Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No.

2, Mei 2015

The Potential of Millet Flour for Increasing Fe Content and Chicken


Nugget Acceptability

Potensi Tepung Jewawut dalam Meningkatkan Kadar Fe dan Daya Terima


Nugget Ayam

Yuwono Setiadi
Sunarto
Sihol P. Hutagalung

Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Wolter Monginsidi, Semarang
E-mail: yuwonopoltekkes@yahoo.com

Abstract
This research aimed to determine Fe content of chicken nuggets which substituted
with barley flour and its acceptability. The research was conducted three phases, namely:
production of barley flour; production of chicken nuggets and perform iron assay and the
acceptability test of chicken nuggets on pregnant women. In this research, chicken nuggets is
produced with barley flour substitution of 0%, 10%, 20%, 30% and 40%. The research design
is pure experimental with completely randomized design 1 (one) factor, namely the
concentration of substitution and 5(five) levels of treatment, namely: 0%, 10%, 20%, 30% and
40%. The number of repeat was 2 (two) times. The measured variables were iron content and
acceptability. Data analysis was performed using ANOVA (Analysis of Variance) and
ANOVA Repeated Measure. Barley flour substitution on chicken nuggets cause an increase
in iron content (13.86 ppm to 16.90 ppm; 17.48 ppm; 18.34 ppm; 18.98 ppm). The most
preferred nuggets is chicken nugget with 10% substitution of barley flour. It concluded that
substitution of barley flour into chicken nuggets increasing Fe content, the most preferred
nugget is chicken nuggets with 10% substitution of barley flour. The soaking and heating
treatment were needed on barley grains in order to avoid unpleasant aroma on nuggets.

Keywords: substitution, millet flour, nugget

Abstrak
Latar Belakang: Penanggulangan anemia selama ini dengan pemberian tablet
besi-folat belum memberikan hasil yang memuaskan. Pendekatan food- based perlu
dilakukan karena akan memberi dampak yang lebih berkesinambungan. Salah satu bahan
makanan yang dapat digunakan adalah jewawut yang memiliki kadar besi 5,3 mg%, serta
memungkinkan untuk ditambahkan pada makanan dengan kadar protein tinggi, yaitu:
nugget ayam. Tujuan: Mengetahui kadar Fe nugget ayam yang disubstitusi tepung jewawut
serta daya terimanya. Metode: Penelitian dilakukan 3 tahap, yaitu: pembuatan tepung
jewawut; pembuatan nugget dana pengujian kadar besi serta uji daya terima nugget ayam
pada ibu hamil. Pada penelitian ini dibuat nugget ayam dengan substitusi tepung jewawut
0%, 10%,20%, 30% dan 40. Disain penelitian ini adalah eksperimen murni dengan Rancangan
Acak Lengkap 1 (satu) faktor, yaitu konsentrasi substitusi serta 5 (lima) taraf perlakuan,
yaitu: 0%, 10%, 20%, 30% serta 40%. Jumlah ulangan 2 kali. Variabel yang diukur adalah

___________________________________________________________________________________
Yuwono Setiadi; Sunarto; Sihol P. Hutagalung 756
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 2, Mei 2015

kadar besi dan daya terimanya. Analisis data menggunakan ANOVA (Analysis of Varians)
dan ANOVA Repetead Measure. Hasil: Substitusi tepung jewawut pada nugget ayam
menyebabkan kenaikan kadar besi (13,86 ppm menjadi 16,90 ppm; 17,48 ppm; 18,34 ppm;
18,98 ppm). Nugget yang paling disukai adalah nugget ayam dengan substitusi tepung
jewawut 10%. Kesimpulan: substitusi tepung jewawut kedalam nugget ayam meningkatkan
kadar Fe, nugget yang paling disukai adalah nugget ayam dengan substitusi tepung
jewawut 10%. Saran:Perlu adanya perlakuan perendaman dan pemanasan pada bijian
jewawut agar tidak terjadi aroma langu pada nugget.

Kata kunci: substitusi, tepung jewawut, nugget

1. Pendahuluan lain yang dapat dilakukan untuk


menanggulangi anemia akibat
Anemia adalah suatu keadaan
kekurangan zat besi adalah
tubuh yang ditandai dengan defisiensi
penanggulangan melalui perbaikan
pada ukuran dan jumlah eritrosit atau
pangan/gizi serta pengobatan penyakit
pada kadar hemoglobin (Hb) yang tidak yang biasa melatarbelakangi terjadinya
mencukupi untuk fungsi pertukaran O2
anemia, seperti Tuberculosis (TB) dan
dan CO2 di antara jaringan dan darah
infeksi cacing. Penanggulangan anemia
(WHO, 2001). Prevalensi anemia di
melalui perbaikan pangan/gizi adalah
dunia sangat tinggi, terutama di
dengan meningkatkan konsumsi
negara-negara yang sedang
pangan yang kaya kandungan zat besi
berkembang termasuk di Indonesia.
(Depkes RI, 1999). Dalam rangka
Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar
penanggulangan anemia melalui
2007 (Riskesdas, 2007) menunjukkan
perbaikan pangan/gizi maka beberapa
bahwa prevalensi kejadian anemia di
syarat yang perlu untuk
Provinsi Jawa Tengah mencapai 16,4%, dipertimbangkan, salah satunya adalah
angka ini berada diatas angka rata-rata
pemilihan bahan pangan yang potensial
prevalensi anemia secara nasional,
untuk dapat mengatasi kekurangan zat
yaitu 14,8% (Depkes RI, 2008).
besi sebagai penyebab kejadian anemia.
Anemia dapat menyebabkan
Salah satu bahan pangan dari
kematian ibu, bayi, keterlambatan
golongan serealia yang kaya akan
pertumbuhan fisik anak,
kandungan zat besi adalah jewawut.
keterbelakangan mental dan motorik,
Dalam tabel Komposisi Pangan
gangguan perilaku sosial serta
Indonesia (KPI) 2009 dinyatakan bahwa
emosional anak (Soekirman, 2000).
kandungan besi jewawut adalah 5,3
Selain itu diketahui pula bahwa anemia
mg%, selain itu jewawut juga
berpengaruh buruk pada kesegaran
merupakan salah satu sumber utama
jasmani, prestasi belajar serta
penyedia energi, protein, vitamin B dan
produktivitas kerja dan prestasi juga asam amino essensial seperti
olahragawan (Hertanto, 2000). Upaya
isoleusin, leusin, fenillalanin dan
untuk menanggulangi anemia yang
treonin selain juga adanya senyawa
selama ini telah dilakukan adalah
nitrilosida yang sangat berperan dalam
suplementasi besi folat (pemberian
penghambatan sel kanker (Bhuja, 2009).
tablet tambah darah) pada ibu hamil,
Salah satu jenis produk yang baik
namun sejauh ini hasil yang dicapai
untuk dijadikan sebagai pembawa zat
belum menggembirakan, terbukti dari
besi dalam rangka penanggulangan
masih tingginya prevalensi anemia anemia melalui perbaikan pangan/gizi
pada ibu hamil yang masih tinggi
adalah nugget.
ditingkat Nasional maupun tingkat
Nugget adalah jenis olahan
Jawa Tengah (Subagio, 2007). Upaya

___________________________________________________________________________________
757 Potensi Tepung Jewawut
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 2, Mei 2015

daging ayam, sapi, ikan atau udang. Pembuatan Tepung Jewawut Tepung
Nugget dibuat dengan memisahkan jewawut dibuat dengan menyangrai
daging ayam, sapi, ikan atau udang bijian jewawut terlebih,
dari tulang kemudian dicampur menghaluskannya dengan blender dan
dengan bahan tambahan tepung terigu mengayak dengan ayakan ukuran 80
dan telur. Untuk menghasilkan nugget mesh. Tepung jewawut tersebut
dengan tekstur yang baik maka dalam kemudian dianalisa kadar besi (Fe)nya
pembuatan nugget perlu digunakan dengan metode Atomic Absorption
bahan pengikat yang baik. Tepung Spectrophotometry (AAS).
terigu merupakan salah satu dari jenis Tahap Kedua, Pembuatan
bahan pengikat yang baik digunakan Nugget Ayam dan Uji Kimiawi dengan
dalam pembuatan nugget, namun substitusi tepung jewawut 10%, 20%,
terkait dengan harga, terigu merupakan 30% dan 40% serta 0% sebagai kontrol.
salah contoh bahan makanan yang Nugget tersebut kemudian dianalisis
memiliki harga jual dipasaran yang kadar besi (Fe)nya.
relatif mahal dan juga merupakan Tahap Ketiga, Pengujian Daya
contoh salah satu bahan makanan yang Terima Nugget Ayam yang disubstitusi
masih diimport untuk keperluan dalam tepung jewawut dilakukan pada
negeri. ibu-ibu hamil. Jumlah panelis sebanyak
Berkaitan dengan pemanfaatan 21 orang.
jewawut sebagai salah satu pangan
alternatif yang potensial untuk 3. Hasil dan Pembahasan
dikembangkan serta pembuatan nugget
maka besar kemungkinan tepung terigu Hasil
(roti tawar) dapat digantikan sebagian Tepung jewawut yang sudah
dengan tepung jewawut sebagai bahan jadi dianalisis kadar besinya (Fe)
pengikat dalam pembuatan nugget. menggunakan metode AAS diketahui
Pembuatan nugget dengan bahwa rata-rata kadar besi tepung
menggunakan campuran tepung jewawut yang digunakan untuk
jewawut sedikit banyak pasti substitusi dalam pembuatan nugget
membawa dampak terhadap ayam adalah 41,31 ppm.
penerimaan produk nugget secara Tahap Kedua, Pembuatan
organoleptik, oleh karena itu maka Nugget Ayam dan Uji Kimiawi
gambaran bagaimana daya terima dilakukan pembuatan nugget ayam
nugget ayam dengan substitusi tepung dengan substitusi tepung jewawut 10%,
jewawut perlu untuk diketahui. 20%, 30%, 40% serta 0% (tanpa
substitusi) sebagai kontrol. Nugget
2. Metode dengan masing-masing konsentrasi
substitusi tepung jewawut tersebut
Penelitian menggunakan pola
kemudian dianalisa kadar besinya.
Rancangan Acak Lengkap dengan 1
Hasil uji ANOVA menunjukkan
(satu) faktor dan 5 taraf perlakuan.
ada perbedaan kadar besi dari nugget
Faktor dalam penelitian ini adalah
yang dihasilkan dari substitusi tepung
substitusi tepung jewawut sedangkan
jewawut yang berbeda (p= 0,027;
taraf perlakuannya adalah besarnya
p<0,05). Uji lanjut dilakukan untuk
konsentrasi substitusi tepung jewawut,
mengetahui komposisi bahan mana
yaitu: 0%, 10%, 20%, 30% dan 40%.
yang berbeda nyata. Uji lanjut yang
Pengulangan dilakukan sebanyak 2
digunakan adalah Uji Duncan karena
kali.
nilai KKnya 16,4%.
Pelaksanaan penelitian dibagi
Hasil uji Duncan menunjukkan
menjadi 3 tahap: Tahap Pertama,

___________________________________________________________________________________
Yuwono Setiadi; Sunarto; Sihol P. Hutagalung 758
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 2, Mei 2015

ada perbedaan kadar besi pada semua disukai adalah nugget dengan
nugget ayam yang disubstitusi dengan substitusi tepung jewawut 10% dengan
tepung jewawut diketahui bahwa rata-rata jumlah skor 3,10 (suka), dari
substitusi tepung jewawut kedalam hasil penelitian ada juga yang
pembuatan nugget ayam meningkatkan menunjukkan adanya panelis yang
kadar besi dari nugget tersebut, tidak menyukai aroma nugget ayam
semakin besar konsentrasi substitusi dengan substitusi tepung jewawut 10%
tepung jewawut maka kadar besi yaitu sebanyak 1 orang (4,8%).
nugget ayam semakin besar. Hasil uji ANOVA menunjukkan
Tahap Ketiga, Pengujian Daya tidak ada perbedaan penilaian aroma
Terima Nugget ini diuji daya terimanya nugget yang dihasilkan dari substitusi
pada panelis ibu hamil sebanyak 21 tepung jewawut yang berbeda
orang. Uji daya terima bertujuan (p>0,05). Hal ini berarti bahwa
mengetahui penilaian produk nugget pensubstitusian tepung jewawut
ayam dengan substitusi tepung kedalam pembuatan nugget tidak
jewawut berdasarkan kesukaan atau berpengaruh terhadap penerimaan
ketidaksukaan yang meliputi: warna, panelis terhadap aroma nugget. Namun
aroma, tekstur dan rasa. demikian ada kecenderungan dengan
Uji daya terima ini dilakukan semakin rendahnya substitusi tepung
untuk mendapatkan produk nugget jewawut kedalam pembuatan nugget
yang paling disukai. Hasil uji daya maka aroma nugget semakin disukai.
terima panelis terhadap warna, aroma, Pensubstitusian tepung jewawut
tekstur dan rasa. kedalam pembuatan nugget
penilaian panelis terhadap menimbulkan aroma langu. Aroma
warna diketahui bahwa nugget yang langu ini dikarenakan oleh adanya
paling disukai adalah nugget dengan aktivitas dari enzim lipoksigenase yang
substitusi tepung jewawut 10% dengan ada pada tepung jewawut tersebut.
rata-rata jumlah skor 3,29 (suka), dari Enzim lipoksigenase akan
hasil penelitian ada juga yang menghidrolisa asam lemak tak jenuh
menunjukkan adanya panelis yang sehingga menghasilkan senyawa volatil.
tidak menyukai warna nugget ayam Enzim lipoksigenase akan aktif dengan
dengan substitusi tepung jewawut 10% adanya udara dan air. Sebagai reaksi
yaitu sebanyak 1 orang (4,8%). awalnya adalah pembentukan
Hasil uji ANOVA hidroperoksida yang selanjutnya akan
menunjukkan adanya perbedaan mengalami transformasi enzimatis dan
penilaian warna nugget antara non enzimatis menghasilkan berbagai
substitusi 10% dengan 20%, 30% dan jenis senyawa heksanal, heksanol,
40% (p=0,018; p=0,013 dan p=0,007), 2-heksanol, etil fenil keton yang
warna nugget dengan substitusi tepung menghasilkan aroma langu (Winarno,
jewawut yang rendah, lebih cerah 1993).
dibandingkan dengan warna nugget Beberapa cara pengolahan dapat
dengan substitusi tepung jewawut yang mengurangi aktivitas dari enzim
tinggi. Terjadinya warna yang lebih tersebut, yaitu: perendaman dan
coklat pada nugget dengan substitusi perebusan bahan awal tepung. Aroma
20%, 30% dan 40% disebabkan warna langu nugget dengan substitusi tepung
tepung jewawut yang coklat sehingga jewawut 10% lebih sedikit
semakin besar substitusinya maka dibandingkan dengan substitusi 20%,
warnanya semakin coklat. 30% dan 40%.
Berdasarkan penilaian panelis Berdasarkan penilaian panelis
terhadap aroma, nugget yang paling terhadap tekstur, nugget yang

___________________________________________________________________________________
759 Potensi Tepung Jewawut
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 2, Mei 2015

paling disukai adalah nugget dengan nugget. Namun demikian ada


substitusi tepung jewawut 10% dengan kecenderungan dengan semakin
rata-rata jumlah skor 2,88 (suka), dari rendahnya substitusi tepung jewawut
hasil penelitian ada juga yang kedalam pembuatan nugget maka
menunjukkan adanya panelis yang tekstur nugget semakin disukai.
tidak menyukai aroma nugget ayam Aroma bahan-bahan pembantu
dengan substitusi tepung jewawut 10% dalam pembuatan nugget dengan
yaitu sebanyak 3 orang (14,3%). substitusi tepung jewawut yang rendah
Hasil uji ANOVA menunjukkan masih lebih terasa dibandingkan
tidak ada perbedaan penilaian tekstur dengan aroma nugget dengan
nugget yang dihasilkan dari substitusi substitusi yang tinggi.
tepung jewawut yang berbeda Sumbangan besi nugget ayam
(p>0,05). Hal ini berarti bahwa dengan substitusi tepung jewawut
pensubstitusian tepung jewawut berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
kedalam pembuatan nugget tidak (AKG) Ibu Hamil angka Kecukupan
berpengaruh terhadap penerimaan Gizi besi untuk ibu hamil adalah 39
panelis terhadap tekstur nugget. mg% (Almatsier, 2001). Kadar besi
Namun demikian ada kecenderungan dalam 100 gram nugget ayam yang di
dengan semakin rendahnya substitusi substitusi tepung jewawut dengan
tepung jewawut kedalam pembuatan konsentrasi 10%; 20%; 30% serta 40%
nugget maka tekstur nugget semakin berturut-turut adalah 1,69 mg%; 1,75
disukai. mg%; 1,83 mg% serta 1,90 mg%.
Tekstur bahan pangan berkaitan Berdasarkan Tabel 8 dapat
erat dengan kadar airnya, semakin dilihat bahwa sumbangan besi
besar kadar air bahan pangan maka terbesar terdapat pada nugget ayam
semakin lunak tekstur dari bahan dengan substitusi tepung jewawut 40%,
pangan, begitu pula sebaliknya. yaitu sekitar 4,9%, hal ini masih jauh
Semakin besar substitusi tepung sekali dari AKG besi untuk ibu hamil
jewawut maka kadar air dari nugget dalam seharinya, sehingga untuk
semakin kecil sehingga semakin keras memenuhi kebutuhan unsur besi
tekstur nugget yang dihasilkan. tersebut ibu hamil harus
Berdasarkan penilaian panelis mengkonsumsi bahan makanan sumber
terhadap rasa, nugget yang paling zat besi lainnya baik yang berasal dari
disukai adalah nugget dengan bahan pangan hewani ataupun nabati
substitusi tepung jewawut 10% dengan dan bahan makanan yang dapat
rata-rata jumlah skor 2,57 (suka), dari membantu penyerapan zat besi setiap
hasil penelitian ada juga yang harinya.
menunjukkan adanya panelis yang
tidak menyukai rasa nugget ayam 4. Simpulan dan Saran
dengan substitusi tepung jewawut
10% yaitu sebanyak 7 orang (33,3%). Simpulan
Hasil uji ANOVA Pensubstitusian tepung jewawut
menunjukkan tidak ada perbedaan kedalam pembuatan nugget ayam akan
penilaian tekstur nugget yang meningkatkan kadar besi (Fe) dari
dihasilkan dari substitusi tepung nugget tersebut. Dari empat macam
jewawut yang berbeda (p>0,05). Hal nugget ayam tersebut, nugget yang
ini berarti bahwa pensubstitusian paling disukai adalah nugget dengan
tepung jewawut kedalam pembuatan konsentrasi substitusi tepung jewawut
nugget tidak berpengaruh terhadap 10%.
penerimaan panelis terhadap rasa

___________________________________________________________________________________
Yuwono Setiadi; Sunarto; Sihol P. Hutagalung 760
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 2, Mei 2015

5. Ucapan Terimakasih http://www.whfoods.org.


Di Akses: 1 Oktober 2010
Ucapan banyak terimakasih Departemen Kesehatan RI. 1999.
disampaikan atas kesempatan yang Pedoman Pemberian Tablet
diberikan untuk mendapatkan Dana Besi-Folat Dan Sirup Besi Bagi
Risbinakes DIPA Politeknik Kesehatan Petugas. Jakarta: Departemen
Kemenkes Semarang, sehingga Kesehatan RI.
penelitian ini dapat terselesaikan. Departemen Kesehatan RI. 2008. Riset
Disampaikan kepada Bidan Kesehatan Dasar 2007. Jakarta:
Indri dan Bidan Yayuk yang sudah Departemen Kesehatan RI.
banyak membantu pelaksanaan Gibson, R.S. 2005. Principles of
penelitian sehingga penelitian ini dapat Nutritional Assessment,
terselesaikan dengan baik. Oxford University Press
new york, p.443-53.
6. Daftar Pustaka Hertanto WS, Hardiana T, Rahfiludin
Adji Dharma. 1989. Ringkasan MZ. 2000. Hubungan Infeksi
Biokimia Harper. Cacing Tambang Derajat
Terjemahan dari Colby Ringan Dengan Kesegaran
DS. Biochemistry. EGC Jasmani, Status Gizi dan Kadar
Penerbit buku kedokteran. Hb Murid Sekolah Dasar.
Jakarta. p. 44-46 Majalah Penelitian. Lemlit
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu UNDIP. No. 45.p. 74-83.
Gizi, Jakarta : Gramedia Kartono, J dan Soekarti, M. 2004. Angka
Pustaka Utama. hal 239-58. Kecukupan Mineral: Besi,
Anonim. 2009. Nugget. (Online). Iodium, Seng, Mangan,
(http://riarahmadani.blogspot. Selenium, Makalah Widya
com/2011/10/ Karya Pangan dan Gizi VIII,
laporan-v-nugget-ikan.html Di Jakarta hal. 394-99.
akses pada hari Rabu 25 Komposisi Pangan Indonesia. 2009.
September 2013). Penerbit PT.
Berdanier, CD. 1998. Advanced Elexcomindo-Gramedia
Nutrition Micronutrients, Pustaka Utama. Jakarta.
Professor, Food Nutrition, Mannulang , M dan Tannoto , E. 1995 .
University of Georgia Athens, Pengaruh bahan Pengikat dan
Georgia, by CRC press. LCC Emulsifiet terhadap Mutu
p.187-92. Nugget ikan
Badan Standardisasi Nasional. 2002. (Scromboeromoruscommerson
Nugget Ayam. SNI i) selama Penyimpanan Pada
01-6683-2002. Jakarta : Badan suhu Beku . Buletin Teknologi
Standardisasi Nasional. dan INdustri Pangan 6 (1) : 42
Bhuja, P. 2009. Identifikasi dan – 51.
Karakterisasi Tampilan Muchtadi, D. 1998. Kajian gizi produk
Agronomis Jewawut Lokal olahan kedelai. Dalam Nuraida,
Nusa Tenggara Timur: Upaya L. dan S. Yasni (Eds.).
Merevitalisasi Keragaman Prosiding Seminar
Ketersediaan Pangan Nasional Pengembangan Pengolahan
Code. J. E., Burley. V. J dan D.C. dan Penggunaan Kedelai
Greenwood. 2007. Food selain Tempe. Kerjasama Pusat
Advisor : Millet, The George Studi Pangan dan Gizi-IPB
Meceljan Foundation. dengan American Soybean

___________________________________________________________________________________
761 Potensi Tepung Jewawut
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 2, Mei 2015

Association. Penanggulangan Anemia Pada


Mangihut Silalahi. 2007. Analisis Faktor Kehamilan. Badan Penerbit
Yang Berhubungan Dengan Universitas Diponegoro,
Anemia Pada Ibu Hamil Di Semarang
Kabupaten Dairi Tahun 2006. Suherman, O., M. Zairin dan
Tesis, Magister Administrasi Awaluddin. 2009. Keberadaan
dan Kebijakan Kesehatan, dan Pemanfaatan Plasma
Universitas Sumatera Utara Nutfah Jewawut Di Kawasan
Raharjo. 1996. Technologies for the Lahan Kering Pulau Lombok.
Production of restructured http://ntb.litbang.deptan.go.i
Meat : A Review . Indonesian d.
Food and Nutrision Progress . Wirakusumah, ES. 1999. Perencanaan
3 (1):39-50. Menu Anemia Gizi Besi,
Rahayu, Winiati Puji. Penuntun Jakarta : Trubus Agrowidya,
Praktikum Penilaian hal.1-30.
Organoleptik. Jurusan Widyaningsih, S dan A. Mutholib. 1999.
Teknologi Pangan dan Gizi Pakan Burung. Penerbit
IPB Bogor. IPB Press: Bogor, Penebar Swadaya. Jakarta.
1998, hal 2-48. WHO. 2001. Iron Deficiency Anemia
Subagio, H.W. 2007. Beberapa Assessment Prevention And
Pemikiran Untuk Control. Guide For Progammer
Penyempurnaan Program Manager. p.7-14.

___________________________________________________________________________________
Yuwono Setiadi; Sunarto; Sihol P. Hutagalung 762

You might also like