Professional Documents
Culture Documents
VDOnMp2puZPezpJ1VDlnvIPrp0bOjRjd PDF
VDOnMp2puZPezpJ1VDlnvIPrp0bOjRjd PDF
VDOnMp2puZPezpJ1VDlnvIPrp0bOjRjd PDF
Disusun :
DIOS PERKASA
1810024427028
Disusun Oleh:
DIOS PERKASA
1810024427028
Disetujui,
ABSTRACT
Estimation of coal reserves is one important step to find out the amount of
reserves. The research objective is to calculate the slope of coal seam thickness and
thickness of the overburden, calculate the amount of coal reserves and overburden
using the cross section method with the rule of gradual change and the rule of nearest
point guidelines, and calculate the difference in coal reserves and overburden between
the guidelines rule of gradual change with the rule of nearest point. Drilling activities
produce 9 coal seams including A20, A, B70, B60, B50, C, D, E and F seam with the
direction of the northeast - southwest direction and have a thickness that varies from
0.1 - 3 meters and the slope (dip) between 5⁰ to 10⁰. The value of the calculation using
the standard cross section method obtained coal tonnage of 619,370.05 tons. The value
of the calculation using the linear cross section method is obtained coal tonnage of
630,219.85 tons. The total volume of overburden with the standard cross section
method is 3,369,361.50 m3. The total volume of overburden with the linear cross
section method is 3,400,483.50 m3. Difference in coal reserves and overburden
between the rule of gradual change 6: 1. Difference in coal reserves and overburden
between the rule of the nearest point (rule of nearest point) 6: 1.
Keywords: Reserve Estimation, standard cross section method, linear cross section
method, seam, overburden, dip, rule of nearest point, rule of gradual change.
i
ESTIMASI CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN
METODE CROSS SECTION UNTUK MENJAGA
KEBERLANGSUNGAN PRODUKSI BATUBARA
DI PT. DUTADHARMA UTAMA
KALIMANTAN SELATAN
RINGKASAN
Kata Kunci: Estimasi Cadangan, seam, overburden, dip, metode cross section
standard, metode cross section linear, rule of gradual change, rule of nearest point.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Eestimasi cadangan
ini penulis telah didorong dan dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tersayang yang telah melahirkan, merawat mendidik dan
memberikan kasih sayang sehingga saya bisa menjadi pribadi seperti sekarang.
2. Istri tercinta Fida, yang telah merawat anak-anak dan selalu memberikan doa pada
3. Dua karya terbaik saya, Kio dan Sano, dua orang anak yang selalu memberikan
(STTIND) Padang.
6. Bapak Refky Adi Nata ST, MT selaku Dosen Pembimbing I dalam melaksanakan
iii
7. Ibu Afni Nelvi, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dalam melaksanakan
(STTIND) Padang.
Utama.
11. Rekan-rekan Jurusan Teknik Pertambangan dan semua pihak yang banyak
membantu penulis.
12. Rekan – Rekan Mahasiswa Transfer STTIND Padang yang tidak bisa disebutkan
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan, karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang
Akhir kata penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRACT.. .................................................................................................. i
RINGKASAN ................................................................................................. ii
vi
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 39
vii
BAB V ANALISIS DATA ............................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Standard ........ 54
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Standard ........ 67
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Linear ............ 69
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Peta Lokasi Wilayah IUP PT. Dutadharma Utama ...................... 40
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
C. Sayatan ................................................................................................. 80
xi
BAB I
PENDAHULUAN
sumberdaya alam, salah satunya batubara yang sampai saat ini masih menjadi
salah satu industri utama penggerak ekonomi di daerah tersebut. Di tahun 2019
(ESDM) Provinsi Kalimantan yang dikutip oleh salah satu media daring yakni
1
batubara rata-rata 200.000 ton setiap bulannya. Dengan tingkat produksi yang
relatif tinggi ini, tentunya akan membuat cadangan batubara yang ada akan
dan sekarang sedang berlangsung penyelidikan secara detil pada tahap ini
penyelidikan detail akan didapat data logging dan data cutting pemboran yang
selanjutnya ditambah dengan data topografi akan diolah untuk membuat model
batubara dan ketebalan seam batubara yang akan sangat berguna dalam
memiliki banyak metode, salah satunya adalah metode penampang atau cross
section. Metode cross section merupakan salah satu metode konvensional yang
2
sering dipakai dalam estimasi cadangan batubara dengan menghitung luas,
volume, dan tonase dari tiap sayatan yang telah dibuat searah dengan seam
batubara.
terhadap data eksplorasi yang telah didapatkan yaitu hasil pengeboran dan hasil
Produksi Batubara Pada PT. Dutadharma Utama Desa Sungai Cuka, Kecamatan
3
2. Rencana investasi jangka panjang belum bisa dibuat karena belum jelasnya
4
1.5 Tujuan Penelitian
memberikan manfaat:
1. Bagi Perusahaan
proses selanjutnya.
5
2. Bagi Mahasiswa
masalah serta dapat menuangkan ide-ide kritis dalam bentuk karya tulis ilmiah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bukit Mulia dan desa Sumberjaya. Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut,
Utama adalah 724,97 ha, dengan batas koordinat seperti terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Koordinat IUP PT. Dutadharma Utama
7
Sumber: PT. Dutadharma Utama
Gambar 2.1
Peta IUP PT. DutadharmaUtama
curah hujan tahunan berdasarkan data dari BMKG adalah 2600 mm dan tingkat
kelembaban maksimum 1750 mm. Musim hujan biasanya dimulai pada bulan
Desember hingga April dan musim kemarau dimulai pada bulan Juni sampai
Oktober. Suhu udara rata-rata setiap bulan relatif stabil, suhu berkisar antara
25°C dan 26°C terjadi pada bulan Januari dan sekitar 32°C suhu udara terjadi
pada bulan Juli. Rata rata suhu berkisar antara 21,4°C - 33°C. Suhu udara
8
sepanjang tahun bervariasi dari 23,4oC hingga 32,4°C dengan kelembaban udara
relatif tinggi sekitar 81oC. Hal ini disebabkan oleh tingginya curah hujan dan
terjadi pada bulan Agustus (60%) dan intensitas terendah terjadi pada bulan
Maret sebesar 14%. Sedangkan di kabupaten Tanah Laut kecepatan angin rata-
Tabel 2.2
Data Curah Hujan Rata – Rata Bulanan
9
Tabel 2.3
Data Suhu Udara Rata – Rata Bulanan
Tabel 2.4
Data Kecepatan Angin Rata-Rata dalam Knot di Stasiun Banjarbaru
10
Berdasar data dari SMPK Pelaihari 1996 - 2006, kelembaban udara
bulan Desember 83,5% dan terendah pada bulan September yaitu 77,8%.
penurunan dan paling rendah terjadi pada tahun 2001 dan tahun 2002 yaitu 70
Tabel 2.5
Arah Angin Dominan di Stasiun Pengamatan Banjarbaru
Australia. Sebagai akibatnya antara lain terbentuk cekungan busur belakang dengan
11
tepian busurnya berupa Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Sulawesidan Filipina,
lembar Banjarmasin (E. Susanto, dkk, 1994) dari tua ke muda terdiri dari Formasi
Tanjung (Tet), Formasi Berai (Tomb), Formasi Dahor (TQd) dan sebagian kecil
Endapan Aluvial.
berwarna hitam, mengkilat, pejal, dijumpai pada bagian bawah formasi dengan
tebal lapisan 50 - 150 cm, setempat dijumpai lensa batugamping warna kelabu
12
adalah Spiroclypeus sp, Discocyclina sp, Pelatispira sp dan Nummulites sp,
Tebal satuan antara 500 – 1500 m. Formasi Berai menjemari dengan formasi
dengan sisipan lignit (5 – 10 cm), kaolin ( 30 – 100 cm) dan limonit. Formasi
4) Aluvium (Qa)
b. Stratigrafi
batubara sebagai bahan galian prospek terlingkupi oleh batuan penutup berupa
batupasir dan batulempung. Selain itu juga didapatkan data dari hasil pemboran
bahwa terdapat batupasir dan batulempung sebagai bagian dari batuan penutup
13
Tabel 2.6
Stratigrafi Regional Cekungan Barito sub Cekungan Asam-asam
14
Sumber: Data Lapangan PT. Dutadharma Utama
Gambar 2.2
Peta Geologi PT.Dutadharma Utama
15
c. Kondisi Topografi
Secara garis besar keadaan IUP PT. Dutadharma Utama (PT. DDU)
adalah daerah pebukitan dengan elevasi terendah berada pada kisaran 20 meter
Gambar 2.4
Peta Topografi
16
2.2 Landasan Teori
diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-
kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara
kualitatif oleh kondisi geologi atau tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif
oleh jarak titik informasi. Sumber daya ini dapat meningkat menjadi cadangan
17
d. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resource)
Cadangan batubara yaitu bagian dari sumber daya batu bara yang telah
diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian
kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang. Ada dua kategori yang dikenal :
tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi
sehingga hasil kajian dinyatakan layak atau bisa juga diartikan sebagai
ketebalan maksimal lapisan pengotor atau “dirt parting” yang tidak dapat
unsure yang terkait dengan aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam
yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak atau bisa
19
juga diartikan sebagai cadangan batubara dari mineable yang pasti tertambang
atas dasar pertimbangan biaya operasi penambangan yang ditetapkan pada saat
Tabel 2.7
Jarak Informasi Menurut Kondisi Geologi
Tabel 2.8
20
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
SNI 13-6011-1999
lapisan tanah penutup, lalu kemudian dihitung luas masing-masing sayatan dan
21
a. Section dan Section 2D
b. Layer Dip
2) Draw line : garis yang dibuat harus mengenai garis kontur struktur dimana
“a” berfungsi untuk menentukan sudut (angel) yang secara otomatis akan
terarah sendiri.
c. Schema
1) Tab IO
a) Pada schema drill holes agar dalam posisi di centang untuk membuat
2) Tab Sections
b) Pada tabel ID klik pick dan blok garis pembagi kontur dengan cara shift
22
c) 2D X Origin : masukkan koordinat X dengan cara menempatkan posisi
pada pojok kiri bawah window) kemudian catat koordinat dan fill down
dan ok.
down kita mesti generate terlebih dahulu untuk membagi step posisi
3) Tab Controls
Section Controls
a) Grid Z Interval : 40
Model Controls
b) Step Size : 25
a) Pada format use lithologies, display hole source dan display hole type
agar dicentang. Untuk corridor width 75 dan hole display width 20. Ok
23
a. Metode Sayatan Standar
terdekat (rule of nearest point) dengan membuat batas terluar endapan secara
linier. Panjang garis linier sama dengan batas blok, setengah jarak antara dua
titik. Sehingga untuk mencari satu volume hanya dibutuhkan satu penampang.
Luas Overburden
Pada Penampang 2
Luas Overburden
Pada Penampang 1
Penampang 2
Penampang 1
Gambar 2.5
Metode Penampang
24
menghubungkan titik pengamatan terluar, maka ada beberapa tahap yang
a. Tahap pertama
sama atau dengan membagi endapan mineral menjadi blok-blok dengan interval
sayatan berbeda sesuai dengan keadaan geologi berupa puncak dan lembah.
b. Tahap kedua
batubara. Blok penambangan dibatasi oleh dua buah penampang atau sayatan
dan sebuah bidang permukaan yang tidak teratur. Masing-masing blok terakhir
c. Tahap ketiga
d. Tahap Keempat
dan prosedur grafis. Kedua prosedur ini sama-sama mengunakan fungsi linier.
garis lurus yang menghubungkan dua titik pengamatan. Pedoman ini dapat
diterapkan untuk interpretasi kadar, berat, luas, volume dan tonase cadangan.
e. Tahap kelima
25
Pada tahap ini untuk menentukan volume dari endapan batubara
tersebut dengan cara mengalikan luas rata-rata antar dua sayatan dengan jarak
Gambar 2.6
Metode Cross Section Standard
yang dilakukan dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest point). Pada
metode cross section linier dalam perhitungan volume terletak pada pembagian
sama besar jarak antara dua sayatan terdekat, sehingga setiap penampang
menjadi blok dan memiliki volume sendiri yang didapat dari perkalian luas
dengan jarak terluar dari blok sayatan. Beberapa tahapan yang dilakukan pada
a. Tahap Pertama
26
Membagi endapan mineral menjadi beberapa blok dengan interval
tertentu. Interval jarak sayatan pada berbagai bagian konstan atau berubah-ubah
b. Tahap Kedua
batubara. Blok penambangan dibatasi oleh dua buah penampang atau sayatan
dan sebuah bidang permukaan yang tidak teratur. Masing-masing blok terakhir
c. Tahap Ketiga
d. Tahap Keempat
terdekat, kemudian membagi jarak antar sayatan tersebut sama besar, sehingga
tiap-tiap sayatan menjadi suatu block yang berdiri sendiri. Secara numerik,
perubahan dari kondisi endapan batubara dianggap sama. Pedoman ini dapat
diterapkan untuk interpretasi kadar, berat, luas, volume dan tonase cadangan.
e. Tahap Kelima
dengan jarak terluar dari masing-masing blok. Pada metode ini volume antara
27
blok terakhir dengan daerah yang dibatasi oleh bidang permukaan yang tidak
h2
h1
h=setengah jarak
antar sayatan
Gambar 2.7
Metode Cross Section Linier
cadangan meliputi:
1. Tahap Persiapan
kalkulator, alat-alat tulis, dan data penyerta seperti data-data bor daerah penelitian
28
Data-data bor tersebut diplot berdasarkan koordinat yang ada. Dalam data
bor tersebut terdapat pula kedalaman batubara, total kedalaman batubara dan jenis
Penentuan arah srike dan dip dilakukan dengan menggunakan metode tiga
titik bor, dimana setiap titik titik bor disertakan ketinggian batubara. Dari
ketinggian-ketingian tersebut dapat diketahui arah umum strike dan dip. Dari hasil
arah umum strike dan dip dapat diketahui arah penyebaran batubara sehingga
4. Pembuatan Penampang
Pembuatan sayatan ini tegak lurus dengan garis base-line dan dalam pembuatan
29
pada prinsipnya sama dengan perhitungan cadangan batubara. Perbedaannya
adalah volume. Tonase batubara dan volume overburden tersebut nantinya akan
digunakan untuk penentuan stripping ratio. Nantinya dari nilai tersebut dapat
dilihat daerah mana yang mempunyai nilai stripping ratio yang memungkinkan
untuk ditambang.
adalah dengan menghitung luas dengan bentuk yang tidak beraturan. Luas daerah
tidak beraturan tersebut tidak dapat dihitung langsung menggunakan rumus luas
beraturan. Luasnya baru dapat dihitung setelah dibagi menjadi beberapa segmen.
Satu segmen ini akan terlihat seperti sebuah bentuk yang beraturan dan pada
Keterangan:
30
A1 : Luas segmen ke-1 (m2)
Gambar 2.8
Bentuk Bidang Tidak Beraturan
lapisan tanah penutup menjadi beberapa blok-blok penampang dengan selang jarak
tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda tergantung pada
31
Perhitungan volume untuk metode cross section standard dapat dilakukan
dengan menggunakan cara yaitu dengan menggunakan rumus mean area dan
frustum.
apabila terdapat dua buah penampang dengan luas A1 dan A2 dengan jarak L.
𝐿𝑥(𝐴 1 + 𝐴2 )𝑥𝑑
Tbb = ................................................................. (2.2)
2
Keterangan:
b. Rumus Frustum
terdapat dua buah penampang dimana luas A1< ½ A2. Adapun persamaan untuk
32
mengestimasi volume batubara dengan menggunakan persamaan frustum
Keterangan:
point dimana tiap sayatan memiliki volume sendiri. Mencari antar sayatan
terdekat kemudian membagi jarak antar sayatan terdekat menjadi dua sama
besar. Membuat blok dari sayatan ke garis terluar dari jarak antar sayatan.
sebagai berikut:
33
Tbb = 𝐴𝑥 (ℎ1 + ℎ2 ) ................................................................ (2.4)
Keterangan :
A : Luas sayatan a, m2
Keterangan :
sangat tergantung pada data pemboran dan data singkapan endapan. Pada
prinsipnya ada beberapa langkah dalam perhitungan, yaitu membagi lapisan tanah
34
Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda tergantung pada
Keterangan:
yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan
untuk dapat menentukan pada elevasi berapakah Stripping Ratio yang paling
35
pengupasan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis
berarti semakin banyak overburden yang harus digali untuk mengambil endapan
harus digali.
Keterangan:
SR : Stripping Ratio
Dalam penelitian ini ada kerangka konseptual yang akan membantu penulis
2.7.1 Input
a. Data Primer yaitu data- data yang di peroleh dari kegiatan lapangan yang
kedalaman pemboran.
36
b. Data Sekunder yaitu data-data yang di ambil dari instansi perusahaan, peta
lokasi perusahaan, peta wilayah IUP, kondisi geologi setempat, tahap aktifitas
2.7.2 Proses
topografi yang selanjunya dijadikan model geologi. Dari model geologi tersebut
dapat dibuat cross section dan dapat dihitung cadangan batubara menggunakan
2.7.3 Output
seam batubara ketebalan seam batubara dan ketebalan lapisan tanah penutup.
37
Input Proses Output
Gambar 2.9
Kerangka Konseptual
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan
segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan tidak perlu
sebagai suatu penemuan baru, akan tetapi merupakan aplikasi yang baru dari
penelitian yang telah ada. Menurut Sutrisno hadi (1995), penelitian ini
kelompok maupun untuk keperluan industry atau politik dan bukan untuk
Dutadharma Utama, Desa Bukit Mulia dan Desa Sumberjaya, Kecamatan Kintap,
39
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara administratif
Selatan. Jarak antara kecamatan Kintap dengan kota Banjarmasin ± 140 km dengan
waktu tempuh ± 4-5 jam. Dari kintap menuju areal tambang dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua maupun roda empat selama lebih kurang 45 menit atau
sejauh 20 km dengan kondisi jalan perkerasan. Berikut peta lokasi IUP batubara
40
3.2.2 Waktu Penelitian
yaitu mulai bulan Juni 2020 sampai dengan selesai pengambilan data.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Bulanan
No Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus
2020 2020 2020 2020 2020
1 Bimbingan Proposal ✓ ✓
2 Seminar Proposal ✓
3 Penelitian ✓
4 Bimbingan Tugas Akhir ✓ ✓ ✓
5 Kompre ✓
a. Variabel Bebas
atau dipilih oleh penelitian untuk menentukan hubungan antara fenomena yang
b. Variabel Terikat
menentukan adanya pengaruh variable bebas, yaitu faktor yang muncul atau
tidak muncul atau perubahan sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
41
Variabel terikat disebut juga variabel Y, dalam penelitian ini variabel terikat
penutup.
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan atau
adalah:
1) Log Bor
2) Cutting pengeboran
b. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperolehdari data-data yang sudah
ada di PT. Dutadharma Utama, buku atau studi kepustakaan dan beberapa
literatur yang mendukung penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah:
2) Peta topografi
4) Peta IUP
42
3.4.2 Sumber Data
lapangan ataupun studi kepustakaan serta dari arsip-arsip PT. Dutadharma Utama.
menggunakan data primer dan data sekunder. Urutan pengambilan data sebagai
berikut:
penelitian terdahulu.
b. Data primer merupakan data yang diambil dan terlibat langsung dalam kegiatan
di lapangan seperti:
1) Log Bor, yaitu data yang diambil didaerah lokasi penelitian mulai dari
2) Cutting, yaitu data yang diambil didaerah lokasi peneltian berupa parting
43
1) Peta topografi yang berisi tentang data koordinat X (easting) Y (northing)
Z (elevasi).
yang sudah di tetepkan. Pada pengolahan data ini yang akan di bahas yaitu:
a. Tahap Persiapan.
kalkulator, alat-alat tulis, dan data penyerta seperti data-data bor daerah
b. Pengeplotan Data Bor. Data bor tersebut diplot berdasarkan koordinat yang
yang ada. Dalam data bor tersebut terdapat pula kedalaman batubara, total
kedalaman batubara dan jenis seam batubara yang ada di daerah penelitian.
tiga titik bor, dimana setiap titik titik bor disertakan ketinggian batubara. Dari
44
ketinggian-ketingian tersebut dapat diketahui arah umum strike dan dip. Dari
hasil arah umum strike dan dip dapat diketahui arah penyebaran batubara
d. Pembuatan Penampang
Pembuatan sayatan ini tegak lurus dengan garis base-line dan dalam pembuatan
45
dari nilai tersebut dapat dilihat daerah mana yang mempunyai nilai stripping
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan perhitungan data ini dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang
Identifikasi Masalah
46
A
Tujuan Penelitian
1. Menghitung kemiringan seam batubara ketebalan seam batubara dan ketebalan
lapisan tanah penutup.
2. Menghitung besarnya cadangan batubara dan overburden dengan menggunakan
metode cross section dengan pedoman Rule of Gradual Change dan pedoman
Rule of Nearest Point.
3. Menghitung stripping ratio batubara dan overburden antara pedoman perubahan
bertahap (rule of gradual change) dengan pedoman titik terdekat (rule of nearest
point).
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
1. Data hasil pengeboran
2. Data penampang
47
B
Analisa Data
1. Menghitung kemiringan seam batubara
2. Menghitung cadangan batubara dengan pedoman Rule of
Gradual Change dan pedoman Rule of Nearest Point.
3. Menghitung nilai stripping ratio batubara dan overburden
antara rule of gradual change dengan rule of nearest point.
Hasil
1. Mendapatkan kemiringan seam batubara dan ketebalan
lapisan tanah penutup
2. Mendapatkan besarnya cadangan batubara dan overburden
3. Mendapatkan nilai stripping ratio batubara dan overburden
48
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pengambilan data dilakukan pada PIT 1 block B yang terdapat di lokasi PT.
yang di lakukan oleh PT. Indo Sejahtera Manunggal yang merupakan kontraktor
Data pengeboran pada daerah seluas 22,53 ha, disusun menurut nomor
Minescape untuk memperoleh gridded seam model (GSM) seam A dan seam B60
jenis batubara maupun arah penyebaran dan kemiringan batubara yang ada di
lubang bor. Dari hasil logging tersebut nantinya dapat di korelasi dengan data
open hole untuk mengetahui kedalaman batubara, tebal batubara maupun jenis
49
Data bor yang didapat pada tahap eksplorasi ini digunakan untuk
atau di korelasikan untuk meyakinkan arah dip endapan batubara (Lampiran C).
Jumlah dari keseluruhan lubang bor pada daerah penelitian yaitu 16 lubang bor
(Lampiran A). Dari setiap lubang bor dapat berbeda-beda total kedalamannya
memotong topografi dan titik-titik bor yang sudah diplotkan pada peta topografi
model endapan batubara dan bentuk topografi. Kemudian dihitung luas model
batubara dari tiap penampang dan akhirnya dapat didapatkan volume dengan
bor (Lampiran B). Pembuatan penampang ini harus tegak lurus denganarah
50
metode cross section linear (rule of nearest point), dan 50 m untuk metode cross
Kemudian untuk penampang yang tidak mengenai titik bor tersebut dapat di
menjadi lebih ringan dan efisien dari pada menghitung dengan cara manual.
Pekerjaan akan lebih cepat selesai dibanding dengan cara manual, berarti dapat
51
Gambar 4.1 Dimensi Jenjang
pedoman yaitu metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule
of gradual change) dan metode cross section dengan pedoman titik terdekat
52
a. Perhitungan Cadangan Batubara Metode Cross Section Standar (Rule Of
Gradual Change)
massa jenis batubara disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
lalu dikalikan dengan jarak antar sayatan.sehingga jika dibagi menjadi blok-
blok luas penampang terdapat 16 blok dari 17 sayatan. Jarak antar penampang
adalah 50 m dan asumsi berat jenis Batubara yang digunakan adalah 1,3 ton/m3.
massa jenis batubara disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
53
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Cadangan Batubara Metode Cross Section Standar
54
b. Perhitungan Cadangan Batubara Metode Linear (Rule of Nearest Point)
sayatan tersebut sama besar, sehingga tiap-tiap sayatan menjadi suatu blok yang
berdiri sendiri, sehingga dari 17 sayatan terdapat 17 blok yang dihitung luasnya,
inilah faktor yang membedakan antar cross section standard dengan cross
massa jenis batubara disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
batubara.
55
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Cadangan Batubara Metode Cross Section Linear
Luas Coal Seam / Section m²
Jarak Densitas Tonnage
No. Sayatan B60 Total Coal
A (m) (m) (kg/m) (ton)
(m) (m2)
1 A-A' 86.31 86.31 50 1.3 5,610.15
2 B-B' 248.62 248.62 50 1.3 16,160.30
3 C-C' 329.52 329.52 50 1.3 21,418.80
4 D-D' 472.19 59.08 531.27 50 1.3 34,532.55
5 E-E' 559.60 129.31 688.91 50 1.3 44,779.15
6 F-F' 730.11 194.38 924.49 50 1.3 60,091.85
7 G-G' 770.56 276.64 1047.20 50 1.3 68,068.00
8 H-H' 767.85 237.94 1005.79 50 1.3 65,376.35
9 I-I' 720.42 206.85 927.27 50 1.3 60,272.55
10 J-J' 595.79 142.09 737.88 50 1.3 47,962.20
11 K-K' 548.15 35.37 583.52 50 1.3 37,928.80
12 L-L' 608.41 608.41 50 1.3 39,546.65
13 M-M' 547.91 547.91 50 1.3 13
14 N-N' 518.03 518.03 50 1.3 14
15 O-O' 453.40 453.40 50 1.3 15
16 P-P' 304.08 304.08 50 1.3 16
17 Q-Q' 153.08 153.08 50 1.3 17
Total 630,219.85
56
perhitungan overburden dengan metode standar pada adalah 3.369.361,50 BCM
. (Tabel 4.3)
multi seam dan singleseam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus
sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Overburden
Volume
Jarak Luas Penampang Luas Waste
No. Sayatan Waste By
(m) (m2) (m)
Section (m3)
A-A' 1,007.73 921.42
1 50 67,665.00
B-B' 2,033.80 1,785.18
B-B' 2,033.80 1,785.18
2 50 108,359.25
C-C' 2878.71 2,549.19
C-C' 2878.71 2,549.19
3 50 170,610.75
D-D' 4747.43 4,275.24
D-D' 4747.43 4,216.16
4 50 266,322.00
E-E' 7125.63 6,436.72
E-E' 7125.63 6,436.72
5 50 372,645.00
F-F' 9393.57 8,469.08
F-F' 9393.57 8,469.08
6 50 419,625.75
G-G' 9363.15 8,315.95
G-G' 9363.15 8,315.95
7 50 349,974.00
H-H' 6688.80 5,683.01
H-H' 6688.80 5,683.01
8 50 294,139.50
I-I' 7009.84 6,082.57
I-I' 7009.84 6,082.57
9 50 280,507.75
J-J' 5875.62 5,137.74
J-J' 5875.62 5,137.74
10 50 244,654.50
K-K' 5231.96 4,648.44
57
K-K' 5231.96 4,683.81
11 50 193,575.50
L-L' 3667.62 3,059.21
L-L' 3667.62 3,059.21
12 50 161,982.25
M-M' 3967.99 3,420.08
M-M' 3967.99 3,420.08
13 50 165,394.00
N-N' 3713.71 3,195.68
N-N' 3713.71 3,195.68
14 50 139,605.25
O-O' 2841.93 2,388.53
O-O' 2841.93 2,388.53
15 50 91,783.25
P-P' 1586.88 1,282.80
P-P' 1586.88 1,282.80
16 50 42,517.75
Q-Q' 570.99 417.91
Total 44,518.36 3,369,361.50
tahapan perhitungan cadangan dengan metode linier, sedangkan prinsip dan hal
(Tabel 4.4)
58
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Overburden
Volume
Jarak Luas Penampang Luas Waste
No. Sayatan Waste By
(m) (m2) (m)
Section (m3)
1 A-A' 50 1,007.73 921.42 46,071.00
2 B-B' 50 2,033.80 1,785.18 89,259.00
3 C-C' 50 2,878.71 2,549.19 127,459.50
4 D-D' 50 4,747.43 4,216.16 210,808.00
5 E-E' 50 7,125.63 6,436.72 321,836.00
6 F-F' 50 9,393.57 8,469.08 423,454.00
7 G-G' 50 9,363.15 8,315.95 415,797.50
8 H-H' 50 6,688.80 5,683.01 284,150.50
9 I-I' 50 7,009.84 6,082.57 304,128.50
10 J-J' 50 5,875.62 5,137.74 256,887.00
11 K-K' 50 5,231.96 4,648.44 232,422.00
12 L-L' 50 3,667.62 3,059.21 152,960.50
13 M-M' 50 3,967.99 3,420.08 171,004.00
14 N-N' 50 3,713.71 3,195.68 159,784.00
15 O-O' 50 2,841.93 2,388.53 119,426.50
16 P-P' 50 1,586.88 1,282.80 64,140.00
17 Q-Q' 50 570.99 417.91 20,895.50
Total 68,009.67 3,400,483.50
59
dilihat di daerah mana saja yang dapat dilakukan penambangan dengan
= 6 : 1 (pembulatan keatas)
= 6 : 1 (pembulatan keatas)
60
BAB V
ANALISIS DATA
Dari hasil pengolahaan data yang didapatkan analisa data dibuat sesuai dengan
pengolahan data atau hasil dari pengolahan data yang dibandingkan dengan metode
yang berbeda.
moderat, hal ini dicirikan dengan kondisi sedimentasi yang bervariasi dengan
di wilayah eksplorasi pada umumnya berarah timur laut – barat daya dengan
geofisika, terdapat 9 seam batubara yang telah dimodelkan, diantaranya seam A20,
A, B70, B60, B50, C, D, E dan F. Persebaran seam batubara dapat dilihat pada
gambar 5.1.
61
Gambar 5.1 Peta Sebaran Seam Batubara
lainnya. Ketebalan rata-rata seam B60 adalah 2.28 meter. Sedangkan seam yang
memiliki ketebalan paling tipis adalah seam E yakni sekitar 0.32 meter.
62
Tabel 5.1
Ketebalan Seam Batubara Model PT. DDU
Data pengeboran pada daerah seluas 22,53 ha, disusun menurut nomor
Minescape untuk memperoleh gridded seam model (GSM) seam A dan seam B60
64
Gambar 5.2 Urutan Perlapisan Seam Batubara
65
5.2 Perhitungan Cadangan Batubara dan Overburden
pedoman yaitu metode cross section dengan pedoman perubahan bertahap (rule of
gradual change) dan metode cross section dengan pedoman titik terdekat (rule of
nearest point).
Gradual Change)
lalu dikalikan dengan jarak antar sayatan, sehingga jika dibagi menjadi blok-
blok luas penampang terdapat 16 blok dari 17 sayatan. Jarak antar penampang
adalah 50 m dan asumsi berat jenis batubara yang digunakan adalah 1,3 ton/m3.
66
Tabel 5.2
Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Standar
Luas Coal Seam / Section
m² Jarak Densitas Tonnage
No. Sayatan
B60 Total (m) (kg/m) (ton)
A (m)
(m) Coal (m2)
A-A' 86.31 86.31
1 50 1.3 10,885.23
B-B' 248.62 248.62
B-B' 248.62 248.62
2 50 1.3 18,789.55
C-C' 329.52 329.52
C-C' 329.52 329.52
3 50 1.3 26,055.58
D-D' 472.19 472.19
D-D' 472.19 59.08 531.27
4 50 1.3 39,655.85
E-E' 559.60 129.31 688.91
E-E' 559.60 129.31 688.91
5 50 1.3 52,435.50
F-F' 730.11 194.38 924.49
F-F' 730.11 194.38 924.49
6 50 1.3 64,079.93
G-G' 770.56 276.64 1047.20
G-G' 770.56 276.64 1047.20
7 50 1.3 66,722.18
H-H' 767.85 237.94 1005.79
H-H' 767.85 237.94 1005.79
8 50 1.3 62,824.45
I-I' 720.42 206.85 927.27
I-I' 720.42 206.85 927.27
9 50 1.3 54,117.38
J-J' 595.79 142.09 737.88
J-J' 595.79 142.09 737.88
10 50 1.3 42,945.50
K-K' 548.15 35.37 583.52
K-K' 548.15 548.15
11 50 1.3 37,588.20
L-L' 608.41 608.41
L-L' 608.41 608.41
12 50 1.3 37,580.40
M-M' 547.91 547.91
M-M' 547.91 547.91
13 50 1.3 34,643.05
N-N' 518.03 518.03
N-N' 518.03 518.03
14 50 1.3 31,571.48
O-O' 453.40 453.40
O-O' 453.40 453.40
15 50 1.3 24,618.10
P-P' 304.08 304.08
P-P' 304.08 304.08
16 50 1.3 14,857.70
Q-Q' 153.08 153.08
Total 619,370.05
67
b. Perhitungan Cadangan Batubara Metode Linear (Rule of Nearest Point)
sayatan tersebut sama besar, sehingga tiap-tiap sayatan menjadi suatu blok yang
berdiri sendiri, sehingga dari 17 sayatan terdapat 17 blok yang dihitung luasnya,
massa jenis batubara disetiap penampang dan jarak interval setiap penampang.
batubara.
68
Tabel 5.3
Hasil Perhitungan Cadangan Metode Cross Section Linear
Change)
69
Perlu diperhatikan pada penambangan batubara dapat dilakukan dengan
multi seam dan single seam, jadi dalam penentuan luasan overburden harus
sangat diperhatikan jangan sampai luasan yang berada diantara dua seam atau
Tabel 5.4
Hasil Perhitungan Overburden
Volume
Jarak Luas Penampang Luas Waste
No Sayatan Waste By
(m) (m2) (m)
Section (m3)
A-A' 1,007.73 921.42
1 50 67,665.00
B-B' 2,033.80 1,785.18
B-B' 2,033.80 1,785.18
2 50 108,359.25
C-C' 2878.71 2,549.19
C-C' 2878.71 2,549.19
3 50 170,610.75
D-D' 4747.43 4,275.24
D-D' 4747.43 4,216.16
4 50 266,322.00
E-E' 7125.63 6,436.72
E-E' 7125.63 6,436.72
5 50 372,645.00
F-F' 9393.57 8,469.08
F-F' 9393.57 8,469.08
6 50 419,625.75
G-G' 9363.15 8,315.95
G-G' 9363.15 8,315.95
7 50 349,974.00
H-H' 6688.80 5,683.01
H-H' 6688.80 5,683.01
8 50 294,139.50
I-I' 7009.84 6,082.57
I-I' 7009.84 6,082.57
9 50 280,507.75
J-J' 5875.62 5,137.74
J-J' 5875.62 5,137.74
10 50 244,654.50
K-K' 5231.96 4,648.44
11 K-K' 50 5231.96 4,683.81 193,575.50
70
L-L' 3667.62 3,059.21
L-L' 3667.62 3,059.21
12 50 161,982.25
M-M' 3967.99 3,420.08
M-M' 3967.99 3,420.08
13 50 165,394.00
N-N' 3713.71 3,195.68
N-N' 3713.71 3,195.68
14 50 139,605.25
O-O' 2841.93 2,388.53
O-O' 2841.93 2,388.53
15 50 91,783.25
P-P' 1586.88 1,282.80
P-P' 1586.88 1,282.80
16 50 42,517.75
Q-Q' 570.99 417.91
Total 44,518.36 3,369,361.50
tahapan perhitungan cadangan dengan metode linier, sedangkan prinsip dan hal
(Tabel 5.5)
71
Tabel 5.5
Hasil Perhitungan Overburden
72
perhitungan nisbah pengupasan nantinya dapat dilihat di daerah mana saja yang
7:1.
= 6 : 1 (pembulatan keatas)
Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Linear diperoleh
dengan metode Cross Section Linear adalah sebesar 3.400.483,50 m3. Perhitungan
= 6 : 1 (pembulatan keatas)
73
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Pengambilan data dilakukan pada PIT 1 block B yang terdapat di lokasi PT.
Dutadharama Utama. Data pengeboran pada daerah seluas 22,53 ha. Jumlah
dari keseluruhan lubang bor pada daerah penelitian yaitu 16 lubang bor.
B70, B60, B50, C, D, E dan F dengan arah perlapisan berarah timur laut – barat
daya, kemiringan (dip) antara 5⁰ sampai 10⁰. Ketebalan rata-rata seam adalah
2. Nilai dari hasil perhitungan dengan metode Cross Section Standard diperoleh
tonase batubara sebesar 619.370,05 ton. Nilai dari hasil perhitungan dengan
metode Cross Section Linear diperoleh tonase batubara sebesar 630.219,85 ton.
74
3. Nilai stripping ratio batubara dan overburden dengan metode Cross Section
6.2 Saran
75
DAFTAR PUSTAKA
Byma Bryanco, Dedi Yulhendra, Adree Octova, 2016. Skripsi, Estimasi Sumberdaya
Batubara Menggunakan Metode Penampang dan Geostatistik Pada Area
DDU Blok Timur Site Sungai Cuka, Kecamatan Kintap, Kabupaten
Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, Bina Tambang, Kalimantan
Selatan.
Irwandi Arif, 2014. Batubara Indonesia PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Larry Thomas,1994. Coal Geology, 2nd edition, USA: ohn Wiley & Sons Ltd, Amerika
Serikat.
PT. Dutadharma Utama, 2016. Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Periode Tahun 2018 s/d 2020. Kalimantan
Selatan.
76
Rauf Abdu, 1998. Diktat Kuliah Perhitungan Cadangan Endapan Mineral, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Rider, M. 1996. The Geological Interpretation of Well Logs 2nd Edition, Malta:
Interprint Ltd.
Riko Ervil, 2016. Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi
Teknologi Industri STTIND Padang, Padang.
Saputra N, Dr.Ir. Winarno Eddy MT, Ir. Hariyanto R. MT, 2013. Estimasi Cadangan
Batubara Menggunakan Metode Cross Section Pada Daerah Rencana
Penambangan Pit F Blok III, Site Air Kotok, PT. Ratu Samban Mining,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu.
SNI, 2003. Kompetensi Tenaga Kerja Teknik Khusus Geologi – Bagian 3, Teknisi
Pengeboran Geologi.
Tim Kajian Batubara Nasional, 2006. Batubara Indonesia, Pusat Litbang Teknologi
Mineral dan Batubara, Jakarta.
77
Lampiaran A
Peta Titik Bor
78
Lampiaran B
Peta Line Section
79
Lampiran C
Cross Section
80
81
82
83
84
85
Lampiran D
Peta Area Fokus Eksplorasi
86
Lampiran E
Peta Lokasi Pemboran Detail dan Quality
87
Lampiran F
Kegiatan Eksplorasi
88
Gambar F.2 Kegiatan Logging Geofisika
89
Gambar F.3 Kegiatan pengeboran quality Menggunakan Power Rig
90
Gambar F.4 Kegiatan Penggalian Lubang Bor
91
Gambar F.6 Kegiatan Pengambilan Sampel Batubara
92
Lampiran G
Ringkasan Kualitas Batubara
93
Lampiran H
Korelasi Seam Batubara
94
Lampiran I
Peta Sumber Daya Seam PT. DDU
95
96
97
98
99