Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

2022 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN: 2809-2767

Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2022

Pencapaian Bromage dan Aldrete Score pada


Tindakan Anestesi dsi Instalasi Bedah Sentral (IBS)
RSUD Ajibarang
Titi Supriyatin1, Adiratna Sekar Siwi2, Arni Nur Rahmawati3
1 Program Studi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa
2 Program Studi Keperawatan Program Sarjana Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa
3 Program Studi Keperawatan Program Diploma, Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa

Jl. Raden patah No. 100, Ledug, kembaran, Banyumas 53182, Indonesia
1 titimulyanto84@gmail.com, 2 adiratnasekarsiwi@uhb.ac.id, 3 arni@gmail.com

ABSTRACT

The surgical process begins with the administration of anesthesia. Anesthesia is divided into two
techniques, namely general anesthesia (GA) or regional anesthesia (RA). The anesthetic
administered determines the postoperative recovery of consciousness. The assessment criteria to
determine the readiness of post-spinal anesthesia patients removed from the RR is the bromage
score and for post-regional anesthesia patients is the alderete score. This study was conducted with
the aim of knowing the achievement of bromage and aldrete score on anesthesia in the Recovery
Room (RR) Central Surgical Installation Ajibarang Hospital. This study uses a descriptive and cross
sectional design as the approach. Surgery patients with spinal and regional anesthesia in Ajibarang
Hospital as many as 119 respondents were used as respondents using the accidental sampling
technique. The tool used to obtain data is an observation sheet. Bivariate analysis was carried out
with frequency distribution. This study shows that the time to achieve the aldrete score is mostly 60
minutes (57.1%) with an average of 59.43 minutes. The bromage score was mostly 180 minutes
(37.9%) with an average of 183.10 minutes. The conclusion is that most of the time the achievement
of the aldrete score and bromage score in the Recovery Room (RR) Central Surgical Installation
Ajibarang Hospital is in the normal category.

Keywords: Aldrete Score. Bromage Score, Post Anesthesia

ABSTRAK

Proses pembedahan diawali dengan pemberian anestesia anestesi dibagi menjadi dua teknik, yaitu
general anestesia (GA) atau regional anestesia (RA). Anestesi yang diberikan menentukan pemulihan
kesadaran pasca operasi. Kriteria penilaian untuk menentukan kesiapan pasien pasca spinal anestesi
dikeluarkan dari RR adalah bromage score dan untuk pasien pasca regional anestesi adalah alderete
score. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pencapaian bromage dan aldrete
score pada tindakan anestesi di Recovery Room (RR) Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Ajibarang.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dan cross sectional sebagai pendekatannya. Pasien
operasi dengan spinal dan regional anestesi di RSUD Ajibarang sebanyak 119 responden dijadikan
sebagai responden menggunakan teknik accidental sampling. Alat yang digunakan untuk
mendapatkan data yaitu lembar observasi. Analisis bivariat dilakukan dengan distribusi frekuensi.
Penelitian ini menunjukkan waktu pencapaian aldrete score sebagian besar 60 menit (57.1%) dengan
rata-rata 59.43 menit. Waktu pencapaian bromage score sebagian besar 180 menit (37.9%) dengan
rata-rata 183.10 menit. Kesimpulan sebagian besar waktu waktu pencapaian aldrete score dan
bromage score di Recovery Room (RR) Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Ajibarang dalam kategori
normal.

Kata Kunci: Aldrete Score. Bromage Score, Post Anastesi

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 315


PENDAHULUAN atau belum mampu menggerakkan
ekstremitas bawahnya. Dampak dari
Proses pelayanan kesehatan memiliki
neurologis seperti terjadinya paratesi.
salah satu tindakan medis yang bertujuan
Terhambatnya pemulihan post anestesi
untuk mencegah kecacatan, komplikasi
berdampak pada timbulnya komplikasi
dan menyelamatkan nyawa yaitu
seperti kecemasan dan depresi sehingga
pembedahan (Haryanti dkk, 2014).
pasien memerlukan perawatan lebih lama
Tindakan pembedahan di Indonesia
di ruang pemulihan (Kasanah, 2019).
memiliki persentase 12,8% dan
menempati urutan ke-11 dari 50 pola Faktor-faktor yang memengaruhi
penyakit yang ada (Rahmayati dkk, pemulihan pasien pasca anestesi, yaitu
2018). Angka kejadian pembedahan jenis dan dosis obat anestesi,
hampir dua kali lipat melebihi angka penyebaran obat, efek vasokontriksi,
kelahiran per tahun dan dapat tekanan intra abdomen, lengkung tulang
menyebabkan kejadian morbiditas belakang, usia, jenis kelamin, obesitas,
(Amiruddin dkk, 2018). Proses posisi pembedahan dan status fisik
pembedahan diawali dengan pemberian America Society of Anesthesiologist
anestesia. Pemberian anestesi pada (ASA). Lamanya anestesi bekerja
pasien diberikan sebagai upaya untuk tergantung dari kecepatan obat
menghilangkan nyeri dengan sadar meninggalkan cairan serebrospinal
(regional anestesi) atau tanpa sadar (Syarif & Sunaryo, 2013). Oleh karena itu,
(general anestesi) guna menciptakan penentuan lamanya efek obat anestesi
kondisi optimal bagi pelaksanaan perlu diketahui karena berpengaruh
pembedahan (Soenarjo, 2013). terhadap waktu pulih sadar pasien yang
bisa menimbulkan dampak lamanya
Anestesi dibagi menjadi dua teknik,
pasien berada di ruang Recovery Room
yaitu General Anestesia (GA) atau
(RR).
Regional Anestesia (RA) (Pramono,
2015). Anestesi yang diberikan Kriteria penilaian untuk menentukan
menentukan pemulihan kesadaran pasca kesiapan pasien pasca anestesi
operasi. Pasien yang diberikan GA akan dikeluarkan dari ruang Recovery Room
mengalami hilangnya nyeri di seluruh (RR) adalah bromage score dan alderete
tubuh dan kesadaran yang bersifat score. Bromage Score adalah instrumen
sementara karena penekanan sistem penilaian kekuatan otot ekstremitas
saraf pusat atau sensorik akibat inferior pasien pasca anestesi spinal.
farmakologi. Pemberian anestesi spinal Pemulihan tingkat kesadaran pasien
juga memberikan dampak seperti pasca GA dinilai menggunakan Aldrete
penurunan tekanan darah, penurunan Score yang dimulai pada saat 5, 10, dan
nadi, peningkatan respirasi, 15 menit selama pasien berada di RR
ketidakadekuatan pernafasan, mual (Texas Children’s Hospital, 2014).
muntah, kepala merasa pusing setelah
Hasil penelitian Fitria et al., (2019)
pungsi lumbal, blok spinal tinggi/ spinal
menunjukkan bahwa adanya dua faktor
total (Majid dkk, 2011). Komplikasi
yang berhubungan dengan bromage
anestesi yang tidak segera ditangani
score yaitu status fisik ASA dan umur
akan berdampak kematian bagi pasien
dengan nilai p value = 0,001. Sedangkan
(Smeltzer & Barre, 2017).
yang tidak berhubungan yaitu faktor
Triyono et al., (2017) menyatakan posisi pembedahan dengan nilai p value
bahwa perawatan pasca anestesi = 0,665. Penelitian Sudiono et al., (2018)
diperlukan untuk memulihkan kondisi menunjukkan bahwa nilai aldrete score
pasien setelah menjalani operasi, baik pada pasien pasca operasi dengan
fisik maupun psikologis. Dampak dari anestesi general yaitu pada menit ke 5
lamanya pemulihan yang dapat pasien di RR pasien memiliki nilai aldrete
mengakibatkan terganggunya psikologis score dibawah 8, pada menit ke 10, 15,
seperti kecemasan, ketergantungan pada dan 20 nilai aldrete score berada diatas 8,
orang lain, depresi karena pasien tidak dan pada menit ke 25 dan 30 nilai aldrete

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 316


score berada hampir bernilai 10. Menurut Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
penelitian Simanjuntak et al., (2019) Meliputi Usia, Jenis Kelamin, Indeks Massa
bahwa rerata waktu pulih sadar pasien Tubuh (IMT), Jenis Operasi, dan Status ASA
dengan anestesi general pada adalah di RSUD Ajibarang
8,95 menit dan 9,9 menit.
Karakteristik General Spinal
Hasil observasi yang dilakukan di Anestesi Anestesi
f % f %
Ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Usia
RSUD Ajibarang diketahui bahwa pada a. Remaja Akhir 20 32.8% 20 34%
pasien post operasi terkait pengkajian b. Dewasa Awal 19 31.1% 21 35.7%
pencapaian aldrete dan bromage score c. Dewasa Akhir 7 11.5% 5 8.5%
sebagian tidak dilakukan secara d. Lansia Awal 4 6.6% 5 8.5%
maksimal hal ini dikarenakan pencapaian e. Lansia Akhir 8 13.1% 0 0
f. Manula 3 4.9% 7 11.9%
aldrete dan bromage score membutuhkan Jenis Kelamin
waktu yang lama. Selain untuk a. Laki-Laki 15 24.6% 11 19.1%
menentukan dapat tidaknya pasien b. Perempuan 46 75.4% 47 80.9%
pindah ke ruangan, pengkajian aldrete Indeks Massa Tubuh
dan bromage score juga diperlukan untuk (IMT) 1 1.6% 5 8.6%
a. Kurus 31 50.9% 21 36.2%
melakukan perawatan pasca anestesi
b. Normal 29 47.5% 32 55.2%
sehingga dapat memastikan kondisi c. Gemuk
pasien setelah menjalani operasi, baik Status American
fisik maupun psikologis dan mencegah Society of
secara dini timbulnya komplikasi. Anesthesiologist (ASA) 38 62.3% 38 62.3%
a. ASA I 20 32.8% 20 32.8%
Berdasarkan uraian latar belakang di b. ASA II 3 4.9% 3 4.9%
atas maka peneliti tertarik untuk c. ASA III
melakukan penelitian tentang Jenis Operasi
a. Apendiktomi 5 8.2% 5 8.6%
“Pencapaian Bromage dan Aldrete Score
b. Closed Fraktur 2 3.3% 0 0%
pada Tindakan Anestesi di Instalasi c. Curet 4 6.6% 5 8.6%
Bedah Sentral (IBS) RSUD Ajibarang”. d. Hernia 1 1.6% 1 1.7%
e. Histerektomi 2 3.3% 2 3.4%
f. Kista 11 18% 9 15.5%
METODE g. Laparatomi 8 13.1% 8 13.8%
h. Mioma 2 3.3% 2 3.4%
Penelitian ini menggunakan desain i. Nefrolitiasis 1 1.6% 0 0%
deskriptif dan cross sectional sebagai j. Open Fraktur 0 0% 1 1.7%
pendekatannya. Pasien operasi dengan k. SC 24 39.3% 24 41.4%
spinal dan regional anestesi di RSUD l. STT 1 1.6% 1 1.7%
Ajibarang Kabupaten Banyumas Total 61 100 58 100

sebanyak 119 responden dijadikan Hasil penelitian menunjukkan pasien


sebagai responden menggunakan teknik dengan spinal anestesi sebagian besar
accidental sampling. Penelitian ini sudah memiliki usia dewasa awal (35.7%), jenis
lolos uji etik dengan No.B.LPPM- kelamin perempuan (80.9%), IMT gemuk
UHB/900/05/2022. Alat yang digunakan (55.2%), status ASA I (62.3%) dan jenis
untuk mendapatkan data yaitu lembar operasi SC (41.4%). Pasien spinal
observasi dan tidak memerlukan uji anestesi memiliki rata-rata waktu
validasi. Analisis dilakukan dengan pencapaian bromage score adalah
distribusi frekuensi. 183.10 menit dimana hal tersebut
sebagian besar terjadi pada usia dewasa
HASIL DAN PEMBAHASAN awal, memiliki jenis kelamin perempuan,
memiliki IMT normal, memiliki status ASA
1. Gambaran karakteristik pasien I dan dengan jenis operasi mayor.
bedah di RSUD Ajibarang.

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 317


Hasil penelitian didapatkan sebagian Hasil penelitian didapatkan sebagian
besar responden dengan waktu besar responden dengan waktu
pencapaian bromage score 180 menit pencapaian bromage score 180 menit
memiliki usia kategori dewasa awal (26- memiliki memiliki IMT normal. Menurut
35 tahun). Hasil penelitian menunjukan peneliti IMT normal dalam penelitian ini
pada responden dengan spinal anestesi dapat disebabkan faktor usia dan jenis
yang memiliki usia 18-35 tahun memiliki kelamin dimana orang dengan IMT
rata-rata waktu pulih sadar 181.46 menit normal memiliki rata-rata usia 38.4 tahun
sedangkan dengan usia > 35 tahun sedangkan orang dengan IMT gemuk
adalah 187.05 menit Usia responden memiliki rata-rata usia 33.8 tahun, jenis
dalam penelitian ini dapat memengaruhi kelamin perempuan lebih banyak pada
waktu pencapaian pulih sadar pasien. orang dengan IMT normal (85.7%)
Responden dengan usia dewasa memiliki dibandingkan pada orang dengan IMT
rata-rata waktu pemulihan lebih baik gemuk (81.3%). Penelitian Sugiritama et
dibandingkan responden dengan usia al., (2015) menunjukkan bahwa orang
lansia. dengan IMT normal lebih banyak pada
perempuan (57.6%) dengan rata-rata usia
Lansia bukan merupakan kontra
64.1 tahun.
indikasi untuk tindakan anestesi. Suatu
kenyataan bahwa tindakan anestesi Penelitian Elmeliegy (2019)
sering memerlukan ventilasi mekanik, menunjukkan bahwa waktu pencapaian
sirkulasi yang memanjang pada orang tua bromage score pada pasien dengan BMI
dan pengawasan fungsi faal yang lebih < 30 Kg/m2 (129.3 menit) lebih cepat
teliti, kurangnya kemampuan sirkulasi dibandingkan pasien dengan BMI 30-45
untuk mengkompensasi vasodilatasi Kg/m2 (132.2 menit) dan BMI > 45 Kg/m2
karena anestesi menyebabkan hipotensi (141.15 menit). Hal ini dapat terjadi
dan berpengaruh pada stabilitas keadaan karena faktor dosis obat yang diberikan.
umum pasca bedah (Andisa, 2014). Dosis pemberian obat-obatan anestesi
pada pasien obesitas menjadi lebih tinggi
Hasil penelitian didapatkan sebagian
dan berlanjut sampai operasi. Semakin
besar responden dengan waktu
banyak dosis obat-obatan anestesi yang
pencapaian bromage score 180 menit
diberikan pada pasien obesitas memiliki
memiliki memiliki jenis kelamin
lemak yang berlebih yang dapat
perempuan. Peneliti berpendapat bahwa
menyebabkan proses ekskresi semakin
hasil ini tidak dengan sesuai teori yang
lama. Hal ini menyebabkan waktu pulih
ada hal ini dikarenakan berdasarkan hasil
sadar pasien pasca anestesi menjadi
penelitian diketahui bahwa pasien bedah
tertunda (Misal dkk, 2016).
dalam penelitian ini berdasarkan
diagnosa sebagian besar adalah pasien Hasil penelitian didapatkan sebagian
dengan SC. besar responden dengan waktu
pencapaian bromage score 180 menit
Hasil penelitian ini berbeda dengan
memiliki memiliki jenis operasi kategori
penelitian Basuki et al., (2014) dimana
mayor. Jenis kategori operasi dalam
responden laki-laki memiliki rata-rata
penelitian ini dapat memengaruhi
waktu pencapaian bromage score 152.5
pemilihan jenis obat anestesi yang
menit sedangkan pada responden
digunakan. Dimana jenis obat menjadi
perempuan adalah 166, hal ini dapat
salah satu faktor yang dapat
terjadi karena kepadatan cerebrospinal
memengaruhi waktu pulih sadar pasien.
fluid (CSF) pada perempuan lebih rendah
dibandingkan pada laki-laki. Sherwood Dosis pemberian obat dalam penelitian
(2011) menyatakan bahwa kepadatan ini dipengaruhi oleh faktor usia pasien
CSF memengaruhi distribusi dimana dari hasil penelitian diketahui
subarachnoid dan estisilokal yang bahwa responden dengan jenis operasi
menyebabkan terhambatnya waktu mayor memiliki rata-rata usia 32.57 tahun
pemulihan pasien. lebih muda dibandingkan responden
dengan jenis operasi minor yaitu 40.9

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 318


tahun. Arias (2013) menyatakan bahwa menurun sehingga kemampuan
umur pasien juga dapat memengaruhi mobilisasi menurun. Kemampuan
level blok yang diinginkan. Pada usia mobilisasi akan mempercepat peredaran
lanjut rongga subarachnoid lebih sempit darah pada tubuh pasien sehingga
dan obat anestesi lokal cenderung membantu efek dari anestesi cepat hilang
menyebar ke arah cephalad, sehingga dalam tubuh hal ini menyebabkan nilai
dosis obat anestesi lokal harus dikurangi. aldrte score cepat berubah sehingga
pasien dapat segera dipindah ke ruang
Pasien dengan anestesi spinal akan
perawatan.
diberikan obat jenis cerebrospinal fluid
(CSF). Apabila jenis obat lebih besar dari Semakin tua umur seseorang maka
CSF (hiperbarik) menyebabkan cairan akan semakin memengaruhi waktu pulih
hiperbarik cenderung kebawah karena sadar seseorang (Andisa, 2014). Hal ini
gravitasi bumi, sehingga akan juga sesuai yg dikemukakan Permatasari
memengaruhi pergerakan ekstermitas (2017) yang mengemukakan bahwa pada
bawah setelah pasien sadar dari usia lanjut akan terjadi peningkatan
anestesi. Sebaliknya jika lebih kecil sensitivitas terhadap obat-obatan
(hipobarik) maka obat akan berada di anestesi general yaitu golongan opioid
area penyuntikan tersebut (Nainggolan dan benzodiazepine, karena penurunan
dkk, 2014). fungsi susunan syaraf pusat. Bisa
disebabkan karena dosis yang berlebihan
Hasil penelitian menunjukkan pasien
dan metabolisme obat yang menurun
dengan general anestesi sebagian besar
pada usia lanjut. Faktor ini menimbulkan
memiliki usia remaja akhir (32.8%), jenis
efek residu obat. Pada pasien pediatri
kelamin perempuan (75.4%), IMT normal
karena luas permukaan tubuh yang luas,
(50.9%), status ASA I (62.3%) dan jenis
risiko kehilangan panas dan terjadinya
operasi SC (39.3%). Pasien dengan
hipotermi akan lebih besar. Bila hal ini
general anestesi memiliki rata-rata waktu
terjadi akan memperlambat metabolisme
pencapaian aldrete score adalah 59.43
dan pulih sadar pasca anestesi general
menit yang terjadi pada usia dewasa
akan tertunda.
awal, memiliki jenis kelamin perempuan,
memiliki IMT normal, memiliki status ASA Hasil penelitian didapatkan sebagian
I dan dengan jenis operasi mayor besar responden dengan waktu
pencapaian aldrete score 60 menit
Hasil penelitian didapatkan sebagian
memiliki memiliki jenis kelamin
besar responden dengan waktu
perempuan. Penelitian ini sejalan
pencapaian aldrete score 60 menit
Septiarini (2019) menunjukkan bahwa
memiliki usia kategori dewasa awal (26-
waktu pemulihan pada pasien perempuan
35 tahun). Usia responden dalam
paling cepat adalah 20 menit dengan
penelitian ini dapat memengaruhi waktu
rata-rata waktu pemulihan adalah selama
pencapaian pulih sadar pasien. Hasil
38,75 menit. Sedangkan waktu pemulihan
penelitian menunjukan pada responden
paling cepat pada laki-laki adalah selama
dengan general anestesi yang memiliki
25 menit dengan rata-rata waktu
usia 18-35 tahun memiliki rata-rata waktu
pemulihan adalah selama 39,47 menit.
pulih sadar 55 menit sedangkan dengan
Penelitian ini berbeda yang dilakukan
usia > 35 tahun adalah 67.72 menit.
oleh Harvina (2018) pada pasien dengan
Penelitian Purwandi (2021) anestesi umum dan regional didapatkan
menunjukkan bahwa waktu pencapaian bahwa perempuan memiliki waktu
pulih sadar pada pasien general anestesi pemulihan yang lebih lama yaitu 64,7
memiliki rata-rata usia 38.8 tahun dimana menit dan untuk laki-laki adalah selama
usia seseorang yang semakin bertambah 39,22 menit.
akan menyebabkan waktu pulih sadar
Menurut peneliti pencapaian waktu
semakin lama karena kemampuan
pulih sadar yang baik pada pasien
mobilisasi seseorang dengan semakin
dengan general anestesi lebih banyak
bertambahnya usia maka tonus otot akan
pada perempuan disebabkan karena

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 319


faktor jenis operasi dimana responden anestesia di Recovery Room RSUD
dengan jenis kelamin perempuan dalam Bangil.
penelitian ini 40% melakukan operasi
IMT seseorang akan memengaruhi
minor sedangkan responden laki-laki
proses metabolisme dalam tubuh.
77.4% melakukan operasi mayor.
Metabolisme seseorang yang berbeda
Septiarini (2019) menyatakan jika jenis
beda salah satu diantaranya dipengaruhi
operasi yang digunakan hanya operasi
oleh ukuran tubuh yaitu tinggi badan dan
minor dengan durasi operasi ≤60 menit
berat badan yang dinilai berdasarkan
menyebabkan durasi paparan dan
indeks massa tubuh dan merupakan
konsentrasi agen anestesi juga tidak
salah satu faktor yang dapat
terlalu lama dan besar. Hal ini
memengaruhi sistem kerja metabolisme
mengakibatkan waktu pemulihan menjadi
tubuh. Pada orang yang gemuk memiliki
lebih cepat.
cadangan lemak yang lebih banyak
Hasil penelitian didapatkan sebagian sehingga cenderung menggunakan
besar responden dengan waktu cadangan lemak sebagai sumber energi
pencapaian aldrete score 60 menit dari dalam, yang artinya jarang
memiliki memiliki IMT normal. Durasi aksi membakar kalori. Obat-obatan ataupun
obat anestesi lokal secara umum gen anestesi yang diberikan diretribusi
berhubungan dengan larutan lemak. Hal dari darah dan otak kedalam otot dan
ini karena obat anestesi menumpuk atau lemak, tubuh yang semakin besar
tertimbun di jaringan lemak yang menyimpan jaringan lemak dapat
selanjutnya dilepaskan dalam waktu yang menghambat proses eliminasi sisa obat
lama yang biasa terjadi pada pasien anestesi. Adapun pemberian obat atau
dengan IMT obesitas. Selain itu akan gen anestesi dihitung berdasarkan berat
meningkatkan protein, terutama asam badan, sehingga semakin banyak dosis
glikoprotein dan lebih sedikit dengan yang diberikan semakin lambat proses
albumin sebagai pengaruh langsungnya eliminasi sisa obat anestesi dan waktu
yaitu terjadi eliminasi memanjang pulih sadar menjadi tertunda (Risdayati
(Subiyantoro, 2014). Menurut Maldini et dkk, 2021).
al., (2011) para ahli telah menganjurkan
Hasil penelitian didapatkan sebagian
pertimbangan dosis rendah pada pasien
besar responden dengan waktu
gemuk. Menurut penelitian Subiyantoro
pencapaian aldrete score 60 menit
(2014) menyatakan tidak ada hubungan
memiliki memiliki jenis operasi kategori
antara IMT dengan waktu pemulihan
mayor. Jenis kategori operasi dalam
ekstermitas bawah.
penelitian ini dapat memengaruhi
Penelitian sebelumnya yang pemilihan jenis obat anestesi yang
menyatakan terdapat hubungan antara digunakan. Obat anestesi lokal yang ideal
Indeks Massa Tubuh denga waktu pulih mempunyai mula kerja yang cepat, durasi
sadar (Olfah dkk, 2019). Menurut Olfah et kerja dan juga tinggi blokade dapat
al., (2019) pasien dengan waktu pulih diperkirakan sehingga dapat disesuaikan
sadar pasca anestesi umum yang dengan lama operasi, tidak neurotoksik,
tertunda lebih dari 30 menit adalah pasien serta pemulihan blokade motorik pasca
dengan indeks massa tubuh gemuk operasi yang cepat sehingga mobilisasi
“overweight” yaitu 13 orang (68,42%) dari dapat lebih cepat dilakukan. Anestesi
total sampel sedangkan pasien dengan spinal bila jenis obat lebih besar dari CSF
waktu pulih sadar cepat dalam waktu (hiperbarik) menyebabkan cairan
kurang atau sama dengan 30 menit hiperbarik cenderung kebawah karena
sebanyak 17 orang (72%) dengan indeks gravitasi bumi, sehingga akan
massa tubuh ideal dari total sampel. memengaruhi pergerakan ekstermitas
Penelitian dari Azmi et al., (2019) bawah setelah pasien sadar dari
menyimpulkan terdapat hubungan indeks anestesi. Sebaliknya jika lebih kecil
massa tubuh dengan waktu pulih sadar (hipobarik) maka obat akan berada di
pada pasien post operasi dengan general

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 320


area penyuntikan tersebut (Nainggolan Hasil penelitian didapatkan rata-rata
dkk, 2014). waktu pencapaian aldrete score adalah
59.43 menit dengan waktu pencapain
Kesadaran yang tertunda setelah
tercepat adalah 45 menit dan terlama
anestesi umum ini paling sering
adalah 80 menit. Pemulihan tingkat
disebabkan oleh overdosis obat bius.
kesadaran pasien pasca GA dinilai
Penyebab tersering tertundanya pulih
menggunakan Aldrete Score yang dimulai
sadar (belum sadar penuh 30-60 menit
pada saat 5, 10, dan 15 menit selama
pasca anestesi adalah pengaruh dari
pasien berada di RR (Texas Children’s
sisa-sisa obat anestesi sedasi dan
Hospital, 2014)
analgesik (midazolam dan fentanyl).
Induksi anestesi juga berpengaruh Anestesi umum memiliki beberapa
terhadap waktu pulih sadar pasien. prinsip yang harus ada yakni analgesia,
Pengguna obat induksi ketamine jika amnesia, hilangnya kesadaran, hambatan
dibandingkan dengan propofol, waktu sensorik, hilangnya reflex-refleks, dan
pulih sadar akan lebih cepat dengan relaksasi otot rangka (Sjamsuhidajat &
penggunaan obat induksi propofol. Jong, 2017). Anestesi umum (general
Propofol memiliki lama aksi yang singkat anestesi) merupakan keadaan tidak sadar
(5-10 menit), distribusi yang luas dan yang diinduksi oleh agen anestesi
eliminasi yang cepat (Latief dkk, 2015). sehingga menyebabkan hilangnya nyeri
dan sensasi di seluruh tubuh serta
Hasil penelitian didapatkan sebagian
relaksasi otot dan disertai hilangnya
besar responden dengan waktu
refleks (Rosdahl & Kowalski, 2017).
pencapaian aldrete score 60 menit dan
waktu pencapaian bromage score 180 Menurut penelitian Sudiono (2012)
menit memiliki memiliki status ASA menyatakan bahwa pada aldrete score
kategori ASA I. Penilaian status fisik (ASA kurang dari 7 menunjukkan bahwa
=American Society of Anasthesiologists) pengaruh anestesi masih kuat, sisa obat
pra anestesi sangatlah penting dilakukan anestesi belum sepenuhnya hilang dari
oleh seorang anestetis termasuk perawat tubuh, aldrete score 8-9 menunjukkan
anestesi. Tindakan anestesi tidak bahwa pasien sudah mulai stabil, efek
dibedakan berdasarkan besar kecilnya obat anestesi di dalam tubuh sudah mulai
suatu pembedahan namun pertimbangan hilang/ berkurang dan aldrete score 10
terhadap pilihan teknik anestesi yang menunjukkan bahwa kondisi pasien
akan diberikan kepada pasien sangatlah secara umum sudah mulai pulih.
kompleks dan komprehensif mengingat
Pulih sadar dari anestesi dapat
semua jenis anestesi memiliki faktor
didefinisikan sebagai suatu kondisi tubuh
resiko komplikasi yang dapat mengancam
dimana konduksi neuromuskular, refleks
jiwa pasien. Hasil ini sejalan dengan
protektif jalan nafas, dan kesadaran telah
penelitian yang dilakukan oleh Triyono et
kembali setelah dihentikannya pemberian
al., (2017) didapatkan hasil sebanyak 45
obat-obatan anestesi, dan telah selesai
responden dengan status ASA 1
proses pembedahan. Sekitar 90 % pasien
sebanyak 23 orang (51,1%).
kembali sadar penuh dalam 15 menit.
2. Gambaran waktu pencapaian Jika tidak sadar berlangsung >15 menit
aldrete score pada tindakan general maka dianggap prolong (pulih sadar
anestesi di RSUD Ajibarang. tertunda), bahkan pasien yang sangat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Waktu
rentan pun harus merespon stimulus
Pencapaian Aldrete Score pada Tindakan dalam 30-45 menit (Barash dkk, 2013).
General Anestesi di RSUD Ajibarang. Penelitian Septriani (2019) menunjukkan
bahwa pada pasien dengan general
Variabel Mean ± SD Min-Max anestesi memiliki waktu pemulihan yang
Waktu Pencapaian 59.43 ± 45-80 paling cepat adalah 20 menit dan paling
Aldrete Score 9.622 lama yaitu selama 60 menit dengan
rerata waktu pemulihan yaitu selama
39,07 menit

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 321


3. Gambaran waktu pencapaian di ruang pemulihan. Dengan demikian
bromage score pada tindakan diharapkan pasien di monitor dengan baik
anestesi spinal di RSUD Ajibarang. sehingga tidak terjadi komplikasi pasien
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Waktu
pasca spinal anastesi
Pencapaian Bromage Score pada Tindakan Hasil ini sejalan dengan penelitian
Anestesi Spinal di RSUD Ajibarang yang dilakukan oleh Triyono et al., (2017)
didapatkan hasil waktu pencapaian
Variabel Mean ± SD Min-Max
Waktu Pencapaian 183.10 ± 160-210
Bromage Score 2 sebagian besar
Bromage Score 11.578 termasuk dalam kategori cepat yaitu
sebanyak 25 orang (55,6%). Rata-rata
Hasil penelitian didapatkan rata-rata waktu pencapaian skala Bromage score
waktu pencapaian bromage score adalah pada pasien ASA 11 adalah 184,75 menit
183.10 menit dengan waktu pencapain dan responden pasien ASA 2 207 menit.
tercepat adalah 160 menit dan terlama Ada hubungan status fisik ASA dengan
adalah 210 menit. Bromage Score adalah waktu pencapaian bromage score 2 pada
instrumen penilaian kekuatan otot pasien spinal anastesi di ruang pemulihan
ekstremitas inferior pasien pasca anestesi RSUD Kanjurahan Kepajen Kabupaten
spinal (Texas Children’s Hospital, 2014). Malang. Hasil penelitian ini sejalan
Bromage score merupakan salah satu dengan hasil penelitian yang dilakukan
indikator respon motorik pasca anestesi. oleh Wayan (2018) yang menyatakan
Gerakan merupakan kemampuan bahwa berdasarkan hasil penelitian
sesorang untuk menggerakkan bagian didapatkan adanya dua faktor yang
tubuhnya secara bebas dengan berhubungan dengan bromage score
menggunakan koordinasi sistem saraf yaitu status fisik ASA
dan muskuloskletal. Pengukuran blok
motorik yang paling sering digunakan Hasil penelitian Fitria et al., (2019)
adalah dengan skala bromage score. Jika menunjukkan bahwa adanya dua faktor
nilai bromage score kurang dari sama yang berhubungan dengan bromage
dengan 2 maka pasien dapat pindah ke score yaitu status fisik ASA dengan nilai p
ruangan. Skala pengukuran ini untuk value = 0,000 sedangkan nilai
mengukur kemampuan pasien untuk OR=105,00 (9,932 - 1110.017) dan umur
menggerakkan ekstermitas bawah. dengan nilai p value = 0,001 sedangkan
nilai OR=14.000 (2,539 -77,208).
Penelitian sebelumnya menunjukkan Sedangkan yang tidak berhubungan yaitu
ada perbedaan lama waktu pencapaian faktor posisi pembedahan dengan nilai p
bromage score dengan anestesi value = 0,665.
bupivacain 0,5% 20 mg memerlukan
waktu pencapaian bromage score 2 pada
menit ke 190-235, dan bupivacain 0,5% KESIMPULAN
15 mg pada menit ke 155-195 pada Berdasarkan hasil penelitian yang
pasien section saecaria di RSUD telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
Muntilan (Nuryadi, 2012). sebagai bahwa pasien dengan general
Menurut peneliti dari hasil penelitian anestesi sebagian besar memiliki usia
yang dilakukan di ruang pemulihan remaja akhir (32.8%), jenis kelamin
adanya hubungan antara status fisik ASA perempuan (75.4%), IMT normal (50.9%),
dengan bromage score. Responden yang status ASA I (62.3%) dan jenis operasi
diikutkan dengan status fisik ASA 3 akan SC (39.3%). Pasien dengan spinal
lebih lama untuk mencapai bromage anestesi sebagian besar memiliki usia
score daripada pasien yang status fisik dewasa awal (35.7%), jenis kelamin
ASA 2 Hal ini berhubungan dengan perempuan (80.9%), IMT gemuk (55.2%),
penyakit sistemik yang dimiliki responden. status ASA I (62.3%) dan jenis operasi
Hal ini juga berkaitan dengan lama SC (41.4%). Selain itu waktu pencapaian
tindakan operasi, yakni akan aldrete score pada tindakan anestesi
membutuhkan perawatan yang lebih lama spinal di RSUD Ajibarang memiliki rata-

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 322


rata 59.43 menit. Waktu pencapaian Publising.
bromage score pada tindakan anestesi Maldini, B., Goranović, T., Milić, M.,
spinal di) RSUD Ajibarang memiliki rata- Gvozdenović, A., Baranović, S., &
rata 183.10 menit Šakić, Š. (2011). Regional anaesthesia
in obese patients - un update.
Periodicum Biologorum, 113(2), 251–
SARAN 254.
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat Nainggolan, H. D., Fuadi, I., & Redjeki, I. S.
mengembangkan penelitian tentang (2014). Perbandingan Anestesi Spinal
faktor lain yang dapat memengaruhi Menggunakan Ropivakain Hiperbarik
waktu pulih sadar pasien seperti jenis 13,5 mg dengan Ropivakain Isobarik
obat anestesi yang digunakan. 13,5 mg terhadap Mula dan Lama Kerja
Blokade Sensorik. Jurnal Anestesi
Perioperatif, 2(1), 45–54.
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.15851/jap.v2n1.232
Amiruddin, A., Emilia, O., Prawitasari, S., & Nuryadi. (2012). Perbedaan lama waktu
Prawirodihardjo, L. (2018). Hubungan pencapaian skala Bromage score 2
Kepatuhan Tim Bedah dalam dengan spinal anestesi buvicain 0,5%
Penerapan Surgery Safety Checklist 20 mg dan Buvicain 0,5% 15 mg pada
dengan Infeksi Luka Operasi dan Lama pasien sectio secarea di RSUD
Rawat Inap pada Pasien Seksio Muntilan. International Conference Of
Sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Kerta Cendekia Nursing Academy, 9(1),
Kabupaten Barru. Jurnal Kesehatan 1–9.
Reproduksi.
https://doi.org/10.22146/jkr.39666 Pramono, A. (2015). Buku Kuliah : Anestesi.
EGC.
Andisa, R. (2014). Hubungan Indeks Massa
tubuh dan Lama Anestesi dengan Rahmayati, E., Asbana, Z. Al, & Aprina, A.
Waktu Pulih Sadar pada Anak Pasca (2018). Faktor-Faktor yang
General Anestesi di RSUD Berhubungan dengan Lama Perawatan
KebumenJawa Tengah. Poltekkes Pasien Pasca Operasi di Ruang Rawat
Kemenkes Yogyakarta. Inap Bedah Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik.
Fitri Haryanti, Hasri, E. T., & Hartriyanti, Y. https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.929
(2014). Praktik keselamatan pasien
bedah di rumah sakit daerah. Jurnal Simanjuntak, V. E., Oktaliansah, E., &
Manajemen Pelayanan Kesehatan. Redjeki, I. S. (2019). Perbandingan
Waktu Induksi, Perubahan Tekanan
Fitria, W. E., Fatonah, S., & Purwati, P. Darah, dan Pulih Sadar antara Total
(2019). Faktor Yang Berhubungan Intravenous Anesthesia Profopol Target
Dengan Bromage Score Pada Pasien Controlled Infusion dan Manual
Spinal Anastesi Di Ruang Pemulihan. Controlled Infusion. Jurnal Anestesi
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Perioperatif, 1(3), 158–166.
14(2), 182. https://doi.org/10.15851/jap.v1n3.194
https://doi.org/10.26630/jkep.v14i2.130
4 Sjamsuhidajat, & Jong, D. (2017). Buku Ajar
Ilmu Bedah Vol. 1-3. In EGC.
Kasanah, N. . (2019). Pengaruh Kompres
Hangat Di Femoral Terhadap Waktu Smeltzer, S. ., & Barre, B. . (2017). Buku ajar
Pencapaian Bromage Skor 2 Pada keperawatan medikal-bedah Brunner &
Spinal Anestesi Di RSU Pku Suddarth. In Lippincott Williams &
Muhammadiyah Bantul [Poltekkes Wilkins.
Kemenkes Yogyakarta]. Soenarjo, J. (2013). Anestesiologi. Masalah
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3563/ nyeri. Bagian Anestesiologi dan Terapi
Latief, S. ., Suryadi, K. ., & Dachlan, M. . Intensif Fakultas Kedokteran
(2015). Petunjuk Praktis: Anestesiologi Undip/RSUP Dr.Kariadi Semarang,.
(Edisi 2). Bagian Anestesiologi FK-UI. Subiyantoro, E. (2014). Hubungan Indeks
Majid, A., Judha, M., & Istianah, U. (2011). Massa Tubuh (IMT) dengan Waktu
Keperawatan Operatif. Gosyen Pencapaian Bromage Score 2 Pada

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 323


Pasien Spinal Anestesi di RS. A. Yani
Metro Lampung. Yogyakarta: Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
Sudiono, Muhidin, & Nahariani, P. (2018).
Pengaruh Latihan Fisik Terhadap
Pemulihan Pasien Pasca General
Anestesi Di Instalasi Perawatan Intensif
RSUD Dr. Soedono Madiun. Jurnal
Metabolisme, 2(1), 1–6.
Syarif, A., & Sunaryo. (2013). Farmakologi
dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI.
Texas Children’s Hospital. (2014). Procedural
Sedation. Evidence-Based Outcomes
Center, 1(1), 1–20.
Triyono, Titik, E., & Ana, R. (2017). Hubungan
Status Fisik (ASA) Dengan Waktu
Pencapaian Bromage Score 2 Pada
Pasien Spinal Anestesi Di Ruang
Pemulihan RSUD Kanjuruhan
Kepanjen Kabupaten Malang.
[Poltekkes Kemenkes Yogyakarta].
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/198/

Supriyatin, Siwi, & Rahmawati 324

You might also like