Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Tentang Gelandangandan Pengemis
Jurnal Tentang Gelandangandan Pengemis
Annisa Rahmadanita
Institut Pemerintahan Dalam Negeri
annisa.rahmadanita@gmail.com
ABSTRACT
The focus of this study is based on the phenomenon that occurs in urban areas is the
presence of homeless and beggars. The purpose of writing this study is to obtain a picture
related to the development of homeless and beggars in maintaining peace and public
order. The writing method used is the Library Research approach. Based on the analysis
and discussion, the authors conclude that the guidance that can be carried out by the
regional government is as follows: (1) the local government needs to draw up regulations
regarding controlling homeless people and beggars; (2) local governments need to have
concrete and real data about the number and conditions of homeless and beggars; (3)
the regional government needs to build a community with the community in supporting
the control and guidance of the leaders and beggars. (4) local governments need to
develop a program of guidance and assistance in stages and continuously to homeless
and beggars; (5) the regional government needs to evaluated. Based on the conclusions
above, the authors make the following recommendations: (1) local governments need to
improve coordination and cooperation with both larger and smaller entities; (2) local
governments need to provide space for the community to be able to actively participate
in controlling homeless and beggars in the regions; (c) the regional government needs
to develop and evaluate a training program for homeless and beggars in the regions.e
related programs of guidance and assistance for homeless and beggars.
Keywords: development, peace and public order, homeless and beggars
ABSTRAK
Fokus kajian ini dilatarbelakangi atas fenomena yang terjadi di wilayah perkotaan
adalah hadirnya gelandangan dan pengemis. Tujuan penulisan kajian ini adalah untuk
memperoleh gambaran terkait dengan pembinaan gelandangan dan pengemis dalam
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum. Metode penulisan yang digunakan
adalah pendekatan Studi Kepustakaan (Library Research). Berdasarkan analisis dan
pembahasan, maka penulis menyimpulkan bahwa pembinaan yang dapat dilakukan
oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut: (1) pemerintah daerah perlu menyusun
peraturan mengenai penertiban gelandangan dan pengemis; (2) pemerintah daerah
perlu memiliki data yang konkrit dan real tentang jumlah dan kondisi gelandangan
dan pengemis; (3) pemerintah daerah perlu membangun komunitas dengan masyarakat
dalam mendukung penertiban dan pembinaaan gelandanagan dan pengemis. (4)
pemerintah daerah perlu menyusun program pembinaan dan pendampingan secara
95
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104
bertahap dan berkelanjutan kepada gelandangan dan pengemis; (5) pemerintah daerah
perlu mengevaluasi terkait program pembinaan dan pendampingan bagi gelandangan
dan pengemis. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberi saran sebagai
berikut: (1) pemerintah daerah perlu meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan
baik dengan entitas yang lebih besar maupun entitas yang lebih kecil; (2) pemerintah
daerah perlu memberi ruang kepada masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam
penertiban gelandangan dan pengemis di daerah; (c) pemerintah daerah perlu menyusun
dan mengevaluasi program pembinaan terhadap gelandangan dan pengemis di daerah.
Kata kunci: pembinaan, ketentraman dan ketertiban umum, gelandangan dan pengemis
96
Annisa Rahmadanita: Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum ...
97
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104
98
Annisa Rahmadanita: Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum ...
dengan modal nekat; (2) malas berusaha; gelandangan dan pengemis tidak bisa
(3) cacat fisik; (4) tidak adanya lapangan mendapatkan pekerjaan layak yang
pekerjaan; (5) tradisi yang turun-menurun; bisa mengangkat harkat dan martabat
(6) mengemis daripada menganggur; (7) dirinya dan keluarganya. Pendidikan
harga kebutuhan pokok yang mahal; (8) yang rendah bisa mengakibatkan
kemiskinan; (9) ikut-ikutan; (10) disuruh kemiskinan (faktor ekonomi), yang
orang tua; (11) menjadi korban penipuan. kemudian membuat gelandangan dan
Penulis mengelompokkan faktor penyebab pengemis tidak mempunyai pilihan
gelandangan dan pengemis berasal dari selain mengijinkan dirinya, bahkan anak
3 (tiga) faktor, yaitu: faktor pendidikan, dan/atau istrinya menjadi gelandangan
faktor ekonomi dan faktor psikologis. dan pengemis. Tingkat pendidikan
Menurut penulis, ketiga faktor tersebut yang rendah juga berhubungan dengan
memberikan sumbangsih yang cukup terbatasnya keahlian dan keterampilan
besar sebagai penyebab keberadaan yang dimiliki oleh masyarakat. Oleh
gelandangan dan pengemis di Indonesia. sebab itu, para gelandangan dan pengemis
Faktor ekonomi menjadi faktor yang tidak memiliki pendidikan dan
dominan penyebab gelandangan dan keterampilan, akan mengalami kesulitan
pengemis. Akar dari permasalahannya untuk memperoleh pekerjaan yang layak.
adalah gelandangan dan pengemis berasal Hal sejalan disampaikan oleh Isma dan
dari masyarakat miskin, yang tidak bisa Abdul (2013), bahwa pendidikan sangat
memenuhi kebutuhan hidupnya dan erat kaitaannya dengan keterampilan,
keluarganya. Selain itu, harga kebutuhan orang yang memiliki pendidikan rendah
pokok yang meningkat menjadi momok cendrung memiliki keterampilan rendah
yang menakutkan juga bagi gelandangan juga. Keterampilan sangatlah penting
dan pengemis. Sebagaimana dijelaskan dalam kehidupan, dengan keterampilan
pada penelitian sebelumnya oleh Sri seseorang dapat mengahasilkan dan
dan Eny (2017), bahwa sebesar 95 memiliki aset produksi, yang kemudian
persen gelandangan dan pengemis di bisa memberikan penghasilan yang
Dusun Muntigunung Desa Tianyar Barat layak bagi seseorang untuk memenuhi
Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem kebutuhan pokok hidupnya dan keluarga.
Provinsi Bali adalah perempuan yang
membawa anak balita, dimana mereka Peran Pemerintah Daerah dalam
menjadi gelandangan dan pengemis Mewujudkan Ketentraman dan
disebabkan karena faktor ekonomi atau
Ketertiban Umum
kemiskinan, kendala geografis daerah
asal, serta adanya faktor sosial psikologis Terdapat 3 (tiga) fungsi pemerintahan,
dan sosial budaya. sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasyid
Faktor pendidikan, dalam hal ini yaitu: (1) Pelayanan (service), (2) pem-
kurangnya akses pendidikan yang berdayaan (empowerment) dan (3) pem-
diperoleh masyarakat karena tidak dapat bangunan (development). Implikasi dari
melanjutkan pendidikan, menjadi salah satu pelayanan pemerintah akan menghasil-
faktor penyebab terjadinya gelandangan kan keadilan bagi masyarakat, sementara
dan pengemis. Secara umum, gelandangan melalui pemberdayaan maka masyarakat
dan pengemis memiliki tingkat pendidikan dapat mandiri, dan pembangunan yang
yang relatif rendah. Oleh sebab itu, para dilakukan pemerintah akan mewujudkan
99
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104
100
Annisa Rahmadanita: Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum ...
101
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104
Data pada tiap-tiap daerah menjadi acuan berbagai dimensi yang berkaitan dengan
bagi pemerintah pusat dalam menyusun dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban
memetakan permasalahan dan kebijakan yang disesuaikan dengan bidang
yang berkaitan dengan gelandangan dan masyarakat masing-masing.
pengemis di Indonesia. Sebagaimana
Komunitas masyarakat yang dibentuk
peran pemerintah pusat dalam memelihara
dapat terjaring melalui aplikasi group
ketentraman dan ketertiban umum yaitu:
whatsapp sehingga komunikasi bisa
(a) membuat kebijakan secara makro yang
terlaksana dengan baik dan lancar. Selain
berkaitan dengan penciptaan situasi dan
itu pemerintah juga perlu memfasilitasi
kondisi bagi terselenggaranya ketentraman
dan menindaklanjuti laporan yang
dan ketertiban; (b) menyediakan
diberikan oleh masyarakat yang berkaitan
anggaran guna mendukung pelaksanaan
dengan keberadaan gelandangan dan
pembinaan ketentraman dan ketertiban;
pengemis di lingkungan masyarakat.
(c) menciptakan mekanisme hubungan
Laporan yang masuk dapat dilakukan baik
kerja antar entitas secara makro; (d)
melalui fitur SMS, website atau aplikasi
menegakkan aturan yang berlaku secara
yang disediakan oleh pemerintah. Semua
nasional; (e)melaksanakan pembinaan
laporan yang masuk perlu ditindaklanjuti
ketentraman dan ketertiban berskala mikro
dalam waktu yang ditentukan (dalam
(Labolo, 2016).
standar operasional prosedur/SOP).
Ketiga, pemerintah daerah perlu Tindak lanjut dapat berupa pengamanan
membangun komunitas dengan terhadap gelandangan dan pengemis
masyarakat dalam mendukung penertiban yang selanjutnya diberikan pembinaan
dan pembinaaan gelandanagan dan dan pendampingan sebagaimana program
pengemis. Komunitas terdiri atas yang telah disusun oleh pemerintah
kelompok masyarakat yang memiliki daerah. Melalui proses tindak lanjut
kepedulian mendukung penyelenggaraan terhadap gelandangan dan pengemis inilah
ketentraman dan ketertiban umum di maka masyarakat dapat menikmati hasil
daerah. Komunitas umumnya dibentuk pembinaan ketentraman dan ketertiban,
oleh kelompok masyarakat sendiri, yaitu masyarakat dapat merasakan aman
tetapi bila diperlukan pemerintah dan nyaman dalam menjalani kehidupan
daerah dapat menginisiasi terbentuknya bermasyarakat.
komunitas masyarakat ini. Hal tersebut
dalam rangka mendukung dan sebagai Keempat, pemerintah daerah perlu
perpanjangan tangan pemerintah hingga menyusun program pembinaan dan
ke lapisan masyarakat terkecil. Selain pendampingan secara bertahap dan
itu dapat pula meningkatkan partisipasi berkelanjutan kepada gelandangan
masyarakat dalam proses penyelenggaraan dan pengemis. Program pembinaan
pemerintahan di daerah, salah satunya gelandangan dan pengemis umumnya
dalam mewujudkan ketentraman dan dilakukan oleh Dinas Sosial. Langkah
ketertiban umum di daerah. Hal tersebut utama yang dapat dilakukan oleh Dinas
sejalan dengan pendapat (Labolo, Sosial adalah menyediakan tempat atau
2016), bahwa peran masyarakat dalam rumah penampungan bagi gelandangan
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban dan pengemis yang telah ditertibkan
umum dapat diwujudkan melalui baik oleh Satuan Polisi Pamong Praja
partisipasi aktif masyarakat dalam maupun oleh Dinas Sosial. Perlu
102
Annisa Rahmadanita: Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum ...
103
Jurnal Tatapamong\September 2019: 95-104
104