Professional Documents
Culture Documents
5674 375 28538 1 10 20230103 PDF
5674 375 28538 1 10 20230103 PDF
net/publication/366528116
CITATIONS READS
0 28
2 authors, including:
Ilham Rabbani
Universitas Gadjah Mada
12 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ilham Rabbani on 03 January 2023.
Abstract Keywords:
The Kappa by Ryunosuke Akutagawa tells about the life of the kappa, a mythological Akutagawa; Kappa; The-
creature that met "I" on his climbing journey. "I" character stumbled, then found broken-rules; Possible-world;
himself already in the kappa world. This research will answer: first, how is the Ryan
reflection of the real world and the possible-world in Kappa's novel?; second, how
many of the rules that describe one world are broken by the other? This research used
Marie-Laure Ryan's narrative or possible-world concept as the main theory. The
method used in this research is descriptive-qualitative. This research concluded two
things: first, in the Kappa novel, the dominant condition of the kappa world is Article Info:
described as a possible-world that has an advanced culture, which is pretty similar to First received: 01 April 2022
what Japan experienced in the 1920s in the real world; and second, the rules that each Available online: 30 Nov 2022
species breaks (humans and kappa), from the real world to the kappa world, are not
explained in detail, except for the part when the "I "is about to return to the human
world. Unfortunately, the explanation is still not detailed because it is a transition
chapter (from "Part XVI" to "Part XVII"). Also, at the opening of the narration "Part
XVII", the narrator has lived an ordinary life (before experiencing symptoms of
madness) in the human world. These broken rules happen at the beginning and end
of the novel, which means framing the events of the "I "long experience in the kappa
world, where he finds a world that is no less vast than the world that humans live
inside.
1
berdasarkan kepercayaan orang Jepang. Akan menambah keberagaman perspektif
tetapi, kappa-kappa yang ada di dalam novel terhadap salah satu karya sastra penting di
Kappa, justru lebih dari kappa yang biasa Jepang, khususnya dengan memberikan
dibayangkan, karena mereka mempunyai perhatian lebih atau berfokus pada
dunia sendiri seperti dunia manusia Jepang. kemungkinan novel tersebut dipandang
Kisah ini diceritakan oleh seorang pasien dari sebagai teks yang menghadirkan
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di luar kota Tokyo kemungkinan dunia lain, atau lebih familiar
kepada orang-orang yang mengunjunginya. sebagai “dunia-mungkin” (possible-world).
Kisahnya berawal tatkala sang pasien Pisau analisis yang dirasa relevan untuk
mendaki gunung Hadaka melalui Lembah memecahkan permasalahan sebagaimana
Azusagawa. Ia bertemu dengan kappa pertama telah dipaparkan sebelumnya ialah teori
kali dalam hidupnya di tempat tersebut, lantas naratologi yang dikembangkan oleh Marie-
memutuskan untuk mengejarnya. Laure Ryan (dalam Bell & Ryan, 2019), atau
Sesampainya di suatu tempat dengan rumput dalam penelitian ini disebut teori possible-
bambu yang tinggi, kappa yang dikejarnya world. Pembahasan akan bergerak ke arah
melompat dan ia pun turut melompat penjelasan mengenai eksistensi dari
mengejarnya. Nahas, setelah melompat, masing-masing dunia dalam novel Kappa,
tokoh-aku terjatuh ke dalam sebuah lubang yakni dunia nyata (actual world; disingkat
hingga kehilangan kesadarannya. Saat “AW”) dan dunia-mungkin (possible-world;
tersadar kembali, ia telah berada di dunia disingkat “PW”), yang kedua dunia tersebut
kappa dengan dikelilingi kappa-kappa yang dibangun oleh cerita dari para tokoh atau
menolongnya. sang narator. Akan tetapi, pembahasan
tidak akan berhenti di titik tersebut, sebab
Novel Kappa tidak hanya menjadi
dalam novel Kappa ditemukan aspek
pembicaraan para sastrawan dan kritikus-
menarik lainnya untuk ditelisik. Aspek
kritikus sastra di media massa (koran,
tersebut adalah adanya “pelanggaran-batas”
majalah, dan sebagainya), sebab di ranah
antardunia (AW dan PW)—sebagaimana
akademik, Kappa pun masih banyak diteliti
disinggung di awal, bahwa tokoh-aku
dalam perspektif yang beragam oleh para
terjatuh ke dalam lubang hingga kehilangan
akademisi sastra secara khusus, seperti yang
kesadarannya, dan ketika tersadar, ia telah
dilakukan oleh Koon-ki (1993), Foster (1998),
berada di dunia kappa, yang sama sekali bukan
Sari, (2008), Setiowati & Wardani (2016),
dunia nyata yang dikenal manusia. Dunia
Poluan (2018), dan Krisna (2018). Akan
kappa tersebutlah yang dapat dilihat berposisi
tetapi, Kappa sebagai teks sastra sering kali
sebagai dunia-mungkin. Oleh sebab itulah,
dianalisis menggunakan pendekatan yang
penelitian ini juga akan berupaya menjelaskan
memberikan sedikit ruang bagi
terjadinya pelanggaran-batas antardunia di
pembedahan struktur internal teks. Sebagai
dalam novel Kappa.
contoh, dalam penelitian-penelitian yang
disebutkan sebelumnya, hanya penelitian Berdasarkan paparan-paparan tersebut,
Foster (1998) yang berfokus pada aspek maka dapat dirumuskan pertanyaan
intrinsik (tokoh dan penokohan karakter penelitian: pertama, bagaimanakah gambaran
kappa). dunia nyata dan dunia-mungkin dalam novel
Kappa karya Akutagawa?; kedua,
Penelitian ini, sejatinya akan berfokus
bagaimanakah pelanggaran-batas antardunia
kembali ke struktur/komponen dari teks
terjadi dalam novel tersebut? Sejalan dengan
Kappa sebagai karya otonom, yakni aspek
pertanyaan penelitian, tujuan dari penelitian
latar atau dunia-nya, dalam rangka
ini ialah menjelaskan gambaran dunia nyata
mendapatkan pemahaman atau pemaknaan
dan dunia-mungkin dalam novel Kappa,
baru. Hal itu sekaligus diharapkan dapat
2 Possible-World dan Pelanggaran-Batas Antardunia dalam Novel Kappa Karya Ryunosuke Akutagawa
sekaligus menjelaskan pelanggaran- berfokus melihat Kappa sebagai possible-
pelanggaran-batas yang terjadi di dalamnya. world menggunakan teori naratologi yang
dikembangkan oleh Ryan.
Beberapa penelitian terdahulu yang
memiliki relevansi dengan penelitian ini
ialah penelitian Setiowati & Wardani (2016),
KERANGKA TEORI
Poluan (2018), dan Krisna (2018). Pertama,
penelitian Setiowati & Wardani (2016) Sebagai salah satu genre dari karya
berfokus pada pemahaman paralelisme sastra, prosa juga kerap disebut sebagai
yang digunakan dan alasan penggunaan fiksi, teks naratif, atau wacana naratif (dalam
kappa sebagai alegori, alih-alih pendekatan struktural dan semiotik). Istilah
memproyeksikan masalah dengan karakter fiksi dalam pengertian ini berarti cerita
manusia. Setelah pembuktian bahwa rekaan atau cerita khayal. Hal itu
karakter yang ada dalam Kappa adalah disebabkan fiksi merupakan karya naratif
alegori dari masyarakat Jepang, Setiowati & yang isinya tidak menyarankan pada
Wardani selanjutnya manganalisis kebenaran faktual atau sesuatu yang benar-
kapitalisme sebagai ideologi yang bekerja benar terjadi (Abrams dalam Nurgiyantoro,
dalam dunia kappa dan masyarakat Jepang 2019: 2). Karya fiksi, dengan demikian
pada tahun 1920-an. Kedua, penelitian menunjuk pada karya yang menceritakan
Poluan (2018) bertujuan mengetahui: situasi sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, atau
kesenian, kebudayaan, dan situasi yang tidak ada dan terjadi sungguh-
masyarakat Jepang pada era restorasi Meiji sungguh sehingga tidak perlu dicari
melalui isi novel Kappa. Penelitian tersebut kebenarannya pada dunia nyata. Istilah fiksi
menggunakan pendekatan mimetik. Ketiga, sendiri sering dipergunakan dalam
penelitian Krisna (2018) berfokus pada pertentangannya dengan realitas—sesuatu
analisis pergeseran bentuk dan makna yang benar ada dan terjadi di dunia nyata,
dalam Kappa dari bahasa Jepang ke bahasa sehingga kebenarannya pun dapat
Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan dibuktikan dengan data empiris.
mengetahui pergeseran bentuk dan makna
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, serta Hal yang sering dipermasalahkan orang-
teknik penerjemahan yang digunakan orang adalah kebenaran dalam fiksi. Dalam
untuk menjaga padanan kata dalam bentuk hal ini, kebenaran dalam fiksi dengan
dan makna. kebenaran di dunia nyata haruslah
dibedakan. Kebenaran dalam fiksi tidak
Perbedaan antara penelitian ini dengan harus sejalan dengan kebenaran yang
penelitian yang dilakukan Setiowati & berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran
Wardani telah disinggung secara selintas dari segi hukum, moral, agama, logika, dan
pada bagian awal tulisan ini. Secara sebagainya. Kebenaran sebuah cerita fiksi
sederhana, penelitian tersebut melihat teks yang baik adalah kemungkinan,
Kappa sebagai representasi dari pandangan probabilitas, atau kemasukakalannya (Adler
pengarang dan representasi masyarakat & Doren, 2012: 233).
Jepang. Hal tersebut juga terjadi dalam
penelitian Poluan, yang melihat Kappa Teori dunia-mungkin (possible-world)
sebagai potret masyarakat Jepang pada era sendiri didefinisikan sebagai, “… the ways
restorasi Meiji. Terakhir, terdapat the world might have been or will be, is a
perbedaan signifikan antara penelitian ini thinking tool by which humans form
dengan penelitian Krisna, sebab apabila hypothesis about the past or future statue of
penelitian tersebut berfokus pada affairs and formulate corresponding plans
penerjemahan Kappa dari bahasa Jepang ke of action.” (Zhang, 2010). Possible-world
bahasa Indonesia, maka penelitian ini dikelompokkan ke dalam “postclassical
4 Possible-World dan Pelanggaran-Batas Antardunia dalam Novel Kappa Karya Ryunosuke Akutagawa
The gist of my proposal is the idea that oleh Ryan (2019: 62–87), yang meliputi jarak
the semantic domain of fictional (distance), ukuran (size), dan kelengkapan
works does not merely comprise a ontologis (ontological completensess).
singular possible-world but Pembahasan distance merujuk pada
encompasses an entire modal system, keberjarakan antardunia (AW dan PW),
the textual universe, centered around sementara size berbicara mengenai teks-
its own actual world—which I call the teks lain yang membentuk story-world, dan
textual actual world (TAW). ontological completeness menjelaskan
kelengkapan ontologis yang dibentuk oleh
“Sistem modal” yang dimaksudkan Ryan
distance dan size dari dunia-mungkin. Oleh
dapat dipahami melalui penjelasan berikut.
sebab itulah, lantaran penelitian ini hanya
Dasar teori possible-world adalah gagasan
berusaha menemukan gambaran
bahwa realitas merupakan alam semesta
antardunia, maka hanya dipergunakan
yang terdiri dari sejumlah elemen yang
konsep distance dalam proses analisisnya—
berbeda. Alam semesta ini terstruktur
pencarian gambaran masing-masing dunia,
secara hierarkis oleh oposisi dari satu
termasuk juga pelanggaran-batas-nya,
elemen yang ditunjuk dengan baik, yang
hanya memerlukan pemahaman mengenai
berfungsi sebagai pusat sistem, untuk
kondisi keberjarakan antara AW dan PW,
semua anggota himpunan lainnya. Struktur
dan bukan teks-teks lain yang
yang dihasilkan dikenal sebagai “sistem
membentuknya ataupun kondisi
modal”, atau “model-M” dalam terminologi
kelengkapan ontologisnya.
Kripke (dalam Herman et al., 2005: 590).
Elemen sentral umumnya ditafsirkan Ryan (2019: 65) menjelaskan bahwa
sebagai “dunia nyata”, dan satelit hanya distance adalah jarak antara dunia aktual
sebagai dunia-yang-mungkin (possible- dengan dunia cerita, dengan titik acuan di
world)—agar dunia menjadi mungkin, ia dalamnya adalah penentangan terhadap
harus dihubungkan ke pusat oleh sesuatu satu dunia aktual (dunia manusia), dan yang
yang disebut “hubungan aksesibilitas” menentukan pengalaman hidup dengan
(Ryan dalam Herman et al., 2005: 590). banyaknya kemungkinan dunia nonaktual.
Sebagai standar perbandingan sekaligus
Teori kemungkinan-dunia dari logika
sebagai gagasan utama dari distance, jarak
modal, sebagaimana yang dijelaskan Ryan,
dari dunia aktual dengan story-world
menyediakan sumber teoretis yang
diukur dengan “aturan-ontologis”, yakni
memungkinkan naratologi untuk mengatasi
yang menentukan apa yang dapat
masalah fiksi yang dulu diabaikan, seperti
ditemukan dan yang tidak ditemukan dalam
hubungan fiksi dengan kenyataan,
story-world.
pembedaan jenis wacana, dan pengalaman
dunia fiksi (Zhang, 2010). Possible-world Keseluruhan dari distance antara dunia
akhirnya memungkinkan peneliti untuk aktual dengan story-world bergantung pada
merujuk pada objek yang tidak ada di dunia seberapa banyak aturan yang dilanggar oleh
nyata, dan melegitimasi keberadaan entitas, salah satu dunia (Ryan, 2019: 65). Sebagai
properti, dan keadaan yang tidak aktual contoh, dalam dongeng dapat ditemukan
dengan merujuk nilai kebenarannya ke sihir, peri, hewan yang berbicara, yang
dunia-yang-mungkin (Zhang, 2010). notabene dalam aturan hukum alam dunia
nyata tidak dapat ditemukan. Dalam
Sejalan dengan tujuan penelitian ini
hubungan dua dunia ini, yang diatur oleh
yang hendak menemukan gambaran dunia
aturan ontologis, disebut sebagai
dalam novel Kappa karya Akutagawa, maka
“hubungan-aksesibilitas”, dan jarak dunia
perlu diperhatikan properti dasar dari dunia
aktual dengan story-world menjadi fungsi
cerita (story-world) yang diperkenalkan
dari jumlah hubungan aksesibilitas.
6 Possible-World dan Pelanggaran-Batas Antardunia dalam Novel Kappa Karya Ryunosuke Akutagawa
Saat tersadar kembali, ia telah berada di diyakini keberadaannya oleh masyarakat
dunia kappa dengan dikelilingi kappa-kappa Jepang (Foster, 2015: 293; Meyer, 2015: 29–32;
yang menolongnya. Kappa sendiri merupakan dan Purnomo, 2019: x).
mahkluk mitologi yang menghuni sungai-
Tokoh-aku menilai bahwa dunia kappa
sungai berdasarkan kepercayaan orang
yang ditemuinya memiliki tingkat kemiripan
Jepang. Akan tetapi, kappa-kappa dalam novel
yang tinggi dengan dunia manusia, bahkan
Kappa, justru lebih dari kappa yang biasa
jika dicermati teknologi-teknologinya, bisa
dibayangkan, karena mempunyai dunia
melampaui peradaban Jepang era 1920-an:
sendiri seperti dunia manusia Jepang. Kisah ini
dicerita oleh seorang pasien (tokoh-aku) dari Tentu saja kebudayaan kappa tidak
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di luar kota Tokyo banyak berbeda dengan kebudayaan
kepada orang-orang yang mengunjunginya. manusia–setidaknya kebudayaan
manusia Jepang. Umpamanya, di salah
Bukannya berusaha kembali ke dunia
satu pojok kamar tamu yang menghadap
manusia ketika tersadar, tokoh-aku justru
ke jalan, ada sebuah piano dan di
memilih melakukan persentuhan dengan
dinding ruangan itu ada sebuah lukisan
berbagai komponen atau unsur kebudayaan
sketsa yang diberi bingkai. (Akutagawa,
dari para kappa sendiri. Persentuhannya
2016: 10–11)
dengan dunia kappa-lah yang kemudian
dikisahkan oleh sang narator, sekaligus Dunia manusia atau konteks Jepang yang
mengisi hampir keseluruhan narasi novel disebutkan oleh tokoh-aku tersebut, hanya
Kappa—kecuali “Bagian I” dan “Bagian XVII” diberikan sedikit gambaran mengenainya.
yang memberikan sedikit gambaran mengenai Gambaran itu pun hanya berkaitan dengan
dunia manusia (AW). pengalaman pendakian tokoh-aku pada
“Bagian I” (Akutagawa, 2016: 5–8) dan kondisi
Perlu ditegaskan bahwa istilah “dunia
perawatannya sekembali dari dunia kappa
nyata”, “dunia manusia”, “pusat dunia”, atau
pada “Bagian XVII” (Akutagawa, 2016: 79–83).
“actual world (AW)” yang dirujuk dalam
pembahasan ini adalah dunia yang manusia Di luar kedua bagian novel tersebut, tidak
tinggali secara umum, atau pada beberapa ditemukan lagi penggambaran lebih luas dan
bagian juga mengerucut ke konteks negara detail mengenai konteks Jepang secara khusus
Jepang. Pemilihan konteks Jepang berdasar atau dunia manusia secara umum. Dalam
pada kutipan yang menyatakan bahwa sang “Bagian I”, hanya berisi kondisi berkabut dari
narator pertama—sebelum beralih ke tokoh- gunung Hadaka dan Lembah Azusagawa yang
aku selaku narator kedua yang melanggar- dilalui tokoh-aku dalam pendakiannya.
batas menuju dunia kappa—menemui pasien Sementara itu, pada “Bagian XVII” hanya
no. 23 (narator kedua) di luar Kota Tokyo, yang digambarkan kondisi kesehatan mental tokoh-
tidak lain merupakan tempat perawatannya: aku di “RSJ S di desa ... di luar Kota Tokyo”,
beserta penyebab kegilaan yang dialaminya: ia
Tetapi jika kau tidak puas dengan
mengalami kegagalan perusahaan
catatan-catatanku ini, datang sendiri
(kebangkrutan).
sajalah ke rumah sakit jiwa S di desa ... di
luar Kota Tokyo. Pasien no. 23 akan Selanjutnya, dari “Bagian II” hingga “Bagian
memberi salam kepadamu dengan XVI”, novel Kappa berisi penggambaran
membungkuk rendah dan menyilakan mengenai kondisi dunia kappa yang ditemui
duduk di sebuah kursi yang keras. tokoh-aku pascainsiden terperosok di Lembah
(Akutagawa, 2016: 4) Azusagawa. Peradaban di dunia kappa
digambarkan tidak kalah luas dengan
Pemilihan konteks Jepang diperkuat dengan
manusia (dikelola sedemikian rupa),
keberadaan dunia kappa dalam novel, yang
dengan kappa sebagai makhluk yang
notabene merupakan salah satu makhluk yang
1
menghuni, atau dapat ditemukan di dunia tertentu dalam
Istilah “spesies” digunakan oleh Bell & Ryan (2019: konteks possible world.
22) untuk merujuk pada makhluk-makhluk yang hidup,
8 Possible-World dan Pelanggaran-Batas Antardunia dalam Novel Kappa Karya Ryunosuke Akutagawa
dicermati kembali lewat perjalanan yang ditinggali para kappa. Rangkaian pelanggaran-
dilalui oleh tokoh-aku, yakni berawal tatkala batas tersebut terdapat dalam kutipan:
sang pasien yang mendaki gunung Hadaka
Aku melihat ke belakang dan untuk
melalui Lembah Azusagawa., dan kemudian
pertama kalinya selama hidupku aku
bertemu kappa untuk pertama kalinya dalam
melihat kappa!
hidup. Ia yang mengejar kappa tersebut,
sesampai di suatu tempat dengan rumput …
bambu yang tinggi, mendapati kappa yang
dikejarnya melompat dan ia pun turut “Sekarang aku dapat menangkapnya,”
melompat untuk mengejar sosok kappa. kataku kepada diri sendiri. Aku terus
Sayangnya, setelah melompat, tokoh-Aku turut melompat ke rumput bambu.
terjatuh ke dalam sebuah lubang hingga Tetapi rupanya ada suatu lubang, atau
kehilangan kesadarannya. entah apa, yang tidak tampak olehku.
Belum aku menyentuh kulit kappa yang
Saat tersadar kembali, ia telah berada di halus itu, aku telah terjatuh dengan
dunia kappa dengan dikelilingi kappa-kappa kepala terlebih dulu ke dalam kegelapan
yang menolongnya. Ia dirawat dan menjadi yang kelam. … Dan kemudian—ya, aku
penduduk yang dilindungi secara istimewa di tidak ingat apa yang kemudia terjadi.
dunia kappa, dunia yang jalanan, pertokoan,
bangunan, hingga budayanya mirip dengan …
Jepang. Tokoh-Aku benar-benar percaya Ketika aku sadar kembali, aku terlentang
dengan dunia kappa karena dia sendiri hidup dengan dikelilingi oleh banyak kappa.
bersama kappa-kappa yang biasanya hanya (Akutagawa, 2016: 6–9)
diceritakan dalam buku-buku lawas tentang
yōkai atau cerita lisan.
Sebagaimana telah disinggung, masuknya Bagaimana proses peralihan yang dialami
tokoh-aku ke dunia kappa berawal tatkala oleh masing-masing spesies—baik kappa
mendaki gunung Hadaka melalui Lembah maupun manusia—tatkala melewati batas
Azusagawa. Ia mengejar kappa yang ia temui di antardunia, tidak dijelaskan secara detail
tempat tersebut, namun nahas terperosok ke dalam novel Kappa. Tidak ada penanda
dalam sebuah lubang, hingga akhirnya saat semacam bentuk sekat dunia (gerbang atau
tersadar kembali, ia mendapati dirinya telah batas dimensi), lorong waktu, dan sebagainya
berada di dunia kappa dengan dikelilingi yang memperjelas proses pelanggaran-batas.
kappa-kappa yang menolongnya. Kehadiran kappa ke dunia manusia
digambarkan begitu saja oleh tokoh-aku,
Keberadaan kappa yang ia temui di hutan sementara perjalanan dirinya ke dunia kappa
(pendakian) tersebut, menandai pelanggaran- dilalui dalam ketidaksadaran yang bermula
batas pertama di dalam novel. Terjadinya dari keterjatuhan yang membawanya ke
pelanggaran-batas tersebut berupa kehadiran lubang gelap yang diiringi kilat halilintar
satu spesies ke dunia yang ditempati oleh (Akutagawa, 2016: 8). Akan tetapi, peristiwa
spesies lain, yakni spesies kappa dari dunia lain peralihan dunia yang dialami oleh narator
(bukan AW) yang memasuki dunia manusia bukanlah kejadian satu-satunya.
itu sendiri (AW). Adapun pelanggaran-batas
kedua merupakan rangkaian dari peristiwa Berdasarkan keterangan dari para kappa
tersebut, yakni ketika tokoh-aku terperosok ke setelah ia bisa memahami bahasa mereka,
dalam lubang dan mendapati dirinya telah tokoh-aku menerjemahkan ke dalam bahasa
berada di dunia kappa: spesies berwujud manusia kisah-kisah dari kejadian tersebut:
manusia memasuki dunia yang utamanya
Bagaimanapun juga, sudah banyak
manusia yang telah mengunjungi negeri
10 Possible-World dan Pelanggaran-Batas Antardunia dalam Novel Kappa Karya Ryunosuke Akutagawa
batas ketiga ini, prosesnya digambarkan mengalami rasa jijik yang hebat ketika melihat
sedikit lebih detail dibandingkan beberapa orang-orang yang tidak lain merupakan
pelanggaran-batas sebelumnya. Proses makhluk yang sespesies dengan dirinya—ia
peralihan dari dunia kappa ke dunia manusia jijik karena rupa, aroma, dan sebagainya dari
tersebut digambarkan dalam kutipan: manusia. Ia kemudian mengalami mual,
bahkan akhirnya dianggap mengalami gejala
Kappa tua itu memandang aku dengan
kegilaan. Puncaknya adalah ia dimasukkan ke
mata yang cermelang dan memancarkan
RSJ, tempat dari narator pertama dalam novel
keremajaan. Perlahan-lahan ia berdiri,
menemuinya dan kemudian mengetahui
berjalan ke pojok, menarik seutas tali
kisah berdasarkan lisan dari tokoh-aku (pasien
yang tergantung dari langit-langit dan
no. 23) (Akutagawa, 2016: 79–80).
membuka seberkas cahaya langit yang
belum pernah kulihat. Melalui lubang Dalam “kegilaan” dan ketidaknyamanan
cahaya langit yang pudar itu, aku dapat tinggal di dunia manusia lagi (di RSJ), di saat itu
melihat cabang-cabang pohon cemara pula para kappa datang mengunjunginya,
dan jauh di atasnya langit cerah dan yang notabene menandai peristiwa
terang benderang. Aku juga mellihat pelanggaran-batas keempat:
Gunung Yarigadake yang puncaknya
Pada suatu sore yang mendung seperti
menjulang ke langit seperti anak panah
sekarang, ketika aku sedang terbenam
yang mencongak ke luar. Aku melompat
dalam kenangan kepada negeri kappa,
seperti anak-anak karena kegirangan
aku dikagetkan oleh kappa yang
melihat sebuah kapal terbang di
menjulurkan kepalanya di hadapanku.
angkasa.
Ternyata itu Nelayan Bag. Setelah
“Sekarang Anda dapat keluar melalui menguasai diri, aku tak ingat benar
lubang angina itu,” kata kappa tua itu, apakah ketika itu aku tertawa atau
menunjuk tali yang tadi nampak seperti menangis, tetapi pasti aku sangat terharu
tali biasa tetapi sekarang mirip seperti tali karena aku dapat berbicara Bahasa
tangga. kappa lagi setelah begitu lama, aku
bertanya:
…
“Apa kabar, Bag, apa yang telah
Sesaat berikutnya aku memanjat tangga
membawamu ke mari?” (Akutagawa,
tali; makin lama makin jauh dari kepala
2016: 81)
kappa tua yang cekung itu. (Akutagawa,
2016: 77–78)
12 Possible-World dan Pelanggaran-Batas Antardunia dalam Novel Kappa Karya Ryunosuke Akutagawa
Akutagawa, R. (2016). Kappa. Jakarta: KPG. Nurgiyantoro, B. (2019). Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Bell, A., & Ryan, M.-L. (2019). Possible
Worlds Theory and Contemporary Poluan, D. M. (2018). Analisis Novel Kappa
Narratology. Lincoln & London: Karya Ryunosuke Akutagawa. Manado.
University of Nebraska Press.
Purnomo, A. R. P. (2019). Cerita Rakyat
Faruk. (2017). Metode Penelitian Sastra. Jepang: Dari Hokkaido Sampai
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Okinawa. . Surabaya: UNAIR Press.
Foster, M. (2015). The Book of Yokai. Ryan, M.-L. (1992). Possible Worlds in
California: California University Press. Recent Literary Theory. Style, 26(4),
528–553.
Foster, M. D. (1998). The Metamophosis of
the Kappa Transformation of Folklore Ryan, M.-L. (2019). From Possible Worlds to
to Folklorism in Japan. Asian Folklore Storyworlds. In A. Bell & M.-L. Ryan
Studies, 57(1), 1–24. (Eds.), Possible Worlds Theory and
Contemporary Narratology. Lincoln &
Fukue, N. (2012). Literary Awards Run
London: University of Nebraska Press.
Spectrum: Akutagawa, Naoki Top in
Prestige but Others May Pay More. Ryan, M.-L., & Bell, A. (2019). Introduction:
Possible Worlds Theory Revisited. In A.
Herman, D., Jahn, M., & Ryan, M.-L. (2005).
Bell & M.-L. Ryan (Eds.), Possible
The Routledge Encyclopedia of
Worlds Theory and Contemporary
Narrative Theory. London: Routledge.
Narratology. Lincoln & London:
Koon-ki T., H. (1993). Kappa as a Dystopian: University of Nebraska Press.
A Study of Akutagawa’s Anti-Utopian
Sari, L. P. (2008). Analisis Konsep Utopia
Thought. NOAG, 153(1), 45–62.
dalam Novel Kappa Karya Akutagawa
Krisna, N. P. A. (2018). Pergeseran Bentuk Ryunosuke. Jakarta Barat.
dan Makna Terjemahan dalam Cerpen
Setiowati, R. V., & Wardani, E. D. (2016).
Kappa Karya Akutagawa Ryunosuke.
Capitalism as an Ideology Criticized
Jurnal Humanis, 22(4), 1009–1017.
through Allegory in Ryunosuke
Mack, E. (2004). Accounting for Taste: The Akutagawa’s Kappa. Jurnal of Language
Creation of the Akutagawa and Naoki and Literature, 16(2), 178–200.
Prizes for Literature. Harvard Journal of
Taylor, S. J., Bogdan, R., & DeVault, M. L.
Asiatic Studies, 64(2), 291–340.
(2016). Introduction to Qualitative
Meyer, M. (2015). The Night Parade of One Research Methods. New Jersey: John
Hundred Demons a Field Guide of Wiley & Sons, Inc.
Japanese Yōkai. United States:
Yoshida, S., Takeda, K., & Katsuhiko, K.
Matthew Meyer.
(1972). 芥川文学 : 海外の評価. Tokyo:
Napier, S. J. (2005). The Fantastic in Modern Waseda University Press.
Japanese Literature. New York: Taylor
Zhang, X. (2010). Framing Possible-Worlds
& Francis e-Library.
Narratology. Comparative Literature:
East & West, 13(1), 143–153.