Professional Documents
Culture Documents
Distribusi Spasial Komunitas Makrozoobentos Di Sun
Distribusi Spasial Komunitas Makrozoobentos Di Sun
Distribusi Spasial Komunitas Makrozoobentos Di Sun
net/publication/349976014
CITATIONS READS
0 54
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Asep Sahidin on 01 June 2021.
DEPIK
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
Journal homepage: www.jurnal.unsyiah.ac.id/depik
AR T IC L E I NFO AB ST RA CT
Keywords: Reservoir inlet. The Cilalawi River receives pollutant from households, as well as agriculture around the river. Utilization of the
Distribution river as a waste disposal site is the impact of community activities on the environment that causes changes in environmental factors
Makrozoobenthos that will adversely affect the life of aquatic organisms. This research aims to map the spatial distribution of macrozoobenthos
Cilalawi River community along the Cilalawi River. This research was conducted from March-May 2019. The research method used a survey
Jatiluhur method by taking water and macrozoobenthos samples along the Cilalawi River. Data collection techniques using purposive
Pollutant sampling by setting 4 stations and four times sampling every two weeks. Based on the observation location, composition at station 1
consisted of 3 classes and 12 species of macrozoobenthos. The composition at station 2 consists of 3 classes and 10 species.
Composition at station 3 consists of 3 classes and 16 species and composition at station 4 consists of 2 classes and 7 species. The
difference in species deficit value at each station is different, this is influenced by physical and chemical parameters according to
conditions around the aquatic environment. The index of diversity in the Cilalawi River ranges from 1,59 – 2,94 and the
Uniformity Index of the Cilalawi River ranges from 0,2 to 0,9. The distribution pattern of makrozoobentos in the waters of the
Cilalawi River based on the Morisita Index is uniform and grouped at station 1 to station 4
AB ST RA K
Sungai Cilalawi merupakan salah satu anak Sungai Citarum yang menjadi inlet Waduk Jatiluhur. Sungai Cilalawi
Kata kunci: menerima buangan limbah yang berasal dari rumah tangga, serta pertanian yang berada di sekitar aliran sungai.
Distribusi Pemanfaatan Sungai untuk pembuangan limbah merupakan dampak dari aktivitas masyarakat terhadap
Makrozoobentos lingkungan yang menyebabkan perubahan faktor lingkungan yang akan berakibat buruk bagi kehidupan
Sungai Cilalawi organisme air. Riset ini bertujuan untuk memetakan distribusi spasial makrozoobentos di sepanjang aliran
Jatiluhur Sungai Cilalawi. Riset ini dilakukan dari bulan Maret –Mei 2019. Metode riset menggunakan metode survey
Bahan Pencemar yaitu dengan cara melakukan pengambilan sampel air dan sampel makrozoobentos di sepanjang Sungai Cilalawi.
Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling dengan menetapkan 4 stasiun dan empat kali
pengambilan sampling setiap dua minggu sekali. Berdasarkan lokasi pengamatan secara komposisi di stasiun 1
terdiri dari 3 kelas dan 12 spesies makrozoobentos. Komposisi di stasiun 2 terdiri dari 3 kelas dan 10 spesies.
Komposisi di stasiun 3 terdiri dari 4 kelas dan 16 spesies dan komposisi di stasiun 4 terdiri dari 2 kelas dan 7
spesies. Perbedaan nilai spesies defisit pada masing – masing stasiun berbeda, hal ini dipengaruhi oleh parameter
fisik dan kimiawi sesuai kondisi di sekitar lingkungan perairan tersebut. Indeks keanekaragaman di Sungai
Cilalawi berkisar 1,59 – 2,94 dan Indeks Keseragaman berkisar 0,2 – 0,9. Pola distribusi makrozoobentos di
perairan Sungai Cilalawi berdasarkan Indeks Morisita adalah seragam dan berkelompok di stasiun 1 hingga
DOI: 10.13170/depik.9.2.14676 stasiun 4.
Cilalawi River is one of the
tributaries of the Citarum River
which becomes the Jatiluhur
* Corresponding author.
Email address: hanaseptiani17@gmail.com
dilihat pada Tabel 1. Parameter kimiawi yang stasiunnya, dengan kisaran nilai 0-96 ind/m2. Hasil
diamati selama penelitian adalah parameter Derajat perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.
Keasaman (pH), DO dan BOD. Hasil pengukuran Indeks keanekaragaman dan keseragaman
dapat dilihat pada Tabel 2. Parameter substrat Indeks keanekaragaman di Sungai Cilalawi
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. berkisar 1,59 – 2,94 dan Indeks keseragaman
Kelimpahan berkisar 0,2 – 0,9 dapat dilihat pada Gambar 3.
Kelimpahan makrozoobentos yang ditemukan
selama riset bervariasi pada masing - masing
Anentome Helena 0 0 11 0
Indoplanorbis exustus 0 0 4 0
Plisbryoconch exilis 0 0 15 0
Somanniathelphusa sp 0 7 4 0
86 256 337 55
Kedalaman adalah salah satu yang mempengaruhi menunjang komunitas makrozoobentos berkisar
keberadaan organisme perairan, dimana semakin antara 4–6 mg/l. Dilihat dari kisaran nilai tersebut,
dalam maka semakin sedikit organisme yang Sungai Cilalawi memiliki konsentrasi oksigen yang
ditemukan (Rizal et al., 2013) baik karena sudah memenuhi kebutuhan minimal
Arus menjadi salah satu faktor pembatas yang okigen terlarut untuk baku mutu air kelas II
penting dalam penyebaran makrozoobentos (Fadli menurut PP No 82 tahun 2001 yaitu >4 mg/l.
at el., 2012) Kecepatan arus di Sungai Cilalawi Nilai BOD di Sungai Cilalawi selama penelitian
memiliki rentang berkisar 0,375-1,5 m/s. Stasiun 1 berkisar 2,53 – 4,49 mg/l. Nilai BOD terendah
memiliki kecepatan arus yang cepat yaitu 0,5-1,125 terdapat di Stasiun 1 hal ini dikarenakan masih
m/s. Stasiun 2 memiliki kecepatan arus 0,375-0,4 sedikitnya aktivitas manusia di stasiun 1 sehingga
m/s, stasiun 3 memiliki rentang nilai kecepatan arus bahan organik yang terdapat di stasiun 1 masih
berkisar 0,75-0.9 m/s dan stasiun 4 memiliki rendah. Nilai BOD tertinggi terdapat di stasiun 3 hal
kecepatan arus 0,5-1,5 m/s. Kedalaman memiliki ini disebabkan karena stasiun 3 sudah menerima
hubungan dengan kecepatan arus sungai. bahan cemaran yang berasal dari limbah domestik.
Kedalaman terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu Adanya perbedaan nilai BOD di setiap stasiun
berkisar 34,5 – 38 cm dengan kedalaman yang disebabkan oleh perbedaan bahan pencemar yang
dangkal, kuat arus di stasiun 1 cepat yaitu berkisar masuk ke badan Sungai Cilalawi. Menurut PP no 82
pada 0,56 – 1,125 m/s. tahun 2001 batas baku mutu air untuk BOD adalah
Berbeda dengan stasiun 2 yang memiliki 3 mg/l di lihat dari indikasi tersebut, stasiun 1 masih
kedalaman yang lebih dalam berkisar 47 – 101 cm dinyatakan sebagai stasiun yang memiliki nilai BOD
memiliki kecepatan arus yang lebih lambat yaitu yang masih dapat ditolelir sedangkan stasiun 2, 3
berkisar 0,375 – 0,4 m/s. Stasiun 3 dengan dan 4 telah melebihi ambang batas. Menurut
kedalaman berkisar 45 – 78 cm memiliki kecepatan Ridwan et al. (2016) kehidupan makrozoobenthos
arus berkisar 0,75 – 0,9 m/s dan stasiun 4 memiliki dapat bertahan jika kandungan oksigen terlarut
kedalaman berkisar 44 - 63,5 cm dengan kecepatan minimum sebanyak 5 mg/l.
arus yang cepat yaitu berkisar 0,5 – 1,5m/s. Pengamatan terhadap karakteristik fisik dan
Makrozoobentos tidak menyukai arus yang deras kimiawi substrat dalam hubungannya dengan
dapat mengikis kandungan nutrisi dan mengurangi distribusi spasial makrozoobentos sangat penting
suplai makanan bagi makrozoobentos . Selain itu, dilakukan karena substrat perairan merupakan
tingginya kecepatan arus juga berpengaruh terhadap habitat bagi hewan dan tumbuhan air yang hidup di
banyaknya oksigen terlarut dalam air (Wardani, dasar perairan (Yunitawati et al., 2012). Dari ke 4
2012). stasiun penelitian hanya dua stasiun yang
Derajat Keasaman (pH) di Sungai Cilalawi substratnya di analisis yaitu stasiun 2 dan stasiun 3
berkisar pada rentang 6,02 sampai 7,85 nilai pH sementara stasiun 1 dan stasiun 4 hanya dilakukan
tersebut di nilai masih aman dan di bawah ambang pengamatan secara visual dikarenakan substratnya
batas sehingga masih aman untuk kelangsungan yang berbatu dengan ukuran besar. Stasiun 2 dan 3
hidup biota di Sungai Cilalawi khusunya memiliki nilai konsentrasi C-organik sebesar 0,22
makrozoobentos. Nilai pH di setiap stasiun dan 0,16% yang tergolong sangat rendah.
cenderung sama tidak ada perbedaan di ke empat Rendahnya bahan organik yang terdapat pada
stasiun yang menunjukan nilai pH yang cenderung substrat di stasiun 2 dan 3 di sebabkan oleh jenis
netral mendekati 7. Menurut hasil penelitian Asry et substrat yang berupa pasir dan berkerikil Substrat
al. (2014) yang menyatakan bahwa komunitas pasir memiliki konsentrasi bahan organik yang
makrozoobentos mampu hidup pada kisaran pH 7– rendah dan mudah terpecah ikatannya dibandingkan
8 sehingga sesuai dengan keadaan pH di Sungai substart lumpur dan liat (Sahidin dan Wardianto,
Cilalawi. 2016). Stasiun 2 dan stasiun 3 memiliki nilai N total
Konsentrasi oksigen terlarut (DO) di Sungai sebesar 0,02% yang termasuk kategori rendah. Nilai
Cilalawi berkisar pada nilai 5,2 hingga 8,2mg/l. C/N stasiun 2 dan dan stasiun 3 memiliki nilai yang
Stasiun 1 memiliki nilai DO sebesar 6,5 - 7,9 mg/l, sedang yaitu berkisar 9 – 11. Menurut Badan
stasiun 2 memiliki kisaran DO sebesar 5,2 - 8,8 Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011),
mg/l, stasiun 3 memiliki nilai DO sebesar 6,3 - 8,9 Nisbah C/N yang baik adalah berkisar 15-20.
mg/l dan stasiun 4 memiliki nilai DO sebesar 6,02 -
8,5 mg/l. Berdasarkan hasil penelitian Marpaung
(2013) menyatakan bahwa kisaran DO perairan yang
169
Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
Suminar et al. (2020) Volume 9, Number 2, Page 164-172
170
Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
Suminar et al. (2020) Volume 9, Number 2, Page 164-172
Menurut Indriyanto (2010) menyatakan bahwa spesies dilihat dari presentase dan nilai yang positif
indeks keanekaragaman dan keseragaman memiliki (+) penurunan jumlah spesies distasiun ini
keterkaitan. Angka indeks keanekaragaman (H’) dikarenakan distasiun 2 telah masuknya bahan
yang semakin tinggi memungkinkan rendahnya pencemaran dari limbah irigasi sawah yang
indeks keseragaman karena keragaman dalam setiap menyebabkan menghilangnya spesies intoleran yang
komunitas berbeda dan tidak seragam. Berdasarkan ada di stasiun 1.
hasil dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa Begitupula pada stasiun 3 dan 4 yang telah
makrozoobentos di Sungai Cilalawi kurang tersebar mengalami penurunan kualitas perairan sehingga
secara luas terlihat dari indeks keanekaragaman yang makrozoobentos intoleran hilang dan munculnya
sedang dan indeks keseragaman yang cukup tinggi spesies toleran. Adanya perbedaan nilai spesies
yang menandakan penyebaran kurang merata dari defisit salah satunya di sebabkan oleh perbedaan
setiap spesiesnya. kedalam di setiap stasiun. Stasiun 1 dengan stasiun 4
Indeks similaritas dan spesies defisit memiliki ke dalaman yang berbeda sehingga nilai
Nilai indeks similaritas di Sungai Cilalawi berkisar indeks spesies defisit rendah. Berdasarkan spesies
7,9% – 16,80%. Nilai ini menunjukan bahwa spesies defisit yang tinggi dan indeks similaritas yang rendah
di setiap stasiun memiliki ke samaan yang rendah di bawah 50% menandakan bahwa terjadi perbedaan
karena persentasenya di bawah 50%. Cluster Indeks struktur komunitas di setiap stasiun yang dapat
Similaritas dapat dilihat pada Gambar 4, terdapat 2 dikatakan bahwa distribusi makrozoobentos di
cluster yaitu cluster pertama stasiun 1, 2 dan 3 dan Sungai Cilalawi tidak tersebar secara luas.
stasiun 4 berada di cluster 2. Dari gambar tersebut Indeks dispersi morisita
dapat dilihat bahwa stasiun 2 dan stasiun 4 memiliki Indeks morisita makrozoobentos pada semua
kesamaan yang paling dekat dibandingkan dengan stasiun riset berkisar 0–4. Nilai indeks ini
stasiun lainnya, namun persentasenya masih di menunjukkan bahwa makrozoobentos yang
bawah 50% (Tabel 5) sehingga kesamaan diantara didapatkan pada perairan Cilalawi terdapat pola
kedua stasiun tidak terlalu sama. Nilai indeks sebaran seragam dan mengelompok. Pola sebaran di
similaritas terendah terdapat pada stasiun 3 dengan stasiun 1 berkisar 0,9 - 4, nilai tersebut menunjukan
stasiun 4 dengan nilai similaritas 7,9% (Tabel 5). pola sebaran yang seragam dan mengelompok. Pola
Hal ini menandakan bahwa adanya perbedaan sebaran pada stasiun 2 berkisar 0 – 4, nilai tersebut
dari spesies – spesies yang ada di stasiun 3 dengan menunjukkan pola sebaran seragam dan pola
stasiun 4. Nilai indeks similaritas stasiun 1 dengan sebaran berkelompok, Pola sebaran pada stasiun 3
stasiun 3 memiliki nilai 16,5% (Tabel 5) hal ini berkisar 0,0 – 4, nilai tersebut menunjukkan pola
menandakan bahwa spesies di stasiun 1 dengan sebaran seragam dan pola sebaran berkelompok.
stasiun 3 memiliki kesamaan yang rendah. Nilai Pola sebaran di stasiun 4 berkisar 0,7 - 4, nilai
Indeks similaritas yang rendah dapat di lihat pada tersebut menunjukan pola sebaran yang seragam
stasiun 2 dan stasiun 4 dimana rentang nilainya dan pola sebaran berkelompok. Pola sebaran
berkisar 8,60% (Tabel 5). Adanya perbedaan nilai seragam merupakan hasil dari adanya interaksi
indeks similaritas dapat di pengaruhi oleh beberapa negatif antar individu, misalkan adanya kompetisi
faktor seperti kualitas fisik dan kimiawi perairan dan atas makanan dan ruang tumbuh. pola penyebaran
substrat dasar perairan. seragam jarang terdapat pada populasi alami yang
Dalam penentuan pendugaan adanya tingkat mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi
pencemaran di Sungai Cilalawi selain dilihat dengan penjarangan akibat kompetisi antara individu yang
Indeks similaritas dapat dilihat juga dari indeks mendorong pembagian ruang hidup yang sama
spesies defisit. Spesies defisit cocok digunakan (Nurhikmayani, 2013). Pola distribusi mengelompok
untuk melihat beban cemaran yang dapat menunjukan spesies-spesies tidak selalu ditemukan
menghilangkan organisme pada bagian hilir sungai pada setiap stasiun pengamatan atau mempunyai
(Putra et al., 2012). Nilai indeks spesies defisit di kepadatan yang berfluktuasi cukup besar. Pola
Sungai Cilalawi berkisar 0 – 200%. Nilai spesies distribusi mengelompok ditentukan oleh respon dan
defisit tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan pola adaptasi organisme terhadap perubahan
stasiun 3. Tingginya nilai spesies defisit menandakan kualitas habitat. Kualitas habitat tersebut
bahwa adanya perbedaan struktur komunitas di dipengaruhi oleh parameter fisik dan kimiawi serta
kedua stasiun. Nilai spesies defisit terendah terdapat kelimpahan sumber makanan bagi makrozoobentos.
pada stasiun 1 dan stasiun 2. Pada stasiun 1 dengan Pola distribusi biota dipengaruhi oleh tipe habitat
2 dan 1 dengan 4 dapat dilihat penurunan jumlah yag meliputi faktor fisik-kimia perairan serta
171
Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan
Suminar et al. (2020) Volume 9, Number 2, Page 164-172
makanan dan kemampuan adaptasi dari suatu biota Iswanti, S., S. Ngabekt, N.K.T. Martuti. 2012. Distribusi dan
keanekaragaman jenis makrozoobentos di Sungai Damar Desa
dalam sebuah ekosistem. Weleri Kabupaten Kendal. Jurnal Life Science, 1(2): 86-93.
Marpaung, A.A. 2013. Keanekaragaman makrozoobenthos di
Kesimpulan ekosistem mangrove silvofishery dan mangrove alami kawasan
ekowisata Pantai Boe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
Berdasarkan penelelitian yang telah dilaksanakan, Jurnal Bonorowo Wetlands, 4(1): 1-11.
dapat di simpulkan bahwa distribusi Minggawati, I. 2013. Struktur komunitas makrozoobentos di perairan
makrozoobentos di Sungai Cilalawi terdiri dari 4 Rawa Banjiran Sungai Rungan, Kota Palangka Raya. Jurnal Ilmu
Hewani Tropika, 2(2): 64-67.
kelas , 3 filum dan 20 spesies makrozoobentos. Nurhikmayani. 2013. Pola penyebaran individu dalam populasi.
Stasiun 1 terdiri dari 3 kelas, 8 genera dan 12 spesies Laboratorium Ilmu Lingkungan Dan Kelautan Jurusan Biologi
makrozoobentos. Stasiun 2 terdiri dari 3 kelas, 6 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Hasanudin. Makasar.
genera dan 10 spesies makrozoobentos. Stasiun 3 Pratiwi, R., O. Astuti. 2011. Biodiversitas Krustasea(Decapoda,
terdiri dari 3 kelas, 12 genera dan 16 spesies Brachyura, Macrura) dari ekspedisi Perairan Kendari. Jurnal Ilmu
makrozoobentos dan stasiun 4 terdiri dari 2 kelas, 6 Kelautan, 17(1): 8-14.
Putra, A.W., Zahidah, W. Lili. 2012. Struktur komunitas plankton di
genera dan 7 spesies makrozoobentos. Indeks Sungai Citarum Hulu Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan,
Keanekaragaman di Sungai Cilalawi berkisar 1,59 – 3(4): 313-325.
2,54 yang menunjukan keanekaragaman di Sungai Rahmawaty. 2011. Indeks keanekaragaman makrzoobentos sebagai
bioindikator tingkat pencemaran di Muara Sungai Jeneberang.
Cilalawi tergolong keanekaragaman sedang. Indeks Jurnal Bionature, 12(2): 103-109.
Keseragaman di Sungai Cilalawi berkisar 0,2- 0,90 Rizal, Emiyarti, Abdullah. 2013. Pola distribusi dan kepadatan Kijing
yang tergolong tinggi. Perbedaan nilai spesies defisit Taiwan (Anadonta woodiana) di Sungai Aworeka Kabupaten
Konawe. Jurnal Mina Laut Indonesia, 2(6): 142-153.
dan indeks similaritas pada masing masing stasiun Sahidin, A., Y. Wardianto. 2016. Distribusi spasial Polychaeta di
berbeda, hal ini dipengaruhi oleh parameter fisik Perairan Pesisis Tangerang, Provinsi Banten. Junral Perikanan
dan kimiawi sesuai dengan kondisi lingkungan dan Kelautan, 6(2): 83-94.
Sharma, R., A. Kumar, V. Vyas. 2013. Diversity of macrozoobenthos
perairan tersebut. Pola distribusi makrozoobentos di in Morand River-A Tributary of Ganjal River in Narmada Basin.
Sungai Cilalawi berdasarkan indeks morisita adalah International Journal of Advanced
seragam dan berkelompok. Fisheries and Aquatic Sciences, 1(1): 57-65.
Taqwa, A. 2010. Analisis produktivitas primer fitoplankton dan
struktur komunitas fauna makrobenthos berdasarkan kerapatan
Ucapan Terimakasih mangrove di Kawasan Konservasi Mangrove Dan Bekantan Kota
Ucapan terimakasih di sampaikan kepada seluruh Tarakan, Kalimantan Timur [Tesis]. Universitas Diponegoro.
Semarang. 109 hal.
pihak yang telah membantu dalam proses penelitian Ulmaula, Z., S. Purnawan., M.A. Sarong. 2016. Keanekaragaman
yang berjudul “Distribusi spasial makrozoobentos di gastropoda dan bivalvia berdasarkan karakteristik sedimen daerah
Sungai Cilalawi Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat” interdal Kawasan Pantai Ujong Pancu Kecamatan Peukan Bada
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
sehingga penelitian ini dapat di selesaikan dengan Perikanan Unsyiah, 1(1): 124-134.
baik. Penelitian ini sulit dilaksanakan tanpa bantuan Wardani, I. 2012. Keanekararagaan dan pola distribusi longitudinal
dari rekan rekan dalam pekerjaan lapangan, sehingga spesies kerang air tawar di Sungai Brantas Periode Januari-
Februari. Skripsi. Universitas Airlangga.
kami berterima kasih Wine Eka Widiyanti, Sandra Yunitawati, Sunarto, Zahidah. 2012. Hubungan antara karakteristik
Rachmawati, Aditya Dwi Putra dan Lutfi Alby yang substrat sengan struktur komunitas makrozoobentdcxos di Sungai
telah membantu penulis dalam melaksanakan Cantigi Kabupaten Indramayu. Jurnal Perikanan dan Kelautan,
3(3): 221-227.
pengambilan data untuk penelitian ini. Zulkifli, H., D. Setiawan. 2011. Struktur dan Fungsi Komunitas
Makrozoobentos di perairan Sungai Musi Kawasan Pulokerto
Referensi Sebagai Instrumen Blomonitoring. Jurnal Natur Indonesia, 14(1):
Asry, A., Yunasfi, Z.A. Harahap. 2014. Komunitas makrozoobentos 95-99.
sebagai bioindikator kualitas perairan Kecamatan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Aquacoastmarine, 4(3): 151-166.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pupuk organik
dari limbah organik sampah rumah tangga. Badan Penelitian dan How to cite this paper:
Pengembangan Pertanian. Suminar, H.S., Z. Zahidah, H. Hamdani, A. Sahidin.
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. 2013. Ekologi dan pengelolaan 2020. Distribusi Spasial Komunitas Makrozoobentos di
Waduk Kaskade Sungai Citarum, Jawa Barat. Badan Hidrologi Sungai Cilalawi Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
BBWS Citarum. Bandung. Amafrad press
Fadli, N., I. Setiawan, N. Fadhillah. 2012. Keragaman
Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan,
makrozoobentos di perairan Kuala Gigieng Kabupaten Aceh 9(2): 164-172.
Besar. Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan,
1(1): 45-52.
Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Isnaningsih., R., Marwoto. 2014. Tinjauan keanekaagaman moluska
air tawar di beberapa situ di Das Ciliwung - Cisadane. Jurnal
Berita Biologi, 13(2): 181-189.
172