Professional Documents
Culture Documents
Fabel J
Fabel J
A. Pengertian
Fabel berasal dari bahasa latin “Fabula” yang berarti Erzählung. Pengertian lain berdasarkan
kamus jerman PONS, yang dimaksud dengan fabel adalah cerita pendek, yang di dalamnya
diperankan oleh hewan sebagai pemeran utama dan pembaca diajarkan tentang moralitas (“eine
kurze Geschichte, in der meist Tiere die Hauptrolle spielen, und die den Leser moralisch
belehren will”)
Dalam kamus Langenscheid, die Fabel ist eine kurze Geschichte, in der Tiere wie Menschen
handeln (und die ein moralische Prinzip lernen will)
Mengutip dari Batteux, (Lessing 1967: 105) Fabel ist die Erzählung einer allegorischen
Handlung, die gemeiniglich den Tieren beigelegt wird. Dalam situs
www.krref.krefeld.schulen.netdisebutkan bahwa:
“Im engeren Sinne ist die Fabel eine selbständige, kurze episch-didaktische Gattung in Prosa-
oder Versform, die eine allgemein gültige Lebensweisheit oder moralische Wahrheit vermittelt,
die üblicherweise als “Moral” am Ende der Geschichte zusammengefasst wird.”
Menurut Esser (2002: 47) Fabel ist eine Lehrhafte, oft auch sozialkritische Kurzform der Epik.
Fabel lahir di Yunani pada abad ke-6 SM. Cerita fabel merupakan kesustraan dunia yang tertua.
Penulis pertamanya adalah seorang budak bernama Äsop, Beuti (1984: 142) “Äsop schrieb die
ersten Fabeln, die Vorbild für alle nachfolgenden Fabeldichter wurden und deren Wirkung bis in
die modern reich”. Dari awal fabel merupakan suatu alat/perantara yang paling tepat untuk
menyampaikan suatu kebenaran, yang pada saat itu tidak mudah untuk dikatakan secara
langsung terutama untuk kalangan rakyat jelata. Setelah Äsop, muncul Phädrus, salah satu
seorang pengarang fabel yang terkenal pada abad ke-1 Masehi.
Di negara Jerman fabel sudah ditulis dan digemari sejak abad pertengahan (Mittelalter), dan
berkembang pesat pada zaman reformasi (Reformationszeit). Penulis fabel yang paling
berpengaruh adalah Martin Luther yang menggunakan fabel sebagai media penyampaian
pandangannya tentang politik dan kehidupan beragama. Namun mengalami kemunduran pada
zaman Barock, tetapi fabel benar-benar berkembang paling pesat pada zaman pencerahan
(Aufklärung). Pada zaman ini penulis fabel yang terkenal dari negara Jerman adalah Lessing.
C. Ciri-ciri Umum dan Karakteristik Fabel (die Merkmale der Fabeln)
Yang menjadi penekanan pada ceritra fabel adalah nilai moral yang terkandung di dalamnya,
selain itu nilai moral yang akan disampaikan dalam cerita. Penulis fabel menggunakan hewan
atau tumbuhan sebagai penggambaran dari sifat atau stereotip dari manusia maupun masyarakat
dan permasalahan yang muncul di dalamnya.
Bentuk dari fabel sendiri bisa berupa prosa (Epik) ataupun sajak (Lyrik). Tetapi sebagian besar
karya fabel pendek, karena pada awalnya cerita fabel disampaikan secara lisan dari mulut ke
mulut (mündlich)
Cara penulisan fabel maupun kata-kata yang digunakan (diksi) adalah kata-kata yang mudah.
Karena fabel berkembang di kalangan masyarakat biasa. Beuti (1984: 142) menyebutkan bahwa:
“Themen, Aufbau, Unform der Fabeln waren dabei sehr unterschiedlich. Neben Fabeln, die
Kritik an menschlichen Schwächenübten, gab es Fabeln, die mehr oder miender direkt politische
Miβstände der damaligen Zeit anprangerten…..Trotz solcher Unterschiede war das
Strukturprinzip immer das gleiche”
Dalam bahasa Indonesia, dapat dijelaskan bahwa tema, struktur, dan bentuk dari fabel tidak
dibatasidan tidaklah sama satu fabel dengan yang lain. Walaupun terdapat perbedaan di atas,
namun prinsip dari fabel sama. Yang paling penting adalah bahwa fabel mengkritisi sifat
manusia, diskriminasi terhadap kaum lemah, dan keadaan masyarakat yang sedang terjadi
dengan hewan(juga terdapat sedikit yang menggunakan tumbuhan ataupun benda lain) sebagai
tokoh di dalamnya
Ada juga fabel yang menitik beratkan pada sastranya. Jenis fabel ini menggunakan kata-kata dan
ungkapan yang indah. Pengarang fabel jenis ini yang terkenal adalah La Fontaine dari Perancis.
Cerita fabel sebenarnya adalah cerita yang ditujukan untuk orang dewasa, namun sejak abad ke-
19 fabel merupakan salah satu jenis literatur yang ditujukan untuk anak-anak.
Adebar Storch Stolz
(burung bangau)
Adelheid Gans Geschwätzig andere Name: Alheid
(angsa)
Arbnora Igel Introvertiert
(landak)
Äugler Kaninchen vorlaut, frech
(kelinci)
Bellyn Widder ängstlich, schwach, aber klug „Der Wolf und das Schaf“ von
Gotthold Ephraim Lessing
(domba jantan)
Bokert Biber Arbeitswütig
Boldewyn Esel störrisch, faul
(keledai)
Braun Bär stark, kriegerisch, tumb, auch: Meister Petz
unklug
(beruang)
Ermelyn Füchsin listig und schlau
(rubah betina)
Gieremund Wölfin böse, dem Bauch gehorchend
(serigala)
Grimbart Dachs bedächtig, ruhig
(luak)
Henning Hahn eitel und schlau
(ayam jantan)
Hinze Kater eigenwillig
(kucing jantan)
Hylax Hund treu und gutherzig
(anjing)
Isegrim Wolf dem Bauch gehorchend
(serigala)
Kratzefuß Henne Eitel
(ayam betina)
Lampe Hase Ängstlich siehe: Meister Lampe
(kelinci)
Lupardus Leopard Gerissen
Lütke Kranich Bürokratisch
(sej. burung)
Lynx Luchs Vorsichtig
(macan tutul)
Markart Häher Vorlaut
Martin Affe eitel, intrigant
Meister Hase vorlaut und ängstlich
Lampe
Meister Petz Bär Gutmütig „Der Tanzbär“ von Christian
Fürchtegott Gellert
Merkenau Krähe Naseweis „Der Löwe mit dem Esel“ von
Gotthold Ephraim Lessing
Metke Ziege meckernd, stur, unnachgiebig „Die zwei Ziegen“ von Albert Ludwig
Grimm
Murner Katze Schläfrig
Nobel Löwe stolz, mächtig, gefährlich „Der Löwe und die Maus“ von Äsop
Petz Bär – auch: Meister Petz
Pflückebeutel Rabe eitel und dumm, Fabel Fuchs und Rabe
besserwisserisch, diebisch
Reineke Fuchs schlau und hinterlistig siehe: Matten Has von Klaus Groth
Reinhart Fuchs siehe Reineke
Swinegel Igel Schlau
Tybbke Ente Dumm
Wackerlos Hündchen Affektiert
– Lamm unschuldig, wehrlos
1. Äsop
Äsop adalah seorang budak Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM. Pada saat itu, Äsop sering
berkelahi dengan alasan untuk membantu budak lain, sehingga dia mendapat hukuman dengan
dijual ke majikan lain. Ketika dia hidup dengan majikan barunya, dia sering memberikan saran
dan majikan merasa sangat berutang budi. Sehingga ketika majikannya meninggal, Äsop telah
mendapat kebebasan dari seorang budak. Sejak saat itu, dia mulai menulis banyak fabel yang
tujuannya sebagai kritik atas karakter moral manusia.
Fabel yang ditulis antara lain: Das Kamel, Der Wolf und das Lamm, Das Pferd und der Esel, Der
Fuchs und die Trauben
2. Phädrus