Professional Documents
Culture Documents
5 +hukum+tawaf+180-197 PDF
5 +hukum+tawaf+180-197 PDF
5 +hukum+tawaf+180-197 PDF
Abstract: This article discusses the law of tawaf for menstruating women according to
the Hanafi and Shafi'i schools. This type of research is library research with comparative
analysis. This study resulted in two conclusions: First, according to Imam Abu
Hanifah, performing Tawaf is permissible even if it is in a small or large situation, but
must pay a dam. Paying the dam of a goat for pilgrims who have small hadats, while
pilgrims who have a large berhadats then have to pay for the dam in the form of a camel.
According to Imam Shafi'i, in the case of menstruating women, it is clear that tawaf
cannot be performed while menstruating. Tawaf can only be done in the mosque because
the place of tawaf is a mosque. If it is done outside the mosque, it is considered not to
do tawaf, because even if it is blocked by the congregation or a place to drink Zamzam
water as long as the place is still in the mosque area, the tawaf is considered valid.
Second, the arguments used by the two Imams have similarities and differences. The
similarity is that in terms of performing worship, especially the worship of Tawaf, it
must be in a state of purification from the major hadats, namely menstruation. Imam
Hanafi thinks that the purity of the hadith is not a condition for the validity of tawaf,
but the obligatory Hajj. Imam Shafi'i believes that Tawaf without purity is invalid,
whether intentional or forgetful.
Keywords: tawaf, menstruating women, Hanafi, Shafi'i.
Abstrak: Artikel ini membahas tentang hukum tawaf bagi wanita haid
menurut mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i. Jenis penelitian ini adalah
penelitian pustaka (library reserch) dengan analisis komparatif. Penelitian ini
menghasilkan dua kesimpulan: Pertama, menurut mazhab Hanafi, wanita
haid boleh melakukan tawaf. Hal tersebut sebagaimana pendapatnya
bahwa tawaf diperbolehkan walau dalam keadaan hadats kecil maupun
besar akan tetapi harus membayar dam seekor kambing bagi jama’ah haji
yang berhadats kecil, sedangkan untuk jamaah haji yang berhadats besar
maka harus membayar dam berupa seekor unta. Menurut mazhab Syafi’i,
wanita haid tidak boleh melakukan tawaf, karena tempat tawaf adalah
masjid dan wanita haid dilarang masuk masjid. Kedua, terdapat persamaan
dan perbedaan dalam pandangan mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i
tentang hukum tawaf bagi wanita haid. Persamaannya adalah dalam hal
melakukan suatu ibadah terutama ibadah tawaf, maka harus dalam keadaan
Perdarahan Pervaginam,” Jurnal Studi Gender Indonesia 05, no. 2 (2016): 162,
http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/1144/.
4 Mae Aldossari, Abdullah Aljoudi, and David Celentano, “Health Issues in the
among Occupational Workers,” Veterinary Medicine and Science 5, no. 3 (2019): 428,
https://doi.org/10.1002/vms3.169.
7 Anas Khan et al., “Estimating the COVID-19 Risk during the Hajj Pilgrimage,”
182 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
rukun-rukun yang harus dikerjakan orang yang sedang
melaksanakan ibadah haji. Diantara rukun-rukun haji yaitu ihram,
wukuf di Arafah, tawaf ifadah dan sa'i.
Tawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali
putaran.12 Dalam konsep matematika, 7 kali putaran tersebut sama
dengan membentuk 7 lingkaran.13 Tawaf ifadah dipandang sebagai
rukun haji, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 25:
ِ ت ْالعَتِي
ق ِ ط َّوفُوا بِ ْالبَ ْي
َّ َورهُ ْم َو ْلي
َ ُث ُ َّم ْليَ ْقضُوا تَفَث َ ُه ْم َو ْليُوفُوا نُذ
”Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang
ada di badan mereka, menyempurnakan nazar–nazar mereka
dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah)”14
Apabila hendak melaksanakan tawaf ifadah, sebaiknya
memperhatikan dan memenuhi persyaratan-persyaratannya, yang
salah satu diantaranya adalah suci dari hadas, junub, haid dan nifas
baik pada pakaian, badan, tempat serta menutup aurat.
Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat antara mazhab
Hanafi dan mazhab Syafi’i. Menurut mazhab Hanafi, hal itu
bukanlah syarat dalam tawaf. Suci dari hadas dan najis hakiki pada
badan dan pakaian, hanyalah sunnah muakkad. Jadi, pada saat yang
mendesak, sedang haid belum selesai, maka ia boleh untuk tetap
melaksanakan tawaf ifadah. Tawafnya sah akan tetapi dikenakan
dam dengan menyembelih seekor unta atau sapi atau tujuh ekor
kambing. Sedangkan menurut mazhab Syafi'i, suci dari najis dan
hadas adalah syarat sah tawaf. Apabila seseorang melakukan tawaf
dengan tidak memenuhi salah satu syarat tersebut, maka tawafnya
batal dan tidak sah.
Saat pelaksanaan haji atau umrah untuk kaum perempuan
memiliki problematika berkaitan dengan haid. Normalnya, setiap
bulan perempuan mengalami masa haid. Hal tersebut
12 Vakhidova Fotima Saidovna, “The Functional Essence of Some Pilgrimage
Terms in The English Language,” Eurasian Research Bulletin (ERB) 3, no.
December (2021): 3,
https://www.geniusjournals.org/index.php/erb/article/view/259/227.
13 Hasan and Syayid Qosim M Jafar Al-idrus, “Korelasi Al-Qur’an Dengan Sains
184 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Imam Atha bin Abi Rabah, Imam Nafi Maulana Ibnu Umar dan
Imam Ahmad bin Abu sulaiman.19
Dalam sejarah tercatat murid-murid Imam Abu Hanifah
antara lain yaitu: Imam Zafar bin Hudzail bin Qais Al-Kufi20, Imam
Abu Yusuf Yaqub ibn al-Anshari21, Imam Muhammad bin al-Hasan
al-Syaibani,22 Imam Hasan bin Ziyad al-Lu’lu’i.23 Di antara kitab
yang ditulis Abu Hanifah adalah: Asy-Syurut, Al-Fara’id, dan al-Fiqh
al-Akbar.24
Berkaitan dengan hukum tawaf bagi Wanita haid, mazhab
Hanafi menggunakan dalil dari Al-Qur'an dan Hadis sebagai dasar
hukum. Menurut Imam Abu Hanifah, melakukan thawaf
diperbolehkan walau dalam keadaan hadats kecil maupun besar akan
tetapi harus membayar dam. Membayar dam seekor kambing bagi
jama’ah haji yang berhadats kecil, sedangkan untuk jemaah haji yang
berhadats besar maka harus membayar dam berupa seekor unta.25
Berdasarkan hal tersebut, karena haid bagian dari hadats besar maka
Wanita haid boleh tawaf tapi harus membayar dam berupa unta.
Imam Hanafi menggunakan dasar pada ayat “walyaththawwafu
bil baitil atiq” yang artinya “dan hendaklah mereka melakukan tawaf
sekeliling rumah tua itu (Baitullah)”. Mereka berpendapat bahwa
Allah memerintahkan tawaf ini secara mutlak tanpa keharusan
dalam keadaan suci sehingga tidak boleh mentaqyid mutlaknya al-
Qur'an dengan khabar wahid. Mereka menyamakan tawaf dengan
shalat dalam hal pahala dan hukumnya yang wajib.26
Hal tersebut sebagaimana dalam kitab Bada’i Ash-Shana’i fi
Tartib Al-Syara’i, yang menyebutkan:
فاما الطهارة عن الحدث والجنابة والحيض والنفاس فليست بشرط لجواز
27
الطواف وليست بفرض عندنا بل واجبة حتى يجوز الطواف بدونها
19 Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab.
20 Chalil.
21 Zuhri, Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah.
22 Zuhri.
23 Jaih Mubarok, Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000).
24 Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab.
25 Muhyiddin Abi Yahya Zakaria ibn Syarah Al-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-
28 Ibn Mas’ud al Kasani, Bada’ I Ash Shonai Fi Al Tartib Al Syarai, Juz II (Beirut:
Darul Kuth al Alamiyah, n.d.), 129.
29 Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab.
30 Mahmud Syalthut, Fiqh Tujuh Madzab, 1st ed. (Bandung: Pustaka Setia, 2000),
17.
31 Asy-Syinawi, Biografi Imam Syafi’i Kehidupan, Sikap, Dan Pendapat.
32 Ibn Hajar, Twali Al-Ta’sis Fi Ma’ali Muhammad Ibn Idris (Beirut: Dar Al-Fikr,
1986), 45.
33 Muhammad Ibrahim Salim, Diwan Al-Imam Ash-Syafi’i (Mesir: Maktabah ibn
Sina, n.d.), 3.
34 Abdul Aziz Asy-Syinawi, Biografi Imam Syafi’i Kehidupan, Sikap, Dan Pendapat, 1st
186 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Imam Syafi’i dikenal sebagai seorang yang rajin belajar dan
haus akan ilmu pengetahuan. Dalam catatan sejarah memaparkan,
bahwa Imam Syafi’i berguru atau menimba ilmu kepada 19 ulama
yang terkenal. 19 ulama tersebut berasal dari Makkah, Madinah,
Yaman, dan Irak.
Berkaitan dengan hukum tawaf bagi wanita haid, maka
dalam pandangan mazhab Syafi’I, tawaf adalah bagian dalam
melaksanakan ibadah haji yang ketika dalam melakukan sebuah
ibadah haruslah dalam keadaan suci. Imam Syafi'i mensyaratkan
berwudhu dalam melakukan ibadah tawaf. Dasar dari pendapat
tersebut adalah hadis Nabi SAW yang melarang perempuan haid
melakukan tawaf seperti shalat. Dengan dasar ketetapan nabi
Muhammad SAW bahwa ibadah tawaf disamakan dengan shalat
yang ketika melakukannya harus dalam keadaan suci atau sudah
berwudhu.35
Dalam literarur fikih karya mazhab Syafii, perempuan yang
sedang haid, sedang mengalami nifas dan juga orang-orang yang
sedang dalam kondisi junub, selama belum suci dan belum mandi
diharamkan berdiam diri (mukṡ) di dalam masjid.36 Hal ini
berdasarkan firman Allah Swt dalam QS. An-Nisa’ (4) ayat 43:
۟ ۟ ۟ ِ
لصلٰ ٓوةٰ ٰوأٰنتُ ْم ُس ٰٓكٰر ٓى ٰح َّ َّٓت تٰ ْعلٰ ُموا ٰما تٰ ُقولُو ٰن ٰوَٰل ُجنُبًا إََِّل ٰعابِ ِرى ٰسبِ ٍيل ٰ ٰٓأَيٰيُّ ٰها ٱلَّذ
َّ ين ءٰ ٰامنُوا َٰل تٰ ْقٰربُوا ٱ
ِ ٓ ِِ ِ ِ ض أى أٰو علٰى س ٰف ٍر أٰو جاأء أ ۟ ِ
ٰٰح ٌد من ُكم م ٰن ٱلْغٰاأئط أ ْٰو لٰ ٰم ْستُ ُم ٱلن ٰساأء ٰ ٰ ٰ ْ ٰ ٓ ٰ ْ ٓ ٰ ٰح َّ َّٓت تٰ ْغتٰسلُوا ۚ ٰوإِن ُكنتُم َّمْر
ِ ِ ِ ِ۟ ِ ً ِصع ۟ ۟ ِ
ً يدا طٰيبًا فٰٱ ْم ٰس ُحوا ب ُو ُجوه ُك ْم ٰوأٰيْدي ُك ْم ۗ إ َّن ٱ َّّللٰ ٰكا ٰن ٰع ُف ًّوا غٰ ُف
ورا ٰ فٰلٰ ْم ٰت ُدوا ٰماأءً فٰتٰ يٰ َّم ُموا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa
yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang
kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja,
hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air,
maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);
35Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, 1st ed. (Pustaka Azzam, 2011), 90.
36Muhammad Kudhori, “Argumentasi Fikih Klasik Bagi Perempuan Haid Dalam
Beraktivitas Di Masjid, Membaca Dan Menyentuh Al-Qur’an,” Al-Manahij: Jurnal
Kajian Hukum Islam 13, no. 2 (2019): 309,
https://doi.org/10.24090/mnh.v13i2.2256.
37 https://tafsirweb.com/1575-surat-an-nisa-ayat-43.html
38 Kudhori, 313.
39 Al-Imam Asy-Syafi’i, Ringkasan Al-Umm, 1st ed. (Pustaka Azzam, 2004), 657.
188 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
apabila terlanjur terselesaikan tetap saja seorang tersebut dianggap
tidak melakukan tawaf, karena tawaf harus dilakukan dalam keadaan
suci. Dalam kasus perempuan yang sedang haid jelas bahwa tawaf
tidak bisa dilakukan apabila sedang haid. Tawaf hanya boleh
dilakukan di masjid, karena tempat tawaf tersebut adalah masjid. Jika
dilakukan di luar masjid maka dianggap tidak melakukan tawaf,
karena meskipun terhalang jamaah ataupun tempat minum air
zamzam selama tempat tersebut masih area masjid maka tawaf
tersebut dianggap sah.40
Perkataan imam Syafi'i bahwa Aisyah menerangkan 3 hal
yang menyangkut mengenai perempuan, yakni:
1. Jika ada seorang perempuan yang telah melakukan tawaf ifadah
yang dilakukannya setelah melakukan wukuf di Arafah dan
setelah itu haid, maka seorang perempuan tersebut belum
diperbolehkan untuk meninggalkan Makkah.
2. Apabila ada seorang perempuan yang telah melakukan tawaf
jirayah dimana tawaf tersebut mengakibatkan suaminya boleh
bersetubuh dengannya, namun setelah itu haid, maka seorang
perempuan tersebut diperbolehkan untuk meninggalkan Makkah
tanpa melakukan tawaf Wada' serta tidak terkena fidyah. Tapi
dengan syarat ketika sebelum meninggalkan Makkah dia telah
suci maka wajib baginya melakukan tawaf Wada'.
3. Ketika ada seorang perempuan yang telah meninggalkan Makkah
sebelum dia suci, kemudian ia suci, maka perempuan tersebut
tidak perlu melakukan tawaf Wada'. Berbeda dengan seorang
perempuan yang telah suci sebelum meninggalkan kota Makkah
maka wajib baginya untuk melakukan tawaf Wada'. Demikian
pula ketika seorang perempuan telah suci namun tidak
menemukan air untuk bersuci (mandi junub) maka dalam hal
tersebut dia tetap diwajibkan melakukan tawaf Wada',
sebagaimana ketika saat itu juga dia wajib melakukan sholat.41
Seorang perempuan yang sering mengeluarkan darah yang
bukan darah karena haid, maka akan akan lebih baik untuk
menyegerakan melakukan tawaf di hari-hari dimana dia melakukan
shalat. Namun, ketika melakukan tawaf terjadi keluar darah maka
segera hentikanlah dan pastikan dengan yakin itu darah haid atau
42 Asy-Syafi’i.
43 https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-197
190 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Haji secara bahasa berasal dari kata qashdu. Qashdu bermakna
yaitu maksud, niat, dan menyengaja. Secara definisi, haji merupakan
seorang muslim yang bermaksud untuk menuju ke Baitullah dengan
cara dan waktu yang telah ditentukan.44 Dari pernyataan di atas dapat
disimpulkan, bahwa haji merupakan suatu ibadah wajib yang harus
dilakukan oleh setiap orang Islam untuk berkunjung ke Baitullah
atau rumah Allah, yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan
apabila tidak mengerjakannya akan mendapatkan dosa. Perintah
Haji juga telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]
ayat 196:45
۟ ِ ِ ِ ِ وأِِٰتُّو۟ا ٱ ْْل َّج وٱلْعمرةٰ َِّّللِ ۚ فٰإِ ْن أ
ىُ وس ُك ْم ٰح َّ َّٓت يْٰب لُ ٰغ ٱ ْْلْٰد
ٰ ُُحص ْرُُْت فٰ ٰما ٱ ْستٰ ْي ٰسٰر م ٰن ٱ ْْلْٰدى ۖ ٰوَٰل َْٰتل ُقوا ُرء ْ ُْٰ ٰ ٰ ٰ
ٍ ٍ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ص ٰدقٰة أ ْٰو نُ ُسك ۚ فٰإِ ٰذاأ ٰ يضا أ ْٰو بِهأۦ أٰ ًذى من َّرأْسهۦ فٰف ْديٰةٌ من صيٰام أ ْٰو ً َٰملَّهُۥ ۚ فٰ ٰمن ٰكا ٰن من ُكم َّم ِر
ام ثٰ ٓلٰثٰ ِة أ ََّٰيٍم ِِف ٱ ْْلٰ ِج ِ ِ ِ
ُ َّٰع بِٱلْعُ ْمٰرةِ إِ َٰل ٱ ْْلٰ ِج فٰ ٰما ٱ ْستٰ ْي ٰسٰر م ٰن ٱ ْْلْٰد ِى ۚ فٰ ٰمن ََّّلْ َٰي ْد فٰصي
ٰ أٰمنتُ ْم فٰ ٰمن ِٰتٰت
ِ
۟
اض ِرى ٱل ْٰم ْس ِج ِد ٱ ْْلٰٰرِام ۚ ٰوٱتَّ ُقوا ِ ك لِمن ََّّل ي ُكن أ ْٰهلُهۥ ح ِٓ ِ
ٰ ُ ْ ٰ ْ ٰ ٰ ك ٰع ٰشٰرةٌ ٰكاملٰةٌ ۗ ٰذل ٰ ٰو ٰسْب ٰع ٍة إِ ٰذا ٰر ٰج ْعتُ ْم ۗ تِْل
۟
اب ُ ٱ َّّللٰ ٰوٱ ْعلٰ ُمأوا أٰ َّن ٱ َّّللٰ ٰش ِد
ِ يد ٱلْعِ ٰق
Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena
Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena
sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan
jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di
tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit
atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka
wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah
atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi
siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam
bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah
didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau
tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji
dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah
sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban
membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak
berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan
44 Istianah, “Proses Haji Dan Maknanya,” Jurnal Akhlak Dan Tasawuf 2, no. 1
(2016): 31.
45 Alquran, Surah Al-Baqarah, n.d.,Ayat 196.
46 https://tafsirweb.com/717-surat-al-baqarah-ayat-196.html
47 Istianah, “Proses Haji Dan Maknanya.”
48 Flos Ardhia dan Azhar Tera, Segala Hal Tentang Haid, Nifas, Dan IStihadhah
192 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Berkaitan dengan pendapat mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’I
tentang hukum tawaf bagi wanita haid, terdapat persamaan dan
perbedaan pendapat antara kedua mazhab tersebut. Persamaan
pendapat keduanya adalah dalam hal melakukan suatu ibadah
terutama ibadah tawaf, maka harus dalam keadaan bersuci dari
hadats besar yaitu haid. Yang menjadi perbedaan adalah pada
persoalan thaharah. Dalam hal ini, mazhab Hanafi dan mazhab
Syafi’i berbeda pendapat yaitu:
Imam Hanafi berpendapat bahwa suci dari hadats itu bukan
syarat sahnya thawaf, akan tetapi wajib haji. Tidak suci dari hadats
kecil dan hadats besar diperbolehkan melakukan tawaf.50 Akan
tetapi, wajib membayar dam. Bagi jama’ah haji yang berhadats kecil,
maka ia harus membayar dam berupa seekor kambing dan bagi
jamaah haji yang berhadats besar ia harus membayar dam berupa
seeko unta.51
Imam Syafi’i berpandangan bahwa tawaf tanpa suci itu tidak
sah, baik disengaja ataupun lupa. Bahkan menurut Imam Syafi’i di
samping suci dari hadats, jama’ah juga harus suci juga dari khabats
atau pakaian sebagaimana orang yang melaksanakan shalat.52
Perbedaan pendapat tersebut didasarkan pada perbedaan kedua
mazhab tersebut dalam memaknai sumber hukum (al-Qur’an dan
hadis) yang menjelaskan tentang tawaf bagi jama’ah haji khususnya
bagi jama’ah wanita yang sedang haid.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis tentang hukum tawaf
bagi wanita haid menurut pendapat mazhab Hanafi dan mazhab
Syafi'i, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Menurut mazhab Hanafi dalam melakukan thawaf ini
diperbolehkan walau dalam keadaan hadats kecil maupun besar akan
tetapi harus membayar dam. Membayar dam seekor kambing bagi
jama’ah haji yang berhadats kecil, sedangkan untuk jamaah haji yang
berhadats besar maka harus membayar dam berupa seekor unta.
Menurut mazhab Syafi’i, dalam kasus perempuan yang sedang haid
jelas bahwa tawaf tidak bisa dilakukan apabila sedang haid. Tawaf
50 Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Jakarta: PT. Tinta Abadi Gemilang,
n.d.), 588.
51 Kasani, Bada’ I Ash Shonai Fi Al Tartib Al Syarai.
52 Ibnu Ruysd, Bidayatul Mujtahid (Dar al-Kitab al-Ulumiyah, n.d.), 225.
194 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Wajib Miliki Hajj Smart Card.” Kemenag.Go.Id. July 19, 2021.
https://haji.kemenag.go.id/v4/kebijakan-baru-arab-saudi-
jemaah-haji-2021-wajib-miliki-hajj-smart-card.
Asy-Syafi’i, Al-Imam. Ringkasan Al-Umm. 1st ed. Pustaka Azzam,
2004.
Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Imam Syafi’i Kehidupan, Sikap, Dan
Pendapat. 1st ed. Solo: Aqwam, 2013.
Bastomi, Hendri Andi. 101 Kisah Tabi’in. 1st ed. Jakarta: Pustaka al-
Kausar, 2006.
Caidi, Nadia. “Pilgrimage to Hajj: An Information Journey.” The
International Journal of Information, Diversity, & Inclusion (IJIDI) 3,
no. 1 (2019): 44–76.
https://doi.org/10.33137/ijidi.v3i1.32267.
Chalil, Moenawir. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. 7th ed.
Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Hajar, Ibn. Twali Al-Ta’sis Fi Ma’ali Muhammad Ibn Idris. Beirut: Dar
Al-Fikr, 1986.
Hasan, and Syayid Qosim M Jafar Al-idrus. “Korelasi Al-Qur’an
Dengan Sains Dan Matematika Sebagai Sumber Kebenaran
Dalam Pembuktian Nilai π (Phi) Dari Peristiwa Tawaf.” In The
1st International Confrence on Islamic Studies (ICIS) “University As
One Of Key Pillarss Of Civilitation Building,” edited by Abdul
Mukit, 110–17. Madura: Intellectual Assosiation for Islamic
Studies (IAFORIS), 2019.
http://ejournal.stibaduba.ac.id/index.php/icois/article/view
/75.
Istianah. “Proses Haji Dan Maknanya.” Jurnal Akhlak Dan Tasawuf
2, no. 1 (2016).
Kasani, Ibn Mas’ud al. Bada’ I Ash Shonai Fi Al Tartib Al Syarai. Juz
II. Beirut: Darul Kuth al Alamiyah, n.d.
Khan, Anas, Kingsley Lezor Bieh, Ahmed El-Ganainy, Sujoud
Ghallab, Abdullah Assiri, and Hani Jokhdar. “Estimating the
COVID-19 Risk during the Hajj Pilgrimage.” Journal of Travel
Medicine 27, no. 8 (2021): 1–3.
https://doi.org/10.1093/JTM/TAAA157.
Kudhori, Muhammad. “Argumentasi Fikih Klasik Bagi Perempuan
Haid Dalam Beraktivitas Di Masjid, Membaca Dan Menyentuh
Al-Qur’an.” Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 13, no. 2
(2019): 307–20. https://doi.org/10.24090/mnh.v13i2.2256.
196 Fitri Madaniah, dkk. | Hukum Tawaf bagi Wanita Haid menurut Mazhab …… 180-202
Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid. 1st ed. Pustaka Azzam, 2011.
Ruysd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid. Beirut: Dar al-Kitab al-Ulumiyah,
n.d.
Sabiq, Muhammad Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: PT. Tinta Abadi
Gemilang, n.d.
Saidovna, Vakhidova Fotima. “The Functional Essence of Some
Pilgrimage Terms in The English Language.” Eurasian Research
Bulletin (ERB) 3, no. December (2021): 1–6.
https://www.geniusjournals.org/index.php/erb/article/view
/259/227.
Salim, Muhammad Ibrahim. Diwan Al-Imam Ash-Syafi’i. Mesir:
Maktabah ibn Sina, n.d.
Sidogiri, Tim Bat art ama PP. Trilogi Ahlusunnah: Akidah, Syariah Dan
Tasawuf. Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2012.
Sirajuddin, Azmi. “Model Penemuan Hukum Dengan Metode
Maqashid Syariah Sebagai Jiwa Fleksibelitas Hukum Islam.”
Istinbath: Jurnal Hukum 13, no. 1 (2016): 109–26. https://e-
journal.metrouniv.ac.id/index.php/istinbath/article/view/54
5.
Syalthut, Mahmud. Fiqh Tujuh Madzab. 1st ed. Bandung: Pustaka
Setia, 2000.
Tera, Flos Ardhia dan Azhar. Segala Hal Tentang Haid, Nifas, Dan
IStihadhah. Bandung: Pustaka Oasis, 2004.
Yanggo, Huzaimah Tahido. Pengantar Perbandingan Mazhab. 1st ed.
Jakarta: Logos Wacan Ilmu, 1997.
Yezli, Saber, Abdulaziz Mushi, Yasir Almuzaini, Bander Balkhi,
Yara Yassin, and Anas Khan. “Prevalence of Influenza among
Hajj Pilgrims: A Systematic Review and Meta-Analysis.”
Disaster Medicine and Public Health Preparedness, 2021, 1–16.
https://doi.org/10.1017/dmp.2020.472.
Zuhri, Muh. Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah. 1st ed. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996.