Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

B.

Rini Widiati Giono: Respon Morfofisiologis Beberapa


Genotipe Kedelai (Glycine max L.Merill) Hasil Irradiasi
Sinar Gamma terhadap Cekaman Kemasaman.

RESPON MORFOFISIOLOGIS BEBERAPA GENOTIPE


KEDELAI (Glycine max L.Merill) HASIL IRRADIASI SINAR
GAMMA TERHADAP CEKAMAN KEMASAMAN
Morpho-physiological Response of Some Soybean Genotypes (Glycine max
L.Merill) resulted from Gamma Ray Irradiation to Acidity Stress.

B. Rini Widiati Giono1)


e-mail: widiatirini@gmail.com
1)
Program studi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian. YAPIM
Maros. Jl. Dr. Ratulangi No. 62 Maros 90511 Sulawesi Selatan,

ABSTRACT

Soybean genotypes tolerant to acidity stress showed a response of morpho-


physiological characters describing a genetic traits that adaptive to acidity. This study
aims to examine soybean genotype mutants (M3) to the consistency of the derived mutant
(M2) which is a response of soybean genotypes resulting from gamma ray irradiation that
is tolerant and sensitive to acidity stress as a reference to determine the
morphophysiological character of soybean genotype tolerance selection in acid soil. The
study was carried out as an experimental research using split plot design (SPD) with the
stress level of aluminum as the Main Plot (MP) consisted of two levels: 100% Al
saturation index and 0% Al saturation index and soybean genotypes as Sub Plot (SP)
consisted of 11 soybean genotypes namely: genotype Menyapa of 50 Gy; genotype Orba
of 25 Gy; genotype Tanggamus of 0 Gy; genotype Tanggamus of 25 Gy; genotype
Tanggamus of 50 Gy; genotype Tanggamus of 75 Gy, genotype Orba of 50 Gy; genotype
Orba of 75 Gy; genotype Menyapa of 0 Gy; genotype Orba of 0 Gy; genotype Menyapa
of 75 Gy in order to obtain 22 combinations of treatment. Based on the analysis it can be
concluded that: 1) There is a tendency with increasing Al root uptake will lead to
suppression of root extension of soybean genotypes resulted from gamma ray irradiation
in acidity stress conditions, 2) Increased ratio of shoot/ root dry weight, resulting in
increase in the grain weight.plant-1 of soybean genotypes tolerant to acidity. 3) Increased
Al roots uptake both in acidity stress and the optimum conditions resulting in decrease in
grain weight.plant-1 of soybean genotypes resulted from gamma ray irradiation. The
decline in grain weight varies depending on the tolerance of soybean genotypes to stress
acidity.

Keywords: character, genotypes, soybean, tolerance

ABSTRAK

Genotipe kedelai toleran terhadap cekaman kemasaman menunjukkan respon


karakter morfofisiologis yang menggambarkan sifat genetik adaptif pada lahan masam.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Mutan genotipe kedelai (M3) terhadap
konsistensi hasil mutan turunan (M2) yang merupakan respon genotipe kedelai hasil
irradiasi sinar gamma yang toleran dan peka terhadap cekaman kemasaman sebagai acuan
untuk menentukan karakter morfofisiologis seleksi toleransi genotipe kedelai pada lahan
masam.

61
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

Penelitian disusun dalam percobaan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi


(RPT), sebagai berikut : Petak Utama (PU) adalah tingkat cekaman aluminium yang
terdiri dari 2 taraf : indeks kejenuhan Al 100%; indeks kejenuhan Al 0%. Anak Petak
(AP) adalah 11 genotype kedelai yaitu : genotipe Menyapa, 50 Gy ; genotipe Orba, 25
Gy; genotipe Tanggamus, 0 Gy; genotipe Tanggamus, 25 Gy; genotipe Tanggamus, 50
Gy; genotipe Tanggamus, 75Gy, genotipe Orba, 50 Gy; genotipe Orba, 75 Gy; genotipe
Menyapa, 0 Gy; genotipe Orba, 0 Gy; genotipe Menyapa, 75 Gy sehingga diperoleh 22
kombinasi perlakuan.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat kecenderungan dengan
meningkatnya serapan Al akar maka akan mengakibatkan penekanan perpanjangan akar
genotipe kedelai hasil irradiasi sinar gamma pada kondisi cekaman kemasaman. 2)
Meningkatnya ratio bobot kering tajuk/akar maka mengakibatkan semakin meningkatkan
bobot biji.tan-1 genotipe kedelai toleran cekaman kemasaman. 3) Meningkatnya serapan
Al akar pada cekaman kemasaman dan kondisi optimum maka semakin menurunkan
bobot biji.tan-1 genotipe kedelai hasil irradiasi sinar gamma. Penurunan bobot biji
genotipe kedelai bervariasi tergantung toleransi terhadap cekaman kemasaman.

Kata Kunci: karakter, genotipe, kedelai, tolerance

PENDAHULUAN produksi tahun 2012 (843,153 ribu ton)


Kedelai merupakan sumber menurun sebanyak 63,16 ribu ton (7,49
protein nabati yang sangat penting dalam persen) yang disebabkan adanya
rangka peningkatan gizi masyarakat penurunan luas panen, tahun 2013
karena murah dan baik untuk kesehatan. (550.793 ha), sedangkan tahun 2012
Hal tersebut menyebabkan kebutuhan (567.624 ha) maka penurunan seluas
kedelai terus meningkat seiring 16,83 ribu hektar (2,96 persen). Untuk
berkembangnya industri pengolahan memenuhi kebutuhan kedelai pada tahun
pangan yang menggunakan kedelai 2013, maka pemerintah mengimport
sebagai bahan baku pembuatan tahu, sebesar 2,128 juta ton, menurun 0,318
tempe, kecap, snack dan lainnya. Jenis juta ton (14,94 persen) dibanding tahun
industri ini tergolong industri skala kecil 2012 (1,810 juta ton) (BPS, 2014).
dan menengah, tetapi dalam jumlah Untuk menurunkan volume impor
sangat banyak menyebabkan tingginya kedelai pemerintah terus berupaya
tingkat kebutuhan konsumsi kedelai. meningkatkan produksi terutama dengan
Disisilain, produksi dalam negeri terus memanfaatkan lahan-lahan marginal,
mengalami penurunan, sehingga defisit seperti lahan kering-masam.
kedelai terus meningkat(Badan Litbang Mulyani,dkk., (2009) telah
Pertanian, 2012). mengidentifikasi lahan kering masam
Produksi kedelai tahun 2013 berdasarkan data sumber daya lahan
(779,992 ribu ton)dibandingkan eksplorasi skala 1:1.000.000,yaitu dari
62
B. Rini Widiati Giono: Respon Morfofisiologis Beberapa
Genotipe Kedelai (Glycine max L.Merill) Hasil Irradiasi
Sinar Gamma terhadap Cekaman Kemasaman.

total lahan kering sekitar 148 juta ha sistem perakaran. Fungsi perakaran
dapat dikelompokkan menjadi lahan sebagai badan penyerap hara dan air
kering masam 102,8 juta ha. Sedangkan merupakan titik kritis bagi kelangsungan
di lahan basah, lahan masam ditemukan pertumbuhan dan perkembangan
pada lahan sawah yang berasal dari tanaman yang menghadapi lingkungan
bahan mineral berpelapukan lanjut dan yang tidak menguntungkan (Hanum,
pada lahan rawa terutama terdapat di dkk., 2009). Keragaman genotipe
lahan sulfat masam serta tanah organik kedelai terindikasi sangat signifikan
(gambut). (Widjaja-Adhi,dkk., 2000). dalam menanggapi cekaman aluminium
Akan tetapi, usaha perluasan pertanaman yaitu terhadap sifat (panjang akar
pada areal bukaan baru sering primer, berat kering akar dan berat
menghadapi faktor pembatas ekologi. kering tajuk) (Ojo dan Ayuba, 2012).
Lahan kering di Indonesia Toleransi tanaman terhadap Al
didominasi oleh tanah masam podsolik merupakan faktor yang penting untuk
merah kuning yang tergolong dalam adaptasi pada tanah masam. Identifikasi
ultisol. Tanah ini terkendala oleh pH terhadap hambatan pertumbuhan
rendah (4,6 –5,5),kapasitas tukar kation tanaman karena peningkatan konsentrasi
(KTK) rendah, peka erosi dan miskin Al dalam larutan hara merupakan pa
elemen biotik (Mulyani, 2006), serta rameter untuk menyeleksi genotipe
tingginya kadar aluminium (Al) (Utama, berdasarkan tingkat toleransinya
2008). Aluminium (Al) merupakan ion terhadap stress Al (Utama, 2008).
rhizotoksik yang menghambat Penelitian ini bertujuan untuk
pertumbuhan dan produktivitas tanaman menguji Mutan genotipe kedelai (M3)
di tanah mineral masam (Rengel, 2000). terhadap konsistensi hasil mutan turunan
67% lahan masam dipengaruhi oleh (M2) yang merupakan respon genotipe
keracunan Al (Hede dkk., 2007). kedelai hasil irradiasi sinar gamma yang
Keracunan Al dapat menghambat toleran dan peka terhadap cekaman
perkembangan akar (Budiarti dkk., kemasaman sebagai acuan untuk
2004). menentukan karakter morfofisiologis
Pendekatan utama yang seleksi toleransi genotipe kedelai pada
digunakan adalah melihat kemampuan lahan masam.
tanaman dalam menghadapi cekaman
Al, yaitu dengan melihat kemampuan

63
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

BAHAN DAN METODE Tanggamus, 0 Gy); g4 (genotipe


Penelitian dilaksanakan di kebun Tanggamus, 25 Gy); g5 (genotipe
percobaan, Fakultas Pertanian, Tanggamus, 50 Gy); g6 (genotipe
Universitas Hasanuddin, berlangsung Tanggamus, 75Gy), g7 (genotipe Orba,
dari Mei - September 2014. Penelitian 50 Gy); g8 (genotipe Orba, 75 Gy); g9
bertujuan untuk menguji Mutan genotipe (genotipe Menyapa, 0 Gy); g10 (genotipe
kedelai (M3) guna melihat konsistensi Orba, 0 Gy); g11 (genotipe Menyapa, 75
hasil mutan turunan (M2) dengan Gy) sehingga diperoleh 22 kombinasi
menggunakan indeks kejenuhan Al (%), perlakuan.
dilakukan pada polybag. Tanah yang Variabel pengamatan yang
digunakan sebagai media tumbuh adalah diamati pada percobaan adalah sebagai
tanah masam asal kecamatan tranralili, berikut : bobot kering tajuk/akar (g),
kabupaten Maros dengan pH 4.7 dan Al- panjang akar (cm), kandungan Al pada
dd 1, 75 ( cmol(+) kg-1) /100 g tanah. akar ( ppm). Data tersebut kemudian
Kapur yang digunakan untuk dianalisis dengan sidik ragam dan
menentukan tingkat cekaman Al (%) dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
sesuai perlakuan adalah dolomit (Ca terkecil (BNT) pada taraf 5% atau 1% .
Mg (CO3)2 )dengan kandungan CaCO3 = Analisis ragam dilakukan mengikuti
74,83 %, Mg = 19,49 %, Mo = 3,24 %. Gomez dan Gomez, 2007.
Penelitian disusun dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
percobaan dengan menggunakan Ratio Berat Kering Tajuk/akar
Rancangan Petak Terbagi (RPT), Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
sebagai berikut : genotipe 2 menghasilkan bobot
Petak Utama (PU) adalah tingkat tajuk/akar yang tidak berbeda dengan
cekaman aluminium yang terdiri dari 2 g3, g4, g6, g7 dan g9 dan berbeda dengan
taraf : p0 = indeks kejenuhan Al 100%; genotipe g1, g5, g8, g10, g11 pada
p1 = indeks kejenuhan Al 0%. kejenuhan Al 100 % , sedangkan pada
Anak Petak (AP) adalah 11 kejenuhan Al 0 % menunjukkan bahwa
genotype kedelai (G) yaitu : g1 g5 menghasilkan bobot tajuk/akar
(genotipe Menyapa, 50 Gy ); g2 tertinggi yang tidak berbeda dengan g7,
(genotipe Orba, 25 Gy); g3 (genotipe g9, g10 dan g11.

64
B. Rini Widiati Giono: Respon Morfofisiologis Beberapa
Genotipe Kedelai (Glycine max L.Merill) Hasil Irradiasi
Sinar Gamma terhadap Cekaman Kemasaman.

Tabel 1. Rerata Bobot Kering Tajuk/Akar Beberapa Genotipe Kedelai

Pengapuran (P)
Perlakuan
P0 P1
𝑏 𝑐𝑑
g1 6,92 8,15
𝑥 𝑥
𝑎 𝑏𝑐𝑑
g2 13,87 10,06
𝑥 𝑥
𝑎𝑏 𝑏𝑐𝑑
g3 9,52 10,13
𝑥 𝑥
𝑎𝑏 𝑏𝑐𝑑
g4 9,87 10,23
𝑥 𝑥
𝑏 𝑎
7,97 16,73
g5 𝑦 𝑥
𝑎𝑏 𝑐𝑑
g6 9,42 8,91
𝑥 𝑥
𝑎𝑏 𝑎𝑏
g7 10,60 14,24
𝑥 𝑥
𝑏 𝑐𝑑
g8 7,27 7,90
𝑥 𝑥
𝑎𝑏 𝑎𝑏𝑐
g9 9,09 7,06
𝑥 𝑥
𝑏 𝑎𝑏𝑐
g10 6,32 12,27
𝑥 𝑥
𝑏 𝑎𝑏𝑐
g11 8,20 12,82
𝑥 𝑥
NP BNT PU (0,01) 17,823
NP BNT AP (0,01) 5,037

Hubungan Panjang Akar dan Serapan Al Akar pada kondisi cekaman kemasaman
50
Panjang akar (cm)

40
30
20
10 Indeks Kejenuhan Al 100% (P0) y0= -0,6468x2 + 10,314x - 19,655.,R² = 0,3897
Indeks Kejenuhan Al 0% (P1) y1 = -4,5804x2 + 32,991x - 18,252.,R² = 0,2619
0
0 2 4 Al akar6 (ppm) 8 10 12

Gambar 1. Hubungan Panjang akar dengan Serapan Al Akar Genotipe Kedelai pada
Indeks Kejenuhan Al 100% dan 0%.

Pada gambar 1 menunjukkan serapan Al akar pada indeks kejenuhan


bahwa terdapat hubungan antara panjang Al 0% maka pengurangan panjang akar
akar dan serapan Al pada akar pada genotipe kedelai semakin besar.
indeks kejenuhan Al 0% dan 100%. Hal Sedangkan pada indeks kejenuhan 0%
ini berarti bahwa dengan meningkatnya serapan akar menyebabkan panjang akar

65
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

yang bervariasi tergantung genotipe


kedelai.

Hubungan Ratio Bobot Kering Tajuk/akar, Serapan Al Akar dengan Bobot Biji
Genotipe Kedelai pada Cekaman Kemasaman.

40
Bobot Biji/tanaman

30
(g.tan-1)

20

10
Kejenuhan Al 100% (P0) y0 = 5,3317ln(x) + 6,2867., R² = 0,1117
Kejenuhan Al 0% (P1) y1= -0,0165x2 + 1,0996x + 21,258.,R² = 0,2466
0
0 5 10 15 20
Ratio Bobot Kering Tajuk/akar (g.tan-1)

Gambar 2. Hubungan Ratio Bobot Kering Tajuk/akar dengan Bobot Biji Genotipe
Kedelai pada Indeks Kejenuhan Al 100% dan 0%.
40
Bobot Biji/tanaman (g.tan-1)

35
30
25
20
15
Kejenuhan Al 100% (P0) y0 = -3,3062x2 + 38,954x - 95,33.,R² = 0,227
10
Kejenuhan Al 0% (P1) y1 = -0,0318x2 + 1,5083x + 15,496.,R² = 0,2858
5
0 2 4 6 8 10 12
Al akar (ppm. tan1)

Gambar 3. Hubungan Serapan Al akar dengan Bobot Biji Genotipe Kedelai pada
Indeks Kejenuhan Al 100% dan 0%.

Pada gambar 2 memperlihatkan


terdapat hubungan antara ratio bobot
kering akar dan bobot biji pada indeks Pada gambar 3 memperlihatkan
kejenuhan Al 0% dan 100%. Hal ini terdapat hubungan antara serapan Al
berarti bahwa dengan meningkatnya akar dengan bobot biji pada indeks
ratio bobot kering tajuk/akar pada indeks kejenuhan Al 0% dan 100%. Hal ini
kejenuhan Al 0% dan 100% maka berarti bahwa dengan meningkatnya
semakin meningkatkan bobot biji serapan Al akar pada indeks kejenuhan
genotipe kedelai. Al 0% dan 100% maka semakin

66
B. Rini Widiati Giono: Respon Morfofisiologis Beberapa
Genotipe Kedelai (Glycine max L.Merill) Hasil Irradiasi
Sinar Gamma terhadap Cekaman Kemasaman.

menurunkan bobot biji genotipe kedelai. bervariasi tergantung toleransi terhadap


Penurunan bobot biji genotipe kedelai cekaman kemasaman.
PEMBAHASAN Terdapat kecenderungan dengan
Genotipe 2 menghasilkan bobot meningkatnya serapan Al akar maka
-1
tajuk/akar 13,87 g.tan pada kejenuhan akan mengakibatkan penekanan
Al 100 % , sedangkan pada kejenuhan Al perpanjangan akar genotipe kedelai pada
0 % menunjukkan bahwa g5 kondisi cekaman kemasaman (gambar
menghasilkan bobot tajuk/akar 16,73 2). Pada indeks kejenuhan 0% terdapat
g.tan-1 ( Tabel 1.) . Gejala keracunan Al beberapa genotipe yang mampu
dapat dilihat pada penghambatan beradaptasi pada cekaman kemasaman.
pertumbuhan akar seperti pada kedelai Al akan menyebabkan penghambatan
(Ferrufino, dkk., 2000; Soepandi, dkk., pada proses pembelahan dan
2000). Utama ( 2010) menyatakan pemanjangan sel akar sehingga akan
bahwa keragaan tanaman berdasarkan diikuti dengan berkurangnya penyerapan
karakter agronomi yang diamati pada air dan hara (Samac dan Tesfaye, 2003).
kondisi tidak tercekam Al (kejenuhan Al toksisitas aluminium (Al) adalah
0%) lebih baik dibandingkan dengan merupakan faktor pembatas utama bagi
keragaan tanaman yang ditumbuhkan produktivitas tanaman (Li-Song, 2006).
dalam kondisi tercekam Al (kejenuhan Terdapat kecendrungan penekanan
Al 100%). Hanum, dkk., (2007) panjang dan bobot kering akar yang
mengelompokan tanaman kedelai semakin besar dengan semakin tingginya
toleran Al memiliki kemampuan kepekaan suatu galur/varietas terhadap
memulihkan dan menekan pengaruh Al (Muhidin, 2004).
buruk keracunan aluminium sehingga Meningkatnya ratio bobot kering
fungsi akar tidak terganggu. tajuk/akar maka mengakibatkan semakin
Pertumbuhan akar yang tidak terganggu meningkatkan bobot biji.tan-1 genotipe
oleh keberadaan Al juga akan memiliki kedelai toleran cekaman kemasaman.
kemampuan untuk beradaptasi pada Hal tersebut sesuai dengan pendapat
cekaman kekeringan. Hal inilah yang Proklamirsininsi (2012). Bentuk garam
mengakibatkan kedelai toleran Al Al yang terkompleks dengan asam
memiliki kemampuan untuk beradaptasi organik (Al-laktat) dan bentuk garam Al
pada cekaman ganda Al dan kekeringan. yang terkompleks dengan asam an-
organik (Al-nitrat) pada media tanam

67
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

masam sangat mempengaruhi laju optimum maka semakin menurunkan


fotosintesis dan kandungan klorofil bobot biji.tan-1 genotipe kedelai hasil
kedelai (Glycine max). Menurut irradiasi sinar gamma. Penurunan
Harmida (2010) menyatakan bahwa bobot biji genotipe kedelai bervariasi
meningkatnya berat kering brangkasan tergantung toleransi terhadap cekaman
menyebabkan peningkatan pula terhadap kemasaman.
hasil tanaman kedele. Berat kering
PUSTAKA
brangkasan ini menggambarkan hasil
bersih fotosintesa. Moussa (2011) Badan Litbang Pertanian, 2012.
Agroinovasi. Sinar Tani, edisi 15-
menyatakan bahwa perlakuan dengan
21 Agustus 2012 No.3470 Tahun
dosis rendah sinar gamma (20 Gy) pada XLII
biji kedelai sebelum ditanam, dapat
BPS, 2014. Laporan Bulanan Data
digunakan untuk meningkatkan toleransi Social Ekonomi, Badan Pusat
Statistik, Edisi 49 Maret 2014
kekeringan dan meminimalkan
kehilangan hasil yang disebabkan oleh Budiarti, S.G., T.S. Silitonga, T.
Suhartini, Sutoro, Asadi, dan
defisit air. Hanafiah (2011) menyatakan
Hadiatmi. 2004. Evaluasi
bahwa Nilai rata-rata bobot biji kedelai toleransi plasma nutfah padi,
jagung, dan kedelai terhadap
per tanaman tertinggi terdapat pada dosis
lahan bermasalah/lahan masam
50 Gray. (keracunan Al dan Fe) dan
pemupukan rendah. Kumpulan
KESIMPULAN
Makalah Seminar Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis dapat BB-Biogen Tahun 2004. Hlm.51-
61.
disimpulkan bahwa:
1) Terdapat kecenderungan dengan Ferrufino, A., Smyth, T.J., Israel, D.W.,
Carter, T.E., Jr. (2000). Root
meningkatnya serapan Al akar maka
elongation of soybean genotypes
akan mengakibatkan penekanan in response to acidity constraints
in a subsurface solution
perpanjangan akar genotipe kedelai hasil
compartment. Crop Science
irradiasi sinar gamma pada kondisi 40:413 – 421 (2000).
cekaman kemasaman.
Hanafiah, D.S., Trikoesoemaningtyas,
2) Meningkatnya ratio bobot kering Yahya,S., Wirnas, D., 2011.
Mutasi Induksi Irradiasi Sinar
tajuk/akar maka mengakibatkan semakin
Gamma pada Varietas Kedelai
meningkatkan bobot biji.tan-1 genotipe Argomulyo (Gyicine max).
Bioteknologi 8 (2): 59-64. ISSN:
kedelai toleran cekaman kemasaman.
0216- 6887. Open acces
3) Meningkatnya serapan Al akar
pada cekaman kemasaman dan kondisi
68
B. Rini Widiati Giono: Respon Morfofisiologis Beberapa
Genotipe Kedelai (Glycine max L.Merill) Hasil Irradiasi
Sinar Gamma terhadap Cekaman Kemasaman.

Hanum, C., W.Q. Muqnisjah, S. Yahya, P. Penerbit Balai Penelitian Tanah


D.Sopandy, K. Idris, dan A.. (elektronik) (2009).
Sahar. 2007. Pertumbuhan Akar
Kedelai pada Cekaman Moussa. H.R. 2011. Low dose of gamma
Aluminium, Kekeringan dan irradiation enhanced drought
Cekaman Ganda Aluminium dan tolerance in soybean. Bulgarian
Kekeringan. Jurnal Agritrop, 26 Journal of Agricultural Science, 17
(1) : 13 – 18. (No 1) 2011, 63-72

Hanum, C., Mugnisjah, W.Q., Yahya, S., Ojo dan Ayuba., Screening of tropically
Sopansie, D., Idris, K., dan Sahar, adapted genotypes of soybean
A. 2009. Penapisan Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) for
Toleran Cekaman Aluminium dan aluminium stress tolerance in
Kekeringan. Forum Pascasarjana short-term hydroponics. Journal of
Vol. 32 No; 4 Oktober 2009: 295- Animal & Plant Sciences, 2012.
305 Vol. 14, Issue 2: 1921-1930
(2012).
Harmida. 2010. Respons Pertumbuhan
Galur Harapan Kedelai (Glycine Proklamirsininsih, E., Prijambada , I.D.,
max(L.)Merril) pada Lahan Rachmawati, D., Sancayaningsih,
Masam. Jurnal Penelitian Sains R. 2012. Laju Fotosintesis dan
Volume 13 Nomer 2(D) 13209. Kandungan Klorofil Kedelai pada
Media Tanam Masam dengan
Hede, A.R., B. Skovmand dan J. Lopez- Pemberian Garam Aluminium.
Cesati. 2007. Acid soil and AGROTROP, 2(1): 17-24 (2012).
Aluminium toxicity. Chapter 15. ISSN : 208 -155X.
CIMMYT Wheat Program,
CIMMYT Soil and Plant Nutrition Rengel, Z. 2000. Mineral Nutrition of
Laboratory. pp. 172-182 Crops, Fundamental Mechanisms
and Implications. Food Products
Li-Song, C. 2006. Physiological Press. Binghamton, New York.
Responses and Tolerance of Plant
Shoot to Aluminium Toxicity. J. Samac DA, Tesfaye M. 2003. Plant
Plant Physiol. Mol. Biol., 32: 143– improvement for tolerance to
155. aluminum in acid soils – a review.
Review of Plant Biotechnology
Muhidin, 2004, Uji Cepat Toleransi
Tanaman Kedelai Terhadap and Applied Genetics. Plant Cell,
Cekaman Aluminium, J. Agroland, Tissue and Organ Culture 75: 189–
11 (1) : 18-24 207.

Mulyani, A., Rachman, A., Datrah, A., Sopandie, D., M. Jusuf, & T.D. Setyono
Penyebaran Lahan Masam, 2000. Adaptasi kedelai (Glycine
Potensi dan Ketersediaannya max Merr.) terhadap cekaman pH
Untuk Pengembangan Pertanian. rendah dan aluminium. Analisis
Buku Fosfat Alam: Pemanfaatan pertumbuhan akar. Comm. Ag.
fisfat Alam Yang Digunakan 5(2) :61-69.
Langsung Sebagai Pupuk Sumber

69
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

Utama, M.Z.H. 2008. Mekanisme


fisiologi toleransi cekaman Widjaja-Adhi, I P.G., D.A. Suriadikarta,
aluminium pada spesies legum M.T. Sutriadi, I G.M. Subiksa, and
penutup tanah terhadap I W. Suastika. 2000. Pengelolaan
metabolisme nitrat, amonium pemanfaatan dan pengembangan
dan nitrit. Bul. Agron. 36:175- lahan rawa. hlm. 127-164 dalam
179. Buku Sumber Daya Lahan
Indonesia dan Pengelolaannya.
Utama, M.Z.H. 2010. Penapisan Pusat Penelitian Tanah dan
Varietas Padi Gogo Toleran Agroklimat, Bogor.
Cekaman Aluminium. J. Agron.
Indonesia 38 (3) : 163 - 169

70

You might also like