154 424 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/360008414

TERAPI HUMANISTIK DALAM PERSPEKTIF EKSISTENSIAL DAN KONSELING


ISLAM

Article  in  Irsyad Jurnal Bimbingan Penyuluhan Konseling dan Psikoterapi Islam · April 2022

CITATIONS READS

0 658

3 authors, including:

Afaf Wafiqoh Nusaibah


Ahmad Dahlan University
4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Afaf Wafiqoh Nusaibah on 18 April 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90
e-ISSN. 2685-8509; p-ISSN. 2685-5453
Homepage: https://alisyraq.pabki.org/index.php/alisyraq/

TERAPI HUMANISTIK DALAM PERSPEKTIF


EKSISTENSIAL DAN KONSELING ISLAM

HUMANISTIC THERAPY IN EXISTENTIAL PERSPECTIVE


AND ISLAMIC COUNSELING

Nisa Amalia Kholifah 1, Afaf Wafiqoh Nusaibah 1*, Dony Rochim1


1
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
*E-mail: afaf1900031053@webmail.uad.ac.id

Abstract
Guidance and counseling is a place to improve certain objects, namely humans who
have problems with themselves. There are two objects that exist in guidance and
counseling, namely, a counselor and counselee. The simple explanation is that the
counselor is an expert who handles problems that are being experienced by the counselee
or client, while the counselee is someone who needs therapy for his problems and is also
known as the client. The purpose of this study is to discuss humanistic therapy in an
existential perspective and Islamic counseling. The research carried out in writing this
article uses the library research method, the research process carried out by collecting
various data collection literature and information related to the themes taken in this
study. Documents used as a source of research data by using some scientific literature in
the form of books, journals and websites that support it. Existential in humanism is
something that is very close to even related to existing Islamic values, in existentialism it
assumes that a person has the right to act and make any decisions, this is also in
accordance with existing Islamic values which assume that a person's personality has the
rights of each, while Allah is the God who wills. The existence of knowledge about
mental health can help a person to be able to run his life well, one of which is to make it
easier for someone to socialize with their environment, for example having a good
socialization attitude, that is, if there are new people, we will easily adapt ourselves, if
there is a problem. What happens in our environment, we can contribute in addressing
the existing problems, and if there is someone who humiliates or destroys us mentally,
we can easily fortify ourselves.

Keywords: Existential, Humanistic Therapy, and Islamic Counseling.

Abstrak
Bimbingan dan konseling merupakan wadah untuk memperbaiki objek
tertentu yaitu manusia yang memiliki permasalahan-permasalahan pada
dirinya. Terdapat dua objek yang ada dalam bimbingan dan konseling

77
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

antaranya, seorang konselor dan konseli. Penjelasan sederhananya, konselor


merupakan seorang ahli yang menangani persoalan yang sedang di alami
konseli atau klien, sedangkan konseli adalah seorang yang membutuhkan
terapi untuk persoalan dirinya dan biasa disebut juga dengan klien. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk membahas terapi humanistik dalam perspektif
eksistensial dan konseling Islam. Penelitian yang dilakukan dalam penulisan
artikel ini menggunakan metode library research (riset kepustakaan), proses
penenelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai literatur
pengumpulan data dan informasi yang berkaitan denga tema yang diambil
dalam penelitian ini. Dokumen yang dijadikan sebagai sumber data penelitian
dengan menggunakan beberapa literatur ilmiah baik berupa buku, jurnal dan
website yang mendukung. Eksistensial pada humanistik merupakan suatu hal
yang sangat mendekati bahkan berkaitan dengan nilai-nilai Islam yang ada,
dalam eksistensial menganggap bahwa seseorang memiliki hak untuk
melakukan bertindak serta mengambil keputusan apapun hal tersebut juga
sesuai dengan nilai-nilai Islam yang ada yang menganggap bahwa pribadi
seseorang memiliki hak masing-masing, sedangkan Allah sebagai Tuhan-Nya
yang berkehendak. Adanya pengetahuan mengenai kesehatan mental dapat
membantu seseorang untuk bisa menjalankan kehidupannya dengan baik
salah satunya yaitu dapat memudahkan seseorang bersosialisasi dengan
lingkungannya, contoh memiliki sikap sosialisasi yang baik yaitu seperti
apabila terdapat orang baru, kita akan dengan mudah untuk menyesuaikan
diri kita, jika terdapat suatu permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kita,
kita bisa andil dalam menyikapi permasalahan yang ada, dan jika terdapat
seseorang yang merendahkan maupun menghancur mentalnya kita, kita dapat
dengan mudah membentengi diri kita sendiri.
Kata Kunci: Eksistensial, Terapi Humanistik, dan Konseling Islam.

Pendahuluan
Bimbingan dan konseling merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bisa
terbilang sebagai ilmu pengetahuan yang sifatnya dpat menyeseuaikan dengan
suatu zaman. Ilmu pengetahuan bimbingan dan konseling ini sangat berguna bagi
berbagai aspek lembaga maupun individu dari seseorang. Lembaga yang sangat
membutuhkan suatu pengajaran maupun aspek bimbingan dan konseling adalah
lembaga pendidikan, bahkan secara langsung sekolah memberikan kesempatan
kepada setiap siswanya untuk mendapatkan pengetahuan maupun layanan
bimbingan konseling. Dikarenakan dengan adanya bimbingan dan konseling ini
membentuk seseorang untuk bisa berfikir secara masuk akal dalam memenuhi
suatu keinginan yang diinginkannya tersebut (Alfaiz, 2018).

78
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

Dalam menyikapi suatu permasalahan dalam kehidupan seseorang atau


lebih khusus seorang siswa di dalam sekolah ada suatu fasilitas yang menunjang
untuk membantu permasalahan yang dihadapi oleh seorang siswa. Fasilitas ini
biasanya disediakan secara langsung oleh sekolah karena sekolah menyadari bahwa
fasilitas tersebutlah sangat penting untuk disediakan. Fasilitas yang dimaksud
dalam hal ini adalah berupa fasilitas konseling yang diperuntukan bagi para siswa
yang membutuhkan bantuan suatu konseling. Dalam pemberian suatu konseling
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling secara langsung yang dipercaya
sudah pandai dalam bidangnya dalam menyikapi permsalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh para siswa. Dalam suatu penelitian terdahulu yang ada, penerapan
konseling yang efektif diterapkan dalam menyikapi permasalahan adalah berupa
konseling individu. Terbukti dengan adanya suatu konseling yang dilakukan
seorang guru bimbingan dan konseling terhadap meningkatkan siswa untuk
berargumentasi, hasil penelitian yang ada mampu meningkatkan kemampuan
argumentasi siswa (Erlangga, 2017).
Dalam bimbingan dan konseling, terdapat salah satu pendekatan dalam
proses bimbingan dan konseling, pendekatan tersebut adalah pendekatan
humanistik. Pendekatan humanistik merupakan pendekatan yang memiliki
landasan yang sangat dasar yaitu landasan menghargai diri seseorang apapun itu
situasi maupun kondisi seseorang tersebut. Dalam pandangan dari pendekatan
humanistik adalah dengan memberikan aura positif kepada seseorang sehingga bisa
menimbulkan atau menumbuhkan sebuah perilaku optimis pada diri seorang itu
(Achmat & Pramono, 2016). Dalam memberikan suatu bimbingan maupun
konseling, seorang konselor harus memiliki suatu perilaku maupun kepribadian
yang baik. Dalam bahasa bimbingan dan konseling, konselor harus memiliki sifat
pribadi yang unggul. Pribadi yang unggul yang dimaksud disini adalah seseorang
yang memiliki suatu kecerdasan mumpuni, memiliki kemampuan untuk bisa
membantu seorang klien memahami dirinya dengan baik, mampu berfikir secara
masuk akal, memiliki kemampuan untuk memberikan sebuah nasehat yang sesuai
sehingga jika konselor memiliki itu semua dapat diyakini bahwa seorang konselor
tersebut benar-benar mampu untuk memecahkan masalah yang terjadi pada
kliennya. Konselor yang memiliki pribadi yang unggul dipercaya sangat mudah

79
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

menyikapi permasalahan-permasalahan yang beragam yang ia dapati dari berbagai


klien. Wujud pribadi unggul dari konselor itu sendiri adalah memiliki perlakuan
yang fleksibel dalam memahami maupu menindaklanjuti dari permasalahan yang
dialami oleh klien (Dharsana, 2017), sehingga untuk menjadi seseorang yang
berprofesi sebagai konselor harus mampu menjadi seseorang yang memiliki pribadi
yang unggul.
Teori humanistik dalam perspektif eksistensial merupakan teknik satu
kesatuan dimensi yang memiliki tujuan teori sama dalam bimbingan dan konseling.
Upaya konseling eksistensial humanistik mengembalikan keotetikan keberadaan
yang dirasakan oleh klien. Tujuan konseling eksistensial humanistik adalah
tumbuhnya kesadaran pada jiwa klien akan kapasitas yang tersembunyi di dalam
dirinya, berupa potensi-potensi yang dapat dibuka kembali untuk pengembangan
diri dan membuka diri, sehingga klien dapat mengambil tindakan-tindakan sesuai
dengan kemampuannya.
Dalam perspektif Islam, ajaran yang mengandung pola bimbingan dan
konseling banyak termuat dalam ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits. Namun,
bersifat umum, karena masih tersebar dan belum terstematis, seperti tentang
hakikat manusia, konsep bimbingan dan konseling maupun peran, teknik dan
langkah-langkah bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, perlu dipilih dan
dipilah, ketika adanya integrasi ilmu umum konseling dengan ayat-ayat Al-Qur’an
dan Hadits berkenaan konseling sesuai ajaran Islam. Kemudian, ide-ide yang
berkaitan dengan perjalanan hidup yang dialami klien dan bermakna, dihasilkan
dalam teori eksistensial humanistik membuat jalan baru untuk kehidupan yang
lebih fokus pada setiap makna kehidupan (Prasetya, 2014).
Maka kemudian, permasalahan-permasalahan tersebut sangat urgen untuk
dipahami dan ditangani melalui pendekatan eksistensial humanistik. Pendekatan
ini dianggap sangat tepat untuk dilakukan terhadap klien yang mengalami gejala-
gejala permasalahan yang demikian itu. Melalui pandangan eksistensial, pribadi
yang positif, membangun sasaran dan tujuan yang tepat, sehingga menghadirkan
kesadaran diri terhadap lingkungan maupun sejatinya potensi-potensi yang ada
dalam diri masing-masing individual (Amalia, 2016; Fitri et al., 2019).

80
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

Berdasarkan analisis di atas, bahwa eksistensial humanistik memiliki dasar


teori yang kuat, berkenaan dengan pengembalian pemahaman hakikat manusia
sebenarnya, mendorong manusia untuk mengaktualisasikan potensi-potensi dalam
diri. Setiap individual memiliki keunikan masing-masing dan mempunyai kendali
akan dirinya. Eksistensial humanistik merajut kembali ketidak stabilan yang di
alami klien, menjadi menemukan kembali arah pilihan hidup yang semestinya
maupun bertanggungjawab pada diri pribadi akan pilihan yang sudah diambil.
Kemudian, dalam perspektif Islam, manusia tidak hanya memperbaiki tingkah laku
untuk mencapai sesuai yang diinginkan, dalam tujuan mengoptimalkan dan
mengaktualisasikan potensi dalam diri, tetapi menjadi sebuah rangkaian kehidupan
ialah hubungan antara manusia, alam dan tuhan. Allah SWT telah menjadikan
manusia sebagai khalifah di muka bumi, oleh karena itu, manusia diberikan akal,
perasaan dan hati sebagai instrumen inti didalam setiap diri manusia. Maka peran
manusia bukan hanya mengkatualisasikan potensi diri, namun juga menjadi
pemimpin dibumi dan hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. Dari bermacam
analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa, eksistensial humanistik mempunyai
persamaan dengan agama Islam berhadapan dalam konteks teori bimbingan dan
koseling perspektif Islam (Hayat, 2017).
Penelitian eksisitensial humanistik dalam aspek konseling dapat menolong
klien untuk bisa memahami dirinya sendiri, memahami dirinya ketika berhubungan
dengan orang lain serta sebuah keadaan rasa cemas yang berlebihan akan masa
depannya, klien akan lebih bisa tenang ketika terdapat terapi eksistensial
humanistik ini (Sa’adah, 2020). Selain itu, penerapan eksistensial humanistik yang
merupakan salah satu metode konseling yang diterapkan di Indonesia dalam
penerapannya harus bisa menyesuaikan metodenya dengan kondisi yang ada di
Indonesia, di Indonesia sendiri memiliki beraneka ragam budaya di dalamnya
sehingga dalam penerapannya harus disesuaikan dengan keberagaman budaya
yang ada, konselor sebelunya harus bisa memahami serta mempelajari
keanekaragaman budaya yang ada agar penerapan metode yang ada dapat berjlan
dengan semestinya (Amalia, 2016).
Berdasarkan permasalahan maupun penelitian yang sudah disajikan diatas,
penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam melalui penulisan artikel ini, mencari,

81
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

menganalisis dari berbagai sumber yang ada, untuk menghasilkan penelitian yang
utuh dan baru. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membahas subtansial-
subtansial pembahasan eksistensial humanistik dalam bimbingan dan konseling
Islam secara komprehensif dan mudah dipahami oleh pembaca. Perpaduan teori
esksistensial humanistik dengan sumber ajaran Islam, menjadikan artikel ini
menarik untuk dikaji oleh pembaca, karena adanya pengintegrasian antara
keduanya. Hasil paradigma ini, penulis berharap dapat menambah wawasan
keilmuan bagi pembaca khususnya dalam melakukan suatu bimbingan dan
koseling perspektif Islam generasi muslim maupun cendekiawan muslim.

Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan artikel ini menggunakan metode
library research (riset kepustakaan) dimana proses penenelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan berbagai literatur pengumpulan data dan informasi yang
berkaitan denga tema yang diambil dalam penelitian ini. Dokumen yang dijadikan
sebagai sumber data penelitian dengan menggunakan beberapa literatur ilmiah baik
berupa buku, jurnal, dan website yang mendukung. Penulis dalam penyusunannya
dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu menjabarkan secara kritis dan
dianalisis pada sumber data dengan teori yang telah ada dalam penelitian
terdahulu. Pada teknik pengumpulan daya, penelitian yang dilakukan yaitu dengan
mengidentifikasi sumber-sumber yang mendukung dalam penelitian ini berupa
artikel jurnal, website, maupun sumber lainnya yang terdapat kaitan dengan tema
yang diangkat oleh peneliti. Peneliti selanjutnya mengkaji dari sumber-sumber
tersebut dan melakukan analisis agar diperoleh pengkajian terhadap permasalahan
dalam penelitian ini (Labiba et al., 2021)

Hasil dan Pembahasan


Tinjauan Tentang Aliran Humanistik dalam Perspektif Islam
Aliran humanistik dalam teorinya memandang manusia secara utuh, dalam
diri manusia sejatinya manusia dapat mengekspresikanya dari berbagai rasa yang
muncul dan dihadapi oleh manusia dan manusia dapat membuat suatu pilihan

82
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

untuk tujuan hidupnya dan mempertanggung jawabakan atas pilihanya. Maslow


(dalam Hasanah & Haziz, 2021) menjelaskan bahwa manusia mempunyai lima
hierarki kebutuhan yaitu sebagai berikut.
a. Kebutuhan fisiologis manusia. Kebutuhan manusia yang paling mendasar
adalah kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer
seperti halnya kebutuhan sehari-hari yang diperlukan oleh manusia.
b. Terakomodasikan rasa aman dalam diri manusia. Rasa aman yang diperlukan
manusia meliputi baik rasa aman secara fisiknya maupun secara psikisnya. Rasa
aman yang dialaminya baik berupa dukungan dari orang tua maupun dari
orang-orang terdekat disekelilingnya.
c. Kehidupan sosial. Sebagai individu akan merasa bahagia jika banyak orang-
orang yang segan terhadapnya, dengan perasaan tersebut akan dapat
meningkatkan rasa positif pada dirinya. Hal demikian akan menjaga tingkat
stress yang dialami oleh individu.
d. Rasa untuk dihargai. Perasaan saling menghargai sesame individu lainnya,
merupakan rasa kita untuk berterima kasih. Cara tersebut akan memberikan
efek baik terhadap kesehatan mental kita sebagai manusia, karena kita dapat
berfikir bahwa banyak orang lain yang dapat menghargai kita.
e. Aktualisasi diri. Kebutuhan akan halnya menunjukkan diri kita terhadap orang
lain. Aktualisasi diri dapat diekspos dalam lingkungan kita untuk saling
berpendapat tanpa adanya paksaan dari orang lainnya.
Perspektif humanistik dalam pandangan Islam pada dasarnya manusia
terdiri atas jasmani dan rohani, yang keduanya harus berjalan secara ideal untuk
membentuk kesehatan secara menyeluruh. Manusia mempunyai unsur jasmani
diperoleh dari kegiatan kita sehari-hari dengan memenuhi kebutuhan primer kita
sebagai manusia yang akan berdampak terhadap kesehatan fisik manusia. Unsur
rohani yang dimiliki oleh manusia dapat diperoleh dengan mendekatkan diri
kepada sang pencipta yaitu Allah SWT dengan beribadah-beribadah yang harus
dijalankan sebagai manusia yang beragama Islam. Manusia juga harus berpatokan
terhadap agama yang akan menjadikan terapi dalam diri manusia itu sendiri. Al-
Qur’an juga menjelaskan dalam Q.S An-Nahl ayat 97 dan Q.S Ar-Ra’ad ayat 28,
pada ayat tersebut Allah SWT menunjukan terhadap laki-laki maupun perempuan,

83
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

jika dalam hati seorang muslim terdapat keimanan dimana dengan selalu
mengingat Allah SWT, maka Allah SWT akan memeberikan kepada hambanya
sebuah ketentraman jiwa. Hal tersebut sangat perlu kita pahami bahwa sebagai
manusia mengerti peranan agama dapat menjadi terapi kesehatan terhadap mental
manusia, dapat mengelola stress dengan baik dan mencegah dari penyakit jiwa.
Allah SWT juga menajanjikan bahwa akan diberikan kebahagiaan kita di dunia
dan di akhirat. Agama Islam adalah agama yang diharuskan untuk menjaga
hubungan baik yaitu habluminallah dan habluminannas. Habluminallah dengan
menjaga hubungan baik dengan Tuhannya dan Habluminannas dengan menjaga
hubungan baik dengan sesama manusia. Jika kedua hal tersebut dapat
terimplikasikan ke dalam diri manusia, maka peranan agama Islam sangat
membantu manusia untuk menjaga kesehatan jiwanya (Hasanah & Haziz, 2021).

Terapi Humanistik Eksistensial


Terapi humanistik eksistensial merupakan suatu terapi yang dapat
membantu klien yang membutuhkan atau yang memiliki suatu permasalahan
psikis. Teori ini mengacu terhadap pengakuan eksistensial, sehingga permasalahan
yang dihadapi oleh manusia yang dapat menyebabkan kekacauan dan
keputusasaan manusia, manusia tersebut dapat menanganinya sendiri atau
bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Winkel (dalam Hasna, 2019) menjelaskan
juga, bahwa konseling humanistik dapat mempertegas terkait implikasi-implikasi
serta falsafah kehidupan agar dapat memahami tujuan manusia hidup di bumi,
sehingga terapi humanistik eksistensial dapat menitik beratkan terhadap kondisi
kehidupan manusia di bumi ini yaitu dengan mampu untuk bertanggung jawab
terhadap diri sendiri dan mengelola rasa cemas yang ada dalam diri sendiri sebagai
unsur dasar bagi kehidupannya. Terapi humanistik eksistensial juga berupaya
untuk memaknai kehidupan manusia dan membuat arti kehidupan lebih berkesan,
mengoptimkalan dalam komunikasi denagan individu ataupun kelompok lainnya,
dan memahami kematian itu sebagai upaya sadar untuk membuat kehidupan lebih
bermakna (Hasna, 2019). Menurut Hasna (2019), adapun ciri-ciri dari terapi
humanistik eksistensial yaitu sebagai berikut.

84
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

a. Eksistensial merupakan sebuah gerakan yang menjadikan manusia sebagai


penyelidikannya karena manusia berperan sebagai individual yang berada
dalam dunia.
b. Terdapat dalil-dalil yang melandasi yaitu manusia sebagai makhluk yang unik
dalam diri batinnya, dalam melihat dunia dan merefleksikannya tindakanya
dalam dunia, manusia juga makhluk yang tidak bisa untuk dipahami dari fungsi
atau sebuah unsur dalam membentuknya, dan memberikan bantuan terkait
pemahaman manusia
c. Menjadi pelengkap bukan pengganti dari orientasi yang terdapat dalam
psikologi.
d. Humanistik eksistensial sebagai sasaranya adalah dengan meningkatkan atau
mengembangkan sebuah konsep yang komperehensif terkait dalam pemahaman
manusia dari keseluruhan realistis eksistensinya.
e. Tema yang diangkat adalah terkait hubungan antar individu dan rasa tanggung
jawab dan kebebasan. (Hasna, 2019)

Terapi Humanistik dalam Perspektif Konseling Islam


Konsepsi diri seseorang adalah sebagai manusia yang pada hakikatnya
memiliki kemauan untuk berkembang. Konsespsi diri asalnya adalah dari sebuah
interaksi dirinya dengan seseorang. Seseorang akan mempergunakan sikap
interaksinya untuk bisa membentuk sebuah perilaku serta sikap dari seseorang
(Khoiriyah, 2018). Perilaku serta sikap dari seseorang selain barasal dari dirinya
sendiri mereka juga mendapatkannya berasal dari lingkungan sekitarnya.
Mendapati dari lingkungan sekitar serta bentuk interaksi-interaksi, dirinya sendiri
dengan lingkungan sekitar yang ada. Jika lingkungan sekitar membawa pengaruh
yang baik otomatis perilaku serta sikap seseorang akan baik pula, begitu pula
sebaliknya. Tetapi ada sebagian orang pula yang memiliki lingkungan yang buruk
tetapi ia memiliki perilaku serta sikap yang baik begitu pula sebaliknya. Dalam hal
ini, seseorang harus bisa benar-benar bisa mengendalikan dirinya untuk bisa
membentuk perilaku sikap yang sesuai dan tidak bertentangan dengan budaya yang
ada.

85
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

Di zaman sekarang ini banyak sekali tuntutan-tuntutan hidup bagi orang


yang hidup di masanya. Ada sebagain orang yang bisa menyikapi tuntutan
hidupnya dengan baik ada pula sebagian yang kurang atau kesulitan dalam
menyikapi tuntutan hidupnya (Syahid & Devianti, 2019). Kegagalan maupun
kesulitan dalam menyikapi tuntutan hidup dapat menyebabkan gangguan dalam
kejiwaan seseorang tersebut, seperti halnya akan menyebabkan diri seorang itu
tertekan dan mengakibatkan diri seseorang itu stress yang berlebihan. Faktor
munculnya stres bukan hanya berasal dari faktor internal saja, melainkan bisa
berasal dari faktor luar atau dari lingkungan seseorang. Bahkan faktor eksternal
yang paling banyak mempengaruhi keadaan tertekan dari seseorang, seperti
omongan orang lain yang menghina dan meremehkan diri seseorang yang sehingga
seseorang tersebut meresa sangat tertekan dan mengakibatkan stress yang
berlebihan.
Dalam menyikapi permasalahan stres terdapat pula pengetahuan mengenai
kesehatan mental yang dapat dipergunakan untuk meminimalisirnya. Adanya
pengetahuan mengenai kesehatan mental dapat membantu seseorang untuk bisa
menjalankan kehidupannya dengan baik, salah satunya yaitu dapat memudahkan
seseorang bersosialisasi dengan lingkungannya, contoh memiliki sikap sosialisasi
yang baik yaitu seperti apabila terdapat orang baru, kita akan dengan mudah untuk
menyesuaikan diri kita, jika terdapat suatu permasalahan yang terjadi dalam
lingkungan kita, kita bisa andil dalam menyikapi permasalahan yang ada, dan jika
terdapat seseorang yang merendahkan maupun menghancur mentalnya kita, kita
dapat dengan mudah membentengi diri kita sendiri (Hasanah & Haziz, 2021).
Membentengi diri disaat seseorang memiliki pengetahuan mengenai kesehatan
mental seseorang tersebut bisa dengan mudah menyikapi perlakuan orang lain yang
ditujukan kapada dirinya sendiri, maka dari itu penting sekali pengetahuan
kesehatan mental untuk dipelajari oleh setiap orang.
Tujuan adanya konseling dalam terapi humanistik adalah agar konseling
dapat membantu suatu klien dalam memperbaiki kepribadian maupun membantu
dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada, serta membantu mengurangi
rasa trauma yang berlebihan dari si klien (Anwar, 2011). Unsur dalam sebuah
konseling adalah terdiri dari dua pelaku utama diantaranya pelaku pertama adalah

86
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

konselor serta pelaku yang kedua adalah si klien. Konselor dalam membantu klien
yaitu dengan memberikan harapan yang baik serta sikap peduli yang tinggi kepada
klien sehingga klien bisa menumbuhkan rasa percaya kepada konselor, sehingga
jika seorang klien sudah memberikan suatu kepercayaan kepada si konselor maka si
klien akan sedikit demi sedikit menyampaikan dengan jujur bagaimana keadaan
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan permasalahan yang dialami oleh
klien, sehingga konselor akan sigap membantu harus bagaimana langkah dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang dialaminya.
Oleh karena itu, bimbingan dan konseling menyediakan pelayanan untuk
klien yang bermasalah, bertujuan supaya klien menemukan kembali jati diri
maupun potensi yang dimiliki, sehingga klien menjadi pribadi yang mandiri dan
mampu bertanggungjawab akan kehidupan dirinya sendiri. Kemudian, berkaitan
dengan bimbingan dan konseling Islam, memiliki definisi yang serupa, namun,
bimbingan dan konseling Islam tidak hanya bertujuan supaya klien dapat menjadi
pribadi mandiri dan bertanggungjawab pada dirinya, tetapi adanya penambahan
dari sisi definisi yaitu menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT,
menjalani kehidupan sesuai ajaran Islam yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadits (Husni, 2021).
Adanya sebuah konseling dalam terapi humasistik dapat menolong klien
untuk memberikan pendalaman dalam memahami dirinya sendiri. Dalam hal ini,
konselor harus bisa memberikan sebuah layanan yang bisa disesuaikan dengan
kondisi dari klien itu sendiri (Khairani & Sulastri, 2016). Seorang konselor harus
bisa memahami dengan betul bagaimana kondisi dari klien yang ada agar konselor
bisa tahu harus bagaimana dirinya agar bisa bertindak dalam menyikapi
permasalah yang ada pada klien. Ada beberapa teknik dalam penerapan konseling
humanistik tetapi di dalam suatu teknik yang ada terdapat pula prinsip-prinsip
konseling humanistik menurut Pranajaya et al. (2020) yaitu diantaranya adalah
sebagai berikut.
a. Dapat menciptakan sebuah hubungan yang baik antara konselor dengan klien,
tujuannya agar klien bisa memberikan sebuah keterbukaan dirinya sendiri.
b. Dapat menjadikan klien menjadi seseorang yang dapat menerima dirinya
sendiri baik itu kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya.

87
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

c. Dapat memperkuat kerentanan emosi klien, yang dapat menyadarkan diri klien.
d. Dapat mencari sebuah solusi dari permasalahan yang dialami si klien, maksud
serta tujuannya adalah agar si klien bisa menjadi pribadi yang mandiri karena
dalam terapi ini klien diberikan suatu kebebasan untuk bisa menentukan pilihan
maupun tanggung jawabnya.
e. Dapat membangun sebuah emosi serta potensi yang positif pada diri klien, yaitu
dapat membantu klien untuk membangun sebuah potensi serta pilihan yang
dipilih klien sendiri.
Manusia dalam pandangan ajaran Islam adalah seorang khalifah atau
pemimpin di dunia ini. Allah SWT menganugerahkan segala potensi untuk
manusia sendiri, manusia diberikan potensi yang sempurna oleh Allah SWT karena
manusia adalah makhluk yang sangat sempurna. Allah SWT memberikan akal
untuk berfikir, suatu keimanan, alat panca indera, suatu perasaan untuk merasa ke
dalam diri seorang manusia. Manusia hidup di dunia ini juga diberi kebebasan oleh
Allah SWT untuk melakukan berbagai perbuatan sesuai dengan kehendak yang
dimilikinya, tetapi harus disertai pula dengan rasa tanggung jawab setelah
melakukan kehendaknya tersebut. Dalam hal tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pernyataan tersebut sejalan dengan adanya bimbingan konseling Islam
dalam memandang terapi humanistik. Dikatakan sejalan karena dalam proses
penerapan terapi humanistik di dalamnya memandang pada diri seorang manusia
itu sendiri, yaitu seperti diri sendiri harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik, diri
sendiri pasti memiliki potensi atau kemampuannya masing-masing dan melakukan
berbagai tindakan yang diinginkannya namun harus disertai dengan tanggung
jawab (Pranajaya et al., 2020).

Simpulan
Manusia yang mempunyai rasa sadar untuk mati mempunyai peran yang
penting dalam dirinya sendiri, sebab dengan kesadaran hal itu manusia dapat untuk
berfikir, bahwa dirinya mempunyai waktu yang terbatas dalam merealisasikan
potensi-potensi yang dimilikinya, penciptaan makna, manusia adalah sebagai
makhluk yang dapat menentukan tujuan kehidupan dan membuat nilai-nilai yang

88
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

bermakna bagi kehidupan, karena itu sering sekali manusia disebut sebagai
makhluk yang unik. Adanya pengetahuan mengenai kesehatan mental dapat
membantu seseorang untuk bisa menjalankan kehidupannya dengan baik salah
satunya yaitu dapat memudahkan seseorang bersosialisasi dengan lingkungannya.
Dalam terapi humanistik dalam persepktif eksistensial dan konseling, kedua
perspektif tersebut memiliki sebuah hubungan yang erat. Keduanya sama-sama
terapi yang bisa dijadikan acuan dalam terapi humanistik ini. Dalam terapi
humanistik eksistensial, seorang individu harus bias memahami dirinya sendiri
sehingga nantinya bias menumbuhkan suatu gagasan, perilaku dan lain
sebagainnya. Sedangkan dalam konseling Islam, terapi humanistik dibantu oleh
konselor untuk bisa menyelesaikan suatu permasalahan yang ada, serta melibatkan
pegangan Islam berupa Al-Qur’an Hadis dalam proses terapi yang ada.

Daftar Pustaka
Hayat, A. (2017). Bimbingan Konseling Qur’ani. Pustaka Pesantren.
Achmat, Z., & Pramono, A. (2016). Intervensi Care Support Treatment Bersasaran
Anak dengan HIV/AIDS: Sebuah Model Pendekatan Humanistik Bagi
Anak dan Lingkungannya dalam Menghadapi Stigma. Jurnal Perempuan Dan
Anak, 1(1), 1–7. https://doi.org/10.22219/jpa.v1i1.2746
Alfaiz, A. (2018). Guidance and Counseling Profession: A Philosophy and
Professional Challenges In the Future. COUNS-EDU: The International
Journal of Counseling and Education, 3(2), 41–47.
https://doi.org/10.23916/0020180313420
Amalia, R. (2016). Penerapan Konseling Eksistensial Humanistik Berbasis Nilai
Budaya Minangkabau dalam Kesetaraan Gender untuk Meningkatkan Self-
Esteem Pada Remaja Putri. Jurnal Bimbingan Konseling Ar-Rahman, 2(01), 1–
8.
Anwar, M. F. (2011). Terapi Eksistensial Humanistik Dalam Konseling Islam.
Jurnal Holistik, 12(1), 157–175.
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/holistik/article/view/81
Dharsana, I. K. (2017). Personal development counseling through superior
cognitive with modeling Vasudeva Krishna and glorious Bhisma. Bisma The
Journal of Counseling, 1(2), 60. https://doi.org/10.23887/128222017
Erlangga, E. (2017). Individual counseling to argue in social media. COUNS-EDU:
The International Journal of Counseling and Education, 2(1), 35.
https://doi.org/10.23916/002017023810

89
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam
Vol. 5, No. 1 (2022), pp. 77-90

Fitri, Q., Mahmud, A., & Saman, A. (2019). Penerapan Pendekatan Konseling
Eksistensial Humanistik untuk Mengurangi Perilaku Hedonis Siswa di
SMAN 10 Makassar. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(1), 41–52.
https://doi.org/10.15575/psy.v6i1.3453
Hasanah, W. O., & Haziz, F. T. (2021). Implementasi Teori Humanistik Dalam
Meningkatkan Kesehatan Mental. Jurnal Nosipakabelo, 2(2), 79–87.
Hasna, A. (2019). Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Eksistensial-
Humanistik Untuk Melatih Penyesuaian Diri Melalui Randai Dari
Minangkabau. Polyglot: Jurnal Ilmiah, 15(1), 124–139.
Khairani, B. N. C., & Sulastri, N. M. (2016). Pengaruh Layanan Konseling
Humanistik Terhadap Perilaku Agresif Pada Siswa Kelas XI IPS-4 Di SMA
Negeri 7 Mataram. Jurnal Realita Bimbingan Dan Konseling, 6(July), 1–23.
Khoiriyah, Z. (2018). Pendekatan Eksistensial-Humanistik konsep diri perempuan
Jawa dalam menghadapi Coping Stress. Prosiding Seminar Nasional Bimbingan
Dan Konseling, 2(1), 241–248.
Labiba, Z., Afifah, S., Tambak, H. N. (2021). Implementasi Pendekatan Psikologi dan
Pendekatan Sosiologi dalam Kajian Pendidikan Islam. 2(11), 2001–2012.
Husni, M. (2021). Landasan bimbingan dan konseling dalam Perspektif Islam.
Jurnal: Al-Ibrah, 6(1), 103–124.
Pranajaya, S. A., Firdaus, A., & Nurdin, N. (2020). Eksistensial Humanistik dalam
Perspektif Bimbingan Konseling Islam. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 3(1), 27. https://doi.org/10.24014/0.8710513
Prasetya, M. A. (2014). Korelasi Antara Bimbingan Konseling Islam dan Dakwah.
Addin, 8(2), 409–424.
Sa’adah, D. Z. (2020). Konseling Eksistensial Humanistik untuk Mengurangi
Kecemasan Terhadap Masa Depan. Procedia : Studi Kasus Dan Intervensi
Psikologi, 8(3), 112–118. https://doi.org/10.22219/procedia.v8i3.14303
Syahid, A., & Devianti, R. (2019). Terapi Stres Perspektif Pendidikan Islam. AL-
LIQO: Jurnal Pendidikan Islam, 4(1), 43–53.
https://doi.org/10.46963/alliqo.v4i1.15

90

View publication stats

You might also like