Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Irhamni Zainal: Intelijen Pemerintahan sebagai Cabang Baru ...

PEMBINAAN KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM:


(Studi Kasus Gelandangan dan Pengemis)

Annisa Rahmadanita
Institut Pemerintahan Dalam Negeri
annisa.rahmadanita@gmail.com

ABSTRACT
The focus of this study is based on the phenomenon that occurs in urban areas is the
presence of homeless and beggars. The purpose of writing this study is to obtain a picture
related to the development of homeless and beggars in maintaining peace and public
order. The writing method used is the Library Research approach. Based on the analysis
and discussion, the authors conclude that the guidance that can be carried out by the
regional government is as follows: (1) the local government needs to draw up regulations
regarding controlling homeless people and beggars; (2) local governments need to have
concrete and real data about the number and conditions of homeless and beggars; (3)
the regional government needs to build a community with the community in supporting
the control and guidance of the leaders and beggars. (4) local governments need to
develop a program of guidance and assistance in stages and continuously to homeless
and beggars; (5) the regional government needs to evaluated. Based on the conclusions
above, the authors make the following recommendations: (1) local governments need to
improve coordination and cooperation with both larger and smaller entities; (2) local
governments need to provide space for the community to be able to actively participate
in controlling homeless and beggars in the regions; (c) the regional government needs
to develop and evaluate a training program for homeless and beggars in the regions.e
related programs of guidance and assistance for homeless and beggars.
Keywords: development, peace and public order, homeless and beggars

ABSTRAK
Fokus kajian ini dilatarbelakangi atas fenomena yang terjadi di wilayah perkotaan
adalah hadirnya gelandangan dan pengemis. Tujuan penulisan kajian ini adalah untuk
memperoleh gambaran terkait dengan pembinaan gelandangan dan pengemis dalam
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum. Metode penulisan yang digunakan
adalah pendekatan Studi Kepustakaan (Library Research). Berdasarkan analisis dan
pembahasan, maka penulis menyimpulkan bahwa pembinaan yang dapat dilakukan
oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut: (1) pemerintah daerah perlu menyusun
peraturan mengenai penertiban gelandangan dan pengemis; (2) pemerintah daerah
perlu memiliki data yang konkrit dan real tentang jumlah dan kondisi gelandangan
dan pengemis; (3) pemerintah daerah perlu membangun komunitas dengan masyarakat
dalam mendukung penertiban dan pembinaaan gelandanagan dan pengemis. (4)
pemerintah daerah perlu menyusun program pembinaan dan pendampingan secara

95
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104

bertahap dan berkelanjutan kepada gelandangan dan pengemis; (5) pemerintah daerah
perlu mengevaluasi terkait program pembinaan dan pendampingan bagi gelandangan
dan pengemis. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberi saran sebagai
berikut: (1) pemerintah daerah perlu meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan
baik dengan entitas yang lebih besar maupun entitas yang lebih kecil; (2) pemerintah
daerah perlu memberi ruang kepada masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam
penertiban gelandangan dan pengemis di daerah; (c) pemerintah daerah perlu menyusun
dan mengevaluasi program pembinaan terhadap gelandangan dan pengemis di daerah.
Kata kunci: pembinaan, ketentraman dan ketertiban umum, gelandangan dan pengemis

PENDAHULUAN faktor kemiskinan, dimana masyarakat


yang menjadi gelandangan dan pengemis,

S alah satu fenomena yang terjadi di


wilayah perkotaan adahal hadirnya
gelandangan dan pengemis. Gelandangan
tidak mempunyai pilihan lain karena faktor
ekonomi. Gelandangan dan pengemis
merupakan orang miskin yang hidup di
dan pengemis umumnya hadir di traffic kota-kota besar, dimana gelandangan dan
light, warung atau pertokoan, bahkan pengemis tidak memiliki tempat tinggal
ada yang masuk ke komplek perumahan. yang sah menurut hukum. Keberadaan
Mengutip melalui kompas.com, bahwa gelandangan dan pengemis dapat
tidak mudah memperoleh data pasti
dikategorikan menjadi beban pemerintah
mengenai gelandangan dan kemiskinan
karena secara umum, orang-orang yang
secara nasional, mengingat jumlahnya
termasuk ke dalam kategori gelandangan
yang semakin hari semakin bertambah.
dan pengemis juga turut menggunakan
Sebagaimana yang disampaikan oleh
fasilitas yang ada di perkotaan tersebut,
Menteri Sosial, bahwa: “diperkirakan
masih ada sekitar 77.500 gelandangan tetapi tidak membayar pajak atas fasilitas
dan pengemis yang tersebar di kota-kota yang dinikmati tersebut (Sarito, 2005).
besar di Indonesia pada tahun 2019”. Oleh Berdasarkan Peraturan Pemerintah
karena itu, gelandangan dan pengemis Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980
masih menjadi suatu masalah nasional Tentang Penanggulangan Gelandangan
yang terjadi di banyak kota, tak terkecuali dan Pengemis pada Pasal 1 menyebutkan
terjadi di negara maju (Schwab, 1992). bahwa:
Tentu, terdapat banyak faktor yang “Gelandangan adalah orang-orang
menjadi penyebab lahirnya gelandangan yang hidup dalam keadaan tidak
dan kemiskinan. Gelandangan dan sesuai dengan norma kehidupan yang
pengemis lahir akibat adanya urbanisasi, layak dalam masyarakat setempat,
dimana perpindahan masayarakat dari serta tidak mempunyai tempat tinggal
desa ke kota dengan tujuan memperoleh dan pekerjaan yang tetap di wilayah
pekerjaan yang layak. Namun, dalam tertentu dan hidup mengembara di
prosesnya, mendapatkan pekerjaan di kota tempat umum. Pengemis adalah
besar tidak semudah yang diperkirakan orang-orang yang mendapatkan
sebelumnya. Akibatnya, masyakarat pun penghasilan dengan meminta-minta
memilih untuk menjadi gelandangan dan di muka umum dengan berbagai cara
pengamen sebagai profesi. Penyebab lain dan alas an untuk mengharapkan belas
yang menjadi akar permasalahan adalah kasihan dari orang lain.”

96
Annisa Rahmadanita: Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum ...

Berdasarkan pendapat Suparlan, gelandangan dan pengemis yang tidak


bahwa gelandangan berarti selalu memperoleh cukup uang untuk memenuhi
berkeliaran atau tidak pernah mempunyai kebutuhannya, dapat melakukan tindakan
tempat kediaman tetap (Suparlan,2008). kriminal, seperti mencuri, mencopet
Sementara menurut Soerdjono, pengemis bahkan kekerasan di wilayah tertentu.
adalah seseorang yang meminta uang Berdasarkan uraian di atas, penulis
atau barang lain kepada orang lain yang tertarik melakukan kajian dengan
tidak mempunyai kewajiban sosial untuk rumusan masalah: bagaimana pembinaan
menanggung hidupnya (Soerdjono, 1985). gelandangan dan pengemis dalam
Berdasarkan uraian di atas mengenai memelihara ketentraman dan ketertiban
konsep gelandangan dan pengemis, umum?. Adapun tujuan penulisan kajian
dapat disimpulkan bahwa perbedaan ini adalah untuk memperoleh gambaran
antara gelandangan dan pengemis adalah terkait dengan pembinaan gelandangan
terletak pada tempat tinggal tetap, bahwa dan pengemis dalam pemeliharaan
seorang gelandangan bisa dipastikan tidak ketentraman dan ketertiban umum.
memiliki tempat tinggal tetap karena Pembinaan, secara konseptual berasal dari
hidupnya mengembara dari suatu tempat kata power (kekuasaan). Sebagaimana
ke tempat yang lain, sedangkan pengemis dijelaskan oleh Labolo, bahwa “ide
bisa jadi memiliki tempat tinggal (bisa utama pembinaan bersentuhan dengan
berupa gubuk atau tempat tinggal sewa), konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan
dan pengemis melakukan pemenuhan seringkali dikaitkan dan dihubungkan
kebutuhan hidup melalui kegiatan dengan kemampuan individu untuk
meminta-meminta dan memohon belas membuat individu melakukan apa yang
kasihan orang lain. diinginkan, terlepas dari keinginan dan
Fenomena gelandangan dan pengemis minat mereka.” (Labolo, 2016). Maknanya,
tidak dapat dibiarkan menjamur di melalui pembinaan maka orang-orang
Indonesia, mengingat dampak yang bisa dapat secara sadar mengendalikan
muncul dapat menjadi fenomena yang kehidupannya secara disiplin. Tidak
lebih besar pula. Tak dapat dipungkiri hanya berdampak pada diri pribadi orang
bahwa akan muncul masalah lain tersebut, tetapi juga berdampak pada
akibat keberadaan gelandangan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban
pengemis, apabila tidak diselesaikan di lingkungan sekitar. Labolo menegaskan
dengan baik. Beberapa diantaranya bahwa dalam proses pembinaan tidak
adalah masalah kependudukan, karena hanya membina hal-hal yang bersifat fisik
pada umumnya gelandangan dan tetapi perlu juga membina mindset orang
pengemis tidak menghiraukan identitas tersebut agar dapat secara sadar berubah
diri terekam oleh negara. Masalah dan mau menaati peraturan yang berlaku.
selanjutnya adalah berkaitan dengan Ketentraman menurut Kamus Besar
ketentraman dan ketertiban umum, karena Bahasa Indonesia (KBBI), dapat diartikan
keberadaan gelandangan dan pengemis sebagai keadaan tentram dan ketenangan
dapat mengganggu kenyamanan dan baik hati maupun pikiran. Secara umum
keamanan masyarakat yang berada di ketentraman akan dapat dirasakan oleh
wilayah gelandangan dan pengemis kelompok individu apabila individu tersebut
melakukan aksinya. Masalah lain adalah dapat memelihara ketertiban umum. Oleh
munculnya tindakan kriminal, dimana karena itu, ketertiban umum lebih dahulu

97
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104

perlu dipelihara agar ketentraman umum Berdasarkan uraian di atas, penulis


dapat terwujud. Selanjutnya mengenai menyimpulkan bahwa ketentraman dan
konsep ketertiban berasal dari kata tertib, ketertiban umum merupakan suatu kondisi
yang berarti “aturan atau peraturan yang yang tidak dapat dipisahkan satu sama
baik, sedangkan menertibkan dapat lain. Ketentraman dapat dirasakan apabila
diartikan sebagai upaya-upaya yang ketertiban umum diwujudkan terlebih
dilakukan untuk menciptakan situasi dahulu. Apabila ketertiban terlaksana
dan kondisi yang teratur sesuai dengan dengan baik dan teratur maka ketentraman
peraturan yang berlaku” Purwadarminta dapat dirasakan dan dinikmati dengan
(2006)”. Berdasarkan uraian di atas, dapat baik pula oleh sekelompok masyarakat.
ditegaskan oleh penulis bahwa ketertiban Ketentraman dan ketertiban umum
umum perlu dipelihara melalui langkah diperlukan untuk memelihara kondisi
efektif dalam mewujudkan situasi yang yang nyaman bagi kehidupan masyarakat
teratur dan dampaknya akan berkaitan tertentu. Dalam kajian ini, diketahui
dengan rasa tentram yang dirasakan dalam bahwa ketentraman dan ketertiban umum
suatu wilayah tertentu. terganggu oleh kegiatan manusia yang
Ketentraman dan ketertiban menurut dilakukan oleh gelandangan dan pengemis
Ermaya (2013): di beberapa tempat tertentu di perkotaan.
“suatu keadaan agar pemerintah dan rakyat Penulis menggunakan pendekatan
dapat melakukan kegiatan secara Studi Kepustakaan (Library Research).
aman, tertib dan teratur. Ketentraman Menurut Mardalis, studi kepustakaan
dan ketertiban ini dapat terganggu merupakan studi yang digunakan untuk
oleh berbagai sebab dan keadaan mengumpulkan informasi dan data dengan
diantaranya oleh pelanggaran hukum bantuan berbagai macam material yang
yang berlaku, yang menyebabkan yang ada di perpustakaan seperti dokumen,
terganggunya ketentraman dan buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dan
ketertiban masyarakat, bencana alam sebagainya (Mardalis, 1993). Selain itu,
maupun bencana yang ditimbulkan oleh studi kepustakaan juga dapat dilakukan
manusia atau organsiasi lainnya, dan dengan mempelajari berbagai buku
dari bidang ekonomi dan keuangan.” referensi serta hasil peneltian sebelumnya
yang sejenis untuk mendapatkan landasan
Sementara Labolo (2016) menjelaskan teori mengenai masalah yang akan diteliti
bahwa: (Jonathan, 2006).
“Ketentraman dan ketertiban adalah
suatu kondisi yang dinamis, aman HASIL DAN PEMBAHASAN
dan tenang yang berjalan secara
teratur sesuai aturan dan norma yang Faktor Penyebab Gelandangan dan
berlaku. Dengan kata lain adalah Pengemis
suatu keadaan yang aman, tenang
dan bebas dari gangguan/kekacauan Maghfur (2010) menyebutkan bahwa
yang menimbulkan kesibukan dalam secara garis besar faktor internal dan faktor
bekerja untuk mencapai kesejahteraan eksternal dapat menyebabkan terjadinya
masyarakat seluruhnya yang berjalan gelandangan dan pengemis. Adapun
secara teratur sesuai dengan norma- faktor tersebut antara lain disebutkan
norma yang ada”. oleh Dimas (2013), yaitu: (1) merantau

98
Annisa Rahmadanita: Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum ...

dengan modal nekat; (2) malas berusaha; gelandangan dan pengemis tidak bisa
(3) cacat fisik; (4) tidak adanya lapangan mendapatkan pekerjaan layak yang
pekerjaan; (5) tradisi yang turun-menurun; bisa mengangkat harkat dan martabat
(6) mengemis daripada menganggur; (7) dirinya dan keluarganya. Pendidikan
harga kebutuhan pokok yang mahal; (8) yang rendah bisa mengakibatkan
kemiskinan; (9) ikut-ikutan; (10) disuruh kemiskinan (faktor ekonomi), yang
orang tua; (11) menjadi korban penipuan. kemudian membuat gelandangan dan
Penulis mengelompokkan faktor penyebab pengemis tidak mempunyai pilihan
gelandangan dan pengemis berasal dari selain mengijinkan dirinya, bahkan anak
3 (tiga) faktor, yaitu: faktor pendidikan, dan/atau istrinya menjadi gelandangan
faktor ekonomi dan faktor psikologis. dan pengemis. Tingkat pendidikan
Menurut penulis, ketiga faktor tersebut yang rendah juga berhubungan dengan
memberikan sumbangsih yang cukup terbatasnya keahlian dan keterampilan
besar sebagai penyebab keberadaan yang dimiliki oleh masyarakat. Oleh
gelandangan dan pengemis di Indonesia. sebab itu, para gelandangan dan pengemis
Faktor ekonomi menjadi faktor yang tidak memiliki pendidikan dan
dominan penyebab gelandangan dan keterampilan, akan mengalami kesulitan
pengemis. Akar dari permasalahannya untuk memperoleh pekerjaan yang layak.
adalah gelandangan dan pengemis berasal Hal sejalan disampaikan oleh Isma dan
dari masyarakat miskin, yang tidak bisa Abdul (2013), bahwa pendidikan sangat
memenuhi kebutuhan hidupnya dan erat kaitaannya dengan keterampilan,
keluarganya. Selain itu, harga kebutuhan orang yang memiliki pendidikan rendah
pokok yang meningkat menjadi momok cendrung memiliki keterampilan rendah
yang menakutkan juga bagi gelandangan juga. Keterampilan sangatlah penting
dan pengemis. Sebagaimana dijelaskan dalam kehidupan, dengan keterampilan
pada penelitian sebelumnya oleh Sri seseorang dapat mengahasilkan dan
dan Eny (2017), bahwa sebesar 95 memiliki aset produksi, yang kemudian
persen gelandangan dan pengemis di bisa memberikan penghasilan yang
Dusun Muntigunung Desa Tianyar Barat layak bagi seseorang untuk memenuhi
Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem kebutuhan pokok hidupnya dan keluarga.
Provinsi Bali adalah perempuan yang
membawa anak balita, dimana mereka Peran Pemerintah Daerah dalam
menjadi gelandangan dan pengemis Mewujudkan Ketentraman dan
disebabkan karena faktor ekonomi atau
Ketertiban Umum
kemiskinan, kendala geografis daerah
asal, serta adanya faktor sosial psikologis Terdapat 3 (tiga) fungsi pemerintahan,
dan sosial budaya. sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasyid
Faktor pendidikan, dalam hal ini yaitu: (1) Pelayanan (service), (2) pem-
kurangnya akses pendidikan yang berdayaan (empowerment) dan (3) pem-
diperoleh masyarakat karena tidak dapat bangunan (development). Implikasi dari
melanjutkan pendidikan, menjadi salah satu pelayanan pemerintah akan menghasil-
faktor penyebab terjadinya gelandangan kan keadilan bagi masyarakat, sementara
dan pengemis. Secara umum, gelandangan melalui pemberdayaan maka masyarakat
dan pengemis memiliki tingkat pendidikan dapat mandiri, dan pembangunan yang
yang relatif rendah. Oleh sebab itu, para dilakukan pemerintah akan mewujudkan

99
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104

kemakmuran bagi masyarakat. Dalam ketertiban umum dan ketentraman


rangka mewujudkan ketentraman dan masyarakat;
ketertiban umum, pemerintah memiliki c) Melakukan tindakan penyelidikan
tugas dalam memberikan pelayanan kepa- terhadap warga masyarakat, aparatur,
da masyarakat. Ketentaraman dan keterti- atau badan hokum yang diduga
ban umum merupakan hak dan kebutuhan melakukan pelanggaran atas Perda
masyarakat. Dengan kata lain, pemerintah dan/atau Perkada; dan
wajib menyelenggarakan kewajiban pe- d) Melakukan tindakan administratif
layanan tersebut untuk masyarakat. terhadap warga masyarakat, aparatur,
Sebagaimana dijelaskan dalam atau badan hukum yang melakukan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pelanggaran atas Perda dan/atau
Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 65 ayat Perkada.
(1), bahwa Kepala Daerah memiliki tugas Berdasarkan Peraturan Pemerintah
“memelihara ketentraman dan ketertiban Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Satuan
masyarakat”. Selanjutnya pemerintah telah Polisi Pamong Praja, secara jelas
memberikan wewenang kepada pemerintah diketahui bahwa Satuan Polisi Pamong
daerah dalam menyelenggarakan urusan Praja berfungsi sebagai penegak Perda
daerahnya masing-masing, tak terkecuali dan Perkada, serta menyelenggarakan
penyelenggaraaan ketentraman dan ketentraman dan ketertiban umum. Dengan
ketertiban umum. Penyelenggaraan demikian, pemerintah daerah melalui
ketentraman dan ketertiban umum di Satuan Polisi Pamong Praja memiliki
daerah dilaksanakan oleh Satuan Polisi kewajiba untuk mewujudkan ketentraman
Pamong Praja sebagai Satuan Kerja dan ketertiban di lingkungan masyarakat.
Perangkat Daerah (SKPD). Lebih lanjut Selain Satuan Polisi Pamong Praja,
pengaturan mengenai keberadaan Satuan terdapat peran dan fungsi dari TNI dan
Polisi Pamong Praja diperkuat di dalam Polri yang turut serta menyelenggarakan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun ketentraman dan ketertiban masyarakat.
2014 Tentang Pemerintahan Daerah Sebagaimana dijelaskan di dalam TAP MPR
Pasal 255 ayat (1) bahwa: “Satuan RI Nomor VI/MPR-RI/2000 dan TAP MPR
Polisi Pamong Praja dibentuk untuk RI Nomor VII/MPR-RI/2000 disebutkan
menegakkan Perdaturan Daerah (Perda) terdapat pembagian fungsi antara TNI dan
dan Peraturan Kepala Daerah (Perkada), Polri yang berkaitan dengan keamanan dan
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketertiban umum, yaitu:
ketentraman, serta menyelenggarakan
perlindungan masyarakat”. Pada ayat (2) 1) TNI memiliki tugas pokok dalam
Satuan Polisi Pamong Praja memiliki 4 bidang pertahanan dan dalam pelaksa-
(empat) kewenangan, yaitu: naan tugasnya dapat memberikan tu-
gas bantuan kepada Polri dalam men-
a) Melakukan tindakan penertiban non- jalankan tugas keamanan;
yustisial terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang 2) Polri memiliki tugas pokok dalam
melakukan pelanggaran atas Perda da/ bidang keamanan dan ketertiban.
atau Perkada; Secara umum kewenangan yang
b) Menindak warga masyarakat, aparatur, dimiliki Satuan Polisi Pamong Praja dan
atau badan hukum yang mengganggu Polri sama-sama mewujudkan keamanan

100
Annisa Rahmadanita: Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum ...

dan ketertiban di masyarakat. Berdasarkan dan ketertiban; (b) menyediakan


kajian sebelumya yang dilakukan oleh anggaran guna mendukung pelaksanaan
Suprayetno, bahwa terdapat batasan pembinaan ketentraman dan ketertiban;
kewenangan antara Satuan Polisi Pamong (c) menciptakan dan melaksanakan
Praja dengan Polri. Disebutkan bahwa hubungan kerja dengan entitas yang lebih
Satuan Polisi Pamong Praja merupakan besar maupun entitas yang lebih kecil; (d)
garda terdepan dalam pembinaan menegakkan aturan yang berlaku secara
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban nasional, regional serta local dalam bidang
umum di daerah. Dengan kata lain, pembinaan ketentraman dan ketertiban;
seluruh masalah yang berkaitan langsung (e) melaksanakan pembinaan ketentraman
dengan ketentraman dan ketertiban umum dan ketertiban berskala regional dan local
menjadi tanggung jawab Satuan Polisi guna menunjang dan memberi kontribusi
Pamong Praja. Sedangkan kewenangan bagi pembinaan ketentraman dan
Polri adalah melakukan penyelenggaraan ketertiban berskala nasional.
keamanan dan ketertiban umum
Satuan Polisi Pamong Praja memiliki
masyarakat (Kamtibmas) dalam lingkup
fungsi sebagai penyelenggara ketentraman
nasional.
dan ketertiban umum di daerah wajib
menegakkan peraturan daerah yang telah
Pembinaan Gelandangan dan Pengemis dibuat. Satuan Polisi Pamong Praja dapat
dalam Mewujudkan Ketentraman dan menertibkan gelandangan dan pengemis
Ketertiban Umum dengan melakukan razia di wilayah yang
Sebagaimana penjelasan sebelumya memungkinkan adanya gelandangan dan
bahwa penyelenggaraan ketentraman pengemis. Razia dapat dilakukan secara
dan ketertiban umum dilakukan oleh berkala dan razia tidak boleh berhenti
pemerintah daerah. Oleh karenanya hingga persoalan gelandangan dan
berdasarkan sudut pandang penulis, pengemis terselesaikan.
terdapat beberapa bentuk pembinaan Kedua, pemerintah daerah perlu
yang dapat dilakukan oleh pemerintah memiliki data yang konkrit dan real
daerah kepada gelandangan dan pengemis tentang jumlah dan kondisi gelandangan
menurut penulis anatara lain sebagai dan pengemis. Data dibutuhkan untuk
berikut: mengetahui jumlah yang akurat berkaitan
Pertama, pemerintah daerah perlu dengan gelandangan dan pengemis yang
menyusun peraturan mengenai penertiban ada di daerah. Langkah awal dalam
gelandangan dan pengemis. Peraturan membangun data real dan existing menjadi
daerah sebagai payung hukum dalam penting dilakukan oleh pemerintah
pelaksanaan penertiban dan pembinaan daerah. Umumnya, data gelandangan dan
gelandangan dan pengemis di daerah. pengemis bisa diperoleh melalui Dinas
Sebagaimana penjelasan Labolo (2016), Sosial, yang memiliki tugas memberikan
yang menegaskan bahwa peran pemerintah pelayanan bidang sosial, tak terkecuali
daerah baik provinsi, kabupaten maupun dalam menangani persoalan gelandangan
kota adalah (a) membuat kebijakan dan pengemis. Data yang konkrit dan real
secara regional dan local berkaitan dapat dibangun melalui aplikasi berbasis
dengan penciptaan situasi dan kondisi elektronik sehingga dapat terwujud big
untuk terselenggaranya ketentraman data gelandangan dan pengemis di daerah.

101
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104

Data pada tiap-tiap daerah menjadi acuan berbagai dimensi yang berkaitan dengan
bagi pemerintah pusat dalam menyusun dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban
memetakan permasalahan dan kebijakan yang disesuaikan dengan bidang
yang berkaitan dengan gelandangan dan masyarakat masing-masing.
pengemis di Indonesia. Sebagaimana
Komunitas masyarakat yang dibentuk
peran pemerintah pusat dalam memelihara
dapat terjaring melalui aplikasi group
ketentraman dan ketertiban umum yaitu:
whatsapp sehingga komunikasi bisa
(a) membuat kebijakan secara makro yang
terlaksana dengan baik dan lancar. Selain
berkaitan dengan penciptaan situasi dan
itu pemerintah juga perlu memfasilitasi
kondisi bagi terselenggaranya ketentraman
dan menindaklanjuti laporan yang
dan ketertiban; (b) menyediakan
diberikan oleh masyarakat yang berkaitan
anggaran guna mendukung pelaksanaan
dengan keberadaan gelandangan dan
pembinaan ketentraman dan ketertiban;
pengemis di lingkungan masyarakat.
(c) menciptakan mekanisme hubungan
Laporan yang masuk dapat dilakukan baik
kerja antar entitas secara makro; (d)
melalui fitur SMS, website atau aplikasi
menegakkan aturan yang berlaku secara
yang disediakan oleh pemerintah. Semua
nasional; (e)melaksanakan pembinaan
laporan yang masuk perlu ditindaklanjuti
ketentraman dan ketertiban berskala mikro
dalam waktu yang ditentukan (dalam
(Labolo, 2016).
standar operasional prosedur/SOP).
Ketiga, pemerintah daerah perlu Tindak lanjut dapat berupa pengamanan
membangun komunitas dengan terhadap gelandangan dan pengemis
masyarakat dalam mendukung penertiban yang selanjutnya diberikan pembinaan
dan pembinaaan gelandanagan dan dan pendampingan sebagaimana program
pengemis. Komunitas terdiri atas yang telah disusun oleh pemerintah
kelompok masyarakat yang memiliki daerah. Melalui proses tindak lanjut
kepedulian mendukung penyelenggaraan terhadap gelandangan dan pengemis inilah
ketentraman dan ketertiban umum di maka masyarakat dapat menikmati hasil
daerah. Komunitas umumnya dibentuk pembinaan ketentraman dan ketertiban,
oleh kelompok masyarakat sendiri, yaitu masyarakat dapat merasakan aman
tetapi bila diperlukan pemerintah dan nyaman dalam menjalani kehidupan
daerah dapat menginisiasi terbentuknya bermasyarakat.
komunitas masyarakat ini. Hal tersebut
dalam rangka mendukung dan sebagai Keempat, pemerintah daerah perlu
perpanjangan tangan pemerintah hingga menyusun program pembinaan dan
ke lapisan masyarakat terkecil. Selain pendampingan secara bertahap dan
itu dapat pula meningkatkan partisipasi berkelanjutan kepada gelandangan
masyarakat dalam proses penyelenggaraan dan pengemis. Program pembinaan
pemerintahan di daerah, salah satunya gelandangan dan pengemis umumnya
dalam mewujudkan ketentraman dan dilakukan oleh Dinas Sosial. Langkah
ketertiban umum di daerah. Hal tersebut utama yang dapat dilakukan oleh Dinas
sejalan dengan pendapat (Labolo, Sosial adalah menyediakan tempat atau
2016), bahwa peran masyarakat dalam rumah penampungan bagi gelandangan
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban dan pengemis yang telah ditertibkan
umum dapat diwujudkan melalui baik oleh Satuan Polisi Pamong Praja
partisipasi aktif masyarakat dalam maupun oleh Dinas Sosial. Perlu

102
Annisa Rahmadanita: Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum ...

ditegaskan pula bahwa pembinaan yang membina gelandangan dan pengemis


dilakukan tidak cukup jika tidak disertai dilakukan oleh pemerintah daerah.
dengan pendampingan dalam pemberian Adapun pembinaan yang dapat dilakukan
pelatihan dan keterampilan. Tidak cukup oleh pemerintah daerah adalah sebagai
juga apabila pelatihan dan keterampilan berikut: (1) pemerintah daerah perlu
yang diberikan tidak berkelanjutan dan menyusun peraturan mengenai penertiban
berkesinambungan. Hasil penelitian gelandangan dan pengemis; (2) pemerintah
sebelumnya menunjukkan bahwa program daerah perlu memiliki data yang konkrit
jaminan sosial yang diberikan oleh Dinas dan real tentang jumlah dan kondisi
Sosial kepada gelandangan dan pengemis gelandangan dan pengemis; (3) pemerintah
dikatakan sebagai upaya preventif, yaitu daerah perlu membangun komunitas
dengan memberikan jaminan kesehatan, dengan masyarakat dalam mendukung
jaminan pendidikan, jaminan tempat penertiban dan pembinaaan gelandanagan
tinggal dan jaminan keterampilan. dan pengemis. (4) pemerintah daerah
Kesimpulannya, melalui jaminan sosial perlu menyusun program pembinaan
yang diberikan menunjukkan penurunan dan pendampingan secara bertahap dan
angka gelandangan dan pengemis berkelanjutan kepada gelandangan dan
terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta pengemis; (5) pemerintah daerah perlu
(Zulfa. 2014). Salah satu indikator mengevaluasi terkait program pembinaan
dalam pencapaian sasaran berhasilnya dan pendampingan bagi gelandangan dan
program pembinaan yang disusun adalah pengemis.
gelandangan dan pengemis dapat berdaya
guna. Melalui keterampilan yang diberikan SARAN
maka gelandangan dan pengemis dapat
meningkatkan martabat hidupnya melalui Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
pekerjaan yang lebih layak. penulis memberi saran sebagai berikut: (1)
pemerintah daerah perlu meningkatkan
Kelima, pemerintah daerah perlu
koordinasi dan kerjasama dengan baik
mengevaluasi terkait program pembinaan
dengan entitas yang lebih besar maupun
dan pendampingan bagi gelandangan dan
entitas yang lebih kecil; (2) pemerintah
pengemis. Program yang telah disusun
daerah perlu memberi ruang kepada
dan dilaksanakan perlu dievaluasi apakah
masyarakat agar dapat berpartisipasi
sudah tepat sasaran dalam mengurangi
aktif dalam penertiban gelandangan
angka gelandangan dan pengemis ataukah
dan pengemis di daerah; (c) pemerintah
belum. Evaluasi juga dilakukan dalam
daerah perlu menyusun dan mengevaluasi
rangka menghindari penyimpangan/
program pembinaan terhadap gelandangan
hambatan yang umumnya terjadi dalam
dan pengemis di daerah.
pelaksanaan program pembinaan kepada
gelandangan dan pengemis di daerah.
• Ucapan Terima Kasih

KESIMPULAN Ucapan terimakasih penulis sampaikan


kepada tim mitra bestari dan pengelola
Berdasarkan uraian di atas dapat jurnal prodi perpolisian pamong praja
disimpulkan bahwa pembinaan serta kepada seluruh pihak yang
ketentraman dan ketertiban umum mendukung terselesaikannya artikel
terutama dalam menertibkan dan ini dibuat.

103
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104

DAFTAR PUSTAKA Sumber Lain


Dimas Dwi Irawan. 2013, Pengemis Rachmad Suprayetno https://media.neliti.
Undercover Rahasia Seputar com/media/publications/209949-
Kehidupan Pengemis, Jakarta: Titik kewenangan-antara-satpol-pp-dan-
Media Publisher. polri-da.pdf diakses pada 31 Oktober
Ermaya Suradinata. 2013. Etika Pemerintahan 2019 pukul 10.00 WIB.
dan Geopolitik Indonesia. Bandung: Isma Riskawati, Abdul Syani, “Faktor
Pustaka Ramadhan. Penyebab Terjadinya Gelandangan dan
Labolo, Muhadam. 2016. Pengantar Pembinaan Pengemis (Studi Pada Gelandangan
Ketentraman dan Ketertiban Umum. dan Pengemis Di Kecamatan Tanjung
Literatur IPDN. Karang Pusat Kota BandarLampung)”,
Jurnal Sociologie, Vol. 1, No. 1,
Purwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa
(September 2013).
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Maghfur Ahmad, “Strategi Kelangsungan
Rasyid, M. Ryaas.1996. Makna Pemerintahan,
Hidup Gelandang-Pengemis
Tinjauan dari Segi Etika dan
(Gepeng)”, Jurnal Penelitian,
Kepemimpinan. Jakarta : PT. Yarsif
Vol. 7, No. 2, November 2010,
Watampone.
Diakses melalui:, http://e-journal.
Sarito Wirawan Sarwono. (2005). Masalah- stainpekalongan.ac.id/index.php/
Masalah Kemasyarakat di IndonesiaI. Penelitian/article/view/108/87, pada
Jakarta: Sinar Harapan. tanggal 10 Oktober 2019 pukul 10.00
Schwab, William A. (1992). The Sociology of WIB
Cities. New Jersey: Prentice Hall. Sri Kuntari dan Eny Hikmawati. 2017. Melacak
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Akar Permasalahan Gelandangan dan
Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Pengemis (Gepeng). Media Informasi
Suparlan, Parsudi. 2008. Kemiskinan di Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol.
Perkotaan: Bacaan untuk Antropologi 41, No. 1, April 2017, 11-26. Diakses
Perkotaan. Jakarta: Sinar Harapan dan melalui: https://ejournal.kemsos.go.id/
Yayasan Obor Indonesia. index.php/mediainformasi/article/
Zulfa Himmah Alfikril Hidayah. Skripsi. view/1192/630, pada tanggal 08
Jaminan Sosial terhadap Gelandangan November 2019 pukul 16:00 WIB.
dan Pengemis (Studi Pelaksanaan
Peraturan Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Penanganan Gelandangan
dan Pengemis di Dinas Sosial D.I
Yogyakarta). Universitas Islam Negeri.
2014.

104

You might also like