1823-Article Text-6049-1-10-20200531 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Implementasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan


Di Kota Bekasi

Adi Susila, Sunarti Duwi Cahyani


Universitas Islam ‘45
Adisusilo17@gmail.com

Abstract

This research was motivated by the lack of public satisfaction with the quality of service in the
Rawalumbu Sub-district Office, Bekasi City. The implementation of the Integrated District
Administration Services (PATEN) program was a new breakthrough in services whose function is
to make the sub-district as an effective and efficient public service center. This research used a
qualitative approach. Data acquisition techniques used observation and in-depth interviews
through purposive sampling to the Camat, Secretary of Camat, Head of Government Section, Head
of Administration and Personnel Subdivision, Head of Peace and Order Section, Computer
Operators and Clerk. The findings of this study was Rawalumbu District has carried out four
indicators of Implementation, namely Communication, Resources, Disposition, and Bureaucratic
Structure well, so as to create quality services. Validity test for qualitative studies used respondent
validation, perspective triangulation and retesting the research theme. Obstacles in the
implementation of PATEN in Rawalumbu Sub-district is the lack of public understanding of the
implementation of PATEN, the operation of PATEN data was not optimal and the lack of blank
Electronic Resident Identity Cards (E-KTP). The efforts made are routine socialization and
coordination with the Population and Civil Registry Office and the Information and
Communication Office.
Keywords: Implementation; Service Quality; Sub-district Integrated Administration Services

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
di Kantor Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi. Pelaksanaan program Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) merupakan sebuah terobosan baru dalam pelayanan yang fungsinya
menjadikan kecamatan sebagai pusat pelayanan publik yang efektif dan efisien. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik perolehan data menggunakan observasi dan
wawancara mendalam melalui purposive sampling kepada Camat, Sekretaris Camat, Kepala Seksi
Pemerintahan, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, dan Kepegawaian, Kepala Seksi Ketenteraman dan
Ketertiban, Operator Komputer dan petugas loket. Temuan dari penelitian ini Kecamatan
Rawalumbu sudah menjalankan empat indikator Implementasi yaitu Komunikasi, Sumber Daya,
Disposisi, dan Struktur Birokrasi dengan baik sehingga tercipta kualitas pelayanan yang
memperoleh prosentase 75,67% termasuk kategori baik. Uji validitas untuk studi kualitatif
menggunakan validasi responden, triangulasi perspektif dan pengujian ulang tema penelitian.
Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)
74
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Hambatan dalam implementasi PATEN Kecamatan Rawalumbu yaitu kurangnya pemahaman


masyarakat mengenai penyelenggaraan PATEN, Pengoperasian data PATEN belum optimal dan
kurangnya blangko Kartu tanda Penduduk Elektronik (E-KTP). Adapun upaya yang dilakukan
adalah Sosialisasi secara rutin serta berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
dan Dinas Informasi dan Komunikasi Persandian.
Kata kunci: Implementasi; Kualitas Pelayanan; Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan

I. PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Adapun ruang lingkup pelayanan publik menurut Undang-Undang Pelayanan Publik
tersebut meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu)
meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,
lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,
pariwisata, dan sektor strategis lainnya.

Pemerintah selaku penyelenggara pelayanan publik dituntut untuk memberikan pelayanan


yang terbaik kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Mendapatkan pelayanan yang terbaik dari pemerintah adalah hak masyarakat karena masyarakat
telah memberikan dananya dalam bentuk pembayaran pajak, retribusi, dan berbagai pungutan
lainnya. Dengan demikian pelayanan publik menurut Mahmudi (2010:223) adalah kegiatan
pelayanan oleh penyelenggara layanan publik untuk pemenuhan kebutuhan publik. Dan menurut
Pasalong (2010:128), pelayanan pada dasarnya didefinisikan sebagai aktifitas seseorang,
sekelompok dan/atau organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi
kebutuhan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 pasal 9 ayat (1) telah ditetapkan
bahwa untuk mempermudah penyelenggaraan berbagai bentuk pelayanan publik maka dapat
dilaksanakan dengan sistem pelayanan terpadu. Sistem pelayanan terpadu ini sebenarnya
merupakan suatu terobosan baru di bidang manajemen dalam rangka mendekatkan, mempermudah
Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)
75
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

dan mempercepat proses pelayanan terhadap publik. Salah satu jenis pelayanan terpadu adalah
Sistem Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN). Pada dasarnya PATEN adalah
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang sistem, proses atau langkah pengolahannya,
mulai dari pengajuan atau permohonan hingga penerbitan atau penyerahan dokumen dilakukan
hanya dalam satu tempat saja atau yang biasa kita lihat dengan satu loket saja. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa PATEN ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan publik sehingga tercipta kualitas pelayanan yang baik. Mengacu pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan, penyelenggraan PATEN dimaksudkan untuk menjadikan kecamatan sebagai
pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan di tingkat Kabupaten/Kota sehingga
beberapa kewenangan pelayanan yang ada di Kabupaten/Kota tersebut dilimpahkan ke kecamatan
agar menjadi pusat pelayanan dan semakin dekat dengan masyarakat.

Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi merupakan salah satu kecamatan di Kota Bekasi yang
sudah sejak tahun 2010 melaksanakan PATEN sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 4 Tahun 2010. Kecamatan Rawalumbu memiliki landasan hukum dalam
pelaksanaan PATEN yaitu Peraturan Walikota (Perwal) Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman
penyelenggaraan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kota Bekasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 4 Tahun 2010 tentang
pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, Kecamatan Rawalumbu telah memenuhi
persyaratan dalam penyelenggaraan PATEN.

1) Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dalam penyelenggaraan PATEN di Kantor Camat
Rawalumbu terdapat 17 jenis layanan perizinan dan 20 jenis layanan non perizinan. Selain
jenis pelayanan, diatur pula tentang prosedur atau alur pelayanan. Berikut adalah prosedur
atau alur layanan perizinan di Kantor Kecamatan Rawalumbu: 1) Pemohon memohon
informasi kepada petugas, kemudian petugas memberikan formulir untuk diisi oleh pemohon.
Setelah mengisi, formulir diserahkan kembali kepada petugas loket beserta persyaratan; 2)
Petugas memeriksa atau melakukan verifikasi dan pertimbangan administratif. Jika
persyaratan lengkap maka berkas akan diserahkan kepada pelayanan dan jika persyaratan
tidak lengkap maka akan dikembalikan ke pemohon. Jika persyaratan lengkap maka berkas
akan diserahkan kepada bagian pelayanan dan pemohon menerima resi penerimaan berkas; 3)
Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)
76
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Kepala pelayanan mempelajari berkas pemohon untuk melakukan validasi. Jika tidak
diizinkan maka dibuat surat penolakan pemrosesan izin oleh loket yang diberikan kepada
pemohon. Sebaliknya, jika tidak ada masalah maka akan dilanjutkan dengan penetapan
retribusi oleh kepala layanan; 4) Melakukan pengetikan surat izin dan permohonan oleh
operator computer; 5) Surat izin diparaf oleh kepala layanan dan sekretaris camat, jika
sekretaris camat tidak ada maka diparaf oleh salah satu kepala seksi. Selanjutnya surat izin
ditandatangani oleh camat; 6). Petugas loket memanggil pemohon untuk membayar retribusi
jika ada; 7). Pemohon menerima surat dan kwitansi pembayaran; 8). Pemohon mengambil
surat izin di loket penyerahan; 9). Kemudian staff dan sekretaris camat mengarsip copy surat
izin.

Tabel 1.1
Jenis Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Kantor Kecamatan Rawalumbu
No Layanan Non Perizinan Layanan Perizinan

1. Kependudukan dan catatan sipil (KTP, Izin pemasangan spanduk, reklame dan umbul-
KK, KIA, Surat Keterangan Lahir, umbul
kematian dan ahli waris)

2. Surat pindah Mendirikan sarana pendidikan

3. Peralihan hak tanah Izin Mendirikan Bangunan

4. Rekomendasi Tower/BTS Kegiatan sanggar budaya

5. Surat Keterangan domisili Usaha huller (penggilingan padi)


usaha/perusahaan

6. Surat Keterangan Catatan Kepolisian Usaha peternakan ukuran kecil


(SKCK)

7. Surat keterangan tidak mampu (berobat Izin mendirikan bengkel


dan sekolah)

8. Surat keterangan belum pernah menikah Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

9. Surat keterangan domisili tempat tinggal Usaha tempat hiburan

10 Surat keterangan domisili yayasan Usaha dan sarana olahraga

11. Permohonan bantual modal Usaha depot dan pangkalan minyak tanah

12 Penyelesaian tanah garapan Usaha pengumpulan dan penyaluran pelumas

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


77
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

13. Penentuan tempat pembuangan akhir Izin keramaian

14. Izin kursus dan keterampilan Surat keterangan domisili usaha

15 Izin pengelolaan limbah dan barang Izin usaha mikro kecil


bekas

16. Rekomendasi IMB diluar kawasan Izin sarana kesehatan

17. Rekomendasi penggalian jalan trotoar Izin sarana keagamaan


pada jalan umum dan jalan lingkungan
yang dilaksanakan oleh PDAM,Listrik
dan Telkom

18. Izin mendirikan layanan mengemudi

19. Pendirian koperasi

20. Pelepasan Hak Atas Tanah

Sumber: Kantor Camat Rawalumbu, 2019

Sarana dan prasarana di Kantor Camat Rawalumbu dalam penyelenggaraan PATEN


mencakup: loket/meja pendaftaran/permohonan, tempat pemrosesan berkas, tempat pembayaran,
tempat penyerahan dokumen, tempat pengelolaan data dan infromasi, ruang tunggu dan sarana
teknologi. Demikian pula para pelaksana teknis PATEN yang sudah bekerja sesuai bidang
kerjanya.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang


dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan penyelenggara PATEN di Kecamatan Rawalumbu,


mengakibatkan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan pelayanan perizinan.
Dari 4 kelurahan, hanya 2 kelurahan yang dirasa cukup aktif dalam mengurus pelayanan.
Kelurahan tersebut yaitu kelurahan Bojong Menteng dan Bojong Rawalumbu.
2. Sifat para pegawai terutama pegawai yang langsung melayani masyarakat dirasa masih kurang
ramah terharap masyarakat.
3. Mengenai fasilitas, masyarakat masih mengeluhkan kondisi ruang tunggu yang kecil sehingga
terasa panas dan sempit.
4. Masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan publik, menginginkan adanya beberapa standar
yang bisa dijadikan tolak ukur kepuasan.
Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)
78
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Berdasarkan hasil temuan lapangan tersebut, maka peneliti melihat bahwa dalam

pelaksanaan PATEN di Kantor Kecamatan Rawalumbu masih terdapat beberapa permasalahan

seperti kurangnya sosialisasi PATEN, sikap pegawai yang kurang ramah, fasilitas yang masih

kurang. Dengan demikian, peneliti mengkaji permasalahan tersebut dengan judul “Implementasi

Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kantor Kecamatan

Rawalumbu Kota Bekasi.”

II. METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Emzir (2008:9) paradigma adalah perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam


ketiga pendekatan ini dapat ditinjau melalui tiga elemen kerangka kerja, yaitu asumsi-asumsi
psikologis tentang pembentuk tuntutan pengetahuan (knowledge claim), prosedur bersifat umum
penelitian (strategies of inquiry), prosedur berbasis jaringan dan analisis data serta pelaporan
(research method). Menurut Bogdan & Biklen (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) menyatakan
bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi, konsep, atau proposisi yang
berhubungan secara logis, yang mengarahkan cara berpikir dalam penelitian. Sedangkan menurut
Cohenn & Manion (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) membatasi paradigma sebagai tujuan atau
motif filosofis pelaksanaan suatu penelitian. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan
bahwa paradigma merupakan seperangkat konsep, keyakinan, asumsi, nilai, metode, atau aturan
yang membentuk kerangka kerja pelaksanaan sebuah penelitian.

Berdasarkan paradigma yang menjadi acuan, seorang peneliti akan menggunakan salah
satu dari tiga pendekatan yang diajukan Creswell (dalam Emzir, 2008: 9), yaitu: kuantitatif,
kualitatif, dan metode gabungan. Berdasarkan perkembangannya, para ahli ilmu sosial dan
perilaku banyak menggabungkan pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian.
Takashori dan Teddlie (1998:5) menguraikan pragmatism adalah dekonstruksi paradigma yang
semata-mata menyandarkan atas arti konsep ‘kebenaran’ (‘truth’) dan ‘kenyataan’ (‘reality’), dan
sebaliknya memfokuskan atas aspek apa yang sesungguhnya bekerja ‘what work’ sebagai sebuah
kebenaran berdasarkan pertanyaan penelitian. Lebih jauh Takashori dan Teddlie menjelaskan
Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)
79
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

bahwa Pragmatisme menolak pilihan yang terkait dengan perbedaan paradigma, memperbolehkan
penggunaan metode campuran dalam penelitian, dan mengakui bahwa nilai peneliti memainkan
peran besar dalam memperoleh hasil.

Tashakkori dan Teddlie (1998), Morgan (1998) dan Patton (1990) menekankan pentingnya
paradigma pragmatik ini bagi para peneliti metode campuran, pada umumnya harus berfokus pada
masalah-masalah penelitian dalam ilmu sosial humaniora, kemudian menggunakan pendekatan
yang beragam untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang problem tersebut.
Berdasarkan kajian Cherryholmes (1992), Morgan (2007) menerangkan bahwa pragmatis pada
hakikatnya merupakan dasar filosofis untuk setiap bentuk penelitian, khususnya metode campuran.
Menurut Sugiyono (2014:17) pragmatisme adalah suatu pandangan dasar atau filsafat yang terkait
dengan suatu tindakan, siatuasi dan akibat daripada sebab. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif.

III. HASIL PENELITIAN

Implementasi sering dianggap hanya merupakan pelaksanaan dari apa yang telah
diputuskan oleh legislatif atau para pengambil keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang
berpengaruh. Akan tetapi, dalam kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting
karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan
benar. Dengan kata lain, implementasi merupakan tahap dimana suatu kebijakan dilaksanakan
secara maksimal dan dapat mencapai tujuan. Salah satu bentuk implementasi yaitu Implementasi
kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kantor Kecamatan
Rawalumbu Kota Bekasi.

Untuk mempermudah pembahasan mengenai Implementasi kebijakan Pelayanan


Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kantor Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi,
penelitian ini menggunakan teori George Edward III (Naihasin, 2006:35) mengenai model
implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Edward menunjukkan empat variabel yang
berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Empat variabel tersebut yaitu: (1)
Komunikasi; (2) Sumber Daya; (3) Disposisi; (4) Struktur Birokrasi. Berdasarkan keterangan

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


80
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

pegawai di Kantor Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi, maka dapat diuraikan indikator sebagai
berikut.

Komunikasi

Komunikasi yang baik berdampak pada kebijakan dapat diimplementasikan dengan tepat
dan meminimalisir kesalahan. Akan tetapi komunikasi sempurna yang memegang sebagian peran
penting untuk berjalannya suatu implementasi kebijakan sebetulnya merupakan kondisi yang sulit
untuk diwujudkan, karena walaupun komunikasi dapat membantu dalam memadukan arus
informasi yang diperlukan, informasi ini juga belum bisa menjamin bahwa data saran dan perintah-
perintah yang dihasilkan benar-benar dimengerti sebagaimana yang dikehendaki oleh pihak yang
mengirimnya (Naihasin, 2006:35). Adapun sub indikator ini adalah:

a) Komunikasi dan kerjasama antar pegawai berjalan baik

Komunikasi sangatlah penting bagi kelancaran suatu implementasi kebijakan sehingga


keakuratan dan pemahaman terhadap kebijakan merupakan suatu tuntunan utama yang harus
dimiliki oleh pelaksana kebijakan tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, berikut adalah tanggapan
dari Bapak Dian Herdiana, AP,.M.Si. Selaku Camat Rawalumbu pada 02 Mei 2019, menyatakan
bahwa:

“Baik. Karena mereka juga sudah kita latih ya, kita kasih arahan bagaimana
mekanisme pelayanan terjadap masyarakat dengan baik. Apalagi di pelayanan
ini kan ada Front Office, kita arahkan bagaimana tutur kata yang baik,
bagaimana melayani masyarakat yang baik. Karena di kecamatan itu
kebanyakan layanan dasar contohnya layanan kependudukan yang
dibutuhkan.”
Diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Makhfud Saifudin, S.Sos selaku
Sekretaris Camat Rawalumbu Kota Bekasi pada 6 Mei 2019, menyatakan bahwa: “Alhamdulilah
baik. Informasi yang jelas yang disampaikan lewat cara berbicara yang baik akan sangat membantu
dalam berkomunikasi. Jika informasi yang disampaikan tidak jelas, menyebabkan salah paham,
penyelesaian masalah yang salah atau bahkan keputusan yang salah.”

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


81
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Selanjutnya, pernyataan tersebut diperkuat lagi dengan hasil wawancara dengan


narasumber Ibu Romis Srimaswati, S.Sos., M.Si. Selaku Kepala Seksi Pemerintahan pada 26
Maret 2019, menyatakan bahwa:
“Untuk pelayanan di lingkungan kecamatan rawalumbu berjalan dengan baik.
Kita saling komunikasi, baik antar kepala seksi maupun aparatur. Terutama di
bagian Front Office ya. Front office itu membawahi 5 Kasi. Ada Kasi
Pemerintahan, Kasi Ekonomi Pembangunan, Kasi Kesos, Kasi Pemberdayaan
Masyarakat dan Kasi Trantib. Jika ada permasalahan, selanjutnya mereka
akan berkoordinasi dan diadakan briefing untuk mencari solusi terkait
permasalahan. Selama ini pelayanan berjalan kondusif dan lancar. “
Ditambahkan wawancara dengan Bapak Mohamad Soleh, ST. Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa

“Sampai saat ini kerjasama antar pegawai sudah berjalan baik alhamdulilah.
Kalau tidak maka tidak berjalan pelayanan. Jadi antar pegawai satu dengan
yang lainnya sudah memahami bagian masing-masing. Jadi kalau misalnya
dia butuh sesuatu tinggal menemui orang yang akan ditanyakan. Jadi sudah
ada jobdesk masing-masing sehingga bisa berjalan dengan baik.”
Menambahkan keterangan dari Bapak Tarmujiyanto A.Ks selaku Kepala Seksi
Ketentraman dan Ketertiban pada 29 April 2019, mengatakan bahwa “Ya baik. Kalau tidak nanti
bisa mempengaruhi pekerjaan. Komunikasi baik juga karena diikat dengan aturan. Istilahnya
aturan kode etik kepegawaian yang dihimpun oleh sub bagian umum kepegawaian.”

Ditambahkan juga pernyataan dari Bapak Lape Semarda, SE selaku Operator Pelaksana
dari Staff Disdukcapil Kota Bekasi pada 4 April 2019, mengatakan bahwa “Komunikasi Baik
sekali. Kompak kita semuanya. Masyarakat juga tersenyum terus di sini. Karena kita bekerja sudah
melayani masyarakat dengan maksimal. Kita harus ramah dan sabar menanggapi semua keluhan.”
Terakhir keterangan dengan narasumber yaitu Ibu Margareth Therecia Utomo selaku Pelaksana
Teknis PATEN (Staff pemerintahan) Loket 1 pada 25 Maret 2019, mengatakan bahwa “Iya
komunikasi disini baik. Itu semua demi pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat.”

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


82
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

b) Sosialisasi Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Terhadap Pegawai Maupun
Masyarakat

Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dengan tujuan untuk menyampaikan isi
kebijakan agar dapat diketahui dan difahami oleh masyarakat maupun tim pelaksana. Berdasarkan
hal tersebut, peneliti mewawancarai Bapak Dian Herdiana, AP,.M.Si. Selaku Camat Rawalumbu
pada 02 Mei 2019, yang menyatakan bahwa “Sudah kita sosialisasikan ya. Kalau ke sesama
pegawai itu sudah ke pelaksana teknis, ke dinas, ke kelurahan melalui rapat koordinasi. Kalau ke
masyarakat itu lewat spanduk, lewat keterbukaan pelayanan administrasi, misalnya alur prosedur.”

Diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Makhfud Saifudin, S.Sos selaku
Sekretaris Camat Rawalumbu Kota Bekasi pada 6 Mei 2019, menyatakan bahwa:

“Sudah pernah ada sosialisasi dari dinas maupun pemkot mengenai PATEN.
Sesuai dengan tujuan PATEN yakni dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan dengan cara mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga
dilihat dari aspek biaya lebih efisien dan jangka waktu penyelesaian akan lebih
cepat dan terukur sesuai standar pelayanan.”
Dilanjutkan wawancara dengan narasumber Ibu Romis Srimaswati, S.Sos., M.Si. Selaku
Kepala Seksi Pemerintahan pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa: “Ke sesama pegawai itu
sudah ya. Kita beritahu ke semua tim pelaksana teknis, ke kelurahan dan pihak-pihak terkait yang
sekiranya bekerjasama dengan kecamatan untuk pelayanan. Kalau untuk masyarakat, sih kita udah
tulis juga ada PATEN di depan ya.”

Ditambahkan wawancara dengan Bapak Mohamad Soleh, ST. Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa “Sudah ada sosialisasi ke pihak terkait,
misalnya ke kelurahan. Kalau ke masyarakat udah juga dan kita tambahkan alur pelayanan, tarif
pelayanan dan juga lewat spanduk.” Lanjut menambah keterangan dari Bapak Tarmujiyanto A.Ks
selaku Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban pada 29 April 2019, mengatakan bahwa “Sudah
ada, sudah ke pegawai juga yang gunanya memberi pelayanan yang efektif dan efisien. Kalo ke
masyarakat sih lewat spanduk aja dan kita lebih terbuka soal proses administrasi.”

Ditambahkan juga pernyataan dari Bapak Lape Semarda, SE selaku Operator Pelaksana
dari Staff Disdukcapil Kota Bekasi pada 4 April 2019, mengatakan bahwa “Ke sesama pegawai
Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)
83
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

sama masyarakat sudah di sosialisasikan.” Dan terakhis keterangan dari Ibu Margareth Therecia
Utomo selaku Pelaksana Teknis PATEN (Staff pemerintahan) Loket 1 pada 25 Maret 2019,
mengatakan bahwa “Sudah pernah ada sosialisasi dari dinas maupun Pemkot mengenai PATEN,
kalau untuk masyarakat, kita kasih tau lewat pelayanan yang baik aja seperti apa.”

c) Komunikasi

Jika dilihat berdasarkan hasil pernyataan dari beberapa narasumber dengan jabatan
berbeda, maka dapat dianalisis bahwa pegawai di Kantor Kecamatan Rawalumbu sudah memiliki
komunikasi dan kerjasama yang baik dikarenakan mereka sudah diberikan pelatihan mengenai
mekanisme pelayanan yang baik terhadap masyarakat, jika masih ditemukan permasalahan maka
mereka akan melakukan briefing untuk mencari jalan keluar. Ini semua dilakukan agar terciptanya
koordinasi antar pegawai agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tim pelaksana PATEN, terlihat bahwa bentuk
sosialisasi yang dilakukan Kecamatan Rawalumbu tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 4 Tahun 2010 tentang pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan, sudah berjalan sebagaimana mestinya. Bentuk sosialisasi yang dilakukan melalui
rapat koordinasi bersama pihak terkait seperti Pemerintah Kota, Aparatur Kelurahan, Dinas terkait
dan pegawai. Sedangkan untuk sosialisasi ke masyarakat yaitu lewat spanduk dan juga
pemasangan papan informasi.

Sumber Daya

Sumber Daya digunakan sebagai motor penggerak implementasi kebijakan ini merupakan
investasi berharga bagi sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya, karena dengan adanya
sumberdaya yang handal ataupun profesional mengedepankan kepentingan umum daripada
pribadinya dalam menjalankan tugas dan fungsi. Sumber daya meliputi Sumber Daya Manusia,
Sumber Daya Keuangan, Fasilitas gedung, dll. Adapun indikatornya meliputi:

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


84
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

a) Semua pegawai sudah dapat menggunakan teknologi sebagai penunjang pelayanan


publik dan berkompeten di bidangnya

Kemajuan zaman membuat cara hidup manusia bisa berubah, tak terkecuali pada pelayanan
publik. Saat ini, pegawai pada instansi pemerintah sudah diharuskan bisa mengoperasikan
komputer guna menunjang pelayanan agar lebih maksimal. Berdasarkan hal tersebut, berikut
adalah tanggapan dari Bapak Dian Herdiana, AP,.M.Si. Selaku Camat Rawalumbu pada 02 Mei
2019, menyatakan bahwa: “Itu juga udah kita latih ya. Apalagi dasarnya kita memakai komputer.
Kita juga walaupun bukan Aparatur Sipil Negara (ASN) tapi ada tenaga TKK (Tenaga Kontrak)
kita pilih dia dasarnya sarjana apa, misalkan sarjana komputer ya kita kasih kerjaan yang megang
komputer dan kompeten di bidangnya.”

Diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Makhfud Saifudin, S.Sos selaku
Sekretaris Camat Rawalumbu Kota Bekasi pada 6 Mei 2019, menyatakan bahwa “Ya sudah bisa
semua. Di sini kerja sudah menggunakan teknologi, semua pegawai sudah diberi pelatihan juga.”
Diperkuat lagi dengan wawancara kepada Ibu Romis Srimaswati, S.Sos., M.Si. Selaku Kepala
Seksi Pemerintahan pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa “Sudah. Semua sudah berjalan terkait
penggunaan teknologi. Sekurang-kurangnya bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non PNS paling
tidak sudah bisa menggunakan sosial media. Tapi masih juga ada yang dalam tahap pengenalan
perangkat tapi sudah bisa mengoperasikannya.”
Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Mohamad Soleh, ST. Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian pada 26 Maret 2019, menyatakn bahwa “sudah, karena pelayanan publik yang
ada di Kecamatan Rawalumbu sudah berbasis elektronik, jadi mereka semua sudah bisa
menggunakan perangkat karena semua sarana dan prasarana sudah mendukung.” Ditambahkan
juga pernyataan dari Bapak Lape Semarda, SE selaku Operator Pelaksana dari Staff Disdukcapil
Kota Bekasi pada 4 April 2019, mengatakan bahwa “semua sudah bisa mengoperasikan
komputer.”

Tambahan keterangan dari Bapak Tarmujiyanto A.Ks selaku Kepala Seksi Ketentraman
dan Ketertiban pada 29 April 2019, mengatakan bahwa “sebagian besar iya sudah. Terutama
bagian jaringan internet, komputer, teknologi lah pokoknya. Sudah 90% yang sudah bisa
menguasai. Sisanya 10% belum bisa mugkin karena pas di sekolahnya mungkin tidak belajar.”

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


85
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Terakhir keterangan dari Ibu Margareth Therecia Utomo selaku Pelaksana Teknis PATEN (Staff
pemerintahan) Loket 1 pada 25 Maret 2019, mengatakan bahwa “Ya, semua pegawai sudah dan
diharuskan dapat mengoperasikan teknologi agar menunjang pelayanan.”

b) Sarana dan Prasarana Penunjang PATEN

Tidak dipungkiri guna mewujudkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat maka
dibutuhkan juga fasilitas pendukung berupa fasilitas fisik berupa komputer, printer, fasilitas ruang
kerja, fasilitas ruang tunggu, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, berikut adalah tanggapan
dari Bapak Dian Herdiana, AP,.M.Si. Selaku Camat Rawalumbu pada 02 Mei 2019, menyatakan
bahwa “Sekarang sudah sedikit representatif ya dengan adanya pelayanan terpadu ini. Kita sudah
buatkan semacam tempat pelayanan yang baik. Memang belum sempurna tapi kita usahakan agar
masyarakat nyaman. Kalau kenyamanan standar lah. Untuk perbaikan pun butuh anggaran yang
memadai tapi menurut saya sih sudah memadai.”

Diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Makhfud Saifudin, S.Sos selaku
Sekretaris Camat Rawalumbu Kota Bekasi pada 6 Mei 2019, menyatakan bahwa: “Sarana dan
prasarana PATEN di sini sudah memadai. Dilengkapi dengan loket pelayanan, tempat penyerahan
dokumen, tempat pengelolaan data dan informasi, dalam satu tempat. Bahkan di sini sudah ada Air
Conditioner (AC) guna kenyamanan.”

Ditambahkan hasil wawancara dengan narasumber Ibu Romis Srimaswati, S.Sos., M.Si.
Selaku Kepala Seksi Pemerintahan pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa:

“Belum memadai ya, masih ada beberapa kekurangan. Contoh misal komputer
dan mesin printer yang kurang. Terkadang karena rusak belum diservice, di sini
ada 3 operator tapi hanya ada 2 printer maka harus bergantian. Kembali ke
sarana. Kayak semacam meja kursi tunggu untuk piket satpol PP itu ya, terus
kan AC rusak nih buat warga biar nyaman. Memang jika dilihat dari volume
pelayanan yang harus ditampung setiap hari, di ruangan ini masih melimpah
keluar. Ya memang sarana ruangan yang belum mencukupi lah. Iya memang
kebanyakan dari fasilitas fisik yang kurang. Jika untuk hal yang sifatnya
estetika mungkin masih kurang misal kebersihan yang kurang, misal
masyarakat yang belum disiplin terhadap kebersihan.”
Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Mohamad Soleh, ST. Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa “Sudah. Disetiap pegawai sudah ada

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


86
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

sarana prasarana seperti komputer, printer dan Alat Tulis kantor (ATK) semua sudah mendukung.”
Tambahan keterangan dari Bapak Tarmujiyanto A.Ks selaku Kepala Seksi Ketentraman dan
Ketertiban pada 29 April 2019, mengatakan bahwa:

“Ya dapat dikatakan 90% dapat memadai tapi belum maksimal karena masih
banyak perangkat teknologi yang terkini belum dimiliki tapi kalau khususnya
di bagian kependudukan ya itu sudah pakai teknologi maju ya mulai dari contoh
alat untuk pembuatan e-ktp itu alatnya sudah canggih dan tidak murah. Tapi
disini pegawai kita sudah bisa mengoperasikan. Sudah handal”
Ditambahkan juga pernyataan dari Bapak Lape Semarda, SE selaku Operator Pelaksana
dari Staff Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bekasi pada 4 April 2019,
mengatakan bahwa “kalau untuk sarana dan prasarana sih sudah cukup tapi untuk ruangan kurang
lega, kurang luas. Komputer untuk Front Office juga kurang.” Terakhir keterangan dari Ibu
Margareth Therecia Utomo selaku Pelaksana Teknis PATEN (Staff pemerintahan) Loket 1 pada
25 Maret 2019, mengatakan bahwa “sudah cukup memadai untuk saat ini.”

c) Sumber Daya

Berdasarkan hasil keterangan untuk sub indikator pegawai dapat menggunakan teknologi
dan berkompeten dibidangnya, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh pegawai sudah dapat
menggunakan sarana teknologi, salah satunya berupa komputer karena mereka telah diberikan
pelatihan kerja. Namun ada juga yang belum bisa menggunakan komputer dikarenakan kurang
memiliki keterampilan namun sudah diberikan upaya pengenalan dan pelatihan. Sedangkan untuk
sub indikator sarana dan prasarana penunjang PATEN, dapat disimpulkan bahwa pada Kantor
Kecamatan Rawalumbu sudah memiliki fasilitas secara lengkap mulai dari fasilitas pegawai
berupa komputer, mesin printer dan juga fasilitas untuk masyarakat berupa ruang tunggu dengan
kelengkapan seperti Televisi, AC, tempat sampah dan kursi. Meski belum sempurna namun pihak
kecamatan telah berupaya agar terus memberikan fasilitas pegawai maupun masyarakat agar
nyaman saat memberikan maupun mendapat pelayanan.

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


87
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Disposisi

Merupakan suatu tindakan atau lanjutan dari pemimpin kepada bawahan yang berupa
memo atau perintah yang menjelaskan tentang pekerjaan apa yang seharusnya dikerjakan dan siapa
penanggungjawabnya sesuai keinginan pemimpin. Disposisi biasanya merupakan tindakan yang
diambil pemimpin sehubungan adanya surat masuk dari luar instansi maupun dari dalam instansi
itu sendiri. Adapun indikatornya meliputi:

a) Kecenderungan Sikap Para Pegawai Terhadap Profesionalitas Kerja

Sikap profesional memang sangat dibutuhkan dimanapun kita berkerja, terlebih lagi jika
bentuk pekerjaan kita termasuk dalam pelayanan publik, kerjasama tim dan atau melibatkan orang
banyak pada satu lingkup yang sama. Dalam hal ini sikap profesional yang dimaksud termasuk
bagaimana kita menjalin hubungan yang harmonis dengan rekan seprofesi. Berdasarkan hal
tersebut, berikut tanggapan dari Bapak Dian Herdiana, AP,.M.Si. Selaku Camat Rawalumbu pada
02 Mei 2019, menyatakan bahwa:

“Itu selalu kita ingatkan dalam apel pagi. Berkaitan dengan tata cara, Standar
Operasional Prosedur (SOP), perilaku yang baik dalam rangka pelayanan
prima. Memang masih ada masyarakat yang belum puas tapi kita terus
optimalkan. Kita ajarin yang baik lah. Terutama dengan masyarakat selalu kita
ajarkan tutur kata yang baik, yang ramah, yang sopan.”
Diperkuat hasil wawancara dengan Bapak Makhfud Saifudin, S.Sos selaku Sekretaris
Camat Rawalumbu Kota Bekasi pada 6 Mei 2019, menyatakan bahwa “Disini bekerja sudah
profesional semua. Ya itu tadi karena kita sudah beri pelatihan kerja, kita bekali dengan
pengetahuan sehingga mereka semua berkompeten dan bisa bekerja dengan profesional.”
Dilanjutkan dengan hasil wawancara dengan narasumber Ibu Romis Srimaswati, S.Sos., M.Si.
Selaku Kepala Seksi Pemerintahan pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa “Semua sudah sesuai
porsi kerja masing-masing. Sudah profesional menguasai masing-masing tugas pokok dan fungsi
(tupoksi). Seperti di sini hampir 18 orang sudah mempunyai tupoksi masing-masing.”
Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Mohamad Soleh, ST. Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa “Mereka semua sudah profesional.
Semua sudah mengerti akan pekerjaan mereka, jadi profesionalitas mereka sudah kami akui.”

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


88
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Lanjut menambah keterangan dari Bapak Tarmujiyanto A.Ks selaku Kepala Seksi Ketentraman
dan Ketertiban pada 29 April 2019, mengatakan bahwa:

“Karena di kecamatan ini masing-masing memiliki seksi. Mulai dari seksi


pemerintahan, kesejahteraan sosial, ekonomi pembangunan, ketentraman
ketertiban, pemberdayaan masyarakat ya sudah pasti karena ada SOP dan
belajar dengan rentan waktu yang lama ya lama-lama mereka terbiasa dan
profesional. Kecuali pegawai yang baru masih butuh proses belajar. Kita juga
kan berprinsip melayani masyarakat dengan prima.”
Ditambahkan juga pernyataan dari Bapak Lape Semarda, SE selaku Operator Pelaksana
dari Staff Disdukcapil Kota Bekasi pada 4 April 2019, mengatakan bahwa “Semua bekerja sama
rata baik perempuan maupun laki-laki. Totalitas dalam bekerja. Disini bahkan ada yang sampe
malam bekerja. Gila kerja semua dan bertanggungjawab dalam pekerjaan.” Terakhir keterangan
dari narasumber yaitu Ibu Margareth Therecia Utomo selaku Pelaksana Teknis PATEN (Staff
pemerintahan) Loket 1 pada 25 Maret 2019, mengatakan bahwa “kita sebagai pegawai, disini
semua bekerja secara maksimal dan profesional karena kita memang bekerja untuk melayani
masyarakat.”

b) Hambatan dan upaya mengatasinya saat pelaksanaan PATEN

Setiap organisasi pasti mengalami hambatan dalam mewujudkan tujuan, tak terkecuali
pada organiasi publik atau pemerintah. Hambatan dalam pelayanan publik dapat menjadi penunda
dalam proses pelayanan, maka diperlukan upaya guna mengatasi hambatan tersebut agar
pelayanan dapat berjalan sesuai aturan. Berdasarkan hal tersebut, berikut tanggapan dari Bapak
Dian Herdiana, AP,.M.Si. Selaku Camat Rawalumbu pada 02 Mei 2019, menyatakan bahwa:

“Hambatan terutama di karakter masyarakat yang heterogen, sudah rumahan,


berbagai macam suku. Misal udah dikasih nomor antrean tapi masih saja ada
yang pengen duluan. Nah disini front office harus bisa sabar menyikapi
karakter masyarakat. Di kantor sudah ada tata tertib pelayanan tapi masih aja
ada yang datang menggunakan sendal, celana pendek, daster. Kalau e-ktp
hambatannya karena sistem kuota maka kadang blangko tidak mencukupi.
Kalau upaya, kita kasih pemahaman ke masyarakat bahwa dalam proses
pelayanan juga harus mematuhi aturan di sini. Misalkan harus pakai celana
panjang, baju sopan. Untuk syarat yang kurang lengkap itu kita suruh mereka
untuk mengambil berkas yang kurang. Sebetulnya kita sudah pasang papan
informasi disitu lengkap isinya tentang persyaratan tapi masyarakat mungkin
tidak memahami atau malas untuk membaca sehingga harus diberitahu ulang.

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


89
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Kalau soal e-ktp kita selalu konsultasi, kita kasih masukan kepada Disdukcapil
dan akan diteruskan ke pusat.”
Diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Makhfud Saifudin, S.Sos selaku
Sekretaris Camat Rawalumbu Kota Bekasi pada 6 Mei 2019, menyatakan bahwa “Hambatan
terkait jaringan untuk operasi data saja. Upaya kita koordinasi kepada Dinas Komunikasi,
Informatika dan Persandian (Diskominfostandi) dan juga Disdukcapil Kota Bekasi agar
melakukan perbaikan.” Dilanjutkan dengan hasil wawancara dengan narasumber Ibu Romis
Srimaswati, S.Sos., M.Si. Selaku Kepala Seksi Pemerintahan pada 26 Maret 2019, menyatakan
bahwa:
“Hambatan sudah pasti ada ya. Kadang terkait jaringan ya. Jaringan suka
offline, trus kemudian juga beberapa dari para pegawai, baik di pelayanan
maupun di ruangan dan pegawai di luar yang terkait dengan kedinasan agak
terhambat. Namun masalah tersebut bisa diatasi. Namun jika masalah
berkaitan dengan sistem dan jaringan, kita tidak bisa berbuat banyak. Karena
pasti menunggu lah ya karena kan dari pusat. Dan untuk keluhan masyarakat
sejauh ini untuk bagian pelayanan bukanlah sebuah hambatan. Justru
merupakan evaluasi buat kita. Artinya disitu ada layanan kita yang belum
sesuai dengan PATEN berarti harus diperbaiki. Jika ada masalah terkait
jaringan tadi, kami berkoordinasi dengan instansi terkait. Contoh misal
menggunakan jaringan adminduk di Disdukcapil, itu kita koordinasi dengan
Disdukcapil dan dengan bagian Diskominfostandi Kota Bekasi. Jika masalah
berkaitan dengan aparatur, itu paling tidak kita bisa memback up sesuai
dengan jobdesk dia.”
Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Mohamad Soleh, ST. Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa:

“Hambatan pertama itu jaringan. Jaringan kadang-kadang terputus sehingga


kadang terhenti. Salah satunya aplikasi Simpaduk dari Dinas kependudukan
itu menggunakan jaringan internet. Jadi kalau misalnya error atau tidak
stabil maka akan mengganggu. Maka pihak yang kami akan hubungi yaitu
Diskominfostandi. Jika komputer dan printer rusak memang merupakan
suatu hambatan namun tidak terlalu berpengaruh besar. Upaya pertama akita
akan mengubungi pihak berwenang. Seperti diskominfo bagian aplikasi dan
bekerja sama dengan telkom di bagian jaringan.”
Lanjut menambah keterangan dari Bapak Tarmujiyanto A.Ks selaku Kepala Seksi
Ketentraman dan Ketertiban pada 29 April 2019, mengatakan bahwa:

“Karena sebagian pegawai di bagian pelayanan masih kurang diberikan


pembinaan yang lebih handal. Pelatihan lah. Karena hanya 3 hari yang
Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)
90
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

biasanya 2 minggu. Hambatan lain itu lama pelayanan e-ktp karena blangko
habis. Upaya ya diberikan pelatihan, bimbingan teknis agar nantinya dapat
melayani dengan handal dan yang melatih itu diatur sama pemerintah kota
(pemkot), pusat dan provinsi sesuai bidangnya. Blangko e-ktp kita paling
koordinasi ama pemerintah pusat dan Disdukcapil.”
Ditambahkan juga pernyataan dari Bapak Lape Semarda, SE selaku Operator Pelaksana
dari Staff Disdukcapil Kota Bekasi pada 4 April 2019, mengatakan bahwa:

“Hambatan paling jaringan kadang terputus dari pusat, dari dinas atau
kemendagri. Untuk aplikasi simpaduk kadang warga yang tidak mau ke sini,
nunggu nunggu aja. Tidak ada masalah lagi. Upaya selalu konfirmasi ke
pusat, Disdukcapil dan Diskominfo. Tapi sementara bulan-bulan ini tidak
ada keluhan. Sudah jarang. Sudah lancar. Untuk aplikasi simpaduk,
masyarakat itu paling langsung datang kesini dan kami cetak.”
Terakhir dengan narasumber yaitu Ibu Margareth Therecia Utomo selaku Pelaksana Teknis
PATEN (Staff pemerintahan) Loket 1 pada 25 Maret 2019, mengatakan bahwa:

“Tidak ada hambatan yang terlalu berarti. Hanya saja saat pelayanan, ada
masyarakat yang mengeluh terlalu lama padahal orang tersebut memang
tidak memenuhi persyaratan, sehingga pelayanan menjadi terkesan lama.
Upaya kami mungkin hanya sebatas memberitahu dengan tetap sabar dan
profesional. Agar nantinya masyarakat yang datang untuk melakukan
pelayanan bisa datang membawa persyaratan semestinya dan pelayanan
berlangsung dengan cepat.”

c) Disposisi

Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai mengenai sub indikator kecenderungan sifat
pegawai terhadap profesionalitas kerja, dapat disimpulkan bahwa tim pelaksana PATEN di Kantor
Camat Rawalumbu sudah profesional dalam bekerja. Ini dikarenakan mereka belajar dari
pengalaman sewaktu bekerja, pelatihan kerja dan sesuai penempatan kerja. Hal ini menjadikan
mereka harus profesional dan bekerja sebaik mungkin sesuai bidangnya agar dapat memberikan
pelayanan maksimal. Sedangkan untuk sub indikator hambatan dan upaya dalam pelaksanaan
PATEN, dapat disimpulkan bahwa hambatan pertama yang biasa ditemui adalah kurangnya berkas
persyaratan masyarakat dan upayanya adalah dengan memberitahu dan juga menunjukkan
persyaratan yang kurang, hambatan kedua kurangnya blangko e-ktp dan upaya yang dilakukan
adalah berkoordinasi dengan Disdukcapil dan hambatan ketiga yaitu pengoperasian data PATEN

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


91
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

yang belum optimal sehingga perlu koordinasi dengan Disdukcapil, Diskominfo dan Pemerintah
Kota Bekasi.

Struktur Birokrasi

Struktur Birokrasi merupakan persyaratan yang mengandung makna bahwa dalam


menjalankan implementasi kebijakan demi tercapai tujuan yang disepakati, diperlukannya secara
rinci dan menyusun dalam urutan yang tepat seluruh tugas yang harus dilaksanakan oleh semua
pihak yang terlibat. Disamping itu diperlukan ruang yang cukup bagi kebebasan bertindak dan
melakukan kegiatan dalam mengimplementasikan kebijakan. Mekanisme yang menjadi proses
dalam menjalankan implementasi dibutuhkan demi berjalannya suatu implemetasi kebijakan yang
diberikan.

a) Pegawai sudah bekerja sesuai jam kerja pelayanan dan deskripsi kerja PATEN
Bekerja sesuai jam pelayanan merupakan bentuk kepatuhan pegawai terhadap aturan.
Ditambah dengan pegawai yang sudah bekerja sesuai jobdesk, maka akan membuat pelayanan
menjadi lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hal tersebut, berikut adalah tanggapan dari Bapak
Dian Herdiana, AP,.M.Si. selaku Camat Rawalumbu pada 02 Mei 2019, menyatakan bahwa:
“Disiplin. Kita kan sudah finger print, jadi jam 7.30 pagi itu mereka absen lalu apel pagi.
Jadi mereka sudah terikat dengan aturan. Kalau memang mereka tidak masuk, langsung
nyambung ke Badan Kepegawaian, akhirnya mereka ada tindakan-tindakan atau teguran.
Kita mempunyai uraian tugas untuk masing-masing staf berkaitan dengan pelayanan.
Pembagian tugas juga sesuai bidangnya.”
Informasi ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Makhfud Saifudin, S.Sos
selaku Sekretaris Camat Rawalumbu Kota Bekasi pada 6 Mei 2019, menyatakan bahwa “Disini
sih sudah disiplin semua. Sudah tepat waktu dalam bekerja ya, karena sudah ada finger print dan
sanksi yang tegas.” Dilanjutkan hasil wawancara dengan narasumber Ibu Romis Srimaswati,
S.Sos., M.Si. Selaku Kepala Seksi Pemerintahan pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa “Sangat
taat. Takut gaji dipotong, sanksi tegas dan disiplin. sudah sesuai dengan prosedur PATEN.”
Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Mohamad Soleh, ST. Kepala Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa: “Semua taat dalam jam kerja dan disiplin.
Untuk Senin sampai Jumat, kami memulai pelayanan mulai jam 08.00 pagi sampai jam 16.00 sore.

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


92
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Sedangkan untuk hari Sabtu, dimulai pukul 08.00 pagi sampai 12.00 siang. Dan mereka bekerja
sudah sesuai pekerjaan masing-masing.”
Lanjut menambah keterangan dari Bapak Tarmujiyanto A.Ks selaku Kepala Seksi
Ketentraman dan Ketertiban pada 29 April 2019, mengatakan “Kalau jam kerja pelayanan sudah
sesuai aturan di tempel di pintu. Jobdesk ini sudah berjalan. Cuma kadang karena tumpang tindih
di bagian pelayanan jadi kadang memberikan informasi yang kurang sinkron terhadap
masyarakat.” Ditambahkan wawancara dengan narasumber yaitu Ibu Margareth Therecia Utomo
selaku Pelaksana Teknis PATEN (Staff pemerintahan) Loket 1 pada 25 Maret 2019, mengatakan
bahwa “Semua disiplin dan mentaati peraturan di kecamatan. Jika melanggar akan dikenakan
sanksi. semua bekerja sesuai tugas dan fungsinya.” Ditambahkan juga pernyataan dari Bapak Lape
Semarda, SE selaku Operator Pelaksana dari Staff Disdukcapil Kota Bekasi pada 4 April 2019,
mengatakan bahwa: “Iya karena pakai finger print. Kalau tidak pakai, masih tetap kaya dulu (tidak
disiplin). Sekarang pakai finger print itu sanksinya potongan, jadi sekarang sudah disiplin. Kalau
untuk jobdesk ya sudah sesuai karena punya tugas pokok fungsi masing-masing.”

b) Pelaksanaan PATEN Bebas Dari Pungutan Liar

Pungutan liar merupakan tindakan pemungutan uang atau imbalan secara ilegal atau tidak
sah. Pungutan liar ini seringkali terjadi di instansi pemerintah khususnya pelayanan publik namun
ada juga instansi yang tidak mempraktekkan pungutan liar (Pungli) tersebut. Pungli ini dapat
merugikan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, berikut tanggapan dari Bapak Dian Herdiana,
AP,.M.Si. Selaku Camat Rawalumbu 02 Mei 2019, menyatakan bahwa:

“Sekarang ada namanya Wilayah Bebas Korupsi. Pelayanan bukan sekedar


masyarakat dateng ke kantor tapi bisa juga diantarkan ke rumah masing-
masing melalui Pemantau dan Monitoring (PAMOR) jadi setiap Rukun
Warga (RW) itu ada petugas Pamor yang mengantarkan ke rumah warga yang
kebetulan sibuk dan tidak bisa mengambil ke kantor. Pamor juga ada di luar
jam kerja untuk menyampaikan pelayanan dan laporan. Itu semua gratis dan
merupakan terobosan dari pak Walikota Bekasi.”
Diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Makhfud Saifudin, S.Sos selaku
Sekretaris Camat Rawalumbu Kota Bekasi pada 6 Mei 2019, menyatakan bahwa “Disini sudah
bebas dari pungutan liar. Semua gratis dan Kecamatan Rawalumbu ini sudah masuk zona Wilayah

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


93
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Bebas Korupsi.” Dilanjutkan hasil wawancara dengan narasumber Ibu Romis Srimaswati, S.Sos.,
M.Si. Selaku Kepala Seksi Pemerintahan pada 26 Maret 2019, menyatakan:
“Kalau menurut saya sudah. Kita sudah layani sesuai dengan aturan bahwa
semua pelayanan sudah gratis. Kecuali pelayanan yang mengharuskan ada
retribusi dan pajak. Seperti IMB, papan reklame. Itupun sesuai Perda. Semua
pelayanan yang lain sudah gratis dan di sini juga kemarin sudah ada audit
dari inspektorat Kota Bekasi Terkait dengan Zona Integritas disitu wilayah
bebas dari korupsi.”

Dilanjutkan wawancara dengan Bapak Mohamad Soleh, ST. Kepala Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian pada 26 Maret 2019, menyatakan bahwa “Sudah. Semua pelayanan yang ada di
Kecamatan Rawalumbu tidak ada pungutan sama sekali. Free bebas dari biaya.” Lanjut menambah
keterangan dari Bapak Tarmujiyanto A.Ks selaku Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban pada
29 April 2019, mengatakan bahwa “Sudah. Intinya sudah tidak ada dari pihak kita yang meminta
uang. Kadang-kadang ada yang memberi karena ucapan terimakasih dari masyarakat ya itu kan
tidak mengikat. Kadang ngasih makanan karena sebagai ucapan terima kasih gitu.”

Ditambahkan juga pernyataan dari Bapak Lape Semarda, SE selaku Operator Pelaksana
dari Staff Disdukcapil Kota Bekasi pada 4 April 2019, mengatakan bahwa “Sudah. Tidak ada
pungutan disini mah. Gratis. Memang ada biaya namun sesuai Perda.” Terakhir pernyataan dari
narasumber yaitu Ibu Margareth Therecia Utomo selaku Pelaksana Teknis PATEN (Staff
pemerintahan) Loket 1 pada 25 Maret 2019, mengatakan bahwa “Kecamatan Rawalumbu sudah
bebas dari pungutan liar.”

c) Struktur Birokrasi

Berdasarkan hasil wawancara mengenai sub indikator pegawai mena’ati jam kerja
pelayanan dan bekerja sesuai jobdesk, maka dapat disimpulkan bahwa pegawai di Kantor Camat
Rawalumbu sudah taat pada jam pelayanan. Mereka masuk pukul 7.30 Waktu Indonesia Barat
(WIB) dan langsung mengisi kehadiran dengan finger print. Sedangkan untuk jobdesk, mereka
sudah bekerja sesuai bidang masing-masing tanpa adanya tumpang tindih pekerjaan. Sedangkan
untuk sub indikator Pungutan Liar, berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa segala
macam pelayanan di Kantor Camat Rawalumbu sudah bebas dari pungutan liar karena Kota Bekasi
masuk Wilayah Bebas Korupsi dan Zona Integritas.

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


94
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian, dapat disimpulkan bahwa Implementasi


Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kantor Kecamatan
Rawalumbu Kota Bekasi sudah dapat dikatakan baik. Dilihat dari indikator pertama yaitu sudah
terjalin komunikasi yang baik antara sesama pegawai dan sosialisasi kepada masyarakat. Pada
indikator kedua yaitu sumber daya, para pegawai kompeten dalam mengoperasikan teknologi, lalu
sudah tersedianya sarana dan prasarana penunjang pelayanan. Pada indikator ketiga yaitu disposisi,
kecenderungan sifat para pegawai sudah profesional dalam bekerja, pegawai juga sudah dapat
mengatasi hambatan dan menemukan upaya dalam pelaksanaan PATEN. pada indikator keempat
yaitu struktur birokrasi, para pegawai sudah bekerja sesuai jobdesk dan tidak memungut biaya
apapun saat pelayanan.

Hambatan dalam Implementasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan


(PATEN) Di Kantor Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi adalah kurangnya pemahaman
masyarakat mengenai penyelenggaraan PATEN, pengoperasian data PATEN yang belum optimal
dan kurangnya blangko E-KTP. Adapun upaya untuk mengatasi hambatan dalam Implementasi
Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kantor Kecamatan
Rawalumbu Kota Bekasi adalah dengan melakukan sosialisasi secara rutin, melakukan koordinasi
dengan Disdukcapil dan Diskominfostandi.

REFERENSI
Agustino, Leo. (2006). Politik dan Kebijakan Publik. Penerbit: AIPI Bandung.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta
Barata. (2004). Dasar-dasar pelayanan prima. Penerbit: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, Jakarta.
Budidarjo, Miriam. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.
Chairina, dkk. (2015). Pelaksanaan PP RI No.19/2008 Sebagai Acuan Kinerja Camat pada Aspek
Pemerintahan dan Pendidikan. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik 3 (1) (2015):
37-48
Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)
95
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Cohen Louis, dkk. (2000). Research Methods in education. Library of congres cataloguing in
publication data.
Creswell, John. (2009). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Edisi
Ketiga. Pustaka Pelajar.
Dewey John. (2002). Human nature and conduct. Originally published New York.
Emzir, dkk. (2008). Tentang Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya. Penerbit:
Garudhawaca.
Haryanto. (1997). Fungsi-fungsi pemerintahan Orientasi pendalaman bidang tugas Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat I dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Tingkat (DPRD) II. Penerbit Badan Pendidikan dan Pelatihan, Departemen Dalam Negeri.
Herdiyansyah, Haris. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Penerbit:
Salemba Humanika
Indiahono, Dwiyanto. (2009). Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys. Penerbit:
Gava media Yogyakarta.
Indrawati, Novie. (2016). Partisipasi warga masyarakat dalam penilaian kinerja kecamatan di Kota
Bandung. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Cosmogov vol.2 No.2.
Islamy. (2009). Collaborative Governance konsep dan aplikasi. Penerbit: Deepublish CV Budi
Utama.
Knipe. (2006). Organic reaction mechanism. An intersience publications.
Kurniawan, Agung. (2016). Implementasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) Di Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Jurnal kebijakan dan manajemen
publik. Volume,4 Nomor,3. ISSN 2303 - 341X.
Leedy, Paul. (2015). Practical Research: Planning and Design, Global Edition. Pearson
Education Limited.
Leo Agustino. (2009). Pilkada dan dinamika politik lokal. Penerbit: Pustaka Pelajar.
Mahmudi. (2010). Manajemen kinerja sektor publik, edisi kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPM.
Marvasti, A.B. (2004). Qualitative Research in Sosiologi. London: Sage
Mudyahardjo R. (1995). Pengantar pendidikan. Penerbit: Raja Grafindo Jakarta.
Naihasin, Syahrin. (2006). Kebijakan Publik (Public Policy) Menggapai Masyarakat Madani.
Penerbit: Mida Pustaka Yogyakarta.

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


96
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Neuman, W.L. (2000). Social Research Methods, Qualitative and Quantitative Approaches. Edisi
keempat. Boston: Allyn and Bacon.
Orstein and Levine. (1985). Foundation on education. Sage Publications.
Padil Rahman. (2016). Implementasi Sistem Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) Di Kecamatan Lumbis Induk Kabupaten Nunukan. E-Journal Ilmu
Pemerintahan, 4 (1). 442 – 454. ISSN, 2477-2631 ejournal.ip.fisip.unmul.ac.id.
Pasalong. (2010). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Patton, M. Q. (1990). Qualitative evaluation and research methods. SAGE Publications, inc.
Peursen Cornelis. (1980). Orientasi di alam filsafat; sebuah pengantar dalam permasalahan
filsafat. Penerbit: Gramedia.
Pratama, dkk. (2017). Monitoring Pelaksanaan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) Di Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda. E-jurnal Ilmu
Pemerintahan. Vol.6 No.1. hlm 1-14.
Purnamasari, dkk. (2017). Implementasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) Di Kecamatan Mustikaya Kota Bekasi. Jurnal Politikom Indonesiana. VOL. 2
NO. 1.
Rachma Diah. (2016). Penerapan kebijakan e-goverment dalam peningkatan mutu pelayanan
publik di Kantor Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. E-Journal Ilmu
Pemerintahan,Vol. 4 (4): 1589-1602. ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id.
Ridwan, Sudrajat. (2009). Hukum administrasi negara dan kebijakan pelayanan publik. Penerbit:
Nuansa Cendekia.
Sagaf, dkk. (2014). Pelayanan fungsi administrasi perkantoran modern. Ad’ministrare. Vol.1 No.1.
Saldana Johnny. (2009). The Coding Manual for qualitative researce. SAGE Publications.
Saputra, dkk. (2017). Implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010
Tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di Kecamatan
Kendal Kabupaten Kendal. Diponegoro Law Jurnal. Volume 6, Nomor 1.
Setyawan, Ronny. (2017). Statistika. Cetakan Sendiri.
Sinambela. (2006). Reformasi Pelayanan Publik. Penerbit: Bumi Aksara.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Penerbit
Alfabeta.

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


97
ADI SUSILA & SUNARTI DUWI CAHYANI

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed-Methods).


Penerbit Alfabeta Bandung.
Suharto. (2014). Marketing pendidikan: menata ulang PTKI Menghadapi pasar bebas Asean.
Penerbit: PT LKIS Pelangi aksara.
Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. AIPI Bandung.
Tangkilisan. (2003). Kebijakan Publik yang membumi. Lukman Offset: Yayasan Pembaruan
Administrasi Publik Indonesia (YPAPI).
Tashakkori, Abbas Teddlie. (1998). Handbook of mixed methods in social and behavior reserach.
Sage publications.
Utomo, Sad Dian. (2010). Kebijakan pelayanan administrasi terpadu kecamatan (Paten): inovasi
manajemen pelayanan di kecamatan. Penerbit: Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,
Kementerian Dalam Negeri.
Valarie. (2011). Service marketing. McGraw-Hill Education (India). Pvt Limited.
Widodo. (2001). Good Governance: telaah dari dimensi akuntabilitas dan kontrol birokrasi pada
era desentralisasi dan otonomi daerah. Penerbit: Insan Cendekia.
Sari, Pevita. (2016). Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) studi kasus Di Kantor
Kecamatan Tanjungpinang Timur Kota Tanjungpinang. Naskah publikasi.
Peraturan Walikota Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan di Kota Bekasi.
Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.

Jurnal AKP, Volume 9, Nomor 1 (Februari 2019)


98

You might also like