Implementasi Bank Sampah Pemuda Mandiri Dalam Meningkatkan Derajat Ekonomi Dan Pemberdayaan Masyarakat Di Kampung Betawi

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

IMPLEMENTASI BANK SAMPAH PEMUDA MANDIRI DALAM MENAIKAN

DERAJAT EKONOMI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KAMPUNG


BETAWI
Muhammad Syahreza1, Sri Wahyunengsih2
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
*E-mail: eza.2019@mhsuinjkt.ac.id
Artikel submit MMDDYY
Artikel review MMDDYY
Artikel accepted MMDDYY

Abstract

Garbage is an incessant problem in everyday life. Every day garbage is always there and increasing. Before the
existence of the Independent Youth Waste Bank, the people of Srengseng Paddy were very indifferent to waste.
People used to hoard or burn the garbage they have, not infrequently even throw garbage into the river. The
purpose of this study is to find out the steps of BSPM in managing waste so that it can be useful and of economic
value. This type of research uses a descriptive qualitative approach. Data collection techniques in this study are
observation, in-depth interviews, questionnaires and documentation. The technique of checking the validity of the
data used in this study is the triangulation technique. Through this article, the author will convey the
implementation of the Mandiri Youth Waste Bank in improving the economic status and community
empowerment in Betawi Village. Includes planning, implementation, evaluation, follow-up, and impact. As well
as supporting and inhibiting factors. The conclusion that can be drawn is that the BSPM program is running well
from the statements of 96.7% of customers. Evaluations of the BSPM program include socialization, training in
sorting waste, and making compost that has not been effective. The follow-up of the program evaluation is still
not effective and efficient. The impact of the BSPM program includes 90% of the sample choosing to be more
concerned with the environment, 83.3% of the sample choosing to be aware of the benefits of waste, 60% of the
sample choosing to improve the economy, 50% of the sample choosing to add insight, and 30% of the sample
choosing to improve skills/ability. The supporting factors for the running of BSPM are the moral support from the
RW management, RT management and the community. As well as the inhibiting factors of the BSPM program,
namely the absence of tools that can be used to recycle waste from government agencies and poor communication
from internal BSPM.

Keyword: Waste Bank, Program Implementation, Community Empowerment

Abstrak

Sampah adalah sesuatu masalah yang tak henti-hentinya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari sampah selalu
ada dan bertambah. Sebelum adanya Bank Sampah pemuda mandiri masyarakat srengseng sawah sangat acuh
dengan sampah. Masyarakat biasa menimbun atau membakar sampah yang mereka punya, bahkan tak jarang
yang membuang sampah ke aliran sungai. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui langkah-langkah BSPM
dalam penglolaan sampah hingga bisa menjadi barang yang bermanfaat dan benilai ekonomis. Jenis penilitian ini
menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
observasi, wawancara mendalam, kuisioner dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Melalui artikel ini, penulis akan menyampaikan
implementasi yang dilakukan Bank Sampah Pemuda Mandiri dalam meningkatkan derajat ekonomi dan
pemberdayaan masyarakat di Kampung Betawi. Meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, tindak lanjut, dan
dampak. Serta faktor pendukung dan penghambat. Kesimpulan yang di dapat adalah program BSPM berjalan
dengan baik dari pernyataan 96,7% nasabah. Evaluasi dari program BSPM antara lain sosialisasi, pelatihan
memilah sampah, dan pembuatan pupuk kompos belum efektif. Tindak lanjut dari evaluasi programpun masih
belum efektif dan efisien. Dampak dari program BSPM meliputi 90% sampel memilih lebih peduli terhadap
lingkungan, 83,3% sampel memilih sadar akan kemanfaatan sampah, 60% sampel memilih meningkatkan ekonomi, 50 %
sampel memilih menambah wawasan, dan 30% sampel memilih meningkatkan skill/kemampuan. Adapun faktor pendukung
dari berjalannya BSPM yaitu adanya dukungan moral dari pengurus RW, pengurus RT dan masyarakat. Serta faktor
penghambat dari program BSPM yaitu tidak adanya bantuan alat-alat yang dapat di manfaatkan untuk mendaur ulang
sampah dari instansi pemerintah dan komunikasi dari internal BSPM yang kurang baik.

Kata Kunci: Bank Sampah, Implementasi Program, Pemberdayaan Masyarakat


PENDAHULUAN

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik ini. Pertama, (Suryani et al., n.d.) yang
menemukan Solusi untuk mengurangi jumlah sampah yang tidak terkendali. Pemerintah kota dan kabupaten
masih gencar menggalakkan sosialisasi pengelolaan sampah mandiri melalui bank sampah. Selain berdampak
positif bagi lingkungan, dalam pengelolaannya bank sampah memiliki mekanisme relasi dan jejaring sosial yang
bernilai ekonomis. BSM dapat menjadi drop point bagi produsen produk dan kemasan produk kedaluwarsa.
beberapa tanggung jawab Tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan sampah, Ini adalah tanggung jawab
pengusaha. dan Menerapkan model ini, jumlah limbah yang diolah Tempat pembuangan sampah diperkirakan
akan berkurang. aspek Pengelolaan sampah dalam aplikasi Manajemen bantuan terbaik di BSM sampah kota
malang.

Kedua, (Masruroh et al., 2015) yang hasilnya menunjukkan penerapan teknologi komputasi awan untuk
Aplikasi Perbankan Sampah Akan Menguntungkan Karena tingkat efektivitas dan efisiensi Dia setuju. menjadi
selama perhitungan Lebih simpel, lebih fleksibel, dan lebih praktis Sesuai kebutuhan, dengan bantuan konsep
virtualisasi, normalisasi dan karakteristik penting lainnya untuk Dapat mengurangi biaya penerapan teknologi
Informasi (TI). dan membutuhkan perencanaan Jika konsepnya hati-hati dan teliti Teknologi akan diadopsi, pada
Keamanan infrastruktur, data, dan sumber daya manusia.

Ketiga, (Sanusi & Istanti, n.d.) yang hasilnya menjunjukan Kegiatan pengabdian melalui pemberdayaan
masyarakat melalui bank Sampah di Dusun Gambir Anom bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang kebersihan lingkungan dengan mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Sampah yang
menjadi permasalahan lingkungan jika dikelola dengan baik akan manfaat yang besar bagi masyarakat. Lebih
banyak menggunakan pupuk organik aman bagi lingkungan dibandingkan dengan pupuk kimia dengan harga
yang lebih mahal murah. Sedangkan sampah non-organik dapat dijadikan produk kerajinan bernilai ekonomi
tinggi. Sampah jika dikembangkan bisa menjadi potensi bisnis yang bernilai ekonomis dan menambah
pendapatan untuk masyarakat.

Keempat (Eko Saputro, n.d.) yang hasilnya menunjukan Penelitian mengemukakan bahwa ada dua pola
cara untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat, yaitu (1) polanya terdiri dari dua tingkat keberdayaan dan (2)
pola diperlukan suatu proses kegiatan. Ada korelasi di mana lebih tinggi Proses pemberdayaan dapat
menciptakan otoritas kotamadya. Eksekusi Hasil dari penelitian ini adalah pemberdayaan ingin mengembangkan
sumber daya manusia dan bahkan lebih baik dari pemberdayaan didukung oleh pengembangan kapasitas aktor
yang berwenang.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah penelitian ini berfokus kepada cara-cara yang
dilakukan bank sampah pemuda mandiri dalam meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat
yang mana masyarakat dilatih untuk mempunyai skill dalam pemanfaatan pengelolaan sampah menjadi barang
yang dapat meningkatkan ekonomi untuk masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Bank Sampah Pemuda
Mandiri (BSPM). Adapun alasan penelitian di sini karena beberapa alasan. Pertama Bank Sampah Pemuda
Mandiri (BSPM) berdiri sejak tahun 2017 yang mana berdiri sebelum maraknya bank sampah yang telah
dikordinir oleh pemerintah, jadi bisa disimpulkan bahwa BSPM merupakan bank sampah yang berdiri satu
langkah lebih awal dari bank sampah-bank sampah yang lain, bahkan banyak meniru dan belajar di Bank
Sampah pemuda mandiri. Yang kedua BSPM juga beregrak di bidang ekonomi kreatif yang mana sampah-
sampah bekas diolah kembali menjadi barang yang bermanfaat dan dapat dijual, menteri ekonomi kreatif Dr. H.
Sandiaga Salahuddin Uno, BBA., MBA telah berkunjung ke BSPM untuk menjinjau ekonomi kreatif yang
dijalanka di Bank sampah tersebut. Ketiga selain bergerak dibidang perekonomian BSPM bergerak di bidang
pemberdayaan masyarakat yang mana para nasabang diberikan pelatihan baik dari dinas lingkunga hidup
maupun dari seniman yang sama-sama nasabah BSPM, yang menghasilkan kerajinan tangan berupa ondel-ondel
dari shuttlecock bekas yang merupakan kesenian khas dari budaya betawi, dan pupuk kompos.

Adapun teori yang mendasari penelitian ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh menurut Widjaja
(2003:169) dikutip dalam (Mustanir, n.d.) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
kemungkinan dan potensi suatu masyarakat agar masyarakat tersebut sadar akan jati diri, harkat dan
martabatnya, sehingga dapat hidup dan berkembang secara mandiri dalam bidang ekonomi, sosial, agama, dan
budaya. Menurut Calves, 2009 dalam (Putra Sany & Salatiga, 2019) Konsep pemberdayaan sebenarnya tidak
hanya berkaitan dengan masalah ketimpangan gender, ras, dan suku bangsa, akan tetapi juga berkaitan dengan
masalah ekonomi dan kemiskinan.

Dan adapun Menurut Sumardjo, 2003 dalam (Endah, 2020) Pemberdayaan Masyarakat adalah proses
mengembangkan peluang, kemauan/motivasi dan kemampuan suatu komunitas untuk memperoleh akses
terhadap sumber daya, sehingga meningkatkan kemampuan mereka untuk menentukan masa depan mereka
dengan mempengaruhi dan meningkatkan kesadaran akan kualitas hidup bagi diri mereka sendiri dan
komunitasnya.

Selain itu Menurut Widjaja, 2003 dalam (Mustanir, n.d.) pemberdayaan masyarakat adalah upaya
mengembangkan kemungkinan dan potensi masyarakat agar masyarakat sadar akan jati diri, harkat dan
martabatnya, serta nilainya, sehingga dapat bertahan dan berkembang secara mandiri dalam bidang ekonomi,
sosial, agama, dan budaya. Sedangkan menurut Sumaryadi, 2005 pemberdayaan masyarakat adalah upaya
mempersiapkan msyarakat sejalan dengan upaya penguatan kelembagaan bersama untuk mencapai
pertumbuhan, kemandirian, dan kemakmuran dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan.

Topik ini juga relevan dengan peraturan dalam Dalam Undang-Undang tentang Desa Nomor 6 Tahun 2014
butir 12 dikatakan bahwa Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa (Endah, 2020).

Dari paparan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut. Pertama untuk mengetahui langkah-langkah BSPM dalam penglolaan sampah hingga bisa
menjadi barang yang bermanfaat dan benilai ekonomis.

DESKRIPSI UMUM MASYARAKAT, MASALAH DAN SOLUSI TARGET

Deskripsi umum
Kelurahan Srengseng Sawah merupakan salah satu dari 6 enam Kelurahan di Wilayah Kecamatan
Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDKI
Jakarta Nomor 1251 Tahun 1986, dengan luas wilayah 674,70 Ha yang berbatasan dengan: - Sebelah Utara: Kel.
Lenteng Agung dan Kel. Jagakarsa - Sebelah Timur: Kali Ciliwung - Sebelah Selatan: Kotamadya Depok -
Sebelah Barat: Kelurahan Ciganjur dan Kelurahan Cipedak. Pola pembangunan Kelurahan Srengseng Sawah
senantiasa mengacu kepada Rencana Umum Tata Ruang Tahun RUTR 2005 dan Rencana Bagian Wilayah Kota
RBWK wilayah selatan yang ditetapkan sebagai Daerah Resapan Air. Hal ini didukung dengan keberadaan
potensi air tanah yang ada antara lain Setu Babakan, Setu Mangga Bolong, Setu Salam UI dan Setu ISTN. Selain
itu, tidak tertutup kemungkinan kawasan hijau akan dilindungi sepenuhnya oleh pemerintah provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta berupa hutan kota di kawasan Barat Universitas Indonesia. Pertumbuhan penduduk
Srengseng Sawah sangat pesat. Selain karena suasana yang menyenangkan, pelestarian alam yang masih terjaga
dengan baik, juga karena tersedianya fasilitas umum yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, Desa Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Selatan Jakarta. Cukup, fasilitas yang sama
untuk kesehatan, pendidikan, ibadah dan sebagainya. Adapun lembaga masyarakat yang ada di Srengseng Sawah
cukup aktif apalagi dengan adanya program Bank Sampah Pemuda Mandiri diharapkan dapat mengubah
pemikiran dan perilaku masyarakat untuk lebih peduli dan memanfaatkan lingkungan.

Pada umumnya penduduk desa Srengseng Sawah adalah Betawi, jadi adat yang biasa adalah Budaya
Betawi. Sebagian besar penduduk Srengseng Sawah beragama Islam. Namun kerukunan umat beragama
berjalan dengan baik, sehingga kehidupan sosial antar umat beragama saling menghargai. Selain masjid dan
musholla, di desa ini terdapat 3 gereja dan 1 pura. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai pekerja dan
wiraswasta. Ada yang berprofesi sebagai petani dan pensiunan. Program yang dilaksanakan untuk pembangunan
kelurahan adalah pembangunan Cagar Budaya Betawi yang disebut Kampung Budaya Betawi di RW Setu
Babakan. 08 Desa Srengseng Sawah. Mengenai Putusan tersebut, melalui Keputusan Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2005, didirikan Kampung Budaya Betawi di Desa Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan.

Masalah

Sampah adalah sesuatu masalah yang tak henti-hentinya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari sampah
selalu ada dan bertambah. Sebelum adanya Bank Sampah pemuda mandiri masyarakat srengseng sawah sangat
acuh dengan sampah. Masyarakat biasa menimbun atau membakar sampah yang mereka punya, bahkan tak
jarang yang membuang sampah ke aliran sungai. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia dalam (Yuliandri et al., n.d.), jumlah sampah, utamanya sampah plastik di
Indonesia, telah mencapai level yang mengkhawatirkan dengan tren meningkat dalam rentang waktu 10 tahun
terakir. Menurut Utami, 2013 dalam (Yuliandri et al., n.d.) Bank sampah merupakan suatu sistem yang saling
berhubungan dan berkelanjutan yang mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam mengatasi
permasalahan sampah di lingkungan sekitar, baik oleh masyarakat sendiri maupun bekerjasama dengan pihak
yang mempunyai kepentingan yang sama.

Maimunah, dkk., 2020, Kusminah, 2018 dalam (Muanifah & Cahyani, 2021) bank sampah menjadikannya
suatu bentuk kegiatan yang dapat memberikan nilai ekonomis. Tapi di pembangunannya membutuhkan
pengetahuan dan teknologi yang tepat, sehingga masyarakat benar-benar menerima manfaat.

Solusi Target

Bank Sampah Pemuda Mandiri (BSPM) adalah solusi untuk pengelolaan sampah dan pemberdayaan di
masyarakat, dengan program-program yang mengarah ke pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ekonomi
masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini akan mencari tahu mengenai implementasi yang dilakukan oleh
BSPM terhadap pemberdayaan masyarakat di Kampung Betawi.

METODE

Jenis penilitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nasution (2003:18)
dalam (Endah, 2020), studi kualitatif disebut juga studi naturalistik. Karena sifat data yang dikumpulkan bersifat
kualitatif dan tidak menggunakan alat ukur. Disebut naturalistik karena situasi di lapangan adalah alami atau
tidak dimanipulasi dan alami. Objek penelitian ini yaitu Bank Sampah Pemuda Mandiri. Bank Sampah Pemuda
Mandiri ini memberdayakan masyrakat dengan penglolaan sampah yang dapat menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat. Pada penelitian ini masyarakat yang aktif menjadi nasabah di Bank Sampah Pemuda Mandiri
berjumlah 100 nasabah. Adapun sampel dalam penelitian ini meliputi 30 orang nasabah 2 informan yang
meliputi 1 pengurus Bank Sampah Pemuda Mandiri dan 1 tokoh masyarakat.

Instrumen pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data premier merupakan data
yang bersumber dari observasi, wawancara, dan kuisoner. Sedangkan data sekunder merupakan data yang di
bersumber dari studi literature dan dokumentasi yang berupa foto, rekaman, dan catatan. Adapun alat-alat yang
digunakan untuk dokumentasi menggunakan handphone dan studi literatur di ambil dari jurnal terdahulu yang
relevan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara mendalam, kuisioner dan
dokumentasi. Observasi atau pengamatan langsung di sekretariat Bank Sampah Pemuda Mandiri dan
dilingkungan kampung betawi. Wawancara mendalam dilakukan bersama pengelola sekaligus ketua dari Bank
Sampah Pemuda Mandiri yang bertujuan menggali informasi yang lebih dalam tetang sejarah berdiri,
implementasi, sampai hambatan dalam menjalani program di BSPM. Kuesioner disebar kepada para nasabah
BSPM guna mendapatkan data yang diperoleh dari responden. Dan dokumentasi diambil pada saat observasi dan
wawancara dan adapun dokumentasi yang di ambil berupa foto-foto kegiatan, tempat, dan proposal dari
program Bank Sampah Pemuda Mandiri.

Pada penelitian ini peneliti sebagai pemeran serta yaitu peneliti hadir tidak berpura-pura dan tidak
berpartisipasi. Penelitian ini dibantu oleh informan yang merupakan ketua dari Bank Sampah sekaligus ketua RT
012 Bapak Ishak. Tempat penelitian dilakukan di sekretariat Bank Sampah Pemuda Mandiri. Untuk
mengumpulkan data penelitian dilakukan selama 2 bulan dari pertengahan bulan maret sampai pertengahan
bulan mei.

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi.
Menurut Sugiyono, 2017 dalam (Mekarisce, 2020) Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji kreadiblitas dengan triangulasi dari pengecekan data melalui sumber, teknik, dan waktu. Dengan
menggunakan teknik triangulasi sumber, peneliti membandingkan hasil wawancara yang diperoleh dari masing-
masing sumber atau informan penelitian sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang
diperoleh. Selain itu, peneliti juga memeriksa kepercayaan melalui teknik triangulasi, yaitu menelaah temuan
dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen, sehingga kepercayaan
data tersebut valid.
HASIL DAN DISKUSI

Sejarah pendirian
Sejarah berdirinya Bank Sampah Pemuda Mandiri Kel. Srengseng Sawah Jakarta Selatan, didasari atas keadaan
akan banyaknya debit sampah di lingkungan kelurahan Srengseng Sawah Khususnya di lingkungan warga RT 008/009 dan
RT 012/009 dan juga pemikiran akan pentingnya arti hidup sehat. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
pengeloaan sampah, Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup. PP
Nomor 87 Tahun 2012 Tentang Pengolahan Sampah Rumah Tangga, PERDA DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2006, instruksi
Walikota Jakarta Selatan Nomor 27 Tahun 2012 tentang pelaksanaan Pengelolaan Bank Sampah, maka bagaimana cara
memandang sampah sebagai sesuatu yang punya nilai tambah dan berdaya guna, sehingga timbul istiah istilah sampah jadi
uang akhirnya dengan sampah warga kami penuh Berkah
Menurut undang-undang bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R dan merupakan wadah yang tepat
untuk mendidik warga mengenal memahami dan betul terhadap sampah, sehingga dengan adanya bank sampah menjadi
media konkret bagi warga untuk mempelajari banyak hal, baik mempelan kebersihan, kesehatan, maupun kebermanfaatan
sampah Pelaksanaan Bank Sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial (Social Engineering untuk mengajak seluruh
warga merilo sampah. Sehingga berdiriah Bank Sampah Pemuda Mandiri dengan SK Nomor 86/06/2017. Bapak ishak
sekalu pendiri BSPM melihat sebuah potensi di lingkungan yang pada saat itu masih belum di kelola dengan baik. Masih
banyak warga sekitar yang membuang sampah sembarangan khususnya di sepanjang jalan pemuda di dekat kediamannya
yang menjadikan pencemaran lingkungan yang menyebabkan ketidak nyamanan. Akhirnya Bapak Ishak mencoba
berkordinasi dengan dinas lingkungan hidup, dan hasil dari kordinasi Bapak Ishak dengan dinas lingkungan hidup adanya
penjempuntan sampah dari swadaya agar tidak di bakar dan tidak di timbun. Akan tetapi sarana prasarananya belum
memadai. Akhirnya Bapak Ishak dan keluarga memutuskan memanfaatkan tanah milik keluarga yang saat itu masih
menjadi rawa atau empang, yang akhirnya di ratakan dan di bangun sekretariat yang dimulai dari tahun 2015 sampai tahun
2016. Dari lahan yang di ratakan di manfaatkan untuk menampung sampah yang di tabung oleh warga dan di ambil oleh
armada truk sampah.

Kepengurusan

Gambar 1. Struktur Kepengurusan BSPM

Struktur kepurusan Bank Sampah Pemuda Mandiri diketuai oleh Bapak M. Ishak Wahyudi, Wakil Ketua Bapak
Saidih, sekertaris M. Ikbal, Bendahara Saidah, Divisi Humas Ahmad Baihaqi, Divisi Organik diketuai oleh Abd. Mujib,
Divisi Anorganik Nurmasyah, Divisi Sortir Ace Lala, Divisi Marketing Sufron Nawawi, Divisi Transfortasi Safarudin,
Divisi Kreatif Ahmad Fauzi. Menurut data yang didapat, Nasabah yang menabung sampah di Bank Sampah Pemuda Madiri
total kurang lebih ada 500 nasabah di yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Tetapi nasabah yang aktif menurut bang
ishak ada sekitar 100-200 nasabah.

Perencanaan
Pada awal perencanaan program Bank Sampah pemuda mandiri mempunyai program sosialisasi bank sampah kepada
masyarakat sekitar. Karena sebuah potensi di lingkungan pada saat itu yang masih belum terkelola dengan baik, masih
banyak masyarakat yang tidak peduli kepada lingkugan khususnya sampah, sehingga masih banyak sampah yang di buang
sembarangan dan berceceran di pinggir jalan, yang menyebabkan polusi dan bau yang tidak sedap di sepanjang jalan
pemuda. Perencanaan pertama dengan tujuan mengubah lingkungan menjadi lebih bersih, asri dan masyarakat sadar akan
kebersihan dan kelestarian lingkungan perkampungan. Selanjutnya, perencanaan pemilahan sampah oleh bank sampah
pemuda mandiri di sekretariat kemudian di pilah sesuai kategori sampah, adapun perencanaan pelatihan daur ulang sampah
yang akan dilakukan dengan didampingi oleh dinas lingkungan hidup dengan tujuan pemberdayaan maysarakat, sehingga
sampah yang dikelola oleh masyarakat dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat kembali. Dan adapun sampah
plastik yang tidak dapat di daur ulang akan di kirim setiap bulannya ke pabrik yang sudah bekerja sama dalam mengelola
sampah plastik.

Pelaksanaan
Pelaksanaan program BSPM yaitu pemilahan, penyetoran, penimbangan, pencatatan, dan input tabungan.
1. Tahap pertama yaitu pemilahan, pemilahan sampah dilakukan oleh para nasabah BSPM dapat dilakukan di
sekretariat BSPM atau di rumah masing-masing dengan memilah sampah organik dan anorganik yang akan di
setor ke Bank sampah.
2. Tahap kedua yaitu penyetoran, berbeda dengan bank sampah lain BSPM melakukan penerimaan penyetoran
sampah yang diberikan oleh nasabah di setiap harinya.
3. Tahap ketiga yaitu penimbangan, penimbangan dilakukan di sekretariat BSPM dengan harga yang diberikan
sebesar Rp.1.500,00/kg sampah.
4. Tahap keempat yaitu pencatatan, pencatatan buku tabungan sampah dilakukan ketika selesai menimbang
sampah di sekretariat oleh pengurus BSPM.
5. Tahap terakhir yaitu input tabungan, yang mana nasabah dapat mengambil atau menabung uang dari hasil
penyetoran sampah.
Data yang didapatkan dari kuesioner yang diisi oleh 30 nasabah Bank Sampah Pemuda Mandiri 96,7% nasabah memberi
tanggapan baik terhadap program pelaksanaan program Bank Sampah Pemuda Mandiri berjalan dengan baik dan 3,3%
memberi tanggapan sudah baik, lebih baik lagi di dukungdari semua lapisan.
Menurut informasi yang didapat dari ketua bank sampah pemuda mandiri pelaksanaan program bank sampah pemuda
mandiri dengan bersosialisasi kepada masyarakat kurang efektif karena masyarakat masih menganggap sampah sebagai
barang yang menjijikan dan tidak berguna. Pada akhirnya Bank Sampah Pemuda Mandiri mengadakan event panen bersama
dengan masyarakat, yang mana pada event ini masyarakat diberikan sosialisai mengenai bank sampah. Pada akhirnya
masyarakat melihat sendiri kegiatan bank sampah. Dengan masyarakat melihat kegiatan dari Bank Sampah, yang
mempunyai manfaat dan ada uangnya, jadi masyarakat tersadar dan mempunyai keinginan memilah sampah di rumah,
mengumpulkannya dan di bawa ke bank sampah. Dengan berjalannya kegiatan menabung sampah yang dilakukan oleh
masyarakat diharapkan volume sampah yang dibuang ke TPA diharapkan dapat berkurang.
Selanjutnya pelaksanaan pelatihan daur ulang sampah yang di damping oleh dinas lingkungan hidup berjalan dengan
baik akan tetapi hanya sekali, tidak berkelanjutan. Pada akhirnya pihak BSPM berinisiatif membuat alternatif dengan
memberikan pelatihan sendiri kepada nasbah dan masyarakat yang ingin membuat pupuk kompos menggunakan komposter
yang dimiliki BSPM dari sampah rumah tangga seperti bekas sayuran, sehingga dapat digunakan untuk tanaman yang
mereka punya.
Selain itu BSPM juga bekerja sama dengan Sanggar Seni Citra Argawana yang di koordinir oleh salah satu anggota
BSPM yang bergerak di bidang kesenian budaya betawi yakni Bapak Jazuri, dengan membuat kerajinan tangan khas budaya
betawi yaitu ondel-ondel mini dengan berbahan dasar dari shuttlecock bekas yang di buat oleh para pengrajin di Sanggar
Seni Citra Argawana. Dengan adanya kerja sama dari BSPM dengan Sanggar Seni Citra Argawana akhirnya BSPM tidak
hanya bergerak di bidang pengelolaan sampah saja akan tetapi BSPM bergerak di bidang ekonomi kreatif. Dibuktikan
dengan apresiasi dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga
Salahuddin Uno yang berkunjung ke BSPM pada bulan desember 2021 lalu. Bapak Sandiaga Uno menghimbau kepada
masyarakat untuk menabung sampah ke bank sampah, karena merupakan peluang usaha bagi pelaku ekonomi kreatif
masyarakat betawi.

Evaluasi
Program BSPM yang sudah berjalan pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan dari program yang telah
dilaksanakan sehingga harus di evaluasi. Dari data yang di dapat melalui kuisioner kepada para nasbah BSPM yang
berpendapat bahwa program BSPM perlu di evaluasi seperti pada sosialisasi kepada masyarakat tentang pemilihan sampah,
pelatihan pupuk kompos, dan adapun nasabah yang emberi saran untuk BSPM melakuka sosialisasi dan pelatihan memilah
sampah dan pembuatan pupuk kompos yang didampingi oleh dinas lingkungan hidup, karena dukungan dari pemerintah itu
sangat penting terutama dari sarana dan prasarananya. Informasi yang didapat dari pengelola BSPM bahwa tidak ada
dukungan dari instansi pemerintah terhadap program BSPM. Terkait hal ini nasabah BSPM tidak mengetahui ada atau
tidaknya bantuan dari instansi pemerintah.

Tindak lanjut
Tindak lanjut dari evaluasi program BSPM mengenai latihah pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos sudah
berjalan, akan tetapi tindak lanjut yang di lakukan oleh pihak BSPM dilakukan antar individu, pengelola BSPM belum
menindak lanjuti dari evaluasi tersebut dengan membuat sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat secara terbuka,
dikarenakan terhambatnya komunikasi dari pengelola dengan instansi masyarakat setempat dan instansi pemerintah.

Dampak
Bank sampah pemuda mandiri mempunyai visi dan misi menciptakan lingkungan yang bersih, indah, dan sehat.
Dengan adanya program menabung sampah yang di lakukan oleh BSPM, memberikan dampak yang dapat dirasakan oleh
masyarakat. Adapun informasi yang di dapat dari 30 nasabah BSPM terkait dampak yang dapat dirasakan oleh para nasabah
BSPM yaitu, 90% memilih lebih peduli terhadap lingkungan, 83,3% memilih sadar akan kemanfaatan sampah, 60%
memilih meningkatkan ekonomi, 50 % memilih menambah wawasan, dan 30% memilih meningkatkan skill/kemampuan.

Faktor Pendukung dan Penghambat


Berjalanannya program Bank Sampah Pemuda Mandiri mempunyai faktor pendukung dan penghambat yang
dirasakan. Adapun faktor pendukung dari berjalannya Bank Sampah Pemuda Mandiri yaitu adanya dukungan moral dari
pengurus RW dan pengurus RT beserta para masyarakat sehingga adanya kegiatan atau program yang di jalankan oleh Bank
Sampah Pemuda Mandiri menjadi lebih ringan karena dukungan moral dan support dari pihak RT maupun RW sebagai
penggerak. Faktor pendukung yang selanjutnya yaitu karena BSPM dan masyarakat berkomitmen akan kesadaran diri untuk
lebih peduli terhadap lingkungan. Dan adapun faktor pendukung yang terakhir yaitu Bank Sampah Pemuda Mandiri
mempunyai visi yaitu ikut ambil bagian dalam kegiatan pelestarian lingkungan sekaligus membantu pemerintah daerah
dalam pengelolaan sampah sesuai amanat undang-undang 18 tahun 2008, tentang pengelolaan sampah yang dijabarkan
melalui perda kota Jakarta Nomor 10 Tahun 2006, instruksi Walikota Jakarta Selatan Nomor 127 tahun 2012 tentang
pelaksanaan Bank Sampah.
Adapun faktor hambatan yang dirasakan oleh BSPM, tidak adanya bantuan alat-alat yang dapat di manfaatkan untuk
mendaur ulang sampah. Menurut informasi yang didapatkan dari wawancara yang dilakukan bersama ketua BSPM Bapak
Ishak, pada saat ini BSPM membutuhkan alat untuk mendaur ulang sampah plastik. Sehingga hasil dari daur ulang samah
platik tersebut dapat dijadikan suatu barang yang dapat di manfaatkan menjadi barang yang mempunyai nilai jual. Faktor
hambatan yang kedua yaitu pengelola BSPM kesulitan untuk mendapatkan mitra kerjasama, karena membutuhkan
kepercayaan antar kedua belah pihak untuk menjalin sebuah ikatan bisnis. Dan faktor hambatan yang terakhir yaitu adanya
perbedaan pemikiran diantara para pengurus BSPM yang sering menyebabkan kesalah pahaman.

KESIMPULAN DAN SARAN


Bank Sampah Pemuda Mandiri adalah adalah sebuah lembaga yang mewadahi masyarakat dalam
program pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi sampah dam peduli terhadap lingkungan. Pengelola
BSPM berjumlah 11 orang dengan mempunyai nasabah sebanyak 500 orang. Dalam penyetoran sampah, BSPM
menerima setoran sampah setiap hari. Program yang dijalankan BSPM selain berfokus pada pengelolaan sampah
BSPM juga bersinergi dengan Sanggar Seni Citra Argawana dalam pemberdayaan masyarakat yang mengarah
kepada kesenian budaya Betawi dengan pemuatan kerajinan tangan berupa ondel-ondel yang terbuat dari
shuttlecock, yang mana para pengrajinnya berasal dari masyarakat khususnya pemuda yang berada di wilayah
Kampung Betawi.
Implementasi yang telah di lakukan oleh BSPM untuk pemberdayaan masyarakat dari segi perencanaan
yang di lakukan oleh pengelola BSPM untuk menyadarkan masyarakat akan kebersihan lingkungan dan
mengubah lingkungan menjadi bersih dan asri. Dengan pelaksanaan program BSPM tentang pengelolaan dan
pemilahan sampah yang dapat menjadi barang atau sesuatu yang berharga berjalan dengan baik. Adapun
evaluasi dari program BSPM antara lain sosialisasi yang kurang efektif, pelatihan pemilahan sampah dan
pembuatan pupuk konpos tidak rutin dikarenakan tidak semua nasabah yang paham akan pelatihan tersebut.
Sedangkan tindak lanjut yang dilakukan BSPM kurang efektif karena antar individu dikarenakan mempunyai
hambatan dalam komunikasi kepada para instansi masyarakat dan pemerintah.
Adapun dampak yang dirasakan oleh para nasabah yaitu, lebih peduli terhadap lingkungan, sadar akan
kemanfaatan sampah, meningkatkan ekonomi, menambah wawasan, dan meningkatkan kemampuan/ skill.
Faktor pendukung dari berjalannya program BSPM yaitu, adanya dukungan moral dari pihak RT dan RW
setempat dengan komitmen yang diberikan oleh masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan dan tercapainya
visi dari BSPM. Serta faktor penghambatnya yaitu kurangnya bantuan peralatan dari instansi pemerintah, sulit
mendapatkan mitra kerjasama, dan kurangnya komunikasi antar pengelola BSPM sehingga banyak terjadi
kesalah pahaman dan perbedaan pemikiran satu sama lainnya.
Dalam menjalankan program, tantangan yang dihadapi oleh BSPM adalah sulitnya mengajak masyarakat
untuk open minded terhadap edukasi sampah yang dapat di manfaatkan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu
masyarakat mulai tersadar bahwa sampah itu juga dapat meningkatkan drajat ekonomi. Dan sampai saat ini Bank
Sampah Pemuda Mandiri tetap konsisten berjalan dengan baik dan semakin banyak nasabah yang bertambah.
Adapun saran yang dapat diberikan untuk program BSPM, sebaiknya dari evaluasi pengelolaan sampah
dilakukan tindak lanjut agar meningkatkan pelaksanaan program lebih baik. Diperlukan pula dunkungan dari
instansi pemerintah terutama dalam bentuk kebutuhan, sosialisasi dan pelatihan agar sinergitas antar pengelola
dan para instansi baik dari instansi masyarakat maupun pemerintah dapat berjalan dengan efisien.
REFERENCE
Eko Saputro, Y. (n.d.). PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT MELALUI BANK SAMPAH.
Endah, K. (2020). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT : MENGGALI POTENSI LOKAL DESA. Jurnal
MODERAT, 6(1).
Jurnal, P. :, Masyarakat, K., Yuliandri, I., Yuliandari 1, I., Sari2, N. P., Ardiansyah, R., & Nur, N. (n.d.). Angon
Sampah As A Empowerment Efforts Based On Local Potential In Pesucen Through Dignan Theory.
http://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/PJKM
Masruroh, S. U., Suciasih, S. E., & Suseno, H. B. (2015). PENGEMBANGAN APLIKASI BANK SAMPAH
MENGGUNAKAN LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI CLOUD COMPUTING PADA BANK SAMPAH
MELATI BERSIH (Vol. 8, Issue 2). http://tambah.info
Mekarisce, A. A. (2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
Masyarakat. JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan
Masyarakat, 12(3), 145–151. https://doi.org/10.52022/jikm.v12i3.102
Muanifah, S., & Cahyani, Y. (2021). Pengelolaan Bank Sampah Dalam Menumbuhkan Peluang Usaha Nasabah
Bank Sampah. Scientific Journal of Reflection: Economic, Accounting, Management and Business, 4(1),
150–159. http://www.ojspustek.org/index.php/SJR/article/view/258
Mustanir, A. (n.d.). Pemberdayaan Masyarakat Kewirausahaan Entrepreneurship Community Empowerment.
Putra Sany, U., & Salatiga, I. (2019). Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Al Qur’an. In
Jurnal Ilmu Dakwah (Vol. 39, Issue 1).
Sanusi, R., & Istanti, E. (n.d.). Pengolahan sampah melalui bank sampah guna meningkatkan nilai ekonomi
masyarakat. In JOURNAL COMMUNITY DEVELOPMENT AND SOCIETY (Vol. 2).
Suryani, A. S., Efektivitas, D., & Sampah, P. (n.d.). | 71.
http://www.tempo.co/read/news/2012/04/15/063397147/

You might also like