Professional Documents
Culture Documents
2018-Pelaksanaan Pembangunan Drainase Kota Pekanbaru-OJS PDF
2018-Pelaksanaan Pembangunan Drainase Kota Pekanbaru-OJS PDF
ABSTRACT
The city of Pekanbaru is the capital of Riau Province which every year experiences floods
when heavy rains fall. The floods caused by poor drainage systems and have caused
various problems. This fact shows that drainage development has not been fully
implemented based on Minister of Public Works’ Regulation Number 12/PRT/M/2014
concerning the Implementation of Urban Drainage Systems. This study aims to explain
how the implementation of the construction of drainage in the City of Pekanbaru is, what
are the obstacles and what are the efforts of the Pekanbaru City Government to overcome
drainage problems. This type of research is a sociological legal research, namely research
that looks at the effectiveness of law in society. The data used in this study were in the
form of observations and interviews. The conclusion of this study is that the Pekanbaru
City Government has not fully implemented the Minister of Public Works Regulation
Number 12/PRT/M/2014 concerning the Implementation of Urban Drainage Systems.
Constraints faced during the construction of drainage, among others: the construction of
housing has not been equipped with drainage, there are no complete rules governing
drainage, construction of drainage does not have final disposal, construction of drainage
does not meet the standards, people still disposing garbage in drainage, no community
participation in the construction of a drainage system, etc. Some efforts need to be done,
among others: Pekanbaru City Government finalise its drainage system masterplan,
coordinating with the Riau Provincial Government to overcome the flood problem,
designed an environmentally sound drainage system, oversaw the drainage construction,
fostering the community to be aware of the environment, overhauled the drainage system
that did not meet the standards, involved community participation in sustainable drainage
systems, and others.
49
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
ABSTRAK
Kota Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau yang setiap tahun mengalami banjir
manakala hujan deras. Banjir yang diakibatkan sistem drainase yang buruk telah
menimbulkan berbagai permasalahan. Kenyataan ini menunjukkan pembangunan
drainase belum sepenuhnya terlaksana berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Penelitian
ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembangunan drainase Kota
Pekanbaru, apa saja kendala dan apa saja upaya pemerintah Kota Pekanbaru untuk
mengatasi permasalahan drainase. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis,
yaitu penelitian yang mencermati efektivitas hukum dalam masyarakat. Data yang
digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk observasi dan wawancara. Kesimpulan
penelitian ini bahwa Pemerintah Kota Pekanbaru belum sepenuhnya melaksanakan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan. Kendala yang dihadapi pembangunan drainase, antara lain:
pembangunan perumahan belum dilengkapi drainase, belum adanya aturan yang lebih
lengkap yang mengatur tentang drainase, pembangunan drainase tidak memiliki
pembuangan akhir, pembangunan drainase tidak memenuhi standar, masyarakat masih
membuang sampah pada drainase, tidak adanya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan sistem drainase, dan lain-lain. Beberapa upaya yang perlu dilakukan,
antara lain: Pemerintah Kota Pekanbaru harus menuntaskan masterplan sistem drainase,
berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Riau untuk mengatasi masalah banjir,
merancang sistem drainase berwawasan lingkungan, mengawasi pembangunan drainase,
membina masyarakat untuk sadar terhadap lingkungan, merombak sistem drainase yang
tidak memenuhi standar, melibatkan partisipasi masyarakat dalam sistem drainase yang
berkelanjutan, dan lain-lain.
1. PENDAHULUAN
Manusia dan lingkungan bagaikan kehidupan ikan dalam air, sejak lahir,
tumbuh kembang dan dewasa. Manusia kerap berinteraksi dengan lingkungan
alam dan sosial budaya, sehingga wajar jika karakter dan tingkah laku manusia
terbentuk oleh keadaan lingkungan (Moh. Yahya Obaid, 2013). Manusia dapat
mempengaruhi lingkungan hidupnya. Manusia dapat memelihara, melestarikan,
mencemari, atau merusak lingkungan hidup (Sodikin, 2007). Perilaku manusia
dalam bidang pembangunan berusaha untuk mewujudkan hidup yang nyaman.
Pada dasarnya pembangunan itu adalah gangguan terhadap keseimbangan
lingkungan hidup, yaitu usaha sadar manusia untuk mengubah keseimbangan
lingkungan hidup (Niniek Supami, 1992). Pembangunan memiliki dampak bagi
lingkungan hidup baik dampak positif maupun negatif. Pembangunan yang
berdampak positifnya ialah pembangunan yang diselaraskan dengan
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan, sehingga gangguan
terhadap lingkungan hidup bisa diminimalisir. Sementara pembangunan yang
berdampak negatifnya ialah pembangunan yang determinan dari lingkungan
hidup, maka keseimbangan akan terganggu (Hengki Firmanda, 2012).
Kota merupakan sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial ekonomi,
bersifat dinamis atau bersifat sementara. Dalam perkembangannya, kota sukar
50
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
51
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum sosiologis. Penelitian
hukum sosiologis adalah penelitian yang mengkaji efektivitas hukum di
masyarakat (Soerjono Soekanto, 1983). Penelitian hukum sosiologis berorientasi
pada data primer yang diperoleh dari lapangan (Soerjono Soekanto dan Sri
Mamudji, 1985). Penelitian hukum sosiologis sering juga dikenal sebagai
penelitian lapangan. Penelitian ini mengkaji bagaimana bekerjanya norma hukum
di dalam masyarakat (Mukti Fajar dan Yulianti Achmad, 2010).
Lokasi penelitian ini dipilih kota Pekanbaru. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer, sekunder, dan tertier. Data primer adalah data
yang diperoleh dari lapangan, respondennya masyarakat atau pihak terkait yang
sesuai dengan permasalahan penelitian ini. Untuk memperoleh data primer,
peneliti langsung mewawancarai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang (PUPR) Kota Pekanbaru, Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru, dan Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Riau. Data sekunder adalah data yang diperoleh
melalui beberapa literatur-literatur dan berbagai peraturan perundang-undangan
yang sifatnya mendukung data primer penelitian ini. Sedangkan data tertier adalah
52
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
data yang diperoleh melalui kamus, enksiklopedi, dan sejenisnya yang berfungsi
untuk mendukung data primer dan sekunder.
3.2. Pembahasan
3.2.1. Pelaksanaan Pembangunan Drainase Kota Pekanbaru
Drainase merupakan suatu sistem atau wadah pembuangan atau
penyaluran air hujan dan air limbah rumah tangga. Drainase memiliki peranan
yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,
terutama untuk daerah padat penduduk seperti daerah perkotaan. Drainase juga
merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem terpenting
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta merupakan komponen penting
dalam tata ruang kota atau perencanaan infrastruktur kota.
53
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
54
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
55
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
56
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
57
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
tinggi belum diikuti dengan kelengkapan fasilitas sosial, drainase, dan jalan
lingkungan. Penempatan perumahan yang tidak melengkapi persyaratan teknis,
lingkungan, dan sosial menjadi permasalahan besar di kemudian hari karena dapat
menjadi penyebab banjir, kemacetan lalu lintas, dan permasalahan sosial lainnya.
Sebelum diterbitkan IMB, instansi terkait sudah mengatur dalam ketentuan
persyaratan advis planning (saran) sesuai siteplan, hanya saja banyak pihak
pengembang tidak mengikuti saran yang udah diberi. Instansi terkait juga harus
sering mengawas ke lapangan apakah pihak pengembang udah mengikuti
ketentuan yang diberikan dan pantauan masyarakat juga sangat membantu
melaporkan kejadian di lapangan, untuk ditindak lanjuti oleh instansi berwenang.
Selain itu, kemajuan Kota Pekanbaru yang diikuti bertambahnya jumlah
jalan, seharusnya pemerintah Kota Pekanbaru menata dan membangun jaringan
drainase agar dapat mengatasi banjir. Seiring pesatnya pembangunan jaringan
jalan, maka juga dilaksanakan pembangunan jaringan drainase, dan dikoneksikan
ke seluruh jaringan drainase, sehingga terhubung antara satu drainase dengan
yang lainnya hingga ke sungai-sungai sebagai tempat akhir penampungan air.
Pemerintah Kota Pekanbaru belum membuat aturan yang lebih lengkap tentang
drainase khususnya besaran dan tinggi drainase mulai dari jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kota, jalan protokol, hingga jalan-jalan yang berada di perumahan
warga atau gang-gang. Disinilah perlu adanya saling koordinasi terhadap masing-
masing instansi yang mempunyai kewenangan supaya mereka bersinergi untuk
membangun jalan dan drainase yang saling terhubung
Pemerintah Kota pekanbaru telah melakukan berbagai upaya untuk
mengatasi kendala tersebut. Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 1 Tahun
2011 khususnya dalam hal drainase sebagai upaya untuk mewujudkan pelayanan
prima pada masyarakat. Pemerintah kota Pekanbaru harus menjadikan prioritas
utama pada pembangunan sistem drainase kota dan penanganan banjir yang
komprehensif dengan memperhatikan tata ruang, topografi, drainase alam yang
sudah ada, pembuatan waduk/kolam penampung air, sumur resapan serta
pemanfaatan daerah rawa dan gambut yang terencana dengan memperhatikan
aspek keseimbangan lingkungan dan diharapkan Tahun 2025 Kota Pekanbaru
bebas banjir. Untuk menata utilitas kota supaya tidak semrawut, maka harus
dilakukan secara bertahap pembangunan utilitas kota yang meliputi drainase
secara terpadu dan terkoordinasi sehingga keamanan, kenyamanan, dan
keindahan kota terwujud.
Upaya Pemerintah Kota Pekanbaru menata drainase juga tertuang dalam
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 2 Tahun 2014 tentang Bangunan
Gedung. Pasal 54 ayat (2) menyebutkan bahwa Setiap Bangunan Gedung dan
pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan baik dengan
sistem peresapan air ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke dalam
sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan. Pasal ini
menekankan bahwa setiap bangunan harus memberikan jalur air hingga sampai ke
drainase yang ada. Pasal ini juga memberikan pesan bahwa keharusan dan
kewajiban bagi bangunan gedung untuk memiliki drainasi. Kewajiban memiliki
drainase tidak hanya pada bangunan gedung saja, tetapi juga pada bangunan
sebagai tempat penampungan sementara, yang ditegaskan dalam Pasal 111 ayat
(3) bahwa Bangunan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi
58
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
dengan fasilitas penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai.
Penjelasan ayat (3) menguraikan Yang dimaksud dengan fasilitas penyediaan air
bersih adalah penyediaan air bersih yang kualitasnya memadai untuk diminum
serta digunakan untuk kebersihan pribadi atau rumah tangga tanpa menyebabkan
risiko bagi kesehatan. Yang dimaksud dengan fasilitas sanitasi adalah fasilitas
kebersihan dan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan saluran air
(drainase), pengelolaan limbah cair dan/atau padat, pengendalian vektor dan
pembuangan tinja.
Pengaturan drainase juga menyentuh daerah-daerah, seperti pasar, pusat
perbelanjaan, dan toko swalayan, yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota
Pekanbaru Nomor 09 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pasar Rakyat, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Swalayan. Pasal 8 Peraturan Daerah ini menyebutkan
bahwa Fasilitas Bangunan dan Tata Letak Pasar harus memasukkan unsur sanitasi
atau drainase. Drainase wajib ada pada Pasar Rakyat (Lihat Pasal 15 bahwa
drainasi ditutup dengan grill). Penekanan tentang kewajiban Pelaku Usaha Pasar
Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan tertuang dalam Pasal 55 ayat (1)
huruf h bahwa wajib menyediakan sarana kesehatan, sarana persampahan dan
drainase, kamar mandi dan toilet serta fasilitas ibadah bagi karyawan dan
konsumen.
Menurut Ina Mulyani, Sub Bidang Pembinaan Lingkungan dan Penegakan
Hukum Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau bahwa pada dasarnya
persoalan drainase Kota Pekanbaru terletak pada proses pendirian bangunan.
Setiap mendirikan atau membangun sesuatu termasuk pasar terlebih dahulu wajib
memperhatikan drainase agar aliran air pada bangunan tersebut dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Sebelum mendirikan bangunan harus ada izin mendirikan
bangunan. Pada saat melakukan pembangunan drainase wajib dimasukkan
perencanaan pembangunan.
Biasanya, banjir yang melanda Kota Pekanbaru disebabkan curah hujan
yang tinggi. Untuk mengatasi banjir, maka air hujan yang jatuh di suatu kawasan
perlu dialirkan atau dibuang. Disini perlu adanya kolam retensi yaitu kolam yang
dapat menampung air hujan sementara waktu dengan memberikan kesempatan
untuk dapat meresap kedalam tanah yang opersionalnya dapat dikombinasikan
dengan pompa atau pintu air. Caranya dengan pembuatan saluran yang dapat
menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran
di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil
juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga dan dan sistem saluran bangunan
infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada
dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses di atas disebut
dengan sistem drainase (Kodoatie, 2003).
Sistem drainase sebagai serangkaian bangunan air berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari hulunya, bangunan
sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interseptor drain), saluran
pengumpul (colector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran
induk(main drain) dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem
sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air
(aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando dan stasiun
59
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
pompa. Pada sistem drainase yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima
air diolah dahulu pada instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk
sistem tercampur. Hanya air yang telah memiliki baku mutu tertentu yang
dimasukkan ke dalam badan air penerima, biasanya sungai, sehingga tidak
merusak lingkungan (Suripin, 2004).
Beberapa faktor penyebab kegagalan pelaksanaan pembangunan drainase
perkotaan, antara lain: kerusakan lingkungan, kesalahan sistem drainase,
kesalahan perencanaan, masalah sampah, kesalahan dalam pembangunan
drainase, dan minimnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kelancaran
drainase (Maizir, 2017).
Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pekanbaru, Roni
Amriel memberikan solusi untuk mengatasi masalah banjir di Kota Pekanbaru.
Roni Amriel menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Pekanbaru perlu bekerjasama
dan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Riau. Sebab, ada beberapa jalur
drainase dan sungai yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi Riau. Agar
sistem drainase kota Pekanbaru menjadi satu kesatuan, maka harus dilakukan
pembenahan mulai sekarang. Jika tidak, maka jangan heran kawasan pemukiman,
jalan raya, bahkan perkantoran akan menjadi langganan banjir setiap musim
hujan.
Menurut Roni Amriel, apabila penanganan masalah banjir hanya bersifat
parsial, maka masalah banjir tidak akan pernah selesai. Selama ini, setiap banjir di
kawasan pemukiman, maka Walikota bertindak dan memerintah anggotanya
mengeruk drainase. Tindakan walikota ini bukan solusi komprehensif, akan tetapi
hanya merupakan aksi spontanitas. Yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah
banjir adalah pembangunan jangka panjang dan pembangunan berkelanjutan.
Sistem drainase ini merupakan pambangunan jangka panjang.
Pemerintah Kota Pekanbaru perlu mempertimbangkan sistem drainase
berwawasan lingkungan. Sebab sistem drainase berwawasan lingkungan adalah
usaha menampung air yang jatuh di atap pada suatu reservoir tertutup di halaman
masing-masing atau secara kolektif untuk memberikan kesempatan air meresap ke
dalam tanah dengan harapan sebanyak mungkin air hujan diresap ke dalam tanah
(Sunjoto,1987).
Pemerintah Kota Pekanbaru perlu perlu juga melibatkan partisipasi
masyarakat karena keterlibatan masyarakat memegang peranan penting
pembangunan drainase. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sistem drainase
yang berkelanjutan dalam rangka otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah
bertujuan untuk pemberdayaan daerah, mulai pengelolaan pendapatan asli daerah
hingga penanggulangan berbagai permasalahan di daerah. Pemerintah dan
dukungan peran serta masyarakat bersama-sama menangani masalah banjir baik
secara teknis dan maupun dana (Sobriyah dan Wignyosukarto, 2001).
Pada prinsipnya, pemerintah pusat telah memberikan kesempatan dan
keleluasan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan sistem jaringan drainase, antara lain: survey dan
investigasi, perencanaan, pembebasan tanah, pembangunan, operasi dan
pemeliharaan, dan monitoring dan evaluasi (Pranoto dalam Adi Yusuf Muttaqin,
2005). Oleh karena itu, Pemerintah Kota Pekanbaru semestinya memanfaatkan
60
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
4. PENUTUP
Pemerintah Kota Pekanbaru memang telah melaksanakan pembangunan
drainase, akan tetapi belum sepenuhnya terlaksana berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan. Pelaksanaan pembangunan sistem drainase Kota
Pekanbaru masih terdapat beberapa kendala yang harus diperhatikan mengingat
pentingnya fungsi drainase pada lingkungan terutama untuk mengatasi banjir.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembangunan sistem drainase,
antara lain: padatnya penduduk yang membutuhkan banyak perumahan
berdampak pada minimnya kawasan penghijauan, pembangunan perumahan
belum dilengkapi drainase, belum adanya aturan yang lebih lengkap yang
mengatur tentang drainase, pembangunan drainase tidak memiliki pembuangan
akhir, pembangunan drainase tidak memenuhi standar, kurangnya kesadaran
masyarakat menjaga lingkungan karena masih banyak ditemukan sampah pada
drainase, tidak adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sistem
drainase, dan lain-lain.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan, antara lain: Pemerintah Kota
Pekanbaru harus menuntaskan penyusunan masterplan penanggulangan masalah
banjir dan sistem drainase, Pemerintah Kota Pekanbaru bekerjasama dan
berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Riau untuk mengatasi masalah banjir,
Pemerintah Kota Pekanbaru mempertimbangkan sistem drainase berwawasan
lingkungan, Pemerintah Kota Pekanbaru melakukan pengawasan terhadap
pembangunan drainase, Pemerintah Kota Pekanbaru melakukan pembinaan
kepada masyarakat untuk sadar terhadap lingkungan, Pemerintah Kota Pekanbaru
melakukan perombakan sistem drainase yang tidak memenuhi standar,
Pemerintah Kota Pekanbaru melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sistem drainase yang berkelanjutan, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Yusuf Muttaqin. 2007. Kinerja Sistem Drainase Yang Berkelanjutan Berbasis
Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus di Perumahan Josroyo Indah Jaten
Kabupaten Karanganyar). Jurnal Media Teknik Sipil.
Ajeng Kusuma Dewi, Ary Setiawan, Agus P Saido. 2014. Evaluasi Sistem Saluran
Drainase di Ruas Jalan Solo Sragen Kabupaten Karanganyar. e-Jurnal Matriks
Teknik Sipil. Vol. 2, No. 1.
Haryono Sukarto. 1999. Drainase Perkotaan. Jakarta: Departemen Pekerjaan
Umum.
Hengki Firmanda. 2011. Asas Hukum Kontrak sebagai Pencegah Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup (Studi terhadap Asas Re Bus Sic Stantibus dalam
Kontrak Karya Pertambangan di Indonesia. Tesis. Magister Imu Hukum
Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.
61
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
Inggrit Regina Pangkey, Esli D. Takumansang, Andy Malik. 2015. Evaluasi Kinerja
Sistem Drainase di Wilayah Pusat Kota Amurang Berdasarkan Persepsi
Masyarakat. Jurnal Universitas Sam Ratulangi. Vol. 2, No. 3.
Irma Suryanti, I.N. Norken, dan G.B. Sila Dharma. 2013. Kinerja Sistem Jaringan
Drainase Kota Semarapura di Kabupaten Klungkung. Jurnal Spektran. Vol. 1.
No. 1.
Maizir. 2017. Evaluasi Kegagalan Pembangunan Drainase Dalam Lingkungan
Daerah Pemukiman. Jurnal Teknik Sipil ITP. Vol. 4, No. 2.
Moh. Yahya Obaid. 2013. Religiusitas Lembaga Pendidikan yang Berwawasan
Lingkungan. Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 6 No. 1.
Mukti Fajar dan Yulianti Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurhapni dan hani Burhanuddin. 2011. Kajian Pembangunan Sistem Drainase
Berwawasan Lingkungan di Kawasan Perumahan. Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota. Vol. 11, No. 1.
Robert Kodoatie. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sobriyah dan Budi Wignyasukarto. 2001. Peran Serta Masyarakat dalam
Pengendalian Banjir untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah, Makalah
pada Kongres VII dan PIT VIII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia
(HATHI), Malang.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali.
Soerjono Soekanto. 1983. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Sri Harto. 1993. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil
UGM.
Sunjoto. 1987. Sistem Drainase Air Hujan yang Berwawasan Lingkungan. Makalah
Seminar Pengkajian Sitem Hidrologi dan Hidrolika, PAU Ilmu Teknik
Universitas Gajah Mada.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.
Zoe’raini Djamal Irwan. 2004. Tantangan Lingkungan & Lansekap Kota. Jakarta:
Bumi Aksara.
62