Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DRAINASE KOTA PEKANBARU


BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR 12/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM
DRAINASE PERKOTAAN

DRAINAGE DEVELOPMENT IN THE CITY OF PEKANBARU BASED ON THE
MINISTER OF PUBLIC WORKS REGULATION NUMBER 12/PRT/M/2014
CONCERNING THE IMPLEMENTATION OF URBAN DRAINAGE SYSTEMS

Ardiansah, Bagio Kadaryanto, Nabella Puspa Rani


Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning
Jln. Yos Sudarso Km. 8 Rumbai Kota Pekanbaru
Email: ardiansyah2000@yahoo.com

ABSTRACT

The city of Pekanbaru is the capital of Riau Province which every year experiences floods
when heavy rains fall. The floods caused by poor drainage systems and have caused
various problems. This fact shows that drainage development has not been fully
implemented based on Minister of Public Works’ Regulation Number 12/PRT/M/2014
concerning the Implementation of Urban Drainage Systems. This study aims to explain
how the implementation of the construction of drainage in the City of Pekanbaru is, what
are the obstacles and what are the efforts of the Pekanbaru City Government to overcome
drainage problems. This type of research is a sociological legal research, namely research
that looks at the effectiveness of law in society. The data used in this study were in the
form of observations and interviews. The conclusion of this study is that the Pekanbaru
City Government has not fully implemented the Minister of Public Works Regulation
Number 12/PRT/M/2014 concerning the Implementation of Urban Drainage Systems.
Constraints faced during the construction of drainage, among others: the construction of
housing has not been equipped with drainage, there are no complete rules governing
drainage, construction of drainage does not have final disposal, construction of drainage
does not meet the standards, people still disposing garbage in drainage, no community
participation in the construction of a drainage system, etc. Some efforts need to be done,
among others: Pekanbaru City Government finalise its drainage system masterplan,
coordinating with the Riau Provincial Government to overcome the flood problem,
designed an environmentally sound drainage system, oversaw the drainage construction,
fostering the community to be aware of the environment, overhauled the drainage system
that did not meet the standards, involved community participation in sustainable drainage
systems, and others.

Keywords: Urban Drainage System, City of Pekanbaru

49 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

ABSTRAK

Kota Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau yang setiap tahun mengalami banjir
manakala hujan deras. Banjir yang diakibatkan sistem drainase yang buruk telah
menimbulkan berbagai permasalahan. Kenyataan ini menunjukkan pembangunan
drainase belum sepenuhnya terlaksana berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Penelitian
ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembangunan drainase Kota
Pekanbaru, apa saja kendala dan apa saja upaya pemerintah Kota Pekanbaru untuk
mengatasi permasalahan drainase. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum sosiologis,
yaitu penelitian yang mencermati efektivitas hukum dalam masyarakat. Data yang
digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk observasi dan wawancara. Kesimpulan
penelitian ini bahwa Pemerintah Kota Pekanbaru belum sepenuhnya melaksanakan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan. Kendala yang dihadapi pembangunan drainase, antara lain:
pembangunan perumahan belum dilengkapi drainase, belum adanya aturan yang lebih
lengkap yang mengatur tentang drainase, pembangunan drainase tidak memiliki
pembuangan akhir, pembangunan drainase tidak memenuhi standar, masyarakat masih
membuang sampah pada drainase, tidak adanya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan sistem drainase, dan lain-lain. Beberapa upaya yang perlu dilakukan,
antara lain: Pemerintah Kota Pekanbaru harus menuntaskan masterplan sistem drainase,
berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Riau untuk mengatasi masalah banjir,
merancang sistem drainase berwawasan lingkungan, mengawasi pembangunan drainase,
membina masyarakat untuk sadar terhadap lingkungan, merombak sistem drainase yang
tidak memenuhi standar, melibatkan partisipasi masyarakat dalam sistem drainase yang
berkelanjutan, dan lain-lain.

Kata Kunci: Sistem Drainase Perkotaan, Kota Pekanbaru

1. PENDAHULUAN
Manusia dan lingkungan bagaikan kehidupan ikan dalam air, sejak lahir,
tumbuh kembang dan dewasa. Manusia kerap berinteraksi dengan lingkungan
alam dan sosial budaya, sehingga wajar jika karakter dan tingkah laku manusia
terbentuk oleh keadaan lingkungan (Moh. Yahya Obaid, 2013). Manusia dapat
mempengaruhi lingkungan hidupnya. Manusia dapat memelihara, melestarikan,
mencemari, atau merusak lingkungan hidup (Sodikin, 2007). Perilaku manusia
dalam bidang pembangunan berusaha untuk mewujudkan hidup yang nyaman.
Pada dasarnya pembangunan itu adalah gangguan terhadap keseimbangan
lingkungan hidup, yaitu usaha sadar manusia untuk mengubah keseimbangan
lingkungan hidup (Niniek Supami, 1992). Pembangunan memiliki dampak bagi
lingkungan hidup baik dampak positif maupun negatif. Pembangunan yang
berdampak positifnya ialah pembangunan yang diselaraskan dengan
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan, sehingga gangguan
terhadap lingkungan hidup bisa diminimalisir. Sementara pembangunan yang
berdampak negatifnya ialah pembangunan yang determinan dari lingkungan
hidup, maka keseimbangan akan terganggu (Hengki Firmanda, 2012).
Kota merupakan sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial ekonomi,
bersifat dinamis atau bersifat sementara. Dalam perkembangannya, kota sukar

50 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

untuk dikontrol dan sewaktu-waktu dapat menjadi tidak beraturan. Kota


merupakan suatu wilayah berkembangnya kegiatan sosial, budaya dan ekonomi
perkotaan yang tidak berstatus sebagai kota administratif atau kotamadya.
Aktifitas dan perkembangan kota mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik
(Zoe’raini Djamal Irwan, 2004).
Kota memerlukan adanya suatu sistem drainase. Pembangunan sistem
drainase di suatu wilayah bertujuan untuk menyediakan suatu sistem saluran yang
berfungsi mengalirkan air di permukaan akibat hujan secepatnya ke badan air
penerima terdekat seperti sungai. Seiring dengan semakin banyak jumlah
penduduk di perkotaan maka dapat dipastikan semakin pesat pula pembangunan
berbagai prasarana dan sarana perkotaan (Nurhapni dan Hani Burhanuddin,
2011).
Sistem jaringan drainase di suatu kawasan dirancang untuk menampung
debit aliran yang normal, terutama pada saat musim hujan. Kapasitas saluran
drainase sudah diperhitungkan untuk dapat menampung debit air agar tidak
mengalami banjir. Jika kapasitas sistem saluran drainase menurun, maka debit
yang normal tidak akan bisa ditampung oleh sistem yang ada. Menurunnya
kapasitas sistem disebabkan banyak terdapat endapan seperti tanah dan sampah,
terjadi kerusakan fisik sistem jaringan, dan adanya bangunan lain di atas sistem
jaringan (Inggrit Regina Pangkey et al, 2015).
Drainase adalah suatu ilmu untuk pengeringan tanah. Drainase berasal dari
kata to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air. Drainase
merupakan terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistem-sistem yang
berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik di atas maupun di
bawah pemukiman tanah (Haryono Sukarto, 1999). Drainase merupakan sarana
atau prasarana untuk mengalirkan air hujan dari suatu tempat ke tempat yang lain
(Ajeng Kusuma Dewi et al, 2014).
Drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase bermakna
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas, dimana drainase suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut (Suripin, 2004).
Drainase Perkotaan berfungsi untuk mengeringkan bagian wilayah kota
yang permukaan lahannya lebih rendah dari genangan, mengalirkan kelebihan air
permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak membanjiri kota,
mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan
untuk persediaan air dan kehidupan akuatik, dan meresapkan air permukaan
untuk menjaga kelestarian air tanah. (Sri Harto, 1993).
Kota Pekanbaru adalah Ibu Kota Provinsi Riau memiliki luas 632,2 KM2.
Setiap tahun kota Pekanbaru mengalami banjir manakala hujan deras. Pada
tanggal 1 Mei 2017, banjir melanda kota Pekanbaru dengan ketinggian air berkisar
10-30 cm. Banjir sekitar Jalan Soebrantas dan Jalan Soekarno-Hatta
mengakibatkan kemacetan yang parah. Banjir juga melanda sekitar Jalan SM Amin,
Jalan Jenderal Sudirman, dan Jalan Riau. Banjir yang merendam Perumahan Alam

51 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

Surya telah menimbulkan korban jiwa akibat tersengat listrik (www.cakaplah.com,


2017).
Pada tanggal 23 Juni 2017 banjir melanda kota Pekanbaru. Hujan deras
mengakibatkan tergenang air setinggi 50 cm di Jalan Sudirman tepatnya sekitar
Hotel Grand Central. Genangan air juga melanda pemukiman penduduk dan ruas
jalan sehingga mengakibatkan akses jalan terputus. Kemudian, pada tanggal 3
September 2017, hujan deras juga telah mengakibat banjir di Jalan Sudirman
sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas yang parah.
Banjir masih terus terjadi di kota Pekanbaru. Apabila terjadi curah hujan
yang cukup tinggi dipastikan mempengaruhi kondisi jalan dan drainase. Jika
hujannya lebat, maka air menjadi tergenang di jalan. Kondisi ini terjadi karena
sistem drainase buruk (www.pekanbaru.tribunnews.com, 2017). Fakta yang
diungkap hanya sebagian tahun 2017. Yang pasti, banjir telah menimbulkan
permasalahan, yaitu keselarasan antara pembangunan dan lingkungan hidup.
Kondisi eksisting sistem drainase Kota Pekanbaru banyak masalah, seperti
sistem trotoar, saluran drainase yang tersumbat sampah, tanah yang lebih tinggi
dari bahu jalan, kondisi inlet-inlet drainase yang tertutup tanah yang
menyebabkan terjadinya banjir, dan lain-lain. Dengan permasalahan tersebut,
maka diperlukan kajian untuk memperbaiki sistem drainase Kota Pekanbaru (Irma
Suryanti et al, 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut, pertanyaan yang perlu dicermati
adalah bagaimana pelaksanaan pembangunan drainase Kota Pekanbaru
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan, apa saja kendala yang dihadapi dan
apa saja upaya yang harus dilakukan Pemerintah Kota Pekanbaru untuk mengatasi
permasalahan drainase berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Artikel ini
akan menjawab beberapa pertanyaan tersebut.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum sosiologis. Penelitian
hukum sosiologis adalah penelitian yang mengkaji efektivitas hukum di
masyarakat (Soerjono Soekanto, 1983). Penelitian hukum sosiologis berorientasi
pada data primer yang diperoleh dari lapangan (Soerjono Soekanto dan Sri
Mamudji, 1985). Penelitian hukum sosiologis sering juga dikenal sebagai
penelitian lapangan. Penelitian ini mengkaji bagaimana bekerjanya norma hukum
di dalam masyarakat (Mukti Fajar dan Yulianti Achmad, 2010).
Lokasi penelitian ini dipilih kota Pekanbaru. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer, sekunder, dan tertier. Data primer adalah data
yang diperoleh dari lapangan, respondennya masyarakat atau pihak terkait yang
sesuai dengan permasalahan penelitian ini. Untuk memperoleh data primer,
peneliti langsung mewawancarai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang (PUPR) Kota Pekanbaru, Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru, dan Badan
Lingkungan Hidup Provinsi Riau. Data sekunder adalah data yang diperoleh
melalui beberapa literatur-literatur dan berbagai peraturan perundang-undangan
yang sifatnya mendukung data primer penelitian ini. Sedangkan data tertier adalah

52 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

data yang diperoleh melalui kamus, enksiklopedi, dan sejenisnya yang berfungsi
untuk mendukung data primer dan sekunder.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
Pemerintah Kota Pekanbaru memang telah melaksanakan pembangunan
drainase, akan tetapi belum sepenuhnya terlaksana berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan. Pemerintah Kota Pekanbaru terus berupaya mengatasi
banjir dengan cara melakukan pembenahan sistem drainase sesuai aturan yang
berlaku. Hanya saja dalam upaya pembenahan itu masih terdapat berbagai kendala
yang menjadi hambatan bagi Pemerintah Kota Pekanbaru khususnya Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Pekanbaru untuk
menyelengarakan sistem drainase perkotaan sesuai yang diharapkan.
Setidaknya terdapat 4 (empat) kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
sistem drainase berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Pertama,
laju pertumbuhan penduduk yang berdampak pada wilayah pemukiman dan
mengakibatkan kota padat penduduk. Kedua, kesadaran masyarakat perkotaan
untuk menjaga lingkungan memanfaatkan drainase sesuai dengan fungsinya
karena masih banyak ditemukan sampah yang dibuang pada drainase yang
mengakibatkan terjadinya penyumbatan di saluran pembuangan air sehingga
berakibat timbulnya banjir di beberapa wilayah kota Pekanbaru.
Ketiga, belum adanya pembenahan dan penataan kawasan terutama pada
kawasan kota lama dan kawasan yang berkembang dengan jumlah penduduk yang
padat. Contohnya, kawasan Senapelan yang merupakan pusat pertama Kota
Pekanbaru. Untuk melakukan pembenahan pada kawasan Senapelan perlu
kerjasama Pemerintah Kota Pekanbaru, masyarakat, dan pihak terkait. Beberapa
kawasan pemukiman memiliki drainase, tetapi tidak sesuai standar. Hal ini sering
ditemukan di kawasan perumahan yang drainasenya dibuat oleh pengembang
sekedar untuk melengkapi syarat saja dan tidak mengikuti aturan yang telah
ditetapkan sesuai dengan siteplan, sehingga ukurannya dibuat tidak sesuai
standar. Keempat, beberapa kawasan pemukiman ditemukan drainase yang buntu
atau tidak ada saluran pembuangan akhir. Hal ini berdampak pada genangan air di
wilayah pemukiman masyarakat.

3.2. Pembahasan
3.2.1. Pelaksanaan Pembangunan Drainase Kota Pekanbaru
Drainase merupakan suatu sistem atau wadah pembuangan atau
penyaluran air hujan dan air limbah rumah tangga. Drainase memiliki peranan
yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,
terutama untuk daerah padat penduduk seperti daerah perkotaan. Drainase juga
merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem terpenting
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta merupakan komponen penting
dalam tata ruang kota atau perencanaan infrastruktur kota.

53 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014


tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan terdapat ketentuan bahwa
penyelenggaraan sistem drainase perkotaan adalah upaya merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengoperasikan, memelihara, memantau, dan
mengevaluasi sistem fisik dan non fisik drainase perkotaan. Sementara sistem
drainase perkotaan adalah satu kesatuan sistem teknis dan non teknis dari
prasarana dan sarana drainase perkotaan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tersebut dimaksudkan sebagai acuan
bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, badan
usaha dan masyarakat dalam penyelenggaraan sistem drainase perkotaan.
Tujuannya untuk mewujudkan penyelenggaraan sistem drainase perkotaan yang
memenuhi persyaratan tertib administrasi, ketentuan teknis, ramah lingkungan
dan memenuhi keandalan pelayanan, menciptakan lingkungan pemukiman yang
sehat dan bebas genangan, dan meningkatkan konservasi, pendayagunaan dan
pengendalian air.
Berkenaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tersebut, A Saat selaku
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)
Kota Pekanbaru, menyatakan bahwa bahwa Pemerintah Kota Pekanbaru berupaya
mewujudkan tujuan penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Hanya saja, perlu dilakukan
pembenahan terhadap beberapa lokasi. Kota Pekanbaru bukanlah kota yang baru
berdiri, akan tetapi kota yang sudah lama dan terus berkembang. Sebelumnya
telah ada pemikiran tentang sistem tata ruang kota dan perencanaan
pembangunan berkelanjutan atau jangka panjang, seperti kawasan Senapelan yang
merupakan kawasan lama.
Penyelenggaraan sistem drainase perkotaan menganut sistem pemisahan
antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada wilayah
perkotaan. Tahapan penerapan sistem pemisahan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi masing-masing daerah berdasarkan hasil kajian teknis. Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan menjadi tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya.
Pemerintah daerah dapat melakukan kerjasama antar daerah dalam
penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan dilakukan oleh instansi teknis yang bertanggungjawab dalam sub
bidang drainase.
Sistem Drainase Perkotaan terdiri atas sistem teknis dan non teknis. Sistem
teknis merupakan jaringan drainase perkotaan yang terdiri dari saluran
induk/primer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran lokal, bangunan
peresapan, bangunan tampungan beserta sarana pelengkapnya yang berhubungan
secara sistemik satu dengan lainnya. Sedangkan sistem non teknis merupakan
dukungan terhadap sistem teknis drainase perkotaan terkait dengan pembiayaan,
peran masyarakat, peraturan perundang-undangan, institusi, sosial ekonomi dan
budaya, dan kesehatan lingkungan permukiman.
Saluran induk/primer dan/atau saluran sekunder dapat berupa sungai,
dan/atau anak sungai yang berfungsi sebagai drainase perkotaan, dan/atau kanal
buatan yang seluruh daerah tangkapan airnya terletak dalam satu wilayah

54 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

perkotaan. Menurut pengamatan peneliti, Kota Pekanbaru juga memiliki beberapa


sungai yang berfungsi sebagai saluran terakhir pada sistem drainase. Beberapa
sungai tersebut adalah, Sungai Siak, Sungai Sago, Sungai Sail, Sungai Senapelan,
Sungai Air Hitam, dan Sungai Sibam.
Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan disusun untuk kawasan
metropolitan, kawasan perkotaan besar dan kota yang mempunyai nilai strategis.
Dalam hal sistem drainase perkotaan untuk kawasan kota sedang dan kecil,
Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan disusun secara sederhana. Rencana
induk disusun oleh instansi yang berwenang di bidang drainase. Rencana induk
ditetapkan oleh Pemerintahan Kabupaten/Kota. Penyusunan Rencana Induk pada
Kabupaten/Kota harus berdasarkan pada Rencana Umum Tata Ruang
Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di
wilayah tersebut. Rencana induk Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan
berlaku 25 (dua puluh lima) tahun atau disesuaikan dengan jangka waktu
berlakunya Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten/Kota. Menurut A Saat,
Perencanaan Sistem Drainase Kota Pekanbaru sudah terangkum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Pekanbaru.
Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan disusun dengan memperhatikan
beberapa hal, yaitu: rencana pengelolaan sumber daya air, rencana tata ruang
wilayah (RTRW), tipologi kota/wilayah, konservasi air, kondisi lingkungan, sosial,
ekonomi, dan kearifan lokal. Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu: inventarisasi kondisi awal sistem drainase,
kajian dan analisis drainase dan konservasi air, pendekatan penyelenggaraan
sistem drainase perkotaan, rencana sistem jaringan drainase perkotaan termasuk
skema jaringan drainase perkotaan, skala prioritas dan tahapan penanganan,
perencanaan dasar, pembiayaan, kelembagaan, dan pemberdayaan masyarakat.
Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pekanbaru, Roni
Amriel berpendapat bahwa Pemerintah Kota Pekanbaru belum memiliki
masterplan dalam penanggulangan masalah banjir dan sistem drainase.
Penanganan masalah banjir terkesan masih separuh hati. Roni Amriel
menambahkan bahwa Pemerintah Kota Pekanbaru harus serius untuk
menyelesaikan masalah banjir.
Pemerintah Kota Pekanbaru memang telah melaksanakan pembangunan
drainase, namun pembangunan drainase belum berdasarkan perencanaan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem
Drainase Perkotaan. Pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Perencanaan Sistem
Drainase Perkotaan meliputi a. Penyusunan rencana induk; b. Studi kelayakan; dan
perencanaan teknik terinci/detail design. Selanjutnya Pasal 6 ayat (2)
menyebutkan bahwa Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
untuk pengembangan Sistem Drainase Perkotaan guna mendukung Sistem
Drainase Perkotaan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tersebut menghendaki adanya
Operasi dan Pemeliharan sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (1), (2) (3), (4),
dan (5). Pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa Operasi dan Pemeliharaan
dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan fungsi Sistem Drainase Perkotaan
dengan prinsip aman dan bersih. Pasal 20 ayat (2) menyebutkan bahwa Operasi

55 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

dan Pemeliharaan drainase perkotaan Primer, sekunder dan tersier menjadi


tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Pasal 20 ayat (3) menyebutkan
bahwa Dalam hal Operasi dan Pemeliharaan drainase perkotaan lokal, menjadi
tanggung jawab pengelola kawasan. Pasal 20 ayat (r) menyebutkan bahwa Operasi
dan Pemeliharaan Sistem Drainase Perkotaan di kawasan permukiman yang
dibangun oleh pelaku pembangunan menjadi tanggung jawab pelaku
pembangunan dan/atau masyarakat berdasarkan peraturan perundangan. Pasal
20 ayat (5) menyebutkan bahwa Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan wajib
mengikuti kaidah pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan Sistem Manajemen Lingkungan.

3.2.2. Kendala Yang Dihadapi dan Upaya Untuk Mengatasi Permasalahan


Sistem Drainase Perkotaan Kota Pekanbaru
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakatnya. Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah mengatur terkait
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerahnya di dalam peraturan
daerah. Menindaklanjutnya hal tersebut, Pemerintah Kota Pekanbaru telah
memberlakukan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Pekanbaru.
Peraturan daerah ini mengatur perihal berbagai urusan pemerintahan di kota
Pekanbaru.
Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2008
menyebutkan ada 31 (tiga puluh satu) bidang urusan pemerintahan yang menjadi
urusan Kota Pekanbaru, yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum;
Perumahan, Penataan Ruang, Perencanaan Pembangunan, Perhubungan,
Lingkungan Hidup, Pertanahan, Kependudukan dan Catatan Sipil, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera,
Sosial, Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, Penanaman Modal, Kebudayaan dan Pariwisata, Kepemudaan dan Olah
Raga, Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri; Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Statistik, Kearsipan,
Perpustakaan, Komunikasi dan Informatika, Pertanian dan Ketahanan Pangan,
Kehutanan, Energi dan Sumber Daya Mineral, Kelautan dan Perikanan,
Perdagangan; dan Perindustrian. Sebanyak 31 (tiga puluh satu) urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sesuai Pasal 4 Peraturan Daerah
Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2008 dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Urusan Wajib
dan Urusan Pilihan.
Pemerintah Kota Pekanbaru menempatkan pengurusan drainase dalam
Lampiran Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2008, tanggal 21 Juli
2008 dimasukkan ke dalam pembagian urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum sub bidang drainase. Pasal 5 ayat (2) huruf d Peraturan Daerah Kota
Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2008 memposisikan Bidang Pekerjaan Umum masuk
ke dalam Urusan Wajib pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah Kota
Pekanbaru, karena berhubungan dengan pelayanan dasar daerah.

56 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

Rincian yang menjadi urusan Pemerintah Kota Pekanbaru di bidang


Pekerjaan Umum sub bidang Drainase dalam Lampiran Peraturan Daerah Kota
Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2008 dibagi menjadi Pengaturan, Pembinaan,
Pembangunan, dan Pengawasan. Pertama, Pengaturan itu dalam bentuk: (a)
Penetapan Peraturan Daerah kebijakan dan strategi berdasarkan kebijakan
nasional dan provinsi, (b) Penetapan peraturan daerah NSPK drainase dan
pematusan genangan di wilayah berdasarkan SPM yang disusun pemerintah pusat
dan provinsi. Kedua, Pembinaan dalam bentuk peningkatan kapasitas teknik dan
manajemen penyelenggara drainase dan pematusan genangan di wilayah. Ketiga,
Pembangunan dalam bentuk: (a) Penyelesaian masalah dan permasalahan
operasionalisasi system drainase dan penanggulangan banjir di wilayah kota serta
koordinasi dengan daerah sekitarnya, (b) Penyelenggaraan pembangunan dan
pemeliharaan PS drainase, dan Penyusunan rencana induk PS drainase skala.
Keempat, Pengawasan dalam bentuk: (a) Evaluasi terhadap penyelenggaraan
sistem drainase dan pengendali banjir, (b) Pengawasan dan pengendalian
penyelenggaraan drainase dan pengendalian banjir, (c) Pengawasan dan
pengendalian atas pelaksanaan NSPK.
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2008 telah
mengamanatkan pengurusan drainase kepada Pemerintah Kota Pekanbaru
khususnya Walikota Pekanbaru yang diteruskan kepada Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kota Pekanbaru. Pengurusan drainase harus berdasarkan
atas Rincian Lampiran Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2008
berupa Pengaturan, Pembinaan, Pembangunan, dan Pengawasan.
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pekanbaru Tahun 2005-2025,
di dalam Bab II Kondisi dan Analisis Kondisi Umum Daerah khususnya pada
penguraian tentang Sarana dan Prasarana menyebutkan di wilayah Kota
Pekanbaru terdapat (a) Jalan Nasional (128,256 km dansemuanya beraspal)
sebanyak 76,62 % dalam kondisi baik; (b) Jalan Provinsi (135,2 km) yang beraspal
84,3 %, hanya 48,1% dalam kondisi baik; (c) Jalan Kota (2.426,84 km) lebih parah
lagikeadaannya, 38,8% aspal, 1,7% kerikil, dan 59,5 % jalan tanah (dari jumlah itu
hanya 42,5% dalam kondisi baik). Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas jalan
provinsi dan jalan kota di Pekanbaru sangat rendah. Kondisi ini diperparah lagi
dengan masih banyaknya ruas jalan yang belum dilengkapi dengan drainase jalan
sehingga mempercepat kerusakan jalan disebabkan tergenangnya badan jalan.
Penjelasan lebih lanjut di dalam Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor
1 Tahun 2011 bahwa banjir di Kota Pekanbaru umumnya terjadi akibat curah
hujan yang tinggi, anak-anak sungai sebagai saluran primer belum tertata dengan
baik, jaringan drainase yang belum tersambung seluruhnya, serta belum lancarnya
aliran pada saluran drainase yang ada. Genangan air ini disebabkan belum
tuntasnya saluran drainase yang mengalirkan air limpahan hujan ke anak sungai
dan ke sungai. Selain itu, ada pula banjir yang memang disebabkan oleh rendahnya
permukaan tanah pada lokasi yang berdekatan dengan sungai Siak, Sungai Sago,
Sungai Sail, Sungai Senapelan, Sungai Air Hitam, dan Sungai Sibam.
Pelaksanaan pembangunan drainase Kota Pekanbaru menghadapi berbagai
kendala. Pembangunan perumahan di Pekanbaru yang tumbuh cukup signifikan
telah menimbulkan masalah perkotaan. Pembangunan perumahan yang semakin

57 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

tinggi belum diikuti dengan kelengkapan fasilitas sosial, drainase, dan jalan
lingkungan. Penempatan perumahan yang tidak melengkapi persyaratan teknis,
lingkungan, dan sosial menjadi permasalahan besar di kemudian hari karena dapat
menjadi penyebab banjir, kemacetan lalu lintas, dan permasalahan sosial lainnya.
Sebelum diterbitkan IMB, instansi terkait sudah mengatur dalam ketentuan
persyaratan advis planning (saran) sesuai siteplan, hanya saja banyak pihak
pengembang tidak mengikuti saran yang udah diberi. Instansi terkait juga harus
sering mengawas ke lapangan apakah pihak pengembang udah mengikuti
ketentuan yang diberikan dan pantauan masyarakat juga sangat membantu
melaporkan kejadian di lapangan, untuk ditindak lanjuti oleh instansi berwenang.
Selain itu, kemajuan Kota Pekanbaru yang diikuti bertambahnya jumlah
jalan, seharusnya pemerintah Kota Pekanbaru menata dan membangun jaringan
drainase agar dapat mengatasi banjir. Seiring pesatnya pembangunan jaringan
jalan, maka juga dilaksanakan pembangunan jaringan drainase, dan dikoneksikan
ke seluruh jaringan drainase, sehingga terhubung antara satu drainase dengan
yang lainnya hingga ke sungai-sungai sebagai tempat akhir penampungan air.
Pemerintah Kota Pekanbaru belum membuat aturan yang lebih lengkap tentang
drainase khususnya besaran dan tinggi drainase mulai dari jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kota, jalan protokol, hingga jalan-jalan yang berada di perumahan
warga atau gang-gang. Disinilah perlu adanya saling koordinasi terhadap masing-
masing instansi yang mempunyai kewenangan supaya mereka bersinergi untuk
membangun jalan dan drainase yang saling terhubung
Pemerintah Kota pekanbaru telah melakukan berbagai upaya untuk
mengatasi kendala tersebut. Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 1 Tahun
2011 khususnya dalam hal drainase sebagai upaya untuk mewujudkan pelayanan
prima pada masyarakat. Pemerintah kota Pekanbaru harus menjadikan prioritas
utama pada pembangunan sistem drainase kota dan penanganan banjir yang
komprehensif dengan memperhatikan tata ruang, topografi, drainase alam yang
sudah ada, pembuatan waduk/kolam penampung air, sumur resapan serta
pemanfaatan daerah rawa dan gambut yang terencana dengan memperhatikan
aspek keseimbangan lingkungan dan diharapkan Tahun 2025 Kota Pekanbaru
bebas banjir. Untuk menata utilitas kota supaya tidak semrawut, maka harus
dilakukan secara bertahap pembangunan utilitas kota yang meliputi drainase
secara terpadu dan terkoordinasi sehingga keamanan, kenyamanan, dan
keindahan kota terwujud.
Upaya Pemerintah Kota Pekanbaru menata drainase juga tertuang dalam
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 2 Tahun 2014 tentang Bangunan
Gedung. Pasal 54 ayat (2) menyebutkan bahwa Setiap Bangunan Gedung dan
pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan baik dengan
sistem peresapan air ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke dalam
sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan. Pasal ini
menekankan bahwa setiap bangunan harus memberikan jalur air hingga sampai ke
drainase yang ada. Pasal ini juga memberikan pesan bahwa keharusan dan
kewajiban bagi bangunan gedung untuk memiliki drainasi. Kewajiban memiliki
drainase tidak hanya pada bangunan gedung saja, tetapi juga pada bangunan
sebagai tempat penampungan sementara, yang ditegaskan dalam Pasal 111 ayat
(3) bahwa Bangunan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi

58 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

dengan fasilitas penyediaan air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai.
Penjelasan ayat (3) menguraikan Yang dimaksud dengan fasilitas penyediaan air
bersih adalah penyediaan air bersih yang kualitasnya memadai untuk diminum
serta digunakan untuk kebersihan pribadi atau rumah tangga tanpa menyebabkan
risiko bagi kesehatan. Yang dimaksud dengan fasilitas sanitasi adalah fasilitas
kebersihan dan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan saluran air
(drainase), pengelolaan limbah cair dan/atau padat, pengendalian vektor dan
pembuangan tinja.
Pengaturan drainase juga menyentuh daerah-daerah, seperti pasar, pusat
perbelanjaan, dan toko swalayan, yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota
Pekanbaru Nomor 09 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pasar Rakyat, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Swalayan. Pasal 8 Peraturan Daerah ini menyebutkan
bahwa Fasilitas Bangunan dan Tata Letak Pasar harus memasukkan unsur sanitasi
atau drainase. Drainase wajib ada pada Pasar Rakyat (Lihat Pasal 15 bahwa
drainasi ditutup dengan grill). Penekanan tentang kewajiban Pelaku Usaha Pasar
Rakyat, Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan tertuang dalam Pasal 55 ayat (1)
huruf h bahwa wajib menyediakan sarana kesehatan, sarana persampahan dan
drainase, kamar mandi dan toilet serta fasilitas ibadah bagi karyawan dan
konsumen.
Menurut Ina Mulyani, Sub Bidang Pembinaan Lingkungan dan Penegakan
Hukum Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau bahwa pada dasarnya
persoalan drainase Kota Pekanbaru terletak pada proses pendirian bangunan.
Setiap mendirikan atau membangun sesuatu termasuk pasar terlebih dahulu wajib
memperhatikan drainase agar aliran air pada bangunan tersebut dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Sebelum mendirikan bangunan harus ada izin mendirikan
bangunan. Pada saat melakukan pembangunan drainase wajib dimasukkan
perencanaan pembangunan.
Biasanya, banjir yang melanda Kota Pekanbaru disebabkan curah hujan
yang tinggi. Untuk mengatasi banjir, maka air hujan yang jatuh di suatu kawasan
perlu dialirkan atau dibuang. Disini perlu adanya kolam retensi yaitu kolam yang
dapat menampung air hujan sementara waktu dengan memberikan kesempatan
untuk dapat meresap kedalam tanah yang opersionalnya dapat dikombinasikan
dengan pompa atau pintu air. Caranya dengan pembuatan saluran yang dapat
menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran
di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil
juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga dan dan sistem saluran bangunan
infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada
dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses di atas disebut
dengan sistem drainase (Kodoatie, 2003).
Sistem drainase sebagai serangkaian bangunan air berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari hulunya, bangunan
sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interseptor drain), saluran
pengumpul (colector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran
induk(main drain) dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem
sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air
(aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando dan stasiun

59 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

pompa. Pada sistem drainase yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima
air diolah dahulu pada instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk
sistem tercampur. Hanya air yang telah memiliki baku mutu tertentu yang
dimasukkan ke dalam badan air penerima, biasanya sungai, sehingga tidak
merusak lingkungan (Suripin, 2004).
Beberapa faktor penyebab kegagalan pelaksanaan pembangunan drainase
perkotaan, antara lain: kerusakan lingkungan, kesalahan sistem drainase,
kesalahan perencanaan, masalah sampah, kesalahan dalam pembangunan
drainase, dan minimnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kelancaran
drainase (Maizir, 2017).
Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pekanbaru, Roni
Amriel memberikan solusi untuk mengatasi masalah banjir di Kota Pekanbaru.
Roni Amriel menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Pekanbaru perlu bekerjasama
dan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Riau. Sebab, ada beberapa jalur
drainase dan sungai yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi Riau. Agar
sistem drainase kota Pekanbaru menjadi satu kesatuan, maka harus dilakukan
pembenahan mulai sekarang. Jika tidak, maka jangan heran kawasan pemukiman,
jalan raya, bahkan perkantoran akan menjadi langganan banjir setiap musim
hujan.
Menurut Roni Amriel, apabila penanganan masalah banjir hanya bersifat
parsial, maka masalah banjir tidak akan pernah selesai. Selama ini, setiap banjir di
kawasan pemukiman, maka Walikota bertindak dan memerintah anggotanya
mengeruk drainase. Tindakan walikota ini bukan solusi komprehensif, akan tetapi
hanya merupakan aksi spontanitas. Yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah
banjir adalah pembangunan jangka panjang dan pembangunan berkelanjutan.
Sistem drainase ini merupakan pambangunan jangka panjang.
Pemerintah Kota Pekanbaru perlu mempertimbangkan sistem drainase
berwawasan lingkungan. Sebab sistem drainase berwawasan lingkungan adalah
usaha menampung air yang jatuh di atap pada suatu reservoir tertutup di halaman
masing-masing atau secara kolektif untuk memberikan kesempatan air meresap ke
dalam tanah dengan harapan sebanyak mungkin air hujan diresap ke dalam tanah
(Sunjoto,1987).
Pemerintah Kota Pekanbaru perlu perlu juga melibatkan partisipasi
masyarakat karena keterlibatan masyarakat memegang peranan penting
pembangunan drainase. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sistem drainase
yang berkelanjutan dalam rangka otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah
bertujuan untuk pemberdayaan daerah, mulai pengelolaan pendapatan asli daerah
hingga penanggulangan berbagai permasalahan di daerah. Pemerintah dan
dukungan peran serta masyarakat bersama-sama menangani masalah banjir baik
secara teknis dan maupun dana (Sobriyah dan Wignyosukarto, 2001).
Pada prinsipnya, pemerintah pusat telah memberikan kesempatan dan
keleluasan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan sistem jaringan drainase, antara lain: survey dan
investigasi, perencanaan, pembebasan tanah, pembangunan, operasi dan
pemeliharaan, dan monitoring dan evaluasi (Pranoto dalam Adi Yusuf Muttaqin,
2005). Oleh karena itu, Pemerintah Kota Pekanbaru semestinya memanfaatkan

60 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

kesempatan dan keleluasan untuk mengatur dan mengurus daerah untuk


melaksanakan pembangunan drainase dengan sebaik-baiknya.

4. PENUTUP
Pemerintah Kota Pekanbaru memang telah melaksanakan pembangunan
drainase, akan tetapi belum sepenuhnya terlaksana berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan. Pelaksanaan pembangunan sistem drainase Kota
Pekanbaru masih terdapat beberapa kendala yang harus diperhatikan mengingat
pentingnya fungsi drainase pada lingkungan terutama untuk mengatasi banjir.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembangunan sistem drainase,
antara lain: padatnya penduduk yang membutuhkan banyak perumahan
berdampak pada minimnya kawasan penghijauan, pembangunan perumahan
belum dilengkapi drainase, belum adanya aturan yang lebih lengkap yang
mengatur tentang drainase, pembangunan drainase tidak memiliki pembuangan
akhir, pembangunan drainase tidak memenuhi standar, kurangnya kesadaran
masyarakat menjaga lingkungan karena masih banyak ditemukan sampah pada
drainase, tidak adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sistem
drainase, dan lain-lain.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan, antara lain: Pemerintah Kota
Pekanbaru harus menuntaskan penyusunan masterplan penanggulangan masalah
banjir dan sistem drainase, Pemerintah Kota Pekanbaru bekerjasama dan
berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Riau untuk mengatasi masalah banjir,
Pemerintah Kota Pekanbaru mempertimbangkan sistem drainase berwawasan
lingkungan, Pemerintah Kota Pekanbaru melakukan pengawasan terhadap
pembangunan drainase, Pemerintah Kota Pekanbaru melakukan pembinaan
kepada masyarakat untuk sadar terhadap lingkungan, Pemerintah Kota Pekanbaru
melakukan perombakan sistem drainase yang tidak memenuhi standar,
Pemerintah Kota Pekanbaru melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sistem drainase yang berkelanjutan, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Adi Yusuf Muttaqin. 2007. Kinerja Sistem Drainase Yang Berkelanjutan Berbasis
Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus di Perumahan Josroyo Indah Jaten
Kabupaten Karanganyar). Jurnal Media Teknik Sipil.
Ajeng Kusuma Dewi, Ary Setiawan, Agus P Saido. 2014. Evaluasi Sistem Saluran
Drainase di Ruas Jalan Solo Sragen Kabupaten Karanganyar. e-Jurnal Matriks
Teknik Sipil. Vol. 2, No. 1.
Haryono Sukarto. 1999. Drainase Perkotaan. Jakarta: Departemen Pekerjaan
Umum.
Hengki Firmanda. 2011. Asas Hukum Kontrak sebagai Pencegah Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup (Studi terhadap Asas Re Bus Sic Stantibus dalam
Kontrak Karya Pertambangan di Indonesia. Tesis. Magister Imu Hukum
Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.

61 
 
Jurnal Dinamika Madani, Volume 1, Nomor 1, Desember 2018: 49-62
 

Inggrit Regina Pangkey, Esli D. Takumansang, Andy Malik. 2015. Evaluasi Kinerja
Sistem Drainase di Wilayah Pusat Kota Amurang Berdasarkan Persepsi
Masyarakat. Jurnal Universitas Sam Ratulangi. Vol. 2, No. 3.
Irma Suryanti, I.N. Norken, dan G.B. Sila Dharma. 2013. Kinerja Sistem Jaringan
Drainase Kota Semarapura di Kabupaten Klungkung. Jurnal Spektran. Vol. 1.
No. 1.
Maizir. 2017. Evaluasi Kegagalan Pembangunan Drainase Dalam Lingkungan
Daerah Pemukiman. Jurnal Teknik Sipil ITP. Vol. 4, No. 2.
Moh. Yahya Obaid. 2013. Religiusitas Lembaga Pendidikan yang Berwawasan
Lingkungan. Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 6 No. 1.
Mukti Fajar dan Yulianti Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurhapni dan hani Burhanuddin. 2011. Kajian Pembangunan Sistem Drainase
Berwawasan Lingkungan di Kawasan Perumahan. Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota. Vol. 11, No. 1.
Robert Kodoatie. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sobriyah dan Budi Wignyasukarto. 2001. Peran Serta Masyarakat dalam
Pengendalian Banjir untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah, Makalah
pada Kongres VII dan PIT VIII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia
(HATHI), Malang.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali.
Soerjono Soekanto. 1983. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Sri Harto. 1993. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil
UGM.
Sunjoto. 1987. Sistem Drainase Air Hujan yang Berwawasan Lingkungan. Makalah
Seminar Pengkajian Sitem Hidrologi dan Hidrolika, PAU Ilmu Teknik
Universitas Gajah Mada.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi.
Zoe’raini Djamal Irwan. 2004. Tantangan Lingkungan & Lansekap Kota. Jakarta:
Bumi Aksara.

62 
 

You might also like