Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DALAM MASALAH

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA PADA KASUS PIDANA

Oleh:
Kezia Adeline Suraninta Br Sinuhaji 1)
John Pieri 2)
Manotar Tampubolon 3)
Universitas Kristen Indonesia, Jakarta 1,2,3)
E-mail:
keziasuraninta@gmail.com 1)
pdh@uki.ac.id 2)
justitie234@gmail.com 3)

ABSTRACT
This study aims to determine the form of legal protection for women in the issue of
enforcing human rights (HAM) in criminal cases. Discrimination experienced by women in
criminal cases is an important concern in the issue of human rights enforcement. A form of
inhuman and degrading treatment and human dignity is verbal violence including sexual
abuse and physical violence. This form of torture involves utilizing female sexuality and
reproductive organs in the form of prostitution and rape. Women facing criminal cases are
still subjected to violence and are deprived of their dignity and dignity as human beings
which is carried out precisely by law enforcement officials (APH). The state must protect it
through strict legal policies to protect women's rights in an emancipatory legal
perspective. For the success of legal protection of women, of course, it must be supported
by all partiesFrom this explanation, it can be concluded, that attention to legal protection
of women in criminal cases, namely women as reported, suspects, defendants, or convicted
of the implementation of legal protection against women has not been fully achieved as
expected. Legal protection of women in criminal cases is important to pay attention to
because women also have rights attached to them that must be protected.
Keywords : Legal Protection, Women, Criminal Law

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap perempuan
dalam masalah penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) pada kasus pidana. Diskriminasi yang
dialami perempuan pada kasus pidana menjadi perhatian penting dalam masalah penegakan
HAM. Bentuk perlakuan yang tidak manusia dan merendahkan harkat dan martabat manusia
yaitu kekerasan verbal termasuk didalamnya pelecehan seksual dan kekerasan fisik. Bentuk
dari penyiksaan tersebut dengan memanfaatkan organ seksualitas dan reproduksi perempuan
berupa penelanjangan dan pemerkosaan. Perempuan yang berhadapan dengan kasus pidana
masih mengalami kekerasan serta direnggut harkat dan martabatnya sebagai manusia yang
dilakukan justru oleh Aparat Penegak Hukum (APH). Negara harus melindunginya melalui
kebijakan hukum yang ketat untuk melindungi hak-hak perempuan dalam perspektif hukum
emansipatif. Untuk keberhasilan perlindungan hukum terhadap perempuan ini tentunya harus
didukung oleh semua pihakDari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan, bahwa
perhatian terhadap perlindungan hukum terhadap perempuan pada kasus pidana, yaitu
perempuan sebagai terlapor, tersangka, terdakwa, ataupun terpidana pelaksanaan
perlindungan hukum terhadap perempuan belum sepenuhnya tercapai seperti harapan.

664 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DALAM MASALAH PENEGAKAN HAK


ASASI MANUSIA PADA KASUS PIDANA
Kezia Adeline Suraninta Br Sinuhaji 1), John Pieri 2), Manotar Tampubolon 3)
Perlindungan hukum terhadap perempuan pada kasus pidana penting untuk diperhatikan
karena perempuan juga memiliki hak-hak yang melekatpada dirinya harus dilindungi.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Perempuan, Hukum Pidana

1. PENDAHULUAN 1.149 kasus, Not Applicable/Not


Dalam kehidupan bermasyarakat,
Available/No Answer (NA) 22 kasus,
berbangsa dan bernegara kaum
total 4.577 kasus. Ranah publik secara
perempuan kerap dipandang sebagai
fisik 65 kasus, psikis 691 kasus,
pihak yang inferior dan kaum laki-laki
ekomoni 157 kasus, seksual 1.051
dipandang sebagai pihak yang superior.
kasus, NA 11 kasus, total 1.975 kasus.
Perempuan masih sering dianggap pihak
Ranah negara fisik 7 kasus, psikis 32
yang memiliki posisi lemah, berbeda
kasus, ekonomi 10 kasus, seksual 4
dengan laki-laki yang dipandang lebih
kasus, NA 0, total 53 kasus. Total secara
kuat dan mampu dalam berbagai situasi
fisik 972 kasus, psikis 2.709 kasus,
dan kondisi. Hal ini, berimbas
ekonomi 687 kasus, seksual 2.204, NA
menjadikan perempuan objek
33 kasus, total keseluruhan 6.605 kasus.
ketidakadilan dalam masyarakat.
Presentasi data pada tahun 2020 dalam
Terdapat beberapa hal yang menjadi
bentuk fisik 22%, psikis 40%, ekonomi
faktor yang mempengaruhi anggapan
12%, seksual 26%, NA 0%, total 100%.
ini, seperti kultur, budaya atau adat-
Sedangkan presentasi data tahun 2021
istiadat, ekonomi, politik, hukum dan
dalam bentuk fisik 14,7%, psikis 41,0%,
sosial.
ekonomi 10,4%, seksual 33,4% NA
Menurut data dari Komisi Nasional
0,5%, total 100%.
Perempuan (Komnas Perempuan)
CATAHU 2022 terkumpul 459.094
Republik Indonesia melalui laporan
kasus, sejumlah 338.496 adalah kasus
Catatan Tahunan (CATAHU) 2022
Kekerasan Berbasis Geder (KBG)
tentang kekerasan terhadap Perempuan
terhadap perempuan, bersumber dari
Tahun 2021 terdapat kasus-kasus yang
laporan Komnas Perempuan 3.838
menimpa perempuan, dalam hal ini
kasus, laporan Lembaga Layanan 7.029
dikualifikasikan berdasarkan bentuk,
kasus, dan Badan Peradilan Agama
yaitu secara fisik, psikis, ekonomi dan
(BADILAG). Terjadi peningkatan kasus
seksual. Data pengaduan kepada
Kekerasan Berbasis Gender (KBG)
Komnas Perempuan dalam ranah
terhadap perempuan di tahun 2021 dari
personal secara fisik 900 kasus, psikis
226.062 kasus di tahun 2020. Adapun
1.986 kasus, ekonomi 520 kasus, seksual
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 664 - 672 665
yang menjadi dasar HAM setiap warga individu melalui mekanisme
negara telah diakui dan dilindungi diatur memposisikan suatu kekuatan atau kuasa
dalam Pembukaan UUD Negara dengan cara tertata untuk bersikap dalam
Republik Indonesia Tahun 1945 yang strategi kepentingan tersebut.
tercantum pada alinea keempat. Menurut Philipus M. Hadjo
Berkaitan tentang perlindungan sebagaimana yang dikutip oleh Emil El
hukum ini adalah sebuah hak. HAM Faisal dan Mariyani hukum sebagai
telah diatur didalam Pasal 1 UU Nomor perlindungan akan harkat dan martabat,
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi juga sebagai pengakuan terhadap hak-hak
Manusia menjelaskan arti Hak Asasi asasi manusia yang dimiliki oleh subjek
Manusia adalah: Seperangkat hak yang hukum. Terkait pendapat diatas jenis
melekat pada hakikat dan keberadaan perlindungan hukum dibagi menjadi 2
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang (dua) sebagai berikut :
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya 1. Pencegahan
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi Untuk mencegah terjadinya konflik
dan dilindungi oleh negara, hukum, atau permasalahan.
Pemerintah dan setiap orang demi 2. Reprensif
kehormatan serta perlindungan harkat Reprensif menyelesaikan
dan martabat manusia. permasalahan yang telah terjadi.
Sebab itu, seluruh pihak tanpa Permasalahan berikutnya dalam
terkecuali haruslah mengambil peran putusan hakim terkait kekerasan seksual
suntuk melindungi hak asasi manusia kepada perempuan dengan peluang
pada setiap manusia tanpa kecuali. hukuman yang diberikan sanksi yang
rendah dengan anggapan korbannya
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengakuan tentang perlindungan HAM bertindak ikut serta dalam proses

telah tertuang dalam Pembukaan UUD RI terjadinya tindakan tersebut. Secara

Tahun 1945 alinea keempat. Melalui trandisional hukum menempatkan laki-laki

penegasan yang tertuang dalam lebih tinggi posisinya dibanding

Pembukaan UUD 1945, jelas bahwa setiap perempuan. Pada realitanya perlindungan

warga negara harus dilindungi. kepada perempuan masih belum sesuai

Menurut Satjipto Raharjo sebagaimana dengan sebagaimana mestinya untuk

yang dikutip oleh Emil El Faisal dan memberikan perlindungan terhadap

Mariyani hukum melindungi kepentingan perempuan pada kasus pidana.


Penerapan perlindungan harus
666 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DALAM MASALAH PENEGAKAN HAK
ASASI MANUSIA PADA KASUS PIDANA
Kezia Adeline Suraninta Br Sinuhaji 1), John Pieri 2), Manotar Tampubolon 3)
memperhatikan kebutuhan dan semua dikaji tentang bagaimana implementasinya
pihak. Pengakuan terhadap HAM di masyarakat.
merupakan suatu perwujudan dari i. Data primer, yaitu diperoleh
gambaran suatu bangsa dalam artian melalui wawancara, obervasi dan
negara hukum. Sri Soemantri. M doumentasi. Adapun data yang
berpendapat sebagaimana yang dikutip yaitu data yang didapatkan
oleh Saptosih Ismiati terdapat 4 (empat) langsung dari narasumber dalam
komponen penting negara hukum, yaitu : hal ini petugas Lembaga
1) Bahwa pemerintah (arti luas) dalam Pemasyarakantan Perempuan
menjalankan tugas kewajibannya Kelas IIA Pondok Bambu, Jakarta
haruslah berdasarkan peraturan yang Timur, DKI Jakarta, Kepala Sub
berlaku. Seksi Bimbingan Kemasyarakatan
2) Terdapat kepastian untuk warga dan Perawatan, Narapidana Lapas
negara. Perempuan Kelas IIA Pondok
3) Peraturan komponen kekuasaan dalam Bambu, Jakarta Timur, DKI
suatu negara. Jakarta dan Anggota Komnas
4) Terdapat pengawasan oleh badan atau Perempuan bagian Paripurna ibu
instansi yang berwenang. Siti Aminah Tardi di Jakarta
Adanya unsur-unsur tersebut diatas melalui penelitian lapangan, yang
terdapat dalam UUD 1945, dimana dilakukan melalui metode
memperlihatkan adanya perlindungan wawancara.
hukum terhadap pihak yang ditunjuk. ii. Data sekunder, yaitu data-data
Jaminan HAM mengandung arti berupa bahan hukum yang terdiri
keharusan memberikan perlindungan dari :
kepada pihak yang diperintah. Dalam 1. Bahan Hukum Primer
tataran negara hukum, negara menjunjung Merupakan bahan hukum yang
tinggi hak warga negara Dinyatakan terdiri dari perundang-undangan
bahwa perlindungan serta penegakan yang berlaku, yaitu :
HAM akan mampu terwujud secara efektif a) Undang-Undang Dasar
pada suatu negara hukum. Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
3. METODE PELAKSANAAN
Penelitian ini menggunakan metode b) Undang-Undang Nomor 8
kualitatif, hukum tidak saja diteliti dari Tahun 1981 tentang Kitab
aspek normatifnya tetapi hukum juga
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 664 - 672 667
Undang-Undang Hukum Anak Republik Indonesia
Acara Pidana. Nomor 13 Tahun 2020
c) Undang-Undang Nomor 39 tentang Perlindungan
tahun 1999 tentang Hak Perempuan dan Perlindungan
Asasi Manusia. Anak Dari Kekerasan
d) Undang-Undang Nomor 7 Berbasis Gender Dalam
Tahun 1984 tentang Bencana.
Pengesahan Konvensi 2. Bahan Hukum Sekunder
Penghapusan Segala Bentuk Bahan-bahan hukum sekunder
Diskriminasi Terhadap dapat berupa :
Perempuan (CEDAW). a) Hasil penelitian yang pernah
e) Undang-Undang Nomor 5 ada sebelumnya.
Tahun 1998 tentang b) Buku-buku yang berkaitan
Pengesahan Konvensi langsung maupun tidak
Menentang Penyiksaan dan langsung terhadap topik
Perlakuan atau Penghukuman penelitian.
Lain yang Kejam atau Tidak c) Jurnal yang diperoleh dari
Manusiawi (CAT). media masa dan internet.
f) Undang-Undang Nomor 48
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
tahun 2009 tentang Untuk mengefektifkan proses
Kekuasaan Kehakiman. penegakan hukum yang berkeadilan,
g) Undang-Undang Nomor 31 Lawrence W. Friedman menawarkan tiga
Tahun 2014 tentang elemen penting dalam sistem hukum, yaitu
Perlindungan Saksi dan structure, substance dan legal culture.
Korban. Menurutnya, struktur merupakan kerangka
h) Peraturan Mahkamah Agung dari sistem hukum yang terwujud dalam
Republik Indonesia Nomor 3 lembaga-lembaga dan para penegak
tahun 2017 tentang Pedoman hukum di dalam lembaga tersebut.
Mengadili Perkara Subtansi merupakan peraturan-peraturan
Perempuan Berhadapan hukum serta norma dan perilaku dari
Dengan Hukum. aparat penegak hukum di dalam sistem.
i) Peraturan Menteri Sedangkan budaya hukum merupakan
Kementerian Pemberdayaan tingkat kualitas penataan terhadap sistem.
Perempuan dan Perlindungan
668 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DALAM MASALAH PENEGAKAN HAK
ASASI MANUSIA PADA KASUS PIDANA
Kezia Adeline Suraninta Br Sinuhaji 1), John Pieri 2), Manotar Tampubolon 3)
Fungsi-fungsi yang berkenan Perempuan bEthadapan dengan Hukum
dilaksanakan, yang didukung untuk (PHB) biasanya merupakan perempuan
dikerjakan dan yang dilarang untuk korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dikerjakan. (KDRT) yang dikriminalisasi oleh
Dengan melaksanakan nilai-nilai etik suami/mantan suami berperan menjadi
dan moral atau nilai-nilai yang pelaku KDRT baik sebagai balas dendam
mengandung prinsip-prinsip keadilan, maupun penolakan pelaku untuk
kebenaran, kebebasan, dan kemanusiaan di memberikan hak-hak istri dan anaknya
dalam kehidupan berpolitik, sebagaimana kriminalisasi dalam kasus
berpemerintahan, berbangsa dan inisial LLD di Surabaya sebagai upaya
bernegara, maka akan terlihat kualitas pelaku dalam menolak adanya pembagian
budaya hukum masyarakat. Dalam kaitan harta bersama selama masa perkawinan.
itu apa yang dijelaskan oleh Franz Magnis- Dalam kasus tersebut LLD dilaporkan
Suseno, adalah benar suatu negara baru karena melakukan pemalsuan status
bisa dikatakan negara hukum, jika hukum “belum kawin” pada pencatatan dokumen
yang dibuat adil juga benar. Hukum yang perkawinan mereka ketika keduanya telah
adil dan benar, adalah hukum yang tidak bercerai. Adapun vonis yang diterima oleh
memihak pada siapapun dan golongan LLD dipidana 2 tahun penjara. Kasus yang
manapun. Hukum yang demokratis serta sama terjadi juga di PN Karawang dalam
hukum yang responsif kepada kasus korban KDRT. inisial VA yang
perkembangan kehidupan masyarakat, dilaporkan oleh mantan suaminya dengan
bangsa dan negara. KDRT psikis yang dilatarbelakangi
Berdasarkan data yang diperoleh dari mantan suami untuk mendapatkan harta
Komnas Perempuan melalui CATAHU korban. Namun, dalam 2 (dua) kasus
2022 Komnas Perempuan memfokuskan tersebut terdapat perbedaan dalam kasus
perhatian terhadap perempuan berperkara tersebut. Kejaksaan Agung menarik
dengan hukum pada kasus pidana. tuntutanya sehingga VA dinyatakan tidak
Sepanjang tahun 2021, Komnas terbukti melakukan KDRT psikis dan
Perempuan menerima 18 kasus Perempuan dibebaskan.
Berhadapan dengan Hukum (PBH) yang Dalam ranah publik, kriminalisasi
menunjukkan beragamnya pola kekerasan terhadap PBH terjadi sebagai upaya pelaku
terhadap perempuan yang berkonflik untuk menunjukkan ancaman dan
dengan hukum. Konflik dapat terjadi di kuasanya yang awalnya adalah perempuan
bagian individu, kelompok dan negara. korban baik karena konflik personal
JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 664 - 672 669
dengan pelaku maupun saat perempuan Hukum) terhadap PBH (Perempuan
menggunakan haknya untuk Berhadapan dengan Hukum). Pada
mengungkapkan pendapat di ruang beberapa kasus ditemukan bahwa penyidik
personal dan ruang publik ini kemudian kepolisian dan jaksa penuntut umum
dikriminalisasi dengan ancaman pasal cenderung hanya melihat peristiwa hukum
pencemaran nama baik. Pada ranah negara, yang dilaporkan pelaku tanpa menyelidiki
pelaku yang melakukan kriminalisasi latar belakang terjadinya peristiwa hukum
adalah APH (Aparat Penegak Hukum) atau dalam laporan tersebut.
lembaga penegakan hukum baik karena APH (Aparat Penegak Hukum) yang
status perempuan sebagai PBH menangani kasusnya belum berperspektif
(Perempuan Berhadapan dengan Hukum) gender, baik karena ketiadaan pedoman
maupun karena APH (Aparat Penegak internal dalam menangani PBH seperti
Hukum) tersebut berada di pihak lembaga kepolisian juga belum
berlawanan/bersengketa dengan tersosialisasinya pedoman internal terkait
perempuan yang menjadi PBH. PBH yang telah ada ke setiap APH
Hal ini dialami oleh SMO di Bitung, maupun kekakuan para APH dalam
Sulawesi Utara, yang berkonflik perdata melihat suatu kasus yang melulu dari
dalam sengketa tanah dengan sebuah aspek kepastian hukum dalam menangani
perusahaan. Penolakan insial SMO untuk laporan kriminalisasi yang masuk. Selain
meninggalkan tanah miliknya yang dalam itu, kriminalisasi PBH (Perempuan
proses sengketa berakibat pelecehan Berhadapan dengan Hukum) yang
seksual terhadap SMO oleh polisi yang dilakukan oleh APH menunjukkan adanya
berinisial E yang melakukan pengusiran konflik kepentingan APH pelapor dalam
paksa terhadap SMO dan keluarganya. menyalahgunakan profesi dan jabatan
Namun justru SMO menjadi tersangka yang dimilikinya di lembaga penegakan
tindak pidana penganiayaan atas laporan hukum.
polisi E. Sikap ketidakberpihakan tersebut
Dalam kasus-kasus tersebut terdapat merugikan PBH (Perempuan Berhadapan
bentuk kekerasan yang menunjukkan dengan Hukum) berupa pengabaian hak-
kerentanan perempuan korban mengalami hak mereka sebagai terlapor, tersangka,
kriminalisasi yang diakibatkan terdakwa atau terpidana. Pengabaian hak
ketersinggungan maskulinitas pelaku, ini di antaranya keterbatasan akses PBH ke
dimana terdapat dukungan pendamping/kuasa hukumnya, ancaman
ketidakberpihakan APH (Aparat Penegak dan tekanan terhadap PBH terutama jika
670 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DALAM MASALAH PENEGAKAN HAK
ASASI MANUSIA PADA KASUS PIDANA
Kezia Adeline Suraninta Br Sinuhaji 1), John Pieri 2), Manotar Tampubolon 3)
pelapornya adalah APH, terhalangnya harapan. Perempuan yang
PBH dalam mengakses hak-hak dasar berhadapan dengan kasus pidana
selama berada di tahanan seperti hak masih mengalami kekerasan serta
pemulihan kesehatan. Dalam direnggut harkat dan martabatnya
permasalahan tersebut diperburuk dengan sebagai manusia yang dilakukan
ketimpangan relasi kuasa antara PBH dan justru oleh Aparat Penegak Hukum
pihak pelapor/pelaku disertai tekanan (APH). Tubuh manusia, terutama
pelaku ke APH untuk mengkriminalisasi organ-organ vital adalah ciptaan
PBH. Oleh karena itu PBH sulit dalam yang Maha Kuasa untuk dijaga dan
mengakses transparansi proses hukum dirawat oleh pemiliknya dan tidak
yang jalaninya, dimana berdampak harus boleh dirusak atau diselewengkan
menghadapi proses hukum berlarut-larut. oleh mereka-mereka yang tidak
Dampak dari perlakuan buruk terhadap bermoral. Negara harus
para PBH, seperti kesehatan fisik yang melindunginya melalui kebijakan
menurun selama berada dalam tahanan. hukum yang ketat untuk
Sekalipun secara tegas telah diatur melindungi hak-hak perempuan
bahwa setiap manusia tanpa terkecuali dalam perspektif hukum
memiliki hak yang sama dan dilindungi emansipatif.
oleh hukum, nyatakan tidaklah demikian. 2. Kasus-kasus yang terjadi kepada
Data yang diperoleh dari Komnas narapidana di Lapas Perempuan
Perempuan sepanjang tahun 2021 telah kelas IIA, Jakarta Timur, DKI
menerima pengaduan kasus PBH sebanyak Jakarta, bahwa memang mereka
18 kasus dan 4 diantaranya diindentifikasi telah melanggar hukum dan wajib
telah mengalami perlakuan-perlakuan yang diberikan hukum atas
tidak layak seperti disiksa, merasakan perbuatannya. Namun dalam hal
kekejaman, tidak manusiawi, dan ini perempuan sering kali kalah
membuat martabat manusia menjadi dengan perasaan mereka sendiri,
direndahkan khususnya pada proses ketika mereka terbawa perasaan,
penyidikan. logika mereka tidak mereka
hiraukan. Faktor ini menjadi salah
5. SIMPULAN satu sebab perempuan sering kali
1. Bahwa pelaksanaan perlindungan
dijadikan objek kaum laki-laki
hukum terhadap perempuan belum
untuk kepentingan mereka sendiri.
sepenuhnya tercapai seperti

JURNAL DARMA AGUNG, Vol. 30, No. 3, (2022) Desember : 664 - 672 671
6. DAFTAR PUSTAKA Indonesia Tahun 1945, Pasal 27 ayat
Catatan Tahunan (CATAHU) tentang
(1), Pasal 28B ayat (1), Pasal 28C ayat
kekerasan terhadap Perempuan Tahun
(1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G
2022
ayat (1), Pasal 28H ayat (3), Pasal 28I
Data umum yang terkumpul sejumlah
ayat (1), Pasal 28I ayat (5)
459.094 kasus, terdiri dari data
Pengaduan Komnas Permpuan
sejumlah 4322 kasus, lembaga
layanan 7029 kasus, dan BADILAG
447743 kasus. Namun setelah
dilakukan verifikasi, data berbasis
gender terkumpul 338.496 kasus
bersumber dari laporan Komnas
Perempuan 3.838 kasus, laporan
lembaga layanan 7.029 kasus, dan
BADILAG 327.629 kasus. hanya data
berbasis gender yang dianalisis di
CATAHU 2022 ini.
Emil El Faisal dan Mariyani, Buku Ajar
Filsafat Hukum, Palembang, Bening
Media Publishing, 2020
Lihat Didalam Buku John Pieris,
Pembatasan Konstitusionaal
Kekuasaan Presiden RI, Jakarta,
Pelangi Cendikia, 2007.
Pasal 1 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia.
Saptosih Ismiati, Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) & Hak Asasi
Manusia (HAM) (Sebuah Kajian
Yuridis), Yogyakarta, Deepublish,
2020.
Undang-Undang Dasar Negara Republik

672 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DALAM MASALAH PENEGAKAN HAK


ASASI MANUSIA PADA KASUS PIDANA
Kezia Adeline Suraninta Br Sinuhaji 1), John Pieri 2), Manotar Tampubolon 3)

You might also like