Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Warga Binaan Lapas Anak

Wanita Tangerang

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI


MAKRO DENGAN STATUS GIZI WARGA BINAAN LAPAS ANAK
WANITA TANGERANG
Nur Muslimah M, Dudung Angkasa, Vitria Melani
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta, 11510
muslimahnur07@gmail.com

Abstract
Background: Most women in prison are experiencing inadequate energy and
macronutrient intake which may affect their nutritional and health status. Objective: To
determine the relationship between the level of energy sufficiency and macro nutrient
with nutritional status of women. Method : Cross-sectional data were collected from 100
women prisoner aged 19-45 years old from a major prison in Tangerang City of
Indonesia. Weight and height were measured with standard weighing scale and
microtoise, respectively and body mass index (BMI) was produced. The prisoner’s
intakes were measured by three days 24 hour food recalls. Others observed variables
were health seeking behaviour (HSB) and infectious disease history (IDH) which
assessed by structured interview questionnaire. Spearman's Rank Test was performed
to answer the research questions. Result: There was a positive and weak relationship
between energy sufficiency level and nutritional status (p = 0,030), protein adequacy
level with nutritional status (p = 0,015), fat sufficiency level with nutritional status (p =
0,034) and carbohydrate sufficiency level with nutritional status p = 0.043). Conclusion:
Level of energy and macronutrient intake associate with prison women’s nutritional
status.

Keywords: energy sufficiency level and macro nutrient, nutritional status, women.

Abstrak
Latar Belakang: Sebagian besar wanita di penjara mengalami kekurangan asupan
energi dan zat gizi makro. Keadaan ini akan berkaitan dengan gizi dan kesehatan di
masa depan. Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat kecukupan energi dan zat gizi
makro dengan status gizi wanita usia subur. Metode: Desain cross sectional
dilakukan dengan sampel sebanyak 100 orang di Lapas Anak Wanita Tangerang.
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro dinilai menggunakan food recall 3 x 24
jam dan status gizi menggunakan pengukuran antopometri dengan menghitung IMT.
Uji Rank Spearman sebagai uji statistik. Hasil: Hasil menunjukan adanya hubungan
lemah positif antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi (p = 0,030), tingkat
kecukupan protein dengan status gizi (p = 0,015), tingkat kecukupan lemak dengan
status gizi (p = 0,034) dan tingkat kecukupan KH dengan status gizi (p = 0,043).
Kesimpulan: Semakin baik tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro responden,
maka semakin baik status gizi.

Kata kunci: tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro, status gizi, wanita usia
subur

Pendahuluan kurang energi kronis mengalami kenaikan


Kurang energi kronik (KEK) pada pada semua kelompok umur terutama
kelompok wanita usia subur (WUS) masih pada kelompok umur 15-19 tahun
merupakan masalah kesehatan di prevalensinya naik sebesar 15,7 persen.
Indonesia. Menurut data RISKESDAS 2013 Kondisi ini cukup memprihatinkan
menunjukkan bahwa prevalensi risiko mengingat wanita usia subur dengan KEK
KEK wanita usia subur (tidak hamil) diasumsikan cenderung melahirkan bayi
secara nasional sebanyak 20,8 persen(1). dengan BBLR(2), sehingga masalah ini
Secara keseluruhan, prevalensi risiko berpotensi memengaruhi masalah gizi lain

Nutrire Diaita, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 59


Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Warga Binaan Lapas Anak Wanita Tangerang

pada periode siklus kehidupan berikutnya. sebab-akibat(7). Penyakit infeksi dapat


Oleh sebab itu, penting untuk memperburuk keadaan gizi, dan keadaan
memerhatikan status gizi setiap warga gizi yang tidak baik dapat mempermudah
negara, termasuk warga negara yang tubuh untuk terkena infeksi. Infeksi dapat
sedang menjalani rehabilitas di Lembaga memengaruhi status gizi melalui banyak
Pemasyarakatan (Lapas). Walaupun tidak mekanisme, antara lain melalui
lagi memiliki hak kebebasan saat penurunan asupan makanan dan
menjalani hukuman kurungan penjara, penyerapan zat gizi, peningkatan
bukan berarti hak mendapatkan penggunaan zat gizi dan ekskresi protein
pelayanan kesehatan dan hak serta zat gizi mikro yang merupakan salah
mendapatkan makanan tidak diper- satu respon fase akut pertahanan tubuh
hatikan. untuk melawan pathogen yang masuk ke
Menurut PP No. 58 Tahun 1999, dalam tubuh(8). Jika hal ini tidak
pasal 29 ayat 1 tentang pengelolaan diperhatikan, tingkat kesakitan para WBP
makanan di Rumah Tahanan (Rutan) akan meningkat, dengan angka kesakitan
maupun Lembaga Permasyarakatan yang meningkat, tentu saja ini akan
(Lapas), petugas bertanggung jawab atas berdampak pada anggaran fasilitas
kebersihan dan terpenuhinya syarat- kesehatan di dalam Lapas yang akan
syarat kesehatan dan gizi, pengadaan, meningkat terutama dalam segi obat-
penyimpanan dan penyajian makanan, obatan.
serta pemeliharaan peralatan memasak(3).
Hal ini berarti petugas Lapas penting Metode Penelitian
untuk memastikan warga binaannya Rancangan/Desain Penelitian
sudah terpenuhi kebutuhan gizinya. Penelitian ini menggunakan desain
Namun, menurut Fajrin (2013) kualitas cross sectional dengan variabel independen
makanan yang dihasilkan tidak memenuhi ialah tingkat kecukupan energi dan zat gizi
standar karena tidak tersedianya ahli gizi makro, sedangkan variabel dependen ialah
dan juru masak di dalam Lapas(4). status gizi.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan
pada bulan Januari-Febuari 2015 Sumber Data
didapatkan data bahwa dari 51 orang Data primer tingkat kecukupan
penghuni Lapas 90% diantaranya tidak energi dan zat gizi makro didapatkan
selalu menghabiskan makanan yang dengan menggunakan food recall 24 jam
diberikan oleh pihak Lapas(5). Angka selam 3 hari. Data status gizi responden
tersebut merupakan angka yang cukup didapatkan dari pengukuran antropometri
besar karena dengan tidak menghabiskan yaitu menimbang BB dan mengukur TB
makanannya, kebutuhan gizi warga secara langsung dengan melibatkan
binaan pemasyarakatan (WBP) belum personil terlatih.
tentu terpenuhi secara optimal. Jika ini
terus terjadi maka akan mengakibatkan Sasaran Penelitian
perubahan status gizi WBP selama di Populasi pada penelitian ini adalah
dalam Lapas. Terdapat 55 orang (76,4%) seluruh warga binaan Lapas Anak Wanita
warga binaan dengan asupan energi yang berusia 15-49 tahun yang berjumlah
kurang yang umumnya dikarenakan 205 orang. Pengambilan sampel
terkadang WBP merasa jijik, hal ini menggunakan teknik random sampling
berkaitan dengan proses penyelengagaran dengan mempertimbangkan kriteria
yang kurang bersih dari proses persiapan inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
makanan sebelum dimasak sampai ke sebagai berikut: (i) warga binaan berusia
penyajian kepada WBP(6). 15-49 tahun, (ii) bersedia menjadi sampel
Kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi dan diwawancarai, (iii) status sebagai
dapat menyebabkan masalah gizi. Sudah narapidana (orang yang sudah diputuskan
dibuktikan bahwa defisiensi gizi kurungan penjara). Eksluksi apabila saat
dihubungkan dengan terganggunya fungsi dilakukan penelitian dalam keadaan sakit
imunitas. Menurut Supariasa (2012) dan merupakan tahanan (warga binaan
infeksi dengan masalah gizi merupakan yang belum diputuskan kurungan
hubungan timbal balik atau hubungan
Nutrire Diaita, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 60
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Warga Binaan Lapas Anak Wanita Tangerang

penjara). Perhitungan sampel 18,5-25 responden berstatus gizi normal


menggunakan rumus proporsi binomunal dan jika nilai IMT > 25 maka responden
maka didapatkan sampel sebanyak 100 berstatus gizi lebih (Centre for Obesity
orang. Research and Education, 2007).

Pengembangan Instrument dan Teknik Analisis Data


Teknik Pengumpulan Data Data tingkat kecukupan energi dan
Penilaian tingkat kecukupan energi zat gizi makro serta status gizi responden
dan zat gizi mkro dilakukan menggunakan dikumpulkan kemudian diinput ke
food recall 24 jam selama 3 hari. Data software SPSS untuk dilakukan analisis.
yang didapat berupa menu makanan yang Data univariat akan disajikan berdasarkan
dikonsumsi responden selama 3 hari distribusi data. Apabila data berdistribusi
kebelakang lalu dikonversi dalam bentuk normal, maka akan disajikan sebagai rata-
gram/kkal. Tingkat kecukupan energi dan rata + standar deviasi namun apabila data
zat gizi makro dikatakan kurang apabila tidak berdistribusi normal maka akan
asupan >80% AKG, dapat dikatakan disajikan sebagai median dan jarak kuartil
cukup apabila asupan mencapai 80%- (Q2-Q3). Kemudian dilakukan uji bivariat
100% AKG dan lebih apabila >100% AKG. menggunakan rank spearman untuk
Status gizi responden dinilai dengan cara mengetahui hubungan dan arah
penimbangan berat badan sebanyak 3 kali hubungan antara variabel independen
menggunakan timbangan injak yang dengan variabel dependen.
sudah dikalibrasi dan mengukur tinggi
badan sebanyak 3 kali dengan microtoise Hasil dan Pembahasan
yang dikalibrasi untuk mendapatkan hasil Sampel rata-rata berusia 29 tahun
yang lebih akurat. Setelah itu menghitung dan dan sebagian besar responden berada
IMT yakni BB/TB2 (kg/m) apabila nilai IMT pada rentang usia 19-32 tahun yaitu
< 18,5 maka responden masuk dalam sebanyak 64%.
kategori gizi kurang, jika nilai IMT sebesar

Tabel 1
Distribusi frekuensi usia WUS di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangeranga

Variabel n %
Usia (Tahun) 29 (24;36)b
19-32 64 64
33-39 25 25
40-45 11 11
Total 100 100

aData yang disajikan adalah dalam bentuk n (%) kecuali dalam indikasi lain, bMedian dan Jarak
antar kuartil (Q25;Q75)

Terkait tingkat kecukupan energi, Rata-rata asupan karbohidrat


menurut tabel 2 sebagian besar responden adalah 309,6 atau 95% dari
kecukupan energi responden sudah angka kecukupan karbohidrat. Sebagian
terpenuhi. Berdasarkan kategori tingkat besar tingkat kecukupan karbohidrat
kecukupan energi, sebagian besar responden berada di kategori cukup yaitu
responden masuk kedalam kategori cukup sebanyak 58%, sedangkan ata-rata asupan
yaitu sebanyak 64%. Tabel 2 juga protein responden adalah 57,55 gr atau
menunjukan rata-rata asupan zat gizi 100% dari angka kecukupan protein.
makro sudah terpenuhi yakni lemak 56,8 Sebagian besar tingkat kecukupan protein
gr atau 100% dari angka kecukupan responden berada di kategori lebih yaitu
lemak. Sebagian besar tingkat kecukupan sebanyak 48%. Tabel 2 menunjukan bahwa
lemak responden masuk kedalam kategori rata-rata IMT responden adalah 22 yang
cukup yaitu sebanyak 62%. berarti rata-rata status gizi responden

Nutrire Diaita, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 61


Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Warga Binaan Lapas Anak Wanita Tangerang

adalah normal, hal ini sejalan dengan 2015) sedangkan responden dengan gizi
frekuensi status gizi responden yang kurang bisa disebabkan responden sedang
sebagian besar adalah normal sebanyak mengalami stres atau gangguan psikologi
77%. Namun sebanyak 21% responden yang dapat mengganggu pola makan. Pola
mengalami gizi lebih 2% mengalami gizi asupan makanan dari populasi umum di
kurang. Faktor penyebab gizi lebih bersifat banyak negara Asia dan Amerika
multifaktorial. Peningkatan asupan mencerminkan bahwa mereka yang
makanan cepat saji, rendahnya aktifitas mengalami depresi juga mengalami
fisik, faktor genetik, faktor psikologis, kekurangan gizi yang cukup parah
program diet, faktor usia dan jenis kelamin terutama vitamin, mineral, dan asam lemak
adalah faktor-faktor yang berkontribusi omega-3 (Asha et al., 2008).
pada perubahan keseimbangan energi yang
berujung dengan gizi lebih (Kurdanti et al.,

Tabel 2
Distribusi Rata-rata dan Frekuensi Energi, Zat Gizi Makro WUS berdasarkan recall
selama 3 hari status gizi WUS berdasarkan perhitungan IMT di di Lapas Anak Wanita
Tangeranga
Variabel N %
Energi, kkal/hr 2154 (1945; 2254)b
Kecukupan energi
Kurang (<80% AKE) 16 16
Cukup (80-100% AKE) 64 64
Lebih (>100% AKE) 30 21
Protein, g/hr 57,5 (52;63)b 103
%energi dari protein 11 (21;26)b
Kecukupan Protein
Kurang (<80% AKP) 7 7
Cukup (80-100% AKP) 45 45
Lebih (>100% AKP) 48 48
Lemak, g/hr 56,8 (49;61)b 100
%energi dari lemak 24 (21; 26)b
Kecukupan Lemak
Kurang (<80% AKL) 11 11
Cukup (80-100% AKL) 62 62
Lebih (>100% AKL) 27 27
Karbohidrat, g/hr 309,6 (283;353)b 100
%energi dari karbohidrat 60,02 (55;65)b
Kecukupan KH
Kurang (<80% AKK) 6 11
Cukup ( 80-100% AKK) 58 62
Lebih (>100% AKK) 36 26
TB (cm) 156 (152;159)b
BB (kg) 52 (49;60)b
Status Gizi (IMT) 22 (19;24)b
Gizi Lebih (>25kg/m )
2 21 21
Normal (18,5-25 kg/m2) 77 77
Gizi Kurang (<18,5 kg/m2) 2 2
aData yang disajikan adalah dalam bentuk n (%) kecuali diindikasi lain; bMedian dan jarak kuartil

(Q25;Q75); AKE= angka kecukupan energi (AKG 2013); AKP= angka kecukupan protein (AKG 2013);
AKL = angka kecukupan lemak (AKG 2013); AKK= angka kecukupan karbohidrat (AKG 2013)

Pada penelitian ini menemukan terjadi karena asupan yang dikonsumsi


adanya hubungan lemah positif yang oleh responden harus melewati beberapa
bermakna antara tingkat kecukupan energi tahap metabolisme didalam tubuh sehingga
dan zat gizi makro yang diperoleh dari membutuhkan waktu yang cukup lama
recall selama 3 hari dengan status gizi untuk sampai memengaruhi status gizi
berdasarkan Indeks Massa Tubuh . Hal ini responden.

Nutrire Diaita, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 62


Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Warga Binaan Lapas Anak Wanita Tangerang

Tabel 3
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Wanita
Usia Subur di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang
Status Gizi
Variabel Independen r p value
Tingkat Kecukupan 0,298 0,003
Energi
Tingkat Kecukupan 0,242 0,015
Protein
Tingkat Kecukupan 0,212 0,034
Lemak
Tingkat Kecukupan 0,203 0,043
KH

Hasil penelitian ini sejalan dengan kekurangan bahkan kelebihan satu atau
penelitian Muchlisa et al,. (2013) yang lebih zat gizi dalam jumlah yang banyak,
membuktikan adanya hubungan (p = akan mengakibatkan masalah gizi yang
0,000) antara tingkat kecukupan energi memengaruhi status gizi seseorang.
dengan status gizi remaja putri Apabila asupan energi kurang dari
berdasarkan IMT(9). Penelitian ini sesuai kecukupan energi yang dibutuhkan maka
dengan penelitian Ubro et al., (2014) juga cadangan energi yang terdapat di dalam
menyatakan bahwa ada hubungan yang tubuh yang disimpan dalam otot akan
signifikan (p = 0,000) antara asupan energi digunakan(16). Kekurangan asupan energi
(Food Recall) dengan status gizi (IMT) ini apabila berlangsung dalam jangka
mahasiswa kedokteran Universitas Sam waktu yang cukup lama maka akan
Ratulangi(10). Hal yang sama terjadi pada mengakibatkan menurunnya berat badan
penelitian Rokhmah (2016) menyatakan dan kekurangan zat gizi yang lain(17).
bahwa adanya hubungan positif yang Sebaliknya apabila asupan energi yang
signifikan antara tingkat kecukupan energi berlebih akan disimpan sehingga
dan zat gizi makro yang diperoleh metode menimbulkan kenaikan berat badan.
recall 2 hari dan comestock terhadap Komposisi kenaikan berat badan sebagian
status gizi remaja putri berdasarkan besarnya berupa pertambahan lemak
menghitung IMT/U(11). Penelitian ini (sekitar 70-80%) dan sisanya berupa
didukung oleh penelitian Eli (2015) yang pertambahan massa otot (sekitar 20-30%).
menyatakan bahwa terdapat huungan Oleh karena itu apabila asupan energi
antara asupan energi dan zat gizi makro berlebih akan berdampak pada status gizi
dengan status gizi(12). Hasil ini juga yang lebih pula(18)
sesuai dengan penelitian Palallo et al., Terkait zat gizi makro, selain persen
(2015) yang menyatakan terdapat kontribusi protein terhadap total energi,
hubungan antara tingkat kecukupan persen kontribusi lemak dan karbohidrat
energi dengan stats gizi wanita usia subur masih dalam rentang rekomendasi.
di Desa Kema Kabupaten Minahasa(13). Asupan protein utama sample didapat dari
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan lauk, baik lauk hewani maupun nabati.
dengan penelitian Atika et al., 2015 Protein adalah zat yang penting dalam
menyatakan tidak ada hubungan antara setiap organisme dan juga merupakan
asupan energi dan zat gizi makro dengan bagian dari semua sel hidup yang
status gizi pada pelajar di SMP Negeri 13 merupakan bagian terbesar setelah air.
Kota Manado(14). Protein dalam tubuh berfungsi sebagai;
Seseorang memerlukan sejumlah sumber energi selain karbohidrat dan
zat gizi untuk dapat hidup sehat serta lemak, zat pembangun, sebagai pengatur
dapat mempertahankan kesehatan- metabolisme tubuh, memelihara sel dan
nya(15). Status gizi optimal terjadi bila jaringan tubuh(19). Kekurangan protein
tubuh memperoleh asupan zat gizi secara dalam jangka waktu lama dapat
efisien. Apabila tubuh mengalami mengakibatkan defisiensi zat gizi dan
Nutrire Diaita, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 63
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Warga Binaan Lapas Anak Wanita Tangerang

mengganggu berbagai proses dalam tubuh cara digoreng seperti ayam goreng, tempe
juga menurunkan daya tahan tubuh goreng dan ikan goreng atau responden
terhadap penyakit(20). Protein didalam makan makanan dari luar Lapas seperti
tubuh memiliki paruh waktu pendek, yang dari keluarga saat menjenguk atau
berarti cepat digunakan dan tergredasi. membeli di koperasi Lapas
Cepatnya protein yang terpakai oleh tubuh Sementara itu, pemenuhan kebu-
ini memerlukan produksi protein yang tuhan karbohidrat juga harus tetap
berkelanjutan, apabila tubuh kekurangan diperhatikan karena asupan karbohidrat
protein maka tubuh akan memecah responden dapat memengaruhi status gizi.
protein yang ada dalam otot, jika hal ini Hal ini dikarenakan jumlah konsumsi
terus terjadi maka akan menyebabkan karbohidrat dapat meningkatkan jumlah
penyusutan otot yang juga memengaruhi energi secara signifikan. Karbohidrat yang
status gizi seseorang menjadi kurus(21). terdapat dalam tubuh berupa glukosa dan
Protein juga akan berfungsi sebagai energi glikogen yang disimpan di dalam otot dan
alternatif yang menunjukan dominasi hati. Kemudian glikogen otot digunakan
protein sebagai sumber energi akan langsung oleh otot untuk pembentukkan
dilakukan sebagai kompensasi apabila energi dan pemberian karbohidrat
terjadi defisit energi(22). Namun protein bertujuan untuk mengisi kembali
yang berlebih juga dapat meningkatkan simpanan glikogen otot dan hati yang telah
massa tubuh, sehingga akan dipergunakan(15). Karbohidrat sebagai
meningkatkan nilai status gizi seseorang sumber energi memiliki peranan yang
apabila diukur dengan IMT(23,24). penting. Karbohidrat mensuplai hampir
Berdasarkan hasil recall 3 hari yang 40% dari total energi tubuh yang
dilakukan terhadap responden, sebagian digunakan saat istirahat dengan 15-20%
besar sumber protein yang dikonsumsi digunakan oleh otot(27). Namun kelebihan
responden adalah ikan seperti ikan asupan karbohidrat juga akan menjadi
kembung, ikan asin, dan ikan bandeng. cadangan lemak didalam tubuh melalui
Selain protein, lemak dalam tubuh proses de novo lipogenesis yang apabila
juga berperan penting karena 1 gram terus terjadi penumpukan akan
lemak menghasilkan 9 kalori sehingga menyebabkan kegemukan(23–25).
apabila asupan lemak tidak mencukupi, Makanan sumber karbohidrat yang
besar kemungkinan asupan energi juga disediakan di Lapas adalah nasi sebagai
tidak mencukupi. Konsumsi lemak yang makanan pokok dan singkong/ubi yang
berlebih akan menimbulkan peningkatan digunakan sebagai selingan.
pasif asupan energi yang dapat
menyebabkan gizi lebih dikarenakan Kesimpulan
lemak menyumbang 2 kali lebih banyak Terdapat hubungan lemah positif
energi daripada karbohidrat dan antara tingkat kecukupan energi dengan
protein(23,25). Meskipun memiliki status gizi dan tingkat kecukupan zat gizi
kandungan energi yang tinggi, lemak makro dengan status gizi wanita usia
mempunyai efek yang sedikit pada volume subur di Lapas Anak Wanita Tangerang.
gastrointestinal dan perasaan kembung, Dari penelitian yang dilakukan bahwa
sehingga seseorang dapat mengonsumsi di Lapas Anak Wanita Tangerang, sebagian
dalam jumlah banyak tanpa rasa kembung besar tingkat kecukupan energi dan zat
(Atkinson, 2005 dalam Sartika, 2008)(26). gizi makro responden tercukupi, namun
Perempuan juga lebih rentan mengalami masih terdapat responden dengan tingkat
peningkatan simpanan lemak, umumnya kecukupan energi dan zat gizi makro yang
perempuan mempunyai jumlah lemak kurang hal ini disebabkan responden
lebih besar (26,9%) dibandingkan dengan sering mengeluhkan makanan yang
laki-laki (14,7%) sehingga wanita disediakan oleh pihak Lapas. Oleh karena
cenderung terkena gizi lebih dibanding itu, diharapkan untuk lebih memerhatikan
laki-laki(16). Makanan yang disediakan di kualitas makanan yang diberikan mulai
Lapas tidak terlalu banyak menggunakan dari pengolahan sampai penyajian.
bahan makanan sumber lemak, sehingga
asupan lemak yang dikonsumsi responden
hanya dari makanan yang diolah dengan
Nutrire Diaita, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 64
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Warga Binaan Lapas Anak Wanita Tangerang

Daftar Pustaka 10. Ubro I. Hubungan Antara Asupan


1. National Institute of Health Research Energi Dengan Status Gizi
and Development: Population Health Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Basic Health Research - RISKESDAS Dokter Angkatan 2013 Fakultas
2013. Indonesia Jakarta: Ministry of Kedokteran Universitas Sam
Health Republic of Indonesia Jakarta; Ratulangi. J E-Biomedik. 2014;2(1).
2013 11. Rokhmah F, Muniroh L, Nindya TS.
2. Handayani S, Budianingrum S. Analisis Hubungan Tingkat Kecukupan Energi
faktor yang mempengaruhi kekurangan dan Zat Gizi Makro Dengan Status
energi kronis pada ibu hamil di wilayah Gizi Siswi SMA di Pondok Pesantren
Puskesmas Wedi Klaten. INVOLUSI J AL-Izzah Kota Batu. Media Gizi
Ilmu Kebidanan J Midwifery Sci. Indones. 2017;11(1):94–100.
2015;1(1). 12. Elï M, Suryani I, Syamsiatun NH.
3. PP RI 1999. Peraturan Pemerintah Hubungan Asupan Energi, Protein,
Tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Lemak, Karbohidrat dan Lemak
Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Hemodialisa terhadap Status Gizi
Tanggung Jawab Perawatan Tahanan pada Pasien Gagal Ginjal yang
[Internet]. Menjalani Hemodialisa di RSUD
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/use Panembahan Senopati Bantul. J
rfiles/batang/pp_58_1999.pdf p. 34. Nutr. 2015;17(2):41–6.
Available from: 13. Palallo M. Hubungan Antara Asupan
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/use Energi Dengan Status Gizi Pada
rfiles/batang/pp_58_1999.pdf Wanita Usia Subur Di Desa Kema Ii
4. Fajrin R, Rusdiana E. Pelaksanaan Hak Kecamatan Kema Kabupaten
Narapidana Atas Pelayanan Kesehatan Minahasa Uatara. Pharmacon.
dan Makanan yang Layak Di Lembaga 2015;4(4).
Pemasyarakatan Klas IIA Bojonegoro. J 14. Atika, W, Punuh, M.I, Kapantow, NH.
NOVUM. 2015;2(2). Hubungan antara Asupan Energi dan
5. Nurlidyawati. Gambaran Realisasi Menu Zat Gizi Makro dengan Status Gizi
Makanan Sehari-hari Warga Binaan pada Pelajar di SMP Negeri 13 Kota
Pemasyarakatan di Lembaga Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi.
Pemasyarakatan (Lapas) Klas II B 2015;v(4).
Tangerang. [Jakarta]: Universitas Islam 15. Almatsier S. Basic principles of
Negeri Syarif Hidayatullah; 2015. nutrition. Jkt Gramedia Pustaka
6. Aminuddin A, Dachlan DM, Juratmy L. Utama. 2009;
Studi Tentang Kesesuaian antara 16. Gibson RS. Principles of nutritional
Asupan dengan Kebutuhan Zat Gizi assessment. Oxford university press,
Makro Warga Binaan Wanita di Rumah USA; 2005.
Tahanan Negara Klas I Makassar. Media 17. Gibney MJ. Gizi kesehatan
Kesehat Masy Indones Univ masyarakat. In EGC; 2009.
Hasanuddin. 2011;7(2). 18. Kant A. Interaction of body mass
7. Supariasa I, Nyoman D. Pendidikan dan index and attempt to lose weight in a
konsultasi gizi. Jkt EGC. 2012; national sample of US adults:
8. Semba RD, Tang AM. Micronutrients association with reported food and
and the pathogenesis of human nutrient intake, and biomarkers. Eur
immunodeficiency virus infection. Br J J Clin Nutr. 2003;57(2):249.
Nutr. 1999;81(3):181–9. 19. Diana FM. Fungsi dan metabolisme
9. Muchlisa C, Indriasari R. Hubungan protein dalam tubuh manusia. J
Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Kesehat Masy Andalas. 2009;4(1):47–
Pada Remaja Putri Di Fakultas 52.
Kesehatan Masyarakat Universitas 20. Marsetyo K. Korelasi Gizi, Kesehatan
Hasanuddin Makassar Tahun 2013. dan Produktivitas Kerja. Jkt Rineka
Naskah Publ Program Studi Ilmu Gizi Cipta. 1995;
Fak Kesehat Masy Univ Hasanuddin 21. St John T. Consequences of protein
Makassar. 2013; deficiency and malnutrition. 2013;

Nutrire Diaita, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 65


Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Warga Binaan Lapas Anak Wanita Tangerang

22. Pujiatun T. Hubungan Tingkat


Konsumsi Energi dan Protein dengan
Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK)
pada Siswa Putri di SMA
Muhammadiyah 6 Surakarta. 2014;
23. Putri VR, Angkasa D, Nuzrina R.
Konsumsi Fast Food, Soft Drink,
Aktivitas Fisik, dan Kejadian
Overweight Siswa Sekolah Dasar di
Jakarta. Indones J Hum Nutr.
2017;4(1):48–58.
24. Minehira K, Vega N, Vidal H, Acheson
K, Tappy L. Effect of carbohydrate
overfeeding on whole body
macronutrient metabolism and
expression of lipogenic enzymes in
adipose tissue of lean and overweight
humans. Int J Obes.
2004;28(10):1291–8.
25. Van Dam R, Seidell J. Carbohydrate
intake and obesity. Eur J Clin Nutr.
2007;61(S1):S75.
26. Sartika RAD. Pengaruh asam lemak
jenuh, tidak jenuh dan asam lemak
trans terhadap kesehatan. Kesmas
Natl Public Health J. 2008;2(4):154–
60.
27. Evi Dewi Komala, Mury Kuswari.
Hubungan Asupan Zat Gizi Makro
dan Status Gizi Terhadap Kebugaran
Atlet Bulutangkis Jaya Raya Pada
Atlet Laki-Laki Dan Perempuan di
Asrama Atlet Ragunan. 2013;5(2):19.

Nutrire Diaita, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017 66

You might also like