Jurnal Prolanis

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No.

x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542


http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.vxxixx

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN


PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) BPJS
KESEHATAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
(FKTP)

Surahmawati 1, Muhammad Rusmin 2 , Syamsul Alam 3


1-3
Kampus II UIN Alauddin Makassar, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jurusan
Kesehatan Masyarakat. D/a Jalan H.M Yasin Limpo No. 36. Kabupaten Gowa. Sulawesi Selatan.
E-mail: akunemailpenulis@email.com

ANALYSES THE INFLUENCE OF ENABLING FACTORS AND NEED


BASED FACTORS FOR THE UTILIZATION OF PROLANIS BPJS
KESEHATAN AT PRIMARY HEALTH CARE FACILITIES

Abstract
Chronic Disease Care Program[Program pengelolaan penyakit kronis(PROLANIS)] is
formulated by Indonesian government and Health insurance [BPJS Kesehatan]to provide
health care for BPJS Kesehatan participants who suffer from chronic diseases to achieve
an optimal quality of life with cost-effective and efficient health services. Primary Level
Health Facilities [Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama(FKTP)] such as Puskesmas,
Family Doctors, and primary care clinics that have collaborated with BPJS Kesehatan are
obliged to implement Prolanis. This study aims to determine the effect of enabling factors
and needs on the use of Prolanis. This research is a type of analytic survey research with
a cross sectional study approach which is carried out in several FKTP, namely; Gentungan
Health Center, Manuju Health Center and High Moncong Health Center. The population
in this study were participants in the prolanis activities at FKTP. Subjects in this study
were 107 people. The results of this study indicate that the factors that influence the
utilization of prolanis in FKTP are; Educational history (0.001), income (0.029), BPJS
Health membership class (0.019), role of health workers (0.001) and timeliness of
implementation prolanis activities (0.048). Factors that do not affect the utilization of
prolanis in FKTP are; Gender (0.369), Age (0.169), Occupation (0.103), Distance from
house to FKTP (0.353), Family support (0.413), Knowledge (0.145), Need for prolanis
(0.400) and Disease control (0.315

Keywords : Chronic Disease, Enabling factors, Need factors, PROLANIS, Utilization of


Health care,

Abstrak
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah upaya pemerintah dan BPJS
Kesehatan untuk melakukan pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pratama
(FKTP) seperti Puskesmas, Dokter Kelurga, dan Klinik layanan primer yang telah
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan berkewajiban mengimplementasikan Prolanis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor pemungkin dan faktor
kebutuhan terhadap pemanfaatan Prolanis. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada beberapa

131
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No. x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542

FKTP yaitu; Puskesmas Gentungan, Puskesmas Manuju dan Puskesmas Tinggi Moncong.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta kegiatan prolanis di FKTP. Jumlah Sampel
pada penelitian ini adalah 107 orang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan prolanis pada FKTP adalah; Riwayat pendidikan (0,001),
Pendapatan (0,029), Kelas kepesertaan BPJS Kesehatan (0,019), Peran petugas kesehatan
(0,001) dan Ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan prolanis (0,048). Faktor yang tidak
mempengaruhi pemanfaatan prolanis pada FKTP adalah; Jenis kelamin (0,369), Umur
(0,169), Pekerjaan (0,103), Jarak rumah ke FKTP (0,353), Dukungan keluarga (0,413),
Pengetahuan (0,145), Kebutuhan akan prolanis (0,400) dan Kontrol penyakit (0,315)

Kata kunci: faktor kebutuhan, faktor pemungkin, Pemanfaatan prolanis, Penyakit kronis, PROLANIS

PENDAHULUAN rehabilitatif secara berkesinambungan.


Karena jika tidak adanya perhatian penuh
Penyakit kronis merupakan salah satu
sejak awal akan berdampak pada tingginya
jenis penyakit degeneratif yang berkembang
biaya kesehatan sehingga perlu ada program
atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat
terobosan yaitu program Prolanis.
lama, yakni lebih dari enam bulan.
Berdasarkan hasil Riskesdas, ditemukan
Prolanis adalah suatu sistem
bahwa terjadi peningkatan prevalensi
penyakit tidak menular atau penyakit kronis. pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif
Riskesdas 2018 jika dibandingkan dengan yang dilaksanakan secara terintegrasi yang
Riskesdas 2013, mengalami peningkatan melibatkan Peserta BPJS, Fasilitas Kesehatan
antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal dan BPJS Kesehatan dalam rangka
pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS
kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.
Berdasarkan pemeriksaan gula darah, Kesehatan yang menderita penyakit kronis
prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 untuk mencapai kualitas hidup yang optimal
persen menjadi 8,5 persen; dan hasil dengan biaya pelayanan kesehatan yang
pengukuran tekanan darah, hipertensi naik efektif dan efisien. Kegiatan prolanis
dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen. mendorong peserta penyandang penyakit
kronis mencapai kualitas hidup optimal
Hipertensi masih merupakan tantangan besar
di Indonesia karena kondisi yang sering dengan indikator 75% peserta terdaftar yang
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama
Hal ini merupakan masalah kesehatan dengan memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan
prevalensi yang tinggi pada penyakit kronis spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan
Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait
di Indonesia. Di samping itu, pengontrolan
hipertensi belum adekuat meskipun obat- sehingga dapat mencegah timbulnya
obatan yang efektif banyak tersedia komplikasi penyakit.
(Riskesdas, 2018).
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pratama
Penyakit kronis merupakan penyebab (FKTP) seperti Puskesmas, Dokter Kelurga,
dan Klinik layanan primer yang telah
kematian terbesar dengan jumlah proporsi
cukup besar pula termasuk pembiayaannya bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
sangat besar yaitu 60% dari pembiayaan berkewajiban mengimplementasikan Program
kesehatan seluruh masyarakat di Indonesia Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang
dan penyakit kronis ini dapat dicegah. Oleh diinisiasi oleh BPJS Kesehatan. Berdasarkan
obeservasi yang kami lakukan pada
karena itu, dalam penanganan penyakit kronis
diperlukan upaya program kesehatan yang pelaksanaan Prolanis di salah satu Puskesmas
bersifat promotif, preventif, kuratif, dan di Kab. Bantaeng rata-rata sebesar 10%, di

132
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No. x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.vxxixx

bawah target zona aman. Hal ini perbukitan yaitu Puskesmas Manuju dan
mengindikasikan rendahnya pemanfaatan dataran tinggi yaitu Puskesmas Tinggi
pelayanan Prolanis di FKTP BPJS Kesehatan. Moncong.
Penelitian ini merupakan jenis
Penelitian sebelumnya menunjukan penelitian survei analitik dengan pendekatan
terdapat pengaruh signifikan antara informasi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
pelayanan Prolanis (p=0,020) dan kesesuaian adalah peserta KIS/BPJS yang telah terdaftar
jadwal/waktu (p=0,008) terhadap pada FKTP dan terdaftar sebagai peserta
pemanfaatan Prolanis di PLK Unair. kegiatan prolanis pada wilayah kerja
Sedangkan variabel kelas BPJS, jarak tempuh, Puskesmas Gentungan, Puskesmas Manuju
waktu tempuh, ketersediaan transportasi, jenis dan Puskesmas Tinggi moncong. Jumlah
transportasi, hubungan sosial, petugas populasi pada penelitian ini adalah 107 orang
kesehatan, fasilitas kesehatan, waktu tunggu berdasarkan data peserta pengelolah prolanis
dan kebutuhan tidak berpengaruh signifikan.
puskesmas. Sampel pada penelitian ini adalah
(Auliya, 2018. Penelitian lain mengenai faktor seluruh peserta prolanis yang telah terdaftar
yang berhubungan dengan pemanfaatan pada FKTP dan mengikuti rutin kegiatan
program pengelolaan penyakit kronis prolanis prolanis, Teknik pengambilan sampel dengan
di BPJS Kesehatan kantor cabang Tangerang menggunakan total sampling.
tahun 2015 terdapat hubungan signifikan
antara pengetahuan penyakit, dukungan BPJS
Kesehatan dan dukungan keluarga HASIL
mempunyai dengan pemanfaatan program
pengelolaan penyakit kronis. Tidak ada Berdasarkan hasil penelitian yang
hubungan antara usia, jenis kelamin, dipaparkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
pendidikan, pekerjaan, jarak tempuh dan jenis kelamin responden yang paling banyak
waktu tempuh ke PPK tingkat pertama serta menjadi responden dalam penelitian ini
dukungan teman dengan pemanfaatan adalah Perempuan (67,3%). Usia yang paling
prolanis (Tawakal, 2015). banyak adalah responden dengan usia lebih
dari 59 tahun (40,2%). Responden dengan
Berdasarkan uraian diatas penulis Riwayat pendidikan terakhir terbanyak adalah
tertarik untuk meneliti tentang Analisis Faktor responden yang menamatkan SD (29,9%).
(Faktor Pemungkin dan Faktor Kebutuhan) Status responden dalam keluarga yang
yang mempengaruhi Pemanfaatan Program terbanyak adalah responden yang merupakan
Pengelolan Penyakit Kronis (PROLANIS) Anggota keluarga (64,5%). Responden
Pada FKTP BPJS Kesehatan berdasarkan pendapatan perbulan yang paling
banyak menjadi responden adalah responden
BAHAN DAN METODE dengan pendapatan dibawah Rp.2.941.270,-
(60,7%).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April – Mei tahun 2020 pada FKTP yang Berdasarkan tabel 1, hasil analisis
telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan menggunakan Chi square untuk mengetahui
dan sementara melaksanakan program pengaruh faktor karakteristik responden
implementasi pengelolaan penyakit kornis terhadap pemanfaatan prolanis dengan taraf
(Prolanis). Pemilihan Lokasi penelitian signifikansi 5% menghasilkan p value; jenis
berdasarkan ketewakilan letak geografis kelamin 0,369 yang berarti p > 0,05 jadi Ho
FKTP yaitu mewakili daerah dataran rendah diterima sehingga kesimpulannya tidak ada
yaitu Puskesmas Gentungan, daerah pengaruh jenis kelamin terhadap pemanfaatan

133
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No. x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542

prolanis BPJS Kesehatan, umur responden petugas kesehatan terhadap pemanfaatan


0,169 yang berarti p > 0,05 jadi Ho diterima, prolanis BPJS Kesehatan menghasilkan p-
sehingga kesimpulannya tidak ada hubungan value 0,001 yang berarti p < 0,05 jadi Ho
umur peserta prolanis dengan pemanfaatan ditolak, sehingga kesimpulannya ada
prolanis BPJS Kesehatan, riwayat pendidikan hubungan antara peran petugas kesehatan
responden 0,001 yang berarti nilai p < 0,05 terhadap pemanfaatan prolanis BPJS
jadi Ho ditolak sehingga kesimpulannya ada Kesehatan, dukungan keluarga terhadap
hubungan riwayat pendidikan terhadap pemanfaatan prolanis menghasilkan p-value
pemanfaatan prolanis BPJS Kesehatan, status 0,413, yang berarti p > 0,05 jadi Ho di terima,
pekerjaan 0,103 yang berarti p > 0,05 jadi Ho sehingga kesimpulannya ada hubungan
diterima, sehingga kesimpulannya tidak ada dukungan keluarga terhadap pemanfaatan
hubungan status pekerjaan terhadap prolanis BPJS Kesehatan, pengetahuan
pemanfaatan prolanis BPJS Kesehatan, peserta prolanis terhadap pemanfaatan
penghasilan responden 0,029 yang berarti p < prolanis BPJS Kesehatan menghasilkan p-
0,05 jadi Ho ditolak sehingga kesimpulannya value 0,145, yang berarti p > 0,05 jadi Ho
ada hubungan antara penghasilan perbulan di terima, sehingga kesimpulannya ada
peserta terhadap pemanfaatan prolanis BPJS hubungan pengetahuan terhadap pemanfaatan
Kesehatan. prolanis BPJS Kesehatan, ketepatan waktu
pelaksanaan prolanis terhadap pemanfaatan
Berdasarkan tabel 2, hasil analisis
prolanis menghasilkan p-value 0,048 yang
yang dilakukan dengan menggunakan chi
berarti p < 0,05 jadi Ho ditolak, sehingga
square untuk mengetahui pengaruh faktor
kesimpulannya ada hubungan antara
pemungkin (enabling factors) dan faktor
ketepatan waktu pelaksanaan prolanis
kebutuhan (needed based factors) terhadap
terhadap pemanfaatan prolanis BPJS
pemanfaatan prolanis pada FKTP.
Kesehatan.
Variabel pada faktor pemungkin
Hasil analisis Variabel pada faktor
(enabling factors) antara lain; kelas
kebutuhan (needed based factors) adalah
kepesertaan BPJS Kesehatan terhadap
sebagai berikut; kebutuhan akan prolanis
pemanfaatan prolanis menghasilkan p-value
terhadap pemanfaatan prolanis menghasilkan
0,019 yang berarti p < 0,05 jadi Ho ditolak,
p-value 0,400 yang berarti p > 0,05, jadi Ho
sehingga kesimpulannya ada hubungan kelas
diterima, sehingga kesimpulannya tidak ada
kepesertaan BPJS Kesehatan terhadap
hubungan antara kebutuhan peserta akan
pemanfaatan prolanis BPJS Kesehatan, jarak
prolanis terhadap pemanfaatan prolanis BPJS
dari rumah peserta menuju FKTP terhadap
Kesehatan, kontrol penyakit kronis terhadap
pemanfaatan prolanis BPJS Kesehatan
pemanfaatan prolanis menghasilkan p-value
menghasilkan p-value 0,353 yang berarti p
0,315 yang berarti p > 0,05, jadi Ho diterima,
> 0,05 jadi Ho diterima, sehingga
sehingga kesimpulannya tidak ada hubungan
kesimpulannya tidak ada hubungan antara
kontrol penyakit kronis terhadap pemanfaatan
jarak rumah peserta prolanis terhadap
prolanis BPJS Kesehatan.
pemanfaatan prolanis BPJS Kesehatan, peran

134
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No. x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.vxxixx

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan Karakteristik

Distribusi
P
Karakteristik Responden Kategori Frekuensi
Value
n=107 %
Jenis Kelamin Laki-Laki 35 32,7
0,369
Perempuan 72 67,3
Umur < 45 tahun 23 21,5
0,169
45 - 59 tahun 41 38,3
> 59 tahun 43 40,2
Riwayat Pendidikan Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 17 15,9
Tamat SD 32 29,9
Tamat SMP 19 17,8 0,001
Tamat SMA 19 17,8
Tamat Perguruan Tinggi/Sarjana 20 18,7
Kepala Rumah Tangga 38 35,5 0,103
Status Dalam Keluarga
Anggota Rumah Tangga 69 64,5
Penghasilan Perbulan < Rp. 2.941.270 65 60,7
0,029
(UMP SULSEL) > Rp. 2.941.270 42 39,3

Tabel 2. Distribusi Faktor pemungkin dan faktor kebutuhan pada peserta


PROLANIS di FKTP

Distribusi
P
Variabel Faktor Kategori Frekuensi
Value
n=107 %
Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Kelas Keanggotaan BPJS KELAS I 38 35,5 0,019
KELAS II 10 9,3
KELAS III 59 55,1
Jarak Rumah Ke Faskes < 3 km 46 43,0
0,353
> 3 km 61 57,0
Peran Petugas Kesehatan Baik 82 76,6
0,001
Kurang 25 23,4
Dukungan Keluarga Baik 84 78,5
0,413
Kurang 23 21,5
Pengetahuan Tentang Prolanis Baik 59 55,1 0,145
Kurang 48 44,9
Ketepatan Waktu Pelaksanaan Tepat Waktu 79 73,8
0,048
Prolanis Tidak Tepat Waktu 28 26,2

135
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No. x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542

Distribusi
P
Variabel Faktor Kategori Frekuensi
Value
n=107 %
Variabel Faktor Kebutuhan (Need Based Factor)
Kebutuhan Pelayanan Prolanis Membutuhkan 105 98,1 0,400
Kurang Membutuhkan 2 1,9
Hipertensi
63 58,9
Penyakit Kronis Yang Diderita Diabetes Melitus
20 18,7 0,315
Hipertensi dan Diabetes
24 22,4
Melitus

Kesehatan. Penelitian ini juga di dukung


PEMBAHASAN
dengan penelitian yang dilakukan oleh
1. Pengaruh karakteristik responden Tawakkal (2015) yang menyatakan bahwa
terhadap pemanfaatan pengelolaan perempuan lebih banyak menggunakan
penyakit kronis (PROLANIS) BPJS program pengelolaan penyakit kronis
Kesehatan pada FKTP karena perempuan memiliki tingkat
Berdasarkan hasil analisis bivariat awareness yang lebih tinggi mengenai
untuk mengetahui hubungan antara penyakitnya sehingga perempuan lebih
karakteristik responden terhadap memiliki peluang besar untuk
pemanfaatan prolanis BPJS Kesehatan memanfaatkan program pengelolaan
menghasilkan; p-value untuk jenis penyakit kronis (Prolanis). Namun
kelamin 0,369, p-value untuk umur 0,169, penelitian ini tidak sejalan dengan
p-value untuk pendidikan 0,001, p-value penelitian yang dilakukan oleh Viona
untuk status pekerjaan 0,103, p-value (2018) yang menyatakan bahwa ada
untuk penghasilan 0,029. pengaruh antara pekerjaan peserta
prolanis terhadap pemanfaatan program
Karakteristik reponden pengelolaan penyakit kronis.
berdasarkan jenis kelamin, usia dan status
pekerjaan tidak memiliki hubungan Karakteristik responden
dengan pemanfaatan prolanis (p>0,05). berdasarkan pendidikan dan penghasilan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (p-value 0,001 dan 0,029) memiliki
yang dilakukan oleh Rahmi (2015) yang hubungan terhadap pemanfaatan prolanis.
menyatakan bahwa jenis kelamin dan usia Penelitian ini tidak sejalan dengan
tidak memiliki hubungan yang signifikan penelitian yang dilakukan oleh Ai Dian
terhadap pemanfaatan prolanis. Menurut (2019) yang menyatakan bahwa
Rahmi semakin tua usia seseorang maka pendidikan dan pendapatan seseorang
semakin lemah ketahanan tubuhnya berhubungan dengan pemanfaatan
sehingga kemungkinan untuk menderita program pengelolaan penyakit kronis.
penyakit kronik seperti hipertensi maupun Dalam jurnal penelitian oleh
diabetes semakin besar. Maka dari itu Lundberg (2011) yang berjudul Diabetes
semakin besar juga kemungkinan type-2 self-management among Thai
responden yang berada diusia diatas 60 Muslim woman, menyatakan bahwa
tahun untuk tidak memanfaatkan program pendapatan yang terbatas, tidak memiliki
pengelolaan penyakit kronis BPJS asuransi kesehatan dan ketidakstabilan

136
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No. x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.vxxixx

keuangan keluarga menjadi sebuah karena petugas kesehatan tidak pernah


penghalang besar bagi penderita penyakit memberikan informasi mengenai
kronis untuk memperhatikan penyakitnya. keberadaan prolanis. Menurut penelitian
Contohnya ketika responden dengan yang dilakukan oleh Abdullah (2017)
kondisi keuangan yang kurang maka tentang faktor penyebab terjadinya
responden kemungkinan besar lebih penurunan jumlah kunjungan peserta
memilih memperhatikan bagaimana cara program pengelolaan penyakit kronis di
bertahan hidup dibandingkan dengan puskesmas Minasa Upa Kota Makassar,
mengikuti program seperti prolanis. Abdullah mengemukakan bahwa peran
petugas kesehatan memiliki hubunga yang
2. Pengaruh faktor pemungkin/pendorong
signifikan terhadap jumlah kunjungan
(enabling factor) terhadap pemanfaatan
peserta Program pengelolaan penyakit
program pengelolaan penyakit kronis
kronis.
(PROLANIS) BPJS Kesehatan pada
Penelitian yang dilakukan oleh Auliya
FKTP
(2018) sejalan dengan penelitian ini
Berdasarkan hasil analisis bivariat
dengan menyatakan bahwa pemanfaaatan
untuk mengetahui hubungan antara
prolanis di PLK Unair dipengaruhi oleh
pemungkin / pendorong (enabling factor)
kesesuaian waktu.
terhadap pemanfaatan prolanis BPJS
Faktor pemungkin terhadap
Kesehatan menghasilkan; p-value untuk
pemanfaatan prolanis seperti jarak rumah
kelas kepesertaan 0,019, p-value untuk
ke FKTP, dukungan keluarga dan
jarak rumah peserta menuju FKTP 0,353,
pengetahuan setelah dilakukan analisis
p-value untuk peran petugas kesehatan, p-
dengan menggunakan uji chi square
value untuk dukungan keluarga 0,413, p-
menghasilkan nilai p lebih besar dari
value untuk pengetahuan 0,145 dan p-
Alpha yang artinya jarak rumah ke FKTP,
value untuk ketepatan waktu pelaksanaan
dukungan keluarga dan pengetahuan tidak
0,048.
berhubungan terhadap pemanfaatan
Faktor pemungkin peserta
prolanis BPJS Kesehatan.
memanfaatkan program pengelolaan
Penelitian ini tidak sejalan dengan
penyakit kronis yaitu kelas kepesertaan,
penelitian yang dilakukan oleh Shella
peran petugas kesehatan dan ketepatan
(2019) yang menyatakan bahwa
waktu pelaksanaan berdasarkan hasil uji
pengetahuan, dukungan keluarga,
statistik menghasilkan p-value kurang dari
dukungan tenaga kesehatan dan tingkat
alpha yaitu 0,05 yang berarti kelas
keparahan penyakit berhubungan terhadap
kepesertaan, peran petugas kesehatan dan
pemanfaatan prolanis pada puskesmas di
ketepatan waktu pelaksanaan memiliki
kota Semarang. Dalam penelitian yang
hubungan terhadap pemanfaatan program
pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) dilakukan shella (2019) mengemukakan
BPJS Kesehatan. Penelitian ini sejalan bahwa dari 118 responden setelah
dikategorikan berdasarkan jumlah
dengan penelitian yang dilakukan oleh
kunjungan serta keikutsertaan responden
Viona (2018) yang menyatakan bahwa
dalam kegiatan prolanis dibagi menjadi 2
pemanfaatan prolanis dipengaruhi secara
kategori yaitu, kategori pemanfaatan
signifikan oleh peran petugas kesehatan.
rendah sebanyak 60 orang responden dan
Dalam penelitian yang dilakukan
pemanfaatan tinggi sebanyak 58 orang
Viona (2018) menyatakan bahwa alasan
responden. Berdasarkan hasil observasi
utama responden tidak mengetahui adanya
kegiatan prolanis di puskesmas adalah dan wawancara yang dilakukan, Shella

1
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No. x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542

(2019) menyatakan bahwa terdapat Alpha, sehingga kebutuhan akan prolanis


beberapa kemungkinan responden dengan dan kontrol penyakit tidak berhubungan
pemanfaatan prolanis masih resndah. secara signifikan terhadap pemanfaatan
Pertama, responden sering lupa mengenai program pengelolaan penyakit kronis
tanggal pelaksanaan prolanis. Kedua, pada BPJS Kesehatan. Penelitian ini sejalan
hari pelaksanaan prolanis responden dengan penelitian yang dilakukan oleh
dalam keadaan yang kurang sehat. Ketiga, Viona (2018) yang menyatakan bahwa di
responden merasa tidak perlu mengikuti wilayah kerja puskesmas mandala tahun
kegiatan prolanis karena responden 2018, pemanfaatan prolanis tidak
merasa tubuhnya masih sehat. Keempat, dipengaruhi oleh kebutuhan akan layanan
jika terdapat kegiatan atau acara lain prolanis.
dihari yang sama dengan pelaksanaan Notoatmodjo dalam Viona (2018)
prolanis, responden lebih memilih menyatakan bahwa jumlah penggunaan
menghadiri acara tersebut. Kelima, pelayanan kesehatan oleh suatu keluarga
terdapat responden yang secara fisik merupakan karakter disposisi,
kesulitan menjangkau FKTP untuk kemampuan serta kebutuhan keluarga itu
mengikuti kegiatan prolanis. Keenam, atas pelayanan medis, hingga kesemua
tidak ada keluarga yang mendampingi komponen tersebut dianggap mempunyai
pada saat kegiatan prolanis. Pemanfaatan peran tersendiri dalam memahami
prolanis yang rendah selain akan perbedaan pemanfaatan pelayanan
mempengaruhi kesehatan pada diri peserta kesehatan, sedangkan kebutuhan
juga akan mempengaruhi pembayaran merupakan faktor yang lebih penting
jumlah kapitasi yang diterima puskesmas dibandingkan faktor predisposisi dan
dari BPJS Kesehatan. Apabila rasio kemampuan. Semakin besar persepsi
peserta prolanis berkunjung (RPPB) tidak kebutuhan responden terhadap pelayanan
mencapai indikator minimal, maka jumlah prolanis, maka semakin besar
kapitasi akan berkurang. Hal ini mampu kemungkinan peningkatan pemanfaatan
berdampak pada pelayanan yang akan program pengelolaan penyakit kronis
diberikan oleh puskesmas kepada peserta. BPJS Kesehatan.
3. Pengaruh 3) Pengaruh faktor Dalam penelitian yang dilakukan
kebutuhan (need based factor) terhadap oleh Vest (2013) mengemukakan bahwa
pemanfaatan program pengelolan sekalipun penderita penyakit kronis
penyakit kronis (PROLANIS) BPJS membutuhkan program pengelolaan
Kesehatan pada FKTP penyakit kronis dengan manajemen diri
Berdasarkan hasil analisis bivariat namun dengan pendapatan yang kurang
untuk mengetahui hubungan antara faktor dan kebutuhan yang cukup banyak
kebutuhan (need based factor) terhadap penderita penyakit kronis akan mengalami
pemanfaatan prolanis BPJS Kesehatan hambatan dalam melakukan manajemen
menghasilkan; p-value kebutuhan prolanis diri. Sama halnya dengan penelitian ini,
0,145 dan kontrol penyakit peserta dari 107 responden hanya 2 orang
prolanis 0,315. Faktor kebutuhan dalam responden yang kurang membutuhkan
hal ini kebutuhan akan program program pengelolaan penyakit kronis
pengelolaan penyakit kronis dan kontrol namun ada 23 orang yang tidak rutin
penyakit, setelah dilakukan analisis mengikuti prolanis. Dengan demikian,
dengan menggunakan uji chi square dapat di simpulkan bahwa kebutuhan akan
menghasilkan nilai p lebih besar dari program pengelolaan penyakit kronis

2
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No. x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542
http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.vxxixx

(prolanis) tidak memiliki hubungan KESEHATAN INDONESIA : JKKI.


dengan pemanfaatan prolanis. https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/37546
2. Abdullah. 2017. Faktor penyebab terjadinya
penurunan jumlah kunjungan peserta program
pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) di
KESIMPULAN puskesmas Minasa Upa Kota Makassar. Jurnal
Karakteristik responden yang ilmiah kesehatan diagnosis, 11 (4), 383-385,
berhubungan terhadap pemanfaatan program http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/articl
pengelolaan penyakit kronis adalah variabel e/view/241/129.
3. Ayu Imade Rosdiana, dkk. 2017. Implementasi
pendidikan dan pendapatan. Karakteristik Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).
responden yang tidak berhubungan terhadap Higeia Journal Of Public Health Research And
pemanfaatan program pengelolaan penyakit Development.
kronis adalah variabel jenis kelamin, umur, http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia
dan status pekerjaan. 4. Anjar Raraswati, dkk. 2018. Peran Program
Prolanis dalam Penurunan Kadar Gula Darah
Faktor pemungkin/pendorong Puasa pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
(enabling factors) yang berhubungan terhadap Puskesmas Kecamatan Jatinangor. Jurnal Sistem
pemanfaatan program pengelolaan penyakit Kesehatan Vol.4, no.2.
kronis adalah variabel kelas kepesertaan, http://jurnal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/view/206
peran petugas kesehatan dan ketepatan waktu. 87
5. Auliya, 2018. Pengaruh Informasi Pelayanan
Faktor pemungkin (enabling factors) yang Prolanis Dan Kesesuaian Waktu Terhadap
berhubungan terhadap pemanfaatan program Pemanfaatan Prolanis Di Pusat Layanan Kesehatan
pengelolaan penyakit kronis adalah variabel Unair. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia
jarak rumah ke FKTP, dukungan keluarga dan Volume 6 No 2. Universitas Airlangga
pengetahuan responden 6. Andersen, R. (1995) ‘Revisiting the behavioral
model and access to medical care: does it matter?’,
Faktor kebutuhan (need based factors) Journal of Health Social Behaviour, 36(1), pp. 1–
dalam hal ini kebutuhan akan pelayanan 10. doi: 10.2307/2137284.
prolanis dan kontrol penyakit tidak memiliki 7. Balitbangkes RI.2018. Ringkasan Laporan Hasil
hubungan terhadap pemanfaatan program Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan
pengelolaan penyakit kronis. Namun dari Tahun 2018. Jakarta: Balitbangkes RI.
8. BPJS Kesehatan.2014. Panduan Praktis
hasil penelitian menunjukkan terdapat PROLANIS (Pengelolaan Program Penyakit
perubahan yang positif, yaitu responden tidak Kronis). Jakarta
menderita penyakit kornis berdasarkan 9. Dian, Ai. 2019. Faktor – faktor yang berhubungan
pemeriksaan tekanan darah dan kadar glukosa dengan pemanfaatan program pengelolaan
darah menjadi normal sebanyak 47,7% penyakit kronis (Prolanis) studi pada puskesmas
salopa kabupaten Tasikmalaya Tahun 2018.
mengikuti kegiatan prolanis secara rutin. Tasikmalaya. Universitas Siliwangi.
10. Frieska Dyanneza,et all.2017. The Effectiveness of
Chronic Disease Management Program in Blood
UCAPAN TERIMA KASIH Pressure Control among Hypertensive Patients.
Indonesian Journal of Medicine (2017), 2(1): 52-
Dapat ditujukan pada semua pihak 62
yang membantu bila memang ada dan harus https://doi.org/10.26911/theijmed.2017.02.01.06
diterangkan sejelas mungkin. 11. Kemenkes RI (2014) Situasi dan Analisis
Diabetes, Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta. doi: 24427659.
DAFTAR RUJUKAN 12. Lunberg. PC, S. Thrakul. 2011. Diabetes type 2
self-management among Thai Muslim Women.
1. Anita Meiriana, dkk.2019. Implementasi Program Journal of Nursing and Healthcare of Chronic
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Pada Illness. 2011;3(1):52-60
Penyakit Hipertensi Di Puskesmas Jetis Kota
Yogyakarta. JURNAL KEBIJAKAN

3
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. xx, No. x, 20xx: xx – xx p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542

13. Musfirah Ahmad, et all.2017. Prolanis 16. Sarafino, EP (2006). Health Psychology:
Implementation Effective To Control Fasting biopsychosicial interactions fifth editions . John
Blood Sugar, Hba1c And Total Cholesterol Levels Willey & Sons
In Patients With Type 2 Diabetes. Jurnal Ners Vol. 17. Tawakal, I. (2015) Faktor faktor yang
12 No. 1 April 2017: 88-98. https://e- berhubungan dengan pemanfaatan program
journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/2750. pengelolaan penyakit kronis prolanis di BPJS
14. Mediciani, Shella. 2020. Pemanfaatan Program Kesehatan kantor cabang Tangerang Tahun 2015 =
pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas. Higea Factors associated with the utilization of chronic
Journal of Public Health, disease management program prolanis at BPJS
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higea. Kesehatan. Universitas Indonesia
Universitas Negeri Semarang, Indonesia 18. Vest et all. Diabetes self-management in a low
15. Rahmi, A. 2015. Faktor – faktor yang berhubungan income population: impacts of social support and
dengan pemanfaatan program pengelolaan relationships with the health care system. Pubmed.
penyakit kronis (Prolanis) di BPJS Kesehatan 2013;9(2):145-55. Doi:
Kantor Cabang Jakarta Timur tahun 2015. Jakarta. 10.1177,1742395313475674.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas 19. Yuliaristi, Viona. 2018. Faktor – faktor yang
Indonesia. mempengaruhi pemanfaatan prolanis di wilayah
kerja puskesmas mandala kecamatan Medan
Tembung. Medan. Universitas Sumatera Utara.

You might also like