Professional Documents
Culture Documents
Editor, 7 Wahdaniyah 39-48
Editor, 7 Wahdaniyah 39-48
Keywords: ABSTRACT
pendek berisiko lebih besar untuk mengalami peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
komplikasi karena panggul yang lebih kecil tentang Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan
serta berpotensi melahirkan bayi dengan berat Kejadian Stunting Pada Baduta di Majene.
badan lahir rendah, sehingga berkontribusi
terhadap siklus malnutrisi antar generasi METODE
(Nutrition Landscape Information System Jenis Penelitian
(NLIS) Country Profile Indicators, n.d.). Penelitian ini merupakan penelitian
Persentase balita sangat pendek dan analitik dengan pendekatan observasional
pendek usia 0-23 bulan di Indonesia tahun 2018 dengan menggunakan pendekatan desain kasus-
yaitu 12,8% dan 17,1%. Kondisi ini meningkat kontrol.
dari tahun sebelumnya dimana persentase balita
sangat pendek yaitu sebesar 6,9% dan balita Lokasi dan Waktu Penelitian
pendek sebesar 13,2% (Badan Penelitian Dan Penelitian ini berlokasi di kelurahan
Pengembangan Kesehatan | Badan Penelitian Pangali-Ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten
Dan Pengembangan Kesehatan, n.d.). Pada Majene. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
tahun 2021, Sulawesi Barat menempati – Oktober 2021
peringkat kedua tertinggi stunting sebesar
33,8% setelah Nusa Tenggara Timur (Hasil Populasi dan Sampel.
SSGI Tahun 2021 Tingkat Populasi penelitian adalah baduta yang
Kabupaten_Kota.Pdf, n.d.). Prevalensi stunting berusia 6-23 bulan dan tinggal di Kecamatan
di Kabupaten Majene pada tahun 2020 Banggae Kabupaten Majene. Jumlah sampel
mencapai 43,70% (Kemenkes RI, 2020). yang diperoleh dari hasil perhitungan minimum
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda sampel adalah 73 balita dengan pertimbangan
Majene pada tahun 2020, kelurahan pangali-ali 10% angka drop out. Berdasarkan perhitungan
memiliki prevalensi stunting 237 anak. jumlah minimum sampel tersebut, total akhir
(Bappeda Kab. Majene, 2020) sampel balita akan ditetapkan dengan
Ada beberapa factor yang menjadi melakukan penapisan terhadap sampel/skrining
penyebab terjadinya stunting, salah satunya sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Cara
adalah karena sanitasi lingkungan yang kurang pengambilan sampel adalah menggunakan total
baik. Sanitasi lingkungan merupakan status sampling, sehingga diperoleh jumlah sampel
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup sama dengan populasi yaitu 76 baduta.
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan
air bersih dan lain-lain. Salah satu faktor Pengumpulan Data
sanitasi lingkungan yang dapat mempengaruhi Penelitian ini menggunakan data primer
terjadinya stunting pada balita yaitu dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
ketersediaan air bersih. Ketersediaan air bersih wawancara dan pengukuran langsung dengan
pada penelitian ini dinilai berdasarkan menggunakan kuesioner, sedangkan data
kebutuhan air dari setiap rumah tangga, akses sekunder merupakan data penunjang terkait ibu
dari sumber air, jarak sumber air dengan rumah dan baduta yang diperoleh dari Puskesmas
serta keamanan saluran air dari sumbernya, setempat. Data stunting dan status gizi normal
sanitasi lingkungan yang buruk dapat balita diperoleh dengan mengolah data
mempengaruhi kejadian stunting pada balita. sekunder yang ada di Puskesmas Banggae 1.
Berbagai studi telah menjelaskan adanya Data primer mencakup data karakteristik
hubungan bermakna antara sanitasi lingkungan responden (orangtua) dan individu balita dan
dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian sanitasi lingkungan rumah tangga. Data
stunting pada baduta. Sanitasi Lingkungan karakteristik responden (orangtua) meliputi;
memiliki hubungan signifikan terhadap pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
kejadian stunting yaitu p-value < 0,05. Sanitasi pendapatan keluarga. Data karakteristik balita
lingkungan yang tidak baik berhubungan mencakup umur, jenis kelamin, dan panjang
dengan kejadian stunting pada balita (Rahayu & badan lahir. Data sanitasi lingkungan rumah
Darmawan, 2019). tangga diperoleh melalui wawancara dan
Kondisi sanitasi yang buruk pada observasi langsung dengan menggunakan
umumnya menyebabkan prevelensi stunting kuesioner.
meningkat. Dari uraian latar belakang di atas
Pengolahan dan Analisis Data Hasil analisis univariat pada penelitian ini
Pengelompokan dilakukan dengan disajikan pada table berikut;
membuat total skor masing-masing komponen Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah
penilaian untuk masing-masing pertanyaan sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 anak
terkait sanitasi lingkungan kemudian ditentukan dengan kasus (stunting) sebanyak 38 orang dan
nilai Meannya. Data selanjutnya dianalisis kontrol (normal) sebanyak 38 orang dimana
distribusi frekuensi, dan bivariat menggunakan anak yang berjenis kelamin laki laki sebanyak
uji Chi-Square. Analisis data dilakukan secara 38 orang (50,0%) dan perempuan juga
deskriptif (distribusi frekuensi, rerata, standar sebanyak 38 orang (50,0%).
deviasi, dan persentase) serta analisis data
bivariat menggunakan uji chi-square. Kelompok umur ibu yang tertinggi
Analisis bivariat dilakukan untuk adalah 26-35 tahun, yaitu sebanyak 47 orang
mengetahui hubungan antara masing-masing (61,8%). Tingkat pendidikan kepala keluarga
variabel independen dengan variabel dependen. paling banyak yang tidak tamat SD sebanyak 51
Tabulasi silang (cross-tab) antara variabel orang (67,1%) dan untuk pendidikan ibu, paling
independen (Jenis Kelamin, Pendidikan Ibu, banyak yaitu tamat SD sebanyak 45 orang
Pendapatan Orang tua dan Sanitasi (59,2%). Terdapat 47 orang (61,8%) kepala
Lingkungan) dengan kejadian Stunting. keluarga bekerja sebagai
petani/peternak/nelayan dan 52 orang (68,4%)
HASIL ibu tidak bekerja (dalam hal ini menjadi ibu
A. Analisis Univariat rumah tangga). Pada tabel diatas juga diketahui
bahwa, terdapat 56 orang (73,7%) yang masih
Analisis univariat dilakukan untuk memiliki pendapatan rumah tangga yang rendah
melihat gambaran distribusi frekuensi serta untuk per bulannya.
persentase tunggal dari karakteristik keluarga,
karakteristik baduta serta variabel penelitian.
variabel independen dengan variabel dependen. bukan sebagai faktor risiko kejadian stunting
Tabulasi silang (cross-tab) antara variabel pada baduta dengan p value=1,000 (p>0,05).
independen (Jenis Kelamin, Pendidikan Ibu, Terdapat 63,9% rumah tangga yang
Pendapatan Orang tua dan Sanitasi memiliki sanitasi lingkungan yang buruk dan
Lingkungan) dengan kejadian Stunting dapat memiliki baduta stunting dan 37,5% yang
dilihat pada table 6. sanitasi lingkungannya baik namun memiliki
Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa baduta stunting. Secara statistik variabel
jenis kelamin merupakan salah satu faktor sanitasi lingkungan pada rumah tangga di
risiko kejadian stunting pada baduta dimana p kelurahan pangali-ali kecamatan banggae
value =0,006 (p<0,05) dimana laki- laki kabupaten majene dengan p value = 0,022
berisiko mengalami stunting dibanding dengan (p<0,05). Odds Ratio sebesar 2,94 yang berarti
perempuan. Tidak hanya itu pendidikan ibu bahwa anak yang berada pada keluarga yang
juga merupakan salah satu faktor risiko sanitasi lingkungannya buruk berisiko
kejadian stunting dengan p value=0,021 mengalami stunting 2,94 kali lebih tinggi
.Namun untuk variabel pendapatan keluarga dibandingkan dengan anak yang memiliki
sanitasi lingkungan yang bersih atau baik.
Pendidikan Ibu
Rendah 22 64,7 12 35,3 2,979 0,021
Tinggi 16 38,1 26 61,9
Pendapatan
Rendah 29 76,3 23 76,3 1,000 1,000
Cukup 9 23,7 44 23,7
Sanitasi Lingkungan
Tidak Baik 23 63,9 13 36,1 2,949 0,022
Baik 15 37,5 25 62,5
perempuan 25 orang. Jenis kelamin merupakan Sehingga pendidikan orang tua khususnya ibu
salah satu faktor risiko kejadian stunting (OR merupakan salah satu faktor risiko dari kejadian
3,698, p=0,006). Hal ini sejalan dengan Studi stunting (OR=2,979, p =0,021). Hal ini sejalan
kohort di Ethiophia menunjukan bayi dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh
jenis kelamin laki-laki memiliki risiko dua kali (Husnaniyah and Yulyanti, 2020) dimana hasil
lipat menjadi stunting dibandingkan bayi penelitian yang didapatkan dari 134 responden
perempuan pada usia 6 dan 12 bulan yang yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD)
(Medhin,2010). Anak laki-laki berisiko stunting dan memiliki anak dengan stunting sebanyak 67
dan underweight dibandingkan anak (50%) responden, ibu yang berpendidikan
perempuan. Beberapa penelitian di Sub-Sahara Sekolah Dasar (SD) dan memiliki anak tidak
Afrika menunjukan bahwa aak laki-laki stunting sebanyak 67 (50%) responden. Hasil
prasekolah lebih berisiko stunting dibandingkan analisis dengan menggunakan chi-square
dengan rekan anak perempuannya diperoleh nilai p value = 0,005 (p < 0,05) maka
(Lesiapeto,2010). dapat di simpulkan bahwa ada hubungan
Penyebab mengenai stunting lebih anatara pendidikan ibu dengan kejadian
banyak terjadi pada laki – laki dipercaya bahwa stunting di wilayah kerja Puskesmas
pola pertumbuhan dan perkembangan anak laki- Kandanghaur Indramayu.
laki dihubungkan dengan faktor tekanan Stunting erat kaitannya dengan tingkat
lingkungan. (Hien & Kam, 2008). Lingkungan pendidikan. Menurut Riskesdas (2013)
yang dimaksud adalah yang berhubungan menunjukkan bahwa kejadian stunting banyak
dengan aspek psikologis dalam pertumbuhan di pengaruhi oleh pendapatan dan pendidikan
dan perkembangan anak (Hidayat, 2009). orangtua yang rendah, khususnya ibu (3). Ibu
Berdasarkan teori dan fakta peneliti memiliki Peranan penting dalam pengasuh anak
beranggapan pertumbuhan anak laki-laki mulai dari pembelian hingga penyajian
mudah terhambat karena keadaan psikologis. makanan. Apabila pendidikan dan pengetahuan
Perkembangan psikologis melibatkan ibu tentang gizi rendah akibatnya ia tidak
pemahaman, kontrol ekspresi dan berbagai mampu untuk memilih hingga menyajikan
emosi. Perkembangan ini memperhitungkan makanan untuk keluarga yang memenuhi syarat
ketergantungan pengasuh utama untuk gizi seimbang (Husnaniyah and Yulyanti,
memenuhi kebutuhan akan makanan. Sebuah 2020).
lingkungan yang hangat, penuh kasih dan
responsif sangat penting untuk perkembangan 3. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan
psikologis pada anak (Ukwuani FA, 2003). Kejadian Stunting
Pola asuh kepada anak, perilaku hidup
2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan sehat, ketersediaan dan pola konsumsi rumah
Kejadian Stunting tangga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
Salah satu faktor yang mempengaruhi orangtua terutama . Pendapatan keluarga adalah
kejadian stunting adalah tingkat pendidikan ibu. jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota
Ibu rumah tangga berperan dalam pengambilan rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi
keputusan konsumsi pangan. Penyajian bahan kebutuhan bersama maupun perseorangan
makanan untuk seluruh anggota rumah tangga dalam rumah tangga (Badan Pusat Statistik.
menjadi tugas pokok ibu rumah tangga. Oleh 2017). Kemampuan keluarga untuk membeli
karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan makanan bergizi dipengaruhi oleh tinggi
ibu rumah tangga maka akan semakin tinggi rendahnya tingkat pendapatan. Pendapatan yang
pula kemampuan dalam hal pengambilan tinggi memungkinkan terpenuhinya kebutuhan
keputusan konsumsi rumah tangga terutama makanan seluruh anggota keluarga. Sebaliknya,
untuk memenuhi kebutuhan gizi seluruh tingkat pendapatan yang rendah mengakibatkan
anggota keluarga (Arida, dkk, 2015). kurangnya daya beli pangan rumah tangga.
Berdasarkan hasil penelitian yang Apabila daya beli pangan rendah menyebabkan
dilakukan menunjukkan bahwa banyaknya ibu kurang terpenuhinya kebutuhan gizi balita
dari anak yang mengalami stunting memiliki (Azqinar and Himayani, 2020).
pendidikan rendah sebesar 64,7% sedangkan Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
untuk anak yang tidak mengalami stunting yang hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan
memiliki pendidikan rendah sebesar 35,3%. Kejadian Stunting di Kabupaten Majene (OR
1,000, p=1,000). Pendapatan keluarga adalah Hal ini menyatakan bahwa sanitasi lingkungan
jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota merupakan faktor risiko kejadian stunting
rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi dimana yang sanitasi lingkungannya tidak baik
kebutuhan bersama maupun perseorangan akan 2,94 kali lebih berisiko terjadi stunting
dalam rumah tangga. Pendapatan keluarga daripada yang sanitasi lingkungannya baik
termasuk balas jasa atau imbalan yang (OR= 2,949, p=0,022). Penelitian ini sejalan
diperoleh atas fakor produksi yang dilakukan. dengan yang dilakukan oleh (Kuewa et al.,
2021) yang Hasil analisis sanitasi lingkungan,
4. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan balita dengan status gizi normal sebagian besar
Kejadian Stunting memiliki sanitasi lingkungan dengan kategori
Stunting dapat terjadi karena faktor baik. Balita dengan status gizi stunting sebagian
langsung dan tidak langsung. Faktor langsung besar memiliki sanitasi lingkungan dengan
stunting yaitu nutrisi ibu saat hamil, nutrisi kategori baik yaitu sebesar 68,4 %, namun
balita, dan penyakit infeksi, sedangkan faktor balita dengan status gizi stunting sebesar 31,6
tidak tidak langsung dapat terjadi dari berbagai % memiliki sanitasi lingkungan dengan
aspek salah satunya adalah water, sanitation and kategori tidak baik. Berdasarkan hasil uji
hygiene (WASH), yang terdiri dari sumber air statistik chi-square didapatkan p value 0,000
minum, kualitas fisik air minum, kepemilikan dapat disimpulkan bahwa hanya ada 1 variabel
jamban (Uliyanti et al., 2017). independent yang memiliki hubungan yang
Sumber air minum tidak terlepas dari signifikan antara sanitasi lingkungan dengan
kualitas fisik air minum. Berdasarkan Peraturan kejadian stunting.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. Berdasarkan hasil uji statistik chi-
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang square maka dapat disimpulkan bahwa ada
persyaratan kualitas air minum yang aman bagi hubungan yang signifikan antara sanitasi
kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, lingkungan dengan kejadian stunting pada
mikrobiologi, kimiawi dan radioaktif. balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Parameter yang digunakan untuk melihat penelitian Oktavia (2016) yang menunjukkan
kualitas fisik air yang baik yaitu tidak keruh, bahwa ada hubungan yang signifikan antara
tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna. balita yang memiliki sanitasi lingkungan tidak
Aspek sanitasi lingkungan dan personal hygiene baik dengan kejadian stunting pada balita,
berperan penting terhadap kejadian stunting, Penelitian ini terbukti bahwa sanitasi
seperti seringnya anak terkena penyakit infeksi, lingkungan yang tidak baik berhubungan
masih rendahnya kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian stunting pada balita (Hasanah,
pakai sabun dengan benar sehingga dapat 2021).
meningkatkan kejadian diare.
Hal yang dianggap ringan seperti buang KESIMPULAN DAN SARAN
air besar sembarangan bisa berdampak luas Terdapat hubungan antara Jenis Kelamin
terhadap kesehatan (Sandra, Syafiq dan Baduta dengan Kejadian Stunting di Kabupaten
Veratamala, 2017). Maka dari itu pentingnya Majene ( OR 3,698, p=0,006 ) serta terdapat
menggunakan jamban sehat, yaitu yang hubungan antara Pendidikan Ibu dengan
memenuhi persyaratan kesehatan tidak Kejadian Stunting di Kabupaten Majene
menyebabkan terjadinya penyebaran langsung (OR=2,979, p =0,021). Namun tidak ada
akibat kotoran manusia dan dapat mencegah hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan
vektor pembawa penyakit pada pengguna Kejadian Stunting di Kabupaten Majene (OR
jamban maupun lingkungan sekitarnya 1,000, p=1,000). Adapun terdapat hubungan
(Kementrian Kesehatan, 2014). antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stunting di Kabupaten Majene (OR= 2,949,
rumah tangga yang anaknya mengalami p=0,022).
stunting dan memiliki sanitasi yang tidak baik Perlunya meningkatkan sanitasi
sebesar 63,9% dan yang sanitasinya baik hanya lingkungan untuk mencegah terjadinya
37,5% sedangkan rumah tangga yang anaknya gangguan kesehatan pada balita terutama
tidak mengalami stunting yang sanitasi kejadian Stunting dengan menerapkan Perilaku
lingkungannya tidak baik sebesar 36,1% dan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
sanitasi lingkungan yang baik sebesar 62,5%.