3889 12690 1 PB

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

Protobiont

2013
Vol 2 (3): 171 - 175

Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi


(Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya
(Carica papaya L.)

Noorbetha Julaily1, Mukarlina1, Tri Rima Setyawati1


1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,Pontianak.
email korespondensi: lilyyunandha@yahoo.com

Abstract
Mustard (Brassica juncea L.) is a plant that quite popular and widely grown in West Kalimantan. The
purpose of this study is to discover the concentration of papaya leaf extract ( Carica papaya L.), as a pest
controller in mustard (B. juncea L.) and investigate the effect of the intensity of pest attacks on mustard ( B.
juncea L.). The study was conducted around the greenhouse and the laboratory of Biology, Faculty of
Mathematics and Natural Sciences University Tanjungpura, Pontianak in November 2011 to February 2012.
The research used Completely Randomized Design consisting of 4 treatments and 2 controls (positive and
negative) with 3 replications. Papaya leaf extract concentrations used were 25%, 50%, 75% and 100%. The
results showed that pets that attack the mustard plant are crop controlling ( Crocidolomia binotalis). The
concentration of papaya leaf extract 100% was capable of controlling C. binotalis attack. 100% concentration
showed the best results at the first week to the fourth week (0%), compared to a concentration of 25%, 50%
and 75%. The use of papaya leaf extract 100% is a good number for of the mustard plant as a natural
insecticide with number 10 strands of fresh mustard leaves, fresh weight, dry weight of 50.68 grams and 2.1
grams.

Keywords: pests, mustard (Brassica juncea L.), extract, papaya (Carica papaya)

PENDAHULUAN Salah satu cara pengendalian organism pengganggu


tanaman (OPT) adalah dengan menggunakan
Tanaman sawi (Brassica juncea) merupakan insektisida nabati. Beberapa jenis insektisida nabati
tanaman yang banyak dibudidayakan di yang berasal dari tumbuhan telah dikembangkan
Kalimantan Barat. Serangan berat organisme untuk mengendalikan hama ulat pemakan daun
pengganggu pada tanaman menyebabkan daun yaitu tanaman mimba (Azadirachta indica) dan
rusak atau habis termakan sehingga dapat tanaman cengkeh. Kedua tanaman tersebut
menurunkan produksi sampai mematikan mengandung beberapa senyawa bioaktif yang
tanaman. Hama ulat pemakan daun Spodoptera sp. efektif dalam mengendalikan nematoda, jamur
dan Plutella sp. paling banyak menyerang patogen, bakteri, dan serangga hama (Wiratno,
tanaman sayur-sayuran dan menyebabkan 2010).
kerusakan sekitar 12,5 % (Sriniastuti, 2005).
Tanaman pepaya (Carica papaya) berpotensi
Pengendalian ulat pemakan daun oleh petani sebagai insektisida nabati. Berdasarkan penelitian
masih tergantung pada penggunaan insektisida yang dilakukan oleh Konno (2004), getah pepaya
sintetik yang diyakini praktis dalam aplikasi dan mengandung kelompok enzim sistein protease
hasil pengendalian jelas terlihat. Namun, petani seperti papain dan kimopapain. Getah pepaya juga
cenderung menggunakan insektisida dengan menghasilkan senyawa – senyawa golongan
takaran yang berlebihan, sehingga penggunaan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam amino
insektisida perlu dikelola dan dikendalikan secara nonprotein yang sangat beracun bagi serangga
efektif dan aman bagi lingkungan pemakan tumbuhan. Adanya kandungan senyawa
(Haryanto, 2003). – senyawa kimia di dalam tanaman pepaya yang
1
Protobiont
2013
Vol 2 (3): 171 - 175

terkandung dapat mematikan organisme pagi (09.00) dan sore (16.00), serta pengendalian
pengganggu. gulma dilakukan secara manual.
Ekstrak daun pepaya (C. papaya) merupakan salah
satu bahan alami yang dapat dijadikan insektisida Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya
yang efektif dan aman bagi lingkungan. Daun papaya 2,5 kg dipotong kecil-kecil
Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan dalam kemudian diblender hingga halus dan direndam di
penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi dalam 2,5 liter air selama 24 jam. Hasil
ekstrak daun pepaya (C. papaya) yang efektif perendaman disaring dengan kain halus untuk
sebagai pengendali hama pada tanaman sawi memperoleh ekstrak daun pepaya 100%.
(B. juncea) dan pengaruh intensitas serangan Selanjutnya ekstrak diencerkan dengan akuades
hama terhadap pertumbuhan sawi (B. juncea ). sesuai konsentrasi yang digunakan.

Uji Fitokimia
BAHAN DAN METODE Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol,
Penelitian dilaksanakan di sekitar rumah kasa dan dan kuinon serta terpenoid pada ekstrak daun
di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan pepaya.
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Pontianak. Penelitian dilakukan selama 4 bulan, Aplikasi Penyemprotan
dimulai pada bulan Nopember tahun 2011 – Penyemprotan dimulai pada umur 1 minggu
Februari tahun 2012. setelah tanam. Aplikasi penyemprotan
menggunakan hand sprayer dan waktu
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penyemprotan dilakukan pada sore hari pukul
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 15.00-17.00 WIB. Penyemprotan dilakukan secara
4 perlakuan dan 2 kontrol (positif: akuades dan teratur yaitu 3 kali seminggu (Wudianto, 1992).
negatif: insektisida kimia) masing – masing 3 kali
ulangan. Konsentrasi ekstrak daun pepaya yang
digunakan yaitu 25%, 50%, 75% dan 100%. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati meliputi identifikasi hama
Cara Kerja sawi, kerusakan tanaman, jumlah daun, berat segar
Persiapan Media Semai tanaman (gram), berat kering tanaman (gram),
Media semai yang digunakan adalah pasir. Pasir dan faktor lingkungan. Tingkat kerusakan
dimasukkan ke dalam baskom plastik dan diisi tanaman sawi karena serangan ulat dihitung
setengah dari baskom. dengan rumus:

Penyemaian Biji Sawi


Biji disemai di atas media yang sudah n
dipersiapkan sebelumnya, kemudian disiram I= x 100%,
dengan air. Selanjutnya persemaian disiram teratur N
sebanyak 2 kali setiap hari yaitu pagi (09.00) dan (Anonim, 2000).
sore (16.00).
Keterangan :
Persiapan Media Tanam I = Kerusakan tanaman (%)
Media tanam yang digunakan berupa tanah bakar, n = Jumlah daun yang terserang
pupuk kandang, dan pasir dengan campuran N = Jumlah seluruh daun tiap tanaman
perbandingan 2:1:1. Campuran media tanam
tersebut dimasukkan ke dalam polibag yang Analisis Data
berukuran 20 x 30 cm. Data persentase kerusakan tanaman sawi dianalisis
dengan uji ANOVA (Analysis of Variance). Hasil
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Sawi uji ANOVA yang berpengaruh atau berbeda nyata
Bibit yang telah mempunyai 3-4 helai daun dan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple
dipindahkan dalam polibag. Pemeliharaan Range Test) dengan taraf nyata 5% menggunakan
meliputi penyiraman yang dilakukan 2 kali sehari SPSS 17 (Hanafiah, 2004).

2
Protobiont
2013
Vol 2 (3): 171 - 175

HASIL DAN PEMBAHASAN persentase kerusakan tanaman sawi (p 17,5 =


0.000; F = 20.472, ANOVA). Hasil uji lanjut
Hasil dapat dilihat pada Tabel 1.
Hama yang ditemukan pada tanaman sawi selama Tabel 1. Rerata Kerusakan Tanaman Sawi Setelah Aplikasi
penelitian adalah ulat krop dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya
(Crocidolomia binotalis) (Gambar 1). Konsentrasi Rerata kerusakan (%)

(%) Minggu Minggu Minggu Minggu


ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
0+ 41.67b 48.67b 57.33b 75.33c
0- 38.33b 45b 52.33b 56.67bc
25 36.67b 46.67b 53.67b 60.67bc
50 23.33 b
28.67 b
44.33b 45.33b
75 0a 0a 7.33a 7.33a
100 0a 0a 0a 0a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang
Gambar 1. Larva Ulat Krop (C.binotalis) sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf 0,05 berdasarkan Uji Duncan.

Beberapa tahap pada siklus hidup C. binotalis Konsentrasi 100% berbeda nyata dengan
meliputi larva instar I, larva instar II, larva kontrol (0%), tetapi tidak berbeda nyata dengan
instar III dan larva instar IV. konsentrasi 75%. Minggu ke-1 sampai dengan
minggu ke-4 kerusakan tanaman sawi pada
pengamatan konsentrasi 100% sebesar 0%
(Tabel 1).

Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak daun


pepaya mengandung berbagai golongan senyawa
metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid,
(a) (b) (c) polifenol, kuinon dan terpenoid (Tabel 2).
Gambar 2. Tahapan perkembangan C. binotalis (a)
Minggu ke-1 Larva Instar I (b) Minggu ke- Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Pepaya (Carica
2 Larva Instar II (c) Minggu ke-3 dan ke-4 papaya)
Larva Instar II
Jenis Golongan Senyawa Metabolit Hasil Uji
Kerusakan yang terjadi pada tanaman sawi oleh (a) (b) (c)
Gambar 3. Serangan Ulat Krop (a) Minggu ke-1 (b)
ulat krop C. binotalis terjadi pada minggu ke – 1 Minggu ke-2, (c) Minggu ke-3 dan ke-4 .
sampai minggu ke – 4 pengamatan. Minggu ke-1
serangan ulat krop terliat berupa bercak kotoran Hasil ANOVA menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak
pada daun (Gambar 3a). Minggu ke-2 ulat mulai daun pepaya berpengaruh nyata terhadap
menyerang titik tumbuh tanaman (Gambar 3b).
Minggu ke-3 dan ke-4 ulat krop memakan habis
tanaman (Gambar 3c)

3
Protobiont
2013
Vol 2 (3): 171 - 175
Sekunder
+
Polifenol +
Kuinon +
Flavonoid +
Terpenoid +
Keterangan : + = terdeteksi pada ekstrak

Pertumbuhan tanaman sawi (B. juncea)


diamati dari jumlah daun segar, berat basah
dan berat kering yang terhitung pada akhir
pengamatan (Tabel 3).

Tabel 3. Rata- Rata Jumlah Daun Segar, Berat Basah


dan Berat Kering Tanaman Sawi

Konsentrasi Daun Segar Berat Basah Berat Kering


(%) (Helai) (Gram) (Gram)
0+ 2 16.52 1.3
0- 7 24.42 1.8
25 7 22.61 1.7
50 8 29.07 1.9
75 7 27.88 1.9
100 10 50.68 2.1

4
Protobiont
2013
Vol 2 (3): 171 - 175

Pembahasan berkembang dengan baik. Ekstrak daun pepaya


yang digunakan memiliki senyawa – senyawa
Ulat krop (C.binotalis )yang menyerang tanaman aktif yang dapat menghambat aktifitas biologi
sawi memiliki ciri kepala berwarna hitam, tubuh pada hama tersebut (Tabel. 2). Senyawa-senyawa
berwarna hijau muda, pada bagian punggung aktif seperti alkaloid, polifenol, kuinon, flavonoid,
(vertebrae) terdapat 3 baris yang berwarna putih terpenoid dan enzim papain dapat mempengaruhi
kekuning-kuningan dan bagian perut (abdomen) beberapa sistem fisiologis yang mengatur
berwarna kuning (Gambar 1). Ulat krop yang baru perkembangan hama (Sastrodihardjo, 1992).
menetas berwarna kelabu, kemudian berubah
menjadi hijau muda. Pada punggung terdapat 3 Penggunaan ekstrak daun pepaya dapat
baris putih kekuning-kuningan dan dua garis di memutuskan atau menggagalkan metamorfosis
samping tubuhnya serta, kepalanya berwarna hama yang memiliki metamorfosis sempurna.
hitam (Anonim, 2000). Tahap perkembangan ulat Hasil pengamatan menunjukkan konsentrasi
krop yang menyerang tanaman sawi selama ekstrak daun pepaya yang tinggi dapat
penelitian adalah larva instar I dan instar II menyebabkan hama yang menyerang tanaman
(Gambar 2). Menurut Pracaya (1993), serangan sawi hanya berkembang sampai pada tahap
ulat krop pada tanaman sawi mulai terlihat pada perkembangan larva. Metamorfosis tersebut
tahap perkembangan larva instar I. terjadi akibat senyawa-senyawa toksik yang
merusak jaringan saraf, seperti senyawa alkaloid
Ciri- ciri serangan ulat krop C. Binotalis yang sehingga menghambat proses larva menjadi pupa
terjadi pada pada larva instar I sampai larva instar (Wiratno, 2010).
IV larva tersebut memakan daun sawi dengan
gejala serangan berupa lubang-lubang dan Ekstrak daun pepaya juga memiliki enzim papain.
meninggalkan bercak kotoran pada daun, Enzim papain merupakan racun kontak yang
menyerang pucuk tanaman sawi sehingga masuk ke dalam tubuh hama melalui lubang-
menghancurkan titik tumbuh dan bergerak ke titik lubang alami dari tubuhnya. Setelah masuk, racun
tumbuh memakan semua helaian daun dan hanya akan menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang
menyisakan tulang daun (Gambar 3). Larva sistem saraf sehingga dapat menganggu aktivitas
memakan daun dengan meninggalkan lubang- hama. Enzim papain juga dapat bekerja sebagai
lubang, bila bagian pucuk yang terserang maka enzim protease yang dapat menyerang dan
tanaman tidak dapat membentuk krop sama sekali melarutkan komponen penyusun kutikula
(Pracaya, 1993). serangga pada tanaman sawi yang telah disemprot
dengan ekstrak daun papaya (Trizelia, 2001).
Konsentrasi pada tanaman sawi yang
menggunakan ekstrak daun pepaya (100%)
Kerusakan tanaman sawi yang disebabkan oleh
mengakibatkan rendahnya serangan ulat krop
ulat krop C. binotalis yang diaplikasikan dengan
(C. binotalis) (Tabel. 3). Hal ini dikarenakan
insektisida sintetik berdasarkan hasil pengamatan
tingginya konsentrasi ekstrak daun pepaya yang
pada minggu ke-1 sampai minggu ke-4. Tingginya
diberikan pada tanaman. Semakin tinggi
serangan larva C. binotalis pada kontrol (0-)
konsentrasi ekstrak daun pepaya yang diberikan
diduga ulat krop C. binotalis lebih resisten
pada tanaman maka akan semakin tinggi residu
terhadap insektisida sintetik dikarenakan frekuensi
senyawa aktif dari daun pepaya yang ditinggalkan
penyemprotan dilakukan secara berkala.
pada tanaman (Widayat, 1994). Sejalan dengan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian yang telah dilakukan Bukhari (2009)
Worthing (1987), penyemprotan insektisida
bahwa konsentrasi ekstrak daun mimba 100%
sintetik secara berkala dapat menyebabkan
dapat mengendalikan hama Plutella xylostella
kekebalan terhadap hama.
pada tanaman sawi.

Tanaman yang tidak diaplikasikan dengan ekstrak Jumlah daun sawi segar terbanyak (10 helai)
daun pepaya pada kontrol (0%) mengalami terjadi pada tanaman sawi yang diaplikasikan
kerusakan mulai dari minggu ke-1 dan terus dengan konsentrasi 100%, sedangkan yang sedikit
meningkat sampai minggu ke-4 (Tabel. 3). (2 helai) pada kontrol (0%) (Tabel. 3).
Peningkatan kerusakan yang terjadi disebabkan Penggunaan insektisida nabati juga dapat
tanaman sawi tidak mengandung senyawa aktif meningkatkan produksi tanaman sawi (Sucipto,
dari daun pepaya, sehingga larva ulat krop dapat 2011). Semakin rendah tingkat kerusakan maka
berat basah semakin tinggi. Pada penelitian, berat
5
Protobiont
2013
Vol 2 (3): 171 - 175

basah dan berat kering tertinggi terdapat pada Widayat, W, 1994, ‘Pengaruh Lamanya Waktu
konsentrasi ekstrak 100% dan terendah pada Perendaman Serbuk Daun dan Biji Nimba
control (Tabel 4). Besar kecilnya berat basah (Azadirachta indica) terhadap Ulat Jengkal’,
dipengaruhi banyaknya jumlah daun tanaman sawi Prosiding Hasil Penelitian Dalam Rangka
yang diserang oleh ulat krop. Menurut Sumarmi Pemanfaatan Pestisida Nabati. D. Soetopo
dan Sartono (2007), tinggi rendahnya berat segar (editor), Bogor.
tanaman juga dipengaruhi oleh ada tidaknya Wiratno, 2010, Beberapa Formula Pestida Nabati dari
serangan hama. Cengkeh, Journal Agritek, vol. 13, no. 1, hal. 6-
12
Worthing, CR, 1979, The Pesticide Manual: A World
Compendium, Gloss House Crop Research
UCAPAN TERIMAKASIH Institute
Wudianto, R, 1992, Petunjuk Penggunaan Pestisida,
Ucapan terimakasih sebesar-besanya kepada Penebar Swadaya, Jakarta
Riendy, Krisnawati, Ponti, Lusiana, Novese,
Emma, Sri Rahayu dan Etha yang telah banyak
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Pedoman Pengendalian Hama Terpadu


Holtikultura, Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan, Agromedia Pustaka, Jakarta
Bukhari, 2009, ‘Efektifitas Ekstra Daun Mimba
Terhadap Pengendalian Hama Plutella xylostella
L. Pada Tanaman Sawi. Dalam Prosiding Hasil
Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida
Nabati’, D. Soetopo (editor), Bogor.
Haryanto, E, 2003, Sawi dan Selada, Penebar Swadaya,
Jakarta
Hanafiah, AK, 2004, Rancangan Percobaan, Edisi
Ketiga, Cetakan Kesembilan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Konno, K, 2004, ‘Papain Protects Papaya Trees from
Hervivorous Insect: Role of Cysteine Proteases
in Latek’ Plant Journal vol. 37, no. 3, hal. 370-
378
Pracaya. 1993, Hama dan Penyakit Tanaman, Penebar
Swadaya, Jakarta
Sartono & Sumarmi, 2007, Kajian Insektisida Hayati
terhadap Daya Bunuh Ulat Plutella xylostella
dan Crocidolomia binotalis pada Tanaman
Kubis Krop. Fakultas Pertanian
Sastrodihardjo, S, Adianto & Yusuf, M, 1992, ‘The
Impact of Several Insecticides on Ground and
Water Communities’, Proceedings south-east
asian workshop on pestiside management, vol.
7, hal 117-125
Sriniastuti, 2005, Efektifitas Penggunaan Bacillus
thuringiensis terhadap Serangan Ulat Daun
(Plutella xylostella) pada Tanaman Sawi
(Brassica juncea) di Sungai Selamat, Skripsi,
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura,
Pontianak
Trizelia, 2001, ‘Pemanfaatan Bacillus thuringiensis
untuk Pengendalian Crocidolomia binotalis,
Zell (Lepidotera: Pyralidae)’ Jurnal
Argrikultura, vol. 19, no. 3, hal. 184-190

You might also like