Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENGARUH CELAAN FISIK DI MEDIA SOSIAL TERHADAP REMAJA

DI INDONESIA

Kharismah Nurul Hasanah1, PutriFatimatuzzahroh2, Vina Heldy Amanda 3,


A.Nur Anisa Aprilia.R 4, Andi Sasabila Sanusi 5, Nurhikma Nabila6
1
Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Kalimantan
2
Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Kalimantan

Abstract

The development of technology today is increasingly accelerating the process of


disseminating information. This certainly makes human life easier. However, the
development of information technology can also have a negative impact if it is not
used properly. Currently, there are rampant cases of bullying such as physical
reproach, which is aggressive behavior that is often carried out by a person or group
of people who feel that they are the most powerful in this case, namely social media.
This kind of behavior has a bad impact on the victim, such as causing depression, to
the worst, which is causing death by suicide. Because of this, researchers are
interested in researching more about physical reproach on social media. In this study,
researchers wanted to find out how much influence physical reproach on social
media on adolescents in Indonesia. In this study, researchers wanted to find out how
much influence physical reproach on social media on adolescents in Indonesia. This
research uses qualitative research methods. Research using qualitative research
aims to understand the object under study in depth. In this study, we observed data
through previous studies and issues that occurred in society. The development of the
issue of physical detractory cases in Indonesia is the reason for holding this study
with the aim of finding out whether there is an influence experienced by victims,
especially adolescents in Indonesia. In order to find a solution to this problem.

Keywords : Technology, Bullying, Physical Reproach, Teens and Social Media.


Abstrak

Perkembangan teknologi saat ini semakin mempercepat proses penyebaran


informasi. Hal ini tentu mempermudah kehidupan manusia. Namun berkembangnya
teknologi informasi juga dapat memberikan dampak negatif jika tidak dimanfaatkan
dengan baik. Saat ini tengah marak kasus bullying seperti celaan fisik, yaitu perilaku
agresif yang sering dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa
dirinya paling kuat dalam hal ini yaitu media sosial. Perilaku seperti ini memiliki
dampak yang buruk terhadap korban seperti menyebabkan depresi, hingga yang
terparah yaitu menyebabkan kematian karena bunuh diri. Karena hal tersebut,
peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang celaan fisik di media sosial. Dalam
penelitian ini peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh celaan fisik di
media sosial terhadap remaja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan
untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam. Dalam penelitian ini kami
mengobservasi data melalui penelitian- penelitian yang terdahulu serta isu - isu yang
terjadi di masyarakat. Berkembangnya isu mengenai kasus pencelaan fisik di
Indonesia menjadi alasan diadakannya penelitian ini dengan tujuan untuk mencari
tahu apakah ada pengaruh yang dialami oleh korban khususnya remaja di Indonesia.
Guna mencari solusi atas permasalahan ini.

Kata kunci : Teknologi, Bullying, Celaan Fisik, Remaja dan Media Sosial.
PENDAHULUAN sehari-hari. Menurut Van Dijk (2013),
Celaan merupakan hasil dari media sosial merupakan sebuah
mencela berupa kecaman atau platform media yang berfokus pada
kritikan. Kata celaan digunakan saat eksistensi pengguna yang
seseorang tidak suka atau sependapat memfasilitasi mereka dalam
dengan ucapan, pandangan, tindakan beraktivitas maupun berkolaborasi.
dari lawan bicaranya. Namun, terjadi Oleh karena itu, media sosial dapat
kecenderungan bahwa kata celaan ini dilihat sebagai medium (fasilitator)
telah bergeser dari maknanya. Kata online yang menguatkan hubungan
celaan dianggap sebagai kata antar pengguna sekaligus sebagai
pemantas dalam pergaulan. sebuah ikatan sosial. Dengan kata
Akibatnya, tidak hanya dalam lain, media sosial mengajak siapa saja
kondisi mengecam atau mengkritik, yang tertarik untuk berpartisipasi
kata celaan tidak asing dan akrab dengan memberi kontribusi dan
dalam keseharian para remaja. feedback secara terbuka, memberi
(Kurniadi F, 2018). komentar, serta membagi informasi
Perlakuan celaan fisik dalam waktu yang cepat dan tak
merupakan pengalaman tidak terbatas. Media sosial terbagi menjadi
menyenangkan yang dialami beberapa jenis yang ditinjau dari fungsi
seseorang ketika bentuk tubuhnya atau kegunaannya. Jenis-jenis
dipandang sebagai sesuatu yang tersebut diantaranya adalah media
negatif oleh orang lain (Dolezal, 2015). sosial sebagai social networking
Perbuatan tersebut dapat berdampak (Facebook dan Twitter), media sharing
negatif bagi korban yang networks (Instagram dan Snapchat),
mengalaminya yang dapat Discussion Forum (Quora dan Reddit),
mengakibatkan korban menjadi serta Live stream social media
minder, kurang percaya diri dan (Youtube dan Twitch). Mayoritas
merasa terkucilkan dari lingkungan, pengguna media sosial di Indonesia
sehingga akan berpengaruh pada adalah remaja.
mental korban (Rachmah, 2018). Remaja adalah seseorang yang
Celaan fisik ini tanpa disadari marak berada pada kondisi transisi atau
terjadi di media sosial sekarang. peralihan dari masa kanak-kanak ke
Kehadiran media sosial saat ini masa dewasa yang ditandai dengan
telah menjadi bagian dalam kehidupan perubahan fisik dan psikologis.
Menurut Peraturan Menkes Nomor 25 PENELITIAN TERDAHULU
tahun 2014 menjelaskan bahwa Peneliti menggunakan
remaja adalah penduduk dengan usia beberapa landasan penelitian
10-18 tahun. Salah satu Jurnal Empati, terdahulu yang berasal dari skripsi
April 2016, Volume 5(2), 340-347 341 maupun jurnal. Penelitian terdahulu
transisi yang terjadi pada masa remaja merupakan salah satu referensi dasar
adalah perkembangan ketika melaksanakan sebuah
sosioemosional. Perkembangan penelitian. Karena penelitian terdahulu
sosioemosional remaja yaitu keinginan memiliki fungsi untuk memperluas dan
melepaskan diri secara emosional dari memperdalam teori yang akan dipakai
orang tua dalam rangka menjalankan dalam kajian penelitian yang akan
peranan sosial yang baru dalam dilakukan.
masyarakat. Terkait dengan hal Pada penelitian yang dilakukan
tersebut, remaja mengalami banyak oleh Abdul Sakban dengan judul
permasalahan emosional berupa “Tindakan Bullying di Media Sosial dan
gejala-gejala tekanan perasaan, Pencegahannya” dengan variabel
frustrasi, atau konflik internal maupun Tidankan Bulyying dan menggunakan
konflik eksternal pada diri individu. metode penelitian kuantitatif mengkaji
Remaja sangat rentan menjadi pelaku tentang tindakan bullying dapat
atau korban dalam kasus celaan fisik dilakukan melalui media seperti pesan
yang terjadi. text, gambar video, panggilan telepon,
Transisi zaman mempengaruhi e-mail, chat room, Instant Messaging
cara manusia bertindak. Dimana (IM), Situs Media Sosial, dan website.
sekarang celaan fisik sudah dianggap Tujuan yang ingin dicapai dalam artikel
hal yang lumrah di masyarakat, ini adalah untuk menjelaskan tindakan
khususnya di media sosial. Namun bullying di media social dan
tanpa disadari tidak semua orang pencegahan. Hasil studi menunjukkan
dapat menerima hal tersebut. Hal ini bahwa etika berinternet, peran orang
menjadi alasan kami meneliti apakah tua harus lebih intensif mengawasi
ada pengaruh celaan fisik yang terjadi perkembangan anaknya terhadap
di media sosial terhadap remaja di pengaruh media internet, aparatur sipil
Indonesia. Dengan harapan kepolisian rutin melakukan kampanye
munculnya solusi yang dapat “anti bullying” (stop bully) di sekolah,
membantu korban dalam isu ini. kampus/instansi dan masyarakat, dan
melibatkan organisasi sosial untuk mempunyai fungsi yang tergolong
mengawasi peredaran kejahatan signifikan ketika sedang mencari
cyberbullying. Cara mencegah dan informasi maupun data yang
mengurangi berbagai tindakan bullying dibutuhkan saat memecahkan
di media sosial dapat memaksimalkan berbagai suatu permasalahan yang
sikap etika berinternet, peningkatan memiliki tujuan untuk memberikan
peran orang tua lebih intensif, pihak sebuah solusi pada permasalahan
kepolisian rutin melakukan kegiatan tersebut.
sosialisasi dan penyuluhan anti Metodologi penelitian ini akan
bullying, dan organisasi sosial. Dalam tersusun dengan baik jika
melakukan represif polisi terhadap menyesuaikan kepada objek maupun
kejahatan tindakan bullying, harus subjek pada penelitian. Metodologi
berawal pada titik paling awal dalam yang kurang atau tidak tepat saat
penyelidikan ditentukan apa tujuan melakukan penelitian akan
utama investigasi dilakukan oleh menimbulkan sebuah kekacauan yang
pelaku terhadap korban. nantinya akan menyebabkan hasil
penelitian tersebut diragukan dengan
METODOLOGI PENELITIAN suatu data yang kurang valid serta
Metodologi penelitian tidak bisa dipertanggungjawabkan,
merupakan cara yang tersusun secara dikarenakan kekacauan yang telah
rapi dan teratur yang akan digunakan terjadi saat melakukan penelitian.
guna melakukan sesuatu pekerjaan Penelitian ini metodologi yang cocok
agar pekerjaan tersebut tercapai dalam penelitian kasus ini yaitu
sesuai jalannya rencana yang telah dengan menggunakan pendekatan
direncanakan, atau suatu cara yang etnografi.
telah tersistem dengan mudah ketika 3.1 Jenis Penelitian
dilaksanakan serta mencapai tujuan
Metode yang digunakan pada
yang telah ditentukan.
penelitian ini yaitu penelitian kualitatif.
Sedangkan pada pengertian
Penelitian kualitatif merupakan suatu
metodologi menurut partanto dan al
prosedur pada penelitian yang akan
barry yaitu suatu cara yang telah
menghasilkan data deskriptif seperti
tersusun secara sistematis guna
kalimat tertulis maupun secara lisan
memperoleh sesuatu yang telah
dari orang-orang serta perilaku sekitar
diinginkan. Metodologi penelitian ini
yang dapat diamati (moleong, 2007). celaan fisik yang terjadi di media sosial
Penelitian kualitatif jika masalah belum terhadap remaja di Indonesia.
jelas kemudian untuk mengetahui
3.5 Analisis Data
makna yang tersembunyi .
Proses menganalisis data
Pendekatan kualitatif ini peneliti
dilakukan setelah seluruh data
membuat suatu gambaran kompleks,
terkumpul. Analisis data dilakukan
meneliti kata-kata, laporan terperinci
dengan cara membaca, mempelajari,
dari pandang responden serta
menelaah dan membandingkan
melakukan studi pada situasi yang
berbagai sumber pustaka serta
dialami (creswell,1988:15). Pada
menginterpretasikan hasil analisis,
penelitian menggunakan penerapan
sehingga dapat menjawab semua
untuk mengambil kesimpulan
permasalahan. Tahap terakhir adalah
berdasarkan orientasi data sekunder
menarik kesimpulan dari
yang di dapatkan
permasalahan yang telah terjawab.
3.3 Sumber Data
PEMBAHASAN
Sumber data yang digunakan
Hasil penelitian menunjukan
pada studi ini adalah sumber data
bahwa yaitu keterlibatan dalam celaan
sekunder. Data sekunder dapat
fisik di media sosial berpengaruh
diperoleh dari pustaka yang
positif terhadap perilaku bullying di
menunjang seperti textbook, jurnal,
sekolah. Hal tersebut dapat terjadi
dokumentasi, data lembaga penelitian
karena semakin berkembangnya suatu
maupun data instansi terkait yang
zaman, dimana terdapat media
relevan.
sosial yang sangat mudah diakses
3.4 Teknik Pengumpulan Data membawa pengaruh positif maupun
negatif. sehingga untuk para remaja
Teknik pengumpulan data
sangat menjadi aktif dalam
melalui studi literal (studi
menggunakannya. Selain informasi
kepustakaan). Studi kepustakaan
positif yang bisa didapatkan para
dilakukan dengan cara mengumpulkan
pengguna media sosial khususnya
data-data berupa data sekunder yang
remaja di Indonesia, pastinya juga
berhubungan dengan topik dan
akan terpapar informasi negatif yang
masalah yang terkait dengan pengaruh
dapat diperoleh dari mana saja dan
oleh siapa saja. Bahkan, tidak perilaku dari masing-masing anggota
jarang mereka menemukan tindakan kelompok. Selain itu, bullying terjadi
bullying di internet yang dilakukan dalam konteks sosial di antara teman
oleh teman - temannya. Apabila sebaya yang nantinya mereka dapat
remaja cenderung memiliki sikap memaksa anggota kelompok atau
positif terhadap perilaku bullying, ia bahkan orang lain yang bukan dari
akan dengan senang hati bagian kelompok untuk ikut melakukan
mengikuti perilaku bullying tersebut. bullying. Jika orang yang
Dengan memiliki kecenderungan bersangkutan tidak ingin ikut
positif tersebut, akan membuat melakukan bullying ia akan mendapat
remaja memiliki persepsi bahwa ancaman dikeluarkan dari kelompok
orang lain akan setuju dengan atau pengucilan secara sosial.
perilakunya karena ia melakukan hal Faktor-faktor seperti kepercayaan
tersebut berdasarkan perilaku orang kepada anggota kelompok,
lain (mengikuti apa yang dilakukan kesepakatan yang ditetapkan dalam
oleh orang lain). Sehingga, semakin kelompok, ketaatan dan
tinggi keterlibatan dalam celaan fisik di penyesuaian anggota kelompok pada
media sosial yang dilakukan oleh aturan serta norma yang berlaku
remaja, maka akan semakin tinggi dalam kelompok dapat mempengaruhi
pula perilaku bullying yang ia lakukan tingkat konformitas masing-masing
di sekolah. Pada umumnya dampak anggota kelompok. Dengan kata
yang paling banyak terjadi akibat lain, semakin tinggi tingkat
pelaku celaan fisik pada remaja di konformitas dengan teman sebaya
Indonesia adalah munculnya kurang maka semakin tinggi pula perilaku
percaya diri yang pada akhirnya bullying yang akan para remaja
menimbulkan perasaan depresi, lakukan di sekolah.
kecemasan sosial, gangguan tidur,
rendahnya efikasi diri, kesepian, PENUTUP
keputusasaan dan ide bunuh diri. Perlakuan celaan fisik
Dari hasil penelitian juga telah merupakan pengalaman tidak
ditemukan bahwa sikap konformitas menyenangkan yang dialami
dapat membentuk dan mempengaruhi seseorang ketika bentuk tubuhnya
perilaku kasar partisipatif (bullying) dipandang sebagai sesuatu yang
yang diperkuat oleh penggabungan negatif oleh orang lain (Dolezal, 2015).
Celaan fisik ini tanpa disadari marak agar bisa mencegah kekerasan di
terjadi di media sosial sekarang. Cara sekolah.
manusia bertindak banyak dipengaruhi Selain di sekolah atau rumah,
oleh transisi zaman khususnya dalam kasus bullying yang kini juga marak
dunia media sosial. ada di media sosial. Untuk ini, KPPPA
Perlakuan celaan fisik di media dapat melakukan upaya dengan
sosial banyak memiliki dampak mengajak Kominfo memberikan
khususnya pada remaja di Indonesia pemahaman mengenai internet sehat.
seperti neurotisme yang lebih tinggi Bullying yang kini juga sudah
dan tanggung jawab yang lebih merambah hingga ke desa-desa harus
rendah, keterbukaan untuk berubah, ditangani dengan melibatkan peran
dan keramahan, serta dengan serta masyarakat. Karena itu, KPPPA
kehilangan kendali, perasaan marah, membuat model perlindungan anak
gejala stres, isolasi atau kecemasan terpadu berbasis masyarakat.
sosial, konflik keluarga, kecemasan Kepala-kepala desa diajak untuk
dan depresi melibatkan organisasi perempuan
untuk bergerak agar anak bisa
SARAN terawasi, terpantau, dan terlindungi.
Kasus bullying seperti celaan
fisik yang masih tinggi dan terus terjadi
DAFTAR PUSTAKA
di sekolah khususnya pada remaja di
Indonesia ini harusnya dapat dicegah Damayanti, A. F., & Santoso, H.
seperti Kementerian Pemberdayaan P. (2018). PENGARUH
Perempuan dan Perlindungan Anak KETERLIBATAN DALAM
(KPPPA) membuat sebuah CYBERBULLYING DI MEDIA SOSIAL
pendekatan dimana pendekatan ini DAN KONFORMITAS TEMAN
kemudian mendorong lahirnya sekolah SEBAYA TERHADAP PERILAKU
ramah anak. Deputi Perlindungan BULLYING DI SEKOLAH. Interaksi
Anak KPPPA Sri Danti Anwar Online, 6(3), 158-168.
mengatakan, di dalam pendekatan
tersebut salah satunya diisi dengan Kurniadi, F. (2018). Fenomena
program disiplin positif. Program ini Penggantian Fonem pada Kata Celaan
melibatkan para pendidik dan guru dari
tingkat SD sampai SMA untuk dilatih
di Kalangan Remaja. Deskripsi
Bahasa, 1(1), 40-43.

Sakban, A., Sahrul, S.,


Kasmawati, A., & Tahir, H. (2018).
Tindakan bullying di media sosial dan
pencegahannya. JISIP (Jurnal Ilmu
Sosial dan Pendidikan), 2(3).

Rachmah, E., & Baharuddin, F.


(2019). Faktor pembentuk perilaku
body shaming di media sosial. In
Prosiding Seminar Nasional & Call
Paper Psikologi Sosial (pp. 66-73).

Soehartono, I. (2011). Metode


penelitian sosial: suatu teknik
penelitian bidang kesejahteraan sosial
dan ilmu sosial lainnya. Tesis KOMI,
51. Dapus metodologi yagesya..

You might also like