Professional Documents
Culture Documents
4706 13097 1 PB PDF
4706 13097 1 PB PDF
ABSTRACT. One of the reasons why the life of marriage not harmony was infidelity. Infidelity which has
known by husband, wife or either may give big impact and occurs in long term because the commitment
which contain trust on each other has broken. In order that the impact of infidelity not really took seriously,
a forgiveness became the most important choice to deal with infidelity which done by one of mate. The aim
of this study was to determine the forgiveness of a wife and the commitment of a marriage of a wife after her
husband having affair. Researcher on this study used qualitative research with phenomenology approach.
Purposive sampling technique was used to get corresponding subject of this research and the method of data
collection which used is in-depth interview and observation related to four subjects of the wife who was
surrounded by the husband. The first subject, H could not forgive her husband’s infidelity fully in cognitive,
affective and behavioral aspect, so that the commitment after her husband having affair was less strong. The
second subject, S could not forgive her husband in cognitive and affective aspect, so that the commitment
after her husband having affair was less strong. The third subject, MR could forgive her husband in
cognitive and behavioral aspect, so that the commitment of marriage after her husband having affair was
strong. The fourth subject, NB could not forgive her husband’s infidelity in cognitive, affective and
behavioral aspect, so that the commitment of marriage after her husband having affair was less strong.
ABSTRAK. Salah satu alasan mengapa kehidupan pernikahan tidak harmonis adalah perselingkuhan.
Perselingkuhan yang telah diketahui oleh suami, istri atau keduanya dapat memberikan dampak besar dan
terjadi dalam jangka panjang karena komitmen yang mengandung kepercayaan satu sama lain telah rusak.
Agar dampak perselingkuhan tidak terlalu serius, pengampunan menjadi pilihan paling penting untuk
menghadapi perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pasangan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengampunan seorang istri dan komitmen pernikahan seorang istri setelah suaminya
berselingkuh. Peneliti pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Teknik pengambilan sampel Purposive sampling digunakan untuk mendapatkan subjek
penelitian yang sesuai dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan
observasi terkait dengan empat subjek istri yang dikelilingi oleh suami. Subjek pertama, H tidak bisa
memaafkan perselingkuhan suaminya sepenuhnya dalam aspek kognitif, afektif dan perilaku, sehingga
komitmen setelah suaminya berselingkuh kurang kuat. Subjek kedua, S tidak bisa memaafkan suaminya
dalam aspek kognitif dan afektif, sehingga komitmen setelah suaminya berselingkuh kurang kuat. Subjek
ketiga, MR bisa memaafkan suaminya dalam aspek kognitif dan perilaku, sehingga komitmen pernikahan
setelah berselingkuh kuat. Subjek keempat, NB tidak bisa memaafkan perselingkuhan suaminya dalam
aspek kognitif, afektif dan perilaku, sehingga komitmen pernikahan setelah perselingkuhan suaminya kurang
kuat.
1
Email: rahayunurdewi@gmail.com
57
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019: 59-66 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
59
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019: 59-66 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
pengalaman seseorang membentuk skema atau seseorang. Perselingkuhan yang berkali-kali dialami
pemetaan pikiran tertentu dalam diri seseorang, dan S membuat subjek tidak bisa sepenuhnya lagi
skema ini akan menyertai seseorang dalam memaafkan suami, karena pertama aspek-aspek
membuat keputusan tertentu dalam melakukan memaafkan dari segi kognitif yaitu suami yang
tindakan. Subjek kedua yaitu S, berusia 44 tahun terus-menerus menikahi perempuan-perempuan
yang telah menjalani pernikahan selama 29 tahun. selingkuhan dan janji untuk meninggalkan
Subjek merupakan seorang ibu rumah tangga perempuan-perempuan selingkuhan tidak pernah
lulusan Sekolah Dasar (SD), ia mulai diselingkuhi ditepati. Kedua aspek afektif subjek merasakan sakit
saat memasuki 6 tahun pernikahan. Perselingkuhan hati dan perasaan marah yang kemudian perasaan
yang dilakukan oleh suami pernah membuat subjek itu ia utarakan, selain itu perasaan cemburu yang
hampir melakukan percobaan bunuh diri di sebuah tidak lagi dimiliki subjek kepada suami. Perilaku
jembatan, namun tindakannya itu dihalangi oleh memaafkan pada subjek S lebih dominan
suami. Subjek pun mengurungkan tindakannya dipengaruhi oleh faktor karakteristik serangan
karena mengingat konsekuensi dan anak yang akan (offense-related) di mana perselingkuhan sulit untuk
ditinggalkan. Setelah kejadian tersebut, S berusaha dimaafkan, karena perbuatan suami terus-menerus
memaafkan sebab suami berkomitmen untuk tidak diulangi dan selalu menikah. Kejadian yang
mengulangi perbuatannya. Selain itu, S masih berlangsung selama dan sesudah peristiwa
memiliki perasaan sayang terhadap suaminya. Hal menyakitkan seperti persepsi individu yang disakiti
tersebut sejalan dengan Then (dalam Naland, 2001) mengenai tingkat luka dan intensi pelaku
yang mengungkapkan beberapa alasan memaafkan melakukannya, membuat sebuah kondisi di mana
yang ditunjukkan istri terhadap suaminya yaitu istri mampu memaafkan atau tidak (Enright &
karena masih mencintai suami dan anak-anak. Coyle, 1998).
Memasuki 17 tahun pernikahan, S kembali Subjek ketiga yaitu MR, berusia 51 tahun
diselingkuhi oleh suami dan itu merupakan yang telah menjalani pernikahan selama 23 tahun
pengalaman kedua subjek. Perselingkuhan ketiga dan diselingkuhi saat memasuki 13 tahun
kalinya yang dialami S memasuki 19 tahun pernikahan. Subjek merupakan seorang ibu rumah
pernikahan dan perselingkuhan keempat yang tangga yang bekerja sebagai guru berstatus Pegawai
dialami adalah saat memasuki 21 tahun pernikahan. Negeri Sipil (PNS) lulusan Strata 1 (S-1). Suami
Perselingkuhan yang berkali- kali dialami oleh subjek berselingkuh dengan perempuan pendatang
subjek membuat rasa sayang dan cinta kepada suami berstatus janda beranak satu yang tinggal di sebelah
menjadi hilang dan tidak perduli lagi terhadap apa rumahnya karena sering berinteraksi, MR dan
yang dilakukan suami, sehingga ia bertahan dalam suaminya menganggap perempuan itu sebagai
pernikahan yang dijalani hanya karena anak-anak. teman dekat. Glass & Staeheli (2004) mengatakan
Minderop (2013) mengatakan bahwa sikap apatis bahwa adanya hubungan intim dengan orang ketiga
adalah sikap menarik diri dan seakan-akan pasrah dapat bermula dari pertemanan biasa, yang
pada keadaan. Hal ini sama dengan yang dilakukan kemudian berlanjut karena kenyamanan yang
subjek S, di mana subjek tidak lagi perduli terhadap dirasakan satu sama lain.
apa yang dilakukan suami maupun terhadap Subjek MR masih bisa memaafkan suami
perselingkuhan yang berkali-kali ia rasakan, sepenuhnya setelah diselingkuhi karena pertama
melainkan tetap bertahan dalam pernikahan. aspek-aspek memaafkan dari segi kognitif yaitu
Pada perselingkuhan kedua, ketiga dan melihat kesungguhan suami untuk berubah,
keempat subjek tidak lagi melakukan percobaan memikirkan anak-anak dan melakukan intropeksi
bunuh diri karena subjek memikirkan masa depan diri. Aktivitas kognitif subjek MR dalam
anak- anaknya, sehingga masih bertahan dalam menghadapi perselingkuhan terlihat baik, hal ini
pernikahan yang dijalani namun kepercayaan sejalan dengan hasil penelitian Rahmandani (2015)
kepada suami menjadi berkurang. Pola pikir subjek yang mengatakan bahwa aktivitas kognitif yang
S terlihat berubah, dari perbuatan subjek yang ingin baik dalam menghadapi stres menghasilkan tingkat
mencoba bunuh diri menjadi memikirkan pemaafan yang tinggi. Kedua aspek afektif subjek
konsekuensi serta masa depan anak-anaknya. yang merasakan perasaan sayang, cinta serta
Menurut Gunawan (2006) bahwa pola pikir atau kepercayaan kepada suami menjadi berkurang.
mindset adalah sekumpulan kepercayaan atau cara Ketiga aspek perilaku subjek berupa memberikan
berpikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap perhatian kepada suami, menjaga penampilan dan
60
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019: 59-66 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
menyerahkan permasalahan yang dihadapi dengan serta kehidupan yang dijalani bersama suami terasa
berserah diri kepada sang pencipta seperti kosong. Subjek memendam perasaan marah,
melakukan sholat malam. jengkel, dan sakit hati serta merasa jengkel ketika
Selain aktivitas kognitif yang baik, pemaafan melihat perempuan selingkuhan. Aspek perilaku
yang dilakukan oleh subjek juga berdasarkan pada subjek berupa pergi meninggalkan rumah,
Intropeksi diri yang dilakukan yaitu dengan mengungkapkan keinginan untuk bercerai dan
menyerahkan segala permasalahan yang dihadapi bersikap biasa terhadap suami. Ginanjar (2009)
kepada sang pencipta dan adanya pemahaman dari mengatakan bahwa setelah perselingkuhan
segi agama bahwa Tuhan sebagai sang pencipta terungkap, individu yang dikhianati umumnya
dapat memaafkan hambanya yang melakukan mengalami berbagai emosi intens yang sulit
kesalahan, apalagi subjek yang hanyalah manusia dikendalikan seperti perasaan marah dan sakit hati.
biasa. Darajat (2010) mengemukakan istilah Perilaku memaafkan pada subjek NB lebih dominan
kesadaran agama adalah bentuk yang dirasakan dipengaruhi oleh faktor karakteristik serangan
dalam pikiran dan dapat diuji melalui intropeksi, (offense-related) di mana perselingkuhan
atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari merupakan permasalahan yang besar dan sulit
aktivitas agama. Perilaku memaafkan pada subjek dimaafkan, karena suami yang menikah lagi.
MR lebih dominan dipengaruhi oleh faktor sosial Enright & Coyle (1998) mengatakan bahwa seorang
kognitif berupa cepat menyadari kehancuran rumah istri bisa memaafkan atau tidak, dilihat dari kejadian
tangga yang disebabkan oleh perselingkuhan. yang berlangsung selama dan sesudah peristiwa
Menurut McCollough, Pargament & Thoresan menyakitkan seperti persepsi individu yang disakiti
(2000) bahwa pasangan suami-istri akan memaafkan mengenai tingkat luka dan intensi pelaku
kesalahan yang dilakukan pasangannya karena melakukannya.
adanya keinginan untuk tetap mempertahankan Berdasarkan aspek-aspek dan faktor-faktor
hubungan pernikahan, sehingga kesalahan yang yang mempengaruhi seseorang untuk memaafkan
dilakukan pasangannya akan dinilai sebagai sesuatu pada keempat subjek, ternyata berpengaruh terhadap
yang harus dimaafkan untuk dapat mempertahankan masing- masing komitmen pernikahan subjek
hubungan pernikahan mereka. Pemaafan yang setelah diselingkuhi. Arriaga & Agnew (2006)
dilakukan subjek MR setelah diselingkuhi adalah mengatakan bahwa komitmen pernikahan adalah
agar dapat melanjutkan pernikahannya. keadaan subjektif, termasuk kognitif dan emosional
Subjek keempat yaitu NB, berusia 35 tahun yang secara langsung mempengaruhi berbagai
yang telah menjalani pernikahan selama 10 tahun perilaku dalam hubungan yang sedang berlangsung
dan diselingkuhi saat memasuki 4 tahun pernikahan. untuk mempertahankan hubungan menjadi lebih
Subjek merupakan seorang ibu rumah tangga baik atau lebih buruk. Adapun aspek-aspek
lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). komitmen pernikahan yaitu tingkat kepuasan tinggi
Perselingkuhan yang dialami NB membuat subjek di mana terdapat kepuasan terhadap pasangan
tidak sepenuhnya memaafkan suami karena aspek- maupun pernikahan itu sendiri, mengurangi pilihan-
aspek memaafkan dari segi kognitif subjek yang pilihan di luar hubungan yang mana lebih
menilai bahwa perselingkuhan merupakan bentuk mengutamakan hubungan dalam pernikahan
pengkhianatan sehingga kepercayaan yang daripada hal lainnya karena dianggap tidak terlalu
diberikan kepada suami hilang. Hal ini sejalan menarik dan meningkatkan investasi berupa waktu,
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh usaha, harta serta persahabatan yang dimiliki secara
Maretnawati (2014) yang menyatakan bahwa pribadi menjadi milik bersama pasangan.
setelah terjadinya perselingkuhan dalam hubungan Taylor, dkk (2009) menyebutkan tiga faktor
pernikahan menimbulkan perubahan. Para istri yang utama yang membentuk komitmen dalam
diselingkuhi merasa sulit untuk dapat pernikahan yaitu pertama komitmen personal yang
mengembalikan kepercayaannya kepada suami. mengarah pada keinginan individu untuk
Ketidaksetiaan pasangan merupakan konflik mempertahankan dan meningkatkan hubungan.
terbesar dalam pernikahan, yang dapat merusak Kedua komitmen moral yang dipengaruhi oleh nilai
kepercayaan dan kesetiaan pasangan suami-istri dan prinsip moral individu. Ketiga komitmen
(Sadarjoen, 2005). struktural yang berdasarkan pada kekuatan negatif
Aspek afektif subjek yaitu perasaan cinta yang atau penghalang yang menyebabkan individu
berkurang, tidak ada kecemburuan terhadap suami, merasa rugi jika meninggalkan hubungan tersebut.
61
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019: 59-66 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
Subjek H memiliki tingkat kepuasan yang mengobrol, jarang memberikan dukungan di saat
rendah terhadap pernikahannya karena sejak ada permasalahan dalam pekerjaannya, mengenal
perselingkuhan yang dilakukan oleh suami, subjek dan berhubungan baik dengan teman-teman suami
lebih sering tidur bersama anak-anak daripada begitupun sebaliknya. Faktor-faktor yang
bersama dengan suami. Mengurangi pilihan-pilihan membentuk komitmen pernikahan setelah
di luar pernikahan yaitu subjek H lebih diselingkuhi lebih dominan pada komitmen personal
mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan berupa perubahan dalam kepuasan pernikahan yang
suaminya, kecuali berhubungan dengan pekerjaan subjek rasakan yaitu suami menjadi pemarah, tidak
suami yang mengharuskan istri berperan di lagi tidur bersama dan jarang melakukan
dalamnya. Meningkatkan investasi yaitu lebih komunikasi, sehingga pada akhirnya S bertahan
banyak menggunakan waktu senggang secara dalam pernikahan yang dijalani tanpa komitmen di
pribadi terlihat dari H yang lebih memilih berada di dalamnya. Pada subjek ketiga MR, memiliki tingkat
rumah daripada jalan bersama suami, serta tidak lagi kepuasan yang rendah terhadap pasangan yaitu
memberi dukungan kepada suami saat menghadapi perasaan kepada suami menjadi biasa saja.
permasalahan dalam pekerjaannya. Faktor-faktor Mengurangi pilihan- pilihan di luar pernikahan yaitu
yang membentuk komitmen pernikahan setelah MR tetap mengutamakan kepentingan pribadi atau
diselingkuhi lebih dominan pada komitmen personal suami melihat pada situasi dan kondisi, mengurangi
berupa kepuasan dan kebahagiaan dalam pernikahan kegiatan di luar untuk lebih memperhatikan suami,
bersama suami tidak lagi dirasakan, subjek dapat serta selalu meluangkan waktu bersama keluarga
merasakan perasaan tersebut hanya dengan melihat setiap harinya. Meningkatkan investasi yaitu
anak-anak bahagia, sehingga pada akhirnya H memanfaatkan waktu liburan bersama keluarga
bertahan dalam pernikahan yang dijalani tanpa ada sebulan sekali melihat situasi dan kondisi, mengatur
komitmen di dalamnya. keuangan dan menyisihkan uang pegangan untuk
Pada pasangan yang sudah tidak peduli suami, menjalin hubungan baik dengan teman-
terhadap pasangannya, hal tersebut merupakan teman suami serta memberikan dukungan kepada
proses deskruktif yang tinggi dibandingkan dengan suami di saat menghadapi permasalahan dalam
pasangan yang masih cemburu atau marah. Hal pekerjaannya. Faktor-faktor yang membentuk
tersebut seperti yang dijelaskan oleh Gottman komitmen pernikahan setelah diselingkuhi lebih
(dalam Brown, 2011) bahwa orang dapat dominan pada komitmen struktural berupa subjek
mensimulasikan emosi dengan bertindak seolah- memaafkan perselingkuhan karena melihat
olah mereka sedang mengalami emosi yang mereka kesungguhan suami untuk berubah di mana tidak
tidak benar- benar merasa, yang pada akhirnya lagi berhubungan dengan perempuan selingkuhan,
menutupi emosi dengan bertindak seperti mereka tidak melakukan hal-hal yang tidak disenangi oleh
tidak merasakan emosi apapun ketika mereka benar- subjek seperti, berjudi dan minum-minuman keras.
benar merasakan sesuatu. Mereka menutupi emosi Rasa sayang suami kepada anak-anak, serta
dengan bertindak seperti mereka merasakan emosi pengalaman-pengalaman yang telah dilalui bersama
yang sangat berbeda dari apa yang mereka benar- dengan suami, sehingga pada akhirnya MR bertahan
benar alami seperti dengan memilih diam dan acuh dalam pernikahan yang dijalani dengan komitmen
tak acuh. pernikahan yang sama seperti sebelum diselingkuhi,
Pada subjek kedua S, memiliki tingkat yaitu menjaga keutuhan rumah tangga.
kepuasan yang rendah yaitu kebahagiaan dalam Pada subjek keempat NB, memiliki tingkat
pernikahan hilang setelah perselingkuhan suami. kepuasan yang rendah yaitu hilangnya kebahagiaan
Mengurangi pilihan-pilihan di luar pernikahan yaitu dalam pernikahan, hubungan menjadi tidak
suami tidak lagi tinggal serumah dengan subjek romantis, komunikasi berjalan tidak baik dan
hanya sesekali datang, subjek tetap mengutamakan hilangnya kepercayaan subjek kepada suami.
kepentingan suami dan subjek juga pernah Mengurangi pilihan-pilihan di luar pernikahan yaitu
melakukan perselingkuhan karena terus-menerus NB yang sudah tidak ingin lagi menuruti apa yang
diselingkuhi. Meningkatkan investasi yaitu subjek menjadi keinginan suami bahkan untuk
lebih sering menggunakan waktu senggang di sore menyiapkannya sekalipun dan lebih mengutamakan
hari bersama anak perempuan untuk bersantai atau kepentingan pribadi. Meningkatkan investasi yaitu
berkumpul bersama teman-teman jika ada waktu senggang yang dimiliki subjek dimanfaatkan
keperluan, jarang berduaan dengan suami, jarang dengan melakukan pekerjaan rumah atau
62
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019: 59-66 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
menghabiskan waktu bersama keluarga utamanya Dalam penelitian ini subjek H, S dan NB
anak- anak, sumber keuangan dalam rumah tangga setelah diselingkuhi belum bisa sepenuhnya
merupakan penghasilan dari suami, hanya sebatas memaafkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
mengenal teman-teman suami begitupun sebaliknya subjek tidak dapat memaafkan adalah penilaian
dan tidak lagi memberikan dukungan terhadap subjek terhadap suami, penilaian terhadap peristiwa,
suami di saat ada permasalahan dalam penilaian keparahan peristiwa, suatu peristiwa yang
pekerjaannya. Faktor-faktor yang membentuk sulit bagi subjek, ketidakmampuan subjek untuk
komitmen pernikahan setelah diselingkuhi lebih memaknai peristiwa yang terjadi dan pasangan yang
dominan pada komitmen struktural berupa bersalah tidak meminta maaf. Berbeda dengan
memikirkan anak- anak, suami tetap perhatian subjek MR yang dapat sepenuhnya memaafkan,
terhadap anak-anak dan sumber penghasilan berasal faktor-faktor yang mempengaruhi subjek dalam
dari suami, sehingga pada akhirnya NB bertahan memaafkan adalah intropeksi diri yang dilakukan
dalam pernikahan yang dijalani namun tanpa ada subjek, permintaan maaf oleh suami dan
komitmen di dalamnya. Hal ini sejalan dengan Then kemampuan subjek dalam memaknai peristiwa
(dalam Naland, 2001) yang menyebutkan bahwa menyakitkan. Penelitian yang dilakukan
alasan seorang istri bertahan dalam pernikahannya McCullogh, dkk (2003), Zechmeister & Romero
salah satunya karena alasan keuangan. (2002) Macaskill, dkk (2002), Takaku (2001)
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat menyatakan bahwa permintaan maaf yang dilakukan
disimpulkan bahwa persamaan keempat subjek pelaku kepada pihak yang disakiti akan membuat
dalam penelitian ini adalah mereka mengalami korban lebih berempati dan kemudian termotivasi
konflik di mana suami berselingkuh dengan untuk memaafkan, namun sebaliknya memaafkan
perempuan lain, namun tetap bertahan dalam akan sulit dilakukan apabila pelaku tidak meminta
pernikahan karena memikirkan anak-anak. Then maaf.
(dalam Naland, 2001) menyebutkan beberapa alasan Pemaafan juga dipengaruhi oleh tingkat
seorang istri bertahan dalam pernikahan diantaranya pendidikan. Dalam penelitian ini dapat dilihat
adalah karena anak-anak. Keempat subjek juga bahwa subjek MR memiliki tingkat pendidikan
mengatakan bahwa peristiwa perselingkuhan yang lebih tinggi daripada subjek H, S, dan NB. Hal ini
dialami membuat mereka merasakan sakit hati yang didukung oleh hasil penelitian Nashori (2012) yang
tidak akan pernah hilang, walaupun seandainya mengatakan bahwa mereka yang lebih tinggi
telah atau sudah sepenuhnya memaafkan. Hal ini pendidikannya lebih mampu memberikan pemaafan.
didukung oleh penelitian yang dilakukan Sari Salah satu sebab pentingnya adalah orang yang
(2012) mengenai forgiveness pada istri sebagai lebih tinggi pendidikannya memiliki kesempatan
upaya untuk mengembalikan keutuhan rumah belajar hidup bersama yang lebih besar dibanding
tangga akibat perselingkuhan suami. Hasil mereka yang pendidikannya lebih rendah.
penelitian menyimpulkan bahwa subjek yang Dalam hal memaafkan yang dilakukan para
diselingkuhi memiliki kecenderungan untuk terus- subjek berpengaruh terhadap masing-masing
menerus mengingat kejadian perselingkuhan suami, komitmen pernikahan yang dijalani setelah
sehingga menghalangi dirinya untuk memaafkan. diselingkuhi oleh suami. Persamaan keempat subjek
Selain itu, keempat subjek telah bersikap biasa pada komitmen pernikahan yaitu pada aspek tingkat
kepada suami setelah perselingkuhan yang dialami. kepuasan yang tinggi di mana kehidupan pernikahan
Persamaan dari keempat subjek dalam memaafkan yang dijalani setelah perselingkuhan terasa berbeda
dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu perselingkuhan karena perasaan sayang, cinta dan cemburu
suami yang terbilang parah karena membuat kondisi berkurang bahkan sudah tidak ada lagi kepada
pernikahan menjadi tidak baik, perselingkuhan suami. Aspek mengurangi pilihan- pilihan di luar
merupakan permasalahan sulit yang pernah terjadi pernikahan yaitu subjek masih memenuhi
dalam pernikahan, hubungan dibangun dengan kepentingan suami dan pada aspek meningkatkan
kepercayaan yang sepenuhnya diberikan pada suami investasi keuangan dalam rumah tangga diatur oleh
namun setelah diselingkuhi sudah tidak sepenuhnya subjek. Persamaan dari keempat subjek dalam
lagi percaya dan bahkan tidak dapat lagi komitmen pernikahan dipengaruhi oleh faktor-
mempercayai suami, serta saat mengetahui faktor yaitu komitmen moral di mana perceraian
perselingkuhan tidak lagi memperdulikan suami. dipandang sebagai sesuatu hal yang tidak baik
karena akan berdampak pada anak-anak dan pada
63
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019: 59-66 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
komitmen struktural di mana kehidupan sulit dukungan kepada suami saat ada permasalahan
bersama suami pernah dijalani di awal pernikahan. dalam pekerjaannya. Faktor-faktor yang
Dariyo (2007) mengatakan bahwa perceraian akan membentuk komitmen pernikahan subjek H dan
memberikan dampak negatif terhadap anak-anak. S setelah diselingkuhi lebih dominan pada
Dalam penelitian ini komitmen pernikahan komitmen personal, sementara subjek NB lebih
subjek H, S dan NB setelah diselingkuhi adalah dominan pada komitmen struktural.
kurang kuat, karena faktor komitmen personal yaitu 4. Subjek MR telah sepenuhnya memaafkan
tidak adanya lagi keinginan untuk mempertahankan perselingkuhan suami secara kognitif dan
hubungan karena kepuasan dalam pernikahan tidak perilaku. Perilaku memaafkan pada subjek MR
dirasakan setelah diselingkuhi. Hal ini didukung lebih dominan dipengaruhi oleh faktor sosial
oleh hasil penelitian yang dilakukan Rusbult, kognitif. Subjek MR memiliki tingkat kepuasan
Drigotas & Verette (dalam Wismanto, 2004) yang yang rendah terhadap pasangan, tetap
menyatakan bahwa tingkat kepuasan hubungan akan mengutamakan kepentingan pribadi atau suami
berpengaruh terhadap komitmen pernikahan. melihat pada situasi dan kondisi, mengurangi
Berbeda dengan subjek MR yang komitmen kegiatan di luar untuk lebih memperhatikan
pernikahannya kuat setelah diselingkuhi, yaitu suami, selalu meluangkan waktu bersama
menjalani pernikahan tetap pada komitmen untuk keluarga setiap harinya, memanfaatkan waktu
menjaga keutuhan rumah tangga. liburan bersama keluarga sebulan sekali melihat
situasi dan kondisi, mengatur keuangan dan
KESIMPULAN DAN SARAN menyisihkan uang pegangan untuk suami,
Kesimpulan menjalin hubungan baik dengan teman-teman
Berdasarkan hasil penelitian yang telah suami serta memberikan dukungan kepada suami
dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: di saat menghadapi permasalahan dalam
1. Subjek H, S dan NB dalam penelitian belum bisa
pekerjaannya. Faktor-faktor yang membentuk
sepenuhnya memaafkan setelah diselingkuhi oleh komitmen pernikahan subjek setelah diselingkuhi
suami, namun tetap bertahan dalam pernikahan lebih dominan pada komitmen struktural.
karena memikirkan anak-anak. Berbeda dengan
subjek MR yang sepenuhnya telah memaafkan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
karena menyadari bahwa perselingkuhan yang
maka dapat dikemukakansaran-saran sebagai
terjadi tidak sepenuhnya atas kesalahan suami.
2. Komitmen pernikahan subjek H, S dan NB
berikut:
1. Bagi subjek yang belum bisa sepenuhnya
setelah diselingkuhi oleh suami yaitu kurang kuat
karena kepuasan serta kebahagiaan tidak lagi memaafkan perselingkuhan yang dilakukan oleh
dirasakan dalam pernikahan. Berbeda dengan suami dan memiliki komitmen pernikahan yang
komitmen pernikahan subjek MR yaitu menjadi kurang kuat, sebaiknya melakukan diskusi
mengenai jalan keluar dari permasalahan yang
kuat karena melihat kesungguhan suami untuk
berubah, di mana tidak lagi berhubungan dengan dihadapi bersama pasangan dengan bantuan
orang ketiga sebagai mediator, meningkatkan
perempuan selingkuhan, rasa sayang suami
keterampilan diri seperti mengikuti pelatihan
kepada anak-anak dan pengalaman-pengalaman
kerajinan tangan serta melakukan konsultasi
yang telah dilalui bersama.
dengan psikolog atau konselor. Bagi subjek yang
3. Subjek H dan NB belum bisa sepenuhnya
sepenuhnya telah memaafkan perselingkuhan
memaafkan perselingkuhan suami secara
suami dan memiliki komitmen pernikahan yang
kognitif, afektif dan perilaku. Sementara subjek S
kuat harus dipertahankan, dengan cara menjalin
belum bisa sepenuhnya memaafkan yaitu secara
kedekatan secara emosional maupun fisik
kognitif dan afektif. Perilaku memaafkan pada
terhadap pasangan, serta saling berbagi perasaan
subjek H, S dan NB lebih dominan dipengaruhi
dan pikiran.
oleh faktor karakteristik serangan (offense-
2. Bagi pasangan yang akan memutuskan untuk
related). Komitmen pernikahan setelah
menikah sebaiknya melakukan konseling pra-
diselingkuhi memiliki tingkat kepuasan yang
nikah dengan psikolog atau konselor.
rendah terhadap pasangan dan pernikahan, lebih
3. Bagi Instansi Keagamaan atau Kantor Urusan
banyak memanfaatkan waktu secara pribadi atau
Agama (KUA) diharapkan membuat program
bersama anak dan tidak lagi memberikan
64
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019: 59-66 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
65
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019: 59-66 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
66