Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-MUSYARROFAH DI

KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1975-2021

Oleh:
YUNI LIRNAWATI, S.Pd

ABSTRACT
The paper is entitled “The Development of Pondok Pesantren Al-Musyarrofah in Cianjur
(1975-2021). The researcher’s interest about Al-Musyarrofah based on cohesiveness
between traditional pesantren with formal education that develops so rapidly from
increasing of santri every year, in addition the application the curriculum or method of
Kulliyatul Mu’allimin wal Mu’allimat Al-Islamiyah and as well as santri of Al-
Musyarrofah who come from all regions of Indonesia. As the main problem discussed in
this paper is how the development of Pondok Pesantren Al-Musyarrofah in Cianjur (1975-
2021). And then the main problem is divided into four research questions, namely: how
the background establishment of Al-Musyarrofah?; how is the condition of Al-
Musyarrofah under Kyai Abdul wahid Al- Qudsi leadership; how the development of
educational institutions contained in Al-Musyarrofah?; what are the driving and inhibiting
factors in development of Al-Musyarrofah?. The method used in this paper is the
historical method, use the following steps: heuristic, external and internal critics, sources
interpretation and historiography which includes a general description, the background
of the establishment of pondok pesantren, the condition of Al-Musyarrofah under Kyai
Abdul wahid Al- Qudsi leadership, the development of educational institutions contained
in Al-Musyarrofah, the driving and inhibiting factors in development of Al-Musyarrofah.
Referring to the results of the paper obtained several conclusions. Al-Musyarrofah was
founded in 1833 by Syeikh Tb. Abdullah Umar Syarifuddin. The leadership of pesantren
has been replaced by six generations, modernization of Al-Musyarrofah occurred in 2008
by establishing integrated Islamic Junior High School. Al-Musyarrofah doesn’t accept
santri kalong, but only accept santri mukim.
Keywords: Leadership, Modern Pesantren, Santri Mukim.
PENDAHULUAN

Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah banyak mengalami


kemajuan. Tidak hanya pendidikan umum saja, tetapi Pendidikan Islam di Indonesia
semakin tumbuh serta berkembang beriringan dengan keanekaragaman suku, budaya,
bahasa serta adat istiadat. Hal ini disebabkan oleh adanya kemajuan IPTEK yang dalam
perkembangannya sangat signifikan. Selain itu juga penduduk Indonesia yang
mayoritasnya beragama Islam turut andil dalam keberadaan Pendidikan Islam di seluruh
daerah Indonesia yang tersebar dari Kepulauan Sabang sampai Kepulauan Merauke.
Seperti halnya di Cianjur yang dikenal dengan julukan kota santri dan memiliki semboyan
Gerbang Marhamah yaitu singkatan dari Gerakan Pembangunan Masyarakat Berakhlakul
Karimah. Selain itu Gerbang Marhamah menjadi jati diri dari masyarakat Cianjur. Gerbang
Marhamah hadir sebagai penjabaran dari format dasar Syariat Islam Cianjur yang telah
disepakati dan dirumuskan sebelumnya oleh para leluhur.
Kemunculan Gerbang Marhamah ini menjadikan pondok pesantren di Kabupaten
Cianjur yang semakin banyak. Sebagai lembaga Pendidikan Islam, pondok pesantren
mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah setempat untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pondok pesantren tergolong dalam lembaga pendidikan Islam yang
tertua kemudian tumbuh dan beriringan dengan perkembangan zaman di Indonesia, sebagai
upaya untuk memberikan pendidikan yang mumpuni bagi Bangsa Indonesia, terutama
Pendidikan Agama Islam.
Tercatat ada sekitar 500 lebih pondok pesantren yang sudah terdaftar di Kemenag
Cianjur yang mencakup pesantren tradisional (salafiyah) dan pesantren modern
(khalafiyah) (A.R, Wawancara 17 Juli 2021). Diantaranya terdapat nama Pondok Pesantren
Al-Musyarrofah yang termasuk ke dalam pondok pesantren modern (khalafiyah) yang
memadukan antara pesantren tradisional dengan pendidikan formal Boarding School.
Dipilihnya Pondok Pesantren Al-Musyarrofah oleh penulis berdasarkan pada pertimbangan
: (1) Pondok Pesantren Al-Musyarrofah termasuk ke dalam pondok pesantren modern
(khalafiyah) atau Boarding School Bilingual Language (2) Pondok Pesantren Al-
Musyarrofah menggunakan kurikulum atau pembelajaran Kulliyatul Mu’allimin Wal
Muallimat Al-Islamiyah, dan (3) Para santri di Pondok Pesantren Al-Musyarrofah berasal
dari hampir seluruh wilayah Indonesia untuk menjadi santri mukim.

MASA TRANSISI KEPENGURUSAN PESANTREN


Generasi ke enam
Karena ketiadaan kemampuan ekonomi keluarga ditahun 1990 an akhirnya
memaksa sang ibu pergi merantau ke negeri orang untuk mencari Rezeki. Hal ini lebih
dilator belakangi oleh keinginan agar ank-anaknya itdak terbengkalai. Terutama dlam hal
menuntut ilmu. Ibunda kami Hj. Kholishoh sekalipun tidak sampai lulus SD, tetapi Beliau
mengharapkan anak-anaknya hidup mulia dengan ilmu, maka disekolahkan semua
sampai lulus. Bahkan kuliah yang semuanya hasil keringat Beliau, selama merantau ke
negeri China yang semuanya hasil keringat Beliau merantau dikumpulkan ditabung untuk
bekal biaya anak-anaknya sekolah diPsantren.
Sehingga posisi kepengurusan Yayasan yang waktu itu sudah ada sekolah agama
atau Madrasah Diniyah [MDA], Madrasah Ibtidaiyah [MI], dan TPA diambil dan
diserahkan kepada orang lain yang mengajar, tentu Karen yang memegang peranan orang
lain yang mungkin tidak sama ujuan dan cita-citanya, maka praktis perkembangan Al-
Musyarrofah hanya jalan ditempat saja. Tidak ada prestasi, tidak ada peningkata, tidak
ada inovasi, tidak ada struktur, dll.
Kemudian setelah Putera Puteri Beliau tumbuh dewasa dan selesai menempuh
pendidikannya secara perlahan Al-Musyarrofah diambil alih kembali dengan mengakta
Notariskan Akta Yayasan ke Pejabatterkait apda tahun 2000. Kemudian bermula dari
posisi kepala sekolah MD dipegang oleh Ihas Rafiqah, s.Ag tahun 2002, lalu kepala
sekolah TPA dipegang oleh Elis Riana Wildan tahun 2004, dan di tahun 2006 kepala
sekolah MI dipegang oleh KH. Wildan Affandi. Saat itu mulailah penataan kembali
program pengembangan pendidikan dan tujuan setr acita-cita Al-Musyarrofah kedepan
agar lebih maju
.
KEBANGKITAN KEMBALI AL-MUSYARROFAH
Setelah berusaha menghidupkan kembali syair Agama dengan mendirikan
Pesantren yang mengadopsi system pendidikan modern dan terpadu, akhirnya selaku
penggagas dan ahli waris keluarga, maka Ust. Acep abdul Wahid mengadakan kajian dan
Musyawarah bersama seluruh keluarga tentang hal Ihwal pendirian kembali Pesantren
yang telah Vakum selama 38 tahun dari tahun 1970 – 2008, tentu bukan hal yang
mudahdan tidak ada rintangan tetapi niat untuk menghidupkan kembali syiar pesantren
yang pernah Berjaya dimsa silam ini sangat membaja dan tidak terbendung lagi, akhirnya
rapat-rapat pun digelar dan studi banding pun tidak terlewatkan dengan mengunjungi
beberapa Pesantren yang sudah aktif di beberapa daerah seperti di Cianjur, Bogor,
Depok, Sukabumi dan Jakarta, bahkan hal ini berjalan hamper setahun lamanya.
Pada tahun 2008 dimulailah pendirian pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah
dengan diawali mendirikan SMP IT Al-Musyarrofah yaitu setelah kepulangan putera
ketiga KH. Wildan Affandi yaitu Ust. Acep Abdul Wahid yang menuntut ilmu di Jakarta,
atas amanat dan arahan dari KH.Syukran Ma‟mun agar Al-Musyarrofah dikelola dengan
konsep kurikulum terpadu antara pendidikan sekolah dan Paesantren. Sehingga pada
tahun itu santri yang masuk SMP IT Al-Musyarrofah adalah Santri yang siap tinggal di
Pesantren. Adapun santri angkatan pertama berjumlah 18 orang, yang terdiri dari 12 laki-
laki dan 6 Perempuan yang semuanya bertahan hingga lulus dalam kurun waktu 6 tahun.
Pada tahun 2011 dibukalah SMK IT Al-Musyarrofah diawali dengan peresmian
sekolah oleh gubernur Jawa Barat. Waktu itu Ahmad Heryawan,Lc. Dan mulailah santri
berdatangan dari berbagai tempat yang tersebar di Cianjur, Sukabumi, Bandung,
Majalengka, Bogor, Depok, Jakarta, Tanggerang, bekasi, bahkan dari luar Jawa , Seperti
dari Bangka Belitung, Medan, Padang, batam , dll. Disusul dengan prestasiakademik
santri yang bagus dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah yang lain, sehingga
banyak mendapatkan penghargaan, maka Pesantren pun mulai menata menghias diri
agar menjadi lembaga Pendidikan yang terdepan dalam mendidik kader generasi Rabbani
yang Unggul.
Saat itu jumlah santri ada 630 orang terdiri dari 300 orang mukmin (siswa SMP-
SMK) dan 330 orang non mukmin (Siswa MD, MI, dan TPA) jumlah Guru/Staf ada 50
orang yang meruakan lulusan Perguruan tinggi baik perguruan yang di dalam negeri
maupun dari luar negeri serta alumni Pesasntren Modern dan Salafiyah yang mempunyai
kompetensi baik di bidang Tafsir Al-Qur‟an, Hadts, Bahasa Arab dan Inggris, Kitab
Kuning, Administrasi Manajemen, Psikologi serta disiplin Ilmu lainnya yang mereka
semua siap mendedikasikan hidupnya untuk membina generasi umat.
Dengan pokus pendidikan tahfidz Al-Qur‟an dan pengembangan Bahasa Arab dan
Inggris sebagai program unggulan Pesantren. Semoga Al-Musyarrofah menjadi tempat
berguna untuk umat di dunia dan akhirat, tentunya semoga tambah maju, berkembang
dan mengukir prestasi demi masa depan yang gemilang.
ALLAHU AKBAR.

MANHAJ DIRASY AL-MUSYARROFAH


Berpegang pada Firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat : Dan
juga hadits baginda Nabi SAW : Apabila anak Adam mati, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga perkara : Shadaqoh yang pahalanya mengalir, Ilmu yang bermanfaat, dan
anak sholeh yang mendo‟akan kedua orang tuanya. Maka pondasi awal pendirian Al-
Musyarrofah dimulai dengan niat yang bagus dan mulia. Dengan mengusung sistem
pendidikan, yaitu : Program wajib belajar 6 tahun (setngkat SMP dan SMA) dengan
menjalankan kewajiban selama satu tahun setelah lulus dan kurikulum yang dipakai
adalah perpaduan antara pondok pesantren modern dengan pesantren tradisional dan
kurikulum nasional pendidikan formal, maka santri yang akan lulus akan mendapatkan
dua ijazah yaitu ijazah sekolah dan Pesanntren.
Al-Musyarrofah juga mengembangkan kerjasama dengan beberapa lembaga
pendidikan semisal dalam rangka mengembangkan dakwah dengan orientasi rahmatan lil
„aalamiin dan berinteraksi serta bergerak bersama umat untuk menegakkan kemuliaan
Agama dan kewibawaan Baginda Nabi tercinta dengan menyebar luaskan ilmu. Bahkan
sampai saat ini pun Al-Musyarrofah telah mampu mendirikan lembaga Pesantren yang
menginduk dan filial yang didirikan di beberapa tempat di sekitar Cianjur serta
mengirimkan tenaga pengajar pengabdiannya ke daerah tersebut untuk menjaga
keseimbangan dan kesamaan program kurikulum sistem penddikan.

PROGRAM UNGGULAN
1. Hafal Al-Qur‟an minimal 6 juz
2. Hafal hadits minimal 300 matan riwayat
3. Aktif berbahasa Arab dan Inggris
4. Memahami dasar-dasar pengetahuan kitab kuning
5. Berkepribadian Islami dan berakhlak mulia
6. Bisa melanjutkan studi didalam atau di luar negeri
7. Siap membela Agama, Negara dan Bangsa

VISI, MISI dan TUJUAN AL-MUSYARROFAH


Tujuan Al-Musyarrofah
Menjadi Lembaga Pendidikan terdepan dalam mendidik kader generasi Rabbani
yang siap membela agama, bangsa, dan negara yang memiliki integritas Ilmu, menguasai
teknologi, berwawasan global dan modern serta memahami dan mengamalkan Islam
menurut Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah.
Visi Pesantren
Menjadi lembaga pendidikan terdepan dan termaju dalam mendidik generasi bangsa

Misi Pesantren
Adapun misi dari dari Lembaga Ini Adalah:
Aspek Intelektual
1. Santri Mempelajari dan mengembangkan kemampuan menguasai bahasa asing
terutama Bahasa Arab dan Inggris sebagai kunci Ilmu ke-Islaman dan umum.
2. Santri dapat belajar Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah secara terperinci dan
lengkap berdasarkan pemahaman Salaf Sholih.
3. Santri memu mengakses perkembangan Ilmu pengetahuan dan tekhnologi
modern
4. Memiliki Himmah membela Agam dan NKRI serta kemamuan berdakwah dalam
segala bidang.
Aspek Spritual
1. Menyiapkan santri menjadi pembela dan pejuang agama yang siap terjun
ketengah-tengah masyarakat.
2. Mampu mengamalkan ajaran Islam dalam aspek kehidupan sehari-hari.
3. Mendidik santri menjadi peribadi-peribadi yang taat beragama, mencintai
Rasulullah SAW, mampu mentakwin (membentuk) diri dan keluarga serta I‟tiba
pada Sunnah-sunnah rasulullah SAW.
Aspek Sosial
1. Santri memiliki kemampuan berinteraksi sosial dengan semua lapisan masyarakat
dalam rangka pengembangan dakwah multimidimensi.
2. Santri memiliki kecakapan dan keahlian dalam semua bdang keterampilan (life
skill)
3. Menjadi santri yang serba guna dan serba bisa
4. Bisa bekerja secara profesional dan mamu berwirausaha.

TENAGA PENGAJAR DAN STAFF


Berjumalah sekitar 50 orang yang mengajar dari mulai tingkat dasar yaitu TPA,
DTA, TKA, dan MI sampai tingkat menengah yaitu SMP IT dan SMK IT serta mengajar
juga di Pesantren, mereka adalah lulusan terbaik dari beberapa perguruan tinggi baik
negeri mau ataupun swasta di dalam atau di luar negeri serta para alumni Pesantren
Modern dan Salafiyah yang memiliki kemamuan beragam dalam beberapa disiplin cabang
ilmu yang dibutuhkan oleh santri dan mereka mampu mengajar full time sepanjang waktu
selama dua puluh empat jam setiap harinya selama santri belajar di Pesantren.
STRUKTUR DEWAN PEMBINA PESANTREN
1. Pembina/Penasehat: Prof. KH. Syukron Ma‟mun
2. Ketua Yayasan:KH. Nandang Mulqi
3. Mudir Ma‟had: Ust. Acep Abdul Wahid, S.Pd.I
4. Bendahara Ma‟had: Ustz. Sundari Pratiwi, S.Pd.I
5. Kepala Sekolah MI: Ust. Adi Karyadi, S.Pd.I
6. Kepala Sekolah SMP IT: Ustz. Ihas Rofiqoh, S.Ag
7. Kepala Sekolah SMK IT: Ust. Dudin Hanudin, S.Ag
8. Kepala Sekolah TPA/DTA: Ustz N. Elis Riana, S.Pd.I

PENGEMBANGAN MINAT DAN BAKAT


Berpegegang pada pendapat Ibnu Sina :” Apabila anak tidak bisa diarahkan untuk
memelajari Ulumul Qur‟an dan menghafalkannya, maka hendaklah ia dibekali dengan
beberapa keterampilan dan kerajinan yang sesuai dengan kemampuannya agar ia dapat
hidup dengan mudah di masa depan “. Maka Ma‟had Al-Musyarrofah berusaha
menyeimbangkan kadar kognitif berpikir nalar intelektual santri dengan kemampuan
sosial afektifnya agar mereka mampu bersaing sehat dengan duanianya dan juga
membekali mereka dengan kecerdasan emosional Psikomotor agar bisa tampil dan
mandiri dalam menata kehidupannya nanti.
Diantara kegiatan Ekstrakulikuler yang diadakan di Pesantren adalah :
Kegiatan Kesenian dan Keterampilan

 Language Club (Tarqiyatul Lughoh), Kursus Keahlian, Keputrian, Pramuka,


Agrabisnis, Ogranisasi santri yang tergabung dalam Organisasi PondokPesantren
Modern Al-Musyarrofah (OP3MA), Kursus-kursus kesenian yang meliputi :
Hadroh, Marawis, Qasidah Rebana, Drum Band, Kaligrafi, Teater Santri,
Jam‟iyatul Quro Wa Sholawat, Corps Muballig, Bahtsul Masaail Diniyah, dll.
Kegiatan Olahraga

 Futsal, Badminton, Basket, Volli Bal, Senam Santri, Atletik, Pecinta Alam, Out
Bond, Team Building, dll.
Event Rutinan Program Pesantren

 PHBI, STQ, Festival Bahasa, Studi Banding, Rihlah Ilmiyah, Pawal Ta‟aruf,
Mashirah Palestina dan Dunia Islam. Film Dokumenter, Mukhayyam Tarbawi
(Perkemahan), Tebar Hewan Kurban, Dialog Interaktif, Seminar, dan Bedah Buku,
Bakti Sosial, dll.

METODE PENELITIAN
Upaya peneliti dalam memperoleh berbagai data serta informasi mengenai objek
kajian dengan menggunakan metode sejarah atau metode historis. Metode sejarah adalah
suatu proses menguji, menjelaskan, dan menganalisis secara kritis terhadap rekaman
serta peninggalanmasa lampau (Gottschalk, 1975, hlm. 32).
Adapun langkah-langkah yangditempuh dalam penelitian meliputi: heuristik, kritik,
interpretasi dan historiografi. Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian sejarah
adalah mencari dan mengumpulkan sumber- sumber sejarah yang diperlukan dan
berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber sejarah merupakan segala sesuatu
yang langsung maupun tidak langsung menceritakan atau memberikan gambaran tentang
suatu kenyataan ataukegiatan manusia pada masa lampau (Sjamsuddin, 2007, hlm. 95).
Sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi sumber primer dan sumber
sekunder, sumber primer adalah sumber yang berasal dari pondok pesantren. Sedangkan
sumber sekunder terdapat dari luar pesantren tetapi mendukung penelitian. Sumber-
sumber yang dikumpulkan melalui buku-buku, skripsi, artikel jurnal yang terdapat di
perpustakaan. Selain itu juga pencarian sumber data serta informasi dilakukan melalui ke
Instansi-instansi terkait penelitian dan melalui browsing di internet.
Pengumpulan data serta informasi yang telah didapatkan penulis melalui kajian
literatur melalui buku-buku yang berkaitan dengan pondok pesantren, skripsi-skripsi,
artikel jurnal, yang terdapat di perpustakaan yang dibutuhkan oleh penulis dalam
pelaksanaan penelitian, dari sumber- sumber tertulis tersebut dilakukan kajian dan
menyesuaikan dengan permasalahan penelitian. Untuk mempermudah dalam
pengumpulan sumber maka sumber- sumber yang digunakan digolongkan menjadi dua
bagian yaitu sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber lisan yang diperoleh melalui
kegiatan wawancara bersama narasumber yang berperan di dalam lingkungan Pondok
Pesantren Al-Musyarrofah. Teknik pengumpulan data tersebut adalah mencari dan
melakukan wawancara dengan orang yang mengetahui masalah yang dikaji. Peneliti
menggunakan wawancara terencana merupakan wawancara berdasarkan pada
sistematika yang terdapat pada kegiatan wawancara dan di dalamnya telah disusun suatu
instrumen penelitian yang terdiri atas pertanyaan yang telah tersusun dengan tujuan agar
adanyabatasan sehingga pertanyaan tidak keluar dari rumusan masalah yang telah dibuat
sebelumnya untuk kemudian ditanyakan pada narasumber saat kegiatan wawancara di
lapangan.
Sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan kemudian dibagi kedalam dua
kelompok, yaitu kritik terhadapsumber-sumber tertulis dan sumber- sumber lisan. Hal ini
dilakukan sebagai upaya mempermudah penulisan dalam melakukan suatu kritik. Kritik
sumber sejarah terdiri dari dua aspek yang menjadi kritikannya, yaitu kritik eksternal dan
kritik internal dari sumber sejarah. Kritik eksternal tersebut dilakukan terhadap sumber
tertulis yaitu merujuk pada sumber literatur yang diperoleh penulis selama proses
pencarian sumber- sumber sejarah. Kritik yang dilakukan penulis mencakup pada tahun
penerbitan serta dengan melihat aspek akademis dari penulisan buku tersebut. Tentunya
dalam hal ini peneliti tidak hanya melakukan proses kritik eksternal terhadap temuandari
sumber tertulis saja, akan tetapi juga merujuk pada sumber lisan melalui kegiatan
wawancara.
Kritik internal merupakan metode atau tahapan pengujian berdasarkan isi dari
sumber sejarah, dalam kritik internal yang lebih menitik beratkan pada isi yang terdapat
dalam sumber sejarah yang telah ditemukan oleh peneliti selama proses penelitian
berlangsung. Setelah penulis mengumpulkan sumber dan melakukan kritik sumber
terhadap sumber tertulis dan sumber lisan. Selanjutnya peneliti melakukan tahap
interpretasi atau penafsiran terhadap sumber. Tahap interpretasi ini dari data-data yang
telah melalui tahap kritik menjadi fakta-fakta yang diperoleh dalam penelitian. Setelah
data-data tersebut dirumuskan dan disimpulkan lalu kemudian setelah itu ditafsirkan.
Setiap fakta yang ditemukan kemudian dihubungkan dengan fakta lain, sehingga menjadi
sebuah rekonstruksi yang menggambarkan perkembangan Pondok Pesantren Al-
Musyarrofah di Kabupaten Cianjur Tahun 1975-2021. Dari hubungan berbagai sumber
dan fakta yang saling terkait inilah yang kemudian dijadikan sebagai dasar bentuk
interpretasi. Tahapan terakhir dari suatu penelitian sejarah adalah historiografi
(penulisan sejarah). Hasil dari interpretasi atau penafsiran yang sebelumnya dilakukan
kemudian dituangkan dalam penulisan sejarah ini

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pondok Pesantren Al-Musyarrofah didirikan pada tahun 1833 M oleh seorang Ulama
yang bernama Syeikh Tb. Abdullah Umar Syarifuddin. Pondok Pesantren Al- Musyarrofah
atau yang dulu dikenal dengan Pesantren Ciwalen merupakan Pesantren yang pertama kali
didirikan di Desa Ciwalen Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Nama Ciwalen
merupakan tashgir dari dua kata yaitu : Cai adalah air dan Waliyain adalah dua Ulama, jadi
arti dari kedua kalimat tersebut adalah air yang dialirkan oleh dua orang Wali yaitu Syeikh
Nurbayan dan Syeikh Nurqadim) sehingga disesuaikan dengan lidah orang Sunda menjadi
Ciwalen. Aliran sungai Ciwalen ini tadinya lurus membentang, tetapi karena jalur jalan
yang waktu itu dikuasai oleh Penjajah untuk membawa hasil bumi dari Warungkondang
yaitu beras Pandanwangi yang menjadi komoditi utama dari Kabupaten Cianjur menuju
Batavia sehingga dapat mengganggu kekhusyukan aktivitas belajar santri di Pesantren,
maka atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala aliran sungai ini dibelokkan arahnya (A.W,
Wawancara 22 Agustus 2019). Tercatat hingga tahun 2014 kepemimpinan Pondok
Pesantren Al-Musyarrofah telah dipegang oleh 6 generasi yang diwariskan secara turun
temurun. Dari mulai pendiri Pondok Pesantren Al-Musyarrofah, generasi ke-1, ke-2, ke-3,
ke-4, ke-5, hingga generasi ke- 6.
Pertama Syeikh Tb. Abdullah Umar Syarifuddin ini merupakan generasi pertama yang
menjadi pendiri dari Pesantren Ciwalen wafatnya di tahun 1854, ada Syeikh Arifuddin
generasi kedua wafat di tahun 1894, kemudian Syeikh Abdul Mufti wafat di 1935 setelah
itu ada KH. Affandi Zuhdi sama KH. Abdul Razi Arif wafatnya sama-sama di tahun 1975
kemudian digantikan oleh KH. Wildan Affandi sampai tahun 2014 kemudian diganti oleh
kyai Abdul wahid Al Qudsi sampai sekarang. Dari tabel tersebut terlihat jelas bahwa
kepemimpinan pondok pesantren dilakukan melalui pemindahan kepemimpinan antara
ayah kepada anak atau kepada menantu.
Sistem perekrutan pengajar di Pondok Pesantren Al-Musyarrofah dengan membangun
silaturrahim kerjasama antara pesantren dengan lembaga- lembaga lainnya. Pihak pesantren
meminta pengabdian dari pesantren-pesantren lain, diantaranya dari Libya, Husin Tahfidz
(Sragen), Jami’ah Imam Syafi’I, Jami’ah Anu Aini (Jakarta), Pesantren Darul Rahman,
Pesantren Gontor, bahkan dari pesantren salafiyah lainnya seperti Tanujaya serta
Ciwaringin-Cirebon. Lain halnya dengan guru umum, karena disesuaikan dengan linear
mata pelajaran masing-masing. (A.W, Wawancara 22 Agustus 2021).
Tenaga pengajar Al-Musyarrofah memiliki kompetensi di bidang Tafsir Al- Qur’an,
Hadits, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, Kitab Kuning, Management, Psikologi serta
bidang ilmu lainnya.
Bahkan tenaga pengajar tersebut mampu mengajar full time sepanjang waktu selama 24 jam
setiap harinya selama santri belajar di pesantren.
Pihak pesantren tidak menerima santri kalong atau santri yang pulang pergi sekalipun
masyarakat sekitar. Semua santri yang ada di pesantren merupakan santri mukim. Santri-
santri tersebut berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, ada santri yang berasal
dari Nanggroe Aceh Darussalam, Medan, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Batam, Banten-
Pandeglang, Serang, JABOTABEK, Brebes, Madura, pekalongan, Kalimantan bahkan ada
santri yang berasal dari Papua. Jadi santri-santri yang berasal dari luar wilayah Cianjur ini
merata tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Untuk sistem pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren Al- Musyarrofah
pada umumnya sama dengan pesantren-pesantren yang lain yang menggunakan metode
sorogan, bandongan, halaqah dan pengajian umum serta muhafazhah (setor hafalan).
Sorogan merupakan metode pembelajaran di pesantren dengan cara santri mengaji satu per
satu, seperti membaca thamrinul qira’at untuk istilah di Al-Musyarrofah
Setelah adanya yayasan Pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah mengembangkan
lembaga pendidikan sehingga bertambah unitnya. Pada awalnya Al-Musyarrofah hanya
memiliki Madrasah Diniyah dan Madrasah Ibtidaiyah, namun seiring dengan berjalannya
waktu bertambah dengan adanya TPQ, TKQ dan TQA yang merupakan pendidikan non
formal. Selanjutnya ada SMP IT dan SMK IT yang merupakan pendidikan formal serta
LTQ (Lembaga Tahfidz Qur’an. Bahkan pimpinan dari Pondok Pesantren Modern Al-
Musyarrofah pada saat ini sedang mengonsep serta menyusun strategi pembentukan
Ma’had Aly atau setara dengan perguruan tinggi non formal yang bergerak dalam bidang
kajian Ulumul Qur’an (A.W, Wawancara 22 Agustus 2021).
Tahun pertama sebagai pesantren modern terpadu jumlah santri pada tahun 2008
adalah 22 orang, yang terdiri dari 12 santri laki-laki dan 10 santri perempuan. Pada tahun
2009 bertambah sebanyak 35 santri. Namun pada tahun 2010 jumlah santri yang masuk ke
Pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah turun menjadi 20 santri. Hal ini tentunya
menjadi sorotan dari pihak pondok pesantren. Dengan penurunan santri yang cukup
drastis pada tahun 2010 ini, sejumlah upaya dilakukan Pondok Pesantren Modern Al-
Musyarrofah agar mampu meningkatkan minat santri-santri agar tertarik masuk ke
pondok pesantren dengan tujuan lebih untuk memperdalam ilmu agama.
Upaya-upaya yang dilakukan pondok pesantren diantaranya, dengan membuat
website almusyarrofah.com yang berisi mengenai profile dari Pondok Pesantren Modern
Al-Musyarrofah. Tidak hanya itu bahkan di website milik Al- Musyarrofah ini juga ada
aktivitas santri, agenda-agenda pesantren, galeri, sistem pendidikan yang diterapkan.
Upaya ini dilakukan sebagai strategi pemasaran dalam merekrut santri untuk mengenalkan
kepada masyarakat, selain mengenalkan juga menginformasikan produk-produk serta
keunggulan Pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah dibandingkan dengan pesantren
lainnya. Pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah juga menggunakan metode promosi
dengan menggunakan media sosial (facebook), karena dalam era globalisasi media sosial
menjadi alat yang sangat berpengaruh terhadap segala macam aktivitas kehidupan manusia.
Pembuatan spanduk, baliho, brosur turut diupayakan untuk informasi kepada masyarakat
perihal lokasi pondok pesantren, biaya pendaftaran, biaya hidup serta program-program
yang ditawarkan untuk menarik calon santri.
Selain itu penggunaan jaringan alumni dalam mengenalkan pondok pesantren merupakan hal
yang sangat efektif, promosi yang dilakukan melalui alumni santri dalam berdakwah dari
desa maupun kota asal alumni santri tersebut. Alumni santri sebagai bukti (output) bahwa
Pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah sudah mencetak generasi-generasi rabbani
unggul. Hal ini juga tentunya tidak terlepas dari peran pimpinan pondok pesantren, KH.
Wildan Affandi semakin gencar dalam berdakwah ke tempat-tempat terpencil yang
aksesnya cukup sulit. Hal ini pun sebagai upaya untuk merekrut santri- santri baru untuk
menimba ilmu di Pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah dan juga peningkatan mutu
pendidikan di lingkungan pondok pesantren terus dilakukan oleh pihak-pihak terkait.
Upaya Pondok Pesantren Modern Al- Musyarrofah ini membuahkan hasil. Kemudian pada
tahun 2011 didirikan SMK Islam Terpadu Al-Musyarrofah dengan menyelenggarakan
program keahlian administrasi perkantoran.
Sejak berdirinya SMK Islam Terpadu jumlah santri di Pondok Pesantren Modern Al-
Musyarrofah semakin meningkat. Bahkan banyak santri-santri berdatangan yang berasal
dari luar daerah Cianjur. Sehingga pada tahun 2011 jumlah santri yang masuk ke Al-
Musyarrofah meningkat sejumlah 40 santri. Bahkan pada tahun 2012 jumlah santri Al-
Musyarrofah semakin meningkat sebanyak 50 orang. Jumlah santri terus meningkat drastis
hingga tahun 2013 sebanyak 58 santri. Puncaknya tahun 2014 Pondok Pesantren Modern
Al-Musyarrofah bertambah sebanyak 60 santri.
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan di Pondok Pesantren Modern Al-
Musyarrofah juga mengalami pembaharuan dan pengembangan khususnya kurikulum dan
metode pembelajarannya. Kurikulum yang dibuat oleh Kementerian Agama hanya
diterapkan pada lembaga pendidikan formal dan non formal (Diniyah). Jadi Pondok
Pesantren Al-Musyarrofah meramu keterpaduan antara kajian kitab kuning dengan tahfidz
Al-Qur’an serta minat bakat yang lain. Al- Musyarrofah menggunakan kurikulum yang
dibuat oleh Kementerian Agama dalam pendidikan formal, pendidikan nasional serta
kurikulum yang dibuat oleh pesantren, diantaranya pesantren modern dan pesantren
tradisional. Dengan demikian pesantren menterpadukan 4 bidang unsur kurikulum nasional
maupun kurikulum pesantren yang telah diadopsi dalam Undang-Undang Pesantren atau
Peraturan Menteri Agama (PMA), yang terdiri atas Undang-Undang Pendidikan dan
Undang-Undang Lembaga Pendidikan. Maka Pondok Pesantren Al-Musyarrofah
mengadopsi pendidikan formal, non formal serta pendidikan pesantren (A.W, Wawancara
22 Agustus 2019).
Kelebihan atau keistimewaan dan juga menjadi ciri khas dari Pondok Pesantren Al-
Musyarrofah salah satunya adalah keterpaduan kurikulum antara pesantren modern Gontor
dengan pesantren tradisional murni (Salafiyah). Jadi wajib berbahasa Arab dan bahasa
Inggris (bilingual), akan tetapi tidak meninggalkan khazanah kelimuan kajian kitab-kitab
Islam klasik. Karena di beberapa pesantren modern, pengajaran kitab-kitab Islam klasik
terkalahkan dengan pengajaran yang lain bahkan tidak ada. Lain halnya dengan Al-
Musyarrofah yang memiliki manhaj ganda, yaitu kurikulum wajib berbahasa tetapi juga
kajian kitab-kitab kuningnya diatur dan kemudian disampaikan secara klasikal. Tidak
hanya itu, di Pondok Pesantren Al-Musyarrofah santri diberikan keterampilan-keterampilan
lainnya.
Kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Al-Musyarrofah adalah Kulliyatul
Mu’allimin Wal Muallimat Al-Islamiyah hampir sama dengan kurikulum yang digunakan
di Pondok Pesantren Gontor. Karena kitab-kitab yang digunakan sebagai pembelajaran di
Pondok Pesantren Al-Musyarrofah merupakan rujukan dari Pondok Pesantren Gontor.
Selain itu Al-Musyarrofah memiliki organisasi paramiliter atau santri siap guna yang
biasa dikenal dengan sebutan SATGAS yang diberi nama Brigade Al- Aqsa. Santri siap
guna yang tergabung di Brigade of Al-Aqsha tersebut diberikan pelatihan beladiri,
memanah, menembak dengan PERBAKIN (Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu
Indonesia) yang merupakan salah satu organisasi menembak terbesar dan sudah diakui oleh
pemerintah di Indonesia, pelatihan fisik dan mental serta pelatihan pengetahuan nasional
khusus tentang Palestina. Jadi Brigade Al-Aqsa merupakan relawan kemanusiaan yang
diresmikan oleh Prof. Dr. Muqbil Ali Al-Harori, beliau adalah Ketua Dewan Ulama
Palestina. Kemudian sebagai pengingat, maka tulisan Declaration of Brigade Al-Aqsha for
Palestine Freedom disimpan di pintu depan pesantren melalui kesepakatan antara pihak
pesantren dengan ulama Palestina. Bahkan di Pondok Pesantren Al- Musyarrofah terdapat
Gedung Palestina sebagai penghargaan dan amal juang, amal usaha serta cita-cita besar
dari santri Indonesia bebaskan Al-Aqsha Palestina (A.W, Wawancara 22 Agustus 2019).
Brigade Al-Aqsha adalah program wajib semacam wajib militer di Pondok Pesantren Al-
Musyarrofah. Salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh Brigade Al-Aqsha yaitu pencak
silat dan ju-jitsu merupakan kegiatan ekstrakurikuler beladiri di Al-Musyarrofah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Musyarrofahmenjalankan dua
jenis pendidikan, diantaranya pendidikan tradisional murni yang berupa pesantren dan
pendidikan modern terpadu yang ditandai dengan adanya pendidikan formal pada jenjang
Madrasah Ibtidaiyah, SMP dan SMK Islam Terpadu (IT). Pendidikan nonformal pada
jenjang Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
serta dalam pendidikan informal yaitu dengan adanya Lembaga Tahfidz Qur’an (LTQ).
Dalam perkembangan Pondok PesantrenModernAl-Musyarrofahterdapat faktor
pendorong serta faktor penghambat. Faktor pendorong diantaranya peran aktif KH. Wildan
Affandi, kinerja yang baik dari pengurus dan pengajar, pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler dan pelatihan keterampilan, dukungan pemerintah setempat, letak
pondok pesantren yang strategis, lulusan-lulusan pondok pesantren al-musyarrofah serta
faktor penghambat yaitu pola perilaku santri yang berbeda-beda, kurangnya ketersediaan
sarana dan prasarana, bahkan kesadaran menjaga sarana dan prasarana yang telah
disediakan pihak pesantren

SIMPULAN

Pondok Pesantren Modern Al- Musyarrofah merupakan salah satu pesantren modern atau
khalafiyah yang memadukan antara sistem pesantren tradisional dengan penyelenggaraan
pendidikan formal atau Boarding School Bilingual Language di Kabupaten Cianjur.
Didirikan pada tahun 1833 M oleh Syeikh Tb. Abdullah Umar Syarifuddin dengan tujuan
menyebarkan syiar Islam serta memberikan pendidikan agama Islam kepada masyarakat
sekitar Desa Ciwalen Kepemimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Musyarrofah sudah
mengalami pergantian hingga enam generasi. Pada tahun 1975 KH. Wildan Affandi
menjadi pimpinan Pondok Pesantren generasi keenam menggantikan ayahnya KH. Affandi
Zuhdi dan pamannya KH. Abdul Razi Arief yang wafat di tahun yang sama. Bertepatan
dengan didirikannya Madrasah Diniyah dan penggantian nama Pesantren Ciwalen menjadi
Pondok Pesantren Al- Musyarrofah oleh KH. Wildan Affandi dan sekerang di mimpin oleh
KH Acep Wahid
Jumlah santri yang meningkat dari tahun ke tahun sejak modernisasi yang dilakukan
oleh pesantren di tahun 2008 dengan mendirikan SMP Islam Terpadu (SMP IT) dan di
tahun 2011 dengan mendirikan SMK Islam Terpadu (SMK IT). Perkembangan Pondo k
Pesantren Al-Musyarrofah dari yang awalnya pesantren tradisional murni menjadi
pesantren modern tidak luput dari peranan KH. Wildan Affandi yang telah banyak
berkontribusi pada pencapaiaan- pencapaian pondok pesantren. Selama 39 tahun terhitung
dari 1975-2014 dari mulai awal kepemimpinannya di tahun 1975, perjuangannya dalam
mengembangkan serta memajukan Al-Musyarrofah dengan mendirikan yayasan pada
tahun 2000 hingga akhir kepemimpinannya di tahun 2014 Dan dilanjutkan oleh Ust. Acep
Abdul Wahid, S.Pd.I sampai sekerang.
DAFTAR PUSTAKA

 Departemen Agama RI. (2004). Sejarah Madrasah: Pertumbuhan, Dinamika, dan


Perkembangannya di Indonesia. Direktorat Madrasah dan PAI pada Sekolah
Umum.
 Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto,
Jakarta: UI Press. Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu.
 Bandung: Historia Press
 Malik M. Thaha Tuanaya dkk. (2007). Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama.
 Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian Tentang
Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan. Jakarta: INIS.
 Noor, Mahpudin (2006). Potret Dunia Pesantren: Lintasan Sejarah, Perubahan,
dan Perkembangan Pondok Pesantren. Bandung: Humaniora
 Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
 https://santri.laduni.id/post/read/68828/pesantren-al-musyarrofah-cianjur

You might also like