Ari nainggolan,+Production+editor,+4.Mia+Amelia+Rev09082022

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal

Jurnal Metris 23 (2022) 28–34


Metris http://ejournal.atmajaya.ac.id/index.php/metris
p-ISSN: 1411 - 3287
e-ISSN: 2808 - 4810

Perancangan Alat Ukur Potensi Wisata Budaya Pada Kabupaten


Rembang Menggunakan Metode SECI dan AHP
Mia Amelia*, Lutfia Septiningrum, Augustina Asih Rumanti

Fakultas Teknik Industri Telkom University Bandung


Jalan Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung 40257, Indonesia

Article Info Abstract


Article history: Rembang Regency is not a tourist destination in districts or cities in Central Java
because tourist visits to tourist objects in Rembang Regency are still relatively
Received small when compared to other areas around Rembang Regency such as Demak
01 Juli 2022 Regency, Kudus Regency, and Semarang Regency. The potential for cultural
Accepted tourism in Rembang Regency is still relatively small compared to natural and
04 Agustus 2022 artificial tourism. So that the potential to be taken is the potential for cultural
tourism. There are six components of tourism development as the basis for
Keywords: research: Attraction, Amenities, Ancillary Service, Activity, Accessibility, and
Indicator, SECI, AHP, Accommodation. There are additional tourism development components from
Cultural Tourism, interviews with the Culture and Tourism Office of Rembang Regency, namely
Rembang Regency Environment and Human Resources. So that it can be managed clearly and
accurately measured and tourism potential can be said to be feasible, it must first
design indicators so that tourism managers can find out what must be developed
for cultural tourism potential, so that later it is expected to become a tourist
destination that can help the economy in the Regency Rembang. This study uses
the SECI method (Socialization, Externalization, Combination, and
Internalization). After getting the indicator then, calculate the weight using AHP
(Analytical Hierarchy Process).
Pada Gambar 1. Data jumlah wisatawan dari
1. PENDAHULUAN Kabupaten Rembang pada 2016 sebanyak 7.137
Pengembangan pariwisata sangat penting wisatawan mancanegara dan 1.222.448 wisatawan
karena dapat menjadi salah satu sektor andalan yang domestik. Pada 2017 terjadi penurunan jumlah
diharapkan dapat berkontribusi terhadap wisatawan mancanegara, sebanyak 23 orang dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut BPS wisatawan domestik, sebanyak 987.193 orang.
Kabupaten Rembang (2022), total luas Wilayah Salah satu penyebab kurangnya minat dan
Kabupaten Rembang adalah 1.036,70 km2, wilayah menurunnya jumlah wisatawan di Kabupaten
kabupaten yang cukup besar dibandingkan dengan Rembang pada tahun 2017 adalah minimnya media
kabupaten atau kota lain di Provinsi Jawa Tengah. yang menyajikan kebutuhan informasi wisata
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten (Prasetyo, 2020). Pada 2019 terjadi penurunan
Rembang dari tahun 2016 hingga 2020 ditunjukkan wisatawan mancanegara menjadi 251 orang dan
pada Gambar 1 Data Jumlah Wisatawan di Wilayah wisatawan domestik menjadi 915.780 orang. Pada
Kabupaten Rembang. Berikut jumlah wisatawan tahun 2020 jumlah wisatawan mengalami
asal Kabupaten Rembang dari tahun 2016 hingga penurunan drastis, dengan jumlah wisatawan
2020: mancanegara sebnayak sepuluh orang dan
wisatawan domestik sebanyak 351.731 orang.
Penurunan jumlah wisatawan pada 2019 dan 2020
di Kabupaten Rembang disebabkan oleh pandemi
COVID-19 (Mukharomah &Raharja, 2021).
Pengunjung wisata ke Kabupaten Rembang
mengalami fluktuasi dari tahun 2016 hingga 2020,
namun cenderung menurun yang tidak signifikan,
sehingga memerlukan pengembangan untuk
Gambar 1. meningkatkan minat masyarakat untuk berwisata
Data jumlah wisatawan (Indrayati & Setyaningsih, 2017). Praktik yang
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata umum dilakukan untuk menentukan potensi wisata
Jawa Tengah (2020)
*Corresponding author. Mia Amelia
Email address: mia.amelia08@gmail.com
Mia Amelia. / Jurnal Metris 23 (2022) 28-34 29

yaitu dengan merancang indikator dan alat ukur di lapangan sehingga dapat dilakukan wawancara
(Lee, Jan, & Liu, 2021). Perancangan indikator dan observasi. Narasumber kedua Dinas
potensi wisata budaya memerlukan beberapa Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang
komponen pengembangan pariwisata terdiri dari bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang
6A, yaitu Attraction, Amenities, Ancillary Service, indikator-indikator yang diperlukan untuk
Activity, Accessibility, dan Accommodation yang membangun wisata budaya.
akan digunakan sebagai dasar penelitian (Noor, dkk,
Tabel 1.
2021).
Wawancara
Penelitian ini menggunakan metode SECI.
Narasumber Wawancara
Metode SECI dibutuhkan pada penyelesaian
masalah perancangan indikator dan alat ukur Pengelola wisata Museum Pengamatan dan analisis
R.A. Kartini tempat wisata berdasarkan
potensi wisata budaya di Kabupaten Rembang komponen 6A
karena data yang diperoleh berasal dari tacit Analisis indikator yang
Dinas Kebudayaan dan
knowledge (Sintaasih, 2021). Kemudian hitung Pariwisata Kabupaten
dipertimbangkan dalam
bobot menggunakan AHP (Analytical Hierarchy pengembangan potensi
Rembang
pariwisata baru
Process). Dalam proses perhitungan, AHP
digunakan untuk memilih alternatif terbaik sesuai 2.2 Externalization
dengan kriteria-kriteria pilihan yang dijadikan
Pada tahap externalization, pengetahuan
sebagai dasar penilaiannya. AHP menyediakan
berubah dari tacit knowledge menjadi explicit
skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan
knowledge (Stern, 2018). Hasil kajian literasi dan
prioritas, dan mempertimbangkan konsistensi logis.
wawancara dari masing-masing narasumber pada
2. METODOLOGI tahap socialization akan didokumentasikan menjadi
explicit knowledge agar lebih mudah dipelajari.
Hasil wawancara didokumentasikan menggunakan
bahasa yang dapat dipahami tanpa menghilangkan
makna wawancara yang telah dilakukan. Berikut ini
adalah hasil kajian literasi dari komponen 6A,
Attraction, Amenities, Ancillary Service, Activity,
Accessibility, dan Accommodation.
Attraction merupakan sesuatu yang dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan
wisata. Attraction dianggap sebagai komponen
penting dari pariwisata karena setiap wisatawan
dapat menikmati tempat wisata.
Gambar 2. Tabel 2.
Alur Perancangan Attraction
Terdapat tahapan dalam sistematika Indikator Alat ukur
perancangan indikator yang terdiri dari tahap Terdapat kegiatan yang dilakukan secara
turun-temurun
pendahuluan berupa pencarian studi literasi, tahap
Keunikan Terdapat peninggalan sejarah di setiap area
penentuan rumusan masalah dan tujuan penelitian, wisata wisata
tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap budaya Terdapat kuliner khas
perancangan, dan tahap kesimpulan dan saran. Data Terdapat museum dan galeri seni
yang dibutuhkan sebagai masukan dari penelitian (Sari, 2017) Terdapat ruang pameran
ini adalah data wawancara dengan pengelola Terdapat tanaman atau vegetasi di sekitar
jalur pejalan kaki di kawasan wisata
pariwisata dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Terdapat pemandangan alam di kawasan
Kabupaten Rembang (Disparbud). Perancangan Panorama
wisata
indikator menggunakan metode SECI yang Kebersihan Tidak terdapat corat-coret di gedung kawasan
memiliki empat tahapan yaitu socialization, wisata
externalization, combination, internalization (Kementerian Tidak terdapat sampah yang berserakan di
Lingkungan kawasan wisata tersebut.
2.1 Socialization Hidup dan
Kehutanan, Polusi udara di kawasan wisata adalah 0-50
Tahap socialization dilakukan dengan 2020) (baik) atau 51-100 (sedang)
melakukan kajian literasi, wawancara dengan Kenyamanan Kebisingan di daerah wisata dengan frekuensi
20-2000 Hz dan intensitas suara 85 dB
narasumber dan mengamati salah satu wisata (Kementerian (desibel)
budaya. Narasumber pertama adalah R.A. Kartini Tenaga Kerja
di Kabupaten Rembang, yang bertujuan untuk Republik
Suhu kamar 18°C-30°C di semua area wisata
memperoleh informasi mengenai kondisi museum Indonesia,
1999)
30 Mia Amelia / Jurnal Metris 23 (2022) 28-34

Amenities merupakan fasilitas penunjang Ancillary Service merupakan layanan


yang dibutuhkan dalam kegiatan pariwisata dan pendukung yang harus disediakan oleh pemerintah
bertujuan untuk membuat wisatawan yang atau pengelola destinasi pariwisata untuk
berkunjung merasa nyaman. Berikut merupakan menyelenggarakan kegiatan pariwisata.
alat ukur amenities.
Tabel 4.
Tabel 3. Ancillary Service
Amenities
Indikator Alat ukur
Indikator Alat ukur Pusat
Terdapat layanan informasi pariwisata dan
Terdapat angkutan umum di setiap Informasi
gudang sebagai ruang penyimpanan
area wisata persediaan brosur serta barang lainnya di
Terdapat pelayanan makanan dan (Setiawan,
setiap lokasi wisata
minuman 2015)
Terdapat travel agent di setiap area Pos Terdapat pos satpam di setiap lokasi wisata
wisata Keamanan
Terdapat sistem keamanan CCTV dan
Terdapat pemandu wisata di setiap peralatan keamanan lainnya di setiap lokasi
(Sumantri,
area wisata wisata
Sarana 2018)
Terdapat sarana penitipan dan
Terdapat rambu petunjuk arah (signage) di
penyimpanan barang di setiap lokasi
(Suwena & setiap area wisata pada posisi persimpangan
wisata
Widyatmaja, jalan. Jarak horizontal antara ujung jalan dan
Terdapat kios cinderamata yang ujung rambu petunjuk arah adalah 1.200
2017)
menjual oleh-oleh (seribu dua ratus millimeter) namun jika
Terdapat panggung kesenian atau Rambu terdapat keterbatasan lahan, maka jaraknya
pertunjukan dengan lebar minimum Petunjuk dapat 450 (empat ratus lima puluh) milimeter
tempat duduk yang dibutuhkan untuk pada perkotaan dan 600 (enam ratus)
satu orang adalah 1,5 ft) atau sekitar 55 (Hayati, millimeter pada pedesaan
cm di setiap area wisata Achmadi, Terdapat rambu peringatan di setiap lokasi
Terdapat Alat Pemadam Api Ringan & Adelia, wisata berupa peringatan akan kemungkinan
(APAR) di setiap lokasi wisata 2021) adanya bahaya
Terdapat fasilitas untuk protokol Terdapat rambu perintah di setiap lokasi
kesehatan wisata yang wajib ditaati
Terdapat jaringan air bersih di setiap Terdapat rambu larangan di setiap lokasi
area wisata wisata untuk menyatakan perbuatan yang
Terdapat gedung pertunjukan di setiap dilarang
area wisata Terdapat rambu cetak timbul di setiap lokasi
Terdapat instalasi listrik atau genset di wisata untuk disabilitas
Prasarana
lokasi wisata seperti museum
Terdapat jalur pemandu atau penanda Activity adalah kegiatan yang dilakukan oleh
(Suwena &
Widyatmaja, sebagai jalur sirkulasi bagi wisatawan di tempat tujuan selama kunjungannya.
2017) penyandang disabilitas di setiap lokasi Setiap destinasi tentunya memiliki berbagai
wisata
kegiatan sesuai dengan karakteristik destinasi
dan Terdapat jaringan akses internet dan
jaringan akses telepon di setiap area wisata tersebut.
(Kementerian wisata
Tabel 5.
Pariwisata dan Terdapat drainase atau saluran
Ekonomi pembuangan air di area wisata Activity
Kreatif, 2022) Terdapat bank di area wisata
Indikator Alat ukur
Terdapat puskesmas di setiap area
wisata Terdapat kegiatan kerajinan tangan di setiap
Kesenian area wisata
Terdapat lapangan serbaguna di setiap
area wisata Terdapat kegiatan seni musik tradisional di
(Kurniawan
setiap area wisata
Terdapat supermarket di setiap area & Fitriani,
wisata 2021) Terdapat kegiatan seni pertunjukan di setiap
area wisata
Terdapat toilet perempuan dan toilet
laki-laki secara terpisah dan bersih, Festival Terdapat kegiatan festival budaya di setiap
luas ruang dalam toilet paling sedikit Budaya area wisata
berukuran 80 cm x 155 cm di setiap
lokasi wisata dengan kapasitas Accessibility merupakan kemampuan
minimal 10 (sepuluh) toilet di setiap wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata
lokasi wisata melalui layanan seperti sewa kendaraan dan
Terdapat toilet untuk penyandang transportasi lokal dari tempat asalnya. Akses terkait
disabilitas paling sedikit memiliki
ukuran 152,5 cm x 227,5 cm dengan
dengan sarana dan prasarana transportasi yang
mempertimbangkan ruang gerak menghubungkan satu daerah dengan daerah
pengguna kursi roda dan menyediakan lainnya. Akses yang buruk akan menyebabkan
tombol darurat di setiap lokasi wisata wisatawan tidak dapat mengunjungi destinasi
Terdapat tempat parkir dengan wisata tertentu, sehingga destinasi wisata yang ada
memperhatikan satuan ruang parkir
(SRP) di setiap lokasi wisata tidak dapat berkembang.
Mia Amelia. / Jurnal Metris 23 (2022) 28-34 31

Tabel 6. 2.3 Combination


Accessibility Tahap combination merupakan tahap lanjutan
dari tahap externalization dimana terjadi proses
Indikator Alat ukur
konversi explicit knowledge menjadi explicit
Setiap area wisata dapat dilalui dengan
knowledge yang baru dengan melalui
moda transportasi roda dua
Setiap area wisata dapat dilalui dengan pengaplikasian pada explicit knowledge dan
moda transportasi roda empat informasi. Pada tahap combination, explicit
Transportasi Setiap area wisata dapat dilalui dengan knowledge digabungkan dari hasil kajian literasi,
moda transportasi bus/truk hasil wawancara dengan setiap narasumber yang
Terdapat bandara di sekitar area wisata telah didokumentasikan kemudian diringkas dalam
(Setiawan,
2015) Terdapat stasiun kereta api di sekitar area tahap eksternalisasi, yaitu dalam bentuk indikator
wisata
dan alat ukur oleh tahap kajian literasi dan
Terdapat terminal di sekitar area wisata
Terdapat Pelabuhan laut di sekitar area ditambahkan hasil wawancara dari Dinas Pariwisata
wisata dan Kebudayaan Kabupaten Rembang sebagai
Terdapat jalan raya yang sudah di cor/ di berikut. Untuk indikator pada 6A sama dengan
aspal di setiap area wisata tahapan externalization kemudian
Jalan Wisatawan dapat dengan mudah penggabungannya terdapat tambahan indikator
mengakses jalan dari suatu tempat wisata
(Rahmawati, budaya menuju tempat wisata budaya yaitu environment dan Human Resource.
Listiana, & lainnya Environment merupakan kawasan yang dibangun
Asbi, 2017)
Terdapat sistem jaringan sirkulasi pejalan untuk melakukan kegiatan wisata untuk memenuhi
kaki di setiap area wisata kebutuhan pariwisata.
Jarak antara pusat kota dengan lokasi Tabel 8.
Jarak wisata ≤15km (kurang dari sama dengan
15 kilometer) Environment
(Rahmawati,
Listiana, & Jarak fasilitas berada dalam cakupan jarak Indikator Alat ukur
Asbi, 2017) pejalan kaki yaitu antara 300-400 (tiga
Terdapat sertifikat kepemilikan
ratus sampai empat ratus) meter.
atau dokumen kepemilikan lahan
yang sah pada setiap lokasi wisata
Accommodation juga bisa disebut sebagai Terdapat surat ijin penggunaan
penginapan. Setiap tujuan akan berbeda. Status kepemilikan
lahan setiap lokasi dari Instansi
Akomodasi yang umumnya dikenal adalah hotel Pemerintah Pusat/ Organisasi
tanah (Clean and
Perangkat Daerah (OPD) yang
dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan. Clear)
berwenang mengelola lahan.
Tabel 7. Merupakan kawasan peruntukan
pariwisata sesuai dokumen
Accommodation Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) di setiap lokasi wisata
Indikator Alat ukur
Terdapat dokumen AMDAL
Terdapat hotel di setiap area wisata Tidak berpotensi menimbulkan
kerusakan lingkungan alam
Terdapat guest house di setiap area wisata
Penginapan (letusan gunung berapi, gempa
Terdapat homestay di setiap area wisata bumi, tanah longsor, banjir, badai
dan angin topan, kemarau panjang
Terdapat vila di setiap area wisata Analisis Mengenai (kekeringan), dan tsunami)
Terdapat penginapan ramah lingkungan Dampak Lingkungan Tidak berpotensi menimbulkan
yang bebas dari asap rokok di setiap area (AMDAL) kerusakan lingkungan buatan
wisata (kerusakan jalan, kerusakan hutan,
pencemaran udara, sampah, dan
Ramah Terdapat penginapan ramah lingkungan
pencemaran air)
Lingkungan yang memaksimalkan cahaya dengan
indeks 250 lux di setiap area wisata Tidak berpotensi terkena dampak
(Aminuddin, perubahan mata pencaharian
dkk, 2016) Terdapat penginapan ramah lingkungan Tidak berpotensi menimbulkan
yang menggunakan udara alami dengan gangguan lalu lintas
cross ventilation sehingga dapat
mengurangi pemakaian AC di setiap area Human Resource adalah semua aspek
wisata manusia yang mendukung kegiatan pariwisata, baik
Hotel bintang 1 minimal 15 kamar
secara langsung maupun tidak langsung, memiliki
Hotel bintang 2 minimal 20 kamar
Jumlah Hotel bintang 3 minimal 30 kamar
interaksi/keterkaitan dengan seluruh komponen
penginapan pariwisata.
Hotel bintang 4 minimal 50 kamar
Hotel bintang 5 minimal 100 kamar
32 Mia Amelia / Jurnal Metris 23 (2022) 28-34

Tabel 9. 9. Consistency Index (CI)


Human Resource λmax−n
𝐶𝐼 =
𝑛−1
Indikator Alat ukurr
Pengelola wisata dan pemandu wisata 10. Consistency Ratio (CR), yaitu sebuah
mampu berkomunikasi menggunakan pernyataan yang menegaskan bahwa seberapa
bahasa inggris dan memiliki sertifikat besar derajat inconsistency dari antar kriteria
Test of English Foreign Language
yang telah dibuat dan diterapkan. Consistency
(TOEFL) dengan skor minimal 400
(empat ratus) Ratio merupakan pembagian antara
Pengelola wisata dan pemandu wisata Consistenscy Index dan Random Index.
mampu berkomunikasi menggunakan
Bahasa Indonesia dan memiliki sertifikat Berikut merupakan hasil pembobotan:
Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
Kompetensi (UKBI) dengan predikat minimal unggul Tabel 10.
Sumber Daya 578-640 (Lima ratus tujuh puluh delapan Pembobotan
Manusia sampai enam ratus empat puluh)
Pengelola wisata dan pemandu wisata Parameter Indikator
mempunyai sertifikasi profesi berlisensi Keunikan wisata budaya (9%)
Pengelola wisata dan pemandu wisata Panorama (12%)
Attraction (4%)
memiliki surat keterangan sehat jasmani Kebersihan (40%)
dan rohani Kenyamanan (40%)
Pengelola wisata dan pemandu wisata Sarana (13%)
Amenities (6%)
memiliki sertifikasi pelatihan dan Prasarana (88%)
pembinaan kerja wisata budaya Pusat Informasi (72%)
Pengelola wisata dan pemandu wisata Ancillary Service (2%) Pos Keamanan (19%)
mempunyai surat keterangan berkelakuan
Rambu Petunjuk (8%)
baik dari kepolisian
Kesenian (50%)
Tingkat Tingkat pendidikan pengelola wisata dan Activity (5%)
Pendidikan pemandu wisata minimal SMA/SMK/MA Festival Budaya (50%)
Angka Partisipasi Murni (APM) Transportasi (12%)
(Bupati mencapai ≥ 67.50% pada tingkat Accessibility (13%) Jalan (75%)
Rembang, pendidikan SMA/SMK/MA Jarak (13%)
2021) Penginapan (10%)
Accommodation (4%) Ramah Lingkungan (57%)
Kemudian dilakukan perhitungan bobot untuk Jumlah penginapan (34%)
mengetahui tingkat kepentingan masing-masing Status Kepemilikan Tanah
parameter dan indikator yang telah dihitung dengan (Clean and Clear) (75%)
Environment (41%)
menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Analisis Mengenai Dampak
Process). Berikut merupakan contoh perhitungan Lingkungan (25%)
Kompetensi Sumber Daya
bobot pada parameter menggunakan metode AHP: Human Resource (23%) Manusia (83%)
1. Mendefinisikan struktur hirarki masalah Tingkat Pendidikan (17%)
dengan tujuan penentuan potensi wisata 2.4 Internalization
budaya.
2. Penilaian kriteria dan alternatif dengan Hasil Pada tahap internalization, terjadi
melakukan perbandingan berpasangan yang perubahan pengetahuan dari explicit knowledge
dilakukan oleh salah satu ahli pariwisata. berupa indikator dan alat ukur potensi wisata
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan budaya di Kabupaten Rembang menjadi tacit
4. Melakukan normalisasi dengan melakukan knowledge berupa pengetahuan bagi pengelola
perhitungan kolom matriks perbandingan wisata budaya dan Dinas Kebudayaan dan
berpasangan Pariwisata Kabupaten Rembang yang nantinya akan
5. Melakukan perhitungan nilai elemen kolom memiliki pengetahuan terkait indikator
kriteria (bobot relatif) berdasarkan cara pengembangan wisata budaya.
dengan melakukan pembagian nilai dari kolom Tahap ini dilakukan diskusi dan konfirmasi
dengan hasil penjumlahan kolom untuk dapat yang dibuat pada tahap combination mengenai
menghasilkan matriks normalisasi. indikator dan alat ukur potensi wisata budaya.
6. Melakukan perhitungan bobot sintesis melalui Tujuan dilakukan diskusi dan konfirmasi untuk
penjumlahan dari semua baris setiap kriteria. dapat mengetahui kesesuaian rancangan dan
7. Melakukan perhitungan bobot prioritas kesediaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Priority Vector) melalui pembagian masing- Kabupaten Rembang (Disparbud) dalam
masing kriteria bobot sintesis dengan jumlah menerapkan rancangan indikator dan alat ukur
baris (n kriteria). potensi wisata budaya di Kabupaten Rembang.
8. Melakukan cek konsistensi dengan melakukan Tahap ini dilakukan dengan cara melakukan
perhitungan eigen maksimal (λmax) dari konfirmasi terhadap delapan parameter yaitu
matriks perbandingan berpasangan. Attraction (Atraksi) dengan empat indikator dan 12
Mia Amelia. / Jurnal Metris 23 (2022) 28-34 33

alat ukur. Amenities (Fasilitas Pendukung) dengan Tabel 12.


dua indikator dan 36 alat ukur. Ancillary Service Hasil Pembobotan (Lanjutan)
(Pelayanan Tambahan) dengan tiga indikator dan 8 Parameter Indikator
alat ukur. Activity (Aktifitas) dengan dua indikator Kesenian (50%)
Activity (5%)
dan empat alat ukur. Accessibility (Akses) dengan Festival Budaya (50%)
Keunikan wisata budaya (9%)
tiga indikator dan 12 alat ukur. Accommodation
Panorama (12%)
(Penginapan) dengan tiga indikator dan 12 alat ukur. Attraction (4%)
Kebersihan (40%)
Environment (Lingkungan) dengan dua indikator Kenyamanan (40%)
dan delapan alat ukur. Human Resource (Sumber Penginapan (10%)
daya Manusia) dengan dua indikator dan delapan Accommodation (4%) Ramah Lingkungan (57%)
alat ukur. Jumlah penginapan (34%)
Pusat Informasi (72%)
3. HASIL PENELITIAN Ancillary Service (2%) Pos Keamanan (19%)
Rambu Petunjuk (8%)
Hasil penelitian ini terdapat delapan
parameter dengan 21 indikator dan 100 alat ukur 4. KESIMPULAN
sudah disetujui oleh pihak Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Rembang yang menyetujui Mengacu Tujuan pada penelitian ini adalah
parameter, indikator dan alat ukur yang telah menghasilkan rancangan indikator dan alat ukur.
dibuat dengan catatan perancangan layak Konsep perancangan dihasilkan sebagai alternatif
digunakan untuk penelitian. Hasil dari diskusi solusi yang paling mendekati penyelesaian masalah
yang telah dilakukan tersebut dapat disimpulkan (Wahyujati, 2021). Sehingga kesimpulan yang
bahwa penyampaian tacit knowledge yang diperoleh pada penelitian yang telah dilakukan di
dilakukan berjalan sesuai dengan yang Kabupaten Rembang maka diperoleh hasil
diharapkan dan narasumber dapat mengetahui rancangan indikator dan alat ukur menggunakan
bagaimana indikator dan alat ukur potensi wisata metode SECI untuk menentukan potensi wisata
budaya yang ada di Kabupaten Rembang. budaya berupa 8 parameter yaitu Attraction
(Atraksi) dengan empat indikator dan 12 alat ukur,
Tahap AHP dilakukan dengan menentukan Amenities (Fasilitas Pendukung) dengan dua
kriteria, membuat matriks perbandingan indikator dan 36 alat ukur, Ancillary Service
berpasangan, menormalkan data, menghitung (Pelayanan Tambahan) dengan tiga indikator dan 8
vektor prioritas, menghitung Indeks Konsistensi alat ukur, Activity (Aktifitas) dengan dua indikator
(CI), menghitung Rasio Konsistensi (CR), dan dan empat alat ukur, Accessibility (Akses) dengan
memeriksa konsistensi hierarkis. Setelah tiga indikator dan 12 alat ukur, Accommodation
menentukan parameter dan indikator, perhitungan (Penginapan) dengan tiga indikator dan 12 alat ukur,
bobot dilakukan untuk menentukan tingkat Environment (Lingkungan) dengan dua indikator
kepentingan. Salah satu pakar pariwisata di dan delapan alat ukur, dan Human Resource
Kabupaten Rembang menentukan tingkat (Sumber daya Manusia) dengan dua indikator dan
kepentingan masing-masing parameter dan delapan alat ukur. Selain itu pada setiap parameter
indikator. Parameter dan indikator memiliki nilai dan indikator dihasilkan pembobotan yang didapat
konsistensi kurang dari 0, 1, dan hasil perhitungan dengan pengisian kuesioner oleh salah satu aktivis
parameter dan indikator dinyatakan konsisten. yang ahli di bidang pariwisata Kabupaten Rembang
Berikut ini adalah hasil perhitungan bobot dengan menggunakan metode AHP. Dapat
menggunakan metode AHP sesuai dengan tingkat diketahui dari hasil pembobotan parameter yang
kepentingannya: memiliki nilai bobot paling tinggi hingga paling
rendah yaitu parameter Environment, Human
Tabel 11.
Hasil Pembobotan Resource, Accessibility, Amenities, Activity,
Attraction, Accommodation, dan Ancillary Service.
Parameter Indikator Keseluruhan terdapat delapan parameter dengan 21
Kepemilikan Tanah (75%) indikator dan 100 alat ukur sudah disetujui oleh
Environment (41%) Analisis Mengenai Dampak
pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Lingkungan (25%)
Kompetensi Sumber Daya Rembang yang menyetujui parameter, indikator dan
Human Resource (23%) Manusia (83%) alat ukur yang telah dibuat. Dalam penerapannya,
Tingkat Pendidikan (17%) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Transportasi (12%) Rembang (Disparbud) akan berusaha untuk
Accessibility (13%) Jalan (75%) menerapkan rancangan indikator potensi wisata
Jarak (13%) budaya agar tercapainya tujuan untuk dapat
Sarana (13%)
Amenities (6%) menentukan potensi wisata budaya sehingga wisata
Prasarana (88%)
budaya dapat dikelola dan ditangani dengan baik.
34 Mia Amelia / Jurnal Metris 23 (2022) 28-34

5. DAFTAR PUSTAKA 12. Noor, M. F., Keliwar, S., Nala, I. W., Sukmana,
E., & Uhai, S. (2021). Pemetaan Pasar
1. Aminuddin, I., Krishnadianty, D., Syukur, A.
Pariwisata Kabupaten Kutai Kartenegara.
G., & Dian, I. A. (2016). Panduan
Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi.
Pengembangan Akomodasi Wisata Ramah
Lingkungan. Jakarta: WWF-Indonesia.
2. Bupati Rembang. (2021). Peraturan Bupati 13. Prasetyo, S. D. (2020). Media Informasi
Rembang nomor 26 tahun 2020 tentang Berbasis Website Bagi Wisatawan Pada Objek
rencana kerja pemerintah daerah kabupaten Wisata Jembatan Merah Hutan Mangrove di
rembang. Rembang: Pemerintah Daerah Desa Pasarbanggi Kabupaten Rembang. Jurnal
Kabupaten Rembang. UNNES, 2.
3. Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata 14. Rahmawati, G., Listiana, I., & Asbi, A. M.
Provinsi Jawa Tengah. (2020). Draft Buku (2017). Potensi Pariwisata Air Terjun Curup
Pariwisata Jawa Tengah. Jawa Tengah: Kambas sebagai Kawasan Destinasi Wisata
disporapar. Alam di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
4. Hayati, R., Achmadi, N. S., & Adelia, S. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan
(2021). Implementasi Konsep 6A di Wisata Kebijakan, 4.
Alam Rammang-Rammang Kabupaten Maros. 15. Sari, U. A. (2017). Analisis Potensi Objek
Jurnal Penelitian Perhotelan dan Gastronomi, Wisata di Kota Jambi. e-Jurnal UNP, 11-12.
158. 16. Setiawan, I. B. (2015). Identifikasi Potensi
5. Indrayati, A., & Setyaningsih, W. (2017). Wisata Beserta 4A (Attraction, Amenity,
Mengungkap Potensi Kabupaten Rembang . Accessibility, Ancilliary) di Dusun Sumber
Jurnal Geografi ( Media Pengembangan Ilmu Wangi, Desa Pemuteran, Kecamatan
dan Profesi Kegeografian), Vol.14, No.1. Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Jurnal
6. Kementerian Lingkungan Hidup dan Penelitian dan Teknologi Kelautan Jurnal
Kehutanan. (2020). Peraturan Menteri Penelitian dan Teknologi Kelautan, 19.
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik 17. Sintaasih, D. D. (2021). Knowledge
Indonesia Nomor Management dan Peran Strategic Partner
P.14/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2020 Tentang Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi.
Indeks Standar Pencemar Udara. Jakarta. Bandung: Media Sains Indonesia.
7. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 18. Stern, M. (2018). Teori Ilmu Sosial untuk
(2022). Peraturan Menteri Pariwisata dan Kelestarian Lingkungan: Panduan Praktis.
Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 3 Inggris Raya: OUP Oxford.
Tahun 2022 Tentang Petunjuk Operasional
19. Sumantri, D. (2018). Strategi pengembangan
Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik
desa wisata di Kelurahan Jelekong, Kabupaten
Bidang Pariwisata Tahun Anggaran 2022.
Bandung. Jurnal Geografi Lingkungan Tropik,
Jakarta.
30-31.
8. Kementerian Tenaga Kerja Republik
20. Suwena, I. k., & Widyatmaja, I. G. (2017).
Indonesia. (1999). Keputusan menteri tenaga
Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
kerja Republik Indonesia Nomor :
Denpasar: Pustaka Larasan.
KEP.51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang
21. Wahyujati, B. B. (2021). Metode Perancangan:
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta:
Rangkuman teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Kementrian tenaga kerja.
Sanata Dharma University Press.
9. Kurniawan, I., & Fitriani, L. (2021).
Pengembangan Desa Wisata Dengan
Pendekatan Klaster Di Kabupaten Bandung.
Jurnal Echonomics, Kewirausahaan, dan
Inovasi Indonesia (IJoEEI), 52-59.
10. Lee, T. H., Jan, F.-H., &Liu, J.-T. (2021).
Mengembangkan Kerangka Indikator untuk
Menilai Pariwisata Berkelanjutan: Bukti Dari
Resor Ekologi Taiwan. Jurnal Elsevier, 2.
11. Mukharomah, W., & Raharja, C. P. (2021).
Segmentasi, targeting, dan positioning
destinasi wisata kabupaten rembang yang
terkena dampak Covid-19. Kolokium
Penelitian Universitas (URECOL), 132.

You might also like