1761-Article Text-4342-1-10-20230217

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Journal on Education

Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, pp. 9464-9470


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Intertekstual Novel Ma Yan Karya Sanie B. Kuncoro dan Novel Selembar


Itu Berarti Karya Suryaman Ampriono Kajian Sastra Bandingan

Endang Wahyuningsi1, Rico Aprisa2, Putri Wahyuli3


STKIP Ahlusunnah Bukittinggi, Jl. Diponegoro No. 8, Tarok Dipo Bukittinggi 26117. Sumatera Barat
endang_wahyuningsi@ymail.com

Abstract
The problem discussed in this study is the comparison of the Mayan character in the novel Ma Yan by Sanie B.
Kuncoro and the character Putri in the novel Selembar Itu Berarti by Suryaman Ampriono in the way the
figures maintain education in the midst of the poverty line and the economic crush from the social aspect. The
way the characters maintain education in the midst of the poverty line and economic hardship is compared
through the social aspects of each character. This type of research is literaty research using the hermeneutic
method. The data collection technique used is the data card technique which is carried out through reading the
novel carefully, understanding the content of the novel, and recording data evidence in the novel. The research
data that has been collected is then analyzed by identifying data on how the characters maintain education in
the middle of the poverty line from the social aspect to Mayan and Putri figures, data classification and data
interpretation. From the results of the study found a comparison of how the characters maintain education in
the middle of the poverty line which is seen from the social aspect. Sosial aspect in maintaining education in
the form of economic conditions, moral values, and social relations.
Keywords: comparison, poverty, sosial aspect, hermeneutics

Abstrak
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah perbandingan tokoh Mayan dalam novel Ma Yan karya
Sanie B. Kuncoro dan tokoh Putri dalam novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Ampriono dalam cara
tokoh mempertahankan pendidikan di tengah garis kemiskinan dan himpitan ekonomi dari aspek sosial. Cara
tokoh mempertahankan pendidikan di tengah garis kemiskinan dan himpitan ekonomi di bandingkan melalui
aspek sosial masing-masing tokoh. Jenis penelitian ini adalah penelitian sastra dengan menggunakan metode
hermeneutika. Objek dalam penelitian ini adalah novel Ma Yan karya Sanie B. Kuncoro yang diterbitkan oleh
Penerbit Bentang pada Januari 2009 dengan jumlah halaman sebanyak 214 halaman dan nomor ISBN 978-979-
1227-50-6, novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Ampriono yang diterbitkan oleh Literatur pada tahun
2019 dengan jumlah halaman sebanyak 186 halaman dan nomor ISBN 978-979-39-1661-3. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kartu data yang dilakukan melalui kegiatan membaca novel
dengan seksama, memahami isi novel, dan mencatat bukti dalam novel. Data penelitian yang telah terkumpul
selanjutnya dianalisis dengan cara melakukan identifikasi data mengenai cara tokoh mempertahankan
pendidikan di tengah garis kemiskinan dari aspek sosial terhadap tokoh Mayan dan tokoh Putri, klasifikasi data
(pengelompokan), dan interpretasi data. Dari hasil penelitian ditemukan perbandingan cara tokoh
mempertahankan pendidikan di tengah garis kemiskinan yang dilihat dari aspek sosial. Aspek-aspek sosial
dalam mempertahankan pendidikan berupa keadaan ekonomi, nilai moral, dan hubungan sosial.
Kata Kunci: Perbandingan, Aspek Sosial, Kemiskinan, Hermeneutika

Copyright (c) 2023 Endang Wahyuningsi, Rico Aprisa, Putri Wahyuli


Corresponding author: Endang Wahyuningsi
Email Address: ending_wahyuningsi@ymail.com (Jl. Diponegoro No. 8, Tarok Dipo Bukittinggi. Sumbar)
Received 08 February 2023, Accepted 14 February 2023, Published 15 February 2023

PENDAHULUAN
Karya sastra sebagai bentuk hasil seni kreatif yang objeknya manusia dan kehidupan, yang
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai
hasil imajinasi pengarang, melalui karya sastra pengarang menyampaikan masalah-masalah di tengah-
tengah masyarakat. Novel sebagai karya sastra menawarkan berbagai permasalahan kehidupan
9465 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 9464-9470

manusia. Bahkan cerita pada novel dapat diambil dari kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra
terdahulu tersebut biasanya dijadikan sebagai contoh dan pedoman untuk karya sastra selanjutnya.
Novel Ma Yan karya Sanie B. Kuncoro menceritakan tentang seorang gadis kecil yang
bernama Mayan yang tinggal di pedalaman di China. Perjuangan meraih pendidikan walaupun
keadaan keluarganya yang sangat miskin. Mayan harus menempuh perjalanan 20 kilometer untuk tiba
di sekolah. Berhenti sekolah berarti kehilangan peluang untuk keluar dari penderitaan. Mayan harus
melakukan sesuatu untuk mengubah garis kemiskinan yang ada pada keluarganya. Sama halnya
dengan novel Ma Yan, novel ini sama-sama menceritakan mengenai perjuangan pendidikan di tengah
kemiskinan. Novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Ampriono menceritakan tentang sebuah
perjalanan yang penuh lika-liku dua kakak beradik yang berasal dari keluarga miskin, mereka adalah
Putri dan Diaz. Mereka duduk di bangku sekolah dasar dan hidup di sebuah desa di Langkat, Tapanuli
Utara, Sumatera Utara yang perjalanan menuju sekolahnya membutuhkan perjuangan. Lembar demi
lembar kertas bekas mereka kumpulkan demi untuk menghemat biaya sekolah. Selain harus berjuang
untuk terus bersekolah, mereka juga dipaksa untuk bertahan hidup ditengah himpitan ekonomi.
Novel Ma Yan dan Selembar Itu Berarti memiliki hubungan intertekstual di dalam cerita.
Hubungan intertekstual antara novel Ma Yan dan novel Selembar Itu Berarti adalah mengenai
masalah mempertahankan pendidikan ditengah garis kemiskinan. Masalah pendidikan dalam novel
Ma Yan diangkat dalam sastra Indonesia lebih dahulu sepuluh tahun terbitnya dari pada novel
Selembar Itu Berarti. Kedua pengarang sama-sama menceritakan bagaimana mempertahankan
pendidikan di tengah-tengah garis kemiskinan kemiskinan, tetapi kedua pengarang mengungkapkan
berdasarkan pandangan masing-masing.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian sastra dengan menggunakan metode hermeneutika.
Menurut Ratna (2009:45) hermeneutika berarti menafsirkan atau mengiterpretasikan. Karya sastra
perlu ditafsirkan sebab di situ pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, didalam bahasa
sangat banyak makna yang tersembunyi atau disembunyikan. Setelah menggunakan metode
hermeneutika, data akan dipaparkan secara deskriptif. Deskripsi ini juga sering dikaitkan dengan
pendekatan, bahkan ada yang menyebut pendekatan deskriptif. Padahal deskriptif ini merupakan cara
penyajian data. Penyajian data deskriptif biasanya memanfaatkan kata-kata secara akurat. Deskripsi
adalah penggambaran suatu fenomena. Maka peneliti akan memaparkan data dengan mengambarkan
intertekstual novel Ma yan karya Sanie B. Kuncoro dan novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman
Ampriono.

HASIL DAN DISKUSI


Berdasarkan deskripsi data, ditemukan data aspek ekonomi tokoh Mayan dan tokoh Putri dan
Diaz sebanyak 15 data, data aspek moral tokoh Mayan dan tokoh Putri dan Diaz sebanyak 10 data,
Intertekstual Novel Ma Yan Karya Sanie B. Kuncoro dan Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Ampriono Kajian
Sastra Bandingan, Endang Wahyuningsi, Rico Aprisa, Putri Wahyuli 9466

dan data aspek hubungan sosial tokoh Mayan dan tokoh Putri dan Diaz sebanyak 8 data. Hasil
penelitian cara tokoh mempertahankan pendidikan di tengah garis kemiskinan dalam novel Ma Yan
karya Sanie B. Kuncoro dan novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Ampriono menunjukkan
cara tokoh dalam mempertahankan pendidikan dilihat dari aspek-aspek sosial seperti aspek ekonomi,
aspek moral, dan aspek hubungan sosial.
Interteks Novel Ma Yan Karya Sanie B. Kuncoro dan Novel Selembar Itu Berarti dari Aspek
Ekonomi
Aspek ekonomi berkaitan dengan perekonomian yang terjadi pada masyarakat, salah satunya
kemiskinan. Kemiskinan pada umumnya meliputi kekurangan dalam pendapatan sehingga
menyebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sandang. Akibatnya mereka
tidak memiliki pendidikan dan keadaan kesehatan yang buruk. Seperti hal yang dijelaskan diatas
dapat dilihat dalam kutipan berikut :
“Distrik ini merupakan wilayah paling miskin di China. Wilayah ini sulit air sehingga selalu terjadi
kekeringan kronis. Mayoritas penduduknya adalah suku Hui. Penghasilan tahunan rata-rata adalah
400 yuan. Sementara rerata nasional China adalah 6.000 yuan, bahkan Shanghai mencapai 33.000
yuan (Sanie B. Kuncoro, 2009: 37).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Mayan dan keluarganya dalam novel Ma Yan
berasal dari keluarga yang miskin. Keluarga Mayan memiliki ekonomi yang sangat rendah sehingga
menyebabkan mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup m ereka. Daerah mereka merupakan
daerah miskin akibat adanya revolusi China sehingga menyebabkan rendahnya curah hujan yang
turun di daerah mereka, hal itu menyebabkan ladang mereka kekeringan dan mereka sering kali
mengalami gagal panen. Akibatnya daerah mereka memiliki pendapatan yang sangat rendah daripada
daerah lainnya. Hal ini terlihat dari kutipan berikut :
“Penghasilan tahunan rata-rata adalah 400 yuan. Sementara rerata nasional China adalah 6.000
yuan, bahkan Shanghai mencapai 33.000 yuan” (Sanie B. Kuncoro, 2009: 37)
Hal itu juga terjadi pada tokoh Putri dan Diaz dalam novel Selembar Itu Berarti karya
Suryaman Ampriono yang ditunjukkan dalam kutipan di bawah ini:
“Sejak ayah meninggal, kehidupan kami memang tidak sebaik dulu. Putri membatin saat duduk di
atas dipan, satu-satunya sofa mewah di dalam gubuk yang belum pantas disebut rumah itu.”
(Suryaman Ampriono, 2019: 6)
Berdasarkan kutipan di atas ini keadaan ekonomi keluarga Putri berubah semenjak kepergian
ayahnya. Sebelum ayahnya meninggal Putri dan keluarganya serba berkecukupan, tetapi sejak
ayahnya meninggal ekonomi keluarganya menjadi lemah dan sangat berkekurangan. Putri tinggal
bersama ibu dan Diaz adiknya di sebuah rumah yang belum layak disebut rumah. hal ini dapat dilihat
dari kutipan :
“Putri membatin saat duduk di atas dipan, satu-satunya sofa mewah di dalam gubuk yang belum
pantas disebut rumah itu.”(Suryaman Ampriono, 2019: 6)
9467 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 9464-9470

Ibunya bekerja sebagai buruh cuci dari rumah ke rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Di
tengah kemiskinan dan himpitan ekonomi Putri dan Diaz tetap harus melanjutkan pendidikan mereka
meskipun dengan segala kesulitan dan dengan keterbatasan ekonomi.
Interteks Novel Ma Yan Karya Sanie B. Kuncoro dan Novel Selembar Itu Berarti dari Aspek Moral
Aspek moral adalah segala akhlak yang cocok dengan ketentuan sosial, yang berkaitan
dengan hukum atau adat kelaziman yang menata tingkah laku. Moral merupakan suatu tata cara,
kebiasaan, dan tindakan. Perilaku moral dikendalikan oleh ketentuan prilaku yang sudah menjadi
kebiasaan oleh seseorang. Seperti hal yang dijelaskan di atas dapat dilihat dari kutipan di bawah ini
“Uangku tertinggal dirumah, kataku menjelaskan. Terimalah pulpen ini dulu, nanti lain hari akan
kubayar utang ongkos dan kuambil pulpen ini.”(Sanie B. Kuncoro, 2009:40)
Kutipan di atas menunjukkan dalam mempertahankan pendidikannya Mayan memiliki sikap
bertanggung jawab, ketika Mayan dan adiknya pulang pada malam hari. Karena mereka takut dengan
jalanan yang berbahaya menuju rumah mereka, akhirnya mereka memutuskan naik dengan traktor
meskipun tidak memiliki uang. Rasa tanggung jawab yang dimilki Mayan terlihat dari tindakannya
tidak pergi begitu saja, dia meminta waktu untuk membayar ongkos, dia memberikan pulpennya
sebagai jaminan sebelum dia bisa melunasi hutang ongkosnya itu. Sikap tanggung jawab yang
dimiliki oleh Mayan merupakan moral yang baik. Hal itu juga terjadi pada tokoh Putri dan Diaz,
mereka juga memiliki nilai-nilai moral yang baik yang dapat kita tunjukkan dalam kalimat di bawah
ini :
“Terimakasih Arya. Tapi, kalau boleh pinjamkan Diaz satu lembar aja ya. Cuma untuk mencatat
pelajaran hari ini,” pinta Diaz datar.”(Suryaman Ampriono, 2019: 21)
Kutipan di atas menunjukkan Diaz memiliki sikap bersyukur dan menghargai pemberian
orang lain. Diaz sudah tidak punya buku tulis untuk belajar, mau membeli pun dia tidak memiliki
uang. Arya teman sebangkunya melihat Diaz yang gelisah, lalu menanyakan masalah Diaz. Setelah
Diaz menjawab pertanyaan Arya, Arya menawarkan buku tulis kosong miliknya untuk Arya. Tetapi
karena Diaz tidak ingin merepotkan orang lain, dia hanya meminjam satu lembar saja untuk mencatat
pelajaran hari ini. Meskipun dia berasal dari keluarga yang miskin, dia tetap menghargai apapun yang
diberikan temannya. Dalam perjuangannya mempertahankan pendidikan, dia tetap memiliki rasa
terimakasih dan rasa syukur terhadap apa yang diberikan oleh orang lain kepadanya.
“Maka kuyakinkan pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah melupakan apa yang Ma Yue
Hua lakukan kepadaku hari ini. Dia berbagi sedikit sayur miliknya untukku. Sedikit di antara yang
sedikit.”(Sanie B. Kuncoro, 2009: 69)
Kutipan di atas menunjukkan Mayan memiliki sikap menghargai dan memiliki rasa
terimakasih atas bantuan yang diberikan orang lain. Untuk membeli pulpen, Mayan harus
menyisihkan uang belanjanya. Karena itu, dia sering sekali makan dengan nasi yang hambar saja,
tanpa sayur ataupun lauk. Mayan meminta sedikit sayuran yang dimiliki oleh Ma Yue, Ma Yue
memberikan sedikit sayuran yang dimilikinya meskipun sayuran itu hanya sedikit. Mayan berjanji
Intertekstual Novel Ma Yan Karya Sanie B. Kuncoro dan Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Ampriono Kajian
Sastra Bandingan, Endang Wahyuningsi, Rico Aprisa, Putri Wahyuli 9468

pada dirinya bahwa dia tidak akan melupakan pemberian Ma Yue. Hal itu juga terjadi pada tokoh
Putri dan Diaz, mereka juga memiliki sikap menghargai dan mensyukuri yang ditunjukkan dalam
kalimat di bawah ini :
“Syukurnya ada Bu Imah, walaupun bukan orang kaya, dia sangat baik dan dia yang merawat kami
selama ini”(Suryaman Ampriono, 2019:54)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Putri dan Diaz selalu bersyukur atas bantuan yang
diberikan bu Imah kepada mereka. mereka selalu menghargai semua pemberian bu Imah. Sejak
ibunya tiada, hanya bu Imah lah yang membantu mereka dan memberikan mereka makanan.
Meskipun bu Imah bukan orang yang kaya, tetapi bu Imah tetap mau merawat mereka.
Interteks Novel Ma Yan Karya Sanie B. Kuncoro dan Novel Selembar Itu Berarti dari Aspek
Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah hubungan yang terwujud antara individu-individu, individu-
kelompok, serta kelompok-kelompok sebagai akibat dari hasil interaksi di antara sesama mereka
disertai dengan emosi/perasaan yang muncul saat komunikasi. Seperti hal yang dijelaskan di atas
dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :
“Ambillah!, kataku sembari menggerakkan sumpit memindahkan gumpalan nasi terakhirku pada
mangkuknya.”(Sanie B. Kuncoro, 2009:66 ).
Kutipan di atas menjelaskan dalam mempertahankan pendidikannya tokoh Mayan memiliki
hubungan sosial yang baik dengan teman-teman sekolahnya. Teman sekolahnya meminta sedikit nasi
milik Mayan karena dia belum merasa kenyang. Dengan keadaan Mayan yang sulit, bahkan untuk
makan dia harus menghemat karena harus menyisakan uang tabungan, menyisakan makanan untuk
hari esok, dia memilih untuk memberikan sedikit nasi kepada temannya. Mayan memilih berbagi
dengan temannya dan tidak memikirkan dirinya sendiri. Hal itu juga terjadi pada tokoh Putri dan
Diaz, hal ini ditunjukkan dari kutipan di bawah ini :
“kenapa ga bilang dari tadi, Arya bawa buku yang masih baru lebih kok. Kamu mau pilih yang mana
yang kamu suka..” (Suryaman Ampriono, 2019: 21)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam mempertahankan pendidikannya Diaz juga
memiliki hubungan sosial yang baik dengan teman sekolahnya. hal itu dibuktikan ketika Diaz
kehabisan buku tulis untuk mencatat dan tidak punya uang untuk membeli buku tulis baru, Arya
teman sebangkunya bersedia memberikan satu buku tulis barunya kepada Diaz tanpa Diaz harus
membayar.
“Aku tidak ingin ibu mengalami kesedihan semacam itu. Kesedihan yang dialaminya selama ini telah
lebih dari cukup. Tidak perlu kutambahkan kesedihan yang lain.” (Sanie B. Kuncoro, 2009:75 )
Kutipan di atas menunjukkan hubungan Mayan dengan ibunya. Dalam memperjuangkan dan
mempertahankan pendidikannya, orangtuanya lah yang selalu menjadi sandaran, terutama ibunya.
Mayan begitu menyayangi ibunya, Mayan menyadari bahwa banyak kesedihan yang di alami ibunya
dalam mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah Mayan. Karena kasih
9469 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 9464-9470

sayang Mayan kepada ibunya. Maka Mayan menyembunyikan kepedihan yang di alaminya ketika di
asrama. Hal itu juga terjadi pada tokoh Putri dan Diaz dalam novel Selembar Itu Berarti yang
ditunjukkan dalam kutipan di bawah ini :
“Padahal sebelum berangkat sekolah tadi ia berniat untuk membeli buku baru. Tapi karena sedih
melihat ibunya skit, niat itu diurungkan.”(Suryaman Ampriono, 2019:20
Kutipan di atas menunjukkan dalam mempertahankan pendidikannya Diaz memiliki rasa
kasih sayang kepada ibunya,hal itu ditunjukkan ketika buku tulisnya sudah habis sehingga
mengharuskan dia membeli buku tulis baru. Ketika ingin meminta uang kepada ibunya, dia melihat
ibunya yang terbaring karena sakit. Karena sedih melihat ibunya yang sakit dan tidak ingin menambah
beban ibunya, dia hanya diam dan mengurungkan niatnya itu.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai intertekstual novel Ma Yan karya
Sanie B. Kuncoro dan novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman Ampriono dari aspek social
terdapat beberapa hal yang dapat diambil kesimpulan. Pada novel Ma Yan terdapat 15 kutipan yang
menggambarkan keadaan ekonomi tokoh, 10 kutipan yang menggambarkan nilai-nilai moral tokoh,
dan 7 kutipan yang menggambarkan hubungan sosial Mayan. Sementara itu novel Selembar Itu
Berarti terdapat 15 kutipan yang menggambarkan keadaan ekonomi tokoh Putri, 10 kutipan yang
menggambarkan nilai-niai moral, dan 7 kutipan yang menggambarkan hubungan sosial tokoh Putri.
Intertekstual novel Ma Yan karya Sanie B. Kuncoro dan novel Selembar Itu Berarti karya Suryaman
Ampriono berkaitan dengan perekonomian yang terjadi pada masyarakat, salah satunya kemiskinan.
Hal itu yang terjadi pada kedua tokoh dalam dua novel yang berbeda, kedua tokoh sama-sama hidup
di tengah kemiskinan dan himpitan ekonomi yang mengakibatkan kesulitan dalam mempertahankan
pendidikan dan bertahan hidup. Perilaku moral dikendalikan oleh ketentuan prilaku yang sudah
menjadi kebiasaan oleh seseorang. Kedua tokoh dalam novel yang berbeda memiliki persamaan nilai-
nilai moral yang baik dalam mempertahankan pendidikan mereka. Meskipun hidup dengan
kemiskinan dan keterbatasan dalam menempuh pendidikan, hal itu tidak merubah nilai-nilai moral
yang sudah ditanamkan oleh kedua orangtua mereka. Hubungan sosial kedua tokoh dalam perjalanan
mempertahankan pendidikan dalam novel yang berbeda memiliki hubungan yang sama-sama terjalin
dengan baik, dalam keluarga, lingkungan sekitar dan teman-teman sekolah mereka. kedua tokoh
sama-sama memiliki hubungan aksih sayang yang erat dengan keluarga mereka terutama pada ayah
dan ibu mereka.

REFERENSI
Ampriono, Suryaman. 2019. Selembar Itu Berarti. Jakarta: Literatur
Kuncoro, Sanie. B. 2009. MaYan. Yogyakarta: Penerbit Bentang.
Intertekstual Novel Ma Yan Karya Sanie B. Kuncoro dan Novel Selembar Itu Berarti Karya Suryaman Ampriono Kajian
Sastra Bandingan, Endang Wahyuningsi, Rico Aprisa, Putri Wahyuli 9470

Ratna, Kutha Nyoman. 2009. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Denpasar: Pustaka Pelajar.

You might also like