Professional Documents
Culture Documents
DV3 - 1102017137 - Milaviza Patrisha
DV3 - 1102017137 - Milaviza Patrisha
DISUSUN OLEH
MILAVIZA PATRISHA
1102017137
BLOK ELEKTIF
DOMESTIC VIOLENCE
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2020
THE LEGAL BASIS AND IMPACT OF CHILD ABUSE AND
NEGLECT BY CLOSE FAMILY
ABSTRACT
Introduction: Child abuse and neglect continues to befall even though the accountibility has been
written in Law 23/2002. The 2016 research data revealed an average of 50% children have
experienced various aspects of violence. However, according to the 2014 survey, the combination
of both physical and psychological abusive households ranked first place in Indonesia.
Case Report: P is a victim of abuse and neglect by one of his uncles. This was known when P was
undergoing a psychotherapy session. Upon examination, traumatic injuries, fractures, caries
lesions, gingivitis and malnutrition were found. P also describes a child who is unkempt.
Discussion: Child abuse and neglect can be harmful for children. These types of violence are
classified as physical, emotional, sexual, neglect and economic violence. The trauma will lead to
behaviour disorder, anxiety and depression. As children get older, they will show an increased risk
of psychiatric illness, serious medical illness, lower productivity and drug abuse. Therefore, the
existence of child protection laws ensures the criminalization of the perpetrator.
Conclusion: Child abuse and neglect could be carried out by their own family or close relatives.
The motives vary, including numerous residences, death of parents, and socio-economic status. In
Islamic law, child abuse and neglect are prohibited but it is pormissible to educate within specified
boundries.
ABSTRAK
Pendahuluan: Kekerasan dan pengabaian terhadap anak masih terus terjadi walaupun sudah
dituliskan pertanggungjawabannya pada UU 23/2002. Data penelitian 2016 melaporkan rata-rata
50% anak mengalami kekerasan dari berbagai aspek. Sedangkan di Indonesia, menurut survey
2014, gabungan kekerasan fisik dan psikologis menjadi peringkat pertama yang terjadi di rumah
tangga.
Laporan Kasus: P merupakan korban kekerasan dan penelantaran oleh salah satu pamannya. Hal
tersebut diketahui saat P sedang menjalani sesi psikoterapi. Saat dilakukan pemeriksaan,
ditemukan cedera traumatis, fraktur, lesi karies gigi, gingivitis dan malnutrisi. P juga
menggambarkan seorang anak yang tidak terawat.
Diskusi: Kekerasan dan penelantaran terhadap anak dapat menimbulkan kerugian atau bahaya
terhadap anak-anak. Bentuk kekerasan terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi kekerasan
secara fisik, emosi, seksual, pengabaian dan ekonomi. Trauma yang dialami anak akan
memberikan dampak seperti gangguan perilaku, cemas dan depresi. Ketika dewasa nanti, anak
akan menunjukan peningkatan risiko kejiwaan, penyakit medis yang serius, produktivitas yang
rendah dan penggunaan obat-obat terlarang. Maka, dengan adanya undang-undang yang mengatur
perlindungan anak, maka pelaku dapat dihukum pidana.
Kesimpulan: Kekerasan dan penelantaran pada anak dapat dilakukan oleh keluarga sendiri
maupun orang terdekat. Penyebab ini sangat bervariasi ada yang berupa variasi tempat tinggal,
meninggalnya orang tua, maupun sosio-ekonomi. Tindakan ini memiliki dampak terhadap
kesehatan fisik dan mental. Dalam hukum Islam, kekerasan terhadap anak merupakan hal yang
dilarang, tetapi dibolehkan untuk mendidik dengan batasan yang ditentukan.
P, anak laki-laki berusia 12 tahun, ditemani oleh bibi dari pihak ibu, pergi
ke Rumah Sakit Gigi universitas lokal (Klinik Dental anak) di Kenya pada bulan
Oktober 2012, dengan keluhan pembengkakan wajah kiri yang besar dan nyeri
berhubungan dengan gigi seri kiri atas. Pembengkakan terjadi 2 (dua) hari
sebelum pergi ke rumah sakit lokal, dan 4 (empat) hari sebelum ke Rumah Sakit
Gigi universitas. Jawaban yang diberikan dari pertanyaan tentang penyebab
terjadinya hal tersebut tidak jelas.
Riwayat keluarga mengindikasikan bahwa P adalah anak pertama dari tiga
bersaudara yaitu, anak perempuan usia 9 tahun dan anak laki-laki usia 5 tahun,
dengan orang tua tunggal (ibu) telah meninggal selama 6 tahun akibat komplikasi
terkait HIV. Ketiga anak tersebut telah pindah untuk tinggal bersama dengan
kakek-nenek dari pihak ibu dan ketujuh putra mereka. P tidak memiliki riwayat
medis yang merugikan dan sebelumnya tidak pernah konsultasi dengan dokter
gigi terkait masalah saat ini.
Pemeriksaan ekstra-oral menunjukan bahwa P memiliki perawakan kecil,
gaya jalan normal, tampak sakit dan tidak terawat. Wajah asimetris yang
disebabkan karena pembengkakan daerah submandibular kiri dan meluas ke
margin orbital inferior, suhu 39,1°C, limfadenopati submandibular di kiri sebesar
2 cm, kulit teraba hangat pada bagian atas pembengkakan, berkilau dan terdapat
fluktuasi dan bibir kering seperti pada [Gambar 1a-c]. Namun, gerakan sendi
temporomandibular masih dalam batas normal, dan ditemukan juga bekas luka
besar pada permukaan punggung kaki kiri dengan penyebab yang tidak jelas.
DISKUSI
Sesuai dengan kejadian yang dialami pada kasus pasien anak laki-laki,
menurut yurisprudensi Indonesia maka pelaku dapat dijerat dengan Pasal 76B UU
35/2014 yang berbunyi:
ٍ عل َيْك ُْم اَلَّا تُ ْش ِرك ُْوا ِب ٖه َشيْـًٔا َّوبِال َْوا ِل َديْ ِـن اِ ْح َسانًاۚ َول َا تَقْتُل ُْوٓا ا َ ْول ََادك ُْم ِّم ْن اِ ْمل
َۗاق َ ق ُْل تَ َعال َْوا اَتْ ُل َما َح ّ َر َم َربُّك ُْم
ۗاح َش َما َظ َه َر ِمن ْ َها َو َما بَ َط َنۚ َول َا َت ْقتُل ُوا الن ّ َ ْف َس ال َّ ِت ْي َح ّ َر َم الل ّ ٰ ُه اِلَّا بِال َْح ِ ّق ُ َ ّح ُن ن َ ْر ُز ُقك ُْم َواِي
ِ اه ْم َۚول َا تَ ْق َربُوا ال ْ َف َو ْ َن
ٰذلِك ُْم َو ّ ٰصىك ُْم ِب ٖه ل ََعلَّك ُْم تَ ْع ِقل ُْو َن
Dari ayat di atas bahwa anak berhak untuk hidup, tanpa terkecuali anak
hasik perkawinan tidak sah, perkawinan difasakh atau lainnya. Allah SWT
menyertai lahirnya seorang makhluk itu dengan memberikan rezekinya yang
berarti Allah tidak melepaskan perhatian kepada siapapun walaupun makhluk
yang melata (Ginting, 2019).
Beberapa aspek telah ditetapkan oleh Allah SWT, dalam kaitannya dengan
sesama manusia adalah tentang pemeliharaan anak (hadanah). Anak-anak adalah
kelompok yang rentan membutuhkan perlindungan khusus, dalam Islam
disebutkan bahwa anak adalah warisan berharga dan amanah atau titipan yang
telah Allah anugerahkan kepada orang tua sebagaimana firman Allah:
ح َرۚ َفل ََس ْو َف تَ ْعل َُم ْو َن ەۗ لَاُق َِّط َع ّ َن اَيْ ِديَك ُْم ّ ِ عل َّ َمك ُُم
ْ الس َ َال ا ٰ َمنْتُ ْم ل َٗه قَبْ َل ا َ ْن اٰذ ََن لَك ُْمۚ اِن ّ َٗه لَكَبِيْ ُرك ُُم ال َّ ِذ ْي َ ق
ۚ َ َْاف َّولَا ُ َص ِل ّبَنَّك ُْم ا َ ْج َم ِعي
ن ٍ َوا َ ْر ُجلَك ُْم ِ ّم ْن ِخل
Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia
kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan
memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, (QS Asy-Syu’ara
(26): 49)
Dari ‘Umar bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah
SAW telah bersabda: “suruhlah anak kalian shalat sejak usia 7 tahun dan
pukullah ia apabila meninggalkan shalat bila telah berusia 10 tahun dan
pisahkanlah tempat tidur mereka (anatara laki-lai dan perempuan)
masing-masing” (H.R. Abu Dawud).
Memukul adalah kewajiban bagi para wali (ayah atau kakek atau orang
yang telah diberi wasiat atau penanggung jawab) (Jalaluddin al-Mahali, t.th.: 121).
Shalat merupakan kewajiban yang telah menjadi beban taklif bagi manusia yang
telah dewasa (akal baligh), usia itu diperkirakan umur 10 tahun sesuai dengan
Hadis, karena tidak mungkin hukum diterapkan pada anak yang belum dewasa.
Pengajaran dalam bentuk pemukulan terhadap anak adalah dalam konteks
pendidikan bukanlah penyiksaan (Hidayat, 2016).
Memukul anak dalam hukum pidana Islam merupakan hal yang dilegalkan
dalam konteks mendidik. Dalam buku as-syibhan karangan Syaikh Syamsuddîn
al-Ambâbî menyebutkan tentang tata cara memukul anak yang benar (syarat-
syarat memukul):
1. Memukul harus dilakukan berselang-seling;
2. Harus diberikan jarak antara dua pukulan, sedangkan jeda waktu itu
sekiranya efek pukulan pertama telah berkurang;
3. Dalam memukul tidak boleh mengangkat siku, supaya efek sakit yang
ditimbulkan tidak berbahaya;
4. Seorang pengasuh tidak boleh memukul ketika ia sedang marah;
5. Urungkan niat untuk memukul anak ketika dia menyebut nama Allah;
6. Tidak boleh memukul anak kecuali ia tersebut berusia 10 tahun.
Terima kasih kepada dr. Ferryal Basbeth, Sp.F, DFM sebagai dosen
pengampu dan dr. Fitri, M.Biomed sebagai tutor atas ketersediaan meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan. Terima Kasih kepada Dr. RW.
Susilowati, M.Kes dan DR. Drh. Titiek Djannatun sebagai koordinator blok
elektif ini. Terima kasih kepada semua anggota kelompok Domestic Violence 3
atas dukungan dan kerjasamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Dahake, Prasanna & Kale, Yogesh & Dadpe, Mahesh & Kendre, Shrikant &
Shep, Snehal & Dhore, Snehal. (2018). Impact of Child Abuse & Neglect
on Children: A Review Article.
Hunter, Cathryn. (2014). Effects of Child Abuse and Neglect For Children and
Adolescents. Australian Institute of Family Studies [online]. Available at:
https://aifs.gov.au/copyright?_ga=2.26982653.1519295718.1606049457-
1707388482.1606049457 (Accessed: 22 November 2020)
Kemoli, A. M., & Mavindu, M. (2014). Child abuse: A classic case report with
literature review. Contemporary clinical dentistry, 5(2), 256–259.
https://doi.org/10.4103/0976-237X.132380 (Accessed: 20 November
2020)
Lane Strathearn, Michele Giannotti, Ryan Mills, Steve Kisely, Jake Najman and
Amanuel Abajobir Pediatrics October 2020, 146 (4) e20200438; DOI:
https://doi.org/10.1542/peds.2020-0438
Mennen, F. E., Kim, K., Sang, J., & Trickett, P. K. (2010). Child neglect:
definition and identification of youth's experiences in official reports of
maltreatment. Child abuse & neglect, 34(9), 647–658.
https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2010.02.007