Aris,+journal+manager,+4 +Elma+Haryani

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Penelitian

282 Elma Haryani

INTOLERANSI DAN RESISTENSI MASYARAKAT TERHADAP


KEMAJEMUKAN: STUDI KASUS KERUKUNAN BERAGAMA DI
KOTA BOGOR, JAWA BARAT
INTOLERANCE AND RESISTANCE OF COMMUNITIES
AGAINST PLURALISM: A CASE STUDY OF RELIGIOUS
HARMONY IN THE CITY OF BOGOR, WEST JAVA
Elma Haryani
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
elmaharyani@kemenag.go.id
Artikel diterima 7 November 2019, diseleksi 27 November 2019, dan disetujui 26 Desember 2019

ALIANSI NASIONAL ANTI SYIAH (ANAS) DAN KEMBALINYA

Abstract
ORANG NU PASCA MASUK SYIAH DI PROBOLINGGO
Abstrak
DOI: https://doi.org/10.32488/harmoni.v18i2.300

The city of Bogor is known as the buffer city Kota Bogor yang dikenal sebagai kota
of the capital of Indonesia, inhabited by a penyangga Ibukota Indonesia berpenduduk
variety of religious, race and ethnic groups. dengan beragam kelompok agama, etnis,
Its diversity often leads to conflicts, such dan suku. Keberagamannya itu kerap
as the conflicts of the Indonesian Christian menimbulkan konflik, seperti konflik
Church (GKI) Yasmin, the closing of Ibn penyegelan Gereja Kristen Indonesia
Mas’ud Pesantren, violence in the Sahur (GKI) Yasmin, penutupan Pesantren Ibn
on the Road program (during Ramadan), Mas’ud, kekerasan dalam acara saur on the
Christianization of the community, and road, kristenisasi masyarakat dan ragam
the variety of religious groups that trigger kelompok agama yang memicu kekerasan.
violence. These cases have made the city Kasus-kasus tersebut menjadikan Kota
of Bogor labeled as an intolerant city. Bogor mendapat label sebagai kota
This study uses a qualitative approach, intoleran. Penelitian ini menggunakan
by analyzing the power of identity and pendekatan kualitatif. Dengan analisa
the function of social conflict, the act of the power of identity dan The function of
intolerance in the city of Bogor can be social conflict, tindakan intoleransi di kota
traced its roots, namely because of the Bogor diketahui sebabnya, yaitu karena
rigid and static understanding of religion. pemahaman agama yang rigid dan statis,
Conflict is usually carried out by a group of konflik biasanya dilakukan oleh sekelompok
masses. Bogor City still has the opportunity massa. Kota Bogor masih memiliki peluang
to become a city of harmony, with the menjadi kota kerukunan, dengan adanya
existence of the Pabuaran harmony village desa model kerukunan Pabuaran, kegiatan
model, peace train activities, and the role of peace train, dan peran Forum Kerukunan
the Forum for Religious Harmony (FKUB). Umat Beragama (FKUB).
Keywords: Intolerance, Diversity, Kata Kunci: Intoleransi, Keberagaman,
Moderation. Moderasi.

HARMONI Juli - Desember 2019


Intoleransi dan Resistansi Masyarakat Terhadap Kemajemukan: Studi Kasus Kerukunan Beragama
di Kota Bogor, Jawa Barat
283

PENDAHULUAN terkait dengan masalah kebebasan


memilih keyakinan dan agama serta
Hasil Survei Setara Institut pada tahun
kebijakan yang diskriminatif terhadap
2018 menetapkan 10 besar kota di Jawa
sebagian pemeluk agama di kota tersebut.
Barat sebagai kota intoleran. Tujuh dari
Dalam rinciannya, kebijakan-kebijakan
10 kota tersebut adalah Bogor, Bekasi,
itu berupa masalah pendirian rumah
Depok, Bandung, Sukabumi, Banjar dan
ibadah, dakwah, membentuk organisasi
Tasikmalaya. Yang mengagetkan, kota
agama dan dalam bentuk penghalangan
Bogor dan Bekasi ditetapkan sebagai dua
memperoleh status keagamaan. Dari
kota yang tingkat intoleransinya paling
kebijakan-kebijakan tersebut, hak atas
tinggi. Survei tersebut menempatkan
KBB yang paling banyak dilanggar oleh
kota Bogor berada pada deretan teratas,
kebijakan-kebijakan daerah di Jawa
dengan skor sebesar 5,21, yang disusul
Barat adalah hak dalam berdakwah dan
kota Bekasi dengan skor intoleransi
penyiaran agama (Komnas HAM, 2016).
sebesar 4,68. Sementara itu tingkat
intoleransi kota Depok juga tidak berbeda Kasus-kasus intoleransi di kota
jauh dengan Bekasi, yakni 4,58, disusul Bogor lebih senderung dilakukan
kota Bandung sebesar 4,16 dan Sukabumi secara masif, seperti misalnya dalam
sebesar 4,05. Dua kota lain di Jawa Barat kasus tuntutan penutupan Gereja
yang juga masuk sepuluh besar kota Kristen Indonesia (GKI) Yasmin dan
intoleran adalah Banjar dan Tasikmalaya. penutupan Pesantren Ibn Mas’ud.
Keduanya memiliki skor intoleran yang Dikutip oleh Kompas, penutupan
sama, yaitu sebesar 4. GKI Yasmin ditengarai oleh aksi
sekelompok pemeluk agama intoleran
Sementara itu laporan Komisi
yang mendesak agar pemerintah
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
mencabut Izin Mendirikan Bangunan
HAM) menyebutkan bahwa Jawa Barat
(IMB) tempat ibadah warga non-Islam
masih memiliki 46 kebijakan yang
tersebut (Suryowati, 2017).
diduga melanggar kebebasan beragama
dan berkeyakinan (KBB) serta bersifat Begitupun penutupan Pesantren
diskriminatif. Sebanyak 19 kebijakan Ibn Mas’ud ditutup karena mendapat
yang diduga mengandung kebijakan kecaman dari masyarakat sebab pesantren
diskriminatif terbit di tiga kabupaten ini dianggap berpotensi meresahkan
yang berada pada provinsi Jawa Barat, warga setempat (Liputan6, 2017).
yaitu di Tasikmalaya, Cianjur dan
Menduduki peringkat sebagai
Kuningan. Selain itu juga terbit di tiga
“kota tidak toleransi” di beberapa
kota Jawa barat yang lain, yaitu Bogor,
survei yang diadakan oleh beberapa
Bekasi dan Bandung, dengan 27 kebijakan
CSO (civil society organization) dan
yang telah diterbitkan dan diduga kuat
dari hasil indeks KUB yang dilakukan
melanggar KBB. Dari data tersebut
oleh Kemenag (Indeks Surnas KUB,
menunjukkan bahwa pemerintah kota
2017), kota Bogor memiliki tantangan
di Jawa Barat lebih sering menerbitkan
yang cukup serius dalam kehidupaan
kebijakan-kebijakan keagamaan yang
sosial-keagamaan. Kekerasan atas
melanggar hak atas KBB ketimbang
nama agama sendiri hampir selalu
pemerintah kabupaten. Komnas HAM
dimulai dengan sikap intoleransi dan
menyatakan sejumlah kebijakan itu
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
284 Elma Haryani

menempatkan orang lain sebagai the The other; kemampuan untuk menangani
other (meminjam istilah Simone de sesuatu yang tidak menyenangkan; dan
Beauvoir dalam bukunya; The Second atau melanjutkan keberadaan meskipun
Sex), yang dianggap tidak setara dan kondisi buruk atau sulit menghadangnya.
tidak sama dengan dirinya. Bagi Dalam Cambridge Dictionary, The other
individu ataupun kelompok tertentu (liyan) adalah istilah yang awalnya
benih intoleransi ini bisa menjadi diperkenalkan oleh Simone de Beauvoir
ideologi yg berubah menjadi tindakan tentang memaknai kehadiran eksistensi
“kekerasan” dan menjadi mata rantai selain diri kita.
kekerasan yang menggurita dan tidak
Tindakan intoleransi
berkesudahan (Juergensmeyer, 1997)
sesungguhnya merugikan agama
Dari latar belakang tersebut di itu sendiri. Dengan adanya
atas penelitian ini dilakukan. Masalah tindakan intoleransi, menjadikan
penelitian dirumuskan untuk menjawab sebuah agama – apapun agama itu
bagaimana sesungguhnya konstruksi – ditakuti oleh orang lain. Tidak
intoleransi dan resistensi masyarakat kota hanya itu, dengan adanya tindakan
Bogor dalam kehidupan yang majemuk tersebut, Islam sebagai agama yang
dan beragam?. mengajarkan rahmatan lil alamin
bukannya didekati, tetapi terkadang
Secara umum, ada empat hal yang
justru dimusuhi. Islam sering dituduh
hendak dicapai dalam penelitian ini,
sebagai biang perpecahan dan
yaitu pertama, memetakan kasus- kasus
penyulut isu-isu kekerasan baik di
(mapping) intoleransi di Kota Bogor;
dunia lokal ataupun internasional.
kedua, mengungkap faktor-faktor yang
Sebagaimana dikatakan oleh Fawaizul
memicu (trigger) intoleransi dan resistansi
Umam bahwa tindakan intoleransi
masyarakat terhadap kemajemukan; ketiga
yang sering kali mengatasnamakan
membaca bagaimana sikap masyarakat,
jihad membuat Islam distigmakan
pemuka agama dan pemerintah dalam
sebagai agama kekerasan yang ekslusif
menyoal kasus intoleransi di kota Bogor;
dengan agama ataupun keyakinan
dan keempat, bagaimana peluang toleransi
orang di luar Islam (Umam, 2013).
dan kerukunan umat beragama di kota
tersebut. Komnas HAM pada tahun
2010-2013 menerima pengaduan
tentang peristiwa intoleransi dalam
Intoleransi dan Kerukunan Umat
Beragama bentuk pelanggaran kebebasan
dan keberagaman beragama. Pada
Intoleransi merupakan lawan kata dari tahun 2010 lembaga negara tersebut
toleransi. Kata tersebut merupakan menerima 84 buah pengaduan,
kata benda yang artinya ketidakmauan yang terdiri dari kasus perusakan,
untuk menerima perilaku dan keyakinan gangguan dan penyegelan rumah
yang berbeda, dan tidak setuju terhadap ibadah sebanyak 26 kasus, dengan
apa yang diyakini oleh orang si luar perincian kekerasan terhadap aliran
dirinya. Sedangkan toleransi berarti yang diklaim sesat sebanyak 14
kemampuan yang dimiliki seseorang kasus, konflik dan sengketa internal
untuk berhubungan/berinteraksi dengan 7 kasus, dan 6 kasus pelanggaran
HARMONI Juli - Desember 2019
Intoleransi dan Resistansi Masyarakat Terhadap Kemajemukan: Studi Kasus Kerukunan Beragama
di Kota Bogor, Jawa Barat
285

terhadap pelarangan Ahmadiyah, Indonesia (NKRI), dengan melandasinya


serta pelanggaran-pelanggaran pada Pancasila dan Undang-Undang
lainnya. Pada tahun 2011, pengaduan Dasar Negara Republik Indonesia
yang masuk sebanyak 83 kasus, Tahun 1945. Pemeliharaan kerukunan
dengan 32 kasus terkait pelanggaran umat beragama sendiri merupakan
atas perusakan tempat ibadah, 21 upaya bersama umat beragama dengan
kasus terkait Ahmadiyah, gangguan Pemerintah dalam bidang pelayanan,
dan pelanggaran ibadah sebanyak pengaturan, dan pemberdayaan umat
13 kasus, dan diskriminasi atas beragama. (Peraturan Bersama Menteri/
minoritas agama sebanyak 6 kasus. PBM, 2014).
Sedangkan pada tahun 2012, tercatat
Kerukunan umat beragama sendiri
68 pengaduan kepada Komnas
pada dasarnya merupakan cita-cita setiap
HAM, dengan perincian sebanyak
manusia. Semua manusia menginginkan
20 kasus perusakan dan penyegelan
hidup rukun, damai, dan tentram dalam
rumah ibadah, konflik dan sengketa
hidup bernegara dan dalam menjalankan
internal sebanyak 19 kasus, gangguan
ibadahnya. Hal itu selaras dengan
ibadah 17 kasus, dan diskriminasi
hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ima
minoritas 6 kasus. Kemudian pada
Ahmad Ibn Hambal pada Hadis ke-494
tahun 2013 Komnas HAM menerima
bahwa Rasulullah bersama umatnya
39 berkas pengaduan, 21 kasus
meniscayakan kedamaian dalam hidup
berupa diskriminasi, pengancaman
(Hambal, hadis ke-494).
dan kekerasan terhadap pemeluk
agama, penghalangan pendirian Bangsa Indonesia sendiri
rumah ibadah sebanyak 9 kasus ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha
dan penghalangan terhadap ritual Esa dalam suasana kemajemukan, baik
pelaksanaan agama sebanyak 9 berkas itu suku, ras, agama maupun budaya.
(Naharong, 2007: 335-352) Indonesia sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia dengan beragamnya
Data di atas menunjukan betapa
agama, suku dan ras di dalamnya,
tindakan intoleransi meresahkan
akan tetap menjadi tantangan yang
kehidupan berbangsa dan bernegara.
diperhitungkan dalam mewujudkan
Tindakan tersebut hanya merugikan
masyarakat yang tentram dan damai.
agama Islam dan pemeluknya dianggap
Kemajemukan dan kerukunan antar
sebagai pelaku tindak kekerasan yang
umat beragam merupakan takdir yang
halal untuk menyakiti orang di luar
Tuhan ciptakan bagi bangsa Indonesia
keyakinannya.
dan harus dihadapi secara bersama.
Sedangkan kerukunan umat
Secara konstitusional, negara
beragama adalah keadaan hubungan
menjamin penduduknya dalam kebebasan
sesama umat beragama yang dilandasi
beragama. Pada pasal 29 ayat 2 UUD 1945
toleransi,  saling pengertian, saling
dinyatakan bahwa negara menjamin
menghormati, menghargai kesetaraan
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
dalam pengamalan ajaran agamanya
memeluk agamanya masing-masing dan
dan kerjasama dalam kehidupan
untuk beribadat menurut agama dan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
kepercayaannya itu. Begitu pula dalam
di dalam Negara Kesatuan Republik
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
286 Elma Haryani

sejarahnya, sudah berabad-abad bangsa mayoritas kepada minoritas (jama’ah)


di Indonesia hidup rukun tanpa benturan KGI akibat lemahnya keyakinan
yang berarti. Falsafah Pancasila yang keagamaan, faktor ekonomi, politik
bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha dan gaya beragama (Sirait, 2019: 28-45).
Esa memberi konsep kerukunan dan
perdamaian abadi bagi bangsa Indonesia.
Penelitian ini memang
mengungkapkan kasus dan faktor
Kerukunan sendiri harus terdiri yang melatarbelakangi terjadinya
dari – minimal – tiga komponen, yaitu kasus intoleransi, akan tetapi tidak
toleransi, kesetaraan dan kerjasama. mengungkap bagaimana tindakan
Toleransi yang dimaksudkan di para tokoh, baik tokoh agama atau
sini adalah menghormati, jujur dan tokoh masyarakat menyoal kasus
berani berinteraksi dengan orang lain. tersebut serta mengungkap hal apa
Sedangkan kesetaraan ialah tidak yang berpotensi menjadi problem
adanya superioritas, diskriminasi dan solving konflik tersebut di atas. Dua
semua orang memiliki kesempatan hal tersebutlah yang juga menjadi
yang sama. Sedangkan kerjasama tujuan penelitian ini.
adalah kesediaan semua pihak
untuk bekerja secara bersama-sama Dewi Indri Rianti (2018) dengan
dalam bidang sosial dan keagamaan judul Kerjasama Pemda, Polres dan
(Muntafa F, Ulum and Daulay, 2017: Korem 061/SK Bogor dalam Pencegahan
10-13). Prpoaganda Ideologi Radikal di Kabupaten
Bogor tahun 2015-2016. Meskipun
aksentuasi penelitian ini kepada
KAJIAN PUSTAKA role-model pencegahan terhadap
Penelitian tentang intoleransi dalam perilaku radikalisasi di Bogor, akan
studi kasus daerah Bogor Jawa Barat tetapi penelitian ini juga membahas
sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti dengan panjang terkait intoleransi
sebelumnya. Oleh karena itu perlu dan penyebabnya. Menurutnya, Bogor
diungkap di sini untuk melihat titik-titik sebagai kota penyangga Ibu kota
yang menjadi pembeda dengan penelitian mudah tercermar permasalahan sosial
ini. keagamaan. Dalam pada peneltian ini
perilaku kelompok radikal disebabkan
Penelitian Chrismanto Sirait oleh faham keagamaan yang lebih
(2019) dengan judul Ancaman bersifat simbolik. Untuk mencegahnya,
Diskriminasi Minoritas dan Hilangnya Pemda, Polres dan Korem Bogor
Multikulturalisme di Indonesia: Studi melakukan koordinasis, pertukaran
kasus Penutupan GKI Yasmin Bogor. informasi dan penanganan kasus
Penelitian ini mengungkapkan bahwa bersama untuk mencegah pemahaman
kasus intoleransi pada GKI Yasmin tersebut (Rianti, 2018: 45-63).
Bogor merupakan kasus yang tidak
hanya dilakukan oleh kelompok- Penelitian ini tidak menjelaskan
kelompok intoleran, akan tetapi juga faktor-faktor yang berpotensi menyudahi
didukung pemerintah setempat. konflik dan kekerasan di kota Bogor.
Menurut penulisnya, hal yang Sehingga penelitian tersebut terkesan
melatarbelakangi resistensi kelompok deskriptif belaka.

HARMONI Juli - Desember 2019


Intoleransi dan Resistansi Masyarakat Terhadap Kemajemukan: Studi Kasus Kerukunan Beragama
di Kota Bogor, Jawa Barat
287

Dari hasil display kajian terdahulu membentuk identitas berbagai kelompok


tersebut, penelitian ini tidak sama dengan dalam sistem dan juga membantu
penelitian-penelitian sebelumnya. Karena mempertahankan sistem sosial secara
selain mengungkapkan kasus-kasus keseluruhan. Sebagai contoh, konflik
intoleransi dan penyebabnya, penelitian antara kasta-kasta India yang menentukan
ini juga mengungkapkan sikap para tokoh kekhasan berbagai kelompok dan
kota Bogor terhadap kasus intoleransi menjamin stabilitas struktur sosial secara
yang ada, dan mengungkapkan hal-hal keseluruhan. Perbedaan antara kelompok
yang berpotensi besar menjadi problem sendiri dan “orang luar” ditetapkan di
solving kasus-kasus tersebut. dalam dan melalui konflik. Termasuk
kasus ini ialah konflik antara kelas,
Peristiwa intoleransi umat beragama
negara, kelompok, etnis, dan partai
kerap kali memanfaatkan identitas
politik. Dalam struktur sosial di mana
kolektif sebagai justifikasi kebenaran
terdapat mobilitas besar, permusuhan
atas aksi-aksinya. Atas hal itulah teori the
bersama di antara kelompok-kelompok
power of identity, Manuel Castells, relevan
kerap disertai dengan daya tarik strata
untuk membaca kasus intoleransi di kota
yang lebih rendah ke strata yang lebih
Bogor yang dimotori oleh kelompok atau
tinggi. Struktur seperti inilah yang
organisasi tertentu. Dalam teori tersebut
cenderung banyak memunculkan konflik
terdapat tiga istilah utama dari identitas
(Coser, 1957).
kolektif, yaitu legitimasi identitas,
identitas perlawanan, dan identitas Melalui teori tersebut, Coser
proyek. Teori Castells ini juga membaca menunjukkan bahwa suatu konflik
bagaimana sebuah identitas resistensi cenderung disfungsional hanya untuk
biasanya dibangun dengan menggunakan struktur sosial di mana sebenarnya
bahan-bahan yang diwariskan dari terdapat sikap toleransi di dalamnya,
sejarah, seperti mengatasnamakan Tuhan, atau karena adanya pelembagaan konflik
bangsa, etnisitas, dan lokalitas (Castells yang tidak memadai. Konflik yang sangat
et al., 2011). Hal tersebut meningkatkan intens mengancam dan “mencabik-cabik”
signifikansi terjadinya konflik sosial dan masyarakat, cenderung hanya muncul
organisasi sosial dunia dalam dekade dalam struktur sosial yang kaku. Jadi
terakhir dalam ruang publik bangsa. dapat dikatakan, apa yang mengancam
struktur sosial sebenarnya bukanlah
Penelitian ini juga menggunakan
konflik itu sendiri, melainkan sifat kaku
teori The function of social conflict, Lewis
dari individu atau kelompok yang ada
Coser. Coser dalam bab dua bukunya
pada struktur-struktor sosial tersebut.
membahas bagaimana konflik berfungsi
menjalankan dan mempertahankan
METODE
identitas kelompok. Menurut Simmel,
konflik menetapkan batas antar kelompok Metode penelitian yang digunakan dalam
dengan memperkuat kesadaran penelitian ini adalah metode penelitian
kelompok dan kesadaran keterpisahan kualitatif dalam bentuk studi kasus.
dari kelompok lain. Antagonisme timbal Subyek penelitian adalah umat beragama
balik antara kelompok melestarikan Kota Bogor. Dipilihnya kota Bogor dalam
perpecahan sosial dan sistem stratifikasi. kasus ini karena kota tersebut merupakan
“Kebalikan” timbal-balik ini sama-sama salah satu kota penyangga ibukota
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
288 Elma Haryani

Republik Indonesia; Jakarta, di samping telah berkembang menjadi 118.50 km2,


beberapa kota dan kabupaten yang lain dengan jumlah penduduknya 1.081.009
yang sering disingkat Bodetabek (Bogor, jiwa (2017). Kota Bogor terdiri dari enam
Depok, Tangerang dan Bekasi). Diantara kecamatan dengan 63 kelurahan. Secara
kota-kota penyangga itu, Bogor paling administratif, kota Bogor terdiri dari
sering disebut oleh media massa sebagai enam wilayah kecamatan, 31 kelurahan,
kota dengan tingkat kasus keagamaan 37 desa, 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT
yang paling tinggi. Kasus-kasus dan dikelilingi oleh wilayah-wilayah
keagamaan seperti sengketa GKI Yasmin berikut: sebelah utara berbatasan dengan
Bogor, penutupan Pesantren Ibnu Mas’ud kecamatan kemang, Bojong Gede, dan
dusun Jami, Sukajaya karena diduga Sukaraja, kabupaten Bogor. Sebelah timur
menjadi tempat penampungan anak- berbatasan dengan kecamatan Sukaraja
anak dari pelaku teroris, dan perkelahian dan kecamatan Ciawi, kabupaten
antar remaja dalam kasus Sahur On The Bogor. Sebelah barat berbatasan dengan
road (OTR), kesemuanya menjadi citra kecamatan Darmaga dan Ciomas,
dan gambaran akan adanya kompleksitas kabupaten Bogor. Dan sebelah selatan
keagamaan yang terjadi di wilayah berbatasan dengan kecamatan Cijeruk
itu. Citra tersebutlah yang kemudian dan kecamatan Caringin, kabupaten
memunculkan menambah label negatif Bogor (Kompas, 2017).
terhadap kota Bogor.
Bogor sendiri bermakna “enau”,
Pengumpulan data yang yang dapat diterjemahkan sebagai pusat
digunakan dalam penelitian adalah pendidikan dan riset pertanian nasioanl.
wawancara mendalam (in-dept Di kota tersebut beragam instansi serta
interview) dengan berbagai informan, balai riset pertanian serta biologi berdiri
penelusuran dokumen, dan focus group sejak era ke-19. Satu diantaranya adalah
discussion (FGD). Selain itu penelitian berdirinya Institut Pertanian Bogor (IPB)
ini menggunakan analisis dan yang dikenal sebagai universitas kelas
penafsiran terhadap fakta empirik yang tinggi yang fokus pada pertanian dan riset-
ditemukan di lapangan berdasarkan riset terkait dengannya (Ativeindonesia,
frame teori tertentu (Guba and Lincoln, 2017).
1998). Pengumpulan data di lapangan,
Mengutip data dari Tempo,
dalam hal ini di kota Bogor, Jawa Barat,
dalam perjalanan sejarah yang panjang,
dilaksanakan selama delapan hari.
kehidupan kota Bogor menjadikan
siapapun, berasal dari mana pun, dan
PEMBAHASAN beragama apapun, dapat menjadi orang
Kota Bogor dan Label Intoleransi Bogor. Keberadaan ratusan masjid,
gereja Katolik, gereja Protestan dan
Kota Bogor merupakan salah satu Vihara menjadi bukti keberagaman di
kota di provinsi Jawa Barat, yang kota Bogor (Tempo, 2017). Fakta sejarah
terletak 59 km sebelah selatan ibukota inilah yang semeskinya menjadi pelajaran
Indonesia, Jakarta. Kota Bogor berada dalam merawat keragaman di kota Bogor.
di tengah-tengah wilayah kota Depok Secara historis, kota tersebut memiliki
dan kabupaten Bogor. Dahulu luas potensi besar untuk mewujudkan
kota Bogor sebesar 21.56 km2, dan kini sikap hormat-menghormati antar satu
HARMONI Juli - Desember 2019
Intoleransi dan Resistansi Masyarakat Terhadap Kemajemukan: Studi Kasus Kerukunan Beragama
di Kota Bogor, Jawa Barat
289

keyakinan dengan keyakinan lain, dan dan Jamaah Gereja yang memprotes
antar satu agama dengan agama lain. penyegelan tersebut (Kompas, 2017).
Meskipun dalam konteks sekarang, sikap
Kedua, penutupan Pesantren Ibnu
tersebut terbilang sudah tidak murni lagi,
Mas’ud, Sukaya, Bogor. Ponpes Ibnu
dengan ditemukannya tindakan-tindakan
Mas’ud sempat digeruduk massa setelah
intoleransi di berbagai sudutnya.
seorang Ustaznya (guru) membakar
Beberapa kasus intoleransi di umbul-umbul Merah-Putih pada saat
kota Bogor menyebabkan kota ini peringatan HUT RI pada 17 Agustus 2017.
mendapatkan label negatif sebagai Guna meredam amarah massa, pihak
wilayah yang sarat akan pelanggaran hak pesantren, Kepala Desa Sukajaya, dan
asasi manusia (HAM). Label tersebut sejumlah pejabat Muspida Kabupaten
bukan hanya berskala nasional, namun Bogor pun berkumpul. Saat itu disepakati
juga internasional. Baik permasalahan perjanjian bahwa pondok pesantren
kecil atau besar, peristiwa intoleransi tersebut akan ditutup. Ponpes tersebut
sering kali muncul di daerah yang diberi batas waktu satu bulan atau
penduduknya cukup padat tersebut. sampai pada 17 September 2017 untuk
Berdasarkan laporan beberapa lembaga segera ditutup dari Kampung Jami;
penelitian yang dilakukan setiap tahun, salah satu kampung di Bogor. Warga
kota Bogor tercatat sebagai kota yang kampung tersebut protes karena Ponpes
banyak memiliki kasus intoleransi di Ibnu Mas’ud dinilai tidak menghormati
Indonesia. Selain kota Bogor, dua kota simbol dan bendera Negara Kesatuan
lainnya, yaitu Kuningan dan Tasikmalaya Republik Indonesia. Ponpes tersebut
juga tercatat sebagai kota-kota yang tergolong masih baru, dan didirikan pada
memiliki catatan intoleransi yang tinggi. tahun 2012. Sejak 2016, ponpes ini sering
didatangi pasukan Detasemen Khusus
Kasus-kasus yang membuat adanya
88 Antiteror Mabes Polri terkait aksi
label intoleransi terhadap kota Bogor
terorisme di sejumlah tempat (Dimuat
secara lebih rinci (hasil wawancara/FGD
juga dalam websit tievendo, 2017).
dengan para tokoh di Kota Bogor, 2018),
dapat disebutkan sebagai berikut: Ketiga, tawuran saat Sahur on the
Road. Momen sahur (makan malam
Pertama, kasus pelarangan pendirian
persiapan puasa) yang dilakukan di
GKI Yasmin Bogor. Kasus ini mencuat
jalanan atau dikenal Sahur On The Road
setelah terjadi penyegelan pembangunan
telah menimbulkan kerawanan sosial
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin
karena terjadi tawuran antar kelompok
di Kecamatan Bogor Barat, pada Kamis
pemuda dan telah menyebabkan luka
(11/3/2010). Penyegelan dilakukan
pada aparatur negara yang berusaha
karena pihak GKI tidak menghiraukan
menertibkan kegiatan Sahur tersebut.
teguran yang telah dilayangkan
Kejadian itu menjadi catatan tersendiri
Pemkot Bogor untuk menghentikan
terkait dengan sikap anarkhis terhadap
pembangunan, karena diduga terjadi
kelompok atau orang lain. Terjadinya
praktek administrasi pembangunan yang
tawuran dan penyerangan terhadap
berjalan tidak sesuai aturaan pemerintah
aparat negara telah menjadi indikator
setempat. Konflik terjadi antara warga
wajah masyarakat yang tidak ramah
Yasmin yang mendukung penyegelan
terhadap pihak lain.
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
290 Elma Haryani

Keempat, kristenisasi di acara Car sunda wiwitan, kaharingan, Mahesa Kuring,


Free Day. Kejadian ini terjadi di Sentul, Gafatar, membuat kasus intoleransi kerap
Bogor. Pada tanggal 2 November terjadi. Adanya keragaman tersebut
2014, terjadi mobilisasi warga muslim kerap kali memicu konflik keagamaan di
sebanyak 7 bus. Warga yang berangkat kota Bogor, meskipun kemudian dapat
diinformasikan untuk diajak jalan-jalan diselesaikan oleh tokoh-tokoh agama.
ke Jakarta dalam rangka menghadiri
Deretan konflik tersebut di ata
gelar budaya di Tugu Monas. Kegiatan
menjadikan kota Bogor dilabelkan
tersebut disinyalir didanai oleh seorang
sebagai kota intoleran. Kasus-kasus
warga Sentul City. Informasi berupa
kekerasan yang dilandaskan kepada
adanya upaya kristenisasi terhadap
agama tertentu membuat kota tersebut
warga yang ikut berangkat pada acara
tercitra sebagai kota yang tingkat
tersebut, mengakibatkan adanya reaksi
intoleransinya tinggi.
dari kalangan tokoh/pemuka agama
Islam setempat. Kegiatan gelar budaya
tersebut bertepatan dengan acara Car Free Melacak Akar Permasalahan Intoleransi
Day. Para pemuka agama Islam Kampung Kota Bogor
Karang Tengah, Babakan Madang, Sentul,
Setiap problem pastilah dilatarbelakangi
Bogor, yang dimotori oleh Mukti Ali
oleh akar masalah yang mengitarinya.
Abdul Goni (Pimpinan Pesantren Bina
Begitu juga dalam persoalan intoleransi
Ummat di Babakan Madang, Sentul,
di kota Bogor. Dari beberapa sumber
Bogor), mensinyalir adanya indikasi
yang berhasil penulis temui, ada beberapa
upaya kristenisasi terhadap warga
kondisi atau kesan yang menggambarkan
muslim Karang Tengah, Sumur Batu dan
kota ini sebagai kota intoleran. Anasir-
Bojong Koneng, Sentul.
anasir yang dimaksudkan dapat
Kegiatan yang cenderung berupa disebutkan sebagai berikut:
penyiaran agama dengan modus-modus
Pertama, kuatnya tekanan dari
seperti kasus tersebut dinilai tidak
kelompok intoleran. Sebagaimana
mengindahkan “Pedoman Penyiaran
ditegaskan oleh Komnas HAM (beritagar,
Agama” yang ditetapkan dalam SK
2017) Salah satu penyebab utama lahirnya
Menag No. 70 Tahun 1978 poin pertama
kebijakan yang melanggar KBB adalah
dan “Tata Cara Penyiaran Agama”
kuatnya tekanan dari kelompok intoleran
sebagaimana ditetapkan dalam SKB
yang tidak menghendaki keberadaan
Menag dan Mendagri No. 1 Tahun 1979
kelompok atau identitas keyakinan di luar
Pasal 4. Meskipun setelah diselidiki, Polres
dirinya untuk hidup bersama. Kelompok-
Kabupaten Bogor dalam menindaklanjuti
kelompok ini dapat berupa organisasi
laporan Mukti Ali melalui BAP
keagamaan maupun himpunan massa
menyatakan bahwa laporan tersebut
yang mengatasnamakan agama tertentu.
tidak cukup bukti dan merupakan “ada
Modus dan alasan yang digunakan
kesalahfahaman” semata.
kelompok-kelompok tersebut cukup
Dan kelima, adanya 47 aliran beragam, antara lain dengan melakukan
kepercayaan. Bermunculan banyak kasus demonstrasi, melobi pemangku
keagamaan yang dianggap tidak sesuai kebijakan, penggalangan opini publik,
dengan mainstream agama seperti: intimidasi langsung kepada kelompok

HARMONI Juli - Desember 2019


Intoleransi dan Resistansi Masyarakat Terhadap Kemajemukan: Studi Kasus Kerukunan Beragama
di Kota Bogor, Jawa Barat
291

korban, hingga tindakan kekerasan secara terhadap keadaaan. Sumber masalah


langsung. yang lain penyebab perilaku radikal
adalah penegakan humum yang lemah.
Kedua, kehadiran kebijakan pemerintah
Beberapa pelaku kriminal di Indonesia
daerah yang dipandang kurang relevan.
seperti koruptor sering mendapatkan
SETARA Institute, dalam penelitiannya
hukuman yang ringan atau malah
menyatakan bahwa peristiwa intoleran
bebas dari jeratan hukum. Hal ini
di kota hujan itu tidak dapat tertangani
mengakibatkan masyarakat merasa
dengan baik oleh pemerintah daerah
tidak malu melakukan perilaku kriminal
setempat karena Pemerintah sering
yang sama, karena menilai hukuman
mengambil sikap yang kurang relevan
kepada pelaku tindakan koruptor yang
dalam menyelesaikan persoalan. Misalnya
merugikan banyak masyarakat terbilang
saja peristiwa yang sering terulang
sangat ringan. Dua hal ini, yaitu disparitas
mengenai GKI Yasmin, dan pemfasilitasan
ekonomi yang melebar dan penegakan
kegiatan pertemuan anti Syiah yang
hukum yang lemah menjadi dua faktor
hendak dilakukan di Balai Kota Bogor.
munculnya perilaku radikal (PPIM, 2017).
Pemerintah daerah selalu hadir dalam
wajah satu arah, yaitu memihak yang Menurut Ali Fauzi ada enam isu
dominan. Inisiatif pemerintah dianggap utama yang sering melatari konflik-
selalu menfasilitasi kelompok-kelompok konflik agama, yang kadang tidak bisa
yang intoleran. Padahal idealnya tugas berdiri sendiri dan saling mempengaruhi
pemerintah adalah memahamkan antara satu dengan yang lainnya dan
masyarakat luas agar mereka bersikap bersifat tumpang-tindih satu sama lain
moderat, dan tidak memenuhi tuntunan (Fauzi, 2017);
mereka yang intoleran. Pemerintah
Pertama, Isu moral, mencakup antara
seharusnya memberikan porsi yang adil
lain isu-isu di seputar perjudian, minuman
dalam mementukan kebijakan kepada
keras (miras), narkoba, perbuatan asusila,
semua warganya, dan tidak memberikan
prostitusi, pornografi/pornoaksi. Isu-isu
kebijakan yang justru diskriminatif
moral lainnya seperti antikorupsi juga
terhadap satu kelompok tertentu, dengan
bisa dimasukkan ke dalam isu keagamaan
alasan apapun (cnnindonesia, 2015).
selama isu tersebut melibatkan kelompok
Dan ketiga, disparitas ekonomi dan keagamaan dan/atau dibingkai oleh para
lemahnya penegakan hukum (Supremasi aktor yang terlibat dalam slogan atau
Hukum). Laporan Pusat Pengkajian Islam ekspresi keagamaan.
dan Masyarakat (PPIM) tahun 2017
Kedua, Isu sektarian, yang melibatkan
menyebutkan bahwa prilaku intoleran
perseteruan terkait pemahaman ajaran
dan sikap radikal dalam beragama
dalam suatu komunitas agama maupun
ditemukan bahwa perilaku tersebut
status kepemimpinan dalam suatu
muncul disebabkan oleh kesenjangan
kelompok agama. Dalam Islam, misalnya,
ekonomi di kalangan masyarakat yang
kelompok Ahmadiyah adalah di antara
semakin melebar. Hal ini menyebabkan
kelompok kelompok agama yang kerap
munculnya suasana ketidakadilan
memicu berbagai insiden konflik.
yang dirasakan oleh warga masyarakat.
Sedangkan dalam komunitas Kristen,
Akibatnya ini, sebagian masyarakat
konflik kepemimpinan gereja HKBP
mulai mencari cara untuk memberontak
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
292 Elma Haryani

(Huria Kristen Batak Protestan) menjadi yaitu pemberdayaan umat beragama dan
contoh yang mewakili isu sektarian ini. pemberian rambu-rambu bagi upaya
pemeliharaan kerukunan umat beragama.
Ketiga, Isu komunal, yang melibatkan
Salah satu kebijakan strategis yang telah
perseteruan di antara komunitas agama
diambil pemerintah dalam memberikan
yang berbeda, seperti konflik Muslim-
rambu-rambu itu guna menjamin
Kristen di Poso, Sulawesi Tengah.
kebebasan beragama dan pemeliharaan
Isu seperti penodaan agama, seperti
kerukunan umat beragama ialah penerbitan
dalam kasus karikatur tentang Nabi
Peraturan Bersama Mentri (PBM) Agama
Muhammad, masuk ke dalam kategori
dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8
isu komunal ini.
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Keempat, Isu terorisme, yang terkait Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala
dengan aksi-aksi serangan teror dengan Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan
sasaran kelompok keagamaan atau hak Umat Beragama, Pemberdayaan Forum
milik kelompok keagamaan tertentu, Kerukunan Umat Beragama, dan
maupun serangan teror yang ditujukan Pendirian Rumah Ibadat. Sesuai judulnya,
terhadap warga asing maupun hak milik peraturan bersama atau biasa disebut PBM
pemerintah asing. Contohnya adalah ini mengatur tiga hal, yaitu: pertama, apa
pengeboman di Bali, yang dilakukan oleh tugas-tugas kepala daerah/wakil kepala
kelompok Imam Samudra, dan berbagai daerah dalam pemeliharaan kerukunan
serangan bom di Jakarta. umat beragama di daerahnya, termasuk
bagaimana kaitan tugas-tugas itu dengan
Kelima, Isu politik-keagamaan, tugas kepala daerah sebagaimana
yang melibatkan sikap anti terhadap diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004
kebijakan pemerintah Barat atau Tentang Pemerintahan Daerah; kedua,
pemerintah asing lainnya dan sikap amanat kepada pemerintah daerah untuk
kontra ideologi/kebudayaan Barat atau mendorong masyarakatnya agar segera
asing lainnya. Termasuk ke dalam isu membentuk Forum Kerukunan Umat
politik-keagamaan di sini adalah isu Beragama (FKUB) di setiap propinsi dan
penerapan Syariah Islam atau Islamisme, kabupaten/kota, dan menfasilitasi FKUB
serta pro-kontra menyangkut kebijakan itu agar dapat menjadi mitra pemerintah
pemerintah Indonesia yang berdampak dan dapat menjalankan fungsinya
pada komunitas keagamaan tertentu. sebagai katalisator aspirasi masyarakat;
Dan keenam, Isu lainnya, meliputi dan ketiga, memberikan rambu-rambu
isu subkultur keagamaan mistis seperti kepada pemerintah daerah dalam proses
santet, tenung dan sebagainya, maupun pemberian izin mendirikan bangunan
isu-isu lainnya yang tidak termasuk yang akan digunakan sebagai rumah
dalam 5 (lima) kategori sebelumnya. ibadat. Hal ketiga ini dipandang perlu
diatur, karena kehadiran suatu rumah
ibadat di tengah-tengah masyarakat, selain
Kebijakan Pemerintah Daerah Kota menjadi simbol keberadaan suatu umat
Bogor terkait Kerukunan
atau masyarakat pengguna rumah ibadat
Secara umum ada dua kebijakan itu, juga berdampak terhadap masyarakat
dasar pemerintah kota Bogor dalam sekitarnya dalam interaksi antar umat
pemeliharaan kerukunan umat beragama, beragama.
HARMONI Juli - Desember 2019
Intoleransi dan Resistansi Masyarakat Terhadap Kemajemukan: Studi Kasus Kerukunan Beragama
di Kota Bogor, Jawa Barat
293

Meskipun demikian masih ada golongan (Wawancara dengan para tokoh


sejumlah hal yang masih harus ditata agama di Bogor, Oktober 2018). Beberapa
ke depan. Isi PBM itu masih belum potensi di Kota Bogor yang dapat menjadi
tersosialisasikan secara baik dan merata peluang untuk membangung kesan
kepada masyarakat, termasuk juga kepada kota ini sesungguhnya punya potensi
jajaran pemerintahan daerah sampai moderasi beragama, seperti:
tingkat yang terbawah. Masalah lain lagi
Pertama, model desa sadar kerukunan.
yang muncul dalam pelaksanaan PBM ini
Model desa kerukunan yang dimaksud
ialah tindakan sebagian masyarakat yang
adalah desa Pabuaran, Gunung Sindur. Desa
terkadang terkesan mengambil langkah
ini dikenal sebagai desa yang rukun dan
sendiri dalam menegakkan pemberlakuan
damai antar umat beragama. Umat Islam,
PBM ini. Sikap seperti ini tentu saja
Kristen, Katolik, Buddha, Hindu Sikh
tidak selayaknya dilakukan, karena
dan Konghucu, hidup berdampingan.
pada satu sisi bersifat mengambil alih
Rumah ibadat mereka pun berdiri tanpa
tugas aparatur dan pada sisi lain bersifat
ada penolakan dari warga setempat.
pemaksaan pendapat atau penafsiran
Berdasarkan informasi dari Kementerian
suatu kelompok masyarakat mengenai
Agama Kabupaten Bogor, Desa Pabuaran
PBM itu kepada kelompok masyarakat
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
lainnya. Jalan keluarnya adalah
Bogor, adalah wilayah yang penduduknya
peningkatan sosialisasi PBM kepada
hidup rukun antar umat beragama, antara
masyarakat dan peningkatan kepekaan
Muslim, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu
aparatur pemerintah untuk merespon
bahkan Konghucu.
secara cepat setiap laporan dan masukan
dari masyarakat. Partisipasi masyarakat Di desa tersebut, etnis Tionghoa
dalam pemeliharaan kerukunan umat sudah lama mendiami daerah tersebut.
beragama Bagian penting lain yang Hubungan antara etnis Tionghoa,
menentukan tingkat kerukunan umat Sunda dan lainnya sudah sejak lama
beragama di Indonesia ialah sistem social terjalin. Bahkan dalam satu keluarga,
Indonesia dan partisipasi masyaraktnya, konon terdiri dari berbagai pemeluk
khususnya para tokoh dan umat agama. Selain itu, Masjid, Gereja, Pura,
beragama sendiri (Puslitbang, 2009). Vihara dan Klenteng terletak tidak
berjauhan satu sama lain. Desa Pabuaran
Moderasi Beragama: Upaya Mencari merupakan salah satu contoh desa yang
Model Kerukunan warganya beragam dalam agama namun
tetap dapat hidup rukun. Rumah ibadat
Sikap pemerintah dan tokoh masyarakat masing-masing agama dapat tegak tanpa
Kota Bogor dalam merespon label kota ada protes dari warga yang berlainan
paling tidak toleran sangat beragam. agama (Ismail, 2018).
Akan tetapi sebagian besar meyakini
bahwa semua itu karena berawal Desa Pabuaran relevan menjadi
dari framing media, over blow-up dan percontohan daerah kerukuan di kota
mengabaikan beberapa hal yang bisa Bogor. Kota tersebut memiliki potensi
dijadikan best practices di kota Bogor yang besar untuk membentuk kota yang
sebenarnya memiliki potensi besar dalam toleran, rukun dan damai antar warganya.
mewujudkan kerukunan antar berbagai Melihat desa Pabuaran tersebut, bukan

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2


294 Elma Haryani

hal yang sulit bahwa kota Bogor secara Yogyakarta pada 26-28 Januari 2018; dan
keseluruhan dapat menjadi kota yang peace train Indonesia 4 diadakan dengan
damai, rukun, dan berdampingan satu rute Jakarta-Bandung pada 23-25 Maret
sama lain antar pemeluk kelompok- 2018. Kegiatan tersebut diikuti oleh 35
kelompok yang ada. peserta dari berbagai agama yang berasal
dari Medan, Riau, Manado, Jabodetabek,
Kedua, inisiatif pembangunan
Bandung, Madura, dan Papua. Ahmad
kerukunan melalui kegiatan peace
Nurcholish sebagai Koordinator Studi
train. Peace train Indonesia merupakan
Agama dan Perdamaian Indonesian
program traveling lintas agama dengan
Conference on Religion and Peace (ICRP)
menggunakan kereta api menuju ke satu
mengatakan, peace train Indonesia ini
kota yang telah ditentukan. Kegiatan
didedikasikan bagi para pemuda dan
tersebut dilaksanakan dalam bentuk
berbagai agama untuk saling kenal,
mengunjungi komunitas agama-agama,
berinteraksi dan berbagi pengalaman
komunitas penggerak perdamaian,
sembari belajar bagaimana berperan serta
rumah ibadah, dan tokoh-tokoh yang
dalam membangun perdamaian di tanah
dianggap sebagai aktor penting toleransi
air. Hal lainnya adalah dalam rangka
dan perdamaian antaragama. Kegiatan
mempertemukan jaringan komunitas
ini dilakukakan dan difasilitasi tiga orang
lintas agama dari penggiat kebinekaan
yaitu Amok HT, Frangky Tampubolon,
dan perdamaian di Jawa Barat agar lebih
dan Ahmad Nurcholish yang merupakan
kuat dan strategis dalam menumbuhkan
penggagas program tersebut. Menurut
nilai dan sikap toleransi serta tergerak
Pdt. Frangky Tampubolon, terdapat dua
membangun perdamaian. (Pikiran
target penting dari program peace train
Rakyat, Maret 2018].
Indonesia; Pertama, kampanye menangkal
ujaran kebencian dan informasi bohong Kegiatan ini memiliki potensi
(hoaks). Dan kedua, kaderisasi masif besar untuk menggagas kota Bogor yang
bagi kelompok pemuda milenial untuk rukun dan hidup dalam berdampingan.
menjadi inisiator dan penggerak toleransi Dengan kegiatan yang arahnya adalah
dan perdamaian. Diharapkan anak- menciptakan toleransi dan perdamaian,
anak muda yang ikut program tersebut peace train menjadi harapan bagi kota
akan berproses untuk saling belajar, Bogor untuk mendayagunakan pemuda-
berbagi cerita, berdialog, bekerja sama, pemudinya yang melakukan kegiatan
mengelola perbedaan, berkampanye, dari tersebut untuk berperan aktif membangun
menuliskan pengalaman perjumpaan kerukunan dan perdamaian di kotanya.
dalam semangat kebersamaan dan
Ketiga, FKUB dan solidnya
persaudaraan.
ketokohan tokoh agama. Menurut salah
Peace train Indonesia sudah seorang penyuluh agama senior kota
diadakan untuk yang keempat kalinya. Bogor, konflik dan persoalan tentang
Sebelumnya, peace train Indonesia 1 kerukunan, seperti pelarangan pendirian
dilaksanakan di Jakarta-Semarang, yang rumah ibadah, diskriminasi, kebanyakan
digelar pada tanggal 15-17 September diselesaikan oleh tokoh-tokoh agama,
2017; peace train Indonesia 2 dilaksanakan bukan melalui local wisdom sebagaimana
di Jakarta-Surabaya pada 3-5 November daerah-daerah lain. Karena secara khusus,
2017; peace train Indonesia 3 di Jakarta- kota Bogor tidak memiliki local wisdom
HARMONI Juli - Desember 2019
Intoleransi dan Resistansi Masyarakat Terhadap Kemajemukan: Studi Kasus Kerukunan Beragama
di Kota Bogor, Jawa Barat
295

yang sebagaimana daerah lain yang adalah bagaimana cara FKUB Kota Bogor
dapat menjadi salah satu tawaran dalam bersinergi dengan pemerintah untuk
melerai konflik keagamaan (Wawancara mengatasi maupun mengantisipasi
DR. Taufiq, 15 Oktober 2018) berbagai konflik keagamaan yang
terjadi di Kota Bogor. Ketua FKUB Kota
Peran FKUB dalam peme-liharaan
Bogor, Chotib Malik menjelaskan, bahwa
kerukunan umat beragama sejatinya
dengan menjalin intensitas komunikasi
adalah peran masyarakat secara lebih
ke berbagai pihak dengan tujuan untuk
luas dan terdepan dalam pembangunan.
mempersatukan persepsi mealui dialog.
Sebagaimana ditegaskan di dalam
PBM, peme-liharaan kerukunan umat Pada sisi lain FKUB kota Bogor juga
beragama berarti upaya bersama sering menampung aspirasi dari ormas-
umat beragama dan Pemerintah di ormas setempat. Aspirasi yang telah
bidang pelayanan, pengaturan, dan ditampung itu kemudian disimpulkan
pemberdayaan umat beragama (Pasal dan segera disampaikan kepada
1 butir 2). Penyebutan kata ‘umat pemerintah daerah dalam hal ini kepada
beragama’ lebih dulu dari ‘Pemerintah’ Wali Kota Bogor untuk dijadikan bahan
tersebut di atas menunjukkan umat pertimbangan.
beragama (baca: masyarakat) memiliki
Untuk mengantisipasi konflik,
peran lebih besar daripada Pemerintah.
rekruitmen anggota FKUB diusahakan
Hal ini bukan suatu kebetulan, melainkan
terdiri dari orang-orang yang aktif di
dimaksudkan dan disadari betul oleh para
berbagai organisasi lain. Sehingga,
perumus naskah PBM tersebut. Peran
sekecil apa pun informasi mengenai
masyarakat yang lebih besar ini bukanlah
isu-isu sensitif pasti terdengar dan
sebagai bentuk lempar tanggung jawab
segera dilakukan pembahasan atau
Pemerintah seperti dituduhkan sebagian
langkah-langkah dari FKUB. FKUB
kalangan, melainkan sebagai bentuk
Kota Bogor sendiri baru saja mengikuti
pemberian ruang partisipasi yang luas
pertemuan seluruh FKUB se-Indonesia
bagi masyarakat untuk turut serta dalam
yang diadakan di Provinsi Bali (21-24
pembangunan di era reformasi yang
November 2018). Ketua Asosiasi Forum
diharapkan akan terbangunnya civil
Kerukunan Umat Beragama Indonesia
society yang kuat (Nur, 2014).
(AFKUBI), Ida Panglingsir Agung Putra
Sebagai salah satu contohnya, Sukahet (Bali) bersama Sekretarisnya,
Pemerintah Kota (Pemkot) dan Forum Dr. KH. Maratua Simanjuntak (Sumatera
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Selatan) mendeklarasikan lima point
Bogor pernah menerima kunjungan kerja penting, sebagai berikut:
dari FKUB dan Dewan Penasehat Kota
Pertama, bertindak menjadi
Bukit Tinggi. Tujuan kedatangan mereka
yang terdepan dan bersama segenap
ingin mengetahui cara Kota Bogor dalam
komponen bangsa membangun dan
menangani dan mengantisipasi konflik
merawat kerukunan nasional demi tetap
keagamaan. Dengan kata lain FKUB
tegaknya Negara Kesatuan Republik
Kota Bogor dianggap memiliki kapasitas
Indonesia berdasarkan Pancasila, UUD
yang lebih dalam menyelesaikan konflik
Negara Republik Indonesia tahun 1945,
berbasis agama yang terjadi di Bogor.
dan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal
Hal pertama yang ingin mereka tanyakan
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
296 Elma Haryani

Ika. Kedua, AFKUBI menyatakan siap sangat besar di kota Bogor, khususnya
berperan aktif mensukseskan Pemilu dalam perhatian daerah dan intervensi
2019 dalam setiap tahapannya, sesuai program. Peran pemerintah sebagai
peraturan perundang-undangan yang penjaga dan pemelihara Kerukunan
berlaku. Umat Beragama adalah peran paling vital
yang memberi pengaruh signifikan dalam
Ketiga, mendukung setiap
KUB. Melalui intervensi dengan program
kampanye yang mengedepankan visi,
ataupun melalui regulasi. Sebelum
misi, dan program pembangunan yang
berapa program yang intervensif ada
realistis dan mampu mensejahterakan
baiknya mengenal jenis penyebab konflik
rakyat Indonesia. Keempat, AFKUBI
berbasis keagamaan. Kategorisasi ini
menolak segala bentuk penyebaran
memudahkan analisis dan komunikasi.
berita bohong/hoax dan ujaran kebencian
yang berpotensi menimbulkan konflik Lalu bagaimana seyogyanya konflik
dan kekacauan bangsa. Dan terakhir berlatarbelakang agama ditangani di
yang kelima, menolak segala bentuk Indonesia? Rizal Panggabean (2014)
kampanye dengan cara politik uang, menyebutkan ada tiga pendekatan
mengeksploitasi isu SARA yang sangat atau model utama dalam penanganan
berpotensi memecah belah persatuan dan konflik keagamaan, yaitu: (1) pendekatan
kesatuan bangsa. berbasis kekuatan dan kekuasaan (power-
based), (2) pendekatan berbasis hak
Deklarasi pemilu damai ini
(rights-based), dan (3) pendekatan berbasis
digaungkan untuk mengawal suksesnya
kepentingan (interest-based) (Panggabean
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,
and Asfinawati, 2014).
DPR, DPD, dan DPRD tahun 2019,
dan berharap besar pemilu ini mampu Dari pendekatan di atas maka
melahirkan pemimpin-pemimpin terbaik beberapa konflik keagamaan di kota
bangsa. Forum tersebut melibatkan Bogor kurang lebih dapat diatasi dengan
pengurus FKUB Provinsi se-Indonesia, intervensi program dan regulasi sebagai
kelompok penghayat Ketuhanan Yang berikut;
Maha Esa, Majelis Luhur Kepercayaan
Pertama, program Harmony fun walk
terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
10 (10 Januari 2018). Bentuk intervensi
Kemendikbud, Kemenko PMK,
program tersebut ialah berupa kegiatan
Kemenag, Kemendagri, serta Badan
seperti Gerak Jalan Kerukunan dari
Pembina Ideologi Pancasila yang dihadiri
berbagai agama. Kegiatan tersebut
oleh Syamsul Maa’rif dan Dr. Abdul Latif
dibuatkan regularnya oleh Kementerian
Bustami (posbali.id, 2019).
Agama.
Untuk memperkuat potensi yang
Kedua, mengaktifkan kembali FKUB.
ada pada FKUB kota bogor, pemerintah
Intervensi ini berupa kegiatan Forum
meski memperhatikan dan sekaligu
Kerukunan Umat Beragama angkatan II
mengawasi FKUB tersebut dalam
tingkat Kota Bogor tahun 2017 dengan
menciptakan dan merawat kerukunan di
tema “Melalui Penyelenggaraan Kerukunan
kota tersebut. Setidaknya ada beberapa
Umat Beragama Mari Kuatkan Pondasi
hal untuk menjaga eksistensi dan
Keimanan Demi Persatuan dan Kesatuan
mengembangkan peran FKUB yang

HARMONI Juli - Desember 2019


Intoleransi dan Resistansi Masyarakat Terhadap Kemajemukan: Studi Kasus Kerukunan Beragama
di Kota Bogor, Jawa Barat
297

Bangsa”. Kegiatan ini tentu saja dalam gereja seperti GKI Pengadilan Bogor
rangka mengantisipasi, mengeliminir, dan Gereja Katedral. Di setiap gereja
dan mendeteksi permasalahan bernuansa ia dikunjungi, ia meminta jemaah agar
agama yang menimbulkan konflik sosial mendoakan agar kota Bogor senantiasa
antar umat beragama (Wawancara dilindungi Tuhan serta warganya diberi
Kesbangpol, 2018). kekuatan untuk menjaga kebersamaan
dan persatuan. Karena menurutnya,
Adapun Tujuan diselenggara-
keberagaman adalah keniscayaan, dan
kannya kegiatan ini yakni untuk
perbedaan adalah keharusan. Oleh
meningkatkan toleransi di dalam
sebab itu persatuan dan kebersamaan
kehidupan masyarakat, terutama
haruslah selalu dijaga secara bersama-
kebebasan memeluk dan beribadah
sama. Dalam kuncjunaggnya itu, sembari
sesuai ajaran agama dan kepercayaannya
mengucapkan selamat Natal bagi umat
masing-masing. Kegiatan ini diharapkan
yang merayakannya, Walkot berharap,
tercipta suasana yang kondusif di
agar Natal tahun ini dapat membawa
Kota dan kabupaten Bogor, sekaligus
kedamaian bagi semua.
mengaktifkan kembali Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB),”
SIMPULAN
Ketiga, pemerintah Kota Bogor, Jawa
Barat menggelar sosialisasi Peraturan Dari kajian ini dapat digarisbawahi
Bersama Menteri Agama dan Menteri beberapa kesimpulan yang menarik.
Dalam Negeri (PBM2) nomor 8 dan 9 Pertama, Kota Bogor dilabelkan sebagai
tahun 2006 tentang Kerukunan Umat kota intoleran selain karena kota ini
Beragama, dibuka oleh Walikota Bogor sebagai penyangga ibukota negara di
(Usmar Hariman, 2018). Bentuk intervensi mana banyak warga urban dengan
ini berupa pemahaman terus menerus berbagai warnanya, juga karena produk
yang diberikan pada masyarakat dalam dari pemberitaan yang terkadang dilebih-
konteks sosialisasi, silaturahmi dan ini lebihkan. Kedua, ada memang beberapa
dianggap sangat penting, agar masyarakat kasus yang terkesan intoleran seperti
mendapatkan pemahaman kerukunan penyegelan GKI Yasmin, penutupan
yang semakin melekat. Karena Forum pesantren Ibn Mas’ud, sahur on the road,
ini adalah forum dari lembaga yang kristenisasi dalam acara car free day dan
strategis sebagai wadah komunikasi antar beragamya agama, aliran serta keyakinan
umat dan pemerintah dalam menjaga yang sering memunculkan konflik
hubungan masyarakat dengan belakang antar golongan. Ketiga, Faktor penyebab
agama yang beragam. Dalam sosialisasi adanya kasus intoleransi karena masalah
itu dihadiri seluruh pengurus Forum pemahaman agama yang menganggap
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dari orang lain (the other) sebagai orang
berbagai wilayah di Kota Bogor. yang boleh dijatuhi kekerasan. Konflik
intoleransi di kota Bogor selalu dilakukan
Dan keempat, Wali Kota Bogor Bima oleh sekelompok massa atau organisasi
Arya Sugiarto melakukan pantauan masyarakat. Keempat, Namun kasus-kasus
keamanan ke sejumlah gereja-gereja di tersebut intoleransi sesungguhnya dapat
Kota Bogor (24-12-2017). Bentuk intervensi diselesaikan dengan adanya peran para
ini adalah Walkot mendatangi gereja- tokoh dan sebagian peraturan pemerintah

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2


298 Elma Haryani

setempat. Kota Bogor memiliki potensi dan panjang untuk pengarusutamaan


menjadi kota toleran karena memiliki toleransi. Dan keempat, harus adanya
beberapa medium untuk mencapainya, penguatan moderasi beragama
seperti model desa kerukunan di Pabuaan, dalam bentuk yang relevan dengan
kegiatan peace train, dan peran FKUB. masyarakatnya.

REKOMENDASI UCAPAN TERIMA KASIH

Ada beberapa rekomendasi yang dapat Pada akhir tulisan ini, penulis hendak
diajukan dalam tulisan penelitian ini, mengucapkan terima kasih kepada
yaitu: Pertama, penting membuat medium pihak-pihak yang telah berkontribusi
yang banyak untuk memberi ruang-ruang membantu terselesaikannya penelitian
perjumapaan bagi kerukunanan umat dan penulisan paper ini. Pertama terima
bergama, dan itu harus diinisiasi oleh kasih kepada seluruh informan di kota
pemeritah dan masyarakat sendiri. Kedua, Bogor yang telah memberikan informasi
sebaiknya tantangan yang ada harus terkait intoleransi dan kemajemukan di
dijadikan pemicu untuk menggeser hal kota Bogor. Penulis juga menyampaikan
negatif menjadi hal yang positif, dan itu terima kasih kepada Mitra Bestari dan
harus dikembangkan oleh semua elemen Pengelola Jurnal Harmoni, Puslitbang
masyarakat. Bimas Agama dan Layanan Keagamaan,
Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Ketiga, Pemerintah Kota Bogor
Agama RI, yang telah memberikan
idealnya harus lebih banyak membuat
catatan dan kritik hingga tulisan ini bisa
program-program jangka pendek
diterbitkan pada edisi kali ini.

DAFTAR ACUAN

Castells, M. et al. (2011) ‘The Power of Identity’, in The Information Society and the Welfare
State. doi: 10.1093/acprof:oso/9780199256990.003.0006.
Coser, L. A. (1957) ‘Social Conflict and the Theory of Social Change’, The British Journal of
Sociology. doi: 10.2307/586859.
Fauzi, I. A. (2017) Kebebasan, Toleransi dan Pluralisme; Riset dan Kebijakan Agama di Indonesia.
Jakarta: PUSAD Paramadina.
Guba, E. and Lincoln, Y. (1998) ‘The landscape of qualitative research theories and
issues’, in Competing paradigms in qualitative research.
Juergensmeyer, M. (1997) ‘Terror mandated by god’, Terrorism and Political Violence. doi:
10.1080/09546559708427400.
Muntafa F, Ulum, R. and Daulay, Z. (2017) Indeks Kerukunan. Jakarta: Balitbang Kemenag
RI.
Naharong, A. M. (2007) ‘Teologi Kekerasan: Pandangan Jihad Muhammad ’Abd Al-
Salam Faraj dan Imam Samudra’, Falsafah, 1(1).

HARMONI Juli - Desember 2019


Intoleransi dan Resistansi Masyarakat Terhadap Kemajemukan: Studi Kasus Kerukunan Beragama
di Kota Bogor, Jawa Barat
299

Nur, M. N. (2014) Penistaan Agama dalam Perspektif Pemuka Agama Islam. Jakarta: Balitbang
Kemenag RI.
Panggabean, S. R. and Asfinawati (2014) ‘Mengelola Keragaman dan Kebebasan
Beragama di Indonesia: Refleksi atas Beberapa Pendekatan Advokasi’, in CRCS
(ed.) Yogyakarta.
Puslitbang, T. (2009) Peran Strategis Peraturan Bersama Menteri (PBM). Jakarta: Balitbang
Kemenag RI.
Rianti, D. I. (2018) ‘Kerjasama Pemda, Polres dan Korem 061/SK Bogor dalam Pencegahan
Prpoaganda Ideologi Radikal di Kabupaten Bogor tahun 2015-2016’, Prodi Perang
Asimetris, 4(1), pp. 45–63.
Sirait, B. C. (2019) ‘Ancaman Diskriminasi Minoritas dan Hilangnya Multikulturalisme
di Indonesia: Studi kasus Penutupan GKI Yasmin Bogor’, Jurnal Ilmu Politik, 10(2),
pp. 28–45.
Suryowati, E. (2017) Jemaat Minta Jokowi Segera Buka GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia,
Kompas.com.

Wawancara:
H.Ma’sum, Kasubag TU Kemenag Kota Bogor
Ujang supriyatna (kasi Penais)
Hasan Sajili, Pegawai TU
Dr. Maroji Surakerti, Ketua FKUB Kota Bogor
DR KH. Mupriyadi, Ketua MUI Kota Bogor,

Website:

www.kompas.com
www.pospabli.com
www.ativeiindonesia.com
www.tempo.com.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2

You might also like