Dengan rata-rata pencapaian dari memutuskan untuk menggunakan teorema
setiap indikator yaitu sebesar 62,9%. phytagoras untuk dapat menentukan panjang
Sedangkan kekeliruan siswa dalam sisi panel AB. Siswa mampu menggunakan
penyelesaian soal menurut teori lerner teorema tersebut namun keliru dalam operasi
diperoleh hasil persentase pada tiap indikator hitung akar kuadrat yang berakibat pada
kesalahan sebagai berikut. kesalahan hasil akhir. Sehingga faktor
1. Pada indikator kekurangan kekeliruan S24 adalah kesalahan dalam
pemahaman tentang simbol, semua operasi hitung.
siswa tidak menunjukkan kesalahan
pada indikator tersebut. Yang artinya
kekeliruan siswa pada indikator
pemahaman tentang simbol sebesar
0%.
2. Pada indikator nilai tempat, siswa
yang salah dalam memahami
konversi satuan sebanyak 17 orang.
Yang artinya kekeliruan siswa pada
indikator nilai tempat sebesar 56,7%
3. Pada indikator penggunaan proses
yang keliru, siswa salah dalam
menggunakan langkah penyelesaian
yang tepat. Berdasarkan hasil
penyelesaian soal siswa diperoleh 15
orang siswa yang salah dalam proses
eksekusi soal hingga mendapatkan
hasil yang salah. Yang artinya
kekeliruan siswa pada indikator
penggunaan proses yang keliru
tersebut sebesar 50%.
4. Pada indikator perhitungan yang
tidak tepat, siswa mampu
menggunakan proses yang benar
namun kesalahan pada perhitungan
mengakibatkan kesalahan pada hasil
akhir yaitu ditemukan pada 22 siswa.
Yang artinya kekeliruan siswa pada 2. Siswa yang berkemampuan sedang
indikator perhitungan yang tidak Untuk siswa S15, pada soal no 1
tepat yaitu sebesar 73,3%. ( soal menganalisis) siswa tidak dapat
5. Pada indikator tulisan yang tidak menganalisis kebenaran pernyataan ke-3, hal
dapat dibaca, tidak ada siswa yang ini dikarenakan siswa tidak mengetahui
menunjukkan kesalahan tersbut. mencari median bila digambarkan dalam
Yang artinya kekeliruan siswa pada grafik. Pada soal nomor 2 (soal
indikator tulisan yang tidak dapat mengevaluasi) siswa mengevaluasi informasi
dibaca yaitu sebesar 0%. yang ada dan memutuskan untuk
menggunakan phytagoras untuk menemukan
panjang sisi AB pada panel, namun siswa
keliru dalam proses perhitungan, yakni
kesalahan dalam mengkuadratkan sehingga
terdapat kesalahan yang signifikan. Pada soal
no 3 (soal mencipta) siswa sudah mampu
merencanakan dan menghasilkan cara untuk
membuktikan penyataan yang ada dalam soal
namun tidak menunjukkan operasi yang
ekuivalen dalam persamaannya yang
berakibat pada kesalahan yang cukup
signifikan.

PEMBAHASAN
Siswa yang memiliki tingkat
kemampuan HOTS level tinggi dapat
menjawab tes kemampuan berpikir tingkat
tinggi dengan benar dan tepat karena siswa
cenderung tidak mudah menyerah dan
percaya diri dalam menyelesaikan tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
3. Siswa yang berkemampuan Rendah Kemampuan perhitungan siswa juga baik,
Untuk siswa S12, untuk soal no 1 tidak ada salah perhitungan pada jawaban
(soal menganalisis) siswa kurang mampu siswa. Siswa dapat memutuskan jawaban
menguraikan informasi dari grafik sehingga akhir, dan membuat kesimpulan dengan
siswa tidak dapat menentukan kebenaran benar. Siswa yang memiliki tingkat
pernyataan yang pertama dan penyataan kemampuan HOTS level sedang dapat
ketiga. Untuk soal no 2 (soal mengevaluasi) menjawab tes kemampuan berpikir tingkat
siswa keliru dalam operasi perhitungan, yaitu tinggi dengan benar namun tidak lengkap
dalam mengkuadratkan bilangan. Untuk soal atau jelas. Sependapat dengan penelitian dari
no 3 (soal mencipta) siswa tidak menuliskan Nais Qonita dan Sumardi yang mengatakan
jawaban apapun. “siswa dengan kemampuan berpikir tingkat
tinggi level sedang mampu memahami
informasi dalam soal namun kurang teliti
dalam penyelesaiannya”.
Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan, siswa cenderung tidak dapat
menjawab pertanyaan karena mereka lemah
dalam materi-materi prasyarat yang yakni hanya 6,7% siswa yang mampu dalam
terkandung dalam soal misalnya soal no 1 menyelesaikan soal HOTS dengan baik.
dan 3. Pada soal nomor 1 siswa masih lemah Selebihnya masih lemah dalam
dalam materi statistika yang berhubungan menyelesaikan soal HOTS. Berdasarkan hasil
dengan membaca diagram dan grafik. Siswa wawancara dengan siswa, disimpulkan
juga tidak mampu melakukan spesifikasi bahwa siswa tidak mampu dalam
terhadap elemen-elemen yang ada diagram. menyelesaikan soal matematika berbasis
Siswa juga tidak mampu dalam penyelesaian HOTS karena siswa masih kurang dalam
permasalahan yang disajikan pada diagram. pemahaman konsep dasar setiap materi
Pada soal nomor 2 dalam indikator dalam soal. Dalam hal ini, siswa masih
mengevaluasi, siswa mengalami kesulitan belum mampu dalam menyelesaikan soal
dalam memahami soal karena berbentuk soal HOTS dikarenakan tidak tuntas dalam
cerita. Siswa jarang diberi latihan dengan menguasai materi pembelajaran dikelas.
soal berbentuk cerita yang kompleks, siswa Padahal titik berat pembelajaran dikelas
juga mengatakan terbiasa mengerjakan soal masih pada ranah keterampilan tingkat
yang tidak jauh berbeda dari contoh soal rendah, serta pengulangan prosedur atau
yang diajarkan guru. Siswa juga melakukan penggunaan rumus tertentu.
kesalahan dalam menentukan hasil akar
pangkat dua suatu bilangan. Pada soal nomor SIMPULAN
3 siswa mengatakan pemahaman materi Berdasarkan analisis data dan hasil
menjadi kendala dengan alasan siswa lupa penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai
dengan konversi satuan volume yang berikut.
mengakibatkan siswa tidak mampu 1. Pencapaian siswa dikategorikan
mengembangkan pengetahuan tersebut untuk mampu dalam menyelesaikan soal-
menunjukkan kebenaran pernyataan di dalam soal High Order Thinking Skills
soal. (HOTS). Pada soal HOTS dengan
Dari hasil penyelesaian siswa dan aspek analisis diperoleh
hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kemampuannya sebesar 77,8%,
kekeliruan siswa dalam menyelesaikan soal aspek evaluasi diperoleh
high order thinking skills (HOTS) yaitu kemampuannya 56,7%, dan aspek
kurang teliti siswa dalam mengerjakan soal, mencipta diperoleh kemampuan
kurangnya pemahaman konsep siswa dalam sebesar 54,4% dengan rata-rata
materi matematika yang terkait dengan pencapaian indikator sebesar 62,9%
statistika, kurangnya dalam menggunakan yang artinya pencapaian setiap
operasi perhitungan perkalian dan indikator termasuk kategori
perpangkatan, kurang dalam menerapkan sedang/cukup.
prinsip yang telah dipelajari dalam 2. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
menyelesaikan soal, kurang dalam matematis siswa kelas IX di SMP N
menyelesaikan masalah verbal atau soal 1 Tigalingga diperoleh kesimpulan
cerita. bahwa terdapat 2 siswa memiliki
Berdasarkan hasil tes tertulis, tingkat kemampuan berpikir HOTS
diperoleh pengelompokan yang menunjukkan kategori tinggi, 21 siswa memiliki
bahwa terdapat 2 siswa memiliki tingkat tingkat kemampuan berpikir HOTS
kemampuan berpikir HOTS kategori tinggi, level sedang, dan 7 siswa memiliki
21 siswa memiliki tingkat kemampuan tingkat kemampuan berpikir HOTS
berpikir HOTS level sedang, dan 7 siswa level rendah. Bila ditunjukkan dalam
memiliki tingkat kemampuan berpikir HOTS persen, maka persentase siswa yang
level rendah. Bila ditunjukkan dalam persen, memiliki kemampuan berpikir HOTS
maka persentase siswa yang memiliki level tinggi, sedang dan rendah
kemampuan berpikir HOTS level tinggi, berurutan sebesar 6,67%, 70% dan
sedang dan rendah berurutan sebesar 6,67%, 23,33%.
70% dan 23,33%. 3. Kekeliruan siswa dalam
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal menyelesaian soal HOTS
HOTS dapat dikatakan masih lemah, hal ini berdasarkan teori Lerner paling
dilihat dari hasil tes tertulis yang diperoleh
banyak ditemukan pada indikator (HOTS) Taksonomi Menganalisis
perhitungan yang tidak tepat sebesar Permasalahan Fisika. Science and
73,3%. Diikuti dengan kekeliruan Physics Education Journal
siswa yang terletak pada indikator (SPEJ).1(2).
nilai tempat sebesar 56,7% dan Syamsul Hadi & Novaliyosi. (2019). TIMSS
indikator proses yang keliru sebesar INDONESIA (Trends In
50%. International Mathematics And
4. Kekeliruan lainnya dalam Science Study). Prosiding Seminar
menyelesaikan soal HOTS bentuk Nasional & call for papers ISBN:
uraian antara lain kurang teliti siswa 978-602-9250-39-8.
dalam mengerjakan soal, kurangnya
pemahaman konsep siswa dalam
materi matematika, kurangnya dalam
menggunakan operasi perhitungan
perkalian dan perpangkatan, kurang
dalam menerapkan prinsip yang telah
dipelajari dalam menyelesaikan soal,
kurang dalam menyelesaikan
masalah verbal atau soal cerita.

DAFTAR PUSTAKA

Hasratuddin. 2018. Mengapa Harus Belajar


Matematika?. Medan: Perc. Edira.
Hewi, La., & Muh. Shaleh. 2020. Refleksi
Hasil PISA (The Programme For
International Student Assesment):
Upaya Perbaikan Bertumpu Pada
Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal
Golden Age. ISSN. 2549-7367. Hal.
30-41.
Jailani, J., & Sugiman, S. 2018. Desain
pembelajaran matematika: untuk
melatihkan higher order thinking
skills (H. Retnawati).
Nugroho, R.A. 2018. HOTS (Kemampuan
Berfikir Tingkat Tinggi: Konsep,
Pembelajaran, Penilaian, dan Soal-
soal). Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
OECD (The Organization for Economic
Cooperation and Development).
(2019). PISA 2018 Result:
Combined Executive Summaries.
Volume I, II, & III. Qonita, Nais S.,
& Sumardi. 2020. Kemampuan
Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Higher Order Thinking Skills
(HOTS). Prosiding Konferensi
Nasional Penelitian Matematika dan
Pembelajarannya (KNPMP) V.
Surakarta: 5 Agustus 2020. Hal. 191-
195
Rochman, Syaiful dan Zainal, Hartoyo. 2018.
Analisis High Order Thinking Skills

You might also like