4158 9373 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

p-ISSN : 2528-3561

Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3120 - 3128 e-ISSN : 2541-1934

Pengendalian Kualitas Produk Kerupuk Bawang Menggunakan


Metode Seven Tools (Studi Kasus: UMKM Kerupuk Dinda)
Muchammad Dio Indranata1*, Deny Andesta2, Hidayat3
1,2,3
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik
Jl. Sumatera 101 GKB Gresik, Indonesia 61121
*Koresponden email: muchammad.id@gmail.com

Diterima: 12 Maret 2022 Disetujui: 18 Maret 2022

Abstract
Quality control is a supporting factor that is quite important in the business sector. UMKM Kerupuk Dinda
is one of the micro-businesses that produce crackers, where in its production there are products that have
defects including, burnt defects, crushed defects and defects. The purpose of this study is to find out the
most dominant level of disability, the cause of disability and find a solution to the next fix. The method
used this time is seven tools, where there are 7 quality control tools in the seven tools method, namely,
Check sheet, flow chart, histogram, pareto diagram, control chart, scatter diagram and fishbone diagram.
From the use of the seven tools method in MSMEs Kerupuk Dinda can be known the most dominant product
defect rate is found in the defect with a percentage of 42.82%. The most common causes are due to human
factors including the degree of negligence, inactivity and fatigue. From the cause of disability, improvement
is needed to reduce many levels of disability is to provide enough rest time for workers and the existence
of regular maintenance of the tools used. The number of product defects that occur can still be tolerated
because it does not pass upper control limit or lower control limit, but the repair process must still be done
to reduce the intensity of product defects.
Keywords: quality control, business, seven tools, MSMEs, defect

Abstrak
Pengendalian kualitas merupakan faktor penunjang yang cukup penting dalam sektor usaha. UMKM
Kerupuk Dinda merupakan salah satu usaha mikro yang memproduksi kerupuk, dimana dalam produksinya
terdapat produk yang mengalami kecacatan diantaranya, cacat gosong, cacat remuk dan cacat melempem.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat kecacatan yang paling dominan, penyebab
kecacatan dan menemukan solusi perbaikan untuk selanjutnya. Metode yang digunakan ialah seven tools,
dimana ada 7 alat pengendalian kualitas pada metode seven tools yakni, check sheet, flow chart, histogram,
pareto diagram, control chart, scatter diagram dan fishbone diagram. Dari penggunaan metode seven
tools pada UMKM Kerupuk Dinda dapat diketahui tingkat kecacatan produk yang paling dominan terdapat
pada cacat melempem dengan persentase 42.82%. Penyebab paling sering terjadi dikarenakan dari faktor
manusia meliputi tingkat kelalaian, tidak fokus dan kelelahan. Dari adanya penyebab kecacatan maka
diperlukan perbaikan untuk mengurangi banyaknya tingkat kecacatan adalah dengan memberikan waktu
istirahat yang cukup untuk pekerja dan adanya perawatan secara rutin terhadap alat – alat yang digunakan.
Banyaknya kecacatan produk yang terjadi masih dapat ditoleransi karena tidak melewati batas kendali atas
maupun bawah, akan tetapi proses perbaikan harus tetap dilakukan untuk mengurangi intensitas kecacatan
produk.
Kata Kunci: pengendalian kualitas, bisnis, seven tools, UMKM, tingkat kecacatan

1. Pendahuluan
Kondisi dunia industri saat ini perusahaan diharuskan peka terhadap pentingnya meningkatkan
kualitas produk atau jasa untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, dan perusahaan pula diharuskan
mengerti bahwa melakukan perbaikan dalam segi kualitas secara terus menerus sangatlah penting [1].
Pengendalian terhadap kualitas dirasa penting karena menjadi salah satu bentuk usaha untuk memenangkan
persaingan usaha. Pengendalian kualitas jika dilakukan dengan baik maka membutuhkan biaya pengawasan
kualitas, jika tidak dilakukan dengan baik alhasil menimbulkan kesulitan untuk memasarkan produk karena
tersaingi dengan produk sejenis dengan kualitas lebih baik, sementara produk yang tidak diminati adalah
karena jumlah produk cacat yang dimiliki perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan produk yang
sempurna [2]. Pengendalian kualitas produksi merupakan usaha untuk mengurangi produk cacat dari yang
dihasilkan perusahaan, tanpa adanya pengendalian kualitas produk dapat menimbulkan kerugian besar bagi

3120
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3120 - 3128 e-ISSN : 2541-1934

perusahaan karena penyimpangan-penyimpangan yang tidak diketahui maka dari itu perbaikan tidak bisa
dilakukan dan akhirnya penyimpangan dapat terjadi secara berkelanjutan. Apabila pengendalian kualitas
dapat dilaksanakan dengan sempurna maka saat terjadinya kesalahan, dapat digunakan untuk perbaikan
proses produksi nantinya [3].
Pengendalian mutu yakni merencanakan dan melaksanakan step yang paling ekonomis untuk dapat
membuat sebuah produk yang dapat bermanfaat dan memuaskan tuntutan dari konsumen secara maksimal.
Dalam penerapannya seperti, manajemen dalam wewenang usaha atau saran dalam rangka manajemen hasil
yang memuaskan, mengukur kesalahan dari prestasi, mengevaluasi prestasi kerja apabila diperlukan [4].
Hal tersebut berlaku di lingkup usaha mikro maupun makro. Pada lingkup usaha mikro utamanya sangat
diperlukan adanya pengendalian kualitas produk, dikarenakan usaha mikro harus berupaya
mengembangkan usahanya dengan strategi setiap individu. UMKM ialah salah satu penopang pertumbuhan
ekonomi, ini dikarenakan jumlahnya yang begitu banyak baik di perkotaan maupun di daerah [5].
UMKM Kerupuk Dinda Merupakan salah satu jenis usaha kelas mikro yang memproduksi kerupuk
bawang, dimana kerupuk bawang adalah makanan pelengkap bagi masyarakat sehingga mempunyai
peminat yang banyak. UMKM Kerupuk Dinda bertempat di desa Randuagung RT 03 RW 01, Kecamatan
Kebomas, Kabupaten Gresik. Ketika memproduksi kerupuk bawang, UMKM Kerupuk Dinda tidak selalu
menghasilkan produk yang sempurna. Adapula kecacatan pada produk tersebut diantaranya adalah kerupuk
gosong, kerupuk remuk, dan kerupuk melempem. Produk cacat tersebut merupakan salah satu bentuk
daripada adanya kelalaian dalam pengendalian kualitas pada produk. Berdasarkan data yang diambil
melalui observasi ke UMKM Kerupuk Dinda, rata rata jumlah kecacatan pada produk kerupuk bawang
mencapai 18 bungkus dalam sehari termasuk cacat gosong, cacat remuk, dan cacat melempem. Disini fokus
penulis ialah untuk menghitung jumlah kecacatan pada UMKM Kerupuk Dinda untuk setiap bulannya,
dimulai sejak bulan Juli 2021 – Desember 2021.
UMKM Kerupuk Dinda pada saat ini belum mempunyai cabang lain. Banyaknya permasalahan
internal seperti kecacatan produk juga dapat memperlambat suatu perusahaan untuk memperluas usahanya
[6]. Adanya kecacatan produk juga mengharuskan UMKM Kerupuk Dinda harus memiliki standarisasi
pada produknya, untuk menjaga tingkat kenyamanan pada pelanggan. Hal tersebut dikarenakan setiap
perusahaan memiliki standar untuk produk yang akan mereka produksi karena standar tersebut merupakan
peluang antara harapan konsumen dengan kualitas produk yang dihasilkan [7]. Tujuh alat pengendali
kualitas atau seven tools pertama kali diperkenalkan oleh Ishikawa pada tahun 1960an.
Tujuh alat pengendali kualitas yakni sebuah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan
masalah-masalah yang ada pada suatu sistem kerja dan kemudian mencari asal usul dari terjadinya masalah
tersebut [8]. Karena pengendalian kualitas merupakan faktor yang penting, maka diperlukan adanya
perbaikan di sektor pengendalian kualitas. Seven tools merupakan kumpulan alat alat pengendalian kualitas
yang cukup komperhensif dan mudah dipahami untuk skala usaha mikro dikarenakan banyaknya data
berupa diagram maupun tabel. Alat alat seven tools diantaranya, check sheet, scatter diagram, diagram
pareto, histogram, fishbone diagram, control chart, flow chart [9]. Check sheet yakni sebuah tabel yang
digunakan guna untuk memudahkan saat mencatat data yang akan dikumpulkan [10].
Scatter diagram atau diagram pancar merupakan hubungan dari suatu penyebab terhadap akibat
ataupun kedekatan dua data [11]. Pareto diagram digunakan untuk mengelola kesalahan, masalah atau
reject agar dapat memusatkan titik penyimpangan untuk dilakukan perbaikan [12]. Histogram adalah
diagram batang yang digunakan untuk memperlihatkan adanya depresi data dan distribusi frekuensi [10].
Fishbone diagram atau diagram sebab akibat merupakan gambaran penyebab terjadinya defect pada sebuah
proses produksi, yaitu tenaga kerja, bahan baku, modal, lingkungan kerja, metode kerja dan peralatan kerja
[13].
Control Chart digunakan untuk menentukan batas-batas produk apakah masih dalam kondisi
terkontrol apa diluar kendali dengan cara mengalkulasi menggunakan control attribute [12]. Flow chart
proses pengumpulan dan pengelompokan data, mengimplementasikan data juga merupakan ringkasan
visual dari data itu sehingga mempermudah dalam memahami alur proses perbaikan [14]. Jika dilihat lebih
lanjut, persoalan kualitas pada jasa maupun produk menjadi hal sangat penting bagi perusahaan. Ini artinya
ada sebuah faktor yang dapat mempengaruhi pelanggan tersebut dapat menjadi pelanggan tetap yakni
kualitas pada produk maupun pelayanan [15].
Tujuan dari adanya perbaikan dengan menggunakan metode seven tools tersebut yakni mengetahui
tingkat kecacatan produk yang paling tinggi, asal usul kecacatan pada produk, dan menemukan solusi
perbaikan untuk mengurangi intensitas kecacatan pada produk.

3121
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3120 - 3128 e-ISSN : 2541-1934

2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UMKM Kerupuk Dinda yang bertempat di desa Randuagung Rt.03
Rw.01, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. UMKM Kerupuk Dinda adalah sebuah perusahaan mikro
yang memproduksi kerupuk bawang. Adapula metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis yaitu
dengan menggunaka metode pengendalian kualitas seven tools yang dibagi menjadi 7 alat diantaranya,
check sheet, flow chart, histogram, diagram pareto, control chart, scatter diagram, dan fishbone diagram.
Proses yang dilakukan oleh penulis dengan pengambilan data di UMKM Kerupuk Dinda secara langsung
pada bulan Juli 2021– Desember 2021 dengan tahapan mulai, identifikasi masalah, studi pustaka, observasi,
menentukan rumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, kesimpulan dan
selesai. Flow chart pada metode penelitian ada pada Gambar 1.

Gambar 1. Flow chart metode penelitian


Sumber: Data penelitian (2021).

3. Hasil dan Pembahasan


Check sheet
Check sheet pada bagian ini digunakan untuk mencatat seluruh data pada UMKM Kerupuk Dinda
pada produksi kerupuk bawang selama kurun waktu 6 bulan.

Tabel 1. Data check sheet


Jenis Kecacatan
Jumlah
Jumlah
Tahun Bulan Cacat Cacat Cacat Produk %
Produksi
Gosong Remuk Melempem Cacat

Juli 11160 172 152 262 586 5%


Agustus 11210 122 110 326 558 5%
September 10800 110 167 261 538 5%
2021
Oktober 11166 117 202 211 530 5%
November 10440 112 220 218 550 5%
Desember 10644 176 221 131 528 5%
Jumlah 65420 809 1072 1409 3290 5%
Rata-rata 10903.33 548.33 0.05%
Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021).

Menurut hasil analisis dari Tabel 1, dalam kurun waktu 6 bulan dari bulan Juli 2021 hingga Desember
2021, dapat diperoleh 3 jenis kecacatan pada produk yakni cacat gosong, cacat remuk atau patah, dan cacat
melempem. Pada cacat gosong terdapat produk cacat sebanyak 809 bungkus, pada cacat remuk atau patah

3122
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3120 - 3128 e-ISSN : 2541-1934

terdapat 1.072 bungkus produk cacat, dan pada cacat melempem terdapat produk cacat sebanyak 1.409
bungkus. Maka total keseluruhan dari kecacatan produk selama 6 bulan pada UMKM Kerupuk Dinda ialah
sebanyak 3.290 bungkus.
Flow chart
Flow chart proses pengumpulan dan pengelompokan data, mengimplementasikan data juga
merupakan ringkasan visual dari data itu sehingga mempermudah dalam memahami alur proses perbaikan.
Hal tersebut di visualisasikan supaya lebih mudah dalam menemukan kesalahan pada pengendalian
kualitas, sehingga perlu diadakan perbaikan pada proses yang bermasalah.

Gambar 2. Flow chart produksi kerupuk bawang


Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021)

Pada Gambar 2, ada 12 tahapan dari mulai hingga selesai dan hanya ada 1 kali proses pengecekan.
Apabila terdapat kerupuk yang belum matang maka, akan dikembalikan ke tahap penggorengan ke 2
melalui tahapan Decision. Keterangan pada Tabel 2.

Tabel 2. Keterangan flow chart


Ringkasan
No. Kegiatan Keterangan Jumlah Kegiatan
1. Operasi 6
2. Inspeksi 1
3. Decision 1
4. Delay 2
5. Flow line 2
Jumlah 5 12
Sumber: Referensi [16]

Histogram
Histogram merupakan diagram batang yang digunakan untuk memperlihatkan adanya depresi data dan
distribusi frekuensi.

3123
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3120 - 3128 e-ISSN : 2541-1934

Tabel 3. Data tabel histogram.


No. Jenis Kecacatan Jumlah Presentase (%)
1. Cacat Gosong 809 24.59
2. Cacat Remuk 1072 32.59
3. Cacat Melempem 1409 42.82
Total 3290 100
Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021)

Setelah diketahui beberapa penyebab kecacatan dan telah diketahui persentase dari masing-masing
kecacatan maka dapat diketahui histogram atau diagram batang pada UMKM Kerupuk Dinda dapat dilihat
pada Gambar 3.

1500 1409

1072
1000 809

500

0
Cacat Gosong Cacat Remuk Cacat Melempem
Gambar 3. Histogram
Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021)

Dari hasil Histogram pada Gambar 3 menunjukkan, bahwa jumlah produk cacat gosong sebanyak
809 bungkus atau 24,59%, produk yang mengalami cacat remuk sebanyak 1072 bungkus atau 32,59%, dan
cacat melempem sebanyak 1409 bungkus atau 42,82%.
Pareto diagram
Pareto diagram digunakan untuk mengelola kesalahan, bahwa masalah atau reject agar dapat
memasukkan titik penyimpangan untuk dilakukan perbaikan. Perhitungan kumulatif dimulai dari produk
yang memiliki tingkat kecacatan paling dominan.

Tabel 4. Data perhitungan kumulatif pareto diagram.


No. Jenis kecacatan Jumlah Persentase (%) Kumulatif (%)
1. Cacat Melempem 1409 42.82 42.82
2. Cacat remuk 1072 32.59 75.41
3. Cacat gosong 809 24.59 100.00
Total 3547 100.00
Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021)

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa, kecacatan yang paling dominan yakni cacat melempem dengan
persentase 42,82% dan jumlah kumulatif 42,82%. Setelah itu ada cacat remuk dengan persentase 32,59%
dan jumlah kumulatif 75,41%, dan cacat gosong dengan persentase 24,59% dan jumlah kumulatif 100%.
Hasil diagram dari Tabel 4 dapat dilihat pada Gambar 4.

1500 1409 120


1072 100 100
1000 75,41 809 80
60
500 42,82 40
20
0 0
Cacat Melempem Cacat Remuk Cacat Gosong
Gambar 4. Pareto diagram.
Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021)

3124
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3120 - 3128 e-ISSN : 2541-1934

Control chart
Berikutnya adalah control chart yang akan menjelaskan tentang sejauh mana tingkat ketidaksesuaian
data untuk dilakukan perbaikan, dengan menampilkan p chart atau menampilkan proporsi data dengan batas
atas, garis normal, dan batas bawah dalam tabel p chart. Huruf p yang mempunyai keterangan proporsi,
UPL atau Upper Control Limit, CL atau Central Line, dan LCL atau Lower Control Limit. Adapula
perhitungan rumus untuk mengetahui UCL, LCL, CL, dan p.
𝑛𝑝
𝑃=
𝑝
𝑛𝑝 586
𝑃= =
𝑝 11160
= 0.053
Keterangan:
𝑃: Proporsi kecacatan
𝑛𝑝: Jumlah produk cacat dalam subgrup
𝑝: Data sampel yang diperiksa dalam subgrup atau jumlah produksi
∑ 𝑛𝑝
𝐶𝐿 = 𝑝̅ = ∑
𝑛
∑ 𝑛𝑝
𝐶𝐿 = 𝑝̅ =
∑𝑛
3290
=
65420
= 0.050

Keterangan:
CL atau Central Line
𝑝̅ = rata rata kecacatan produk dari jumlah produksi
∑ 𝑛𝑝 = Jumlah total produk cacat
∑ 𝑛 = Jumlah total data sampel yang diperiksa

𝑝̅ (1−𝑝̅ )
𝑈𝐶𝐿 = 𝑝̅ + 3√
𝑛

0.050(1−0.050)
UCL = 0.050 + 3√
11160

= 0,056

Keterangan:
UCL atau batas kendali atas
𝑝̅ = Rata rata kecacatan produk dari jumlah total produksi
𝑛 = Jumlah produksi dalam subgroup

𝑝̅(1−𝑝̅ )
𝐿𝐶𝐿 = 𝑝̅ − 3√
𝑛

0.050(1 − 0.050)
= 0.050 − 3√
11160

= 0.044

Keterangan:
LCL atau batas kendali bawah
𝑝̅ = Rata rata kecacatan produk dari jumlah total produksi
𝑛 = Jumlah produksi dalam subgroup

3125
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3120 - 3128 e-ISSN : 2541-1934

Tabel 5. Data control chart


Bulan Jumlah Produksi P CL UCL LCL
Juli 11160 0.053 0.050 0.056 0.044
Agustus 11210 0.050 0.050 0.056 0.044
September 10800 0.050 0.050 0.057 0.044
Oktober 11166 0.047 0.050 0.056 0.044
November 10440 0.053 0.050 0.057 0.044
Desember 10644 0.050 0.050 0.057 0.044
Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021)

Dari perhitungan proporsi, UCL, LCL, CL, dapat diketahui P chart pada Gambar 5.

0,060
0,050
0,040
0,030
0,020
0,010
0,000

P CL UCL LCL

Gambar 5. P chart control chart.


Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021)

Keterangan pada Gambar 5 yakni, apabila (p) proporsi pada p chart melebihi dari batas kendali atas
(UCL) atau batas kendali bawah (LCL) maka perlu adanya perbaikan. Meninjau Gambar 5 maka, tidak
diperlukan adanya perbaikan dikarenakan proporsi dari p chart masih dapat ditoleransi, karena tidak
melewati batas kendali atas maupun melewati batas kendali bawah.
Scatter diagram
Scatter diagram atau diagram pancar merupakan hubungan dari suatu penyebab terhadap akibat
ataupun kedekatan dua data. Pada scatter diagram x merupakan jumlah produksi, dan y adalah jumlah
kecacatan.

590
580
Jumlah kecacatan

570
560
550
540
530
520
10400 10600 10800 11000 11200 11400
Jumlah Produksi

Gambar 6. Scatter diagram


Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021)

Pada Gambar 6 scatter diagram dinyatakan memiliki hubungan korelasi positif, dimana semakin
tinggi x atau jumlah produksi maka semakin besar pula tingkat kecacatan pada produk. Produksi kerupuk
bawang dalam setiap periodenya mengalami penurunan pada jumlah produksi, tentu ini juga dapat
mengurangi intensitas jumlah kecacatan.

3126
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3120 - 3128 e-ISSN : 2541-1934

Fishbone diagram
Hasil dari seluruh penelitian diatas dapat diketahui bahwa kecacatan produk terbesar pada kerupuk
bawang adalah di kategori cacat melempem. Semua itu tidak terlepas dari beberapa faktor diantaranya,
manusia, material, Peralatan dan metode. Beberapa penyebab kecacatan dapat diketahui dari Gambar 7.

Gambar 7. Fishbone diagram.


Sumber: UMKM Kerupuk Dinda (2021)

Manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh, karena sangat diperlukan kepekaan dan
tenaga untuk melalui proses dari memulai hingga menjadi produk jadi. Kelelahan, kurangnya ketelitian,
dan kurang fokus pada suatu pekerjaan dapat menyebabkan produk rentan mengalami kecacatan.
1. Tidak telitinya dalam menutup kembali pintu ataupun ventilasi udara pada gudang penyimpanan dapat
menyebabkan cacat kerupuk menjadi melempem.
2. Kelelahan setelah pemindahan dari penjemuran ke penggorengan, sehingga membuat pekerja saat
menggoreng kerupuk tidak konsentrasi, dan menyebabkan kerupuk menjadi gosong.
Maka dari itu sangat diperlukan waktu untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan tingkat konsentrasi
maupun tenaga pada setiap pekerja.
Material
Kualitas material yang baik dapat menjadikan produk berkualitas baik pula, maka dari itu faktor dari
material juga sangatlah penting untuk pengendalian kualitas.
1. Sering terjadi kecacatan pada material kerupuk mentah seperti kerupuk mentah banyak yang patah,
sehingga ketika digoreng sudah tidak menjadi produk yang sempurna karena remuk atau patah.
Maka dari itu perlu adanya pengecekan pada saat material masih belum digoreng.
Metode
Pada produksi kerupuk bawang masih banyak menggunakan metode manual.
1. Pengemasan kerupuk secara manual hanya menggunakan pengapian menggunakan lilin dan sangat
beresiko adanya tidak telitinya proses pengemasan sehingga menyebabkan produk mudah melempem.
2. Selain itu penerapan penyimpanan dengan ditumpuk terlalu tinggi juga dapat beresiko menyebabkan
kecacatan produk, apabila terjatuh maka produk bisa jadi remuk.
Ini tentu saja harus mempertimbangkan luas dari gudang penyimpanan agar tidak menumpuk dan lebih
beralih ke mesin untuk pengemasan.
Peralatan
Peralatan merupakan penunjang dari kelancaran proses produksi. Maka dari itu apabila peralatan pada
produksi rusak ataupun kotor ini dapat menyebabkan produk menjadi cacat.
1. Penggorengan yang kotor juga dapat menyebabkan kerupuk menjadi kehitaman dan cepat gosong.
2. Pada kompor apabila tidak dilakukan perawatan maka dapat menyebabkan api bocor dan itu akan
menjadikan kerupuk cepat gosong.
Melihat dari kecacatan tersebut maka perlu adanya suatu perawatan yang intens pada peralatan proses
produksi, dengan menjadwalkan perawatan secara rutin.

4. Kesimpulan dan Saran


Hasil analisis dari menggunakan metode seven tools pada UMKM Kerupuk Dinda diketahui
bahwasanya selama periode 6 bulan ada 3 kecacatan produk yang diteliti dan yang paling dominan
diantaranya adalah cacat melempem dengan persentase 42,82%. Pada fishbone diagram juga diketahui

3127
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3120 - 3128 e-ISSN : 2541-1934

tingkat dominan dari produk cacat melempem ini bisa dikarenakan pengemasan ataupun kurang telitinya
pekerja dalam penyimpanan produk. Selain itu terdapat pula penggambaran kecacatan yang tidak melewati
batas kendali atas maupun batas kendali bawah, sehingga kecacatan masih dapat ditoleransi. Kecacatan
kecacatan produk dari hasil diatas diperlukan adanya suatu perbaikan seperti, menjadwalkan perawatan
pada peralatan secara rutin, memberikan pekerja jam istirahat yang cukup, penggantian metode manual
karena diperlukan tingkat konsentrasi yang tinggi. Dari semua kecacatan produk dapat diketahui bahwa
seven tools merupakan alat pengendalian kualitas yang mudah dipahami bagi usaha skala mikro. Selain itu
saran penulis adalah lebih berfokus kepada kecacatan produk yang paling dominan, untuk mengurangi
kerugian maupun kepercayaan pada pelanggan dalam setiap periodenya.

5. Referensi
[1] D. Irwati and D. I. Prasetya, “Mengurangi Cacat Color out Menggunakan Pendekatan Seven tools:
Studi Kasus Industri Coloring Compound Plastic,” J. Pelita Ind., vol. 1, no. 1, pp. 16–21, 2020.
[2] F. A. Lestari and N. Purwatmini, “Pengendalian Kualitas Produk Tekstil Menggunakan Metoda
DMAIC,” J. Ecodemica J. Ekon. Manajemen, dan Bisnis, vol. 5, no. 1, pp. 79–85, 2021, doi:
10.31294/jeco.v5i1.9233.
[3] R. L. Herlina and A. Mulyana, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Warung Dengan Metode
Seven Tools Di CV . Kas Sumedang,” vol. 16, no. 1, pp. 37–49, 2022.
[4] J. Radianza and I. Mashabai, “Analisa Pengendalian Kualitas Produksi Dengan Menggunakan Metode
Seven Tools Quality Di PT. Borsya Cipta Communica,” JITSA J. Ind. Teknol. Samawa, vol. 1, no. 1,
pp. 17–21, 2020, [Online]. Available: https://jurnal.uts.ac.id/index.php/jitsa/article/view/583.
[5] S. Pada, U. Keripik, S. Rezeki, and Y. A. Maulida, “Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Di
Era Pandemi Covid-19,” Sibatik J., vol. 1, no. 3, pp. 303–314, 2022.
[6] N. Hairiyah, R. R. Amalia, and E. Luliyanti, “Analisis Statistical Quality Control (SQC) pada
Produksi Roti di Aremania Bakery,” Ind. J. Teknol. dan Manaj. Agroindustri, vol. 8, no. 1, pp. 41–
48, 2019, doi: 10.21776/ub.industria.2019.008.01.5.
[7] R. R. Y. Prihatiningrum, E. Rahmawati, and M. S. Ariandi, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk
Dengan Menggunakan Statistical Quality Control (SQC) Pada,” Bisnis dan Pembang., vol. 9, no. 2,
pp. 1–13, 2020.
[8] A. T. Aryanto and T. A. Auliandri, “Analisis kecacatan produk fillet skin on red mullet dengan the
basic seven tools of quality dan usulan perbaikannya menggunakan metode fmea (failure modes and
effect analysis) pada PT. HOLI MINA JAYA,” J. Manaj. Teor. dan Terap., vol. 8, no. 1, pp. 9–23,
2015, [Online]. Available:
https://www.academia.edu/es/42626840/Analisis_Kecacatan_Produk_Fillet_Skin_on_Red_Mullet_
dengan_the_Basic_Seven_Tools_of_Quality_dan_Usulan_Perbaikannya_Menggunakan_Metode_F
MEA_Failure_Modes_and_Effect_Analysis_pada_PT_Holi_Mina_Jaya.
[9] I. Idris, R. A. Sari, Wulandari, and W. U, “Pengendalian Kualitas Tempe Dengan Metode Seven
Tools,” Teknovasi, vol. 3, no. 1, pp. 66–80, 2016.
[10] J. Sistem, T. P. Matondang, and M. M. Ulkhaq, “Aplikasi Seven Tools untuk Mengurangi Cacat
Produk White Body pada Mesin Roller,” J. Sist. dan Manaj. Ind., vol. 2, no. 2, pp. 59–66, 2018.
[11] Somadi, B. S. Priambodo, and P. R. Okarini, “Evaluasi Kerusakan Barang Dalam Proses Pengiriman,”
J. INTECH Tek. Ind. Univ. Serang Raya, vol. 6, no. 1, pp. 1–11, 2020.
[12] W. D. Putro and C. Riyatmoko, “Pengendalian Kualitas Produksi Rear Caliper Brake System Type 2
Pv Untuk Sepeda Motor Menggunakan Metode Seven Tools,” pp. 23–32, 2016.
[13] R. Ratnadi and E. Suprianto, “Pengendalian Kualitas Produksi Menggunakan Alat Bantu Statistik
(Seven Tools) Dalam Upaya Menekan Tingkat Kerusakan Produk,” J. Indept, vol. 6, no. 2, p. 11,
2016, [Online]. Available: https://jurnal.unnur.ac.id/index.php/indept/article/view/178/0.
[14] E. Haryanto, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Bos Rotor Pada Proses Mesin Cnc Lathe
Dengan Metode Seven Tools,” J. Tek., vol. 8, no. 1, 2019, doi: 10.31000/jt.v8i1.1595.
[15] J. Elbert, “Pengendalian kualitas menggunakan metode fmea (failure mode and effect analysis) di PT.
ASIA MANDIRI,” Calyptra J. Ilm. Mhs. Univ. Surabaya, vol. 7, no. 2, pp. 2570–2583, 2019,
[Online]. Available: https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/3525.
[16] N. Khesya, “Mengenal Flowchart Dan Pseudocode Dalam Algoritma Dan Pemrograman,” Preprints,
vol. 1, pp. 1–15, 2021, [Online]. Available: https://osf.io/dq45e.

3128

You might also like