Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

p-ISSN: 2442-2665

Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.10(1): 2022


e-ISSN: 2614-3046

CASE STUDY Perawatan Ulkus Ca Mammae Sinistra


di Poli Homecare Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo
Supi Asriani1, Nicol2, Muhammad Yusuf2., Titi Iswanty Afelya1

1Program studi ilmu keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas


Conflict of interest: No Hasanuddin, Makassar., Indonesia.
2Poli Homecare Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.,Indonesia.

Funding resources: No

ABSTRACT
Corresponding authors:

Titi Iswanty Afelya Background: Breast cancer is a disease with relatively high mortality worldwide. Based
Email: titi.afelya86@gmail.com on data from Global Burden of Cancer) International (GLOBOCAN) and the Agency for
Research on Cancer (IARC), the proposal that in 2012 the percentage of breast cancer
cases was the highest at 43.1% and caused 12.9% death (WHO, 2017) . In 2013 in
Indonesia, the number of breast cancer cases was 61,682 cases, with a prevalence of
0.5% (Center for Data and Information, 2015.
Objective: Provide an overview of the development of wound care in patients with ca
mammae ulcers at the Homecare Clinic of Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar.
Methods: This study uses a prospective cohort study approach. The sample used as much
as one person criteria for breast ulcer in the left area
Results: The picture in the first week the problem in wounds is necrotic and slough, the
goal is to remove necrotic tissue by debridement autolysis and treatment to keep the
wound moist (moist wound healing). The second state of the wound contains a lot of
slought and little granulation with the wound problems found, namely: necrotic, slought,
infection, and bleeding easily. The clinical appearance showed 10% necrotic, 80% slough,
and 10% granulation with a size of 4 cm x 9 cm x 0.8 cm. Meanwhile, at week seven, 50%
necrotic, 25% slough and 25% granulation was obtained. The wound size is 4 cm x 5.5
cm. for low exudate volume, low viscosity and low odor.
Conclusions: There was a change in wound size at the first and seventh treatment. The
clinical appearance of the wound at the first and seventh treatment improved, slough
and the amount of exudate in the wound was reduced.
Keywords: Ulcus Ca Mammae, Home Care, Wound Care

24
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.10(1): 2022
e-ISSN: 2614-3046

PENDAHULUAN Penyakit kanker payudara merupakan penyakit dengan insiden dan


kematian yang relatif tinggi di seluruh dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN
(Global Burden of Cancer) International Agency for Reseacrch on Cancer
(IARC) diungkapkan bahwa pada tahun 2012 presentasi kasus baru kanker
payudara merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 43,1% dan menyebabkan
kematian sebesar 12,9 % (WHO, 2017). Pada tahun 2013 di Indonesia,
jumlah kasus kanker payudara sebanyak 61.682 kasus, dengan prevalensi
0.5% (Pusat Data dan Informasi, 2015).
Gejala kanker payudara tidak disadari dan tidak dirasakan pada
stadium dini, Gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker
berkembang agak lanjut karena pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan
keluhan (Tim Cancer Help, 2010). Menurut (Rahmatari, 2014),
keterlambatan mengetahui bahwa seseorang telah mengidap kanker
payudara adalah adanya anggapan ancaman dan anggapan hambatan yang
dirasakan terhadap tindakan memeriksakan payudara sejak dini oleh sebab
itu banyak pasien yang datang ke rumah sakit denagn kondisi luka yang telah
cukup luas.
Naylor (2003) mengungkapkan bahwa luka kanker disebabkan oleh
pertumbuhan sel kanker sampai menembus lapisan dermis dan epidermis,
sehingga menonjol dan bentuknya tidak beraturan. Gejala yang sering
ditemukan pada luka kanker adalah malodor dan eksudat. Naylor (2002)
menyatakan bahwa luka kanker merupakan luka kronik yang berhubungan
dengan stadium lanjut.
Beragam masalah fisik, psikologis dan seksual mungkin ditemui oleh
pasien dengan kanker, baik disebabkan oleh diagnosis kanker itu sendiri atau
efek dari kemoterapi. Masalah psikoseksual dapat memberikan dampak
buruk terhadap hubungan sosial pasien. Studi tentang berbagai pengalaman
penderita kanker payudara ditemukan bahwa penderita kanker payudara
memiliki berbagai berpengalaman terhadap masalah fisik dan psikososial,
yang berdampak buruk pada kualitas hidup mereka. Penderita merasa tidak
nyaman terhadap bau, mereka mengatakan bahwa tubuh mereka seperti
daging busuk. meningkatnya jumlah waktu dalam mencuci pakaian akibat
eksudat yang merembes, serta mengurangi aktivitas yang biasa dilakukan
sebelum menderita kanker berkurang (Probst, Arber, & Faithfull, 2013).
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan
luka dengan teknik modern (modern dressing methode) dengan prinsip
moisture balance yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode
konvensional. Metode ini dapat memberi kenyamanan bagi pasien (Kartika,
2015). Tujuan perawatan luka kanker bukan untuk menyembuhkan luka
tetapi untuk mempertahankan, kenyamanan, menghindari isolasi sosial, dan
meningkatkan kualitas hidup. Perawatan berfokus pada pencegahan dan
mengatasi infeksi pada luka kanker salah satunya yaitu malodor dan eksudat
yang berperan besar menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien dan
lingkungan pasien pada luka kanker.
Konsep dasar yang menjadi perhatian penuh para klinisi luka yaitu
pemahaman tentang anatomi fisiologi kulit, proses penyembuhan luka,
patologi kulit dan luka, manajemen perawatan luka akut dan kronik serta
aplikasi pemilihan balutan (Arisanty, 2013). Hal tersebut telah diaplikasikan

25
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.10(1): 2022
e-ISSN: 2614-3046

oleh klinisi luka di Poli Homecare Wahidin Sudirohusodo Makassar.


Penerapan perawatan luka modern dengan menggunakan modern dressing
ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup terkhusus dapat
memberikan kenyamanan pada pasien dengan Ulkus Ca Mammae. Oleh
karena itu laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan gambaran proses
perawatan pada pasien dengan Ulkus Ca Mammae.

METODE Metode penelitian ini merupakan laporan kasus. Sample yang


digunakan sebanyak satu orang kriteria Ulkus Ca Mammae sinistra.
PENELITIAN Pengkajian luka perkembanagan luka selama 4 minggu dinilai dengan
menggunakan mistar luka dengan bantuan foto kamera Android.
Selanjutnya perawatan luka menggunakan pengkajian dari Griya Afiat
Makassar (Wound Care and Home Care) yang terdiri atas masalah luka,
tujuan perawatan luka, dressing yang dgunakan, penampilan klinis luka,
ukuran luka, eksudat, kondisi kulit sekitar luka, nyeri, dan status infeksi
dinilai dan perbandingan perawatan pertama dan perawatan terakhir.

HASIL PENELITIAN 1. Perawatan Pertama (23 April 2018)


Dari hasil pengkajian luka yang didapatkan pada minggu pertama masalah
pada luka adalah nekrotik dan slough tujuannya untuk mengeluarkan
jaringan nekrotik dengan cara autolisis debridement dan perawatan untuk
menjaga agar luka selalu dalam keadaan lembab (moist wound healing).
Keadaan kedua luka banyak mengandung slought dan sedikit granulasi
dengan masalah luka yang ditemukan yaitu: nekrotik, slought, infeksi, dan
mudah berdarah. Dari masalah luka tersebut maka tujuan perawatannya
adalah menghilangkan nekrotik dan slought secara autolisis, mengontrol
infeksi, dan mencegah perdarahan. Untuk penampilan klinis didapatkan
nekrotik 10 %, slough 80%, dan granulasi 10%. Untuk pengukuran luka
menggunakan 3 dimensi yakni 4 cm x 9 cm x 0.8 cm. Pada pengkajian
volume eksudat medium, viscositas eksudat hightdan odour low. Kulit
sekitar luka mengalami hiperpigmentasi, nyeri 0 dan terdapat infeksi lokal.
Dressing yang digunakan pada perawatan luka tersebut yakni, dressing
primer salep (vaseline+metrodinazole), dressing sekunder kassa dan
dressing tersier menggunakan hypafix.

2. Perawatan Kedua (24 April 2018)


Hasil pengkajian luka yang didapatkan pada perawatan kedua adalah
masalah pada luka yakni nekrotik, slough,infeksi, dan mudah berdarah.
Adapun tujuan dari perawatan luka ini adalah autolisis slough, mengatasi
infeksi dan mengurangi perdarahan. Dari penampilan klinis didapatkan
nekrotik 10 %, slough 65%, dan granulasi 20%, dan epitel 5%. Pengukuran
luka menggunakan pengukuran 3 dimensi dengan menggunakan mistar
luka. Ukuran luka yakni 4 cm x 9.5 cm x 0.8 cm. untuk volume eksudat low,
viscositas hight dan odour low, sekitar daerah luka hiperpigmentasi, dan
nyeri 0. Dressing yang digunakan yaitu dressing primer menggunakan salep

26
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.10(1): 2022
e-ISSN: 2614-3046

(vaseline+metrodinazole), dressing sekunder menggunakan kassa dan


dressing tersier menggunakan hypafix.

3. Perawatan Ketiga (25 April 2018)


Hasil pengkajian luka yang didapatkan pada perawatan ketiga adalah
masalah pada luka yakni nekrotik, slough, infeksi, dan mudah berdarah.
Adapun tujuan dari perawatan luka ini adalah autolysis slough, mengatasi
infeksi dan mengurangi perdarahan. Dari penampilan klinis didapatkan
nekrotik 10%, slough 60%, dan granulasi 25%, dan epitel 5%. Pengukuran
luka.

4. Perawatan Keempat (26 April 2018)


Hasil pengkajian luka yang didapatkan pada perawatan keempat slough,
nekrotik, slough, infeksi, dan mudah berdarah. Adapun tujuan dari
perawatan luka ini adalah autolisis slough, mengatasi infeksi dan
mengurangi perdarahan. Dari penampilan klinis didapatkan nekrotik 10%,
slough 60%, dan granulasi 20%, dan epitel 10%. Pengukuran luka
menggunakan pengukuran 3 dimensi dengan menggunakan mistar luka.
Ukuran luka yakni 4 cm x 7cm x 0.6 cm. untuk volume eksudat low, viscositas
hight dan odour low, daerah sekitar luka hiperpigmentasi, dan nyeri 0.
Dressing yang digunakan yaitu dressing primer menggunakan
salep(vaseline+metrodinazole), dressing sekunder kassa dan dressing
tersier menggunakan hypafix.

5. Perawatan Kelima (02 Mei 2018)


Hasil pengkajian luka yang didapatkan pada perawatan kelima adalah
masalah pada luka yakni nekrotik, slough, infeksi, dan mudah berdarah.
Adapun tujuan dari perawatan luka ini adalah autolysis slough, mengatasi
infeksi dan mengurangi perdarahan. Dari penampilan klinis didapatkan
nekrotik 10%, slough 70%, dan granulasi 20%. Pengukuran luka
menggunakan pengukuran 3 dimensi dengan menggunakan mistar luka.
Ukuran luka yakni 3.5 cm x 7 cm x 0.4 cm. untuk volume eksudat medium,
viscositas hight, odour low, daerah sekitar daerah luka hiperpigmentasi,
dan nyeri 0. Dressing yang digunakan yaitu untuk dressing primer
menggunakan salep (vaseline+metrodinazole), dressing sekunder kassa dan
dressing tersier menggunakan hypafix.

6. Perawatan Keenam (08 Mei 2018)


Hasil pengkajian luka yang didapatkan pada perawatan keenam adalah
masalah pada luka yakni nekrotik, slough, infeksi, dan mudah berdarah.
Adapun tujuan dari perawatan luka ini adalah autolysis slough, mengatasi
infeksi dan mengurangi perdarahan. Dari penampilan klinis didapatkan
nekrotik 50 %, slough 30%, dan granulasi 20%. Pengukuran luka
menggunakan pengukuran 3 dimensi dengan menggunakan mistar luka.
Ukuran luka yakni 4 cm x 6.5 cm. untuk volume eksudat low, viscositas low
dan odour low, sekitar daerah luka hiperpigmentasi, nyeri skala 2. Dressing
yang digunakan yaitu untuk dressing primer menggunakan salep
(vaseline+metrodinazole).

27
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.10(1): 2022
e-ISSN: 2614-3046

7. Perawatan Ketujuh (11 Mei 2018)


Hasil pengkajian luka yang didapatkan pada perawatan ketujuh adalah
masalah pada luka yakni nekrotik, slough, infeksi, dan mudah berdarah.
Adapun tujuan dari perawatan luka ini adalah autolisis slough, mengatasi
infeksi dan mengurangi perdarahan. Dari penampilan klinis didapatkan
nekrotik 50%, slough 25%, dan granulasi 25%. Pengukuran luka
menggunakan pengukuran 3 dimensi dengan menggunakan mistar luka.
Ukuran luka yakni 4 cm x 5.5 cm. untuk volume eksudat low, viscositas low
dan odour low, sekitar daerah luka hiperpigmentasi, dan nyeri skala 2.
Dressing yang digunakan yaitu untuk dressing primer menggunakan salep
(vaseline+metrodinazole).

Gambar 1:
Gambaran klinis luka.

Perawatan I Perawatan II Perawatan III Perawatan IV

Perawatan V Perawatan VI Perawatan VII

DISKUSI Laporan kasus ini menunjukkan bahwa proses penyembuhan luka


menunjukkan luka yang membaik, ukuran luka mengecil, jumlah
eksudat menurun, perdarahan terkontrol. Luka ulkus ca mammae
memiliki karakteristik yaitu jaringan yang rapuh sehingga mudah berdarah,
malodor, eksudat banyak, nyeri, dan maserasi (Leadbeater, 2016). Adapun
jumlah eksudat yang dihasilkan berkaitan dengan ukuran luka, infeksi,
nekrotik, dan slough dapat mempengaruhi harga diri, citra tubuh, dan
kualitas hidup (Regan, 2007). Dengan demikian perawatan luka dengan
ulkus Ca Mammae berfokus untuk menghilangkan atau mengontrol gejala
pada luka kanker mempertahankan kenyamanan, menghindari isolasi
sosial, dan meningkatkan kualitas hidup.

28
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.10(1): 2022
e-ISSN: 2614-3046

KESIMPULAN Perawatan luka yang tepat pada ulkus ca mammae sinistra memberikan
perubahan ukuran luka, penampilan klinis luka mengalami kemajuan,
slough, dan jumlah eksudat pada luka berkurang.

DAFTAR PUSTAKA Amita, K., Balqis, U., & Iskandar, C. D. (2017). Gambaran
histopatologi penyembuhan luka sayat pada mencit (mus
musculus) menggunakan ekstra daun binahing (anredera
cordifolia (tenore) steenis).
Cooper, R., & Gray D. (2005). The control of wound malodor with honey-
based wound dressings and ointments. Wounds-UK.
Leadbeater M. (2016). Assessment and treatment of fungating, malodorous
wounds. British journal of community nursing, 21 Suppl 3, S6–S10.
https://doi.org/10.12968/bjcn.2016.21.Sup3.S6
Maryunani, A. (2015). Perawatan Luka (Modern Woundcare) Terlengkap
dan Terkini. Jakarta: In Media.
Naylor, W. (2002). Malignant wound: aetiology and principles of
management. Nursing standard. Melbourn: Ausumed Publication.
Naylor, W. (2003). Malignant wound,dalam O’Connor, M. & Aranda, S.,
Palliative care nursing; a guide to practice. Melbourne: Ausumed
Publications.
Pusat-Data-dan-Informasi. (2015). Situasi penyakit kanker. Kementerian
Kesehatan RI, 2. Retrieved from www.pusdatin.kemkes.go.id
Perkins CI, Hotes J, Kohler BA, Howe HL (2004).Association between breast
cancer laterality andtumor location, United States, 1994–1998.
CancerCauses Control.15(7):637-45.
Priayatin, C., Ulfiana, E., & Sumarni, S.(2013). Faktor risiko yang
berpengaruh terhadap kejadiankanker payudara di rsup dr. kariadi
semarang. Jurnal Kebidanan. 2(5): 9-19.
Pusat-Data-dan-Informasi. (2015). Situasi penyakit kanker. Kementerian
Kesehatan RI, 2. diakses dari www.pusdatin.kemkes.go.id pada 11
Mei 2018.
Rahmatari, A. (2014). Anggapan kesehatan yang dirasakan wanita usia
subur dalam memeriksakan payudara sejak dini. Jurnal berkala
epidemiologi. 2 (3): 309-320.
Regan, P. O. (2007). The impact of cancer and its treatment on wound
healing. Wounds UK, 3 (2), 87-95
Smeltzer C.S. & Bare B.G. (1996). Brunner & Suddarth’s textbook of
medicalsurgical Nursing. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.
Surbakti E. (2013) Hubungan riwayat keturunan denganterjadinya kanker
payudara pada ibu di RSUP H.Adam Malik Medan. Jurnal Precure.
1(1):15-21.
Tim Cancer Helps. (2010). Stop Kanker. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.
WHO. (2017). Globocan 2012 : Estimated Cancer Incidence, Mortality and
Prevalence Wordwide 2012. diakses dari

29
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.10(1): 2022
e-ISSN: 2614-3046

http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx pada 11
Mei 2018.

30

You might also like